Anda di halaman 1dari 7

A. Pengertian Filsafat Ilmu pengetahuan.

Untuk memahami pengertian tentang filsafat ilmu pengetahuan, akan dibahas terlebih dahulu
pengertian filsafat dalam arti terminologinya. Pengertian filsafat sesuai dengan terminologinya
yaitu:

a. Filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta
lengkap tentang seluruh realitas.
b. Filsafat adalah upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
c. Filsafat adalah untuk menentukan batas batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya,
hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
d. Filsafat adalah penyelidikan kritis atas pengandaian pengandaian dan pernyataan
pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
e. Filsafat adalah berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk
mengatakan apa yang Anda lihat.

Jadi, pengertian filsafat secara terminologinya di atas sangat beragam baik dalam ungkapan
maupun titik tekanannya. Bahkan Mohammad Hatta seorang ahli filafat Indenesia, dan Langeveld
mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan
sendiri dalam definisinya. Hal ini bisa dimengerti, karena intisari berfilsafat itu terdapat dalam
pembahasan bukan pada definisi. Namun definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan,
karena untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama terkait dengan filsafat ilmu
Berikut akan dibahas tentang pengertian ilmu pengetahuan. Secara etimologis bahwa ilmu
dalam bahasa Inggris adalah science, yaitu berasal dari bahasa Latin: scientia artinya pengetahuan,
dan scire artinya mengetahuai, dan sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah
episteme. Sedangkan ilmu yang berasal dari bahasa Arab adalah: ‘alima, ya’lamu, dan ‘ilman,
kesemua itu artinya mengerti dan memahami benar benar.
Dari beberapa is, tilah di atas, lalu pengertian ilmu dalam kamus bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem, menurut metode metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang itu.

1.1 Ciri ciri utama ilmu pengetahuan sesuai dengen terminologinya antara lain:
1). Ilmu pengetahuan adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, epiris, sistematis, dapat
diukur, dan dibuktikan. Hal ini beda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan
kepada yang gaib dan pengahayatan serta pengalaman pribadi.
2). Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan tidak pernah
mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, melainkan ilmu pengetahuan
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (alam objek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis. Oleh sebab itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu pengetahuan.
3). Ilmu pengetahuan tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing masing
penalaran perorangan, sebab ilmu pengetahuan dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri
hipotesis-hipotesis dan teori teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4). Berkaitan dengan konsep ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode
metode yang berhasil dan hasil hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua
pencari ilmu.
5). Ciri hakiki dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan
penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah.
Setelah dipahami pengertian Filsafat, pengertian Ilmu pengetahuan, dan pengertian
Pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian secara
mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmu pengetahuan dapat
menjawab beberapa persoalan, seperti:

a. Persoalan dalam landasan dimensi Ontologis:


Artinya: persoalan tentang Objek apa yang ditelaah ?, Bagaimana wujud yang hakiki dari objek
tersebut ?, Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindra) yang menghasilkan ilmu ? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk
mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang bidang ilmu.

b. Persoalan dalam landasan dimensi epistemologis


Artinya: persoalan bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu
menjadi ilmu ?. Bagaimana prosedur dan mekanismenya ?. Hal hal yang harus diperhatikan agar
dapat diperoleh pengetahuan yang benar ?. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?. Apa
kriterianya ?. Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu manusia dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu ?.

c. Persoalan dalam landasan dimensi aksiologis


Artinya: persoalan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ?. Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral ?. Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan pilihan moral ?. Bagaimana korelasi antara teknik proseduran yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma moral ?.

Pengertian filsafat ilmu pengetahuan menurut Hartono Kasmadi (1990) dapat dirangkum
dalam tiga (3) yaitu:
a. Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh
ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran tentang sistem
lambang yang digunakan.
Misal: untuk mengkaji ilmu empiris, ilmu rasional, bidang etika, estetika, dll.
b. Filsafat ilmu pengetahuan adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar
konsep, praduga, dan postulat mengenai ilmu , serta upaya untuk membuka tabir dasar-dasar
empiris, rasional, dan pragmatis.
Misal: analisis terhadap anggapan dasar tentang kuantitas, kualitas, waktu, ruang, dan hukum, serta
dapat pula sebagai studi keyakinan tertentu, maupun keyakinan dunia “sana”.
c. Filsafat ilmu pengetahuan adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu

1.2 Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


Adapun Persamaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1). Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
2). Kedua-duanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang dialami, serta menunjukkan sebab-sebabnya.
3). Keduanya hendak memberikan sintesis, yakni suatu pandangan yang begandengan.
4). Keduanya mempunyai metode dan system.
5). Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya yang timbul dari
hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Sedangkan Perbedaannya antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1). Objek material (lapangan) penyelidikan filsafat bersifat umum (universal), yakni segala sesuatu
yang ada, sedangkan objek material ilmu pengetahuan adalah bersifat khusus dan empiris.
2). Objek formal filsafat bersifat non fragmentaris, sebab mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada secara luar, mendalam, dan mendasar (sampai pada hakekat). Sedang ilmu pengetahuan
objek formalnya bersifat pragmentaris, spesifik, dan intensif, juga bersifat teknis, artinya bahwa
idea idea manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
3). Filsafat dilaksanakan dalam suasana menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan.
Sedangkan ilmu harus diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh sebab itu, nilai ilmu
terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4). Filsafat dengan pertanyaan yang lebih jauh dan mendalam berdasar pengalaman realitas sehari-
hari. Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat diskursif, yakni menguraikan secara logis, yang
dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5). Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai dasar yakni
yang disebut hakekat. Sedangkan ilmu pengetahuan menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam atau yang disebut yang sekundar (secondary cause).

1.3 Tujuan Filsafat Ilmu Pengetahuan


Filsafat ilmu pengetahuan tujuannya, yakni:
a. mendalami unsur-unsur pokok ilmu pengetahuan, sehingga secara menyeluruh dapat dipahami
sumber-sumber, hakikat, dan tujuan ilmu pengetahuan.
b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga
didapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
c. Menjadi pedoman bagi para pendidik dan anak didik dalam mendalami studi di perguruan tinggi,
khususnya untuk membedakan persoalan ilmiah dan non ilmiah.
d. Mendorng para calon ilmuwan untuk konsentrasi dalam mendalami ilmu pengetahuan dan
mengembangkannya.
e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu pengetahuan dan agama
tidak ada pertentangan (Amsal Bakhtiar, 2004: 20).

1.4 Kedudukan filsafat ilmu pengetahuan dalam filsafat.


Tempat kedudukan filsafat ilmu pengetahuan ditentukan oleh dua lapangan
penyelidikan Filsafat Ilmu pengetahuan, yakni:
Pertama, sifat pengetahuan ilmiah. Di sini filsafat ilmu berkaitan dengan epistemologi, artinya:
berfungsi menyelidiki syarat-syarat pengetahuan manusia dan bentuk-bentuknya.
Kedua, berkaitan dengan cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah, artinya:
berkaitan dengan logika dan metodologi

14. Objek filsafat ilmu pengetahuan


Filsafat ilmu pengetahuan mempunyai objek yaitu: a. Objek material, dan b. Objek formal.
Ad. a. Objek material, yaitu objek yang dijadikan sasaran penyelidikan, oleh sebab ini objek
material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ad. b. Objek formal, yaitu sudut pandang terhadap objek materialnya, sehingga objek formalnya
berupa hakekat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan.

15.Ruang lingkup Filsafat Ilmu pengetahuan


Jadi, cakupan objek filsafat lebih luas dibanding dengan ilmu, sebab ilmu hanya mencakup
yang empiris saja, sedang filsafat tidak hanya yang empiris saja. Secara historis ilmu adalah berasal
dari kajian filsafat, sebab awalnya filsafat yang melakukan pembahasan tentang yang ada secara
sistematis, rasional, logis dan empiris. Setelah berjalan, terkait dengan yang empiris, maka
semakin bercabang dan berkembang, sehingga timbullah spesifakasi dan menampakkan kegunaan
yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Hal ini seperti diibaratkan
oleh Will Durant, bahwa filsafat bagaikan Marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan
Infantri. Pasukan Infantri adalah sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu, Sedangkan
filsafat yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan (Sumber buku Filsafat Ilmu
oleh: Amsal Bakhtiar, 2008, 2). Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing
masing, sehingga ilmulah secara praktis bagaikan membelah gunung, dan merambah hutan.
Sedangkan filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.
Oleh sebab itu, filsafat sering disebut sebagai induk/ ibu ilmu penetahuan. Hal ini bisa dimengerti,
sebab dari filsafatlah, maka ilmu ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia
dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu: teknologi.

16.Kajian Filsafati Dasar-dasar ilmu pengetahuan


Pengertian ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan
pengetahuan (ilmiah) yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran (ilmiah) dan sedapat mungkin
untuk mencapai kebahagiaan umat manusia.
Jenis dari ilmu pengetuan adalah sistemnya.Pembedanya adalah kumpulan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran dan sedapat mungkin untuk kebahagiaan umat manusia.
Ilmu pengetahuan ditinjau dari unsur unsurnya, yaitu berupa:
a. Sistem
b. Pengetahuan (ilmiah)
c. Kebenaran
d. Kebahagiaan umat manusia
Jadi segi statika ilmu pengetahuan adalah:
Suatu sistem tertentu yang berupa pengetahuan (ilmiah).
Sedang segi dinamika ilmu pengetahuan adalah:
1. Suatu usaha terus menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah.
2. Kebahagiaan umat manusia.
Jadi bila orang menggunakan istilah dasar dasar yang statik dari ilmu pengetahuan, maka seakan
akan orang terpaku perhatiannya pada suatu kerangka dasar yang mau tidak mau harus dibuktikan
dalam melakukan kegiatan ilmiah.
Sedang istilah dasar dasar dinamik dari ilmu pengetahuan adalah pedoman pedoman yang ada di
depannya agar supaya orang tidak tersesat dalam melakukan kegiatan ilmiah.
Sistem adalah suatu keadaan atau barang sesuatu tertentu yang bagian bagiannya saling
berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Dasar dasar dinamik ilmu pengetahuan yang berupa:
Pedoman yang harus diikuti oleh seorang ilmuwan, dalam usahanya untuk mencapai tujuan dari
kegiatan ilmiah.
Tujuannya adalah kebenaran ilmiah yang sedapat mungkin untuk mencapai kebahagiaan umat
manusia.
Apakah yang dinamakan “kebenaran” ?.
Paham objektivisme mengatakan:
Kebenaran adalah keadaan yang menunjukkan kesesuaian antara pikiran manusia tentang
objeknya dengan keadaan yang senyatanya dari objek tersebut.
Paham subjektivisme mengatakan bahwa kebenaran adalah:
Suatu proses yang menggambarkan bahwa dalam keadaan terakhir yang menetukan kebenaran
sesuatu pendapat adalah si subjek itu sendiri.
Paham objektivisme juga disebut paham korespondensi tentang kebenaran.
Sebab kebenaran adalah adanya kesesuaian antara pikiran manusia tentang suatu objek tertentu
dengan keadaan tertentu dari objek itu.
Jadi, yang menentukan benar atau tidaknya adalah objek yang bersangkutan.
Sedang paham subjektivisme bahwa yang benar adalah:
Ditentukan oleh pendapat manusia atau subjek yang bersangkutan.
Jadi paham subjektivisme dapat dibedakan menjadi dua(2), yaitu:

a. Paham konsistensi atau paham logik atau paham koherensi.


b. Paham pragmatik.

Berikut adalah apa yang dinamakan “kebahagiaan” ?


Kebahagian di sini tentu terkati dengan tujuan akhir yang hendak dicapai manusia di dunia ini.
Maka apakah mungkin manusia selama hidup di dunia ini dapat mencapainya.
Pertanyaan dimaksud ada dua pendapat, yaitu:

a. Manusia semasa hidup di dunia tidak akan dapat mencapai kebahagiaan.


b. Manusia dalam hidup di dunia bila sungguh sungguh akan dapat mencapai kebahagiaan
(dalam arti kesejahteraan rohani dan jasmani).

Jadi kebahagian yang merupakan paduan/ sintetik adalah merupakan suatu suasana percampuran
antara keadaan yang bersifat subjektif dengan keadaan yang bersifat objektif yang menghasilkan
suatu keharuan.
Hal ini disadari karena kebahagiaan adalah masalah pribadi yang merupakan campuran tersebut di
atas dan menimbulkan keharuan pada masing masing pribadi.

17.Titik Pandang Filsafat Ilmu pengetahuan


Dasar memahami filsafat ilmu adalah bila mengatahui empat titik pandang (view points) dalam
filsafat ilmu.
Empat titik pandang filsafat ilmu, yaitu:
a.Perumusan world-views yang konsisten, misal: pada beberapa pengertian didasarkan atas teori
teori ilmiah.
Jadi filsuf ilmu bertugas mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari illmu.
b. Eksposisi dari presuppositions dan predispositions para ilmuwan. Misal: filsuf ilmu
mengemukakan bahwa para ilmuwan menduga alam tidak berubah-ubah, dan terdapat keteraturan
di alam, sehingga gejala-gejala alam mudah didapat oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti tidak
menutup keinginan keinginan deterministik.
c. Konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan.
Artinya memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai konsep, seperti gelombang, potensial,
dll.
Oleh sebab itu ada dua kemungkinan, yaitu:
Pertama, apakah para ilmuwan mengerti suatu konsep yang digunakannya, sehingga dalam hal
ini tidak memerlukan klasifikasi.
Kedua, para ilmuwan tidak tahu makna konsep tersebut, sehingga mereka harus inquiry hubungan
konsep itu dengan konsep-konsep lain.
Jadi, bila seorang ilmiawan melakukan inquiry, berarti ia sedang mempraktekkan filsafat ilmu.
d.Filsafat ilmu merupakan second-order criteriology.
Filsafat Ilmu mempunyai beberapa criteria yang harus dipahami bagi para ahlinya.
artinya: bahwa filsuf ilmu menuntut jawaban jawaban atas pertanyaan:
1). Karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dengan tipe penyelidikan lain.
2). Prosedur yang bagaimana yang harus diikuti oleh para ilmuwan dalam menyelidiki alam.
3). Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai dalam penyelidikan ilmiah agar jadi benar.
4). Status yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum ilmiah.
Jadi pertanyaan itu ada perbedaan yang dapat dirumuskan antara doing science dan thingking
tentang ilmu.

18.Jawaban dari tiga dimensi persoalan filsafat ilmu pengetahuan


a.Dimensi Ontologis
Dimensi ontologis, yang dihadapi adalah persoalan: keterangan dari hakekat ada
Kata ontologi berasal dari kata Yunani: On= being, dan logos=logic.
Jadi, ontologi= The theory of being qua being.
Louis O Kattsoff dalam Elements of Philosophy mengatakan: ontologi itu mencari ultimate
reality, contohnya adalah pemikiran Thales, yaitu: air = ultimate substance.
Jadi menurutnya bahwa semua benda berasal hanya satu, yaitu air. Ontologi dalam segi praktisnya
adalah sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontologi dari segi teoritis: menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara
yang ada dapat dikatakan ada.
Pendek kata dapat disebut sebagai teori mengenai prinsip prinsip umum dari hal yang ada.
Ontologi disebut juga dari kata: ontos artinya sesuatu yang berwujud. Oleh sebab itu ontologi
adalah teori/ ilmu tentang wujud, tentang hakkat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada
alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata mata.
Dari beberapa pengertian tentang ontologi di atas, akhirnya dapat disimulkan sbb.:
1. Menurut bahasanya, ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: On/ Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut istilahnya, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakekat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/ konkrit maupun rohani/ abstrak.
Term ontologi kali pertama diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada th. 1636 M. Yaitu untuk
memberi nama teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Kemudian
perkembangannya Christian Wolf (th. 1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu:
1). Metafisika umum(Ontologi)
2). Metafisika khusus

b.Dimensi Epistemologi
Epistemologi ialah cabang filsafat yang membicarakan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasar, dan tanggung jawab atas pernyataan mengenai
pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, antara lain adalah:
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan yang lain mempunyai metode-
metode:
1. Metode induktif = khusus ke umum
2. Metode deduktif = umum ke khusus
3. Metode positivisme = menolak metafisika yakni Apa yang diketahui, yang faktual, positif
4. Metode kontemplatif = kemampuan intuisi, yakni Diperoleh lewat kontemplasi
5. Metode dialektis = semula artinya tanya jawab, yakni Kemudian berarti mengkompromikan lawan
Keterangan dari beberapa metode di atas, yakni:
Ad. 1. metde induktuif, yakni
Ad. 2. meotde deduktif, yakni
Ad. 3. metode positivisme, yakni suatu metode yang dikeluarkan oleh August Comte (1797-1857)
berupa metode yang berpangkal pada hal-hal positif, sehingga ia mengesampingkan persoalan di
luar yang ada sebagai fakta. Jadi ia menolak metafisika, sehingga di bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
Menurut Comte, bahwa perkembangan pikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap, yakni:
a. tahap teologis, pada tahap ini manusia yakin bila dibalik sesuatu tersirat pernyataan kehendak
khusus.
b. tahap metafisik, pada tahap ini kekuatan adikodrati itu diubah menjadi kekuatan yang abstrak,
yang kemudian dipersatukan dalam pengertian yang bersifat umum yang disebut alam dan
dipandangnya sebagai asal dari segala gejala.
c. tahap positif, pada tahap ini sebagai suatu usaha mencapai pengenalan yang mutlak, sehingga
pengetahuan teologis ataupun metafisis dipandang tidak berguna. Yang penting menemukan
hukum-hukum dan urutan yang ada pada fakta dengan pengamatan dan menggunakan akal.
Ad. 4. metode kontemplatif, yakni metode yang mengatakan ada keterbatas indra dan akal manusia
untuk memperoleh pengetahuan, sehingga hasil yang diperoleh pun berbeda beda, maka harus
dikembangkan kemampuan akal yang disebut intuisi. Jadi kemampuan intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi.
Ad. 5. metode dialektis.

c. Dimensi aksiologis
Terkait dengan nilai, maka tentang nilai dapat subjektif tapi dapat juga objektif Kemudian
bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan ? Bagi seorang ilmuwan, kegiatan ilmiahnya
dengan kebenaran ilmiah adalah hal yang sangat penting. Yang lebih penting adalah bahwa ilmu
pengetahuan tidaklah berkembang pada arah yang tak terkendali, namun ia harus bergerak pada
arah maknawi dan umat manusia berkuasa untuk mengendalikannya. Kekuasaan manusia atas ilmu
pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh, eksistensi ilmu pengetahuan bukan “melulu”
untuk mendesak kemanusiaan, namun kemanusiaanlah yang harus menggemgam ilmu
pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka pengembangan diri kepada sang Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai