Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD RA. Kartini Jepara
Pembimbing Klinik :
dr. Fenty Karuniawati, Sp. A, M.Si. Med
oleh :
Lailia Nisfa Yudhi Dina Pratiwi
30101407480
NIM : 30101407480
Pembimbing
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : An. H.
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mbangsari, Jepara
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar MA
No. RM : 005***
Riwayat Perkembangan :
Tersenyum : 2 bulan
Miring dan tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Berbicara bubling : 8 bulan
Berdiri berpegangan : 9 bulan
Berbicara 2 kata : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Anak masuk TK : 5 tahun
Anak masuk SD : 6 tahun
Anak masuk MTS : 12 tahun
Anak masuk MA : 15 tahun
Riwayat pendidikan : Selama sekolah anak tidak pernah
tinggal kelas dan dapat mengikuti pelajaran, anak bergaul dengan teman
sebayanya
Kesan : Perkembangan sesuai dengan umur, kesehatan mental baik.
Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B1 : usia 0 bulan
Hepatitis B2 dan DPT 1 : usia 2 bulan
Hepatitis B3 dan DPT 2 : usia 3 bulan
Hepatitis B4 dan DPT 3 : usia 4 bulan
Polio : usia 0,2,3,4 bulan
BCG : usia 2 bulan
Campak : usia 9 bulan
MMR : usia 15 bulan
Vaksin booster : (-)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap, imunisasi sesuai usia, imunisasi booster
tidak diberikan
Anggota Gerak
Extremitas atas (D/S) Extremitas bawah (D/S)
CRT 2 detik 2 detik
Akral dingin -/- -/-
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin,
SGOT, SGPT, Alkali Phospatse, GAMMA GT bilirubin ( direk dan
total )
HbSAg, Anti HbSAg, Anti HCV
Hasil
pemeriksaan
tanggal 8 oktober
2019 jam 11.20
Hasil Nilai normal (laki – laki)
SGOT 51 s/d 37
SGPT 250 s/d 37
GAMMA GT 195 7-30
Alkali Phospatse 390 64-306
Bilitubin total 1,28 0-1
Bilirubin direk 0,82 0-0,30
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen: 7 oktober 2019, pukul 09.00, hasil keluar
pukul 11.00
Intepretasi: hepar, pancreas, vessica felea, ginjal, pancreas dalam batas normal
VI. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD RA. Kartini Jepara dengan keluhan mual
dan muntah. 5 hari SMRS pasien mulai merasa mual dan muntah. Mual dan
muntah ini timbul mendadak. Pasien sering makan makanan dari pinggir
jalan, namun teman-temannya tidak ada keluhan serupa. Pasien mengaku
tidak pernah mengonsumsi alkohol ataupun obat-obat tertentu, dan tidak
pernah melakukan transfusi dan menyangkal menggunakan jarum suntik.
Muntah yang keluar adalah makanan yang dikonsumsi pasien dan tidak ada
darah. Pasien memuntahkan setiap makanan yang dikonsumsi. Muntah ini
timbul sekitar 3x sehari terus menerus dalam 5 hari dan satu kali muntah
sekitar ¼ gelas belimbing. Keluhan akan terasa lebih berat jika pasien makan
makanan bersantan dan keluhan akan lebih baik jika pasien tidur. Pasien
belum pergi berobat ke dokter atau mengonsumsi obat untuk mengurangi
keluhannya. Pasien masih mau makan dan minum namun setiap yang
dimakankan akan dimuntahkan. Pasien juga mengeluhkan perutnya sakit
pada bagian kanan atas. Keluhan sakit perut ini timbul 4 hari SMRS dan
timbul mendadak. Pasien merasakan perutnya menjadi agak penuh sehingga
menjadi semakin mual. Keluhan ini hilang timbul dan akan lebih mual jika
untuk makan dan lebih baik jika untuk istirahat. Pasien mengeluhkan BAK
nya bewarna lebih gelap seperti teh dan BAB nya bewarna pucat. Panas (-),
batuk (-), pilek (-) diare (-) nyeri kepala (-). Pasien merasa tidak ada perbaikan
sehingga pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD RA Kartini Jepara
Keluarga, teman-teman sekolah, dan di lingkungan tempat tinggalnya
tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Pasien memiliki
kebiasaan jajan di pinggir jalan.
Pemeriksaan fisik : kesadaran composmentis, nadi 110 x/menit reguler,
isi tegangan cukup, laju pernapasan 22 x/menit, suhu 37,2º C, tekanan darah
120/70 mmHg. BMI 19,53 kg/m². Didapatkan nyeri tekan abdomen.
Pemeriksaan lab didapatkan kelainan pada hepar (SGOT, SGPT, GAMMA
GT, Alkali phosphate, bilirubin direk dan total meningkat) dan tes hepatitis
B dan C negatif. USG abdomen dalam batas normal.
X. FOLLOW UP
Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan
Tanggal 4 Oktober 2018 5 Oktober 2018
S: Mual +, muntah +, nyeri perut
+, BAK seperti teh, BAB pucat
O: Ku baik, kesadaran Ku baik, kesadaran
composmentis composmentis
TD : 100/60 mmHg TD : 110/80 mmHg
HR : 72x/menit isi tegangan HR : 86x/menit isi tegangan
cukup cukup
RR : 20x/mnt RR : 20x/mnt
T : 36,8 T : 36,8
Sklera ikterik (+/+) Sklera ikterik (+/+)
Thorax : dbn Thorax : dbn
Abdomen supel, bising usus (+) Abdomen supel, bising usus (+)
normal, nyeri tekan (+) normal, nyeri tekan (+)
Extremitas : akral hangat +/+ Extremitas : akral hangat +/+
Darah rutin
Hb 14,2 gr%
Leukosit 7040 mm3
Trombosit 304000 mm3
Hematokrit 41%
Eosinofil 2
Basofil 0
Staf 0
Segmen 55
Limfosit 37
Monosit 6
SGOT 260
SGPT 727
GAMMA GT362
Alkali Phospatse584
Bilitubin total 2,62
Bilirubin direk 1,82
Albumin 3,7
HbSAg -
Anti HbSAg -
HCV -
Anti HCV -
A: Kolestasis suspect hepatitis A Kolestasis suspect hepatitis A
P: Infus tridex 20 tpm Infus tridex 20 tpm
Inj. Ondansetron 8 mg/ 8 Inj. Ondansetron 8 mg/ 8
jam jam
PO: Urdahec 1 tab/ 8jam PO: Urdahec 1 tab/ 8jam
PO: Curcuma 1 tab / 8jam PO: Curcuma 1 tab / 8jam
I. DEFINISI
Kolestasis adalah hambatan aliran empedu yang menyebabkan
terganggunya sekresi berbagai substansi yang seharusnya dieksresikan
ke duodenum, sehingga bahan-bahan tersebut tertahan di dalam hati dan
menimbulkan kerusakan hepatosit. Secara klinis terlihat kuning dan
parameter yang paling banyak serta praktis untuk digunakan adalah kadar
bilirubin direk yaitu kadar bilirubin direk serum : > 1,5 mg/dl atau 15%
dari bilirubin total yang meningkat. Bila terjadi gangguan aliran bilirubin
baik pada saluran intra maupun ekstra hepatal berakibat meningkatnya
bilirubin yang terkonjugasi dalam darah yang menimbulkan perubahan
urin yang menjadi lebih tua dan tidak ada/sedikit bilirubin yang masuk
dalam usus sehingga warna feses menjadi pucat seperti dempul.
Hambatan saluran empedu juga menyebabkan rembesan cairan empedu
dalam jaringan hati yang dapat merusak sel-sel hepatosit yang akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya sirosis bilier.
Pada pasien, terdapat sklera ikterik, warna urinnya gelap seperti teh,
BAB nya bewarna seperti dempul. Saat dilakukan pemeriksaan awal,
bilirubin totalnya 2,62 mg% dan bilirubin totalnya 1,82 mg %.
II. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi anatominya kolestasis dapat dibagi menjadi 2
yaitu: kolestasis intrahepatik dan kolestasis ekstrahepatik.
a. Kolestasis intrahepatik
Kolestasis intrahepatik bisa juga disebut dengan kolestasis
hepatoseluler. Kolestasis intrahepatik merupakan 68% dari kasus
kolestasis. Kolestasis intrahepatik terjadi karena kelainan pada hepatosit
atau elemen duktus biliaris intrahepatik. Hal ini mengakibatkan
terjadinya akumulasi, retensi serta regurgitasi bahan-bahan yang
merupakan komponen empedu seperti bilirubin, asam empedu serta
kolesterol ke dalam plasma, dan selanjutnya pada pemeriksaan
histopatologis akan ditemukan penumpukan empedu di dalam sel hati
dan sistem biliaris di dalam hati (Bisanto, 2011; Ermaya, 2014).
b. Kolestasis ekstrahepatik
Kolestasis ekstrahepatik merupakan 32% dari kasus kolestasis dan
sebagian besar adalah atresia bilier. Kolestasis ekstrahepatik terdapat
penyumbatan atau obstruksi saluran empedu ekstrahepatik. Penyebab
utama kolestasis tipe ini adalah proses imunologis, infeksi virus
terutama Cytomegalo virus, Reo virus tipe 3, asam empedu yang toksik,
iskemia dan kelainan genetik. Akibat dari penyebab tersebut maka akan
terbentuk kelainan berupa nekroinflamasi, yang pada akhirnya
menyebabkan kerusakan dan pembuntuan saluran empedu
ekstrahepatik (Arief, 2012; Ermaya, 2014).
Atresia bilier merupakan salah satu contoh kolestasis ekstrahepatik
dan merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Deteksi dini
kolestasis ekstrahepatik yang disebabkan oleh atresia bilier merupakan
langkah yang sangat penting, karena metode pengobatan untuk atresia
biler adalah dengan pembedahan hepatik-portoenterostomi yang biasa
dikenal dengan nama operasi Kasai, operasi ini kurang efektif apabila
umur pasien sudah lebih dari 2 bulan (Lee dkk., 2010).
Sedangkan Berdasarkan penyebabnya, ikterus dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu:
1. IKTERUS PRE-HEPATIK
3. IKTERUS POST-HEPATIK
IV. PATOFISIOLOGI
V. MANIFESTASI KLINIK
VI. DIAGNOSIS
VII. TATALAKSANA
I. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hepatitis A yaitu diantaranya Hepatitis virus
kolestasis dan hepatitis virus fulminan. Hepatitis virus kolestasis ditandai oleh
kolestasis intrahepatik hebat, dengan ikterus berat, bilirubin dalam urine, dan
tidak didapatkan urobilinogen di dalam urine dan tinja. Hepatitis virus
fulminan ditandai oleh kegagalan hati akut yang terkait dengan nekrosis masif
dan submasif sel hati, ini adalah suatu komplikasi yang jarang namun parah
di mana 50% pasien dengan kondisi ini memerlukan transplantasi hati
langsung untuk menghindari kematian. Hepatitis fulminan A juga bisa
menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan
organ multiple.
Pada kasus ini tidak terjadi komplikasi hepatitis A
II. PROGNOSIS
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien
dengan hepatitis A infeksi sembuh sendiri. Komplikasi akibat Hepatitis A
hampir tidak ada kecuali pada para lansia atau seseorang yang memang sudah
mengidap penyakit hati kronis atau sirosis. Hanya 0,1% pasien berkembang
menjadi nekrosis hepatik akut fatal.
Pada kasus ini prognosis bonam, karena pasien masih remaja
(imunitas dan regenerasi sel masih bagus)
2. Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.Jakarta:
EGC, 2000
4. Silverman A and Sokol R.S: Liver and Pancreas in Current Pediatric Diagnosis and
Treatment 12th. Lange Medical Book 2003. H. 582-9.
8. World Health Organization. The global prevalence of hepatitis A virus infection and
susceptibility: a systematic review.
1.