Disusun Oleh :
2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt, atas segala rahmat dan
makalah tersebut. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gadar
sumber-sumber yang telah kami ambil dan dari buku yang ada kaitannya dengan
makalah yang dibuat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari
adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih.
adanya kritikan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN…………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN……………………………………………….3
3.1 KESIMPULAN………………………………………………15
3.2 SARAN………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan bnatuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan
sendiri secara normal (Latief, 2009).
Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama
pada pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar
rumah sakit (Alkatiri, 2007).
Cedera merupakan salah satu penyebab kematian. Pada tahun 1990 3,2
juta kematian dan 312 juta orang mengalami cedera di seluruh dunia. Pada
tahun 2000 kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun 2020
diperkirakan cedera/trauma akan menyebabkan penyebab kematian ketiga atau
kedua untuk semua kelompok umur (IKABI, 2004).
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
b.Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengerti pengertian bantuan hidup dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk
mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalamai
kegawatdaruratan. (siti rohmah.2012)
Waktu sangat penting dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar. Otak dan
jantung bila tidak mendapat oksigen lebih dari 8-10 menit akan mengalami
kematian, sehingga korban tersebut dapat mati. Dalam istilah kedokteran
dikenal 2 istilah untuk mati yaitu mati klinis dan mati biologis.
2. Henti jantung
B. Survey Primer
4. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara
berteriak “Tolong !!!”untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis
yang lebih lanjut.
Airway
Penilaian Airway
Cara :
a. Letakkan salah satu tangan penolong pada dahi dan ujung telunjuk dan
jari tengah tangan yang lain diletakkan dibawah dagu korban.
b. Gunakan tangan untuk mendorong kepala ke belakang dan ujung jari
untuk mengangkat dagu korban dan menyokong rahang bawah.
Ingat : Hati – hati dalam melakukan prosedur ini, jika ditemukan adanya
tanda – tanda korban Curigai mengalami cedera cervical/ leher seperti :
Breathing
Pemeriksaan breathing dilakukan setelah memeriksa airway.
Sebelum pembahasan lebih lanjut, penting untuk mengetahui perbedaan
pengertian kematian klinik dan kematian biologic. Seseorang dikataka
meninggal secara klinik ketika pernapasan dan denyut jantungnya
berhenti. Sedangkan jika seseorang tidak bernapas dan jantung tidak
memompa darah yang teroksigenasi, perubahan letak dalam otak dimulai
dalam waktu 4 – 6 menit. Kematian secara biologic terjadi ketika sel – sel
otak mulai mati. Biasanya 10 menit setelah jantung berhenti berdenyut
maka sel – sel otak mulai mengalami kematian sehingga adapat diambil
kesimpulan bahwa kematian klinik dapat dipulihkan ( reversible )
sedangkan kematian biologik bersifat irreversible.
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu
keadaan yanh disebut hipoksia. Hipoksia ini oleh orang awan biasanya
dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak
napas pada keadaan ini berlangsung cepat daripada keadaan normal. Oleh
karena itu jika sesak napas iini berlangsung lama maka akan memberikan
kelelahan pada otot – otot pernapasan.
Kelelahan otot napas ini kan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa – sisa pembakaran berupa gas CO2 . kadar gas CO2
yang tinggi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan
pusat napas yang ada disana. Akibatnya akan terjadi apa yang disebut
dengan istilah henti napas.
Circulation
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga
kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2
atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu
telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jari–jari
tangan menyentuh dinding dada korban / pasien, jari–jari tangan
dapat diluruskan atau menyilang.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada
korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak
30 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1,5–2 inci
(3,8–5 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada
dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali
melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk
melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan
kompresi. (50% Duty Cycle).
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah
posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan
baik oleh 1 atau 2 penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan
kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus
permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus
berikutnya atau tidak.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan
sistolik 60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan
curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung
normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan
prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi
(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar siapapun yang mengetahui
adanya korban yang memerlukan Bantuan Hidup Dasar untuk segera ditolong
dengan cepat agar nyawanya bisa tertolong dengan cepat. Untuk menghindari
hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTRA PUSTAKA
http://oktavianarofikoh.blogspot.com/2016/08/makalah-bantuan-hidup-dasar-
bhd.html?m=1 ( dikutip pada tanggal 12 agustus 2019)
Panacea, Tim Bantuan Medis.2013. Basic Life Support: Buku Panduan / Penulis.
Jakarta : EGC.