Anda di halaman 1dari 51

PEDOMAN TEKNIK

PEDOMAN
NO. 015/T/BM/1999
SK No. 60/KPTS/Db/1999

PENGATURAN LALU LINTAS UNTUK KESELAMATAN

SELAMA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JALAN


DAFTAR ISI

Halaman
Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 60/KPTS/Db/1999 ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ACUAN ………………………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1


1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………….. 1
1.3. Ruang Lingkup …………………………………………………………………….. 1
1.4. Pengertian ………………………………………………………………………….. 2

BAB II KETENTUAN ……………………………………………………………………. 4


2.1. Pertimbangan Keselamatan ………………………………………………………. 4
2.2. Alat Pengaturan dan Pengaman Lalu Lintas ……………………………………. 4
2.2.1. Rambu Tidak Tetap …………………………………………………………. 4
2.2.2. Papan Tambahan ……………………………………………………………. 5
2.2.3. Kerucut Lalu Lintas ………………………………………………………….. 5
2.2.4. Brikade ………………………………………………………………………… 5
2.2.5. Lampu Kedip/Penerang …………………………………………………….. 6
2.2.6. Bendera ………………………………………………………………………. 6
2.3. Penenmpatan Rambu dan Alat Pengaman Lalu Lintas ………………………… 6
2.3.1. Rambu ……………………………………………………………………….. 6
2.3.2. Kerucut Lalu Lintas …………………………………………………………. 8
2.3.3. Brikade ……………………………………………………………………….. 10
2.3.4. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara …………………….. 10
2.3.5. Bendera ……………………………………………………………………… 10
2.4. Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan ……………………………….. 11
2.4.1. Pekerjaan yang Tidak Membutuhkan Penutup Jalan …………………… 11
2.4.2. Penutupan Sebahagian Lajur Jalan ………………………………………. 11
2.4.3. Penutup Lajur Jalan ………………………………………………………… 12
2.4.4. Pekerjaan di Tengah Jalan ………………………………………………… 12
2.4.5. Pengalihan Arus Lalu Lintas ………………………………………………. 13
2.4.6. Pekerjaan di Tikungan Jalan ………………………………………………. 13
2.4.7. Pekerjaan di Persimpangan Jalan ………………………………………… 14
2.5. Pengaturan Pejalan Kaki ………………………………………………………….. 14
BAB III PROSEDUR ………………………………………………………………………. 15
3.1. Sistem Perambuan …………………………………………………………………… 15
3.1.1. Pekerjaan di Pinggir Jalan …………………………………………………… 15
3.1.2. Menutup Lajur ………………………………………………………………… 15
3.1.3. Pekerjaan di Tengah Jalan …………………………………………………. 16
3.1.4. Pengalihan Arus Lalu Lintas ………………………………………………... 16
3.1.5. Pekerjaan di Tikungan Jalan ……………………………………………….. 17
3.1.6. Pekerjaan di Persimpangan Jalan …………………………………………. 17
3.2. Prosedur Pengerjaan Perambuan …………………………………………………. 17
3.2.1. Rencana Pembuatan Tata Letak Perambuan ……………………………. 17
3.2.2. Pengoperasian Perambuan Lalu Lintas …………………………………… 18
3.2.3. Tahapan Akhir Pekerjaan …………………………………………………… 18

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………… 19
Lampiran A ……………………………………………………………………………….. 20
Lampiran B ……………………………………………………………………………….. 27
Lampiran C ……………………………………………………………………………….. 36
DAFTAR ACUAN

1) Defartemen of The Environmental (1990); Traffic Sings Manual, Chafter 8:


Traffic Safety Measures For Road Works, Departement of The Environmental,
London
2) HMSO (1994); Design Manual For Roads and Briges; Volume-8: Traffic Sign
and Lighting; Section-4: Traffic Management at Road Works, Part 1-3 HMSO,
London
3) Didik R, Idris M, dkk (1997); Safety Precaution During Maintenance and
Operation Institute of Road Engineering, Bandung
4) Poernomosidhi IF, Lanalyawati (1986); Konsep Pedoman Perambuan Untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan, Laporan Pengkajian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung
5) TRRL (1988); A Guide to Geometric Design, Overseas Road Note 6, Overseas
Unit TRRL, Crowthorne Berkshire, UK
6) Boyce AM, Mc Donald M, Perace MJ (1988); A Rivew of Geometric Design and
Standards For Rural in Developing Countries, TRRL Crowthorne Berkshire, UK
7) Direktorat Jendral Bina Marga (1997); Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota, Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta
8) Redaksi Sinar Grafika (1995); Undang-Undung Pengangkutan 1992; Sinar
Grafika, Jakarta
9) Redaksi Sinar Grafika (1993); Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan 1992; Penerbit Sinar Grafika, Jakarta
10) Redaksi Eko Jaya (1993) Petunjuk Pelaksanaan Unudang-Undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan 1992; Penerbit CV. Eko Jaya, Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pekerjaan pemeliharaan jalan merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi
Pembina jalan dalam rangka memelihara serta meningkatkan prasarana
transportasi nasional. Pekerjaan pemeliharaan jalan tersebut dalam
pelaksanaannya dapat menimbulkan gangguan kepada lalu lintas angkutan dan
pejalan kaki berupa kecelakaan serta kemacetan lalu lintas. Guna mencegah
kedua gangguan tersebut, Pembina jalan berkewajiban untuk menjamin
keselamatan untuk pengguna jalan dan pekerja serta menjamin kelancaran lalu
lintas dengan cara menerapkan pengaturan lalu lintas bersifat sementara pada
saat pekerjaan pemeliharaan jalan sedang dilaksanakan.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Manual ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis bagi pembina jalan dan
pelaksana pekerjaan untuk pengaturan lalu lintas selama pekerjaan pemeliharaan
jalan.

1.2.2. Tujuan
Tujuan pengaturan lalu lintas selama pekerjaan jalan adalah untuk menjamin
keselamatan bagi pemakai jalan dan pekerja akibat lalu lintas di sekitar daerah
pekerjaan pemeliharaan jalan selama pekerjaan pemeliharaan jalan dilaksanakan.

1.3. Ruang Lingkup


Manual pengaturan lalu lintas adalah meliputi perambuan sementara (peringatan,
Larangan, perintah, dan atau petunjuk) yang antara lain mencakup penggunaan
jenis rambu, ukura/design, teknik penempatan, serta pembuatan tata letak
perambuan. Pekerjaan pemeliharaan jalan yang dimaksudkan dalam manual ini
mencakup pekerjaan pemeliharaan jalan termasuk pekerjaan jalan termasuk
pekerjaan pemasangan utilitas jalan.

1.4. Pengertian
1) Pekerjaan pemeliharaan jalan adalah jenis pekerjaan yang berkaitan dengan
segala bentuk pemeliharaan jalan dan utilitas jalan.
2) Rambu-rambu lalu lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu lalu lintas
adalah salah satu dari prelengkapan jalan, berupa lambing, huruf, angka,
kalimat dan/atau perpaduan antaranya sebagai peringatan, larangan,
perintah, petunjuk bagi pemakai jalan (SK Menteri Perhubungan Tahun 1993
No. 11 Pasal 1 Ayat 1).
3) Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan
peringatan bahaya atau tempata berbahaya pada jalan di depan pemakai
jalan (SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal1 Ayat 2).
4) Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan
yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan ( SK Menteri Perhubungan Tahun
1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 3).
5) Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah
yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan ( SK Menteri Perhubungan Tahun
1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 4).
6) Rambu petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk
mengenai jurusan, jalan, situasi kota, tempat, pengaturan, fasilitas, dll bagi
pemakai ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 5).
7) Papan tambahan adalah papan yang dipasang di bawah daun rambu yang
memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu ( SK Menteri
Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 6).
8) Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak di pasang secara tetap
dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu ( SK Menteri
Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 11 Ayat 1).
9) Brikade adalah alat pengaman yang berguna sebagai penutup arus-arus lalu
lintas pada waktu pengerjaan jalan.
10) Kerucut lalu lintas adalah salah satu pembatas arus lalu lintas.
11) Tanda lampu lalu lintas adalah tanda yang berguna untuk memberi informasi
kepada pengemudi sehingga mengerti kapan dan di mana harus
menghentikan serta menjalankan kendaraannya.
12) Jalur adalah bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
13) Lajur adalah bagian dari jalur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
14) Kecepatan rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh
keistimewaan perencana jalan.
15) Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada (dalam
kendaraan biasa

BAB II
KETENTUAN

2.1. Pertimbangan Keselamat


Dalam rangka menerapkan perambuan sementara di lokasi pekerjaan jalan, maka
pada prinsipnya mengacu kepada aspek keselamatan, baik untuk pengguna jalan
(termasuk pejalan kaki) maupun pekerja. Pertimbangan pengaturan lalu lintas
melalui penempatan perambuan berdasar pada:
1) kecepatan rencana, dan
2) kapasitas jalan.

2.2. Alat Pengatur dan Pengaman Lalu Lintas


Alat pengatur dan pengaman lalu lintas yang digunakan (Lampiran B) untuk
perambuan dalam pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan jalan antara lain:
1) rambu tidak tetap,
2) papan tambahan,
3) kerucut lalu lintas,
4) brikade,
5) lampu kedip dan lampu penerangan sementara, dan
6) bendera.

2.2.1 Rambu Tidak Tetap


1) Disain Rambu
Secara garis besar disain rambu tidak tetap dapat dikelompokkan atas rambu
peringatan, larangan, perintah, petunjuk dan papan tambahan. Bentuknya adalah
sebagai berikut :
(1) Rambu tidak tetap berupa peringatan berbentuk empat persegi panjang,
(2) Rambu tidak tetap Berupa Larangan Berbentuk Lingkaran,
(3) Rambu tidak tetap Berupa perintah berbentuk bujur sangkar (belah ketupat),
(4) Rambu tidak tetap Berupa petunjuk berbentuk empat persegi pajang.

2). Jenis dan Ukuran Rambu


Jenis dan ukuran rambu yang digunakan dalam perambuan sementara untuk
pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan antara lain ditunjukkan pada
Lampiran B.1.1 s/d B.1.12.
3). Persyaratan dan Pesan Rambu
(1) Persyaratan Rambu
Persyaratan rambu tidak tetap dalam penggunaannya antara lain: harus
dalam kondisi baik, mudah dipindahkan, mudah diangkut, tidah mudah rusak
dan berfungsi pada waktu siang dan malam hari.
(2) Pesan Rambu
Rambu-rambu yang dipasang antara lain harus menarik perhatian, mudah
terlihat dan dibaca oleh pengemudi, mudah dimengerti dan efektif, pada waktu
siang dan malam hari.

2.2.2. Papan Tambahan


Papan tambahan yang ditempatkan di bawah rambu memiliki bentuk empat persegi
pajang seperti ditunjukkan pada Lampiran B.1.13.

2.2.3. Kerucut Lalu Lintas


Ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan Lampiran B.1.14.

2.2.4. Brikade
Ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan Lampiran B.1.15.

2.2.5. Lampu Kedip/Penerang


Contoh kedip dan lampu penerang bersifat sementara ditunjukkan pada Lampiran
B.1.16a dan B.1.16b.

2.2.6. Bendera
Bendera digunakan untuk membantu pengaturan lalu lintas pada siang hari, yang
berfungsi memberi isyarat kepada pengemudi agar berhati-hati di lokasi pekerjaan.
Disain dan ukurannya ditunjukkan pada Lampiran B.1.17.

2.3. Penempatan Rambu dan Alat Pengaman Lalu Lintas

2.3.1. Rambu
1) Jarak penempatan rambu pertama ke awal taper
Penenpatan rambu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat oleh
pengemudi dari jarak yang cukup aman dan dapat memberikan waktu yang
cukup bagi pengemudi untuk mengatur kecepatan atau menghentikan
kendaraannya . Jarak minimum rambu pertama ke awal taper sebelum lokasi
pekerjaan didasarkan atas jarak pandang henti minimum, di mana hal ini
bergantung kepada

Tabel 1 Jarak Pandang Henti Minimum

Kecepatan Rencana Jarak Pandang Henti Minimum


(VR) (JPh)
30 km/jam 27m
40 km/jam 40m
50 km/jam 55m
60 km/jam 75m
80 km/jam 120m
100 km/jam 175m
120 km/jam 250m

2). Jarak Penempatan Rambu Kecepatan


Jarak minimum penempatan rambu kecepatan ke awal taper sebelum lokasi
pekerjaan didasarkan atas jarak henti minimum yang meliputi jarak reaksi (PIEV
Dintance) dan jarak pengereman (breaking distance) seperti ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jarak Henti Minimum
Kecepatan Rencana Jarak Pandang Henti Minimum
(VR) (JP)
30 km/jam 12m
40 km/jam 23m
50 km/jam 36m
60 km/jam 53m
80 km/jam 73m
100 km/jam 96m
120 km/jam 110m

3) Urutan Penenpatan Rambu


Urutan jenis rambu dan jarak penempatan sebelum mencapai lokasi pekerjaan
serta urutan jenis rambu dan jarak penempatan setelah melewati lokasi
pekerjaan dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 1 dan Tabel 3.

R1 R2 R3 R4/ R5 R6
R5

Gambar 1 Urutan Penempatan Rambu


Tabel 3 Jarak Relatif Penempatan Rambu (dalam satuan meter) Berdasarkan JH

Jarak Penempatan Rambu Berdasarkan JH dan JP pada Ruas Jalan


Rambu Jarak dari dengan Kecepatan Rencana (eksiting)
Jenis Rambu
ke ke 30 40 50 60 80 100 120
km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam km/jam
R1 Rambu orang bekerja + papan tambahan AT 27 40 55 75 120 175 250
petunjuk untuk pengurangan kecepatan LP 33 54 79 113 175 250 335/
350
R2 Rambu batas kecepatan AT 12 23 36 53 73 96 110
R3 Rambu jalan menyempit AT 6 14 24 38 55 75 85
R4 Rambu orang bekerja AT 0 0 0 0 0 0 0
LP 6 14 24 38 55 75 85
R5 Rambu petunjuk arah (kiri/kanan) AT 0 0 0 0 0 0 0
LP 0 0 0 0 0 0 0
R6 Rambu akhir pekerja LP 6 14 24 38 55 75 85

AT : Awal Taper
LP : Lokasi Pekerja
2.3.2. Kerucut Lalu Lintas
Kerucut lalu lintas ditempatkan sebelum lokasi pekerja dan di sepanjang pekerja dan
sesudah lokasi pekerja untuk membatasi daerah kerja yang cukup aman dengan jalur
lalu llintas. Penenmpatan kerucut lalu lintas ini diatur sedeemikian rupa secara
berdampingan parallel dengan arus lalu lintas serta mengikuti bentuk taper sebelum
dan sesudah lokasi pekerja. Jarak penempatan kerucut lalu lintas di sepanjang lokasi
pekerja ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan penempatan kerucut lalu lintas pada
taper minimum berjarak 1,2 meter.

Tabel 2 Jarak Penempatan Kerucut Lalu Lintas

Kategori Penempatan Skala Panjang Pekerjaan Jarak Kerucut


Kerucut (P)
Pendek P ≤ 100 m 3 meter
Normal 100 m < P ≤ 500m 9 meter
Panjang 500 m < P ≤ 1000m 18 meter

Panjang minimum taper (Gambar 1) sebelum lokasi pekerja © ditentukan oleh lebar pekerja
(a) serta jarak antara ujung taper ke titik awal pekerjaan ini ditentukan dari jarak kendaraan
berhenti didasarkan atas kecepatan rencana (Tabel 1) sehingga pajang taper tersebut dapat
ditentukan menggunakan rumus phytagoras (Gambar 2).

b 0.5b
a
c d

Gambar 2 Panjang Taper

Jadi panjang minimum taper sebelum lokasi pekerjaan :


c = √ ( a2 + b2 ) meter ………………………………………………………………………..(1)

Catatan : a = lebar pekerja


b = minimum rambu pekerja jalan ke lokasi pekerjaan
c = panjang minimum taper
dan panjang minimum taper setelah lokasi pekerjaan pada ruas jalan satu arah adalah:
d = √ (a2 + (0,5b)2 ) meter ……………………………………………………………………… (2)
Sedangkan panjang taper setelah lokasi pekerjaan untuk jalan dua arah ditentukan
menggunakan Rumus (1).

2.3.3. Brikade
Brikade ditempatkan pada awal dan ujung daerah kerja masing-masing sejauh 1 km
dari lokasi pekerjaan di mana bagian muka brikade menghadap kea rah datangnya
lalu lintas. Bagian muka brikade ini adalah bagian yang bergaris hitam. Pada lokasi
pekerjaan dengan volume pejalan kaki yang tinggi, brikade ini harus ditempatkan di
sepanjang lokasi pekerjaan guna mengamankan lokasi tersebut agar aktivitas pejalan
kaki tidak terganggu.

2.3.4. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara


Lampu kedip/lampu penerang ditempatkan berdekatan dengan lokasi pekerjaan jalan
khususnya pada malam hari. Lampu tersebut harus terlihat dengan jelas, tidak
terhalang dan tidak menghalangi rambu lainnya. Khusus lampu penerang harus
mampu menerangi lokasi pekerjaan.

2.3.5. Bendera
Bendera sebagai salah satu alat Bantu pengaturan lalu lintas ditempatkan sebelum
lokasi pekerjaan di atas daun rambu atau dipegang oleh petugas.

2.4. Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan


Dalam rangka upaya menjamin keselamatan pada lokasi pekerjaan jalan alat
pengendali dan pengaman lalu lintas serta teknik penenmpatannya harus
mempertimbangkan factor keselamatan lalu lintas termasuk pejalan kaki. Disamping
itu, pengaturan lalu lintas agar lebih efektif juga harus memperhitungkan kondisi lalu
lintas sehingga tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, perhitungan
volume lalu lintas serta kapasitas jalan mutlak diperlukan.

2.4.1. Pekerjaan Yang Tidak Membutuhkan Penutupan Jalan


Pekerjaan yang tidak membutuhkan penutupan jalan antara lain pekerjaan di pinggir
jalan, pekerjaan pada trotoar atau bahu jalan. Pengaturan lalu lintas pada pekerjaan
seperti ini harus mempertimbangkan hal-hal antara lain sebagai berikut :
1) Keselamatan pejalan kaki,
2) Fasilitas pejalan kaki,
3) Pengalihan lajur pejalan kaki (bila diperlukan) dari trotoar/bahu jalan yang aman
dari lalu lintas kendaraan dan aktifitas pekerjaan.
Sistem perambuannya ditunjukkan pada Butir 3.1.1. dan contoh tataletaknya pada
Lampiran B.2.1. dan B.2.2.
2.4.2. Penutupan Sebagai Lajur Jalan
Pekerjaan jalan yang harus menutupi sebagian lajur jalan (Lihat Lampiran B.2.3. dan
Lampiran B.2.4.) merupakan pekerjaan yang menghabiskan sebagian badan jalan.
Pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan seperti ini harus mempertimbangkan :
1) Volume lalu lintas,
2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa,
3) Keselamat pejalan kaki,
4) Pengalihan lajur pejalan kaki (bila diperlukan) yang aman dari aktivitas pekerjaan
perambuannya dan lalu lintas kendaraan.
Cara perambuannya diberikan pada Butir 3.1.2.

2.4.3. Penutupan Lajur Jalan


Pekerjaan yang memerlukan penutupan satu atau lebih lajur jalan secara penuh
membutuhkan beberapa pertimbangan keselamatan dan kelancaran lalu lintas,
anata lain :
1) Volume lalu lintas,
2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa sehingga pengalihan lalu lintas ke lajur lain
tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas,
3) Lokasi pekerjaan harus terjaga dari aktivitas lalu lintas berkecepatan tinggi.
Sistem perambuan ditunjukkan pada butir 3.1.3. dan contoh tata letaknya pada
Lampiran B.2.4. dan B.2.5.

2.4.4. Pekerjaan di Tengah Jalan


Pekerjaan di tengah jalan sangat rawan dan harus benar-benar terlindungi dari
aktivitas lalu lintas dan harus mendapatkan perhatian besar untuk menjamin
keselamatan para pekerja jalan. Beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam
pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tengah jalan antara lain :
1) Volume lalu lintas,
2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa sehingga pengalihan lalu lintas ke lajur lain
tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas,
3) Lokasi pekerjaan harus terjaga dari aktivitas lalu lintas berkecepatan tinggi.
Sistem pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tengah jalan ini diberikan pada Butir
3.4.1. dan contoh tata letak perambuannya ditunjukkan pada Lampiran B.2.6.

2.4.5. Pengalihan Arus Lalu Lintas


Pada pekerjaan yang menutup lebar jalan atau lebar jalur secara penuh, lalu
lintasnya harus dialihkan pada jalur lain (Lampiran B.2.6) atau dengan membuat jalur
tambahan seperti ditunjukkan pada Lampiran B.2.7. Pengaturan lalu lintas pada
lokasi pekerjaan seperti ini memerlukan pertimbangan, antara lain :
1) Volume lalu lintas,
2) Tersedianya jalur untuk mengaluhkan arus lalu liantas,
3) Kapasitas jalur untuk pengalihan lalu lintas ini minimal sama dengan kapasitas
jalur yanmg ditutup, sehingga tidak terjadi kemacetan lalu lintas,
4) Untuk lajur jalan dengan pengalihan yang dubuat bersifat sementara seperti
ditunjukkan pada Lampiran B.2.8. harus mampu mengalirkan lalu lintas secara
normal,
5) Pengalihan arus haruslah mencukupi lebar jalan yang dapat dilewati dua
kendaraan berat dua arah,
6) Lajur jalan bersifat sementara inin harus awet hingga pekerjaan jalan selesai,
7) Diperlukan beberapa pekerja untuk menjaga dan membantu pengalihan arus lalu
lintas tersebut.
Sistem perambuannya diberikan pada Butir 3.1.5.

2.4.6. Pekerjaan Pada Tikungan Jalan


Pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tikungan jalan seperti ditunjukkan dalam
Lampiran B.2.8 pada prinsipnya memiliki pola pengaturan lalu lintas yang sama
dengan ruas jalan lainnya. Pertimbangan lainnya yang perlu dimasukkan adalah :
1) Jarak pandang serta ruang bebas pandang harus tetap terpenuhi,
2) Petugas pengatur lalu lintas harus ditempatkan pada kedua ujung tikungan jalan.
Sistem perambuan diberikan pada Butir B.3.1.6.

2.4.7. Pekerjaan Pada Persimpangan Jalan


Pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan di persimpangan jalan, selain
pertimbangan seperti diberikan pada Butir 2.4.1. s/d 2.4.6, informasi adanya
pekerjaan jalan pada persimpangan harus diberikan pada semua kaki
persimpangan.
Sistem perambuan serta contoh pengaturannya ditunjukkan pada Butir 3.1.7 dan
Lampiran B.2.9.

2.5. Pengaturan Pejalan Kaki


Pejalan kaki yang biasa menggunakan lokasi pekerjaan dalam menjalankan
aktivitasnya harus terhindar dari pengaruh yang diakibatkan oleh aktivitas pekerjaan
serta lalu lintas di sekitarnya. Lalu lintas pejalan kaki ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat terpisah dari aktivitas pekerjaan dan lalu lintas, yaitu dengan cara
memberi fasilitas berupa lajur khusus bagi pejalan kaki. Pengaturan lalu lintas
pejalan kaki diatur dengan cara berikut :
1) Brikade atau penghalang harus ditempatkan di sepanjang lokasi pekerjaan guna
menutup lokasi pekerjaan tersebut.
2) Lebar lajur untuk pejalan kaki berkisar antara 1 m s/d 1,5 m.
3) Pada bagian luar dari lajur pejalan kaki yang berdampingan dengan arus lalu
lintas harus ditempatkan kerucut lalu lintas di sepanjang lajur pejalan kaki di
lokasi pekerjaan tersebut.
BAB III
PROSEDUR

3.1. Sistem Perambuan


3.1.1. Pekerjaan Pinggir Jalan
Tata letak penempatan rambu seperti ditunjukkan pada Lampiran B.1.2. dan
Lampiran B.2.2. merupakan salah satu contoh pengaturan lalu lintas untuk pekerjaan
di pinggir jalan. Rambu harus harus ditempatkan pada awal dan ujung lokasi
pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :
1) Tempatkan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal
lokasi pekerjaan,
2) Tempatkan rambu akhir pekerjaan sesuai dengan Tabel 2 sebelum akhir ujung
lokasi pekerjaan.

3.1.2. Menutup Lajur


Tata letak penempatan rambu serta perlengkapan pengaman lainnya untuk
pekerjaan jalan yang membutuhkan penutup sebagian lajur ditunjukkan seperti pada
Lampiran B.2.3. dan Lampiran B.2.4.
1) Tempakan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal
lokasi pekerjaan,
2) Tempatkan rambu kecepatan sesuai denga Tabel 2 setelah rambu pertama,
3) Tempatkan rambu jalan menyempit setelah rambu kecepatan sesuai dengan
Tabel 2,
4) Rambu orang sedang bekerja detempatkan pada awal taper,
5) Rambu panah ke kiri/kanan ditempatkan pada titik awal lokasi pekerjaan,
6) Penghalang ditempatkan pada setiap ujungawal dan akhir lokasi pekerjaan,
7) Rambu panah kekiri dan kekanan ditempatkan di dekat brikade,
8) Tempatkan kerucut lalu lintas sepanjang taper dan sepanjang lokasi pekerjaan
sesuai dengan Tabel 3,
9) Rambu akhir pekerjaan ditempatkan pada ujung taper setelah lokasi pekerjaan.

3.1.3. Pekerjaan di Tengah Jalan


Tata letak perambuan pada pengaturan lalu lintas di lokasi pekerjaan di tengah jalan
ditunjukkan seperti pada Lampiran B.2.5. dan Lampiran B.2.6, dimana urutannya
diberikan sebagai Berikut :
1) Tempatkan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal
lokasi pekerjaan,
2) Tempatkan rambu kecepatan sesuai dengan Tabel 2,
3) Tempatkan rambu jalan menyempit setelah rambu kecepatan sesuai denga
Tabel 3,
4) Rambu orang sedang bekerja ditempatkan pada awal taper pada tepi kiri/kanan
jalan,
5) Rambu panah ke kiri/kanan ditempatkan pada titik awal lokasi pekerjaan
(ditengah jalan),
6) Tempatkan brikade pada awal lokasi pekerjaan,
7) Tempatkan kerucut lalu lintas sepanjang taper dan sepanjang lokasi pekerjaan
disebelah kiri/kanan lokasi pekerjaan sesuai dengan Tabel 3,
8) Rambu akhir pekerjaan ditempatkan pada ujung taper setelah lokasi pekerjaan.
Pada akhir lokasi pekerjaan jalan rambu-rambu tersebut ditempatkan denga urutan
yang berlawanan.

3.1.4. Pengalihan Arus


Tata letak perambuan serta alat perlengkapan pengaman lainnya dapat ditunjukkan
seperti pada Lampian B.2.6. DAN Lampiran B.2.7. Urutan penempatan perambuan
pada prinsipnya sama dengan Butir 3.1.2. dan 3.1.3.

3.1.5. Pekerjaan di Tikungan


Tata letak perambuan serta alat perlengkapan pengaman lainnya dapat ditunjukkan
seperti pada Lampian B.2.6. DAN Lampiran B.2.7. sedangkan teknik penempatan
perambuannya sesuai dengan Butir 3.1.2. dan 3.1.3.

3.1.6. Pekerjaan di Persimpangan


Informasi adanya pekerjaan jalan pada persimpangan diberikan pada setiap kaki
persimpangan. Penempatan perambuannya disesuaikan dengan Butir B.3.1.2 Butir
3.1.3 dan Butir 3.1.5.

3.2. Prosedur Pengejaan Perambuan


Prosedur pengerjaan perambuan lalu lintas pada pekerjaan pemeliharaan jalan ini
meliputi dua tahapan pekerjaan yaitu tahap perencanaan tata letak perambuan,
tahap pengoperasian perambuan lalu lintas, dan tahap pekerjaan setelah pekerjaan
pemeliharaan jalan telah selesai.
3.2.1. Remcana Perambuan Tata Letak Perambuan
Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam perencanaan pembuatan tata letak
perambuan ini adalah :
1) Perkiraan tentang skala pekerjaan :
a. tentukan skala waktu pekerjaan,
b. tentukan skala luas/panjang pekerjaan
2) Lakukan survai lapangan guna mengetahui kondisi lalu lintas pada lokasi
pekerjaan serta hitung perbandingan volume lalu lintas dan kapasitas jalan,
3) Bila perbandingan volume dan kapasitas jalan ini tidak memenuhi kriteria, maka
waktu pelaksanaan ditetapkan pada saat kondisi lalu lintas lebih lengang
(misalnya: pada waktu malam hari),
4) Mempersipkan rambu serta alat pengatur lalu lintas yang dibutuhkan,
5) Membuat rencana penempatan (tata letak) rambu serta alat pengatur lalu lintas
lainnya, sesuai dengan lokasi pekerjaan dan lokasi lalu lintas yang mengacu
kepada Butir 3.1 s/d 3.5,
6) Diskusikan/konfirmasikan rencana tata letak rambu dengan pihak terkait,
khususnya dengan pihak Polisi Lalu Lintas setempat sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai.

3.2.2. Pengoperasian Perambuan Lalu Lintas


Tahapan pekerjaan pada waktu pengoperasian pengaturan lalu lintas berdasarkan
tata letak perambuan adalah :
1) Atur lalu lintas sambil mempersiapkan pemasangan sistem perambuan lalu
lintas,
2) Tempatkan rambu-rambu lalu lintas serta alat pengatur lalinnya sesuai dengan
gambar tata letak perambuan yang dibuat,
3) Tempatkan beberapa orang petugas tambahan guna membantu pengaturan lalu
lintas, jika lalu lintas dinilai padat.

3.3.3. Tahapan Akhir Pekerjaan


Tahapan pekerjaan setelah pekerjaan pemeliharaan jalan selesai adalah :
1) Rambu-rambu serta alat pengatur lainnya segera disingkirkan/dipindahkan
agar tidak menimbulkan keraguan kepada pemakai jalan,
2) Rambu-rambu dan alat pengatur lalu lintas dibersihkan serta ditempatkan
dalam gudang penyimpanan agar dapat digunakan kembali.
LAMPIRAN

Lampiran A : Daftar Istilah


Lampiran B1 : Rambu tidak tetap dan alat pengatur lalu lintas lainnya
Lampiran B2 : Contoh tata letak pengaturan lalu lintas pada pekerjaan jalan
Lampiran C : Daftar nama dan Lembaga
LAMPIRAN A
DAFTAR ISTILAH

1) Breaking Distance : Jarak Pengereman


2) Brikade : Penghalang
3) Carriageway : Jalur
4) Lane : Lajur
5) Road Maintenance : Pekerjaan Pemeliharaan Jalan
6) Stop Sight Distance : Jarak Pandang Henti
7) Speed Design : Kecepatan Rencana
8) Traffic Management : Pengaturan Lalu Lintas
9) Traffic Sign : Rambu Lalu Lintas
10) Traffic Cone : Kerucut Lalu Lintas
11) PIEV Distance : Jarak Tanggap
LAMPIRAN B1
JENIS RAMBU DAN PENGATUR LALU LINTAS
(Bentuk, Ukuran, Warna)

NO NAMA RAMBU DISAIN UKURAN


B.1.1 Rambu Peringatan Bentuk :Belah ketupat
Hati-hati Ukuran :90 X 90 cm
Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.2 Rambu Peringatan Bentuk :Belah ketupat


Ada Pekerjaan di Ukuran :90 X 90 cm
Jalan Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.3 Rambu Peringatan Bentuk :Belah ketupat


Penyempitan Jalan Ukuran :90 X 90 cm
Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.4 Rambu Peringatan Bentuk :Belah ketupat


Lampu Lalu Lintas Ukuran :90 X 90 cm
Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.5 Rambu Peringatan Bentuk :Lingkaran


Lalu Lintas Dua Ukuran :90 X 90 cm
Arah Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.6 Rambu Larangan Bentuk :Segi Delapan


Berjalan Terus Ukuran :
Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

STOP

B.1.7 Rambu Larangan Bentuk :Lingkaran


Kecepatan Ukuran :90 cm
Kendaraan Lebih Warna : -
dari 40 Km/Jam Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

40 km

B.1.8 Rambu Perintah Bentuk :Lingkaran


Wajib Mengikuti Ukuran :90 cm
Arah ke Kiri dan Warna : -
Kanan Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.9 Rambu Perintah Bentuk :Lingkaran


Lajur yang Wajib Ukuran : Diameter 90
Dilewati cm
Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.10 Rambu Perintah Bentuk :Lingkaran


Lakur yang Wajib Ukuran :90 cm
Dilewati Warna : -
Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam

B.1.11 Rambu Perintah Bentuk :Lingkaran


yang Wajib Melewati Ukuran :90 cm
Salah Satu Lajur Warna : -
yang Ditunjuk Latar belakang :Kuning
Simbol : Hitam
B.1.12 Rambu Petunjuk Bentuk :Segi Empat
Tempat Berajalan Ukuran : 75 x 60 cm
Kaki Warna : -
Latar belakang :Biru
Simbol : Putih
LAMPIRAN B.2.3
Pekerjaan Pada Sebagian LakurJalan
Dengan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Trotoar
LAMPIRAN B.2.4
Pekerjaan Pada Bahu Jalan Dan Sebagian LajurJalan
Dengan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Badan Jalan
LAMPIRAN B.2.5
Pekerjaan Penutup Satu LajurJalan
Dan Fasilitas Pejalan Kaki Di Trotoar/Bahu Jalan

LAMPIRAN B.2.6
Pekerjaan Di Tengah Jalan (Menutup Satu Lajur Jalan)
Pada Ruas Jalan Satu Arah 3 Lajur
LAMPIRAN B.2.7
Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Di Tengah Jalan (Menutup Satu Lajur
Jalan) Pada Ruas Jalan Dua Jalur 2 Lajur
LAMPIRAN B.2.8
Pengaturan Lalu Lintas Pada
Pekerjaan Di Tengah Jalan (Menutup Satu Lajur Jalan)
Pengalihan Arus Melalui Jalur Darurat
LAMPIRAN B.2.9
Pengaturan Lalu Lintas Pada
Pekerjaan Di Tikungan Jalan (Menutup Satu Lajur Jalan)
LAMPIRAN B.2.10
Pekerjaan Di Persimpangan Jalan
LAMPIRAN C
DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

1. Lembaga Pemrakarsa
ƒ Pusat Litbang Jalan, Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umu.
ƒ Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

2. Tim Penyusun
No NAMA LEMBAGA
1 DR. Ir. IF. Poernomosidhi, MSc Puslitbang Jalan
2 Drs. Muhammad Idris Puslitbang Jalan

Anda mungkin juga menyukai