Anda di halaman 1dari 164

Civil Engineering’21

TUGAS BESAR

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

Tugas ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah
Perancangan Geometrik Jalan pada Program Studi Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Dikerjakan Oleh:

MOHAMAD ALIF NUGRAHA

F 111 21 160

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu – Sulawesi Tengah
2022/2023
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga kami bisa menyelesaikan
Tugas Besar yaitu Laporan Perencanaan Geometrik Jalan. Adapun tujuan disusunnya
laporan ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah Perencanaan
Geometrik Jalan. Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam
pengetahuan kualitas intelektual dalam pemahaman ilmu sipil.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena hasil kerja keras saya semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini,

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu, saya selaku penyusun menerima dengan tangan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga
laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Palu, Juni 2023

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ( )


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ( )
SOAL TUGAS PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ......................................... ( )

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK ANTAR KOTA


2.1 KLASIFIKASI JALAN ............................................................................................. ( )
2.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan ................................................................... ( )
2.1.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Penggunaan Jalan ........................................ ( )
2.1.3 Klasifikasi Medan Jalan ................................................................................... ( )
2.1.4 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan........................................ ( )
2.2 KRITERIA PERENCANAAN................................................................................... ( )
2.2.1 Kendaraan Rencana ........................................................................................ ( )
2.2.2 Satuan Mobil Penumpang ............................................................................... ( )
2.2.3 Volume Lalu Lintas Rencana ......................................................................... ( )
2.2.4 Kecepatan Rencana ......................................................................................... ( )
2.2.5 Analisa Kapasitas Jalan .................................................................................. ( )
2.3 BAGIAN – BAGIAN JALAN .................................................................................... ( )
2.3.1 Ruang Manfaat Jalan ...................................................................................... ( )
2.3.2 Ruang Milik Jalan ............................................................................................ ( )
2.3.3 Ruang Pengawasan Jalan ................................................................................ ( )
2.4 PENAMPANG MELINTANG................................................................................... ( )
2.4.1 Komposisi Penampang Melintang ................................................................. ( )
2.5 JARAK PANDANG .................................................................................................... ( )
2.5.1 Jarak Pandang Henti ...................................................................................... ( )
2.5.2 Jarak Pandang Menyiap.................................................................................. ( )

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III KOMPONEN – KOMPONEN ALINYEMEN HORIZONTAL DAN


VERTIKAL
3.1 ALINYEMEN HORIZONTAL ................................................................................. ( )
3.1.1 Bentuk Bagian Lengkung ................................................................................. ( )
3.1.2 Trase .................................................................................................................. ( )
3.1.3 Jari-Jari Tikungan ............................................................................................ ( )
3.1.4 Tikungan Gabungan ......................................................................................... ( )
3.1.5 Superelevasi ....................................................................................................... ( )
3.1.6 Pelebaran Jalur Lalu Lintas Di Tikungan ...................................................... ( )
3.2 ALINYEMEN VERTIKAL ....................................................................................... ( )
3.2.1 Lengkung Vertikal ........................................................................................... ( )
3.2.2 Landai Maksimum ........................................................................................... ( )
3.2.3 Koordinasi Alinyemen .................................................................................... ( )
3.2.4 Lajur Pendakian ............................................................................................. ( )
3.2.5 Galian dan Timbunan ..................................................................................... ( )
3.3 PROSES UMUM PERENCANAAN TIKUNGAN .................................................. ( )
3.4 FLOW CHART PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN .................................. ( )

BAB IV ANALISIS DAN DESAIN

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................ ( )
5.2 SARAN ............................................................................................................. ( )

LEMBAR ASISTENSI ................................................................................................... ( )

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING
Perancangan Geometrik Jalan
BAB I

PENDAHULUAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I
PENDAHULUAN

Perencanaan geometrik jalan merupakan tahap awal dalam pembangunan


sebuah jalan yang sangat penting untuk memastikan bahwa jalan yang dibangun
dapat digunakan secara efektif dan aman oleh pengguna jalan. Perencanaan
geometrik jalan mencakup berbagai aspek, termasuk pemilihan trase, penentuan
lebar jalan, radius tikungan, dan elevasi jalan.

Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah merancang jalan yang aman,


efisien, dan fungsional untuk semua jenis pengguna jalan dengan
mempertimbangkan keselamatan, efisiensi, keterjangkauan, kebutuhan lingkungan,
dan keterpaduan sosial.

Beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui adalah sebagai berikut


(Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997) :
1) Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median dan bahu jalan.
2) Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat
dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan
lapis permukaan.
3) Batas Median Jalan adalah bagian median selain jalur tepian, yang biasanya
ditinggikan dengan batu tepi jalan.
4) Daerah di Luar Kota adalah daerah lain selain daerah perkotaan.
5) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) adalah daerah yang meliputi seluruh badan
jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
6) Ruang Milik Jalan (Rumija) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah
manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan
penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk
pengaman jalan.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

7) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) adalah lajur lahan yang berada di


bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk
pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak
mencukupi.
8) Daerah Perkotaan adalah daerah kota yang sudah terbangun penuh atau areal
pinggiran kota yang masih jarang pembangunannya yang diperkirakan akan
menjadi daerah yang terbangun penuh dalam jangka waktu kira-kira 10 tahun
mendatang dengan proyek perumahan, industri, komersil dan berupa
pemanfaatan lahan lainnya yang bukan untuk pertanian.
9) Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan
dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya
kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
10) Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu
lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu
lintas harian rata - rata tahunan.
11) Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam,
ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam
dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menit tertinggi.
12) Jalan Antar Kota adalah jalan-jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi dengan ciri-ciri tanpa perkembangan yang menerus pada sisi
manapun termasuk desa, rawa, hutan, meskipun mungkin terdapat
perkembangan permanen, misalnya rumah makan, pabrik, atau perkampungan.
13) Jarak Pandang (Jr) adalah jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat dilihat
oleh pengemudi.
14) Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak pandang yang dibutuhkan
untuk dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
15) Jarak Pandang Henti (Jp) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam keadaan
biasa.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

16) Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan kemiringan
penuh.
17) Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
18) Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih).
19) KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
20) Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per jam.
21) Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika kondisi
yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan
perencanaan jalan.
22) Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih dalam satu jurusan.
23) Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
24) Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4
sampai 6.
25) Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
26) Strip Tepian adalah bagian datar median yang perkerasannya dipasang dengan
cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk menjamin
ruang bebas samping pada jalur.
27) Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu yang

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan dan
lingkungan yang berlaku, dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam.
28) Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada
jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari
perkalian VLHR dengan faktor K.
29) Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama
satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
30) Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan
volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan
tertentu.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING
Perancangan Geometrik Jalan
BAB II

KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK


ANTAR KOTA

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II
KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK ANTAR KOTA

2.1 KLASIFIKASI JALAN


2.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas :
1. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien.
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
2.1.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan penggunaan jalan
Jalan, berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan
pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran LLAJ, diklasifikasikan
menjadi 4 seperti diuraikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kelas jalan sesuai penggunaanya

Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan


(Bina Marga, 2021)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.1.3 Klasifikasi Medan Jalan


1. Medan jalan dimana jalan dibangun diklasifikasikan. Masing-masing
klasifikasi medan tersebut mempunyai ciri-ciri, baik secara bentuk fisik
unsur geometrik maupun secara operasional dari Pengguna Jalan, dan ciri-
ciri tersebut saling sinergi satu dengan lainnya.
2. Dalam proses desain awal, potongan melintang topografi medan jalan
mempunyai pengaruh terhadap penetapan alinemen horizontal dan vertikal
jalan, serta kecepatan desain. Topografi medan jalan diklasifikasi menjadi
tiga, yaitu: datar, bukit dan gunung. Tabel 2.2 menunjukkan klasifikasi
tersebut dan kriterianya.

Tabel 2.2 Klasifikasi medan jalan

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan (1997)

3. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus


mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase
jalan dengan mengabaikan peru
4. bahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.1.4 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.34/2006
adalah:
1. Jalan nasional
2. Jalan provinsi
3. Jalan kabupaten
4. Jalan kota
5. Jalan desa

2.2 KRITERIA PERENCANAAN


1.1.1. Kendaraan Rencana
1. Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
2. Kendaraan rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori :
a. Kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
b. Kendaraan sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus
besar 2 as;
c. Kendaraan besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
3. Dimensi dasar untuk masing-masing kategori kendaraan rencana
ditunjukkan dalam Tabel 2.3 dan Gambar 2.1 s.d. Gambar 2.3 menampilkan
sketsa dimensi kendaraan rencana tersebut.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 2.3 Dimensi dan Radius putar kendaraan desain sesuai Kelas
Penggunaan Jalan

Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan


(Bina Marga, 1997)

Gambar 2.1 Alur lapak ban dan badan kendaraan Kecil


Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 2.2 Alur lapak ban dan badan kendaraan Kecil saat membelok
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)

Gambar 2.3 Alur lapak ban dan badan kendaraan Besar saat membelok
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.2.2 Satuan Mobil Penumpang


1. SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan,
dimana mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.
2. SMP untuk jenis-jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat
dilihat dalam Tabel 2.4. Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku
Manual Kapasitas Jalan Indonesia.

Tabel 2.4 Ekivalen mobil penumpang (emp)

Sumber : MKJI (1997)

2.2.3 Volume Lalu Lintas Rencana


1. Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas
dinyatakan dalam SMP/hari.
2. Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas
pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas yang dinyatakan dalam
SMP/jam.
3. VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas
lalu lintas lainnya yang diperlukan.
4. Tabel 2.5 menyajikan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan
VLHR-nya.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 2.5 Penentuan factor-K dan factor-F berdasarkan volume lalu lintas
harian

Faktor-K Faktor-F
VLHR
(%) (%)
>50.000 4-6 0,9 – 1
30.000 - 50.000 6-8 0,8 – 1
10.000 - 30.000 6-8 0,8 – 1
5.000 - 10.000 8 - 10 1,6 - 0,8
1.000 - 5.000 10 - 12 0,6 - 0,8
<1.000 12 - 16 <0,6
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan
(Bina Marga, 1997)

2.2.4 Kecepatan Rencana


1. Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan
yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang
memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang
dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
2. VR untuk masing-masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel
2.6.
3. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat
diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari
20 km/jam.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 2.6 Korelasi padanan antarpengelompokan jalan berdasarkan SJJ,


Fungsi, Status, Kelas, dan SPPJ serta tipe jalan dan rentang VD

Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan


(Bina Marga, 2021)

2.2.3 Analisa Kapasitas Jalan


1. Untuk jalan tak-terbagi, semua analisa (kecuali analisa- kelandaian
khusus) dilakukan pada kedua arah, menggunakan satu set formulir.
2. Untuk jalan terbagi, analisa dilakukan pada masing-masing arah dan
seolah-olah masing-masing arah adalah jalan satu arah yang
terpisah.
Dimana :
C : Kapasitas
Co : Kapasitas Dasar (smp/jam)
FCw : Faktor Penyesuaian akibat lebar jalur lalu-lintas
FCsp : Faktor Penesuaian akibat pemisahan arah
FCsf : Faktor Penyesuaian akibat hambatan samping

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Sumber : MKJI No.036 /TBM (1997)

Sumber : MKJI No.036 /TBM (1997)

Sumber : MKJI No.036 /TBM (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Sumber : MKJI No.036 /TBM (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.3 BAGIAN-BAGIAN JALAN


2.3.1 Ruang Manfaat Jalan
Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) dibatasi oleh (lihat Gambar
2.4) :
1. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi
jalan,
2. Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan
3. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.

RUMIJA

RUMAJA +5.00 m
SELOKAN
RUMAJA

BAHU BAHU
BATAS

RUMIJA
BATAS
JALAN LALU LINTAS

-0.00 m

TA
LU
-1.50 m
BATAS KEDALAMAN RUMAJA

RUANG PENGAWASAN JALAN (SESUAI 11 3 . 3)

Gambar 2.4 Hubungan antara RUMAJA, RUMIJA dan RUWASJA


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.3.2 Ruang Milik Jalan


Ruang Milik Jalan (RUMIJA) dibatasi oleh lebar yang sama dengan
RUMAJA ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi
5 meter dan kedalaman 1,5 meter.

2.3.3 Ruang Pengawasan Jalan


1. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA) adalah ruang sepanjang
jalan di luar RUMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu,
diukur dari sumbu jalan sebagai berikut :
a. Jalan arteri minimum 20 meter,
b. Jalan kolektor minimum 15 meter,

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

c. Jalan lokal minimum 10 meter.


2. Untuk keselamatan pemakai jalan, RUWASJA di daerah tikungan
ditentukan oleh jarak pandang bebas.

2.4 PENAMPANG MELINTANG


2.4.1 Komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut
(lihat Gambar 2.5 s.d. Gambar 2.6) :
1. Jalur lalu lintas;
2. Median dan jalur tepian (kalau ada);
3. Bahu;
4. Jalur pejalan kaki;
5. Selokan; dan
6. Lereng.

Pagar
Le
re
ng

Rumah
Selokan
Selokan

Bahu
Bahu

Jalur lalu lintas

Gambar 2.5 Hubungan antara RUMAJA, RUMIJA dan RUWASJA


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
Selokan
Selokan

Bahu
Bahu

Jalur lalu lintas

Trotoar Trotoar

Gambar 2.6 Hubungan antara RUMAJA, RUMIJA dan RUWASJA


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.5 JARAK PANDANG


Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang
pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi
melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan
sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman. Jarak Pandang
terbagi atas Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
2.5.1 Jarak Pandang Henti
1. Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat
adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus
memenuhi Jh.
2. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
3. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu :
a. Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan
sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia
harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem; dan
b. Jarak pengereman (Jhp) adalah jarak yang dibutuhkan untuk
menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem
sampai kendaraan berhenti.
4. Jh dalam satuan meter dapat dihitung dengan rumus :

Vr
( )² ….. (2.1)
VR 3,6
Jh = T+
3,6 2gf

Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal,
ditetapkan 0,35 - 0,55.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

5. Tabel 2.7 berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan


dengan
pembulatan-pembulatan untuk berbagai VR.
Tabel 2.7 Jarak pandang henti (JH) minimum
VR, Km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Bina Marga, 1997)

2.5.2 Jarak Pandang Menyiap


Jarak Pandang Menyiap, yaitu jarak pandangan yang
dibutuhkan untuk dapat menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur
jalannya dengan menggunakan lajur untuk arah berlawanan. Jarak
pandang menyiap standar adalah:

d = d1 + d2 + d3 + d4 ….. (2.2)

dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang
hendak menyiap dan membawa kendaraannya yang hendak
membelok ke lajur kanan.
d1 = ( 0,278 . t1 ) + ( V – m + ( at1 /2) ) …..(2.3)
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada
pada lajur sebelah kanan.
d2 = ( 0,278V . t2 ) ….. (2.4)
d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang menyiap
dengan kendaraan yang berlawanan arah setelah gerakan
menyiap dilakukan, diambil 30 - 100 m.
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah
selama 2/3 dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang
menyiap berada pada lajur sebelah kanan atau sama dengan 2/3
d2.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

t1 = Waktu reaksi yang besarnya tergantung dari kecepatan yang


dapat ditentukan dengan korelasi
t1 = 2,12 + 0,026V ..... (2.5)
m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang
disiap yaitu
15 km/jam.
V = Kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap, dalam perhitungan
dapat dianggap sama dengan kecepatan rencana (km/jam).
a = Percepatan rata-rata yang besarnya tergantung dari kecepatan
rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan dengan
mempergunakan korelasi
α = 2,052 + 0,0036V ….. (2.6)
t2 = Waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan
yang dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi
t2 = 6,56 + 0,048V …..(2.7)

Gambar 2.7 Jarak pandang mendahului


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 2.8 Panjang Jarak Pandang Mendahului.

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jd (m) 800 670 550 350 250 200 15 100

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING
Perancangan Geometrik Jalan
BAB III

KOMPONEN – KOMPONEN ALINYEMEN


HORIZONTAL DAN VERTIKAL

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III
KOMPONEN - KOMPONEN ALINYEMEN
HORIZONTAL DAN VERTIKAL

3.1 ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang


horizontal. Alinyemen horizontal juga dikenal dengan nama “situasi jalan” atau
“trase jalan”. Alinyemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian
lengkung (disebut juga tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung
dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh
kendaraan yang berjalan pada kecepatan tertentu dengan membentuk
superelevasi. Gaya sentrifugal adalah gaya yang mendorong kendaraan secara
radial keluar dari lajur jalannya. Sedangkan superelevasi adalah suatu
kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya
sentrifugal yang diterima oleh kendaraan.

3.1.1 Bentuk Bagian Lengkung


Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
1. Full Circle (FC) atau Lengkung Busur Lingkaran Sederhana
Lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat dipilh untuk radius
lengkung yang besar. Bentuk tikungan yang dianjurkan oleh Bina
Marga :

Gambar 3.1 Lengkung busur lingkaran sederhana

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Bentuk tikungan seperti ini digunakan pada tikungan yang


mempunyai jari-jari besar dengan sudut tangent yang relatif kecil.
Batasan yang biasanya dipakai di Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jari Jari Lengkungan Minimal


Kecepatan Jari-jari Lengkungan
Rencana Minimal
(Km/Jam) (m)
200 1500
100 1000
80 700
60 300
40 130
Sumber : Buku dasar-dasar perencanaan
geometrik jalan, oleh : Silvia Sukirman

Rumus yang biasa digunakan :


Dari gambar lengkung busur lingkaran sederhana diatas, dapat
diketahui :
Tc = Rc . tg 1/2β ….. (3.1)
Ec = Tc . tg 1/4β ….. (3.2)
Lc = βπ Rc dengan β dalam derajat ….. (3.3)
180
Lc = β . Rc dengan β dalam radian ….. (3.4)

Syarat pemakaian :
a. Tergantung dari harga v yang ada (design speed)
Misalnya : Untuk Vp = 80 Km/jam
R > 110
# R dicoba dahulu pada gambar pengukuran staking out.
# R dan V dapat dilihat pada daftar II “ Standar Perencanaan
Geometrik Jalan Raya”.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

b. Harga dihitung secara analitis berdasarkan koordinat, setelah itu


diukur dengan menggunakan busur.
c. Ac > 0
d. Lc > 20 cm
Karena lengkung hanya berbentuk busur lingkaran saja, maka
pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada jalan lurus dan
sebagian lagi pada bagian lengkung.
2. Spiral - Circle - Spiral (SCS) atau Lengkung Busur Lingkaran
dengan Lengkung Peralihan.

Gambar 3.2 Lengkung spiral – lingkaran - spiral


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar di atas menggambarkan sebuah lengkung Spiral - Circle -


Spiral simetris dimana panjang lengkung peralihan dari TS ke SC
sama dengan dari CS ke ST (= Ls). Lengkung TS - SC adalah
lengkung peralihan berbentuk spiral yang menghubungkan bagian
lurus dengan radius tak berhingga di awal spiral (kiri TS) dan bagian
berbentuk lingkaran di akhir spiral (kanan SC). Titik TS adalah titik
peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah
titik peralihan bagian spiral ke bagian lingkaran.
Rumus yang umum digunakan adalah :

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Derajat kelengkungan adalah sudut yang dibentuk oleh ujung


lingkaran dengan jari-jari R (m) yang menghasilkan panjang busur
sebesar 25 m.
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa :
Besarnya sudut spiral pada titik SC :

Ls 90Ls
θs = (dalam radian ) atau θs = ( dalam derajat )
2Rc ΠRc

...... (3.5)

Ls .
p= Rc ( 1 - cos θs )
6 Rc ….. (3.6)

Ls²
k= Ls - - Rc sin θs ….. (3.7)
40 Rc²

Untuk Ls = 1 m, maka p = p* dan k = k* dan untuk Ls = Ls, maka p


= p*.Ls dan k = k*. Ls dengan nilai p* dan k* untuk setiap nilai 𝜃𝑠.
Sudut pusat busur lingkaran = 𝜃𝑐 dan sudut spiral = 𝜃𝑠, jika besarnya
sudut perpotongan kedua tangen adalah 𝛽 maka :

θc = β – θs ….. (3.8)

Es = ( Rc + p ) sec 1/2 β – Rc ….. (3.9)

( Rc + p ) tg 1/2 β + k ….. (3.10)


Lc= θc πRc ….. (3.11)

Syarat pemakaian : (Ls Min < L < 2Ts) ; (AC > 0 dan Lc > 20)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3. Spiral - Spiral (SS) atau Lengkung Spiral - Spiral


Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa
busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Panjang
busur lingkaran Lc = 0 dan 𝜃𝑠 = 1/2 𝛽.

Gambar 3.3 Lengkung Spiral - Spiral


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
Rumus umum yang digunakan :
s.Rc
Ls 
28,648

Ls  R  P  tan 1
2
  k 

Es 
R  P   Rc
cos 1 
2
L  2 Ls
P  P'.Ls dan K  k '.Ls
Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa busur
lingkaran, sehingga Sc berhimpit dengan titik Cs. Panjang busur
lingkaran Lc = 0 dan θs = 1/2 𝛽.

3.1.2 Trase
1. Penentuan rute/trase jalan adalah penentuan koridor terbaik antara
dua buah titik yang harus dihubungkan.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2. Koridor adalah bidang memanjang yang menghubungkan dua titik.


3. Trase adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana dari
sumbu jalan. Tahap kegiatan dalam penentuan lokasi trase jalan :
a. Studi penyuluhan (reconnaissance study)
Tujuan : Menentukan berbagai alternatif koridor yang memenuhi
syarat.
b. Pemilihan koridor terbaik dari beberapa alternatif koridor yang
memenuhi syarat
Tujuan : Menentukan koridor terbaik
4. Faktor-faktor yang menentukan route location suatu jalan :
a. Medan/Topografi : Dataran, Bukit dan Pegunungan
b. Perpotongan dengan sungai
c. Daerah lahan kritis
d. Daerah aliran sungai
e. Material konstruksi jalan
f. Galian dan Timbunan
g. Pembebasan tanah
h. Lingkungan
i. Sosial/budaya setempat

3.1.3 Jari-Jari Tikungan


Jari-jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Panjang jari-jari minimum (dibulatkan)


VR( km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari jari
minimum 600 370 210 110 80 50 30 15
Rmin (m)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Bina Marga, 1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.1.4 Tikungan Gabungan


Ada dua macam tikungan gabungan, yaitu :
a. Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan
dengan arah putaran yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda
(lihat Gambar 3.5);
b. Tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan
arah putaran yang berbeda (lihat Gambar 3.6).
Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2:

R1 2
> tikungan gabungan searah harus dihindarkan, ….. (3.12)
R2 3

R1 2 tikungan gabungan harus dilengkapi bagian


<
R2 3 lurus atau clothoide ….. (3.13)

 Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian


lurus di antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m
(lihat Gambar 3.6)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.4 Tikungan gabungan


searah

Gambar 3.5 Tikungan gabungan searah


dengan sisipan bagian lurus minimum
sepanjang 20 meter

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.6 Tikungan gabungan gambar balik

Gambar 3.7 Tikungan gabungan gambar balik dengan


sisipan bagian lurus minimum sepanjang 20
meter
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

c. Panjang Bagian Lurus


1. Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan,
ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang
maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu
tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
2. Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel 3.3.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 3.3. Panjang bagian lurus maksimum

Panjang Bagian Lurus Maksimum


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
Kolektor 2.000 1.750 1.500

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota


(Bina Marga, 1997)

3.1.5 Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan
pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai
superelevasi maksimum ditetapkan 10%. Pencapaian superelevasi
sebagai berikut :
a. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh
(superelevasi) pada bagian lengkung.
b. Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear
(lihat Gambar 3.8), diawali dari bentuk normal sampai
awal lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian
lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh
pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c. Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear
(lihat Gambar 3.9), diawali dari bagian lurus sepanjang 213 LS
sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 113 bagian
panjang LS.
d. Pada tikungan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Bagian Bagian Lingkaran penuh Bagian


lengkung lengkung
perralihan perralihan
Sisi Luar Tikungan
e
max

TS SC CS ST
e=0%
e
normal

Sisi Dalam Tikungan


Potongan Melintang
Pada Bagian Lurus
(normal)

Potongan Melintang
Pada Bagian
Lengkung peralihan

Potongan Melintang
Pada Bagian
Lengkung penuh

Gambar 3.8 Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Bagian Lurus Bagian Limgkaran Penuh Bagian Lurus

1/3 Ls 1/3 Ls

2/3 Ls Sisi Luar Tikungan 2/3 Ls

TC e=0% CT

e normal

Sisi Dalam Tikungan

Gambar 3.9 Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe FC


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.10 Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe


FC
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

3.1.6 Pelebaran Jalur Lalu Lintas Di Tikungan


Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan
konsistensi geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas di
tikungan sama dengan di bagian lurus. Pelebaran jalan di tikungan
mempertimbangkan :
1. Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada
lajurnya.
2. Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan
melakukan gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran di
tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana
sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajumya.
a. Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan
rencana dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel 3.3.
b. Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 meter dapat diabaikan.
c. Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam Tabel 3.3 harus
dikalikan 1,5.
d. Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam Tabel 3.3 harus
dikalikan 2.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Rumus umum:
  n(b'c)  (n  1)Td  z
Dimana :
b’ = 2,40  R 2
 R2  2 p2 
Td = R2  (2 P  )  R
Z = 0,105
R
Dimana:
ß = Lebar perkerasan jalan tikungan (m)
Η = Jumlah jalur
b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m)
C = Kebebasan samping
- Untuk lebar jalan 6,00 m = 0,8
- Untuk lebar jalan 7,00 m = 1,0
- Untuk lebar jalan 7,50 m = 1,25
Td = Lebar melintang akibat tonjolan kedepan (m)
Z = Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi (m)
R = Jari-jari tikungan

Δ = Tonjolan kedepan (1,2 m)


P = Jarak standar (6,1 m)
Catatan: Rumus dapat digunakan apabila 1000/R > 6
- Jika ≤ 6, maka b’, Td dan z ditentukan dengan
menggunakan grafik.
- Jika ß < lebar jalan, maka tidak ada pelebaran perkerasan
di tikungan.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 3.4 Pelebaran di tikungan


Lebar jalur 2 x 3,50 m, 2 arah atau 1 arah

Kecepatan Rencana, VR (km/jam )


R (m)
50 60 70 80 90 100 110 120

1500 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1


1000 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2
750 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3
500 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
400 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
300 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
250 0,4 0,5 0,5 0,6
200 0,6 0,7 0,8
150 0,7 0,8
140 0,7 0,8
130 0,7 0,8
120 0,7 0,8
110 0,7
100 0,8
90 0,8
80 1,0
70 1,0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Bina Marga, 1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel 3.5 (Lanjutan) Pelebaran di tikungan per lajur (m)

Lebar Jalur 2 x 3,00 m, 2 arah atau 1 arah


Kecepatan Rencana, VR (km/Jam)
R (m)
50 60 70 80 90 100 110
1500 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6
1000 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6
750 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8
500 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 0.1
400 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.1
300 0.9 1.0 1.0 1.1
250 1.0 1.1 1.1 1.2
200 1.2 1.3 1.3 1.4
150 1.3 1.4
140 1.3 1.4
130 1.3 1.4
120 1.3 1.4
110 1.3
100 1.4
90 1.4
80 1.6

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota


(Bina Marga, 1997)

3.2 ALINYEMEN VERTIKAL


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi
oleh beberapa pertimbangan, seperti : kondisi tanah dasar, keadaan medan,
fungsi jalan, muka air banjir, muka air tanah dan kelandaian yang masih
memungkinkan. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan
bagian lengkung vertikal. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), landai negatif (turunan) dan
landai nol (datar). Sedangkan untuk bagian lengkung vertikal, dapat berupa:
1. Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. Panjang lengkung vertikal
cekung harus ditentukan dengan memperhatikan :
a. Bentuk parabola sederhana
b. Jarak penyinaran lampu kendaraan
c. Jarak pandangan bebas di bawah bangunan
d. Kenyamanan pengemudi
e. Keluwesan bentuk
2. Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.
Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak pandangan
dapat dibedakan atas 2 keadaan, yaitu :
a. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L)
b. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L)

3.2.1 Lengkung Vertikal


1. Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang
mengalami perubahan kelandaian dengan tujuan :
a. mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan
b. menyediakan jarak pandang henti.
2. Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola
sederhana,
a. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung
vertikal cembung, panjangnya ditetapkan dengan rumus :
L = AS2 ......(3.14)
405
b. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung
vertikal cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus :

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

L = 2S – 405
A ….. (3.15)
3. Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :
L = A.Y ….. (3.16)

L= S2 ….. (3.17)
405
Dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek
10 cm dan tinggi mata 120 cm.
4. Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan dan
penampilan. Y ditentukan sesuai Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Penentuan faktor penampilan kenyamanan (Y)

Faktor Penampilan
Kecepatan Rencana (Km/Jam)
Kenyamanan (Y)
<40 1,5
40 – 60 3
>60 8

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)


5. Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai Tabel 3.7
yang didasarkan pada penampilan, kenyamanan dan jarak pandang.
Untuk jelasnya lihat Gambar 3.10 dan Gambar 3.11.
Tabel 3.7 Panjang minimum lengkung vertikal

Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung


(Km/Jam) Memanjang (%) (m)
<40 1 20 – 30
40 – 60 0,6 40 – 80
>60 0,4 80 - 150

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota


(Bina Marga, 1997)

Gambar 3.11 Gambar lengkung vertikal cembung

Gambar 3.12 Alinyemen vertikal cembung


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Bina Marga, 1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.13 Lengkung vertikal cekung

Gambar 3.14 Alinyemen vertikal cekung


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
(Bina Marga, 1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.2.2 Landai Maksimum


1. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
2. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus
menggunakan gigi rendah.
3. Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat
dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kelandaian maksimum yang diizinkan

VR (km/Jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimal (%)

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

4. Panjang kritis, yaitu panjang landai maksimum yang harus


disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya
sedemikian sehingga penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit.
5. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Panjang kritis (m)
Kecepatan pada
Kelandaian
awal tanjakan
4 5 6 7 8 9 10
km/jam

80 630 460 360 270 230 230 200

60 320 210 160 120 110 90 80

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota


(Bina Marga, 1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.2.3 Koordinasi alinyemen


Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal dan potongan
melintang jalan adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran
perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan
suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk
kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi
lebih awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Alinyemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinyemen vertikal
dan secara ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit
melingkupi alinyemen vertikal;
b. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung
atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
c. Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan;
d. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal
harus dihindarkan; dan
e. Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang
harus dihindarkan.
Sebagai ilustrasi, Gambar 3.12 s.d. Gambar 3.14 menampilkan contoh-
contoh koordinasi alinyemen yang ideal dan yang harus dihindarkan.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.15. Koordinasi yang ideal antara alinemen horizontal dan


vertikal yang berimpit
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 3.16 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana alinyemen


vertikal menghalangi pandangan pengemudi pada saat mulai
memasuki tikungan pertama
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 3.17 Koordinasi yang harus dihindarkan dimana pada bagian


yang lurus pandangan pengemudi terhalang oleh puncak
alinemen vertikal sehingga pengemudi sulit memperkirakan
arah alinyemen di balik puncak tersebut.
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.2.4 Lajur Pendakian


Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk-truk
yang bermuatan berat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat
dari kendaraan kendaraan lain pada umumnya, agar kendaraan
kendaraan lain dapat mendahului kendaraan lambat tersebut tanpa harus
berpindah lajur atau menggunakan lajur arah berlawanan.
1. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai
kelandaian yang besar, menerus dan volume lalu lintasnya relatif
padat.
2. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Disediakan pada jalan arteri atau kolektor,
b. Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR >
15.000 SMP/hari dan persentase truk > 15 %.
c. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
d. Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter dan berakhir 50
meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45
meter (lihat Gambar 3.15).
e. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km (lihat
Gambar 3.16).
AKHIR LAJUR
PENDAKIAN
TANJAKAN

TANJAKAN
AWAL

AKHIR

POTONGAN MEMANJANG

30 M 45 M 700 M 50 M 45 M

LAJUR PENDAKIAN

TAMP. ATAS

Gambar 3.18 Lajur pendakian tipikal


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

JARAK ANTARA 2 LAJUR PENDAKIAN


MINIMUM 1,5 KM

2
A KAN
TANJ
N 1
JAK A
TAN

POTONGAN MEMANJANG

SERONG MINIMUN 1,5 KM SERONG

45 M

PENDAKIAN
AKHIR

AWAL
PENDAKIAN

LAJUR PENDAKAIAN 1
LAJUR PENDAKAIAN 2

TAMP. ATAS

Gambar 3.19 Jarak antara dua lajur pendakian


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

3.2.5 Galian dan Timbunan


Pada perencanaan jalan raya, diusahakan agar volume galian dan timbunan
sama. Dengan mengkombinasikan antara alinyemen vertikal dan horizontal,
memungkinkan kita untuk menghitung banyaknya volume galian dan timbunan
pada suatu pekerjaan konstruksi jalan raya. Langkah- langkah dalam menghitung
volume galian dan timbunan adalah sebagai berikut :
1. Penentuan station ( jarak patok ), sehingga diperoleh panjang orizontal jalan
dari alinyemen horizontal.

2. Menggambarkan profil memanjang yang memperlihatkan perbedaan muka


tinggi tanah asli dengan tinggi tanah asli dengan tinggi muka perkerasan yang
akan direncanakan.

3. Menggambarkan profil melintang pada setiap titik station sehingga dapat


dihitung luas penampang galian dan timbunan.

4. Menghitung volume galian dan timbunan dengan menggunakan cara


koordinat. Masukkan koordinat x dan y yang selanjutnya dijumlahkan masing
– masing titik. Dari hasil perkalian tersebut untuk mendapatkan luasnya

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

dikalikan ½ hasil totalnya lalu dikalikan dengan jarak patok untuk


mendapatkan volume pekerjaan.

 Pekerjaan Galian dan Timbunan

1. Perhitungan Penampang Tanah


Metode untuk mencari luas penampang galian/timbunan pada
setiap patok, dapat dilakukan dengan cara :
a. Untuk penampang yang tidak beraturan, luas penampang
dicari dengan menggunakan alat planimeter, atau dengan cara
sederhana, yaitu menggambarkan penampang melintang untuk
dicari luas galian/timbunannya.

Gambar 3.20 Menghitung luas penampang


Sumber : Hamirhan Saodang, “Konstruksi Jalan
Raya Buku 1”
b. Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimeter
biasa.

Gambar 3.21 Metode luas ujung


Sumber : Hamirhan Saodang, “Konstruksi Jalan
Raya Buku 1”

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

c. Metode perhitungan volume tanah pada lengkungan.

Gambar 3.22 Perhitungan volume tanah pada


lengkungan
Sumber : Hamirhan Saodang, “Konstruksi Jalan
Raya Buku 1”

d. Perhitungan volume tanah pada pekerjaan galian/timbunan,


biasa dilakukan dengan metode Double End Areas (Luas
Ujung Rangkap), yaitu dengan mengambil rata-rata luas kedua
ujung penampang dari sta.1 dan sta 2, kemudian dilakukan
jarak kedua statiun (gambar 9.18). Ini dilakukan.

(A1 A2)
V galian/ t imbunan (STA1STA 2) = x Jarak (STA1STA 2)
2

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.3 PROSES UMUM PERANCANGAN TIKUNGAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3.4 FLOW CHART PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

Mulai

Tentukan Titik awal


dan Akhir Trase
Jalan Rencana

Tetapkan Kriteria
1. Kelas / Fungsi Jalan
2. Kendaraan Rencana
3. VR

Buat Beberapa
Alternatif
Trase Jalan

Desain
Bagian Lurus
dan Tikungan

Desain Alinyemen Desain


Horizontal Alinyemen
1. Jarak Pandang Vertikal
2. Jenis Tikungan YA

Sesuai Kriteria?

TIDAK

Trase
Jalan
Terpilih

Potongan Melintang
- Lebar Jalan, Lajur Jalan, dan Bahu Jalan
- Pelebaran Jalan ditikungan

Galian dan Timbunan

Final Desain

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING
Perancangan Geometrik Jalan
BAB IV

ANALISIS DAN DESAIN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

ELEVASI TANAH PERPATOK

Patok Titik Awal Titik Akhir Jrk Awal Jrk Akhir Ditanya (cm) Hasil (m )
A 435,000 430,000 0,000 0,850 0,000 435,000
P1 435,000 430,000 0,000 0,600 0,450 431,250
P2 430,000 425,000 0,000 0,250 0,000 430,000
P3 425,000 420,000 0,000 0,200 0,000 425,000
P4 425,000 420,000 0,000 0,300 0,100 423,333
P5 425,000 420,000 0,000 0,500 0,150 423,500
P6 425,000 420,000 0,000 0,600 0,000 425,000
P7 430,000 425,000 0,000 0,650 0,400 426,923
P8 430,000 425,000 0,000 0,850 0,150 429,118
P9 435,000 430,000 0,000 0,750 0,650 430,667
T1 435,000 430,000 0,000 0,650 0,500 431,154
P10 430,000 425,000 0,000 0,500 0,000 430,000
P11 430,000 425,000 0,000 0,500 0,100 429,000
P12 430,000 425,000 0,000 0,500 0,300 427,000
P13 430,000 425,000 0,000 0,650 0,550 425,769
P14 425,000 420,000 0,000 0,650 0,000 425,000
T2 425,000 420,000 0,000 0,600 0,300 422,500
P15 425,000 420,000 0,000 0,650 0,150 423,846
B 430,000 425,000 0,000 0,650 0,350 427,308

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO

MATA KULIAH

PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN

DOSEN PEMBIMBING

Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.


Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001

DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


NIM : F111 19 214

DISETUJUI
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. H. Muhammad Kasan, M.T


Nip : 19591110 198603 1 004
DIGAMBAR OLEH

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

NAMA GAMBAR SKALA

Vertikal 1:500
Profil Memanjang
Horizontal 1:2000

No. Lembar Jumlah Lembar


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

1. PERHITUNGAN KLASIFIKASI MEDAN


(Peta Skala 1 : 5000)
Elevasi masing-masing pusat kegiatan adalah sebagai berikut:
A = + 435,000 m
B = + 427,308 m

Segmen A-B
1. Tinggi Kota A = ± 435,000 m
5000
Jarak (d) = 1,700 x = 85 m
100
t1 = 440,000 m t2 = 430,000 m
t1 - t2 10,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 85,000
= 11,765 % (Perbukitan)

2. Tinggi T1 = ± 431,154 m
5000
Jarak (d) = 2,100 x = 105 m
100
t1 = 440,000 m t2 = 425,000 m
t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 105,000
= 14,286 % (Perbukitan)

3. Tinggi T2 = ± 422,500 m
5000
Jarak (d) = 1,700 x = 85 m
100
t1 = 430,000 m t2 = 415,000 m

t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 85,000
= 17,647 % (Perbukitan)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

4. Tinggi Kota B = ± 427,308 m


5000
Jarak (d) = 1,600 x = 80 m
100
t1 = 435,000 m t2 = 420,000 m

t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 80,000
= 18,750 % (Perbukitan)

Jadi klasifikasi medan antar kota A-B adalah :


eA-B ( eA.dA) + (eT1.dT1) + (eT2.dT2) +(eB.dB)
=
dA+dT1+dT2+dB

( 11,765 x 85,000 ) + ( 14,286 x 105,000 ) +


( 17,647 x 85,000 ) + ( 18,750 x 80,000 )
85,000 + 105,000 + 85,000 + 80,000
= 15,493 % (Perbukitan)

Tabel Klasifikasi Medan :

Titik Ketinggian (m) t1 (m) t2 (m) Beda tinggi (m) d (m) e (%) Jenis Medan
A 435,000 440,000 430,000 10,000 85 11,765 (Perbukitan)
T1 431,154 440,000 425,000 15,000 105 14,286 (Perbukitan)
T2 422,500 430,000 415,000 15,000 85 17,647 (Perbukitan)
B 427,308 435,000 420,000 15,000 80 18,750 (Perbukitan)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III

DESAIN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE MANUAL DESAIN PERKERASAN BINA MARGA TAHUN
2017

(NO. O4/SE/Db/2017 REVISI 2017)

3.1 Penentuan Tipe Jalan Rencana


Diketahui data lalu lintas Tahun 2023 seperti pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tipe Alinyemen Jalan : Bukit
Lebar jalur lalu lintas 8,0 m dan lebar bahu 1,5 m.
maka berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, didapat nilai emp setiap jenis kendaraan seperti pada
Tabel 3.1.

Dicoba Tipe Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi


Tabel 3.1 Lalu lintas harian rata-rata, LHR Tahun 2023 dalam smp/hari
Lalu lintas Lintas Harian Rata-
Nilai Ekivalensi
No. Jenis Kendaraan harian 2 arah Rata 2 Arah
mobil penumpang
(kend/hari) (smp/hari)
(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
1 Sepeda motor (MC) 2000 0,4 800
2 Mobil Penumpang (PC,2) 1500 1,0 1500
3 Kendaraan Berat Menengah (MHV,8) 250 1,7 425
4 Bus Besar (LB,8) 50 1,7 85
5 Truk Besar (LT,10) 50 3,2 160
Total, (smp/hari) 2970
Dengan demikian diketahui arus lalu lintas, VLHR (Q) tahun 2023 sebesar 2970 smp/hari

Mencari Volume Jam Rencana (VJR, smp/jam)


3.1.1 Diketahui :
● Umur Rencana (N) = 20 tahun
● Pertumbuhan Lalu Lintas (i) = 8% = 0,08
● Jalan Mulai Dibuka pada tahun 2023
N 20
Maka VLHR2043 = VLHR2023 x (1 + i) = 2970 x (1,08)
= 2970 x 4,661
= 13843 smp/hari

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Menentukan Titik Koordinat

Dik: A = 97,750 ; 72,100


T1 = 432,350 ; 443,700
T2 = 510,000 ; 733,450
B = 593,850 ; 787,900

Menentukan Jarak Antar Titik

A - T1 = ( 97,750 - 432,350 )2 + ( 72,100 - 443,700 )2


= 500 m

T1 - T2 = ( 432,350 - 510,000 )2 + ( 443,700 - 733,450 )2


= 300 m

T2 - B = ( 510,000 - 593,850 )2 + ( 733,450 - 787,900 )2


= 100 m

Tabel Perhitungan Koordinat

Koordinat Jarak
Titik
x y (m)
A 97,750 72,100
500
T1 432,350 443,700
300
T2 510,000 733,450
100
B 593,850 787,900

Jumlah ( Σ ) 900

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Mata Kuliah

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Nama Tugas

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
Diperiksa / Asisten :

Dean Raimundo Losu


NIM : F111 19 214

Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :

Ir. H. Muhammad Kasan, MT


NIP : 195911101 198603 1 002
Digambar Oleh :

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


NIM : F 111 21 160
Nama Gambar Skala

TITIK
KOORDINAT 1 : 5000

No. Gambar Total Halaman


TITIK KOORDINAT
SKALA 1 : 5000
I-4
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


Fakultas Teknik
β Universitas Tadulako
Mata Kuliah
α2
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

α1 Nama Tugas

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

α2 Dosen Pembimbing :
β
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
Diperiksa / Asisten :
α1

Dean Raimundo Losu


NIM : F111 19 214

Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :

Ir. H. Muhammad Kasan, MT


NIP : 195911101 198603 1 002
Digambar Oleh :

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


NIM : F 111 21 160
Nama Gambar Skala

BESARAN SUDUT
1 : 5000

BESARAN SUDUT No. Gambar Total Halaman

SKALA 1 : 5000
I-4
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Menentukan Rmin

¤ Tikungan 1 (T1)
Jenis Medan = Perbukitan
Direncanakan kecepatan rencana (Vrenc) = 60 Km/Jam

emaks = 10 %
fmaks = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153 m

Dimana: emaks = Superelevasi Maksimum, 10%


fmaks = Koefisien Geser Maksimum (Buku 1 Geometrik Jalan, Ir. Hamirhan Saodang MSCE)

2
V
Sehingga, Rmin =
127 (emaks + fmaks)
2
= 60
127 ( 0,10 + 0,153 )
= 112,041 m

Rrencana = 208,250
Rrencana > Rmin
208,250 > 112,041 Ok...!

¤ Tikungan 2 (T2)
Jenis Medan = Perbukitan
Direncanakan kecepatan rencana (Vrenc) = 60 Km/Jam

emaks = 10 %
fmaks = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153 m

Dimana: emaks = Superelevasi Maksimum, 10%


fmaks = Koefisien Geser Maksimum (Buku 1 Geometrik Jalan, Ir. Hamirhan Saodang MSCE)

2
V
Sehingga, Rmin =
127 (emaks + fmaks)
2
60
=
127 ( 0,10 + 0,153 )
= 112,041 m

Rrencana = 130,250
Rrencana > Rmin
130,250 > 112,041 Ok...!

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rmin


Vrencana emaks Fmaks Rmin Rrencana
Tikungan
(Km/Jam) (%) (m) (m) (m)
T1 60 10 0,153 112,041 208,250
T2 60 10 0,153 112,041 130,250

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Perhitungan Jarak Pandang

A. Jarak Pandang Henti


Jarak Pandang Henti adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat menghentikan kendaraannya.
Rumus :

Jh = Jht + Jhr
Jht = 0,278 (Vr) (t)
2
(Vr)
Jhr =
254 (fm ± L)

Dimana:
Jh = Jarak Pandang Henti
Jht = Jarak dari saat melihat sampai menginjak pedal rem
Jhr = Jarak Penggereman
t = Waktu Reaksi (2,5 detik)
Vr = Kecepatan rencana (Km/Jam)
fm = Koefisien gesekan memanjang perkerasan jalan aspal
L = Kelandaian (%)
+ = Tanjakan
- = Turunan

>> Perhitungan Jarak Pandang Henti


1. A - P1 L = 5,8 % Penurunan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2. P1 - P2 L = 5,8 % Penurunan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m

3. P2 - P3 L = 5,8 % Penurunan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

4. P3- P4 L = 5,8 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m

5. P4 - P5 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

6. P5 - P6 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

7. P6 - P7 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )

254 ( 0,35 + 2,6 )


= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

8. P7 - P8 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

9. P8 - P9 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

10. P9 - T1 L = 2,6 % Tanjakan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m

11. T1 - P10 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

12. P10 - P11 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

13. P11 - P12 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )

254 ( 0,35 - 2,9 )


= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

14. P12 - P13 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

15. P13 - P14 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

16. P14 - T2 L = 2,9 % Penurunan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m

17. T2 - P15 L = 4,8 % Tanjakan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 4,8 )
= 35,611 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 35,611
= 77,311 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

18. P15 - B L = 4,8 % Tanjakan


Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)

□ Jht = 0,278 (Vr) (t)


= 0,278 60 2,5
= 41,700 m

2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 + 4,8 )
= 35,611 m

Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 35,611
= 77,311 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

TABEL PERHITUNGAN JARAK PANDANG HENTI

Patok Kelandaian Vr Jht Fm Jhr Jh


(%) (Km/Jam) (m) (m)
A
A - P1 5,8 60 41,700 0,35 48,538 90,238
P1
P1
P1 - P2 5,8 60 41,700 0,35 48,538 90,238
P2
P2
P2 - P3 5,8 60 41,700 0,35 48,538 90,238
P3
P3
P3 - P4 5,8 60 41,700 0,35 48,538 90,238
P4
P4
P4 - P5 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
P5
P5
P5 - P6 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
P6
P6
P6 - P7 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
T1
T1
P7 - P8 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
P7
P7
P8 - P9 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
P8
P8
P9 - T1 2,6 60 41,700 0,35 37,695 79,395
P9
P9
T1 - P10 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
P10
P10
P10 - P11 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
P11
P11
P11 - P12 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
P12
P12
P12 - P13 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
T2
T2
P13 - P14 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
P13
P13
P14 - T2 2,9 60 41,700 0,35 44,153 85,853
B
B
T2 - P15 4,8 60 41,700 0,35 35,611 77,311
P14
P14
P15 - B 4,8 60 41,700 0,35 35,611 77,311
P15

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

JARAK PANDANG MENDAHULUI ( Jd )

B. Jarak pandang mendahului (Jd) adalah jarak yang memungkinkan suatu


kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai
kendaraan tersebut kembali ke jalur semula

Rumus :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama kendaraan mendahului

d2 = Jarak yang ditempuh sebelum mendahului sampai dengan


kembali ke lajur semula

d3 = Jarak bebas antara kendaraan yang mendahului


dengan kendaraan yang datang (30 - 100 m)
(Tabel 2.6 Hal.42 Ir. Hamirhan Saodang MSCE)
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah

Vr = Kecepatan Rencana (km/jam)


m = Perbedaan kecepatan kendaraan yang mendahului dan
kendaraan yang didahului (10-15 km/jam)
a = Percepatan rata-rata

t1 = Waktu "PIEV" (detik)


PIEV adalah jumlah waktu yang dibutuhkan driver untuk
bereaksi terhadap bahaya

t2 = Waktu kendaraan berada dijalaur lawan (detik)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Contoh Perhitungan Jarak Pandang Mendahului ( Jd )


1. A - P1
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2. P1 - P2
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

3. P2 - P3
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

4. P3 - P4
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

5. P4 - P5
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

6. P5 - P6
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

7. P6 - P7
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

8. P7 - P8
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

9. P8 - P9
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

10. P9 - T1
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

11. T1 - P10
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

12. P10 - P11


Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

13. P11 - P12


Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

14. P12 - P13


Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

15. P13 - P14


Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

16. P14 - T2
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

17. T2 - P15
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

18. P15 - B
Dik: Vr = 60 km/jam

a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik

t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik

t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik

m = 15 km/jam

Sehingga jarak pandang mendahului :

□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m

□ d2 = 0,278 (Vr) (t2)


= 0,278 60 9,44
= 157,459 m

□ d3 = 30 m

□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973

□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

TABEL PERHITUNGAN JARAK PANDANG MENDAHULUI

Patok Vr a t1 t2 m d1 d2 d3 d4 Jd
(Km/Jam) (Km/Jam) (detik) (detik) (Km/Jam) (m) (m) (m) (m) (m)
A
A - P1 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P1
P1
P1 - P2 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P2
P2
P2 - P3 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P3
P3
P3 - P4 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P4
P4
P4 - P5 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P5
P5
P5 - P6 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P6
P6
P6 - P7 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
T1
T1
P7 - P8 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P7
P7
P8 - P9 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P8
P8
P9 - T1 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P9
P9
T1 - P10 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P10
P10
P10 - P11 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P11
P11
P11 - P12 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P12
P12
P12 - P13 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
T2
T2
P13 - P14 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P13
P13
P14 - T2 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
B
B
T2 - P15 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P14
P14
P15 - B 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P15

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Perhitungan Jenis Tikungan


 Tikungan 1
Dik: R = 208,250 m direncanakan jenis tikungan:
o
β1 = 27 S-C-S
V = 60 Km/Jam

a) Sudut Superelevasi
1432,4
D =
208,250
o
= 6,878

Dari Tabel Bina Marga dengan e max = 0.10 (jalan Arteri)


o
Untuk D = 6,878 , diperoleh:
e = 0,079
Ls = 50

b) Panjang Lengkung Spiral Minimum (Ls min)


Rumus Modifikasi SHORRT:
3
V V.e
Ls = 0,022 - 2,727
R.c c
3
dimana: c = perubahan percepatan ( 0.4 m/det )
60 3 60 * 0,079
Ls = 0,022 - 2,727
208,25 * 0,4 0,4
= 24,672 m

Kontrol: Ls min < Ls


24,672 < 50 => ok!

c) Sudut Spiral (θs)


90 Ls
θs = x
π R
90 50
= x
3,14 208,250
o
= 6,878

d) Sudut Circle (θc)


θc = β1 - 2 θs
= 27 - 2( 6,878 )
o
= 13,244

e) Dari Tabel Joseph Barneth


o
untuk θs = 6,878 Diperoleh:
P* = 0,0100982
K* = 0,4997585
P = P* x Ls = 0,0100982 x 50 = 0,5049100
K = K* x Ls = 0,4997585 x 50 = 24,9879250

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

f) Panjang Lengkung Circle (Lc)


θc
Lc = 2.π.R
360
13,244
= 2 . 3,14 208,25
360
= 48,136 m
Digunakan bentuk: S-C-S
Karena Lc > 20 m

g) Panjang Busur Keseluruhan (L)


L = 2. Ls + Lc
= 2. 50 + 48,136
= 148,136

h) Jarak Antara Bagian Lurus dengan Perpotongan Horizontal (Ts)


Ts = (R+P).tan(1/2).β + K
= 208,25 + 0,504910000 . tan(1/2). 27 + 24,9879250
= 74,176 m

Kontrol: L < 2.Ts


148,136 < 2 . 74,176
148,136 < 148,352 => Ok!!

i) Jarak antar Perpotongan Horizontal dengan Busur Lingkaran (Es)


R + P
Es = - R
Cos(1/2).β1
208,25 + 0,505
= - 208,25
Cos(1/2) x 27,000
= 6,437

Ket:
R = 208,250 m L = 148,136 m
o
β1 = 27 e = 7,9 %
V = 60 Km/Jam Ls = 50 m
o
θs = 6,878 Lc = 48,136 m
Es = 6,437 m p = 0,505 m
Ts = 74,176 m k = 24,988 m
o
θc = 13,244

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

 Tikungan 2
Dik: R = 130,250 m direncanakan jenis tikungan:
o
β1 = 42 S-C-S
V = 60 Km/Jam

a) Sudut Superelevasi
1432,4
D =
130,250
o
= 10,997

Dari Tabel Bina Marga dengan e max = 0.10 (jalan Arteri)


o
Untuk D = 10,997 , diperoleh:
e = 0,098
Ls = 60

b) Panjang Lengkung Spiral Minimum (Ls min)


Rumus Modifikasi SHORRT:
3
V V.e
Ls = 0,022 - 2,727
R.c c
3
dimana: c = perubahan percepatan ( 0.4 m/det )
60 3 60 * 0,098
Ls = 0,022 - 2,727
130,25 * 0,4 0,4
= 51,126 m

Kontrol: Ls min < Ls


51,126 < 60 => ok!

c) Sudut Spiral (θs)


90 Ls
θs = x
π R
90 60
= x
3,14 130,250
o
= 13,197

d) Sudut Circle (θc)


θc = β1 - 2 θs
= 42 - 2( 13,197 )
o
= 15,607

e) Dari Tabel Joseph Barneth


o
untuk θs = 13,197 Diperoleh:
P* = 0,0195604
K* = 0,4991030
P = P* x Ls = 0,0195604 x 60 = 1,173624
K = K* x Ls = 0,499103 x 60 = 29,9461800

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

f) Panjang Lengkung Circle (Lc)


θc
Lc = 2.π.R
360
15,607
= 2 . 3,14 130,25
360
= 35,478 m
Digunakan bentuk: S-C-S
Karena Lc > 20 m

g) Panjang Busur Keseluruhan (L)


L = 2. Ls + Lc
= 2. 60 + 35,478
= 155,478

h) Jarak Antara Bagian Lurus dengan Perpotongan Horizontal (Ts)


Ts = (R+P).tan(1/2).β + K
= 130,25 + 1,173624000 . tan(1/2). 42 + 29,9461800
= 78,117 m

Kontrol: L < 2.Ts


155,478 < 2 . 78,117
155,478 < 156,233 => Ok!!

i) Jarak antar Perpotongan Horizontal dengan Busur Lingkaran (Es)


R + P
Es = - R
Cos(1/2).β1
130,25 + 1,174
= - 130,25
Cos(1/2) x 42,000
= 10,524

Ket:
R = 130,250 m L = 155,478 m
o
β1 = 42 e = 9,8 %
V = 60 Km/Jam Ls = 60 m
o
θs = 13,197 Lc = 35,478 m
Es = 10,524 m p = 1,174 m
Ts = 78,117 m k = 29,946 m
o
θc = 15,607

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tikungan

R β1 V e Ls θs θc p k Lc L Ts Es
Jenis
Tikungan
O O O
Tikungan
(m) ( ) (Km/Jam) (%) (m) ( ) ( ) (m) (m) (m) (m) (m) (m)

1 208,250 27 60 7,9 50 6,878 13,244 0,505 24,988 48,136 148,136 74,176 6,437 S-C-S

2 130,250 42 60 9,8 60 13,197 15,607 1,174 29,946 35,478 155,478 78,117 10,524 S-C-S

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


Ts

K Es

SC b CS
TS ST

Ɵ Ɵ
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Mata Kuliah

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Nama Tugas
Rc Rc

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
Diperiksa / Asisten :

Dean Raimundo Losu


NIM : F111 19 214

Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :

θs Ir. H. Muhammad Kasan, MT


NIP : 195911101 198603 1 002
Digambar Oleh :

θc MOHAMAD ALIF NUGRAHA


NIM : F 111 21 160
Nama Gambar Skala

DIAGRAM
SUPERELEVASI 1 : 2000

No. Gambar Total Halaman

I-4
Ts

Es
K b
SC CS
Fakultas Teknik
TS Ɵ ST Universitas Tadulako
Ɵ Ɵ
Mata Kuliah

PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Nama Tugas
Rc Rc
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN

Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
Diperiksa / Asisten :

Dean Raimundo Losu


NIM : F111 19 214

Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :

θs Ir. H. Muhammad Kasan, MT


NIP : 195911101 198603 1 002
Digambar Oleh :

θc MOHAMAD ALIF NUGRAHA


NIM : F 111 21 160
Nama Gambar Skala

DIAGRAM
SUPERELEVASI 1 : 2000

No. Gambar Total Halaman

I-4
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Perencanaan Pelebaran Perkerasan di Tikungan

Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung pada jari-jari tikungan


dan kecepatan pada tikungan (V). Adapun Rumus yang digunakan pada pelebaran
perkerasan pada tikungan :

2 2 2
B = (Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25

u = B-b

z = 105.V
R

Bt = n(B+C)+z

Δb = Bt-Bn

dimana:
B = Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan
pada jalur sebelah dalam
b = Lebar kendaraan rencana = 2,5 m
c = Lebar kebebasan samping dikiri dan kanan kendaraan
yaitu = 0,5 - 1,25 m
z = Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = Lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt = Lebar total perkerasan di tikungan
n = Jumlah lajur
Δb = Tambahan lebar perkerasan di tikungan

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

>> Tikungan 1
Dik: R = 208,250 m
V = 60 Km/Jam

a) Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan


2 2 2
Rc = (R+ (1/2)b) + (P+A)
dimana:
P = Jarak antara gandar kendaraan terbesar = 6,5 m
A = Tonjolan depan kendaraaan = 1,5 m

2 2 2
Rc = ( 208,250 + 0,5 2,5 ) +( 6,5 + 1,5 )
= 43954,250
Rc = 209,653 m

b) Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

2 2 2
B = ( Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25

2
= 43954,250 - 64 + 1,25 + 64 - 43954,250 - 64 + 1,25

= 210,902 - 209,500 + 1,25


= 2,652 m

c) Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan


0.105.V
z =
R
0,105 60
=
208,25
= 0,437 m

d) Lebar total perkerasan di tikungan


Bt = n (B+c) + z
= 2 2,652 + 1,25 + 0,437
= 8,240 m

e) Tambahan lebar perkerasan di tikungan


Δb = Bt - Bn
= 8,240 - 2 x 4,0
= 0,240

Ket :
2 x 4,0 (diperoleh dari tabel standar perencanaan geometrik untuk kelas jalan I)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

>> Tikungan 2
Dik: R = 130,250 m
V = 60 Km/Jam

a) Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan


2 2 2
Rc = (R+ (1/2)b) + (P+A)
dimana:
P = Jarak antara gandar kendaraan terbesar = 6,5 m
A = Tonjolan depan kendaraaan = 1,5 m

2 2 2
Rc = ( 130,250 + 0,5 2,5 ) +( 6,5 + 1,5 )
= 17356,250
Rc = 131,743 m

b) Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

2 2 2
B = ( Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25

2
= 17356,250 - 64 + 1,25 + 64 - 17356,250 - 64 + 1,25

= 132,991 - 131,500 + 1,25


= 2,741 m

c) Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan


0.105.V
z =
R
0,11 60
=
130,25
= 0,552 m

d) Lebar total perkerasan di tikungan


Bt = n (B+c) + z
= 2 2,741 + 1,25 + 0,552
= 8,534 m

e) Tambahan lebar perkerasan di tikungan


Δb = Bt - Bn
= 8,534 - 2 x 4,0
= 0,534

Ket :
2 x 4,0 (diperoleh dari tabel standar perencanaan geometrik untuk kelas jalan I)

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel Pelebaran Perkerasan di Tikungan

V R Rc B z Bt Δb
Tikungan
(Km/jam) (m) (m) (m) (m) (m)
1 60 208,250 209,653 2,652 0,437 8,240 0,240
2 60 130,250 131,743 2,741 0,552 8,534 0,534

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Perhitungan Kecepatan di Tikungan

Vr 40 50 60 70 80 90 100 110 120


fm 0,166 0,160 0,153 0,147 0,14 0,128 0,115 0,103 0,09
untuk kecepatan < 80 Km/Jam => f = -0,00065 V + 0,192
untuk kecepatan > 80 Km/Jam => f = -0,00125 V + 0,240

>> Tikungan 1
Vr = 60 Km/Jam
fm = 0,153
R = 208,250 m
e = 0,079

2
V = R . 127 ( e + fm )
= 208,250 . 127 ( 0,079 + 0,153 )
= 6135,878
V = √ 6135,878
= 78,332 Km/Jam
Syarat :
V ≥ Vr
78,332 ≥ 60
Kemiringan melintang maksimum pada tikungan
Dik: V = 78,332 Km/Jam
R = 208,250 m

f = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 78,332 ) + 0,192
= 0,141

2
emax = V - f
127 . R
6135,878
= - 0,141
127 . 208,250
= 0,091 < 0,10 maka digunakan kecepatan renc.

f = -0,00065 Vr + 0.192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153

2
Vr
emax = - f
127 . R
3600
= - 0,153
127 . 208,250
= -0,0169 < 0,10 Ok...!

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

>> Tikungan 2
Vr = 60 Km/Jam
fm = 0,153
R = 130,250 m
e = 0,098

2
V = R . 127 ( e + fm )
= 130,250 . 127 ( 0,098 + 0,153 )
= 4151,979
V = √ 4151,979
= 64,436 Km/Jam
Syarat :
V ≥ Vr
64,436 ≥ 60

Kemiringan melintang maksimum pada tikungan


Dik: V = 64,436 Km/Jam
R = 130,250 m

f = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 64,436 ) + 0,192
= 0,150

2
V
emax = - f
127 . R
4151,979
= - 0,150
127 . 130,250
0,10 = 0,10 maka digunakan kecepatan renc.

f = -0,00065 Vr + 0.192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153

2
Vr
emax = - f
127 . R
3600
= - 0,153
127 . 130,25
= 0,065 < 0,10 Ok...!

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

TABEL PERHITUNGAN KECEPATAN DI TIKUNGAN

TIKUNGAN Vr (Km/Jam) Fmaks R e v Fm e maks


1 60 0,141 208,250 0,079 78,332 0,153 -0,0169
2 60 0,150 130,250 0,098 64,436 0,153 0,0646

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PERHITUNGAN DAERAH BEBAS SAMPING DI TIKUNGAN

Sebagai usaha memberikan keselamatan bagi pengguna jalan, diperlukan perhatian adanya daerah
bebas samping dibagian dalam tikungan , sehingga jarak pandang henti minimum pengemudi
dapat dipenuhi. Terdapat dua kondisi yang menentukan jarak daerah bebas samping dalam
proses desain, yaitu:
a. Jarak pandang henti lebih pendek dari panjang lengkung horizontal ( Jh < Lc )
b. Jarak pandang henti lebih panjang dari panjang lengkung horizontal ( Jh > Lc )

Rumus -Rumus :
M = Ri - Ri Cos 1/2 Ө
M = Ri ( 1 - Cos 1/2 Ө )
Ө
Jh = .2  Ri
360
180. Jh 57,296 . Jh
Ө = =
Ri Ri
28,65 . Jh
M = Ri ( 1 - Cos )
Ri
AC = BD = 0,5 ( Jh - Lc ) Sin 1/2Өc
180.Lc 57,296 . Lc
Өc = =
Ri Ri
28,65 . Lc 28,65.Lc
M = Ri ( 1-Cos ) + 0,5 ( Jh -Lc ) Sin
Ri Ri

Ket : M = Jarak bebas samping ke sumbu lajur sebelah dalam ( m )


Ө = Sudut pusat lengkung sepanjang Jh
Jh = Jarak pandang henti ( m )
Lc = Panjang lengkung busur lingkaran
Ri = Radius sumbu lajur sebelah dalam ( m )

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

a. Tikungan 1

Dik : V = 60 Km/jam Jh = 79,395 m


R = 208,250 m L = 148,136 m

1) Lebar Lajur = 4,0 m


2) Ri = R - 1/2 ( 4,0 )
= 208,250 - 1/2 ( 4,0 )
= 206,250 m
3) L = 148,136 , Jh < L
79,395 < 148,136 OK!
28,65 . Jh
4) E = Ri ( 1 - Cos )
Ri
28,65 . 79,395
E = 206,250 ( 1 - Cos )
206,250
= 206,250 ( 1 - Cos 11,03 )
= 206,250 ( 1- 0,982 )
= 206,250 ( 0,018 )
= 3,809 m ≈ 4,0 m

Jadi, daerah bebas samping yang harus dibebaskan halangan agar jarak pandang sejauh
jarak pandang henti minimum ( Jh ) dapat dipenuhi , yaitu 4,0 m

b. Tikungan 2

Dik : V = 60 Km/jam Jh = 85,853 m


R = 130,250 m L = 155,478 m

1) Lebar Lajur = 4,0 m


2) Ri = R - 1/2 ( 4,0 )
= 130,250 - 1/2 ( 4,0 )
= 128,250 m
3) L = 155,478 , Jh < L
85,853 < 155,478 OK!
28,65 . Jh
4) E = Ri ( 1 - Cos )
Ri
28,65 . 85,853
E = 128,250 ( 1 - Cos )
128,25
= 128,250 ( 1 - Cos 19,18 )
= 128,250 ( 1 - 0,944 )
= 128,250 ( 0,056 )
= 7,118 m ≈ 7,5 m

Jadi, daerah bebas samping yang harus dibebaskan halangan agar jarak pandang sejauh
jarak pandang henti minimum ( Jh ) dapat dipenuhi , yaitu 7,5 m

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel Rekapitulasi Daerah Bebas Samping :

V R Jh Lbr Lajur Ri E
Tikungan
(Km/jam) (m) (m) (m) (m) (m)
1 60 208,250 79,395 4,00 206,250 4,0
2 60 130,250 85,853 4,00 128,250 7,5

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

c) menentukan persamaan lengkung vertikal


A 2
y = x
200 x L
5,5 2
= x
200 x 96,411
5,5 2
= x
19282,127

d) menentukan posisi titik PPV,PLV, dan PTV


L = 96,411
1
X = L
2
= 48,205 m
Posisi titik PPV = T1 (sta 0 + 500,0 )
Posisi titik PLV = 500,000 - X
= 500,000 - 48,205
= 451,795 m (sta 0 + 451,7947 )
Posisi untuk PTV = 500,000 + X
= 500,000 + 48,205
= 548,205 m (sta 0 + 548,205 )

e) menentukan elevasi rencana titik PPV,PLV, dan PTV


diketahui
X = 48,205 m
A x L
EV =
800
= 0,7 m

Elevasi rencana PPV = T1 - EV


= 431,154 - 0,7
= 430,491 m
Elevasi rencana PLV = P3 - g1 . X
= 431,154 - 2,6 . 48,205
= 429,901
Elevasi rencana PTV = P3 - g2 . X
= 431,154 - 2,9 . 48,205
= 429,756

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

c) menentukan persamaan lengkung vertikal


A 2
y = x
200 x L
8,4 2
= x
200 x 133,079
8,4 2
= x
26615,769

d) menentukan posisi titik PPV,PLV, dan PTV


L = 133,079
1
X = L
2
= 66,539 m
Posisi titik PPV = patok B (sta 0 + 200,000 )
Posisi titik PLV = 200,000 - X
= 200,000 - 66,539
= 133,461 m (sta 0 + 133,461 )
Posisi untuk PTV = 200,000 + X
= 200,000 + 66,539
= 266,539 m (sta 0 + 266,539 )

e) menentukan elevasi rencana titik PPV,PLV, dan PTV


diketahui
X = 66,539 m
A x L
EV =
800
= 1,397 m

Elevasi rencana PPV = Patok 4 + EV


= 423,330 + 1,397
= 424,727 m
Elevasi rencana PLV = Patok 4 + g1 . X
= 423,330 + 5,8 . 66,539
= 427,189
Elevasi rencana PTV = Patok 4 + g2 . X
= 423,330 + 2,6 . 67
= 425,060

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

c) menentukan persamaan lengkung vertikal


A 2
y = x
200 x L
7,7 2
= x
200 x 117,830
7,7 2
= x
23565,941

d) menentukan posisi titik PPV,PLV, dan PTV


L = 117,830
1
X = L
2
= 58,915 m
Posisi titik PPV = patok B (sta 0 + 800,000 )
Posisi titik PLV = 800,000 - X
= 800,000 - 58,915
= 741,085 m (sta 0 + 741,085 )
Posisi untuk PTV = 800,000 + X
= 800,000 + 58,915
= 858,915 m (sta 0 + 858,915 )

e) menentukan elevasi rencana titik PPV,PLV, dan PTV


diketahui
X = 58,915 m
A x L
EV =
800
= 1,134 m

Elevasi rencana PPV = T2 + EV


= 422,500 + 1,134
= 423,634 m
Elevasi rencana PLV = T2 + g1 . X
= 422,500 + 2,9 . 58,915
= 424,209
Elevasi rencana PTV = T2 + g2 . X
= 422,500 + 4,8 . 59
= 425,328

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Tabel Perhitungan Vertikal Cembung Cekung

Jenis
No Patok Vr Jh L g1 g2 A Posisi titik PPV Posisi titik PLV Posisi titik PTV Elevasi PPV Elevasi PLV Elevasi PTV
Alinyemen
CB 1 P9 T1 P10 60 86 96 2,6 2,9 5,5 0 + 500 0 + 451,8 0 + 548,2 430,491 429,901 429,756
CK 1 P3 P4 P5 60 79 133 5,8 2,6 8,4 0 + 200 0 + 133,5 0 + 266,5 424,727 427,189 425,060
CK 2 P14 T2 P15 60 77 118 2,9 4,8 7,7 0 + 800 0 + 741,1 0 + 858,9 423,634 424,209 425,328

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN
CL GEOMETRIK
JALAN

-2 % -2 % DOSEN PEMBIMBING
-3 % -3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P8 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

CL NAMA TUGAS

PERANCANGAN
-2 % -2 %
GEOMETRIK
-3 % -3 % JALAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P9 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
CL
GEOMETRIK
JALAN

-3 %
NAMA TUGAS
7,9 %
-7,9 %
-3 %
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang T1 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS
CL

PERANCANGAN
GEOMETRIK
-2 % -2 %
-3 % -3 % JALAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P10 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN
CL
GEOMETRIK
JALAN

DOSEN PEMBIMBING
-2 % -2 %
-3 % -3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P11 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

CL
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
-2 % -2 %
-3 % -3 % Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P12 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
CL
Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001

-2 % -2 %
DIPERIKSA / ASISTEN
-3 % -3 %

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P13 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

CL PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
-2 % -2 %
-3 % -3 %
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P14 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

NAMA TUGAS

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
CL

DOSEN PEMBIMBING
-3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
+9,8 % Nip : 19771009 200501 1 005
-9,8 %
-3 %
Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang T2 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
MATA KULIAH

PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN

CL NAMA TUGAS

PERANCANGAN
-2 % -2 % GEOMETRIK
-3 % -3 %
JALAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005

Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.


Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN

Dean Raimundo Losu


F 111 19 214
KOORDINATOR MATA KULIAH

Ir. Muhammad Kasan, MT


NIP. 19591110 198603 1 004

DI GAMBAR OLEH

Mohamad Alif Nugraha


F 111 21 160
NAMA GAMBAR SKALA

Pot. melintang H = 1 : 100


V = 1 : 100

Profil Melintang P15 NO. LEMBAR JMLH. LEMBAR


Skala H = 1 : 100
V = 1 : 100
a

CL
b a b
c
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %

l k h g f e d
j i

Profil Melintang P8
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P8 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 428,422 0,000 1457,920
2 b 3,403 428,422 1456,661 1616,436
3 c 3,773 428,052 1616,436 0,000
4 a 0,000 428,422 0,000 0,000
Rata Rata 3073,097 3074,356

L= 3074,356 - 3073,097
2,000
L= 0,630 m²

PATOK P8 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 430,768 0,000 5459,123
2 b 12,673 429,118 5429,392 8483,663
3 c 19,770 428,422 8469,903 7785,713
4 d 18,173 428,422 7786,531 7143,080
5 e 16,673 428,467 7145,164 5429,962
6 f 12,673 428,547 5429,962 3716,788
7 g 8,673 428,467 3715,704 3073,394
8 h 7,173 428,422 3068,050 2923,123
9 i 6,823 427,722 2918,347 2790,031
10 j 6,523 427,722 2794,597 2640,328
11 k 6,173 428,422 2644,649 502,539
12 l 1,173 428,422 505,291 0,000
13 a 0,000 430,768 0,000 0,000
Rata Rata 49907,590 49947,744

L= 49947,744 - 49907,590
2,000
L= 20,077 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL
b a b
c
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %

l k h g f e d
j i

Profil Melintang P9
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P9 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 429,726 0,000 1220,852
2 b 2,841 429,726 1219,721 1391,883
3 c 3,239 429,328 1391,883 0,000
4 a 0,000 429,726 0,000 0,000
Rata Rata 2611,603 2612,734

L= 2612,734 - 2611,603
2,000
L= 0,565 m²

PATOK P9 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 431,946 0,000 5446,839
2 b 12,610 430,667 5418,845 8729,189
3 c 20,269 429,726 8710,116 7782,338
4 d 18,110 429,726 7783,153 7137,749
5 e 16,610 429,771 7139,825 5419,412
6 f 12,610 429,851 5419,412 3701,017
7 g 8,610 429,771 3699,941 3055,672
8 h 7,110 429,726 3050,375 2904,948
9 i 6,760 429,026 2900,216 2771,508
10 j 6,460 429,026 2776,030 2621,349
11 k 6,110 429,726 2625,626 476,996
12 l 1,110 429,726 479,460 0,000
13 a 0,000 431,946 0,000 0,000
Rata Rata 50002,999 50047,017

L= 50047,017 - 50002,999
2,000
L= 22,009 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL b c d
a

b
7,9 % -3 %
-7,9 %
-3 % e

h g d c

f e

Profil Melintang T1
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK T1 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 431,154 0,000 1724,616
2 b 4,000 431,470 1725,700 2373,085
3 c 5,500 431,425 2372,838 4529,963
4 d 10,500 431,425 4509,845 5356,573
5 e 12,416 429,509 5353,208 0,000
6 a 0,000 431,154 0,000 0,000
Rata Rata 13961,590 13984,236

L= 13984,236 - 13961,590
2,000
L= 11,323 m²

PATOK T1 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 433,457 0,000 5562,120
2 b 12,832 431,154 5528,513 3807,952
3 c 8,832 430,838 3804,764 3158,904
4 d 7,332 430,793 3153,442 3007,797
5 e 6,982 430,093 3002,909 2873,881
6 f 6,682 430,093 2878,559 2723,349
7 g 6,332 430,793 2727,781 573,816
8 h 1,332 430,793 577,365 0,000
9 a 0,000 433,457 0,000 0,000
Rata Rata 21673,333 21707,820

L= 21707,820 - 21673,333
2,000
L= 17,243 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL
a b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %

e d e
j i f
h g

Profil Melintang P10


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P10 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 429,680 0,000 1031,232
2 b 2,400 429,632 1031,009 1675,565
3 c 3,900 429,587 1675,389 3823,324
4 d 8,900 429,587 3804,554 4729,323
5 e 11,009 427,478 4730,347 0,000
6 a 0,000 429,680 0,000 0,000
Rata Rata 11241,299 11259,444

L= 11259,444 - 11241,299
2,000
L= 9,072 m²

PATOK P10 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 432,128 0,000 5518,707
2 b 12,771 430,000 5487,443 6179,530
3 c 14,371 429,680 6175,391 5487,443
4 d 12,771 429,712 5486,830 3769,004
5 e 8,771 429,632 3767,908 3123,854
6 f 7,271 429,587 3118,437 2973,172
7 g 6,921 428,887 2968,327 2839,661
8 h 6,621 428,887 2844,296 2689,550
9 i 6,271 429,587 2693,940 546,005
10 j 1,271 429,587 549,235 0,000
11 a 0,000 432,128 0,000 0,000
Rata Rata 33091,807 33126,926

L= 33126,926 - 33091,807
2,000
L= 17,560 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL
b a b c

c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
d

k j g f e d

i h

Profil Melintang P11


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P11 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 428,188 0,000 617,019
2 b 1,441 428,145 616,957 2757,682
3 c 6,441 428,145 2747,660 3423,876
4 d 7,997 426,589 3424,219 0,000
5 a 0,000 428,188 0,000 0,000
Rata Rata 6788,836 6798,576

L= 6798,576 - 6788,836
2,000
L= 4,870 m²

PATOK P11 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 431,651 0,000 5720,671
2 b 13,253 429,000 5674,776 7426,848
3 c 17,312 428,188 7412,825 7387,528
4 d 17,253 428,190 7388,942 5674,802
5 e 13,253 428,270 5674,802 3962,782
6 f 9,253 428,190 3961,626 3319,757
7 g 7,753 428,145 3313,981 3169,557
8 h 7,403 427,445 3164,375 3036,142
9 i 7,103 427,445 3041,114 2886,536
10 j 6,753 428,145 2891,263 750,538
11 k 1,753 428,145 756,684 0,000
12 a 0,000 431,651 0,000 0,000
Rata Rata 43280,389 43335,161

L= 43335,161 - 43280,389
2,000
L= 27,386 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL
b b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %

j i f e d
e
h g

Profil Melintang P12


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P12 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 426,809 0,000 1331,644
2 b 3,120 426,747 1331,310 1971,571
3 c 4,620 426,702 1971,363 4104,873
4 d 9,620 426,702 4080,592 5181,869
5 e 12,144 424,178 5183,168 0,000
6 a 0,000 426,809 0,000 0,000
Rata Rata 12566,434 12589,958

L= 12589,958 - 12566,434
2,000
L= 11,762 m²

PATOK P12 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 429,589 0,000 5560,170
2 b 12,943 427,000 5524,189 5902,421
3 c 13,823 426,809 5900,030 5524,189
4 d 12,943 426,827 5523,386 3817,114
5 e 8,943 426,747 3815,996 3176,278
6 f 7,443 426,702 3170,733 3026,597
7 g 7,093 426,002 3021,632 2893,832
8 h 6,793 426,002 2898,587 2744,731
9 i 6,443 426,702 2749,241 615,731
10 j 1,443 426,702 619,897 0,000
11 a 0,000 429,589 0,000 0,000
Rata Rata 33223,691 33261,063

L= 33261,063 - 33223,691
2,000
L= 18,686 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

CL
a b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 % e

j i f e d

h g

Profil Melintang P13


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P13 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 425,331 0,000 554,206
2 b 1,303 425,305 554,114 1192,130
3 c 2,803 425,260 1192,004 3318,304
4 d 7,803 425,260 3307,161 3925,575
5 e 9,231 423,832 3926,230 0,000
6 a 0,000 425,331 0,000 0,000
Rata Rata 8979,509 8990,215

L= 8990,215 - 8979,509
2,000
L= 5,353 m²

PATOK P13 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 427,379 0,000 5367,880
2 b 12,560 425,769 5342,157 6495,532
3 c 15,256 425,331 6489,674 5342,157
4 d 12,560 425,385 5341,831 3641,296
5 e 8,560 425,305 3640,226 3002,653
6 f 7,060 425,260 2997,394 2853,495
7 g 6,710 424,560 2848,798 2721,430
8 h 6,410 424,560 2725,917 2572,834
9 i 6,060 425,260 2577,076 450,776
10 j 1,060 425,260 453,022 0,000
11 a 0,000 427,379 0,000 0,000
Rata Rata 32416,092 32448,052

L= 32448,052 - 32416,092
2,000
L= 15,980 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


a

b CL
a b

c c
-2 % -2 %
-3 % -3 %

l k h g f e d
j i

Profil Melintang P14


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P14 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 423,818 0,000 1658,824
2 b 3,914 423,818 1655,473 2021,612
3 c 4,770 422,962 2021,612 0,000
4 a 0,000 423,818 0,000 0,000
Rata Rata 3677,085 3680,436

L= 3680,436 - 3677,085
2,000
L= 1,675 m²

PATOK P14 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 427,015 0,000 5593,469
2 b 13,099 425,000 5551,592 8366,125
3 c 19,685 423,818 8342,857 7882,591
4 d 18,599 423,818 7883,428 7246,864
5 e 17,099 423,863 7249,001 5552,181
6 f 13,099 423,943 5552,181 3857,457
7 g 9,099 423,863 3856,320 3220,935
8 h 7,599 423,818 3215,274 3072,257
9 i 7,249 423,118 3067,182 2940,247
10 j 6,949 423,118 2945,111 2792,156
11 k 6,599 423,818 2796,775 677,685
12 l 1,599 423,818 682,797 0,000
13 a 0,000 427,015 0,000 0,000
Rata Rata 51142,519 51201,968

L= 51201,968 - 51142,519
2,000
L= 29,724 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


b

CL
a
b c d
b
+9,8 %
-9,8 %
-3 %
h g d c e
f e

Profil Melintang T2
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK T2 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 422,500 0,000 1690,000
2 b 4,000 422,108 1688,252 2321,594
3 c 5,500 422,063 2321,347 4431,662
4 d 10,500 422,063 4415,114 5096,833
5 e 12,076 420,487 5102,110 0,000
6 a 0,000 422,500 0,000 0,000
Rata Rata 13526,822 13540,088

L= 13540,088 - 13526,822
2,000
L= 6,633 m²

PATOK T2 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 424,559 0,000 5245,851
2 b 12,356 422,500 5225,254 3530,410
3 c 8,356 422,892 3533,310 2899,348
4 d 6,856 422,847 2894,240 2751,043
5 e 6,506 422,147 2746,488 2619,844
6 f 6,206 422,147 2624,188 2472,093
7 g 5,856 422,847 2476,192 361,957
8 h 0,856 422,847 363,423 0,000
9 a 0,000 424,559 0,000 0,000
Rata Rata 19863,094 19880,545

L= 19880,545 - 19863,094
2,000
L= 8,725 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CL
a b c d e f g
a
b
-2 % -2 %
-3 % -3 %

Profil Melintang P15


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PATOK P15 (Timbunan)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 424,779 0,000 846,160
2 b 1,992 424,779 846,249 1483,328
3 c 3,492 424,824 1483,765 3182,781
4 d 7,492 424,904 3182,781 4882,997
5 e 11,492 424,824 4881,560 5519,313
6 f 12,992 424,779 5518,729 7642,624
7 g 17,992 424,779 7593,092 8812,040
8 h 20,745 422,026 8792,685 3161,819
9 i 7,492 423,846 3182,444 0,000
10 a 0,000 424,779 0,000 0,000
Rata Rata 35481,306 35531,063

L= 35531,063 - 35481,306
2,000
L= 24,878 m²

PATOK P15 (Galian)


KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 425,178 0,000 1363,971
2 b 3,208 424,779 1362,691 84,956
3 c 0,200 424,779 85,036 0,000
4 a 0,000 425,178 0,000 0,000
Rata Rata 1447,727 1448,927

L= 1448,927 - 1447,727
2,000
L= 0,600 m²

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PERHITUNGAN VOLUME GALIAN & TIMBUNAN

LUASAN (m ²) LUAS RATA-RATA (m ²) VOLUME (mv)


PATOK JARAK (m )
TIMBUNAN GALIAN TIMBUNAN GALIAN TIMBUNAN GALIAN

P8 0,630 20,077
0,597 21,043 50 29,873 1052,15
P9 0,565 22,009
5,944 19,626 50 297,212 981,31
T1 11,323 17,243
10,198 17,402 50 509,89 870,08
P10 9,072 17,560
6,971 22,473 50 348,57 1123,65
P11 4,870 27,386
8,316 23,036 50 415,79 1151,81
P12 11,762 18,686
8,557 17,333 50 427,86 866,64
P13 5,353 15,980
3,514 22,852 50 175,70 1142,59
P14 1,675 29,724
4,154 19,225 50 207,71 961,24
T2 6,633 8,725
15,756 4,663 50 787,79 233,14
P15 24,878 0,600
ΣV 3200,397 8382,614

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING
Perancangan Geometrik Jalan
BAB V

PENUTUP

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Perancangan geometrik jalan harus mempertimbangkan keamanan
pengguna jalan, baik pengemudi kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Hal ini mencakup pengaturan kelengkungan jalan yang tepat, keberlanjutan
dan kelembutan perubahan lintasan, serta penyediaan sistem drainase yang
efektif untuk mencegah terjadinya genangan air di jalan.

Perancangan geometrik jalan juga harus mempertimbangkan efisiensi


penggunaan lahan dan lalu lintas. Pengguna jalan harus merasakan
kenyamanan saat melintasi jalan yang dirancang secara geometrik. Faktor-
faktor seperti kehalusan permukaan jalan, kelancaran perubahan kemiringan
jalan, dan manajemen kebisingan dan getaran harus diperhatikan dalam
perancangan agar pengguna jalan merasa nyaman saat berkendara atau
berjalan kaki.

Perancangan geometrik jalan juga harus memperhatikan aksesibilitas


bagi semua pengguna jalan, termasuk mereka yang menggunakan kendaraan
bermotor, sepeda, atau berjalan kaki.

Aspek lingkungan juga harus dipertimbangkan dalam perancangan


geometrik jalan. Ini termasuk pemilihan material yang ramah lingkungan
untuk konstruksi jalan, pemanfaatan lahan yang berkelanjutan, dan
penanaman vegetasi yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan alam sekitarnya.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

5.2 Saran

1. Dalam perencanaan/pembuatan trase (rute jalan) perlu memperhatikan


beberapa syarat agar suatu jalan layak digunakan, terutama jalan yang
dibangun di daerah pegunungan dan hutan sebisa mungkin untuk
merencanakan tikungan dengan sudut kurang dari 90o agar tikungan yang
kita buat tidak terlalu tajam sehingga aman bagi pengguna jalan.
2. Trase (rute jalan) diusahakan memilih jalur terpendek/terdekat, karena hal
yang paling diutamakan adalah jalan yang mempunyai nilai ekonomis.
Ekonomis maksudnya jalan tersebut dapat dibangun dengan kualitas yang
bagus dan juga murah karena jarak yang tidak begitu panjang.
3. Usahakan menggambar trase pada peta topografi mengikuti garis kontur
agar medan yang didapat tidak terlalu curam, karena salah satu syarat
merencanakan jalan yaitu memberikan kenyamanan pada pengguna jalan.
4. Lebih memperhatikan dalam merencanakan jenis tikungan sesuai dengan
jenis dan fungsi jalan yang akan kita rencanakan.
5. Dalam perencanaaan galian dan timbunan usahakan agar volume timbunan
tidak lebih besar dari volume galian karena jika volume timbunan lebih
besar dari volume galian maka akan memakan banyak biaya.
6. Memperbanyak referensi buku tentang perencanaan geometrik jalan agar
dalam pengerjaan laporan lebih banyak sumber.
7. Dalam penentuan tanah rencana kelandaian yang digunakan sebaiknya
dikombinasikan agar jalan yang direncanakan aman dan nyaman bagi
pengguna jalan sebab jalan dengan kelandaian yang terus menerus datar
akan mempengaruhi kecepatan pengguna begitu juga jika jalan tersebut
terus menerus naik hal ini akan berpengaruh terhadap keamanan dan
kenyamanan para pengguna jalan.

MOHAMAD ALIF NUGRAHA / F11121160


CIVIL
ENGINEERING

LEMBAR ASISTENSI

MOHAMAD ALIF NUGRAHA


F 111 21 160

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai