Anda di halaman 1dari 16

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada minggu bulan April sampai 2019 di

Puskesmas Perumnas Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang

Lebong

Wreda Siti Khadijah, Panti Wreda Kasih, dan Panti Wreda

Kasih Ibu Cirebon. Responden yang dilakukan pemeriksaan berjumlah 25

orang.

Hasil penelitian ini mengenai gambaran status kesehatan gigi dan

mulut pada lansia di Panti Wreda Cirebon tahun 2016. Adapun

karakteristik penelitian diuraikan dari jenis kelamin dan rentang usia.

Data dari hasil penelitian disajikan dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah


1 Laki-laki 5 orang
2 Perempuan 20 orang
Total 25 orang
Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 5

orang dan jumlah responden perempuan sebanyak 20 orang.


b. Rentang Usia

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Retang Usia Responden

No Rentang Usia Jumlah


1 60 – 74 12 orang (48%)
2 75 – 90 11 orang (44%)
3 >90 2 orang (8%)
Total 25 orang (100%)

Tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah lansia yang menetap di Panti

Wreda Cirebon dengan rentang usia 60-74 sebanyak 12 orang (48%), usia

75-90 sebanyak 11 orang (44%), dan usia >90 sebanyak 2 orang (8%).

2. Indeks Pengalaman Karies (DMF-T)

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi
Indeks Pengalaman Karies (DMF-T)

No Kategori Jumlah
1 Sangat Rendah (0,0-1,1) 0 (0%)
2 Rendah (1,2-2,6) 0 (0%)
3 Sedang (2,7-4,4) 0 (0%)
4 Tinggi (4,5-6,5) 0 (0%)
5 Sangat Tinggi (>6,6) 25 (100%)
Total 25 (100%)
Tabel 4.3 menunjukan bahwa indeks pengalaman karies yang dialami

lansia di Panti Wreda Cirebon termasuk dalam kategori sangat tinggi karena

dilihat dari indeks pengalaman karies memiliki rentang nilai lebih dari 6,6

sebanyak 25 orang (100%).


a. Riwayat Kesehatan Gigi

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Riwayat Kesehatan Gigi Responden

Riwayat Jumlah
No
Kesehatan Gigi Ya Tidak
25 orang 0 orang
1 Pernh sakit gigi
(100%) (0%)
Tabel 4.4 menunjukan bahwa semua responden memiliki riwayat

kesehatan gigi dan mulut karena 25 orang (100%) pernah mengalami

sakit gigi.

b. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden

Tidak
No Jenis Pemeliharaan Tepat
Tepat
Menyikat gigi dengan cara dan 6 orang 19 orang
1 waktu yang tepat (14%) (86%)
Kontrol ke klinik gigi (6 bulan 3 orang 22 orang
2
terakhir) (12%) (88%)
Tabel 4.5 menunjukan bahwa ketepatan responden menyikat gigi

dengan cara dan waktu yang tepat sebanyak 6 orang (14%) dan kontrol

ke klinik gigi (6 bulan terakhir) sebanyak 3 orang (12%). Ketidak tepatan

responden dalam cara dan waktu menyikat gigi sebanyak 19 orang (14%)

dan ketidak tepatan waktu kontrol ke klinik gigi (6 bulan terakhir)

sebanyak 22 orang (12%).


c. Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Jumlah
No Jenis Pengetahuan
Ya Tidak
Kesehatan Gigi 5 orang 20 orang
1 dan Mulut (20%) (80%)
Tabel 4.6 menunjukan bahwa jumlah responden yang memiliki

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 5 orang (20%) dan

jumlah responden yang tidak memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut sebanyak 20 orang (80%).

d. Karies Akar

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Karies yang Khas Pada Lansia
(Karies Akar)

Jumlah
Karies Akar
Responden
16 orang
25 orang
(64%)
Tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 25 orang responden yang dilakukan

pemeriksaan untuk melihat ada atau tidaknya karies akar, sebanyak 16

orang (64%) memiliki karies akar.


e. Kebiasaan Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Responden

Jumlah
Jenis Kebiasaan
Responden
1 2 3 4
25 orang 16 orang 0 orang 15 orang 17 orang
(64%) (0%) (60%) (68%)
Keterangan :

1: Mengonsumsi minuman, makanan yang manis dan lengket.

2: Mengunyah daun sirih.

3: Mengonsumsi teh atau kopi.

4: Mengonsumsi air putih ≥8 gelas/ hari.

Tabel 4.8 menunjukan bahwa kebiasaan responden mengonsumsi

minuman, makanan yang manis dan lengket sebanyak 16 orang (64%),

mengonsumsi teh atau kopi sebanyak 15 orang (60%). Namun, kebiasaan

lain seperti mengonsumsi air putih lebih dari sama dengan 8 gelas perhari

cukup baik sebanyak 17 orang (68%).


f. Konsumsi obat
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Jenis Konsumsi Obat Responden

Jumlah Jenis Obat


Responden
Vitamin
Obat
Hipertensi Diabetes Magh C&
Tidur B12
25 orang
3 orang 2 orang 1 orang 1 orang 25 orang
(12%) (8%) (4%) (4%) (100%)
Tabel 4.9 menunjukan bahwa tidak hanya satu jenis obat yang

dikonsumsi oleh beberapa responden, konsumsi obat hipertensi sebanyak

3 orang (12%), obat diabetes2 orang (8%), obat tidur dan obat magh 1

orang (4%), dan vitamin C, B12 sebanyak 25 orang (10%).

3. Indeks Jaringan Periodontal (CPITN)

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi
Indeks Jaringan Periodontal (CPITN)

Skor Kondisi Jaringan Periodontal Jumlah


0 Sehat 0 orang (0%)
1 Perdarahan 5 orang (20%)
2 Karang Gigi 9 orang (36%)
3 Poket Dangkal 11orang (44%)
4 Poket Dalam 0 orang (0%)
Total 25 orang (100%)
Tabel 4.10 menunjukan bahwa hasil pemeriksaan CPITN skor 1

(perdarahan) sebanyak 5 orang (20%), skor 2 (karang gigi) sebanyak 9

orang (36%), dan skor 3 (poket dangkal) sebanyak 11 orang (44%).


B. Pembahasan

Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang

normal yang akan dialami oleh individu (Azizah 2011). Seiring dengan

proses tumbuh kembang terjadi banyak kemunduran yang dialami lansia

sehingga dapat menimbulkan masalah pada dirinya (Ratmini, 2011). Salah

satu masalah yang terjadi pada lansia adalah masalah kesehatan gigi dan

mulut (Patabang, 2015).

Hasil penelitian pada tabel 4.1 tentang jenis kelamin responden

menunjukan bahwa jumlah lansia yang tinggal di Panti Wreda Cirebon

adalah 25 orang dengan jumlah perempuan terbanyak sejumlah 20 orang.

Sedangkan, untuk rentang usia lansia yang tinggal di Panti Wreda Cirebon

terdapat pada tabel 4.2 tentang usia responden, menunjukan bahwa lansia

yang mempunyai rentang usia antara 60-74 paling banyak tinggal di Panti

Wreda Cirebon sejumlah 12 orang (48%).

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia

adalah terjadinya peningkatan karies gigi dan penyakit periodontal.

Mayoritas karies gigi pada lansia merupakan karies akar (Soemitro, 2006).

Hasil yang didapat pada tabel 4.3 tentang indeks pengalaman karies pada

lansia di Panti Wreda Cirebon menunjukan bahwa lansia yang telah

dilakukan pemeriksaan 100% memiliki indeks pengalaman karies bernilai

>6,6 dengan kategori sangat tinggi. Jika dilihat dari Tabel 4.4 tentang

riwayat kesehatan gigi responden menunjukan 100% responden pernah

mengalami sakit gigi. Hal tersebut dapat terjadi karena lansia kurang
menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Sejalan dengan apa yang

dikemukakan Rattu (2013) yaitu, salah satu faktor penting penyebab

terjadinya karies adalah kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Kurangnya kebersihan gigi dan mulut pada lansia dapat dilihat dari

hasil wawancara yang terdapat dalam tabel 4.5 menunjukan, 86% lansia

tidak memiliki kebiasaan menyikat gigi dengan cara dan waktu yang tepat

serta 88% lansia tidak melakukan kontrol ke klinik gigi dalam kurun

waktu 6 bulan terakhir. Buruknya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut

lansia dapat dipengaruhi oleh perubahan aspek kepribadian yang pada

umumnya lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor berupa perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan

psikomotor yang dialami lansia menyebabkan kurangnya dorongan

kehendak untuk melakukan sesuatu (Azizah, 2011). Hal tersebut dapat

menyebabkan tingginya angka ketidak tepatan lansia dalam memelihara

kesehatan gigi dan mulut.

Lansia di Panti Wreda Cirebon juga menyatakan bahwa tidak

memiliki keinginan untuk menyikat giginya karena beranggapan sudah

tidak memiliki gigi dan giginya pasti hilang. Adanya pengaruh dari

anggapan tersebut, bila dilihat dari tabel 4.6 berdasarkan pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut, terdapat 80% lansia yang tidak memiliki

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Keadaan demikian dapat

menjadikan indeks pengalaman karies di Panti Wreda Cirebon memiliki


kategori sangat tinggi karena menurut Budiharto (2010) pengetahuan dan

umur seseorang adalah salah satu faktor pengubah perilaku.

Permasalahan kesehatan gigi dan mulut lainnya yang biasa terjadi

pada lansia adalah kehilangan gigi (Watuna, 2015). Keadaan gigi hilang

pada lansia di Panti Wreda Cirebon ini tidak dapat ditelusuri penyebabnya

karena keterbatasan waktu dalam penelitian. Menurut Watuna (2015)

kehilangan gigi merupakan suatu keadaan tanggalnya gigi individu dari

soketnya yang disebabkan oleh pencabutan karena karies atau penyakit

periodontal, trauma, dan penyakit sistemik.

Saat dilakukan pengukuran indeks pengalaman karies terdapat

karies akar yang dialami oleh lansia. Hasil pemeriksaan pada tabel 4.7

berdasarkan karies yang khas (karies akar) pada lansia, menunjukan bahwa

16 dari 25 orang lansia atau 64% dari yang dilakukan pemeriksan

mengalami karies akar. Risiko karies akar dapat terjadi dari penyakit

periodontal yang dialami lansia karena salah satu faktor berkembangnya

karies akar adalah terpajanya sementum atau dentin terhadap lingkungan

mulut. Faktor yang mempengaruhi karies akar yaitu, diet, flora mulut,

penyakit periodontal, xerostomia dan usia (Barnes, 2006).

Penelitian karies akar di Amerika dan Skandinavia menunjukan

bahwa prevalensi karies akar meningkat sejalan dengan usia. Penelitian

pada lansia yang tinggal dalam satu komunitas dan masih bergigi,

menunjukan bahwa 56,8%-69,7% subjek mempunyai karies akar aktif.

Dilihat dari tabel 4.8 berdasarkan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan lansia di Panti Wreda Cirebon, lansia cenderung

memiliki kebiasaan buruk seperti mengonsumsi minuman, makanan yang

manis dan lengket 64%, mengonsumsi teh atau kopi 60%. Sesuai dengan

teori yang dikemukakan Barnes (2006) meningkatnya insidensi karies

pada email dan sementum berkaitan dengan meningkatnya asupan gula

sehari-hari, terutama bila dikonsumsi saat waktu makan. Frekuensi

mengonsumsi makanan yang mengandung gula seperti karbohidrat juga

sangat berpengaruh terhadap tingkat risiko karies seseorang (Dhearine,

2008).

Faktor lain seperti xerostomia cenderung menjadi penyebab

terjadinya karies akar. Keadaan xerostomia yang dialami lansia umumnya

terjadi karena penurunan fungsi saliva yang disebabkan oleh

bertambahnya usia. Meskipun demikian, penelitian belakangan ini

menunjukan bahwa berkurangnya keluaran saliva bukanlah fenomena usia

tetapi disebabkan oleh obat-obatan dengan aktifitas anti kolinergik atau

parasimpatomimetik yang dapat menghambat aliran ludah karena sistem

kerja obat ini menimbulkan efek yang sama dengan efek yang terjadi bila

saraf parasimpatik dirangsang, sedangkan fungsi dari saraf parasimpatik

umumnya memperlambat kerja oragan-organ tubuh. Hal lain yang terjadi

bisa juga karena sindrom sjogren yang termanifestasi dengan

bertambahnya usia (Barnes, 2006). Sindrom sjogren adalah suatu penyakit

yang memberikan gejala kekeringan pada mulut dan mata akibat gangguan

fungsional kelenjar saliva dan lakrimalis (Jacobus, 2014).


Namun keadaan xerostomia dapat ditekan karena pada tabel 4.8

berdasarkan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut menunjukan,

terdapat kebiasaan baik yang dilakukan lansia seperti mengonsumsi air

putih ≥8 gelas/ hari cukup tinggi sebesar 68%. Sejalan dengan Hermawan

(2010) para ahli mengindikasikan, semakin tua usia seseorang akan

semakin rentan mengalami dehidrasi. Maka dari itu minum secara teratur

(8-10 gelas/ hari) akan menekan pertumbuhan bakteri di dalam mulut.

Meminum banyak air setiap hari juga adalah sebagai salah satu cara

mencegah terjadinya xerostomia (Mumpuni, 2013).

Dilihat dari tabel 4.9 berdasarkan konsumsi obat yang diminum

lansia di Panti Wreda Cirebon menunjukan, 12% lansia mengonsumsi obat

hipertensi, 8% mengonsumsi obat diabetes, 4% mengonsumsi obat magh

dan obat tidur. Melihat data konsumsi obat-obatan tersebut dapat terjadi

karies akar dari keadaan mulut yang mungkin mengalami xerostomia

karena obat tersebut termasuk dalam obat-obatan dengan aktifitas

kolinergik atau parasimpatomimetik yang memiliki efek samping dapat

menyebabkan mulut kering (Barnes, 2006).

Hasil dari tabel 4.9 berdasarkan kondisi jaringan periodontal pada

lansia di Panti Wreda Cirebon menujukan, konsumsi vitamin C dan B12

sebanyak 100%. Menurut Srigupta (2004) perlunya vitamin C bagi

penyembuhan luka dan perbaikan jaringan adalah salah satu indikasi

paling penting yang digunakan dalam pengobatan penyakit gigi dan mulut.

Mengonsumsi vitamin C dapat mencegah dan mengobati beberapa kasus


seperti, struktur pendukung gigi yang terinfeksi dan menyebabkan

perdarahan. Namun untuk konsumsi vitamin B12 tidak mempunyai

pengaruh pada jaringan periodontal tetapi apabila kekurangan vitamin B12

dapat menyebabkan lidah menjadi merah dan terasa sakit serta terdapat

pecahan stomatitis (sariawan) pada lidah.

Keadaan lain yang dapat dialami lansia yaitu, perubahan jaringan

periodontal yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia (Barnes, 2006).

Di Inggris, 54% orang dewasa memiliki poket periodontal 4 mm atau lebih

dan 5% termasuk poket periodontal yang tergolong berat (lebih dari 6

mm). Kehilangan jaringan dan prevalensi poket periodontal meningkat

menurut umur, bahwa 43% mengalami kehilangan jaringan kurang dari 4

mm dan 8% mengalami kehilangan jaringan lebih besar dari 8 mm.

Hampir tiga per empat gigi orang dewasa telah terlihat terdapat plak gigi

dan 73% memiliki karang gigi (Saptorini, 2013).

Hasil pemeriksaan pada tabel 4.10 tentang indeks jaringan

periodontal lansia menunjukan keadaan periodontal yang paling banyak

dialami adalah poket dangkal sebanyak 11 orang (44%). Jika dilihat dari

tingginya angka konsumsi vitamin C, keadaan tersebut tidak sejalan

dengan konsumsi vitamin C yang baik. Mengonsumsi vitamin C secara

teratur seharusnya dapat menekan keadaan jaringan periodontal terparah

karena vitamin C sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut (Srigupta, 2004). Namun, faktor lain dapat berpengaruh terhadap

kondisi jaringan periodontal yang mengalami poket dangkal. Keadaan


tersebut dapat terjadi karena lansia kurang menjaga kebersihan gigi dan

mulutnya. Jika dilihat dari data pada tabel 4.5 menunjukan, 86% lansia

tidak memiliki kebiasaan menyikat gigi dengan cara dan waktu yang tepat

serta 88% lansia tidak melakukan kontrol ke klinik gigi dalam kurun

waktu 6 bulan terakhir.

Penyebab terjadinya penyakit periodontal adalah timbunan plak

yang terdapat pada permukaan gigi karena kurang memperhatikan

kebersihan gigi dan mulut, keadaan ini terjadi pada lansia yang dilakukan

probing mengalami perdarahan yang berarti ada peradangan pada gusi

sebagai tahap awal penyakit periodontal (Rahmadhan, 2010). Keadaan

lansia dengan kondisi jaringan periodontal terdapat karang gigi, terjadi

karena lansia membiarkan plak yang menebal dalam kurun waktu yang

lama sehingga plak tersebut termineralisasi yang disebut karang gigi

(Putri, 2013).

Keadaan kondisi jaringan periodontal lainnya adalah poket

dangkal, pada keadaan ini kerusakan akan meliputi jaringan membran

periodontal dan tulang alveolar. Perlekatan gusi dengan gigi juga akan

rusak sehingga sulkus gusi akan semakin dalam dan plak yang ada

didalamnya semakin sulit terbersihkan (Rahmadhan, 2010). Keadaan

demikian terjadi karena lansia mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya

dengan membiarkan karang gigi menempel pada permukan giginya dan

tidak dibersihkan (Ramadhan, 2010).


Kondisi akan semakin parah apabila lansia terus menerus

membiarkan keadaan tersebut sehingga akan terjadi kerusakan jaringan

periodontal yang semakin meluas. Sulkus gusi bertambah dalam, membran

periodontal semakin rusak, dan tulang alveolar mengalami resorpsi

(menghilang), sehingga gigi akan kehilangan jaringan pendukungnya dan

menjadi goyang. Kerusakan seperti ini bersifat permanen. Untuk

perawatan kondisi jaringan periodontal tersebut akan dicoba dengan cara

melakukan pembedahan periodontal, bila tidak berhasil maka dilakukan

tindakan pencabutan (Ramadhan, 2010).


A. Desain Laporan Kasus

Desain Laporan Kasus dalam membuat Laporan Tugas Akhir dengan judul

Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Dengan Kasus Karies Mencapai Dentin di

Puskesmas Perumnas Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong Tahun

2019 merupakan laporan deskriptif yang berisikan tahapan dan langkah langkah

yang dilakukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Dengan

Kasus Karies Mencapai Dentin di Puskesmas Perumnas Kecamatan Curup Tengah

Kabupaten Rejang lebong

B. Sasaran

Sasaran dalam penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan

Keperawatan Gigi dan Mulut Dengan Kasus Karies Mencapai Dentin di Puskesmas

Perumnas Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2019 adalah

Pasien yang datang berobat ke Puskesmas Perumnas Dengan Kasus Karies

Mencapai Dentin

C. Waktu Dan Tempat

1. Waktu terjadinya Kasus

Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut kasus direnacakan mulai

minggu ke 1 (pertama) bulan April Tahun 2019

2. Tempat ditemukannya kasus

Tempat pelaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut kasus adalah

Puskesmas Perumnas Kecamatan Curup Tengah Kabupaten Rejang Lebong

21

22
D. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penulisan dilakukan dengan pengumpulan data

primer melalui wawancara untuk menegakkan diagnosa penyakit yang di derita

responden

2. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data

adalah kartu status pasien yang terdapat dalam family folder yang ada di

Puskesmas Perumnas yang berisi :

A. Identitas

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis Kelamin :

d. Agama :

e. Pekerjaan :-

f. Alamat :

g. Golongan Darah :

h. Nomor Telepon (Wali) :

B. Keluhan/Anamnesa

Menanyakan kepada pasien tentang keluhan pada saat datang ke

Puskesmas Perumnas dan menanyakan tentang riwayat penyakit yang di

derita seperti penyakit umum lainnya.

Anda mungkin juga menyukai