5mobilitas Sosial
5mobilitas Sosial
MENULISLAH, MAKA ITU AKAN ABADI. BICARALAH, MAKA ITU AKAN OMONG
KOSONG.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang pasti menginginkan untuk dapat memperoleh status dan penghasilan yang
lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tuanya. Semua orang pasti
menginginkan suatu kehidupan yang serba berkecukupan, bahkan kalau mungkin berlebihan.
Keinginan-keinginan itu adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan
yang tidak terbatas. Seperti halnya kalau kita menanyakan tentang cita-cita dari seorang anak,
maka ia akan menjawab pada suatu status yang kebanyakan mempunyai konotasi pada
penghidupan yang baik. Hanya saja apakah keinginan-keinginan, impian-impian, dan cita-cita itu
pencapaian status sosial maupun penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan
pendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial demi tercapainya kesejahterahan hidup.
Namun pada kenyataannya mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat tidak hanya bersifat
naik ke tingkat yang lebih tinggi, akan tetapi banyak mobilitas sosial turun tanpa direncanakan.
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas dan menjabarkan tentang Mobilitas Sosial.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata mobility yang berkata
dasar mobile (bahasa inggris). Kata mobile berarti aktif, giat, gesit, sehingga mobility adalah
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara
individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Apabila seorang
guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik took buku, dia melakukan gerak
sosial. Juga apabila seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00
kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yan lebih tinggi. Proses tadi tidak saja
terbatas pada individu-individu saja, tetaoi mungkin juga pada kelompok-kelompok sosial.
Misalnya, suatu golongan minoritas dalam masyarakat berasimilasi dengan golongan mayoritas.
a. Henry Clay Smith (1968) mengatakan mobilitas sosial adalah gerakan dalam struktur sosial
b. Haditono (1991) mengatakan mobilitas sosial adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari
d. David Jary dan Julia Jary (1991) mendefinisikan mobilitas sosial yakni: dapat dijelaskan bahwa
pergerakan individu, kadang-kadang kelompok antara posisi berbeda dalam hierarki stratifikasi
sosial pada masyarakat. Dalam masyarakat modern, posisi-posisi kelas dalam struktur pekerjaan
menjadi perhatian utama dalam studi mobilitas sosial. Mobilitas sosial meliputi pergerkan suatu
kelas atau hierarki status, mobilitas ke atas (upward mobility), atau mobilitas ke bawah
(downward mobility) dimana fokus dan perhatian sosiologi adalah pada perbedaan antara kelas
sosial-ekonomi atau posisi status, atau hal itu mungkin merupakan lebih pada waktu singkat,
sebagai contoh, naik atau turun karier individu, intragenerational mobility. Hal itu biasanya
diterima bahwa, secara umum, masyarakat modern lebih menerima mobilitas dibandingkan tipe-
tipe masyarakat tradisional (masa lampau), yakni terma-terma komparatif dari kelas pada
Dapat disimpulkan, mobilitas sosial adalah gerakan atau perpindahan individu dari suatu
kedudukan ke kedudukan lainnya dalam masyarakat. Kedudukannya yang baru dapat menjadi
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat
mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial karena
kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola
hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan
perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada usaha
dan kemampuan individu. Memang benar bahwa anak seorang camat mempunyai peluang yang
lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang penjual tomat. Akan tetapi, kebudayaan dalam
masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak penjual tomat untuk memperoleh kedudukan
yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya.Seperti Chairul Tanjung, Dahlan
Iskan, dll. Namun kenyataan tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan
kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial para individu berbeda,
maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial
yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan
Menurut P.A.Sorokin (1928), tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam,
yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan
individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya
yang sederajat. Contohnya adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan
yang sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak objek-objek sosial seperti misalnya radio,
mode pakaian, ideology, dan lain sebagainya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak
terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial.
kelompok dari satu daerah ke daerah lain, seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
b. Mobilitas antargenerasi. Secara umum, mobilitas antargenerasi berarti mobilitas dua generasi
atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas
ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi.
Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan
status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak.
Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya
menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal
antargenerasi.
a. Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun,
karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki
b. Mobilitas intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi di antara
beberapa generasi. Mobilitas ini dibedakan menjadi dua: mobilitas intergenerasi naik (contoh:
bapaknya seorang kepala sekolah, anaknya seorang direktur) dan mobilitas intergenerasi turun
(contoh: kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat, dan anaknya sebagai kepala desa).
Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Gerak sosial vertikal meliputi,
(a)social climbing, dari status yang rendah ke status yang tinggi, di mana status yang tinggi itu
telah ada sebelumnya dan membentuk kelompok atas status yang baru, karena status yang lebih
atas belum ada (promosi), misalnya kelompok konglomerat, eksekutif, supereksekutif, dan
seterusnya; (b)social sinking dari kelompok yang tinggi/atas turun ke rendah, dan derajat
kelompoknya turun.
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada. Misalnya, seorang yang bekerja di kantor A
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi
sebuah organisasi, memberi kesempatan kepada seseorang untuk menjadi ketua umum, bertanda
Gerak sosial vertikal yang turun mempunyai dua bentu utama, yaitu:
a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya. Misalnya, seorang
b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sabagai
kesatuan.
dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan
keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun
demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti
itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi individu
maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka,
Apabila individu atau kelompok individu yang mengalami mobilitas sosial mampu
menyesuaikan dirinya dengan situasi yang baru maka akan memperoleh hal-hal posiitif sebagai
b. Peluang mobilitas sosial juga berarti kesempatan bagi individu atau kelompok individu untuk
lebih maju.
c. Kesempatan mobilitas sosial yang luas akan mendorong orang-orang untuk mau bekerja keras,
mengejar prestasi dan kemjuan sehingga dapat meraih kedudukan yang dicita-citakan.
Apabila individu atau kelompok individu tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi
1. Konflik antar-kelas
Konflik ini terjadi karena benturan kepentingan antar-kelas sosial. Misalnya konflik antara
2. Konflik antar-kelompok
Konflik antar-kelompok (konflik horizontal) bisa melibatkan ras, etnisitas, agama atau
aliran/golongan. Konflik jenis ini dapat terjadi karena perebutan peluang mobilitas sosial,
3. Konflik antar-individu
Konflik antar-individu dapat terjadi misalnya karena masuknya individu ke dalam kelompok
tidak diterima oleh anggota kelompok yang lain. Misalnya lingkungan organisasi atau seseorang
tidak dapat menerima kehadiran seseorang yang dipromosikan menduduki suatu jabatan tertentu.
4. Konflik antar-generasi
Konflik ini terjadi dalam hubungannya mobilitas antar-generasi. Fenomena yang sering
terjadi adalah ketika anak-anak berhasil meraih posisi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari posisi
sosial orang tuanya, timbul ethnosentrisme generasi. Masing-masing generasi –orang tua maupun
anak— saling menilai berdasarkan ukuran-ukuran yang berkembang dalam generasinya sendiri.
Generasi anak memandang orang tuanya sebagai generasi yang tertinggal, kolot, kuno, lambat
mengikuti perubahan, dan sebagainya. Sementara itu generasi tua mengganggap bahwa cara
berfikir, berperasaan dan bertindak generasinya lebih baik dan lebih mulia dari pada yang
Seseorang yang mengalami mobilitas sosial, naik ke kedudukan yang lebih tinggi, atau turun
ke kedudukan yang lebih rendah, dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan
Kesulitan menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru akan menimbulkan konflik status
Konflik status adalah pertentangan antar-status yang disandang oleh seseorang karena
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan banyaknya status yang
dengan tuntutan status yang disandangnya. Hal ini dapat terjadi karena statusnya yang baru tidak
disukai atau tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Post Power Syndrome merupakan bentuk
konflik peran yang dialami oleh orang-orang yang harus turun dari kedudukannya yang tinggi.
Menurut P.A.Sorokin dalam Ary H. Gunawan (2000) mengatakan ada sejumlah saluran
mobilitas sosial:
a. Angkatan Bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas
vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang
berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, dia akan mendapatkan
penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih
b. Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan dapat meningkatkan status sosial seseorang, misalnya seorang yang berjasa
dalam perkembangan agama seperti ustadz, pendeta, dan biksu. Status sosial para penyebar
ajaran agama ini akan meningkatkan status sosialnya di masyarakat, terutama bagi komunitas
c. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas,
bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah
ke kedudukan lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan lebih tinggi. Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah
sampai jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus dia memiliki pengetahuan bisnis dan
menggunakan pengetahuannya untuk berusaha, sehingga dia berhasil menjadi pengusaha sukses,
d. Organisasi Politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan
berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya
meningkat.
e. Ekonomi
pendapatan seorang. Semakin besar prestasinya, semakin besar jabatannya. Jika jabatannya
masyarakat meningkat.
f. Keahlian
Seperti situs-situs karya ilmiah, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan
pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi dari
pengguna biasa. Sejumlah pemikiran atau ide-ide penting akan bermanfaat bagi para pembaca
dan mungkin akan berguna dalam menambah ilmu pengetahuan terkait, atau bahkan ide tersebut
dapat menjadi bahan dn insprasi solusi terhadap suatu permasalahan kehidupan yang sedang
dihadapinya.
g. Perkawinan
Melalui perkawinan, seorang bisa berubah kedudukan atau status sosialnya. Misalnya, seorang
pria miskin yang menikah dengan seorang janda kaya dengan sendirinya status sosial pria itu
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor struktur, yaitu
faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan
untuk memperolehnya. Faktor struktur ini meliputi, struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan
faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua. Kedua, faktor individu, dalam hal
ini termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan
faktor kemujuran.
a. Faktor Struktur
1) Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan
sektor informal. Kedua sektor tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, di mana
sektor fomal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang tinggi
sedangkan sektor informal lebih banyak memiliki kedudukan yang rendah dan sedikit berstatus
tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat
yang terlibat di dalamnya. Demikian halnya pada masyarakat yang aktivitas ekonominya
didominasi oleh sektor pertanian dan penghasilan bahan baku (pertambangan, kehutanan) lebih
banyak memiliki status kedudukan rendah, dan sedikit kedudukan yang berstatus tinggi,
sehingga tingkat mobilitasnya rendah. Tingkat mobilitas pada negara-negara maju, mengalami
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial,
bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling
berkaitan dan menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah
bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menetukan gaya dan wajah
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam kaitan satu dengan yang
lainnya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang
beberapa jenis dualism, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi dari keadaan-keadaan ekonomi serta
keadaan lainnya dalam suatu sektor tidak mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat
dengan tegas dibedakan dalam dua golongan. Pertama, adalah kegiatan-kegiatan atau keadaan
ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat tradisional, dan yang kedua adalah
berbagai kegiatan-kegiatan atau keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur modern.
Dualisme ekonomi itu dapat kita lihat antara sektor pertanian tradisional, yang dicirikan oleh
tingkat produktivitas yang rendah dan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat berada pada
tingkat yang lazim disebut dengan istilah tingkat pendapatan subsiten. Sedangkan pada sektor
ekonomi modern, dicirikan dengan tipe ekonomi pasar, dimana kegiatan masyarakat dalam
memproduksi sebagian besar ditujukan untuk pasar. Adanya dualism ekonomi ini, tentunya akan
mempengaruhi terhadap cepat tidaknya mobilitas itu berlangsung dan besar-kecilnya kesempatan
Anak-anak yang berasal dari kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman
belajar yang lebih menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial rendah.
Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi, “jaringan hubungan
antar teman (merupakan jaringan hubungan antara teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi
atau dunia usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan rekomendasi menyangkut
kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orang-orang luar” untuk dapat menerobosnya), dan
deskriminasi terang-terangan terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta
orang-orang dari kelas sosial rendah untuk melakukan mobilitas naik. Di lain pihak, fakor
penghambat tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya mobilitas menurun bagi kelompok
orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor penghambat, terdapat pula faktor penunjang
mobilitas yang bersifat struktural, sebagai misal adanya undang-undang anti deskriminasi,
munculnya lembaga-lembaga latihan kerja baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM,
merupakan faktor penunjang penting untuk terjadinya mobilitas naik bagi banyak orang dari
b. Faktor Individu
1) Perbedaan Kemampuan
2) Perbedaan Perilaku
Yang dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau
orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu terhadap
mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu pendidikan, kesenjangan nilai, kebiasaan
kerja, pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara bermain”, dan pola kesenjangan nilai.
a) Pendidikan
Pendidikan merupakan tangga mobilitas yang utama. Walaupun kadar penting tidaknya
pendidikan pada semua jenjang pekerjaan tidaklah sama. Untuk jabatan-jabatan karir seperti
dokter, guru, ahli hukum, dan sebagainya, peran pendidikan sangatlah menunjang. Tetapi latar
belakang pendidikan seseorang mungkin tidak diperlukan untuk karir-karir sebagai olahragawan,
seniman penghibur, dan lain-lain. Namun yang pasti peran pendidikan disini lebih menekankan
pada upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk menyalurkan dan memanfatkan
b) Kebiasaan Kerja
Kebiasaan kerja seseorang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan dan masa depan seseorang. Meskipun kerja keraslah tidaklah menjamin terjadinya
mobilitas naik, namun tidaknlah banyak orang yang dapat mengalami mobilitas naik tanpa
kemudian. Ini merupakan suatu pepatah yang menggambarkan pola penundaan kesenangan.
Sebagai contoh: orang yang lebih senang menyimpan uangnya untuk ditabung daripada untuk
kesenangan jangka pendek; para siswa yang lebih tekun membaca buku dan memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya, daripada bermain atau membuang waktu. Kunci daripada pola penundaan
kesenangan adalah adanya perencanaan untuk masa depan dan adanya keinginan yang kuat untuk
“Cara bermain” dan atau seni “penampilan diri” mempunyai peran penting dalam
mobilitas naik. Bagaimana menjadi orang yang sangat disenangi dan dapat diterima oleh
lingkungannya; bagaimana menjadi orang yang dapat bekerjasama dengan orang lain. Ini semua
mungkin merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penampilan diri secara
positif bukanlah berarti meremehkan kemampuan, namun justru melalui penampilan diri
segenap nilai yang diakui, tetapi tidak melakukan upaya untuk mencapai sasarannya atau
mengakui kesalahan pribadi sebagai penyebab kegagalannya dalam mencapai sasaran. Orang
semacam ini bukanlah hipokrit, tetapi mereka hanya tidak menyadari bahwa pola perilakunya
tidak searah dengan tujuannya. Sebagai contoh: hampir semua orang tua menginginkan anak-
anaknya mempunyai prestasi yang baik di sekolah, tetapi mereka mengabaikan nasihat-nasihat
guru dan tidak menekankan agar anak-anaknya belajar dengan baik di rumah.
f) Faktor Keberuntungan/Kemujuran
Banyak orang yang benar-benar bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk
menjadi orang yang berhasil, namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan
kadangkala justru jatuh pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor keberuntungan/kemujuran
ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan alasan umum bagi suatu kegagalan, namun
faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu faktor dapat mobilitas.
Dalam beberapa pembahasan di atas, lebih banyak berkisar tentang determinan (faktor
penentu mobilitas naik). Pada dasarnya semua faktor penentu mobilitas naik adalah juga sebagai
faktor penentu mobilitas menurun. Sebagai contoh adalah faktor struktur, pada saat negara
Indonesia mengalami krisis ekonomi maka banyak perusahaan mengalami gulung tikar, terjadi
stagnasi ekonomi dan penurunan produktivitas, serta penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi,
kondisi krisis yang dialami negara kita ini cenderung akan meningkatkan jumlah orang yang
harus kehilangan status sosial. Adapun faktor-faktor individu seperti pendidikan, kebiasaan
1. Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat
2. Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa
konflik. Dalam masyarakat banyak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya
mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain
sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar
kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang dari strata sosial
1. Horizontal, yaitu apa bila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari satu kelompok sosial
2. Vertikal, yaitu apabila individu atau objek sosial lainnya berpindah dari suatu kedudukan sosial
ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya maka terdapat dua jenis
gerak vertikal, yaitu yang naik (social climbing) dan yang turun (social sinking)
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas
yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang
Mobilitas sosial pasti akan terjadi pada seluruh masyarakat, namun seberapa cepat perubahan
tersebut itulah yang membedakan antara satu tempat dengan tempat yang lainnya tergantung dari
B. SARAN
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran sosial, namun sebagai
manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari mobilitas sosial atau gerakan
sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung
bagaimana diri kita sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita
masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya jika memang
menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita
harus terbuka dan positif terhadap perubahan positif yang ada di masyarakat.
Penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyowati, Budi. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. ke-45 (Edisi Revisi). Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
HD, Hj. Safarina. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Cet. ke-2
Mobilitas-sosial.pdf
9._MOBILITAS_SOSIAL(rev).pdf
Poskan Komentar
Arsip Blog
▼ 2014 (2)
o ▼ Desember (2)
ADMINISTRASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Makalah Mobilitas Sosial
Ini Saya!!
AstutiAnto
sengkang, sul-sel, Indonesia
Penggemar berat Bondan Prakoso, lahir 2 september 1995, Tukang Tidur, ingin jadi bos
sejati, sangat sayang mama, kadang galau karena keuangan tapi tetap enjoy menjalani
hidup. Haha
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakan oleh Blogger.