Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

Artritis septik adalah infeksi pada synovium yang disebabkan oleh bakteri.
Infeksi sendi yang disebabkan oleh bakteri merupakan infeksi sendi yang cepat
merusak hyalin kartilago artikular dan kehilangan fungsi sendi yang ireversibel, angka
kejadian artritis septik ini sekitar 40-68 kasus/100.000/tahun. Puncak insiden pada
kelompok umur adalah anak-anak usia kurang dari 5 tahun (5 per 100.000/tahun) dan
dewasa usia lebih dari 2,3 penyakit. Diagnosis awal yang diikuti dengan terapi yang
tepat dapat menghindari terjadinya kerusakan sendi dan kecacatan sendi. Insiden septik
artritis pada populasi umum bervariasi 2-10 kasus per 100.000 orang per tahun.
Insiden ini meningkat pada penderita dengan peningkatan risiko seperti artritis
rheumatoid 28-38 kasus per 100.000 per tahun, penderita dengan prosthesis 64 tahun
(8,4 kasus/100.000 penduduk/tahun). Kebanyakan artritis septik terjadi pada satu sendi,
sedangkan keterlibatan poliartikular terjadi 10-15% kasus. Sendi lutut merupakan sendi
yang paling sering terkena sekitar 48-56%, diikuti oleh sendi panggul 16-21%, dan
pergelangan kaki 8%. Artritis septik masih merupakan tantangan bagi para klinisi sejak
dua puluh tahun terakhir, dengan penanganan yang dini dan tepat maka diharapkan
dapat menurunkan kehilangan fungsi yang permanen dari sendi dan menurunkan
mortalitas.1

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi generative yang berkaitan dengan


kerusakan kartilago sendi. Prevalensi OA lutut di Indonesia cukup tinggi, yaitu
mencapai 15.5 % pada pria dan 12.7% pada wanita. Degenerasi sendi yang
menyebabkan sindrom klinis osteoarthritis muncul paling sering pada sendi tangan,
panggul, kaki, dan tulang belakang (spine) meskipun nisa terjadi pada sendi synovial
mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini menigkat dengan bertambahnya
usia. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika
ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat

1
2

dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan


1 sampai 2 juta orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat Karena OA. Oleh Karena
itu tantangan terhadap dmapak OA akan semakin besar Karena semakin banyaknya
populasi yang berusia tua.2.

Berikut ini disampaikan suatu laporan kasus seorang laki – laki berusia 62 tahun
dengan penyakit Septik Artiris, Osteoartritis genu dektra et sinistra, Anemia penyakit
kronik, , ulkus dekubitus grade 2, tinea korporis regio gluteal imobilisasi, inanisi,
Infeksi, ketergantungan berat. Kasus ini dibawakan untuk memahami hubungan antara
kasus Artritis septik dan OA genu dektra pada usia lanjut, dan tatalaksana yang tepat
dalam mengembalikan status fungsional pasien hingga bisa beraktifitas mandiri dalam
aktivitas sehari-hari.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 ANAMNESIS ( auto dan allo Anamnesis tanggal 29 Mei 2017 )

2.1.1 IDENTIFIKASI

Seorang laki-laki, Tn. YHA, usia 62 tahun, agama Islam, bekerja sebagai guru
ngaji di pesantr;en. Alamat Jl Bunga Tanjung Dusun I, Seri Bandung, Tanjung Batu,
Kab Ogan Ilir. Dirawat di ruang komering 1.1 kamar 4 bed 6 bangsal penyakit dalam
Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang sejak tanggal 29 Mei 2017
dengan keluhan utama nyeri pada lutut kanan semakin memberat sejak ± 1 hari SMRS.

2.1.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

± 2 Tahun SMRS, Pasien mengeluh bengkak pada lutut kanan, terasa nyeri jika
digerakaan ada, nyeri seperti di tusuk-tusuk ada, nyeri menjalar tidak ada, nyeri
semakin memberat jika pasien menggerakkan lututnya, nyeri berkurang jika
diistirahatkan. Kemerahan ada, terasa panas pada bagian lutut yang nyeri ada, krepitasi
tidak ada, kaku pada sendi di pagi hari tidak ada, sulit menggerakan kaki tidak ada,
pasien masih berkativitas seperti berjalan ke kamar kecil dengan bantuan tongkat,
Demam tidak ada, BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien kesehariannya masih bisa
beraktivitas mandiri di luar rumah seperti mengajar ngaji dengan bantuan tongkat,
nafsu makan menurun tidak ada, tiap hari pasien makan 3 kali sehari nasi biasa dengan
lauk bervariasi dari telur, tahu, tempe terkadang daging ayam. Pasien kemudian
berobat ke mantri, lutut pasien di sedot cairan didapatkan total 90 ml warna kuning
jernih, bau busuk tidak ada. Keluhan pasien berkurang.

± 2 bulan SMRS, Pasien mengeluh timbul bengkak pada lutut kanan, nyeri jika
digerakkan ada, nyeri seperti ditusuk tusuk ada tidak menjalar, nyeri semakin
memberat jika pasien menggerakan lutut dan berkurang jika diistirhatkan. Kemerahan
ada, terasa panas pada lutut kanan ada, krepitasi tidak ada tampak sendi pada lutut

3
4

kanan semakin membesar, pasien masih bisa beraktivitas terbatas di dalam rumah
dengan tongkat dan bantuan orang lain. Kaku pada sendi pada pagi hari ada, sulit untuk
menggerakan kaki sebelah kanan ada. nafsu makan menurun ada, pasien makan 3 kali
sehari nasi tim dengan lauk bervariasi dari telor, tahu, tempe tetapi hanya bisa masuk
3-5 sendok makan, berat badan menurun tidak ada, demam tidak ada, BAK dan BAB
biasa. Pasien belum berobat.

± 2 minggu SMRS, Pasien mengeluh bengkak pada lutut kanan bertambah


besar dan nyeri kemerahan pada punggung kaki kiri, terasa nyeri pada kedua sendi,
nyeri seperti ditusuk-tusuk ada tidak menjalar, nyeri sedikit berkurang bila
diistiharatkan. Kemerahan ada sekitar sendi lutut, nyeri pada kedua sendi bila ditekan
ada, terasa panas jika di pegang pada kedua sendi, pasien sulit menggerakan kaki
kanannya , terasa kaku dan nyeri pada sendi lutut kanan pasien. Pasien mengeluh juga
badan terasa lemas, pandangan berkunang-kunang ada, mimisan tidak ada, gusi
berdarah tidak ada, pendengaran berdenging tidak ada, Pasien tidak bisa beraktivitas
sendiri, lebih banyak di bantu oleh orang lain, pasien lebih banyak berbaring di tempat
tidur. nafsu makan menurun ada, pasien makan bubur hanya bisa masuk 3-5 sendok
makan, berat badan menurun ada, dirasakan seperti celana pasien yang semakin
longgar, Demam ada, tidak terlalu tinggi. BAK dan BAB biasa masih bisa ditahan,
butuh batuan orang lain untuk dibawa ke kamar mandi. Pasien belum berobat hanya
diberikan obat cream penghilang nyeri yang di jual di warung seperti hotcream.
Keluhan tidak berkurang.

± 1 hari SMRS, pasien mengeluh bengkak pada pada lutut kanan semakin
bertambah besar, disertai nyeri yang semakin hebat pada punggung kaki kiri pasien,
nyeri dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk nyeri semakin bertambah jika
digerakkan dan tidak berkurang walaupun diistirahatkan, nyeri tidak menjalar.
Kemerahan pada lutut kanan dan punggung kaki kiri ada, nyeri jika ditekan, terasa
panas pada kedua sendi bila di pegang ada, pasien hanya bisa beraktivitas di tempat
5

tidur. Demam ada tidak terlalu tinggi, BAK dan BAB biasa. Pasien di bawa berobat ke
IGD RSMH

2.1.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Riwayat terjatuh dari motor yang menimpa bagian tungkai sebelah kanan 6
bulan yang lalu
 Riwayat radang pada sendi – sendi jari kaki dan tangan disangkal
 Riwayat sering konsumsi obat penghilang rasa sakit yang dibeli sendiri di
warung seperi NEO RHEUMACYL®
 riwayat darah tinggi disangkal
 riwayat kencing manis disangkal

2.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA

 Riwayat sakit sendi pada keluarga disangkal

2.1.5 PEDIGREE

Pasien

Keterangan: : laki-laki

: perempuan
6

2.1.6 RIWAYAT KEBIASAAN

 Pasien seorang buruh tani yang sering mengangkat beban berat seperti
karung.
 Rumah pasien berbentuk rumah panggung 2 lantai, bangunan terbuat dari
kayu dan sebagian terbuat dari batubata, memiliki ± 8 anak tangga untuk
naik ke atas, kamar tidur Ukuran 4x5m2 serta kamar mandi pasien berada di
lantai 2. Terdapat perbedaan ketinggian dari lantai rumah dan kamar mandi.
 Pasien sering mengoleskan balsem penghilang nyeri yang dibeli di warung.
 Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan (ikan mas) dan konsumsi
daging ayam dan sapi jarang, Rajin konsumsi buah – buhan.
 Kebiasaan sering makan jeroan, kacang-kacangan dan emping disangkal
 Pasien tidak pernah melakukan olah raga

2.1.7 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien bekerja buruh tani dan guru ngaji di pesantren dengan penghasilan ± 2
juta perbulan dengan pengeluaran perbulannya ± 1,5 juta, pasien masih bisa
menyimpan sisa pendapatannya. Pasien tinggal bersama dengan istri dan anak
Semenjak sakit pasien tidak bisa lagi bekerja kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh
anak pasien. Pasien berobat dengan BPJS kelas III. Kesan sosial ekonomi kurang.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK DI UGD ( Tanggal 29 Mei 2017 )

2.2.1 KEADAAN UMUM


Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit, reguler, isi dan tekanan cukup
Respirasi : 20 x/ menit, reguler, torakoabdominal
7

Temperatur : 36,6 ºC
VAS :8
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 42 kg
RBW : 77 % ( Underweight )
IMT : 16,4 kg/m2 (Underweight)
LILA : 18 cm
Lingkar betis : 28 cm
2.2.2 PEMERIKSAAN SPESIFIK
Kepala : Normosefali, alopesia (-), Rambut mudah rontok (-),
konjungtiva palpebra pucat (+) sklera ikterik (-), atropi papil
lidah (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks anterior dan posterior
Barrel chest (-), sela iga melebar (-), sudut angulus kosta < 90°
Pulmo ( anterior )
Inspeksi : Statis simetris, dinamis kanan sama dengan kiri
Palpasi : Stemfremitus paru kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru, batas paru hepar ICS V,
peranjakan 1 sela iga sela iga
Auskultasi : Vesikuler (+) normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-)
Pulmo ( posterior )
Inspeksi : Statis simetris, dinamis kanan sama dengan kiri
Palpasi : Stemfremitus paru kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-)
8

Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas interkostal II, batas kanan linea sternalis dekstra,
batas Kiri linea midclavicula sinistra ICS V.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, HR 84 x/m, reguler, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba ,epigastrium (-)
Perkusi : Timpani, shifting dulness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : Palmar pucat (-), edema (-)
Inferior : Edema pretibial (-), pembesaran KGB (-)
Status lokalis :
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (-)
P : Nyeri tekan (+), hangat (+), Undulasi (+) ROM aktif pasif
terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (+), kemerahan (-)
P : Nyeri tekan (+), Hangat (+), ROM aktif pasif terbatas
9

Elektrokardiografi tanggal 29 Mei 2017 di IGD RSMH

EKG : Irama sinus, aksis normal, HR 92 x/menit, gel P normal, PR int 0,16 det, QRS
comp 0,04 det, R/S di V1 <1, S V1 + R V5/6 <35 , T inverted di lead III, aVF

Kesan : Iskemik Inferior


10

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium RSMH, 29 Mei 2017
Darah rutin MCH : 33 pg
Hb : 7.6 mg/dL trombosit : 390.000 µL,
RBC : 2,54 /mm3 Ht : 23%,
leukosit : 30,4/mm3 D/C : 0/0/93/3/4
MCV : 90 fl LED : 120 mm/jam
Darah kimia
BSS : 163 mg/dl, Natrium : 136 mEq/L,
SGOT : 18 U/L Kalium : 3.5 mEq/L,
SGPT : 21 U/L kalsium : 8,5 mg/dl
Ureum : 48 mg/dL Kesan : Anemia Normokrom
Kreatinin : 0,56 mg/dL Normositer, Lekositosis
Urine rutin Epitel : Positif +
Warna : kuning
Kejerniahan : jernih
Berat Jenis : 1.030 Lekosit : 0-2
pH : 5.0
Eritrosit : 0-1
Ascortbic acid : Negatif
Glukosa : Negatif Silinder : Negatif
Keton : Negatif
Kristal : Negatif
Darah : Negatif
Bilirubin : Negatif Bakteri : Negatif
Urobilinogen :1
Mukus : Negatif
Nitrit : Negatif
Lekosit Esterase : Negatif Jamur : Negatif

2.3.1 ANAMNESIS SISTEM


a. Keadaan : tampak sakit sedang
b. Penglihatan : tidak terdapat gangguan penglihatan
c. Pendengaran : tidak terdapat gangguan pendengaran
d. Mulut : tidak terdapat bicara pelo, sariawan dan kesulitan
menelan
e. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan sesak atau mudah capai saat
aktivitas
11

f. Paru-paru : tidak terdapat keluhan batuk


g. Pencernaan : nafsu makan menurun ada, BAB biasa
h. Saluran kemih : BAK biasa, tidak ada nyeri
i. Hematologi : badan lemas, mimisan tidak ada
j. Sendi-sendi : nyeri sendi ada, kaku sendi lutut kanan dan punggung
kaki kanan
k. Endokrinologi : tidak ada benjolan pada leher
l. Neurologi : kelemahan sesisi tubuh tidak ada
m. Kulit : ulkus dekubitus ada
n. Jiwa : memori pasien mudah lupa tidak ada, tidak ada
kelakuan aneh

STATUS FUNGSIONAL (INDEKS ADL BARTHEL) SAAT MRS


FUNGSI SKOR KETERANGAN
Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
rangsang pembuangan 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x
tinja 2 seminggu)
Terkendali teratur
Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24
2 jam)
Mandiri
Membersihkan diri 0 Tergantung pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Perlu pertolongan pada beberapa
rambut, sikat gigi) kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang lain
2 Mandiri
Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain
masuk, dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, memakai tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
celana, membersihkan, kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
12

Berubah sikap dari 0 Tidak mampu


berbaring ke duduk 1 Perlu ditolong
2 Mandiri
Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan dibantu 1 orang
3 Mandiri
Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis mengancing baju)
2 Mandiri
Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
TOTAL SKOR 8 Ketergantungan berat

GERIATRIC DEPRESSESION SCALE (GDS)


1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau YA TIDAK
kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA TIDAK
4. Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? YA TIDAK
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada YA TIDAK
anda?
7. Apakah anda merasa bahagian untuk sebagian besar hidup anda? YA TIDAK
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar YA TIDAK
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat YA TIDAK
anda dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? YA TIDAK
13. Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari YA TIDAK
anda?
SKOR : 3 tidak depresi
Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
13

- Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1


- Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
- Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Penilaian Nutrisi Mini
Tinggi badan : 160 cm, LILA : 18 cm
Berat badan : 42 kg, Lingkar betis : 28 cm
IMT : 16,4 kg/m2 TL : 47 cm
PENAPISAN (SCREENING) J. Berapa kali pasien makan lengkap dalam 1 hari ?
0 = 1 kali 1 = 2 kali 2 = 3 kali
A. Apakah ada penurunan asupan 2
makanan dalam jangka
waktu 3 bulan oleh karena kehilangan K. Konsumsi BM tertentu yg diketahui sebagai BM
nafsu makan,
sumber protein (asupan protein)
masalah pencernaan, kesulitan  Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu,
menelan, atau mengunyah? keju, yogurt)
0 = nafsu makan yang sangat per hari (ya/tidak)
1
berkurang
 Dua penukar atau lebih dari kacang-kacangan
1 = nafsu makan sedikit berkurang atau telur
(sedang) perminggu (ya/tidak)
2 = nafsu makan biasa saja
 Daging, ikan, atau unggas tiap hari (ya/tidak)
B. Penurunan berat badan dalam 3 bulan 0,0 = jika 0 atau 1 pertanyaan jawabannya ‘ya’
terakhir: 0
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 0,5 = jika 2 pertanyaan jawabannya ‘ya’
kg
1,0 = jika 3 pertanyaan jawabannya ‘ya’
1 = tidak tahu
1 L. Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah
2 = penurunan berat badan 1 – 3 kg atau
3 = tidak ada penurunan berat badan sayuran per hari ? 1
C. Mobilitas 0 = tidak 1 = ya
0 = harus berbaring di tempat
tidur/memakai kursi roda M. Berapa banyak cairan (air,jus,kopi,teh, susu,…)
yang diminum setiap hari ?
1 = bisa keluar dari tempat tidur atau
0,0 = kurang dari 3 gelas
kursi roda, tetapi tidak bisa ke luar 0 1
rumah. 0,5 = 3 sampai 5 gelas
2 = bisa keluar rumah 1,0 = lebih dari 5 gelas
14

D. Menderita stres psikologis/penyakit N. Cara makan


akut 3 bulan terakhir? 0 = tidak dapat makan tanpa bantuan 1
2
0 = ya 2 = tidak
1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan
E. Masalah neuropsikologis
2 = dapat makan sendiri tanpa masalah
0 = demensia berat atau depresi berat
2 O. Pandangan pasien terhadap status gizinya
1 = demensia ringan 0
0 = merasa dirinya kurang makan/kurang gizi
2 = tidak ada masalah psikologis
1 = tidak dapat menilai/ tidak yakin akan status
F. Indeks massa tubuh (IMT) (berat badan izinya
dalam kg/tinggi 0 2 = merasa tidak ada masalah dengan status gizinya
badan dalam m2)
P. Dibandingkan dengan orang lain yang seumur,
0 = IMT < 19 1 = IMT 19 - <
bagaimana pasien melihat status kesehatannya ?
21
0,0 = tidak sebaik mereka 0
2 = IMT 21 - < 23 3 = IMT 23
0,5 = tidak tahu
atau lebih
1,0 = sama baik 2,0 = lebih baik
6 Q. Lingkar Lengan atas (LLA) dalam cm
TOTAL
0,0 = LLA < 21 0,5 = LLA 21 – < 22
Skor PENAPISAN (subtotal maksimum 0
1,0 = LLA ≥ 22
14 poin)
R. Lingkar betis (LB) dalam cm
Skor ≥12 normal, tidak berisiko  tak 0
0 = LB < 31 1 = LB ≥ 31
perlu melengkapi form
pengkajian
4
Skor PENGKAJIAN ( maksimum 16 poin) :
Skor ≤11 kemungkinan malnutrisi 
lanjutkan pengkajian Skor PENAPISAN :
PENILAIAN TOTAL (maksimum 30 poin) : 10
PENGKAJIAN (ASSESSMENT)
G. Hidup mandiri, tidak tergantung orang 0
lain (bukan di rumah sakit atau panti SKOR INDIKATOR MALNUTRISI√
14
werdha)
17 sampai 23,5 poin : berisiko malnutrisi
0 = tidak 1 = ya
0 Kurang dari 17 poin : malnutrisi √
H. Minum obat lebih dari 3 macam dalam
15

1 hari 0 = ya 1 = tidak

I. Terdapat ulkus dekubitus/luka tekan atau


luka di kulit 0 = ya = tidak 1

PENGKAJIAN STATUS MENTAL MINI


NILAI NILAI
MAKS
ORIENTASI
5 (5)
Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5 (5) Kita berada dimana? (negara), (Propinsi), (kota), (rumah sakit),
(lantai/kamar)

REGISTRASI
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda : satu detik setiap
benda. Kemudian pasien disuruh mengulangi nama ketiga objek tadi.
3 (3)
Berilah nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar. Ulangi
lagi sampai pasien menyebut dengan benar : (bola, kursi, buku).
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : ........... kali

ATENSI DAN KALKULASI


Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.
5 (5) Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata ” W A H Y U
” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misal :
UYAHW = 2 nilai)

MENGENAL KEMBALI
3 (2) Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi. Berikan
nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar

BAHASA
2 (2)
Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
1 (1) Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut : ”JIKA TIDAK, DAN
ATAU TAPI”
16

3 (2) Pasien disuruh melakukan perintah : ” Ambil kertas itu dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
1 (1) Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perinta kalimat
”Pejamkan mata anda”
1 (1) Pasien disuruh menulis kalimat lengkap dengan spontan (tulis apa saja)
1 (1) Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini
Jumlah Nilai : ( 28 )
17

2.4 RESUME
Seorang laki-laki, Tn. YHA, usia 62 tahun, Dirawat di ruang komering 1.1
kamar 4 bed 6 bangsal penyakit dalam Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH)
Palembang sejak tanggal 29 Mei 2017 dengan keluhan utama nyeri pada lutut kiri
semakin memberat sejak ± 1 hari SMRS.
± 2 Tahun SMRS, Pasien mengeluh bengkak pada lutut kanan, terasa nyeri jika
digerakaan ada, nyeri seperti di tusuk-tusuk ada, nyeri semakin memberat jika pasien
menggerakkan lututnya, nyeri berkurang jika diistirahatkan. Kemerahan ada, terasa
panas pada bagian lutut yang nyeri ada, pasien masih berkativitas seperti berjalan ke
kamar kecil dengan bantuan tongkat, tiap hari pasien makan 3 kali sehari nasi biasa
dengan lauk bervariasi dari telur, tahu, tempe terkadang daging ayam. Pasien kemudian
berobat ke mantri, lutut pasien di sedot cairan didapatkan total 90 ml warna kuning
jernih, bau busuk tidak ada. Keluhan pasien berkurang.
± 2 bulan SMRS, Pasien mengeluh timbul bengkak pada lutut kanan, nyeri jika
digerakkan ada, nyeri seperti ditusuk tusuk, nyeri semakin memberat jika pasien
menggerakan lutut dan berkurang jika diistirhatkan. Kemerahan ada, terasa panas pada
lutut kanan ada, tampak sendi pada lutut kanan semakin membesar, pasien masih bisa
beraktivitas terbatas di dalam rumah dengan tongkat dan bantuan orang lain. Kaku pada
sendi pada pagi hari ada, sulit untuk menggerakan kaki sebelah kanan ada. nafsu makan
menurun ada, pasien makan 3 kali sehari nasi tim dengan lauk bervariasi dari telor,
tahu, tempe tetapi hanya bisa masuk 3-5 sendok makan. Pasien belum berobat.
± 2 minggu SMRS, Pasien mengeluh bengkak pada lutut kanan bertambah
besar dan nyeri kemerahan pada punggung kaki kiri, terasa nyeri pada kedua sendi,
nyeri seperti ditusuk-tusuk ada, nyeri sedikit berkurang bila diistiharatkan. Kemerahan
ada sekitar sendi lutut, nyeri pada kedua sendi bila ditekan ada, terasa panas jika di
pegang pada kedua sendi, pasien sulit menggerakan kaki kanannya , terasa kaku dan
nyeri pada sendi lutut kanan pasien. Pasien mengeluh juga badan terasa lemas,
pandangan berkunang-kunang ada, demam ada tidak terlalu tinggi, Pasien tidak bisa
beraktivitas sendiri, lebih banyak di bantu oleh orang lain, pasien lebih banyak
18

berbaring di tempat tidur. butuh batuan orang lain untuk dibawa ke kamar mandi. nafsu
makan menurun ada, pasien makan bubur hanya bisa masuk 3-5 sendok makan, berat
badan menurun ada, dirasakan seperti celana pasien yang semakin longgar Pasien
belum berobat hanya diberikan obat cream penghilang nyeri yang di jual di warung
seperti hotcream. Keluhan tidak berkurang.
± 1 hari SMRS, pasien mengeluh bengkak pada pada lutut kanan semakin
bertambah besar, disertai nyeri yang semakin hebat pada punggung kaki kiri pasien,
nyeri dirasakan terus menerus seperti ditusuk-tusuk nyeri semakin bertambah jika
digerakkan dan tidak berkurang walaupun diistirahatkan. Kemerahan pada lutut kanan
dan punggung kaki kiri ada, nyeri jika ditekan, terasa panas pada kedua sendi bila di
pegang ada, pasien hanya bisa beraktivitas di tempat tidur, demam ada tidak terlalu
tinggi. Pasien di bawa berobat oleh keluarga ke IGD RSMH dan dirawat.
Riwayat suntik pada sendi lutut sebelah kiri karena bengkak ada 2 tahun yang
lalu, Riwayat terjatuh dari motor yang menimpa bagian tungkai sebelah kanan 6 bulan
yang lalu, Riwayat sering konsumsi obat penghilang rasa sakit yang dibeli sendiri di
warung seperi NEO RHEUMACYL® pasien sebelum sakit bekerja sebagai buruh tani,
sering mengangkut karung yang berat. Pasien seorang buruh tani yang sering
mengangkat beban berat seperti karung. Rumah pasien berbentuk rumah panggung
yang memiliki anak ± 8 anak tangga, kamar tidur serta kamar mandi berada di lantai 2.

2.5 DAFTAR MASALAH


1. Septik Artritis
2. Osteoratritis Genu Dektra
3. Anemia penyakit kronis
4. Inanisi, Imobilisasi, infeksi, ketergantungan berat
19

2.6 PENGKAJIAN MASALAH


1. Septik Artritis
Dipikirkan suatu Septik Artritis Karena dari anamnesis didapatkan identifikasi
pasien seorang laki -laki berumur 62 tahun. pasien mengeluh nyeri pada sendi
lutut kanan dan punggung kaki kiri yang tampak kemerahan, bengkak, nyeri
pada sendi jika digerakkan dan berkurang bila diistirahatkan.
Pada pemeriksaan fisik
ekstremitas inferior regio genu dektra didapatkan :
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (-), krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), hangat (+), undulasi (+) ROM aktif pasif terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (+), kemerahan (+), krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), Hangat (+), ROM aktif pasif terbatas
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 30.400/mm3, LED 120
mm/jam.
Kami pikirkan suatu Artritis septik genu dektra dengan diagnosis banding Gout
Artritis, Artritis reaktif, Reumatoid artritis, artritirs TB
Rencana diagnosis :
Pungsi cairan sendi, analisa cairan sendi, kultur mikro dan resistensi, kultur
darah, kultur BTA cairan sendi, CRP kualitatif dan kuantitatif, USG genu
dektra.
Rencana terapi :
Nonfarmakologis
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Fisioterapi genu dektra
Edukasi
Farmakologi
20

IVFD NaCl 0.9% gtt XX/menit makro


Inj meropenem 1gr tiap 8 jam IV (skin test)
Aspirasi cairan sendi

2. Osteoartriris Genu Dektra


Dipikirkan suatu Osteoartritis Genu dektra Karena dari anamnesis didapatkan
identifikasi pasien seorang laki -laki berumur 62 tahun dengan tingkat sosial
ekonomi rendah, rumah pasien berbentuk panggung yang mana pasien harus
menaiki ± 8 anak tangga. pasien mengeluh nyeri pada sendi lutut kanan dan
punggung kaki kiri yang tampak kemerahan, bengkak, nyeri pada sendi jika
digerakkan dan berkurang bila diistirahatkan. Tampak lutut kanan
membengkak dari pada lutut kiri pasien sejak ± 2 minggu SMRS. Dari riwayat
penyakit dahulu pasien pernah di lakukan suntik dan di sedot cairan pada sendi
lutut sebelah kiri didapatkan cairan warna jernih ± 90 cc, pasien 6 bulan
terakthir kecelakaan yang lutut kanan terlebih dahulu terkena.
Pada pemeriksaan fisik ekstremitas inferior regio genu dektra didapatkan :
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (-), krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), hangat (+), undulasi (+) ROM aktif pasif terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (+), kemerahan (+), krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), Hangat (+), ROM aktif pasif terbatas
Rencana diagnosis :
Rontgen genu dektra et sinistra, rongten pedis dektra AP/Oblique
Rencana terapi :
Nonfarmakologis
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Fisioterapi genu dektra
Edukasi
21

Farmakologi
IVFD NaCl 0.9% gtt XX/menit makro
Voltaren gel obat luar tiap 8 jam
Duragesic 25 mg patch selama 3 hari

3. Anemia Penyakit Kronis


Dipikirkan suatu Anemia penyakit kronik dari anamesis didapatkan keluhan
badan lemas, pandangan berkunang-kunang,
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva Pucat (-) palmar pucat (-)
Dari pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb 7.6 g/dL
Kami pikirkan suatu Anemia Penyakit kronik di pikirkan diagnosis banding
pada pasien dengan anemia perdarahan.
Rencana diagnosis :
Feses rutin , darah samar
Retikulosit, gambaran darah tepi.
Konsul Divisi Hematologi
Rencana terapi :
Nonfarmakologis
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Edukasi
Transfusi PRC 400 cc
Farmakologi
-
22

4. Inanisi, Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan berat


Pada pasien ini didapatkan dari identifikasi berumur 62 tahun, dari anamnesis
pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan pasien sejak 2 bulan yang lalu, nafsu
makan menurun, pasien kesulitan jika hendak berkativitas dan pada 2 minggu
SMRS pasien hanya bisa beraktivitas berbaring tidak mampu berjalan sendiri
dikarenakan nyeri pada lutut dan punggung kaki kiri pasien. Dari pemeriksaan
fisik didapat Tinggi badan 160 cm, Berat badan 42 kg, didapatkan hasil RBW
77 % ( Underweight ), IMT 16,4 kg/m2 (Underweight) dan juga di ukur LILA
18 cm, lingkar betis 28 cm. Dari hasil lab di dapatkan peningkatan leukosit
30.400 dengan peningkatan netrofil 93. dari hasil pemeriksaan CGA ADL : 8
(ketergantungan berat), GDS : 3 tidak depresi, MNA : 14 malnutrisi, status
mental mini : 28
Target Perawatan :
Terapi Jangka pendek :
Mengurangi tingkat nyeri
Mengatasi infeksi
Ketergantungan berkurang
Target jangka panjang
Pencegahan penyakit berulang
Mengurangi kontraktur otot lebih lanjut
Aktivitas mandiri/ketergantungan ringan

2.7 DIAGNOSIS SEMENTARA


1. Artritis Septik, Osteoartritis Genu dektra, Anemia penyakit kronik, Inanisi,
Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan berat.

2.8 DIAGNOSIS BANDING


1. Gout Artritis, Osteoartritis Genu dektra, Anemia perdarahan, Inanisi,
Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan berat.
23

2. Artritis reaktif, Osteoartritis Genu dektra, Anemia penyakit kronis, Inanisi,


Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan berat.
3. Artritirs TB, Osteoartritis Genu dektra, Anemia penyakit kronik, Inanisi,
Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan berat.
4. Reumatoid Artritis genu dektra, Anemia penyakit kronik, Inanisi,
Imonbilisasi, Infeksi, ketergantungan berat.

2.9 PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi :
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Fisioterapi Genu dektra
Edukasi
Transfusi PRC 400 cc
Farmakologi
IVFD NaCl gtt XX/menit makro
Inj meropenem 1gr tiap 8 jam IV (skin test)
Voltaren gel obat luar tiap 8 jam
Duragesic 25 mg patch selama 3 hari
Paracetamol 650 mg tiap 8 jam PO
Target Perawatan :
Terapi Jangka pendek :
Mengatasi infeksi
Mengurangi tingkat nyeri
Perbaikan status gizi
Mencegah kontraktur
Ketergantungan berkurang
Target jangka panjang
24

Pencegahan penyakit berulang


Mengurangi kontraktur otot lebih lanjut
Aktivitas mandiri/ketergantungan ringan

2.10 RENCANA PEMERIKSAAN


 rongten Genu dektra et sinistra, rongten pedis sinistra, USG genu dektra.
Pungsi cairan sendi, analisa cairan sendi, kultur mikroorganisme dan
resistensi, kultur darah, kultur BTA cairan sendi, CRP kualitatif dan
kuantitatif,
 Retikulosit, gambaran darah tepi
 Konsul Divisi Geriatri
 Konsul divisi Reumatologi
 Konsul Divisi Hematologi
 Konsul Gizi klinik
 Konsul Rehabilitasi medik

2.11 PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
25

2.12 PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP

Tanggal 30 mei – 2 juni 2017


S: Badan lemas, nyeri pada lutut kanan dan punggung kaki
kiri
O : keadaan Umum Tampak sakit sedang
Sensorium Compos mentis
TD 120/80 mmHg
Nadi 82 x/menit, reguler isi dan tekanan cukup
Pernafasan 20 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu 36,8 oC
VAS 5
Keadaan Spesifik Konjungtiva palpebral pucat ada, sklera ikterik tidak ada
Extremitas
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (+) krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), hangat (+), undulasi (+) ROM aktif
pasif
Terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (+), kemerahan (+)
P : Nyeri tekan (+), Hangat (+), ROM aktif pasif terbatas

Laboratorium tanggal 1 juni 2017


Hb : 7.7 g/dL
Eritrosit : 2.56 /mm3
leukosit : 17.200 /mm3
Hematokrit : 23 %
Trombosit : 376.000 / µL
D/C : 0/0/93/4/3
MCV : 89 fl
MCH : 30 pg
LED : 120 mm/jam
Albumin : 1.5 g/dL
SGOT : 26 U/L
SGPT : 23 U/L
LDH : 413 U/L
Ureum : 20 mg/dL
Kreatinin : 0.48 mg/dL
Natrium : 136 mEq/L
Kalsium : 8.5 mg/dL
Kalium : 3.5 mEq/L
26

CRP Kuantitatif : Positif


CRP Kualitatif : 116 mg/L
Faktor Rheumatoid (RF) : Negatif
Faal Hemostasis
PT
kontrol : 13 detik
Pasien : 12 detik
INR : 1.1
Fibrinogen
kontrol : 326 mg/dL
Pasien : 315 mg/dL
D-dimer : 0.95 μ/mL

Dilakukan aspirasi cairan sendi pada genu dektra


didapatkan cairan warna kuning keruh ± 50 cc dilakukan
pemeriksaan analisa cairan sendi

Laboratorium tanggal 2 Juni 2017


Analisa Cairan sendi
Makroskopi
• Warna : kekuningan
• Kejernihan : keruh
• Bau : tidak berbau
• Berat jenis : 1.010
• pH : 7.0
Mikroskopi
• Jumlah Leukosit : 186308 sel/μl
• PMN : 95 %
• MN :5%
KIMIA
• Rivalta : Negatif
• Glukosa : 0.7 mg/dL
• Protein : 3.0 g/dL
• LDH : 2052 U/L
Kesan : cairan eksudat

Laboratorium tanggal 2 Juni 2017


Kultur mikroorganisme dan resistensi cairan sendi
Terapi antibiotic :-
Jenis Bahan : Cairan Sendi
Jeni Pemeriksaan : kultur dan resistensi automatic
Nama kuman : Steril
27

Hasil mikroskopis : bakteri (-) / negative


Leukosit 0-1/lp
Epitel 0-1/lp
Pemeriksaan Laboratorium tgl 2 juni 2017
Pewarnaan BTA:
Jenis Bahan ( BTA ) Cairan Sendi
BTA (-) / negatif

Pemeriksaan laboratorium tgl 2 Juni 2017


Jenis Bahan : Darah
Jenis Pemeriksaan : Kultur dan resistensi automatic
Nama kuman : Steril

Urinalisa tgl 2 juni 2017


Warna kuning : kuning
Kejernihan : jernih
Berat jenis : 1015
pH :5
Protein : Negatif
Ascorbic acid : negatif
Glukosa : negatif
Keton : negatif
Darah : negatif
Bilirubin : negatif
Urobilirubin :1
Nitrit : negatif
Leukosit esterase : negatif
Sedimen urine :
Epitel : positif
Leukosit : 1-2
Eritrosit : 0-1
Silinder : negatif
Kristal : negatif
Bakteri : negatif
Mucus : negatif
Jamur : negatif
28

RONTGEN Thoraks PA
Tanggal 30-5-2017

 Kondisi foto baik


 Simetris
 Trachea ditengah
 Tulang-tulang dan jaringan lunak baik
 Elongasi aorta (+)
 Sela iga tidak melebar
 Sinus kostofrenikus kanan tajam,kiri tajam
 Diafragma tenting (-)
 CTR < 50%
 Parenkim paru: normal
Kesan: normal thoraks

RONTGEN Genu Dektra et sinistra


Tanggal 30-5-2017
29

Densitas tulang menurun dan trabekulasi tulang kasar


Tampar spur di eminentia intercondylaris media lateral,
patella, dan epiconylus tibialis bilateral
Tak tampak lesi litik/blastik
Sela sendi dektra menyempit. Jaringan lunak baik
Kesan :
Osteoartritis genu dektra grade III dan sinistra grade II
menurut kellgran Lawrence

RONTGEN Pedis Dektra AP/Oblique


Tanggal 30-5-2017

Tampak luksasi metatarsophalang joint digiti 1


30

Densitias agak menurun dan trabekulasi agak kasar


tak tampak lesi litik/blastik
Sela sendi menyempit
Soft tissue swelling
Kesan :
OA pedis dektra

USG Genu Dektra


Tanggal 30-5-2017

Kesan : Efusi pada sendi regio genu dekstra + lose body


Curiga suatu septik artritis
Konsul Rehabilitasi kesan OA Genu dektra Grade III
medik severe hamstring tightness dektra
quadricep spasm dektra
terapi : Cyrotherapy genu dektra
gentle massage hamstring distal dekstra
K-Tapping Genu Dextra di hamstring distal dektra
Fisioterapi 2 kali seminggu senin – rabu.

A: 1. Artritis Septik, Osteoartritis Genu dektra, Anemia


penyakit kronik, Inanisi, Imobilisasi, Infeksi,
ketergantungan berat

1. Artritirs TB, Osteoartritis Genu dektra, Anemia


Diagnosis Banding perdarahan, Inanisi, Imobilisasi, Infeksi,
ketergantungan berat
2. Artritis reaktif, Osteoartritis Genu dektra, Anemia
penyakit kronik, Inanisi, Imobilisasi, Infeksi,
ketergantungan berat
31

P: Non Farmakologi
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Fisioterapi Genu dektra
Edukasi
Transfusi PRC 400 cc
Farmakologi
IVFD NaCl gtt XX/menit makro
Inj meropenem 1gr tiap 8 jam IV
Voltaren gel obat luar tiap 8 jam
Duragesic 25 mg patch selama 3 hari
Albumin 20% flash tiap 24 jam PO
Terapi Jangka pendek :
Mengatasi infeksi
Mengurangi tingkat nyeri
Memperbaiki status gizi
Mencegah kontraktur
Ketergantungan berkurang
Target jangka panjang
Pencegahan penyakit berulang
Mengurangi kontraktur otot lebih lanjut
Aktivitas mandiri/ketergantungan ringan
Rencana Aspirasi cairan Sendi, BTA cairan sendi, Kultur
Pemeriksaan mikroorganisme dan resistensi cairan sendi,
Konsul divisi Hematologi
Konsul bagian Gizi Klinik

Tanggal 03 – 11 Juni 2017


S: Badan lemas , Nyeri pada lutut kanan berkurang, luka
kemerahan pada bokong, gatal.
O : keadaan Umum Tampak sakit sedang
Sensorium Compos mentis
TD 110/70 mmHg
Nadi 86 x/menit, regular isi dan tekanan cukup
Pernafasan 20 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu 36,8 oC
VAS 4
Keadaan Spesifik Konjungtiva palpebral pucat tidak ada, sklera ikterik
tidak ada
32

Extremitas
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (-) krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (+), hangat (+), undulasi (+) ROM aktif
pasif terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (+), kemerahan (+)
P : Nyeri tekan (+), Hangat (+), ROM aktif pasif terbatas
Regio Gluteus dektra et sinistra
Plak eritem , plakat, diskret, sebagian permukaan tampak
putih dengan selaput warna putih
Regio sackrum
Ulkus soliter, regular, ukuran 4.5 x 3 c 0.2 cmn sadar
sangat granulosit, tepi tidak meninggi,
daerah sekitar eritem. Nyeri, tidak indurasi.

Perkembangan CGA
ADL : 13 ketergantungan ringan
GDS : 3 tidak depresi
Nutrisi mini : 12 malnutrisi
Status mental mini : 28

Laboratorium tanggal 11 Juni 2017


Hb : 10,4 g/dL
Eritrosit : 3.70 /mm3
leukosit : 4.5 /mm3
Hematokrit : 33 %
Trombosit : 314.000 / µL
D/C : 0/5/59/24/12
33

Retikulosit : 1.5 %
MCV : 89 fl
MCH : 28 pg
Kimia Darah
Albumin : 2.9 g/dL
Gambaran darah tepi
Eritrosit : Normokrom normositer, anisositosis,
polikromasi berat
Leukosit : Jumlah meningkat,netrofilia, hipersegmentasi
(+)
Trombosit : Jumlah cukup, morfologi dalam batas
normal
Kesan : anemia normokrom normositer, peningkatan
respons eritropoetik disertai tersangka
infeksi bakterial

Pemeriksaan laboratorium tgl 5 Juni 2017


Feses Rutin dan darah samar
Warna : coklat
Konsistensi : padat
Amoeba : Negatif
Eritrosit : 0-1
Leukosit : 0-1
Bakteri : negative
Jamur : negative
Telur cacing : negative
Darah samar : Negatif
Dilakukan pungsi cairan pada sendi genu dextra sebanyak
± 40 cc dilakukan pemeriksaan, BTA cairan sendi dan
kultur mikroorganisme dan resisitensi cairan sendi.
34

Laboratorium Kultur mikroorganisme dan resistensi


cairan sendi :
Terapi antibiotic : -
Jenis Bahan : Cairan Sendi
Jeni Pemeriksaan : kultur dan resistensi automatic
Nama kuman : Staphylococcus pseudintermedius
Hasil mikroskopis : Gram (+) / Coccus (+)
Leukosit penuh/lp
Epitel 0-1/lp
Nama Antibiotik MIC Hasil
1. Gentamicin < = 0.5 S
2. Ciprofloxacin 1 S
3. Levofloxacin 2 S
4. Erythromycin 0.5 S
5. Vancomicin 1 S
Pemeriksaan Laboratorium Pewarnaan BTA:
Jenis Bahan ( BTA ) Cairan Sendi
BTA (-) / negatif
Konsul Hematologi Kesan : anemia normokrom normositer
Hematologi Saran : BMP

Konsul bagian Gizi Kesan : malnutrisi berat


Klinik Saran : target kalori awal 1900 mg/dl protein 95 gr
Nasi biasa 1500 kkal
Makanan cair putih telur 2 x 200
Ekstra hewani : 3 buah putih telor
Mikrovitamin : vitamin B komplek tiap 8 jam PO
Saran : suplemen via oral : vip Albumin 2 tablet tiap 8 jam
PO
Kesan : thinea corporis + ulkus decubitus grade I
Konsul Saran : komprest terbuka solusio Asam Salisilat 1 %
dermatovenerologi sebelum gel cutimed hydrogel.
ketoconazole 2% tiap 12 jam sekitar bercak merah
gel cutimed hydrogel dioles selama 3 hari
tablet itraconazole 100 tiap 24 jam
tablet cetirizine 10 mg tiap 24 jam
A: 1. Artritis Septik ( Perbaikan ), Osteoartritis Genu dektra,
Anemia penyakit kronik, Ulkus dekubitus grade 2,
Tinea corporis regio sacrum, Inanisi, Imobilisasi,
Infeksi, ketergantungan ringan.
P: Non Farmakologi
Istirahat
35

Diet NB 1900 kkal


Fisioterapi Genu dektra
Bed dekubitus
Mobilisasi dini
Edukasi
Farmakologi
IVFD NaCl gtt XX/menit makro
Voltaren gel obat luar tiap 8 jam
Paracetamol 650 mg tiap 8 jam PO
B komplek tab tiap 8 jam PO
VipAlbumin 2 tab tiap 8 jam PO
ketoconazole 2% tiap 12 jam sekitar bercak merah
gel cutimed hydrogel dioles selama 3 hari
tablet itraconazole 100 tiap 24 jam
tablet cetirizine 10 mg tiap 24 jam Terapi
Jangka pendek :
Mengatasi infeksi
Mengurangi tingkat nyeri
Meperbaiki status gizi
Mencegah kontraktur
Perbaikan derajat ulkus dekubitus
Ketergantungan berkurang
Target jangka panjang
Pencegahan penyakit berulang
Mengurangi kontraktur otot lebih lanjut
Aktivitas mandiri/ketergantungan ringan

Tanggal 12 – 15 Juni 2017


S: Nyeri pada lutut kanan berkurang, luka kemerahan pada
bokong berkurang, gatal berkurang.
O : keadaan Umum Tampak sakit sedang
Sensorium Compos mentis
TD 130/70 mmHg
Nadi 86 x/menit, regular isi dan tekanan cukup
Pernafasan 20 x/menit, tipe abdominothorakal
Suhu 36,5 oC
VAS 2
Keadaan Spesifik Konjungtiva palpebral pucat tidak ada, sklera ikterik
tidak ada
36

Extremitas
Regio genu dekstra
I : Bengkak (+), kemerahan (-) krepitasi (-)
P : Nyeri tekan (-), hangat (-), undulasi (+) ROM aktif
pasif terbatas
Regio pedis Sinistra
I : Bengkak (-), kemerahan (-)
P : Nyeri tekan (-), Hangat (-), ROM aktif pasif terbatas
Regio Gluteus dektra et sinistra
Plak eritem , plakat, diskret, sebagian permukaan tampak
putih dengan selaput warna putih
Regio sackrum
Tampak ulkus dengan dasar otot kemerahan , darah (-),
pus (-), granulasi (+)

Perkembangan CGA
ADL : 13 ketergantungan ringan
GDS : 3 tidak depresi
Nutrisi mini : 12 malnutrisi
Status mental mini : 28
Laboratorium tanggal 12 Juni 2017
Hb : 11,8 g/dL
Eritrosit : 4.18 /mm3
leukosit : 4.5 /mm3
Hematokrit : 37 %
Trombosit : 291.000 / µL
D/C : 0/2/76/15/7
MCV : 88 fl
MCH : 28 pg
37

Dilakukan pungsi cairan pada sendi genu dextra sebanyak


± 40 cc dilakukan pemeriksaan, BTA cairan sendi dan
kultur mikroorganisme dan resisitensi cairan sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan BTA:
Jenis Bahan ( BTA ) Cairan Sendi
BTA (-) / negatif
A: 1. Artritis Septik ( Perbaikan ), Osteoartritis Genu dektra,
Anemia penyakit kronik, Ulkus dekubitus grade 2
(perbaikan) , tinea corporis regio sacrum(perbaikan),
Inanisi, Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan ringan.
P: Non Farmakologi
Istirahat
Diet NB 1900 kkal
Fisioterapi Genu dektra
Edukasi
Farmakologi
Voltaren gel obat luar tiap 8 jam
Doksisiklin 500 mg tiap 12 jam PO
Paracetamol 650 mg tiap 8 jam PO
B komplek tab tiap 8 jam PO
VipAlbumin 2 tab tiap 8 jam PO
ketoconazole 2% tiap 12 jam sekitar bercak merah
gel cutimed hydrogel dioles selama 3 hari
tablet cetirizine 10 mg tiap 24 jam
Pasien rawat jalan.
38

SKOR INDEKS ADL BARTHEL (ADL)

JENIS KEGIATAN SEBELUM SAAT SELAMA


SAKIT MASUK RAWAT
RUMAH SAMPAI
SAKIT PULANG
Mengendalikan rangsang pembuangan 2 2 2
tinja
Mengendalikan rangsang berkemih 2 2 2

Membersihkan diri (seka muka, sisir 2 1 1


rambut, sikat gigi)
Penggunaan jamban, masuk, dan keluar 2 0 1
(melepaskan, memakai celana,
membersihkan, menyiram)

Makan 2 1 2

Berubah sikap dari berbaring ke duduk 2 1 2

Berpindah/berjalan 2 0 2

Memakai baju 2 1 2

Naik turun tangga 1 0 1

Mandi 1 0 2

TOTAL 18 8 17
Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan
ringan berat ringan
39

2.13 Kerangka Masalah

Septik Artritis Osteoartritis

Infeksi Anemia Penyakit


Kronik

Imobilisasi

Ulkus Dekubitus Ketergantungan Intake


Berat Menurun

Malnutrisi

Tinea Korporis
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Septik Artritis


Septik Artritis adalah infeksi pada sinovium yang disebabkan oleh bakteri.
Secara normal sendi diartrosis sangat resisten terhadap infeksi bakteri. Secara
anatomik, sendi dibagi 3, yaitu sinartrosis, diartrosis, dan amfiartrosis. Sendi Diartrosis
adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang memungkinkan tulang – tulang
tersebut bergerak satu sama lain. Sendi diartrosis disebut juga sendi sinovial. Pada
sendi sinovial ( diartrosis ) dilapisi rawan sendi yang mana merupakan jaringan
avaskular. Pada membran sinovial juga merupakan jaringan yang avaskular yang
melapisi permukaan dalam kapsul sendi, tetapi tidak melapisi permukaan rawan sendi.
Pada membran sinovial terdapat banyak pembuluh darah dan limfe di jaringan
subsinovial, jaringan ini berperan dalam rongga sendi dan pembentukan cairan sendi.
Infeksi pada sinovium mengakibatkan terbentuknya pus pada rongga sinovial. Dari
gejala dan tanda yang khas pada septik artritis sering berupa monoartritis pada sendi
besar, sedangkan pada poliartikular hanya sekitar 10 -19 %. Sendi yang terkena
terutama 50% mengenai sendi lutut sedangkan pada sendi, koksae, bahu, dan
pergelangan kaki lebih sedikit. Munculnya gejala dari 1-2 minggu ditandai dengan
merah, bengkak dan nyeri yang hebat pada sendi bersangkutan, sehingga sulit untuk
digerakkan. Terdapat pula adanya tanda – tanda efusi pada sendi tersebut. Faktor risiko
terjadinya artritis septik adalah sebagai berikut:
1. Artritis reumatoid dan osteoartritis
2. Prostese pada sendi
3. Penyalahgunaan obat secara intravena
4. Alkoholisme
5. Diabetes melitus
6. Penggunaan kortikosteroid intra artikular
7. lnfeksi kulit diatas sendi yang bersangkutan'

40
41

8. HIV atau atau AIDS


9. Umur > 80 tahun
10. Gagal ginjal tahap akhir
11. Hemodialisis
12. Keganasan
13. Penyakit sel Sickle
14. Hipogamaglobulinemia
15. Defisiensi komplement
16. Sosio-ekonomi rendah

Pada kasus ini faktor risiko yang didapat adalah osteortritis dan kehidupan sosio-
ekonomi yang rendah.1,3,4
Dari gejala dan tanda yang khas pada septik artritis sering berupa monoartritis
pada sendi besar, sedangkan pada poliartikular hanya sekitar 10 -19 %. Sendi yang
terkena terutama 50% mengenai sendi lutut sedangkan pada sendi, koksae, bahu, dan
pergelangan kaki lebih sedikit. Munculnya gejala dari 1-2 minggu ditandai dengan
merah, bengkak dan nyeri yang hebat pada sendi bersangkutan, sehingga sulit untuk
digerakkan. Terdapat pula adanya tanda – tanda efusi pada sendi tersebut.
Pada kasus ini didapatkan dari pasien sejak ± 2 minggu SMRS mengeluh nyeri
pada sendi lutut kanan dan punggung kaki kiri yang tampak kemerahan, bengkak,
nyeri pada sendi jika digerakkan dan berkurang bila diistirahatkan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pada ekstremitas di regio genu dektra tampak bengkak kemerahan,
pada perabaan dirasakan permukaan kulit hangat dan terdapat rasa nyeri jika ditekan
dengan ROM pasif aktif terbatas, undulasi (+). Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan leukosit 30.400/mm3, LED 120 mm/jam, dan CRP kualitatif positif
dengan CRP kuantitatif 116 mg/L. Diagnosis artritis septik dibuat berdasarkan gejala
dan tanda klinis. Dari gambaran anamnesis, pemeriksaan fisik, serta hasil
laboratorium didapat dari pasien sudah mengarah pada diagnosis artritis septik
42

sehingga diperlukan pemeriksaan Analisa cairan sendi untuk memastikan diagnosis


artritis septik. Kita ketahui bahwa etiologi masuknya kuman kedalam sendi dapat
terjadi secara hematogen ataupun secara langsung ke sinovium baik pada kondisi
bakteremia transien maupun menetap. Penyebaran secara hematogen ini terjadi pada
55% kasus dewasa dan 90% pada anak-anak. Sumber bakterimia adalah : (1) infeksi
atau tindakan invasif pada kulit, saluran nafas, saluran kencing, rongga mulut,
(2) pemasangan kateter intravaskular termasuk pemasangan vena sentral, kateterisasi
arteri femoral perkutaneus, (3) injeksi obat intravenus
Dari hasil pungsi cairan sendi genu dektra kami dapatkan cairan berwarna
kuning keruh sekitar ± 50 cc. Atrossentesis ( aspirasi cairan sendi ) dan Analisa cairan
sendi merupakan pemeriksaan yang sangat penting baik untuk diagnosis dan
tatalaksana penyakit ini. Pemeriksaan ini terdiri dari makroskopis, mikroskopis, dan
beberapa pemeriksaan lain nya, dari hasil ini kita dapat mengelompokan cairan sendi
yang kita dapat apakah termasuk dari 4 katagori, yaitu non inflamasi, inflamasi,
purulent, serta hemoragik. Dari hasil Analisa cairan sendi didaptkan gambaran
makroskopis warna kekuningan keruh, dari mikrsoskopis jumlah leukosit 186308
sel/μl, hitung jenis PNM 95% MN 5%. Dari pemeriksaan Kimia didapatkan Rivalta
Negatif, Glukosa 0,7 mg/dL, protein 3.0 g/dL, LDH 2052 U/L dari hasil ini
didapatkan kesan eksudat, hal ini menandakan adanya reaksi inflamasi pada cairan
synovia yang mana normalnya berwarna seperti air atau putih telur. Secara teori kita
dapat membedakan warna cairan synovia dari penyebabnya seperti pada sendi yang
inflamasi yang mana eritrosit meningkat warna cairan sendi akan berubah menjadi
kekuningan (xantochrome) dan apabila semakin tinggi jumlah leukosit cairan sendi
akan mengubah warna menjadi seperti berwarna putih atau krem seperti pada artritis
septik. Pada infeksi yang disebabkan oleh kuman seperti Stphylococcus aureus akan
memberikan pigmen kemerahan dan kristal monosodium urat akan memberikan
warna putih seperti susu. Dari pemeriksaan kultur darah didapatkan hasil steril pada
pengambilan sempel pertama dan pada pemeriksaan kultur dan resistensi cairan sendi
didapatkan kuman Stapylococcus pseudintermedius hal ini menegaskan bahwa telah
43

terjadi infeksi bakteri pada cairan sendi pada pasien ini. Pemeriksaan rongten genu
pun didapatkan adanya sela sendi yang meyempit dan soft tissue swelling pada genu
dektra serta pada USG genu dektra didapatkan ada adanya efusi + lose body yang
mana dicuriga kearah septik artritis.
Artritis septik memiliki gejala yang khas, tetapi beberapa penyakit yang
memiliki gejala yang mirip seperti artritis septik seperti Reumatoid Artritis,
Osteoartritis dan penyakit jaringan ikat lain yang sedang mengalami serangan (flare).
Pada Reumatoid Artritis sering kali menyerang pada jenis kelamin perempuan,
adanya riwayat keluarga yang menderita Reumatoid Artritis, umur yang tua dan
biasanya datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak sendi, dengan titer
faktor Reumatoid Artritis serum yang tinggi. Terdapat Nodul Reumatoid pada kulit
yang paling sering dijumpai yang di daerah ulna, olecranon, jari tangan, tendon
achilles atau bursa olecranon. Dari perhitungan kriteria diagnosis menurut
ACR/EULAR 2010 diagnosis Reumatoid Artritis ditegakkan bila pasien memilik
skor 6 atau lebih.Pada penatalaksanaan Septik Artritis harus segera segera dimulai
setelah dilakukan evaluasi secara lengkap. Pemberian antibiotic segera diberikan
tanpa menunggu hasil kultur Karena apabila kita terlambat dalam pemberian
antibiotic dapar menyebabkan kuman dengan cepat berkembang biar dan akan
menimbulkan kerusakan permanen pada rawan sendi, menyebabkan penyebaran
secara hematogen dan pada akhirnya menimbulkan sepsis yang dapat menimbulkan
kematian. Pada kasus ini pasien dating ke IGD RSMH dengan keluhan nyeri sendi
disertai radang dan pada tanda-tanda vital demam tidak terlalu tinggi, nadi yang
meningkat 96x/menit hal ini membuat kami mencurigai pasien mengarah pada
keadaan sepsis. Kita ketahui bahwa keadaan sepsis pada lanjut usia tidak sama
dengan keadaan sepsis pada orang dewasa lainnya dimana gejala sering kali tidak
khas. Sehingga kami mengangap telah terjadi sepsis pada kasus ini dan pemberian
antibiotik empiris broadspektrum luas pada kasus sepsis dimana pemberian antibiotik
pada kasus sepsis yang belum kita ketahui penyebabnya dapat diberikan meropenem
dengan cara deeskalasi hal ini untuk mengurangi mortalitas, disfungsi organ dan
44

mengurangi masa perawatan di rumah sakit. Lama pemberian antibiotik tergantung


jenis kuman yang didapat. Bila penyebabnya adalah bakteri steptokokkus atau gram
negative, antibiotik diberikan selama minimal 2 minggu, dan 3 minggu untuk
stafilokokkus selama 4 minggu untuk bakteri pneumokokkus atau basil gram negatif.
Sendi yang terkena infeksi harus diistirahatkan pada posisi fisiologis untuk mencegah
kekakuan/ kontraktur yang semakin parah. Pada kasus ini pasien sudah mengalami
severe hamstring tightness dan quadricep spasm yang telah kami konsulkan ke bagian
rehabilitasi medik, telah diberikan Cyrotherapy pada untuk mengurangi rasa nyeri di
sendi yang merandang dan geltle massage serta K- Taping hamstring yang telah kaku
pada waktu infeksi telah dapat diatasi, maka dilakukan latihan gerak sendi (ROM)
tanpa beban, sebab latihan ini dapat meningkatkan suplai nutrisi terhadap rawan
sendi, sehingga dapat mempercepat pemulihan rawan sendi.1,3,4,5,6

3.2 Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum
dijumpai secara global. Berdasarkan data WHO tahun 2004, diketahui bahwa OA
diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia
Tenggara. Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui
dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan
Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1%
dari total penduduk.2,6,7
Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Penyakit ini ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara
bertingkat. Terdapat dua jenis penyakit OA berdasarkan faktor yang mendasarinya
yaitu OA primer dan OA sekunder. Pada sebagian kasus, penyakit OA muncul tanpa
faktor predisposisi yang jelas sehingga disebut OA primer. Sedangkan pada OA
sekunder terdapat faktor penyakit yang mendasarinya terutama penyakit metabolik.
Adapun beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan timbulnya OA yaitu umur,
45

jenis kelamin, ras, keturunan, metabolik, riwayat trauma, obesitas, pekerjaan dan
kepadatan tulang.8,9,10
Secara etiopatogenesis osteoartritis adalah kegagalan perbaikan kerusakan
sendi yang disebabkan oleh stress mekanik yang berlebih. Faktor mekanik yang
mendasari OA adalah peningkatan stress intrartikular patologis, yang terjadi akibat
peningkatan kuantitatif dari pembebanan sendi (misalnya pembebanan impulsif
berulang). Beban impulsif menyebabkan jejas mikro pada tulang subkondral dan rawan
sendi yang melebihi kemampuan sendi untuk memperbaiki kerusakan. Inflamasi pada
osteoartritis timbul sekunder akibat produk degradasi rawan sendi dan tulang 5,10

Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoartritis lutut berdasarkan kriteria ACR tahun 19862,5
Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiografi Klinis
Nyeri lutut dan setidaknya Nyeri lutut dan setidaknya Nyeri lutut dan setidaknya
5 dari 9 kriteria berikut : 1 dari 3 kriteria berikut : 3 dari 6 kriteria berikut :
1. Usia > 50 tahun 1. Usia > 50 tahun 1. Usia > 50 tahun
2. Kaku sendi < 30 menit 2. Kaku sendi < 30 2. Kaku sendi < 30
3. Krepitus menit menit
4. Nyeri tulang 3. Krepitus 3. Krepitus
5. Pembesaran tulang 4. Nyeri Tulang
6. Tidak teraba hangat 5. Pembesaran Tulang
pada palpasi 6. Tidak teraba hangat
7. LED <40 mm/jam pada palpasi
8. Faktor reumatoid (RF)
< 1: 40
9. Cairan sinovial
petanda OA (jernih,
viscous, atau hitung
leukosit < 2000/mm)

Pada pasien ini kami diagnosis dengan Osteoartritis genu dektra didapatkan dari
anamnesis yaitu pasien laki-laki, 62 tahun dengan dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, rumah pasien berbentuk panggung yang mana pasien harus menaiki ± 8 anak
tangga, pasien mengeluh nyeri pada sendi lutut kanan dan punggung kaki kiri yang
tampak kemerahan, bengkak, nyeri pada sendi jika digerakkan dan berkurang bila
46

diistirahatkan. Tampak lutut kanan membengkak dari pada lutut kiri pasien sejak ± 2
minggu SMRS. Pada pemeriksaan Fisik didapatkan Genu dextra : bengkak (+), nyeri
tekan (+), palpasi hangat (+), ROM aktif pasif terbatas, krepitasi (-). Pada pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan LED 120 mm/jam. Kami lakukan pemeriksaan
radiologis didapatkan spur di eminentia intercondylaris media lateral, patella, dan
epiconylus tibialis bilateral dan sela sendi dektra menyempit. Dengan kesan OA genu
dextra grade III dan sinistra grade II.

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klafikasikan:


Grade 0 : Normal
Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi
menyempit asimetris.
Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi
menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.
Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara
komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.9
Tatalaksana pada pasien OA, yaitu berupa nonfarmakologis edukasi
menghindari aktivitas yang menyebabkan pembebanan berlebih pada sendi, olahraga
untuk penguatan otot lokal dan olahraga aerobik, penurunan berat badan jika berat
badan berlebih atau obesitas, aplikasi lokal panas atau dingin, peregangan sendi,
penggunaan alat bantu pada yang mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Penatalaksanaan nonfarmakologis antinyeri : parasetamol obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) topikal atau sistemik, tergantung derajat nyeri dan inflamasi,
pertimbangkan injeksi kortikosteroid intrartikular terutama untuk OA lutut dengan
efusi, injeksi hialuronat atau viscosupplement intrartikular untuk OA lutut.2,9,10
Pada pasien ini diberikan terapi Cyroterapi terlebih dahulu dikarenakan
masih adanya radang pada radang pada sendi dan direncanakan untuk dilakukan
latiahan gerak sendi (ROM) tanpa beban sehingga mengurangi kontraktur dan melatih
47

otot pasien yang sudah mengalami disuse atropi otot karena lamanya imobilisasi dan
kontraktur pada pasien.

3.3 Anemia penyakit kronis


Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying
capacity ). Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukan penurunan massa
eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Harga
normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung umur, jenis kelamin,
adanya kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal.17
Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang
menderita anemia dengan sebagian tinggal di daerah tropik. Pada dasarnya anemia
disebabkan oleh karena : 1). Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2).
Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan); 3). Proses penghancuran eritrosit dalam
tubuh sebeum waktunya (hemolisis). Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat
berdasarkan gambaran darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi tiga golongan:
1). Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg; 2). Anemia
normokromik normositer, bila MCV 80 – 95 fl dan MCH 27 – 34 pg; 3). Anemia
Makrositer, bila MCV > 95 fl.17
Gejala umum anemia ( sindrom anemia atau anemic syndrome) adalah gejala
yang timbul pada setiap kasus anemia apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin
turun di bawah nilai normal tertentu. Gejala umum anemia ini timbul karena: 1).
Anoksia organ; 2). Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut
oksigen. Gejala umum anemia menjadi jelas ( anemia simtomatik) apabila kadar
hemoblobin telah turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala umum anemia
tergantung pada: a). Derajat penurunan hemoglobin: b). Kecepatan penurunan
hemoglobin; c). Usia; d). Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya.
48

Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala, yaitu:


 gejala umum anemia. Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia,
timbul karena iskemia organ terget serta akibat mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia
setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl). Sindrom anemia
terdiri dari rasa lemas, lesu, cepat lelah, telinga berdenging (tinitus), mata
berkunang- kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada
pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa
pucat, telapak tangan dan jaringan di bawa kuku. Sindrom anemia bersifat tidak
spesifik karena dapat timbul oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena
timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb <7 g/dl).17,18
 Gejala khas masing – masing anemia. Gejala ini spesifik untuk masing – masing
jenis anemia :
- Anemia defisiensi besi : disfagia, atropi papil lidah, stomatitis angularis,
dan kuku sendok (koilonychia)
- Anemia megaloblastik : glotitis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
- Anemia hemolitik : Ikterus, splenomegali dan hepatomegali
Anemia aplastik : perdarahan dan tanda – tanda infeksi
Pada pasien ini, dari anamnesis didapatkan keluhan badan lemas disertai
pandangan berkunang-kunang ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 92x/menit
,konjungtiva palpebra pucat ada, palmar pucat ada. Pada pemeriksaan penunjang
diadapatkan HB 7.7 mg/dl, MCV hitung 89 fl, MCH 30 pg dengan kesan anemia
normokrom normositter. Di dalam pendekatan diagnostik anemia normokrom
normositter diperlukan pemeriksaan retikulosit. Dari pemeriksaan pasien didaptkan
retikulosit 1.5 mg/dL dari skema pendekatan penyakit anemia didaptkan gambaran
normokrom normositer dengan nilai retikulosit normal dapat kita pikirkan anemia pada
49

pasien ini disebabkan oleh anemia penyakit kronis. Direncenakan untuk dilakukan
tranfusi PCR sebanyak 400 cc.

Gambar 1. Skema pendekatan penyakit anemia normokrom normositter17,18

3.4 Inanisi, Imobilisasi, Infeksi, ketergantungan total


Proses Menua Menua ( aging ) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki / mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Populasi
lansia semakin meningkat. Diperkirakan 600 juta di tahun 2000 dan diramalkan
menjadi 2 milyar ditahun 2050. Dengan semakin berkembangnya teknologi kesehatan,
populasi lansia akan semakin meningkat dan demikian berpengaruh pada angka
ketergantungan. Demikian juga problem kesehatan yang ditemui pada populasi lansia
semakin banyak. Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom
geriatri yang meliputi: imobilisasi, instabilitas, inkontinensia, insomnia, depresi,
50

infeksi, defisiensi imun, gangguan pendengaran dan penglihatan, gangguan intelektual,


kolon irritable, impecunity, dan impotensi.11,14,15
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan, dan maslaah psikologis. Rasa lemah sering kali disebabkan oleh
malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia gangguan neurologis,
atau miopati, Osteoartritis merupakan penyebab utama kekuan pada usia lanjut.
Terdapat komplikasi pada pasien lanjut yaitu resiko terjadinya tromosis vena dalam
yang disebabkan karena pada pasien yang imobilisasi terjadi sirkulasi darah yang tidak
baik yang mana akan menyebabkan terjadinya akumulasi leukosit terktivasi dan
akumulasi tomosit yang teraktivasi. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan pada sel-
sel endotel dan juga menyebabkan terjadinya thrombosis sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan faktor faal hemostasis pada pasien lanjut usia yang imobilisasi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan imobilisasi lama yaitu kontraktur
otot dan sendi karena tidak digerakkan. Akibatnya timbul rasa nyeri yang
menyebabkan seseorang semakin tidak mau menggerakkan sendi yang kontraktur
tersebut. Kontraktur artrogenik seringkali disebabkan karena imflamasi, luka sendi
gedeneratif, infeksi, dan trauma. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan
mobilisasi sendi dini dengan penatalaksanaan nyeru yang sesuai serta positioning yang
optimal dari ekstremitas yang terlibat.12,13,14

Pada keadaan Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem
imun pada usia lanjut. Pengaruh proses menua pada system imun terutama berupa
penurunan respon imun sepsifik dengan perubahan yang minimal pada sistem imun
nonspesifik. Secara umum terjadi penurunan jumlah sel B, sel T CD4+ dan CD8-
dengan peningkatan reatif sel natural killer (NK) sehingga jumlah limfosit keseluruhan
tidak menurun. Perubahan ini berkaitan dengan peningkatan kadar sitokin inflamasi
yang juga berkontribusi pada disregulasi respon imun seluler. Beberapa faktor ekternal
51

misalnya peran stress oksidatif merupakan faktor yang paling penting dalam
percepatan proses menua karena menyebabkan peningkatan kecepatan pemendekanan
telomer yang sangat penting perannya dalam mengatur replikasi sistem imun terutama
limfosit. intervensi nutrisi merupakan salah stu pendekatan penting dalam menghadapi
infeksi yang disebabkan oleh turunnya sistem imun. Selain infeksi, imobilisasi ternyata
juga berperan pada terjadinya hypoalbuminemia pada pasien lanjut usia yang mana
mempengaruhi system metabolic dan endokrin yang akibatnya terjadi perubahan
terhadap metabolism zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah pada metabolism protein.
Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut dengan imobilisasi menjadi
katabolisme sehingga metabolism protein akan lebih rendah pada pasien lanjut usia
dengan imobilisasi. Peningkatan ekskresi nitrogen mencapai puncak dengan rata-rata
kehilangan 2 mg/hari, sehingga pasien akan mengalami hipoproteinemia, edema, dan
penurunan berat badan. Kehilangan nitrogen menigkat hingga 12 gr pada keadan
imobilisasi dengan malnutrisi, trauma, frakture pinggul, atau infeksi. Penekanan
sekresi hormone anti diuretik selama imobilisasi juga akan terjadi yang akan
meningkatkan diuresis dan pemecahan otot sehingga akan mengakibatkan penurunan
berat badan. Pasien yang mengalami imobilisasi lama akan memiliki natrium serum
dan natrium urin lebih rendah dibandingkan pada yang tidak imobilisasi sehingga
pasien tirah baring lama akan memiliki defisiensi natrium kronik. Tirah baring lama
dan malnutrisi menyebabkan atropi otot dan turunnya kekuatan dan ukuran otot.
Kelemahan otot pada pasien geriatric mengakibatkan penurunan status fungsional yang
berat sehingga imobilisasi terus terjadi. Peran mikronutrien menjadi sangat besar
peranannya dalam menjaga efektifitas respon imun. Vitamin a berperan dalam menjaga
intergritas epitel di saluran nafas dan cerna. Vitamin E berperan pada fluiditas
membrane permukaan sel imun dan berperan pada pembentukan sinaps imun. Vitamin
D meningkatkan aktivitas TLR dan produksi cathelicide, suatu protein yang penting
untuk destruksi Mycobakterium tuberculosis intraseluller. Di antara seluruh trace
element, zinc menunjukan peran penting karena bertugas menjaga aktivitas lebih dari
300 enzim termasuk enzim-enzim penting daoa imun sekalian.12,13,15,16
52

Pada pasien ini juga ditemukan adanya ulkus decubitus pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada regio sacrum tampak Ulkus soliter, regular, ukuran 4.5 x 3 c 0.2 cmn
sadar sangat granulosit, tepi tidak meninggi, daerah sekitar eritem. Nyeri ,tidak
indurasi. Hal ini diakibatkan oleh faktor imobilisasi yang lama. Ulkus decubitus adalah
suatu keadaan kerusakan kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot
sampai mengenai tulang yang disebabkan oleh iskemia pada kulit akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus. Ulkus decubitus merupakan suatu hal
yang serius pada kasus ini dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
usia usia lanjut. Secara definisi ulkus decubitus adalah kerusakan jaringan setempat
pada kulit dan atau jaringan dibawahnya akibat tekanan, atau kombinasi antara tekanan
dengan pergeseran, pada bagian tulang yg menonjol. Pada pasien dengan imobilisasi
dengan posisi setengah duduk ada kecenderungan tubuh meluncur kebawah, apalagi
keadaan tubuh basah. Secara teori ulkus decubitus dibagi dalam 6 stadium yaitu :

1. Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak daerah


kemerehan/eritema dan berindurasi
2. sudah terjadi kehilangan lapisan kulit epidermis / dermis
3. terjadi kerusanan pada seluruh lapisan kulit ( epidermis/ dermis, subkutis) meluas
selapisan fasia

4. jaringan otot, tendon, dan tulang sudah terlihat


5. Unstageable / unclassified mengenai lapisan atas kulit ditutupi jaringan nekrotik
tebal yang berwarna kekuningan, abu-abu, coklat, atau kehijauan.
6. Kerusakan jaringan dalam ( deep tissue injury ) pada kulit yang intak berwarna
ungu atau merah maroon, tampak seperti memar yang dalam. Stadium ini cepat
menjadi stadium 3 atau 4
Penatalaksanaan ulkus decubitus cukup sulit dan butuh waktu lama, sehingga
pencegahan sanggat penting. Menetukan perencanaan tindakan seperti perawatan kulit
meliputi menjaga kulit agar tetap lembab dengan pemberian lotion dan menjaga pasien
tetap memakai pakaian dan sprei yang kering. Perubahan posisi tubuh juga membantu
53

dalam mencegah terjadi ulkus decubitus dengan cara memperbanyak gerakan dengan
poindah dari tempat tidur ke kursi roda dan melakukan latihan lingkup gerak sendi
(range of motion exercise).13,14,15

Pada kasus ini, seorang laki-laki 62 tahun dengan keluhan nyeri pada lutut
kanan, nyeri bila digerakan dan berkurang dengan diistirahatkan, tampak kemerahan
dan bengkak. Pasien hanya bisa berkativitas di atas Kasur sejak ± 2 minggu sebelum
rumah sakit. Pada geriatrik tidak hanya dinilai dari aspek medik saja, namun juga
melakukan assement dari segi fisik, psikologik, dan social ekonomi. Interaksi dari 3
komponen tersebut mengambarkan keadaan fungional organ dan atau tubuh secara
keseluruhan pada usia lanjut. Pada pasien ini, menderita septik artritis, Osteoartritis
genu dektra, anemia penyakit kronis, Ulkus dekubitus grade 1, tinea corporis regio
sacrum. Pasien sudah tidak bekerja lagi, pasien memiliki 7 orang anak dan tinggal
Bersama dengan pasien. Anak dan keluarga pasien selalu memperhatikan dan merawat
pasien, bahkan anak pasien mengantar pasien berobat ke RSMH ketika sakit. Dari segi
lingkungan rumah pasien berbentuk rumah panggung, pasien tinggal di lantai 2 dan
harus menaiki ± 8 anak tangga untuk naik ke lantai 2, kamar pasien kurang
pencahayaan dan WC berada di lantai 2 bentuk jongkok tidak memiliki pegangan di
tembok untuk berjalan. Hal ini cukup menyulitkan pasien dalam proses
penyembuhannya. Faktor internal pada pasien ini seperti nyeri pada lutut hal ini ini
menyebabkan mobilitas pasien menjadi terbatas. Dari pemeriksaan fisik didapat Tinggi
badan 160 cm, Berat badan 42 kg, didapatkan hasil RBW 77 % ( Underweight ), IMT
16,4 kg/m2 (Underweight) dan juga di ukur LILA 18 cm, lingkar betis 28 cm, Tinggi
Lutut 47 cm. Dari hasil lab di dapatkan peningkatan leukosit 30.400 dengan
peningkatan netrofil 93. dari hasil pemeriksaan CGA ADL : 8 (ketergantungan berat),
GDS : 3 tidak depresi nutrisi mini : 14 malnutrisi, status mental mini : 28 normal. Pasien
kami konsulkan ke bagian gizi klinik dikarenakan status malnutrisi pasien ini,
dilakukan perhitungan kebutuhan kalori pasien ditargetkan mendapat kalori awal
sebanyak 1900 mg/dl dengan protein 95 gr diberikan nasi biasa 1500 kkal, makanan
54

cair putih telur 2 x 200, ekstra hewani 3 buah putih telur dengan tambahan
mikrovitamin vitamin B komplek dan suplemen vip Albumin 2 tablet. Mikronutrien
menjadi sangat besar peranannya dalam menjaga efektifitas respon imun. Vitamin a
berperan dalam menjaga intergritas epitel di saluran nafas dan cerna. Vitamin E
berperan pada fluiditas membran permukaan sel imun dan berperan pada pembentukan
sinaps imun. Vitamin D meningkatkan aktivitas TLR dan produksi cathelicide, suatu
protein yang penting untuk destruksi Mycobakterium tuberculosis intraseluller. Dari
membaiknya status imunitas dan derajat ketergantungan pada pasien ini diharapkan
dapat memperbaiki kualitas dan fungsi.12,13,16

Dari analisa kasus ini kita dapat simpulkan bahwa Tn YHA, 62 tahun dengan
keluhan nyeri pada lutut kanan sejak ± 1 hari SMRS didapatkan adanya nyeri pada lutut
kanan dan punggung kaki kiri yang tampak kemerahan, bengkak, nyeri jika digerakan,
teraba hangat jika di lakukan perabaan serta tampak lutut sebelah kanan lebih besar
dari pada sebeluah kiri dan demam tidak terlalu tinggi. Pasien bekerja sebagai buruh
tani yang sering mengangkat beban berat seperti karung dan dari riwayat penyakit
dahulu didapatkan 6 bulan yang lalu terjatuh dari motor yang menimpa bagian tungkai
sebelah kanan. Pasien dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gambaran dari
pemeriksaan rongten genu dektra et sinstra didapatkan gambaran spur di eminentia
intercondylaris media lateral, patella dan epicondylus tibialis bilateral dan sela sendi
dektra kesan OA genu dektra grade III dan sinistra Grade II dan sinistra hal ini
menyebabkan pasien menjadi sulit untuk melakukan aktifitas sehari – hari. Kita ketahui
bahwa Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling sering
mengenai pasien lanjut usia dan memiliki kecenderungan penurunan fungsi imun yang
dapat menyebabkan pasien dengan usia lanjut rentan terhadap infeksi. Pada kasus ini
pasien diberikan terapi imobilisasi dini (ROM) dan fisioterapi Cyroterapi sehingga
mengurangi kontraktur pada otot sendi lutut pasien seperti terapi. Pada pemeriksaan
fisik ketika pasien masuk datang ke IGD RSMH didapatkan dari keadaan umum pasien
tampak sakit berat, Tekanan darah 130/80 mmHg nadi didapatkan 92x/m dengan
55

respitarasi 20x/m, tempratur 36,6oC dengan keluhan nyeri yang hebat VAS 8 hal dan
didapatkan adanya kemerahan pada lutut kanan dan punggung kiri pasien bengkak, dan
nyeri jika ditekan kami pikirkan suatu artritis septik yang sudah mengalami sepsis
karena pada pasien lanjut usia atau geriatri memiliki kecenderungan keadaan sepsis
berat yang tidak spesifik dan tidak khas sehingga kami lakukan pemberian antibiotik
empiris broadspektrum luas Meropenem 1 gr tiap 8 jam selama 3 minggu tanpa
menunggu hasil kultur. Hal ini bermaksud mengurangi mortalitas, disfungsi organ dan
mengurangi masa perawatan di rumah sakit. Sebelum pemberian terapi meropenem
dianjurkan dilakukan pengambilan sampel kultur darah dan kultur cairan sendi untuk
dilakukan mencari tau penyebab terjadinya infeksi. Dari hasil pemeriksaan kultur
cairan sendi didapatkan infeksi bakteri stretococus pseudointermedius, tetapi pada
kasus ini kami berikan terapi antibiotik doksisiklin dikarenakan termasuk golongan
tetrasiklin yang memiliki kemampuan penetrasi yang baik ke dalam sendi. Dari
pemberian terapi antibiotik yang adekuat, fisioterapi secara dini dan perbaikan status
gizi dengan penambahan vitamin D serta untuk membantu mempermudah aktivitas
keseharian pasien disarankan kepada keluarga pasien untuk mengganti toilet jongkok
menjadi toilet duduk serta dilengkapi pegangan di kamar mandi sebagai tumpuan hal
ini diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan yang semula berat menjadi
mandiri kembali. Konsultasi fisioterapi rutin selain bertujuan untuk mengembalikan
fungsi sendi, diharapkan dapat meningkatkan status ketergantungan berat menjadi
ringan sampai mandiri seperti membuat pasien awalnya tidak mampu berdiri menjadi
mampu berdiri sendiri dan berjalan.

Anda mungkin juga menyukai