Moderator :
dr. Hanny Suwandhani, SpKK
Disusun Oleh :
Febri Qurrota Aini
1320.221.136
Dipresentasikan tanggal:
24 Maret 2016
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Usia : 68 tahun
Tanggal lahir : 5 Desember 1948
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sene, Jakarta Pusat
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. Anamnesa
Dilakukan secara autoanamesis hari Senin, tanggal 21 Maret 2015
a. Keluhan Utama
Gatal di sela paha kanan dan kiri, kuku tangan kanan, dan sela jari kaki
kanan.
3
ketika berpergian, dan sering berkeringat saat berpergian, pasien
mengganti pakaian 2 kali sehari.
Pasien juga mengeluhkan gatal pada sela-sela jari ke 4 dan ke 5
kaki kanan sejak 6 bulan yang lalu, keluhan gatal dirasakan hilang timbul.
Pasien mengobati keluhan gatalnya di sela jari kaki kanan dengan minyak
zaitun namun keluhan tidak membaik. Pasien jika berpergian
menggunakan sandal. Pasien mengatakan kakinya sering terendam busa
cucian ketika pasien mencuci pakaian.
Pasien juga mengeluhkan gatal pada kuku tangan kanan sejak 3
bulan yang lalu, namun gatal yang dirasakan tidak mengganggu.
1. Status Generalis
Thorax :
Jantung : Suara jantung S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-
4
Paru : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, dinding perut supel, bising usus (+) normal,
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
2. Status Dermatologis
5
Gambar 2. Tinea pedis regio pedis dextra
6
Gambar 5. Tinea pedis region pedis sinistra
sinistra
7
Gambar 6. Tinea pedis regio interdigititalis 4-5 pedis sinistra
Gambar 7.
8
V. Resume
Pasien Tn. BM, Laki-laki, berusia 54 tahun datang dengan keluhan gatal pada
kedua kaki sejak 1 tahun SMRS. Awalnya timbul lenting yang disertai rasa
gatal pada kaki. Yang kemudian digaruk oleh pasien menjadi luka dan pasien
merasakan kaki menebal dan bersisik. Dari hasil pemeriksaan fisik (status
dermatologikus) didapatkan hasil berupa: efloresensi dibagian pedis dextra et
sinistra: tampak bercak eritematosa, bentuk tidak beraturan, ukuran miliar
sampai lenticular, dengan tepi berbatas tegas disertai adanya erosi dan
skuama halus di bagian tepi.. efloresensi dibagian interdigitalis 2-3 pedis
dextra et 4-5 pedis sinistra: Terdapat plak berwarna putih berukuran 1 cm x 1
cm sampai 2x1 cm dengan dasar eritematosa berbentuk bulat dan berbatas
tegas dengan skuama di sekitarnya dan terlihat maserasi. Pemeriksaan
penunjang KOH 10% hasil negative, tidak ditemukan hifa semu dan spora.
VII.Diagnosa Banding
Tidak ada
IX. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan
tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
Pencucian kaki setiap hari diikuti dengan pengeringan yang baik terutama
di daerah sela jari kaki.
Menganjurkan pada pasien untuk menghindari pemakaian sandal/sepatu
yang tertutup dan memakai kaos kaki yang menyerap keringat dan sering
mengganti kaos kaki.
9
2. Medikamentosa
Sistemik:
o Itraconazole 200 mg/ hari selama 7 hari
Topikal :
o Mikonazol nitrat krim 2% 2x/hari
X. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaring- an yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita
Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari
dan telapak kaki1.
11
penghambat, sehingga menjelaskan kenapa infeksi dermatofit sering pada daerah
kaki yang tidak memiliki kelenjar sebum[4,5,6].
C. Epidemiologi
a. Usia
Usia muda atau tua. Tersering pada usia 20-50 tahun.
b. Jenis kelamin
Pria > wanita
c. Faktor lingkungan
Panas, udara lembab, penggunaan sepatu yang sempit, dan keringat
berlebih sering mempermudah infeksi.
d. Transmisi
Berjalan tanpa pakai alas kaki yang terkontaminasi lantai/tanah. Artrospora
dapat bertahan selama 12 bulan[2,3].
D. Manifestasi Klinis
Durasi
Bulan sampai tahun atau seumur hidup. Sering memiliki riwayat tinea
pedis, tinea unguium pada jempol kaki.
Gejala pada kulit
Biasanya asimptomatik. Gatal-gatal, nyeri dengan adanya infeksi sekunder
bakteri
Lesi kulit
- Tipe interdigitalis
1. Terdapat dua pola:
a. Skuama kering
b. Maserasi, fisura pada sela jari, hyperhidrosis (keringat
berlebih)
2. Paling sering pada sela jari 4-5
3. Infeksi dapat menyebar ke area kaki yang lain
12
Gambar 7.Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat
opak putih dan beberapa erosi
- Tipe moccasin
1. Eritema dibatasi papul-papul kecil dipinggir lesi, skuama putih
halus dan hyperkeratosis. Sering terjadi pada tumit, telapak dan
pinggir lateral kaki.
2. Distribusi pada telapak kaki termasuk pada area yang tertutup
sepatu
3. Dapat terjadi pada satu atau kedua kaki, tersering pada kedua
kaki.
13
Gambar 9. Tinea pedis.Terdapat distribusi tipe moccasin.
Bentuk arciform dari sisik yang merupakan karakteristik
- Tipe inflammatory/bula
1. Vesikel atau bula terisi cairan jernih
2. Pus biasanya menandakan infeksi sekunder dari S. aureus
3. Setelah pecah timbul erosi dengan tepi seperti cincin
4. Distribusi pada telapak kaki, punggung kaki dan sela-sela jari
- Tipe ulseratif
Penyebaran dari interdigitalis ke dorsal atau plantar pedis[5,6]
E. Pemeriksaan Kulit
Lokalisasi : interdigitalis, antara jari-jari ke-3, 4 dan 5 serta telapak
kaki.
Efloresensi :
Fisura pada sisi kaki, beberapa millimeter sampai 0,5 cm.
Sisik halus putih kecoklatan
14
Vesikula miliar dan dalam
Vesikopustula miliar sampai lenticular pada telapak kaki dan
sela jari
Hiperkeratotik biasanya pada telapak kaki3
F. Gambaran Histopatologi
Keadaan akut, pada epidermis tampak migrasi leukosit, edema intraseluler,
spongiosis, dan parakeratosis. Jika terdapat vesikel intraepidermal, biasanya
superficial, multinukleus, mengandung serum, fibrin dan netrofil. Pada lesi
yang aktif tampak akantosis, dan pada dermis akan terlihat infiltrasi sel
radang akut, filament dan spora.
G. Pemeriksaan laboratorium
a. Kerokan kulit + KOH 10% hifa positif
b. Biakan agar sabouraud: tumbuh koloni-koloni jamur
c. Sinar wood: fluoresensi positif3
H. Diagnosa Banding
a. Kandidiasis : biasaya terdapat skuama yang berwarna putih pada
sela jari 4-5, dan terdapat lesi satelit
b. Akrodermatitis perstan : terlihat radang, vesikel-vesikel yang
dalam, steril, dan dapat dibedakan dengan pemeriksaan
histopatologi.
c. Pustular-bacterid : secara klinis sulit dibedakan, tapi dengan biakan
dapat ditemukan agen penyebab3.
I. Pengobatan
Antijamur
Topical
o Efektif untuk mengobati dermatofitosis kulit, tidak pada
rambut dan kiki
o Pengobatan diberikan selama 4 minggu termasuk 1 minggu
setelah lesi tidak ada
o Diberikan setidaknya 3 cm dari tepi lesi
o Imidazole
Clotrimazole
15
Miconazole
ketokonazole
o Allylamines
terbinafine
o Naphthionates
Ciclopirox olamine
Sistemik
o Untuk infeksi dari keratinasi kulit dipakai jika lesi meluas
atau jika pengobatan topical tidak berhasil
o Biasanya dipakai untuk tinea kapitis atau tinea unguium.
Juga dipakai pada tinea inflammatory dan tipe moccasin.
o Terbinafine 250 mg/hari selama 14 hari
o Itraconazole 200 mg/ hari selama 7 hari atau 200 mg/ hari
selama 14 hari
o Fluconazole 150-200 mg/ hari selama 4-6 minggu
Profilaksis sekunder : membersihkan kaki setiap mandi dengan benzoyl
peroxide, bedak antifungal, gels alkohol2
J. Prognosis
Pencegahan dan pengobatan yang adekuat memberikan prognosis yang baik.
Tetapi:
a. Cenderung kearah kronik dengan eksarsebasi pada cuaca panas
b. Dapat menyebabkan limfangitis atau selulitis, terutama pada pasien
dengan riwayat Coronary Artery by pass surgery, dan pasien
dengan edema tungkai kronik
c. Jika tidak dengan profilaksis sekunder penyakit ini dapat rekuren/
terulang kembali[2,3]
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Juanda, muchtar hamzah, et all. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Jakarta. Pg:93
2. Fitzpatrick. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi 6.
2009. Pg; 736-740
3. Siregar, R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. 2005.
Pg; 23-25
4. Budimulja U. (2007). Mikosis. Dalam D. A, Ilmu penyakit kulit dan
kelamin, Edisi 5 (p. 93). Jakarta: FK UI.
5. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. (2008). Tinea Pedis. Dalam
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th edition (pp. 709-712).
New York: McGraw-Hill Medicine.
6. (2008). Diseases resulting from fungi and yeast. Dalam B. G. James D
William, Andrews’ disease of the skin, Edisi 10 (pp. 303-303). Canada:
Saunders Elsevier.
7. Kumar V, Tilak R, Prakash P,Nigam C, Gupta R. (2011). Tinea Pedis.
Asian journal of medical science , 134-135.
17