Paparan merokok pada masa prenatal berkaitan dengan banyak efek yang
membahayakan terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (1). Pada
beberapa tahun terakhir, telah terdapat kekhawatiran mengenai konsekuensi
perilaku jangka panjang yang serius yang disebabkan oleh pengaruh paparan
merokok pada masa prenatal. Beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan
risiko masalah-masalah di bidang perhatian dan masalah psikiatri lainnya setelah
paparan merokok di masa prenatal (2 – 6). Morbiditas psikiatri didasarkan pada
gejala-gejala yang dinilai oleh anak, orang tua, atau guru (3,4) atau berdasarkan
diagnosis di layanan rumah sakit (5,6). Kami telah membuktikan bahwa
penggunaan layanan rumah sakit untuk penyakit psikiatri meningkat pada anak-
anak kecil yang terpapar dengan rokok pada prenatal (5). Namun, penelitian kami
sebelumnya hanya memasukkan diagnosis dari layanan rumah sakit, dan, oleh
karenanya, tidak termasuk masalah psikiatri yang lebih ringan yang diobati
dengan obat dari layanan primer.
Telah terdapat peningkatan kecenderungan penggunaan obat-obat
psikotropika juga diantara anak-anak (7-9). Resep antidepresan pada anak-anak
yang berusia dibawah 18 tahun meningkat sebesar 150% di Amerika Serikat
diantara tahun 1997 dan 2002 (8). Obat psikotropika yang paling sering
diresepkan adalah stimulan, ansiolitik, dan antidepresan (7,9), yang mana
ansiolitik dan antidepresan diresepkan terutama di layanan kesehatan primer.
Menurut pengetahuan kami, tidak terdapat penelitian epidemiologi besar yang
telah meneliti hubungan paparan merokok prenatal terhadap penggunaan obat-
obatan psikotropika pada remaja dini. Yang menarik perhatian adalah apakah
anak-anak yang terpapar dengan merokok pada masa prenatal menggunakan lebih
banyak obat psikotropika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar,
karena obat dapat digunakan sebagai pengganti dalam menilai morbiditas psikiatri
yang mencakupi semua orang yang dirawat di rumah sakit atau layanan primer.
Penelitian kami ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara paparan
merokok prenatal dan penggunaan obat psikotropika kumulatif pada anak selama
periode 13 tahun untuk juga mencakup penyakit psikiatri yang lebih ringan yang
diobati diluar layanan rumah sakit. Hipotesis kami adalah bahwa paparan
merokok prenatal mengganggu perkembangan otak janin dan oleh karena itu,
meningkatkan morbiditas psikiatri yang menyebabkan peningkatan risiko untuk
penggunaan obat-obat psikitropika.
Analisis statistik
Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
yang tersedia secara komersial (SAS, versi 9.1; SAS institute, Inc, Cary, Carolina
Utara). Perbedaan hasil dievaluasi dengan menggunakan interval kepercayaan
95%. Interval kepercayaan yang tidak bertumpang tindih dianggap signifikan.
Analisis regresi logistik digunakan untuk membandingkan insidensi obat
psikotropika apapun, obat psikotropika menurut kelompok obat, dan keberlanjutan
penggunaan obat, obat tunggal dan obat multipel, dan baik itu penggunaan obat
psikotropika maupun diagnosis psikiatri. Analisis disesuaikan menurut faktor-
faktor perancu berikut: jenis kelamin anak, usia kehamilan, berat badan lahir, skor
Apgar pada 5 menit, serta usia ibu, paritas, dan morbiditas psikiatri sebelum
kelahiran anak.
Memiliki ibu yang berusia remaja, prematuritas, dan berat badan lahir
rendah telah terbukti merupakan risiko untuk peningkatan masalah psikiatri
selanjutnya pada masa kanak dan remaja. Oleh karena itu, kami menganalisis
populasi berisiko rendah berikut secara terpisah: 1) mengeksklusikan anak-anak
yang terlahir dari ibu yang berusia kurang dari 20 tahun, 2) mengeksklusikan
anak-anak yang terlahir secara prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu),
dan 3) mengesklusikan anak-anak dengan berat badan lahir rendah (kurang dari
2500 gram) dengan menggunakan analisis regresi logistik. Selain itu, kami
menilai tumpang tindih diantara mereka yang menggunakan perawatan rumah
sakit psikiatri dan menggunakan obat psikotropika dengan perhatian khusus pada
anak-anak yang menggunakan obat tanpa diagnosis dari layanan rumah sakit
khusus.
Hasil
Karakteristik kelompok penelitian menurut paparan disajikan dalam tabel 1.
Sejumlah 84.7% (n =144.299) anak-anak tidak terpapar dan 15.3% (n = 26.083)
anak-anak terpapar dengan merokok prenatal. Dari anak-anak yang terpapar,
34.0% (n = 8.869) terpapar dengan lebih dari 10 rokok per hari selama kehamilan.
Obat psikotropika
Sebanyak 8.9% (n = 15.644) anak telah menggunakan obat psikotropika
selama periode follow up 13 tahun. Insidensi penggunaan obat psikotropika adalah
8.3% pada anak-anak yang tidak terpapar namun 11.3% dan 13.6% pada anak-
anak yang terpapar dengan kurang dari 10 dan lebih dari 10 rokok per hari, secara
berturut-turut. Obat psikotropika secara statistik berkaitan secara signifikan
dengan paparan merokok prenatal ketika insidensi obat telah disesuaikan menurut
faktor-faktor latar belakang yang mencakup penyakit psikiatri ibu yang berat (p <
0.001) (tabel 2). Ketika obat dianalisis menurut kelompok obat, hubungan dengan
paparan merokok prenatal ditemukan pada semua kategori obat psikotropika.
Risiko sangat meningkat pada kelompok stimulan (kelompok ATC N06B) dan
obat untuk addiksi (kelompok ATC N07B). Respon dosis yang jelas antara jumlah
paparan merokok dan obat terlihat dalam penggunaan antidepresan (kelompok
ATC N06A).
Keberlanjutan obat
Penggunaan obat psikotropika pada semua kategori konsumsi berkaitan
dengan peningkatan risiko pada anak-anak yang terpapar dengan lebih dari 10
rokok per hari dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar (tabel 3 dan
4).
Tabel 1. Infomasi mengenai Merokok pada Ibu dan Penggunaan obat psikotropika
pada anak menurut faktor-faktor latar belakang, Finlandia, 1987-2007
Tabel 2. Penggunaan obat psikotropika pada anak menurut Merokok pada Ibu,
Finlandia, 1987-2007.
Hubungan yang paling besar dengan paparan merokok prenatal adalah pada
penggunaan stimulan secara kontinyu (kelompok ATC N06B).
Pembahasan
Menurut pengetahuan kami, ini merupakan laporan pertama mengenai
hubungan antara merokok ibu selama kehamilan dan penggunaan kumulatif obat-
obat psikotropika pada keturunannya hingga masa dewasa muda. Pendekatan yang
menggunakan data farmasi ini, bukannya menggunakan data morbiditas psikiatri
terkait rumah sakit (5), memberikan kita suatu kelompok target baru (yaitu,
pasien-pasien yang menggunakan obat-obat psikotropika namun tidak
mendapatkan pengobatan psikiatri di rumah sakit).
Populasi yang diobati dengan obat psikotropika di lingkungan layanan primer ini
sebagian besar terdiri atas pasien-pasien yang menggunana hipnotik/ansiolitik dan
antidepresan. Dari pasien-pasien ini, 29% - 44% tidak termasuk dalam register
rumah sakit. Dalam penelitian kami, paparan terhadap merokok selama kehamilan
berkaitan dengan peningkatan penggunaan obat pada semua kategori
keberlanjutan obat dan pada kelompok konsumsi obat tunggal maupun multipel.
Hal ini menunjukkan bahwa paparan merokok prenatal berkaitan dengan masalah
psikiatri baik itu ringan maupun berat.
Penelitian kami mencakup penggunaan kumulatif obat-obat psikotropika
selama periode 13 tahun, yang berkisar dari 5 – 7 tahun hingga 18 – 20 tahun.
Sebagian besar penelitian mengenai penggunaan obat psikotropika memiliki
rancangan penelitian cross sectional selama 1 atau lebih tahun yang mencakup
anak-anak pada semua usia ( 7 – 9, 13). Dalam penelitian kami, insidensi
pengobatan dengan psikotropika secara kumulatif adalah 8.9%. Penelitian-
penelitian yang menggunakan pendekatan potong lintang menghasilkan persentase
yang lebih rendah yang berkisar antara 2.0 dan 6.7% (13,14). Suatu pendekatan
kumulatif memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pola
penggunaan, dan oleh karena itu menghasilkan persentase yang lebih tinggi.
Profil konsumsi obat berbeda-beda antar negara. Dalam penelitian kami,
antidepresan dan hipnotik/ansiolitik merupakan obat yang paling sering digunakan
(6.5% dan 3.3%, secara berturut-turut). Terdapat pergeseran profil konsumsi obat
dari waktu ke waktu. Stimulan telah muncul sebagai obat psikotropika yang
paling banyak digunakan, bukannya hipnotik/ansiolitik (9.13).
Paparan merokok prenatal telah terbukti meningkatkan risiko untuk masalah
psikiatri yang berbeda (3, 5, 6, 15), meskipun hal ini sebagian besar telah
dikaitkan dengan masalah perhatian dan hiperaktivitas (5, 15, 16). Paparan
merokok berkaitan dengan peningkatan penggunaan semua kelompok obat
psikotropika yang berbeda, namun penggunaan stimulanlah yang paling
meningkat. Selain itu, penggunaan obat berkaitan dengan paparan merokok pada
semua kategori keberlanjutan obat. Paparan merokok yang lebih intensif juga
berkaitan dengan peningkatan penggunaan obat multipel.
Kemungkinan jalur etiologi untuk efek paparan merokok prenatal terhadap
perkembangan neurologi anak telah dinyatakan adalah berat badan lahir rendah
dan penurunan pertumbuhan otak intra uterin (17, 18). Efek samping merokok
terhadap janin mungkin diperantarai oleh hipoksia janin kronis (19) atau secara
langsung oleh nikotin. Pada penelitian terhadap hewan, paparan nikotin prenatal
telah terbukti memiliki efek merusak yang independen terhadap perkembangan
otak (20, 21). Efek paparan merokok prenatal terhadap perkembangan otak belum
begitu baik ditetapkan pada manusia. Bayi cukup bulan yang terpapar dengan
merokok memiliki lingkar kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang
tidak terpapar (22, 23). Selain itu, volume lobus frontalis dan serebelum, yang
penting untuk perkembangan kognitif yang normal, secara signifikan lebih kecil
pada bayi yang dilahirkan secara prematur yang terpapar dengan merokok
dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar (24). Penelitian terbaru telah
mengesankan bahwa anak-anak dengan polimofisme gen yang spesifik mungkin
lebih sensitif terhadap paparan merokok dan oleh karena itu, cenderung lebih
berkemungkinan untuk mengalami masalah perhatian di kemudian hari (25, 26).
Kemungkinan juga akan ada interaksi gen-lingkungan lainnya yang
mempengaruhi konsekuensi paparan merokok terhadap seorang individu.
Kekuatan penelitian kami mencakup kohort nasional 3 tahun terhadap
semua kelahiran tunggal tanpa anomali kongenital yang besar, yang mencakup
sebanyak 94% dari seluruh anak yang dilahirkan di Finlandia. Penelitian kami
memiliki follow up yang lengkap dari tahun 1994 ketika Drug Prescription
Register di Social Insurance Institution Finlandia didanai hingga 31 Desember
2007, ketika kohort penelitian berusia 18 – 20 tahun. Oleh karena itu, kami
memiliki data kumulatif selama periode waktu 13 tahun untuk semua subjek
penelitian. Register ini terdiri atas data mengenai tanggal distribusi dan nama obat
resep yang ditebuskan. Karena obat untuk penyakit psikiatri dapat diganti uang
pembeliannya di Finlandia, kami memiliki informasi mengenai hampir seluruh
obat-obat psikotropika. Oleh karena itu, pengobatan sendiri dengan obat yang
dijual bebas cenderung tidak mempengaruhi hasil penelitian. Kekuatan lainnya
adalah penyesuaian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor latar belakang, yang
mencakup penyakit psikiatri ibu yang membutuhkan perawatan rumah sakit yang
mencakup bagian predisposisi genetik untuk penyakit psikiatri seperti gangguan
mood berat dan psikosis.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Laporan sendiri mengenai
kegiatan merokok yang dilakukan ibu selama kehamilan diketahui bernilai kurang
dalam menilai prevalensi merokok yang sebenarnya (27). Kami tidak memiliki
informasi mengenai ibu dalam penelitian ini yang berhenti merokok sebelum atau
selama kehamilan. Namun, hanya 1 dari 10 perokok di Finlandia yang berhenti
merokok selama trimester pertama pada tahun 1990 (28). Data kami tidak
berisikan informasi mengenai dosis atau indikasi peresepan obat. Meskipun obat
yang dibeli tidak selalu digunakan, telah terbukti bahwa terdapat kesepakatan
yang mamadai untuk tujuan penelitian antara laporan sendiri mengenai
penggunaan obat dan data mengenai pembelian untuk antipsikotik dan
antidepresan (29).
Salah satu keterbatasan penelitian kami adalah kurangnya informasi
mengenai status sosioekonomi ibu. Wanita yang merokok selama kehamilan lebih
sering lebih muda, single, dan memiliki status sosioekonomi yang lebih rendah
(23, 30). Wanita ini memiliki angka kehamilan tak terencana yang lebih tinggi,
dan oleh karena itu, mereka mungkin menggunakan alkohol, obat psikiatri, dan
obat terlarang dengan lebih sering selama kehamilan dibandingkan dengan wanita
dengan kehamilan yang terencana (31). Kami melakukan analisis terpisah untuk
populasi yang berisiko rendah (misalnya, menyingkirkan ibu yang muda), yang
menunjukkan bahwa juga terdapat hubungan pada populasi yang berisiko rendah,
yang mengesankan efek langsung paparan merokok. Untuk melanjutkan merokok
dalam kehamilan mungkin karena addiksi nikotin yang kuat atau karakteristik
kepribadian, yang mungkin merupakan suatu tanda risiko genetik untuk masalah
psikiatri atau yang berkaitan dengan buruknya keterampilan pengasuhan orang tua
yang menyebabkan masalah psikiatri. Meskipun perawatan rumah sakit psikiatri
ibu sebelumnya dipertimbangkan, kami kekurngan informasi mengenai masalah
psikiatri ibu yang lebih ringan yang tidak membutuhkan perawatan rumah sakit
dan masalah psikiatri ibu selanjutnya setelah kelahiran anak. Oleh karena itu,
penelitian ini tidak disesuaikan untuk penggunaan obat psikotropika selama
kehamilan atau masalah psikiatri yang mengganggu cara pengasuhan.
Rumah tangga mungkin juga berbeda dalam suatu keadaan yang cukup
banyak antara wanita hamil yang merokok dan tidak merokok. Anak-anak
mungkin terpapar dengan lingkungan asap bekas rokok pada tahun pertama
kehidupannya, yang telah terbukti memiliki efek yang negatif terhadap kesehatan
anak (32, 33). Sayangnya, kami tidak memiliki informasi mengenai kebiasaan
merokok di rumah tangga setelah kelahiran anak. Tidak ada satupun dari kami
yang memiliki data mengenai profil psikiatri ibu. Karena suatu peraturan
mengenai kerahasiaan yang ketat, The Finnish Medical Birth Register tidak
pernah mengizinkan untuk mengumpulkan informasi mengenai ayahnya. Selain
itu, informasi mengenai penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang tidak
tersedia, meskipun wanita yang merokok dan suaminya mungkin menggunakan
lebih banyak penggunaan zat dibandingkan nonperokok.
Akan penting untuk meneliti bagaimana cara mengurangi merokok ibu
selama kehamilan. Variasi yang luas dalam prevalensi merokok selama kehamilan
diantara negara-negara dapat menghasilkan informasi mengenai tindakan
preventif. Di masa yang akan datang, penting untuk menggali faktor-faktor dalam
lingkungan sosial yang mempengaruhi merokok dan outcome anak secara lebih
dalam. Interaksi gen-lingkungan harus diteliti antara paparan merokok dan alel
genomik yang berbeda terhadap morbiditas psikiatri dan penggunaan obat
psikotropika.
Kesimpulannya, penelitian ini menemukan hubungan yang jelas dan
signifikan antara paparan merokok prenatal dan penggunaan obat psikotropika
selama masa kanak dan remaja. Hasil ini bersifat kuat pada semua kelompok obat
dan jumlah obat yang digunakan, dan hubungan ditemukan juga pada kelompok
yang berisiko rendah setelah mengesklusikan, sebagai contohnya, ibu yang
berusia remaja. Selain itu, ditemukan hubungan yang berkaitan dengan dosis.
Penelitian ini menekankan pentingnya upaya untuk mengurangi merokok selama
kehamilan.