SATYA
WIRARASTRA-SATYA
WIRARASTRI
GUDEP 070203-070204
PANGKALAN
SMAN 4 KOTA
TANGERANG
TRI SATYA
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh- sungguh:
1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mengamalkan Pancasila
2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
3. Menepati Dasa Dharma
DASA DHARMA
Pramuka itu :
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, terampil, dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan
HYMNE PRAMUKA
Cipta : Husein Muntahar
Kami Pramuka Indonesia
Manusia Pancasila
Satyaku Kudharmakan Dharmaku Kubaktikan
Agar Jaya Indonesia
Indonesia Tanah Airku
Kami Jadi Pandumu
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
PASAL 1
Adat merupakan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,
hukum, dan aturan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan menjadi suatu sistem.
Fungsi :
1. Sebagai identitas pangkalan yang menunjukkan ciri khas gerakan pramuka pangkalan
SMAN 4 KOTA TANGERANG
PASAL 2
PEMEGANG ADAT
Pemegang adat adalah orang yang mengatur tata adat di Ambalan SMAN 4 KOTA
TANGERANG yang berlaku demi tercapainya ketertiban.
TUJUAN
BAB II ISI
AMBALAN
PASAL 6
NAMA AMBALAN
1. Pangkalan SMAN 4 Kota Tangerang memberi nama ambalannya yaitu
Ambalan Satya wirarastra untuk ambalan putra dan Satya wirarastri untuk
putri, yang mempunyai makna dan arti yang mendalam bagi pangkalan SMAN
4 Kota Tangerang.
2. Makna Nama :
Berarti prajurit atau denawa yang selalu patuh loyal, dan berjuang
mengabdi untuk masyarakat berdasar pada try satya dan dasa darma
Berarti Prajurit atau denawa yang selalu setia patuh loyal dan
melindungi masyarakat, selalu ingat akan jari diri pramuka, dan tri
satya serta dasa darma .
PASAL 7
DEWAN AMBALAN
1. Dewan Ambalan adalah suatu wadah pembinaan kepemimpinan yang terdiri dari para
Pramuka Penegak yang sudah dilantik yang bertugas merencanakan, mengelola dan
menggerakan kegiatan di Ambalan yang bersangkutan dengan bimbingan
pembinanya.
2. Dewan Ambalan yang terdiri dari :
a. Seorang Ketua yang disebut Pradana; Pradana bertugas mengetuai/memimpin
Dewan Ambalan untuk melaksanakan seluruh keputusan Musyawarah
Ambalan Penegak (Muspen) dan bersama-sama dengan pengurus Dewan
Ambalan lainnya bertanggungjawab kepada Muspen atas segala kegiatan
Ambalan.
b. Seorang Pemangku Adat (Juru Adat) ; Pemangku Adat bertugas
memperhatikan corak kehidupan/adat yang telah menjadi tradisi Ambalannya.
c. Seorang juru lapangan ; Juru lapangang bertugas membantu pradana dalam
kegiatan di lapangan.
d. Seorang juru ruang ; Juru ruang bertugas membantu pradana dalam mengatur
semua yang ada di ruang ambalan.
e. Seorang Sekretaris (Kerani) ; Kerani bertugas membantu Pradana dalam
hal-hal pencatatan, perumusan dan pengadministrasian Ambalan.
f. Seorang Bendahara (Juru Uang) ; Bendahara bertugas membantu Pradana
bertanggungjawab mengurusi keuangan dan harta benda (inventaris) Ambalan.
g. Beberapa orang anggota ; Beberapa orang anggota Dewan Ambalan ini
bertugas membantu Pradana, Pemangku adat, juru lapangan, juru ruang,
Kerani, Bendahara dalam melaksanakan tugasnya.
PASAL 8
LOGO AMBALAN
1. Lambang Ambalan adalah suatu simbol atau kiasan yang mengandung makna
kehidupan dan keadaan Ambalan yang mampu menggambarkan ciri khas, tujuan serta
arah gerakan pembinaan Ambalan tersebut.
PASAL 9
AMSAL AMBALAN
1. Amsal Ambalan adalah suatu simbol perjuangan dan arah pendidikan, pembinaan dan
kegiatan sehari-hari dari warga Ambalan yang dituangkan dari kata-kata
mutiara/butir-butir hikmah yang mengandung arti.
2. AMSAL
PASAL 12
MARS AMBALAN
1. Mars Ambalan adalah suatu nyanyian yang dapat membawa semangat untuk menjaga
kehormatan Ambalan disamping sebagai nyanyian yang mengandung arti-arti tertentu
bagi warga Ambalan tersebut.
2. MARS AMBALAN
ADAT KESEHARIAN
PASAL 13
PASAL 14
MAKAN
1. Sebelum makan Anggota Dewan Ambalan harus dalam bentuk barisan yang rapi.
2. Pradana memimpin doa sebelum makan ( disesuaikan ).
3. Hasduk diselempangkan ke bahu kanan atau dimasukkan kebawah kancing pertama
baju.
4. Makan dan minum tidak boleh berdiri.
5. Dalam kondisi makan tidak boleh bersenda gurau dan berbicara.
6. Selesai makan, ditutup dengan membaca doa setelah makan.
PASAL 15
BERBICARA
PASAL 16
TIDUR
1. Tidur tidak boleh mengenakan pakaian Pramuka lengkap.
2. Dalam kegiatan kepramukaan, jam malam maksimal pukul 23.00 WIB. Kecuali ada
kepentingan yang mendesak.
3. Satuan Terpisah antara Dewan Ambalan Putra dengan Dewan Ambalan Putri.
PASAL 17
KELUAR MASUK RUANG AMBALAN
1. Alas kaki di lepas ketika memasuki ruang ambalan.
2. Tidak boleh meninggalkan sampah di ruang ambalan.
3. Ketika masuk ruang ambalan wajib menjaga kebersihan dan kerapihan.
4. Bagi Dewan Ambalan yang ingin memasuki Ruang Ambalan saat rapat sedang
berlangsung diharuskan mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta izin masuk
kepada pemimpin rapat
PASAL 18
KEBERSIHAN RUANG AMBALAN
1. Kebersihan ruang ambalan merupakan tanggung jawab seluruh Dewan
Ambalan
2. Tugas setiap Dewan Ambalan akan disusun dalam sebuah jadwal piket.
3. Setiap kelompok piket mempunyai 1 orang penanggung jawab.
4. Penanggung jawab piket mengontrol dan mencatat kelompoknya yang tidak
melaksanakan piket dan diserahkan kepada pemangku adat.
5. Seluruh Dewan Ambalan wajib mematuhi jadwal piket.
PASAL 19
RAPAT
1. Ketika rapat harus datang tepat waktu.
2. Setiap akan dilaksanakan rapat, pemberitahuan tempat dan waktu paling telat sehari
sebelum rapat dimulai, kecuali keadaan mendesak.
3. Setiap Dewan Ambalan harus bersikap professional
4. Saat rapat sedang berlangsung dilarang membuat forum dalam forum.
5. Apabila ada yang hendak meninggalkan rapat atau musyawarah harus seizin pimpinan
sidang.
6. Apabila tidak dapat menghadiri rapat maka harus melampirkan surat izin yang
ditandatangani oleh pemangku adat.
7. Hasil rapat harus disebarkan ke seluruh anggota ambalan.
PASAL 20
KEGIATAN PRAMUKA RUTIN
1. Kegiatan pramuka rutin ambalan Satya wirarastra-Satya wirarastri dilaksanakan pada
hari Sabtu.
2. Kumpul rutin Dewan Ambalan ditentukan dalam musyawarah ambalan.
3. Setiap kegiatan rutin wajib dibuka dengan apel pembukaan dan ditutup dengan apel
penutupan. Apel ditiadakan jika kondisi tidak memungkinkan.
4. Setelah melaksanakan apel pembukaan dilanjutkan dengan senam pagi.
5. Peserta didik dan Dewan Ambalan yang berhalangan mengikuti kegiatan pramuka
rutin wajib melampirkan surat izin sesuai prosedur surat yang telah ditentukan.
6. Seluruh peserta didik dan Dewan Ambalan wajib mengenakan seragam pramuka
lengkap.
7. Seluruh Dewan Ambalan wajib menjaga kewibawaan setiap pribadinya selama
kegiatan berlangsung.
PASAL 21
BERKEMAH
1. Seluruh Dewan Ambalan dan peserta didik wajib mentaati tata tertib perkemahan
yang telah ditentukan.
2. Dewan ambalan maupun peserta didik berada dalam satuan terpisah.
3. Dilarang mengunjungi daerah lawan jenis jika tidak ada kepentingan yang mendesak.
4. Orang tua yang menjenguk peserta tidak diperbolehkan jika tidak mendesak atau tidak
ada izin dari Pembina
5. Penyusunan tata tertib perkemahan mengacu kepada tata adat.
PASAL 22
IURAN KAS AMBALAN
1. Seluruh peserta didik dan Dewan Ambalan wajib membayar iuran kas yang telah
ditentukan jumlahnya.
2. Iuran dibayarkan setiap bulannya, baik ada kegiatan maupun tidak ada.
3. Iuran peserta didik di bayarkan ke bendahara kelas masing-masing
4. Iuran Dewan Ambalan dibayarkan ke juru uang masing masing satuan
5. Iuran dibayarkan tepat waktu.
PASAL 23
SANKSI
1. Sanksi diberlakukan jika terdapat suatu pelanggaran terhadap Adat Ambalan Satya
wirarstra-Satya wirarastri dan atau terhadap ketentuan yang diberlakukan oleh pihak
sekolah yang berhubungan dengan kegiatan Kepramukaan.
2. Sanksi- sanksi yang terdapat di Ambalan Satya wirarastra-Satya wirarastri
diberlakukan kepada seluruh warga ambalan Satya wirarastra-Satya wirarastri.
3. Sanksi- sanksi tersebut tidak berlaku bagi Ka Mabigus,Ka Pembina Gudep, Pembina
Satuan, dan Tamu Ambalan.
4. Jenis sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan Pemangku Adat dan atau dari
hasil musyawarah Dewan Ambalan beserta Pembina.
5. Jenis- jenis sanksi yang diberikan dapat berupa:
a. Peringatan secara lisan melalui teguran dari Pemangku Adat atau Pembina.
b. Pemberian tugas terstruktur.
c. Fisik ( push up, lari, jalan jongkok, skot jump)
d. sanksi adat makan : makan digabungkan dan di gilir + push up 2 seri
e. sanksi adat berbicara : membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas sebanyak 3
kali + mengucapkan tri satya dan dasa darma
f. sanksi upacara dan atau apel : bagi peserta didik push up 1 seri, bagi DA 2 kali
seri push up dan menjadi pemimpin upacara dan atau apel berikutnya.
g. Sanksi tidur : bagi DA membangunkan panitia+peserta pada saat jam bangun dan
2 seri, bagi anggota 2 seri.
h. Sanksi masuk ruang ambalan dengan alas kaki : 5 seri push up demi ketertiban
ambalan.
i. Sanksi piket : membantu piket yang selanjutnya dan denda Rp.5.000,-
j. Sanksi rapat : menjadi pimpinan rapat selanjutnya dan mampu mengumpulkan
anggota rapat selanjutnya.
k. Sanksi pramuka rutin : mengacu pada pihak sekolah dengan tidak memberikan
nilai baik kepramukaan.
l. Sanksi berkemah : mengacu kepada tata tertib perkemahan
m. Sanksi iuran kas ambalan : kena alpa dan membayar 2x lipat.
6. Sanksi sewaktu-waktu bisa diganti oleh Pemangku Adat sesuai Situasi dan Kondisi.
7. Untuk pemangku adat jika melanggar terkena 2x lipatnya.
PASAL 25
PETUGAS
1. Petugas Upacara dan/atau adalah sekumpulan orang yang mengatur jalannya upacara
dan/atau apel supaya berjalan lancar dan tertib.
2. Petugas Upacara dan apel
UPACARA
a. Protokol
b. Pradana
c. Pemimpin paling kanan
d. Pembawa bendera
e. Pemangku adat
f. Pembaca dasa darma
g. Pembaca tri satya
h. Pembaca sandi ambalan
i. Dirigen
APEL
a. Pradana
b. Pemimpin paling kanan
c. Pembawa bendera
d. Pembaca dasa darma
e. Pembaca tri satya
f. Pembaca sandi ambalan
PASAL 26
JENIS UPACARA DAN APEL
1. Upacara Umum adalah upacara yang dilakukan untuk kegiatan tertentu dengan
menggunakan peraturan yang berlaku secara umum.
2. Upacara Pelantikan adalah upacara peresmian yang dilakukan untuk pengangkatan
pemegang jabatan tertentu dalam satuan.
3. Upacara Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) adalah upacara yang dilakukan dalam
rangka penerimaan anggota baru.
4. Apel Pembukaan dan Apel Penutupan adalah apel yang dilakukan dalam rangka
melaksanakan dan mengakhiri suatu kegiatan di lingkungan.
PASAL 27
FORMASI UPACARA DAN APEL
1. Apel pembukaan
a. Peserta apel dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati di sebelah kanan peserta
c. Petugas menempati di sebelah kiri peserta
2. Apel penutupan
a. peserta apel dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati di sebelah kanan peserta
c. Petugas menempati di sebelah kiri peserta
3. Upacara adat pembukaan kegiatan
a. Peserta upacara dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati di sebelah kanan peserta
c. Petugas upacara menempati di sebelah kiri pasukan
4. Upacara adat penutupan kegiatan
a. Peserta upacara dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati di sebelah kanan peserta
c. Petugas upacara menempati di sebelah kiri pasukan
5. Upacara adat api unggun
a. peserta upacara dalam bentuk bersaf melingkari api unggun
b. Dewan ambalan menepati di sebelah kiri peserta
c. Petugas upacara menempati di sebelah kanan peserta
6. Upacara pelantikan
a. Peserta yang akan dilantik dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati di sebelah kanan peserta
c. Petugas upacara menempati di sebelah kiri peserta
7. Upacara penerimaan tamu ambalan
a. Tamu ambalan dalam bentuk bersaf
b. Dewan ambalan menempati disebelah kanan tamu ambalan
c. Petugas upacara menempati di sebelah kiri peserta.
PASAL 28
SUSUNAN UPACARA DAN APEL
1. Apel pembukaan
2. Apel penutupan
3. Upacara adat pembukaan kegiatan
4. Upacara adat penutupan kegiatan
5. Upacara adat api unggun
NASKAH UPACARA API UNGGUN
Ambalan Satya Wirarastra-Satya Wirarastri
6. Upacara pelantikan
7. Upacara penerimaan tamu ambalan
PASAL 30
SEBAB AMANDEMEN ADAT
1. Adat yang berlaku telah gagal dilaksanakan
2. Adat yang berlaku akan disempurnakan kembali.
PASAL 31
ATURAN AMANDEMEN ADAT
Amandemen adat hanya dapat dilakukan melalui sarasehan adat yang telah disetujui
seluruh peserta adat. Peserta sarasehan adat meliputi DA,anggota pramuka SMAN 4 Kota
Tangerang yang didampingi oleh Pembina. Sarasehan adat dapat dilaksanakan jika peserta
yang hadir lebih dari sama dengan 50% dari undangan.
PASAL 32
KEBIJAKAN PA
Kebijakan Pemangku Adat untuk memperbaiki, melengkapi, dan menyempurkan tata
adat yang sedang berlaku. Kebijakan ini dapat diberlakukan jika :
1. Keterbatasannya waktu dan tempat pada saat akan terjadi perubahan adat.
2. Diperintah oleh Pembina secara pribadi untuk membuat tata adat tanpa melalui
sarasehan adat.
PASAL 33
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam buku adat ini akan ditetapkan melalui sarasehan
adat selanjutnya.
2. Apabila terdapat ketidaksesuaian dengan kondisi ambalan, maka selanjutnya dilakukan
revisi terhadap adat tersebut.
3. Buku adat ini hanya dapat ditetapkan dan berlaku sesuai dengan,
a. Persetujuan minimal dari setengah peserta sarasehan adat
b. Pemangku Adat setelah berkonsultasi dengan Pembina, apabila terdapat kondisi yang
tidak memungkinkan diadakannya sarasehan adat.
Tambahan
Hormat Kami,
Mengetahui,
NIP. NIP.
Menyetujui,