Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah
dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila
arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab
utama gagal jantung, stroke, infak miokard, diabetes dan gagal ginjal.
Penyakit hipertensi ini diderita, tekanan darah pasien 150/90 harus dipantau
dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
(Corwin, 2009)

2.1.2 Klasifikasi
Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari
80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan
The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan
berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah:
Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite
VIII Tahun 2014
Batasan Tekanan Darah Kategori
(mmHg)
≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan
cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes

Sumber: The Joint National Commite VIII (2014).

American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran


tekanan darah menjadi:
Tabel 2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart
Association
Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
Sumber: American Heart Assosiation (2014).
2.1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan


yaitu :

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer.


Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa
faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
seperti berikut ini:

a) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga


dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan
penyakit ini
b) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun
dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
c) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan : Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.
e) Gaya hidup : merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup meningkat.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor
pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain :
a) penggunaan kontrasepsi oral.
b) coarctation aorta.
c) neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris).
d) Kehamilan.
e) peningkatan volume intravaskuler, luka bakar.
f) dan stress karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis
sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada
pembuluh darah.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita hipertensi tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi
dapat ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat terdapat edema pupil (edema pada diskus optikus) (Smeltzer dan
Bare, 2002).

Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan.


Keadaan simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah
disertai berdebar–debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten.
Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak
nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau perut
(Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Syam, 2014). Gejala yang
muncul sakit kepala, pendarahan pada hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi saat orang menderita
hipertensi (Irianto, 2014).
Uraian :

Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut serta menyebabkan


peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi. Di antaranya adalah faktor
primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor genetik, gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol, kopi, obat – obatan, asupan garam, stress,
kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang.Sedangkan faktor sekunder
adalah kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan
pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid (Brunner &
Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013). Mekanisme yang mengontrol
kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla
di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
neropinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013). Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasonkonstriktor pembuluh
darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.Semua factor tersebut cendrung pencetus
keadaan hipertensi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).

2.1.6 Komplikasi

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang


berbahaya, seperti :

1) Payah Jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi


jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.
Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik
jantung.

2) Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke,


karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini
terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak
yang dapat berakibat kematian.

3) Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran


darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring
kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal
menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali
kedarah.

4) Kerusakan pengelihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah


di mata, sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau
buta. Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan menjadi
kabur.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan pada organ
tubuh
4) EKG untuk mengetahui hipertropi pada ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah dan glukosa
6) Pemeriksaan renogram, Pielogram Inrtravena, Arteriorgam Renal,
Pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7) Foto dada untuk menunjukkan distruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jantung
8) Hb/Ht untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengientifikasi factor resiko :
hipokoagulabilitas, anemia.
9) Bun/kreatinin untuk memberikan informasi tentang perfungsi/
fungsi ginjal.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis

1) Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi


ringan dan sebagai tindkan sportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat meliputi :

a) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi


prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan sesorang yang badannya normal.
Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight).

b) Mengurangi asupan garam didalam tubuh

Nasehat pengurangan garam harus memperhatikan


kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara
drastis akan sulit dirasakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5
gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak (Depkes, 2006).

c) Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis


dapat mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan
darah (Depkes, 2006b).

d) Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama


30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat
menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang
akhirnya mengontrol tekanan darah (Depkes, 2006b).

e) Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah


sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun
seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak jaringan endotel
pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses arterosklerosis
dan peningkatan tekanan darah.

f) Mengurangi komsumsi alkohol

Hindari komsumsi alkohol berlebihan, Laki-laki : Tidak


lebih dari 2 gelas per hari, Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari

2) Terapi dengan obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan


darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita daoat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatnnya meliputi :

a) Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air


dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung
dan tekanan darah.

b) Golongan Tiazid
Terdapat beberapa obat yang termasuk golongan
tiazid antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid,
klorotiazid dan diuretik lain yang memiliki gugus aryl-
sulfonamida. Obat golongan ini bekerja dengan
menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di tubulus
distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat
(Nafrialdi, 2009).

c) Diuretik Hemat Kalium

Amilorid, triamteren dan spironolakton merupakan


diuretik lemah. Penggunaannya terutama dalam kombinasi
dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia,

2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.3 Definisi Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup


bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam
Murwani (2008) menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari
duaindividu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing –
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang
mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili,
maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga
tersebut.
2.2.2 Tipe Keluarga

1) Tipe keluarga tradisional


1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri dananak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yangmempunyai hubungan darah,
missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah / ibu) dengan anak
(kandung / angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian / kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang
telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah).
2) Tipe keluarga non tradisional
a) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga
(dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
b) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang
terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
c) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak
yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.

2.2.3 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) antara lain :
1) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki
kekuatan, komunikasi keluarga bagi pengirim memberikan
pesan, memberikan umpan balik dan valid.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi
pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu
untuk, mengontrol, mempengaruhi atau mengubah perilaku
orang lain.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan
sosial tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga.
2.3.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, sekelompok dan
masyarakat.
Beberapa peranan yang terdapat di dalam keluarga di antaranya :
1) Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepalaa keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan anak mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.
3) Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social
dan spiritual.
2.2.5 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) dalam Murwani (2007)
sebagai berikut:
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi
internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan
interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial (Friedman, 1986).
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan
suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
keebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal
ini menjadikan permasalahn yang berujung pada
perceraian.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga.

2.2.6 Tugas Keluarga


1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah yang dialami keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau
tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap
akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakkan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan
keluarga.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang
ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,
apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga (Achajar,
2010).
2.2.7 Ciri-ciri Keluarga

Ciri keluarga Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (1979 )
dalam Setiadi (2008:3), antara lain :
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2) Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja di bentuk / di pelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu bentuk sistim tata nama (nomen clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang di bentuk oleh angota-
anggotanya yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama.
2.2.8 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Setiap tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas
perkembangan masing-masing sesuai dengan tahapannya yang harus
dipenuhi oleh setiap keluarganya.

1) Tahap 1 : Keluarga Baru


Tahap pertama sebuah keluarga dimulai pada saat seorang laki-laki
dan seorang perempuan membentuk keluarga melalui proses
perkawinan. Setelah menikah, mereka berdua mulai diakui sebagai
sebuah keluarga yang eksis di tengah kehidupan masyarakat.

2) Tahap 2 : Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama


Keluarga baru yang sudah terbentuk, akan mulai mengalami
perubahan ketika sudah terjadi kehamilan. Ada yang mulai berubah
dalam interaksi di antara suami dan istri karena hadirnya "pihak
ketiga" berupa janin yang harus dijaga dan dirawat oleh mereka
berdua.

3) Tahap 3 : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah


Tahap ketiga sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama
melewati usia 2,5 tahun, dan berakhir saat ia berusia 5 tahun. Pada
rentang waktu sekitar 2,5 tahun ini, ada hal yang spesifik pada sebuah
keluarga. Anak pertama mereka sudah mulai menjadi balita yang
mungil, imut dan lucu, dengan segala tingkah polahnya.

4) Tahap 4 : Keluarga dengan Anak-anak Sekolah


Tahap keempat dalam kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama mulai berumur 6 tahun, berakhir pada saat anak berumur 12
tahun. Anak pertama mulai masuk Sekolah Dasar, maka orangtua
harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak pada usia sekolah
tersebut.
5) Tahap 5 : Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap kelima kehidupan sebuah keluarga dimulai ketika anak
pertama mencapai umur 13 tahun, berlangsung sampai 6 atau 7 tahun
kemudian ketika anak pertama berumur 19 atau 20 tahun. Suasana
keluarga kembali berubah, karena mulai ada anak usia remaja di
antara mereka, dimana pada tahap sebelumnya belum ada. Orangtua
harus kembali belajar, bagaimana mendidik anak remaja. Pada saat
yang sama, bisa jadi mereka masih tetap harus mendidik anak-anak
lain yang masih sekolah SD dan TK.

6) Tahap 6 : Keluarga dengan Anak Dewasa


Tahap keenam dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah,
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah sehingga rumah
menjadi kosong. Maka disebut sebagai Launching Family, karena ada
peristiwa "pelepasan" anak meninggalkan rumah induk. Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada tidaknya anak yang belum
berkeluarga serta tetap tinggal bersama orangtua.

7) Tahap 7 : Keluarga Usia Pertengahan


Tahap ketujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat anak
yang terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini berakhir saat
masa pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal
dunia. Pada tahap sebelumnya, masih ada anak yang ikut bersama
orangtua, pada tahap ini sudah tidak ada lagi anak yang tinggal
bersama mereka. Semua anak sudah "meninggalkan" rumah, baik
dalam artian fisik maupun dalam artian psikologis. Anak-anak sudah
dewasa semua, sudah menikah, dan tinggal bersama keluarga barunya.

8) Tahap 8 : Keluarga Orangtua Usia Lanjut


Tahap kedelapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan
sebuah keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau
keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya
meninggal dunia.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk
memecahkan suatu masalah yang terjadi pada pasien.

2.3.1 Pengkajian

Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi terus


menerus dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi
yang dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber :
wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang
dilaporkan anggota keluarga.
1) Data umum
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan no telpon
c) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.
d) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
e) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
f) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
g) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
h) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupaka
aktivitas rekreasi.
2) Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhioleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga
dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
3) Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan momunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social
atau dukungan dari masyarakat setempat
4) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d) Nilai dan Norma Budaya
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yangberhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
persaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya.
b) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta
perilaku.
c) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian,perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatankeluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(a) Berapa juamlah anak?
(b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
(c) Metodeyang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlahanggota keluarga?
6) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
7) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enambulan.
b) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enambulan.
c) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor
d) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan/stress.
e) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan/stress.
8) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode
yang digunakan samadengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan.Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan
aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman.( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperwatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan
masalah hipertensi adalah :
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
ketidakmampuan keuarga dalam mengenal masalah
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah
3) Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawata keluarga yang sakit
5) Ketidakefektifan pola koping keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
6) Defesiensi pengetahuan ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
7) Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat keluarga yang sakit.

Tabel 3. Skala prioritas masalah


No Kriteria Bobot Skore Pembenaran
1 Sifat masalah:
a. Aktual 3 1
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah :
a. Tinggi 2 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
3 Potensial untuk dicegah
a. Mudah 3 1
b. Cukup 2
c. Tidak dapat 1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah 2
dirasakan dan
perlu segera 1
ditangani 1
b. Masalah
dirasakan 0
c. Masalah tidak
dirasakan
Total skore
Sumber : Padila, (2012)

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua kriteri
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga

2.3.3 Perencanaan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi
alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak
bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu
dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Lain
halnya menurut Padila (2012) intervensi keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, rencana
intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria
standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
rasional dan menunjukkan waktu.
2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas
koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.
Setelah implementasi dilakukan oleh perawat, perawat harus mengawasi
dan mendokumentasikan tindakan yaang dilakukan sehingga nanti bisa
dipertanggung jawabkan.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara


menilai sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1) Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan).
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)

Anda mungkin juga menyukai