Bentuk penerbitan EUNIKE ini diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands) info@imansejati.net
Kata Pendahuluan
Kata Pendahuluan
Kita perlu kembali pada kehidupan keluarga yang berlandaskan rasa takut akan Tuhan.
Kekacauan dalam hidup keluarga adalah karena kita lebih sibuk dengan diri kita dan lupa
melibatkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Acapkali kita mengambil keputusan
penting tanpa berdoa dan mencari kehendak Tuhan lebih dahulu. Banyak anak tidak
mengenal Tuhan dan cerita Alkitab dengan baik karena mereka tidak pernah diajak berdoa
dan membaca Alkitab di rumah. Orangtua lebih mementingkan rekreasi, jalan-jalan, makan
di restoran, dan nonton film daripada meluangkan waktu mengajarkan etika hidup kepada
anak-anaknya.
Keluarga yang menekankan kehidupan ibadah di rumahnya akan memperkuat rasa hormat
satu dengan yang lain. Saling hormat ini adalah dasar perekat yang kuat dan kokoh dalam
hidup suami-istri, sekaligus menghindarkan keluarga dari perpecahan.
"Eunike" memandang perlu mengangkat tema mengenai moral dalam kehidupan keluarga
dan mengenai bagaimana memperkenalkan Allah dalam keluarga. Selain itu ada tulisan
kesehatan yang menarik dengan topik mengenai demam berdarah. Tulisan-tulisan yang
tersaji mungkin terasa ringkas, namun diharapkan bermanfaat sebagai salah satu acuan
dalam kehidupan berkeluarga.
Kata Pendahuluan
Ada berita gembira dan ada pula rasa kehilangan kami. Segenap redaksi "Eunike"
mengucapkan selamat kepada Saudari Esther Tjahja (penanggung jawab rubrik "Sudut Anak") yang
melangsungkan pernikahan dengan Saudara Nicholas Kurniawan pada 13 Juli 2000. Tuhan
kiranya memberkati hidup pernikahan dan pelayanan Anda berdua.
Segenap pengurus "Eunike" merasakan kehilangan yang besar, karena Saudari Gumariani,
yang banyak sekali terlibat dalam pelayanan "Eunike", saat ini tidak lagi membantu di
"Eunike". Kami terkesan akan pelayanan Anda dan kiranya buah jerih lelah Anda terus
berkembang dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terima kasih atas pelayanan yang
Anda berikan dengan penuh dedikasi dan kiranya Tuhan memberkati Anda di tempat kerja
yang baru.
Ada sebuah kabar gembira bagi pembaca setia "Eunike". Buletin yang biasanya Anda
terima ini akan dikembangkan dalam format baru berupa "majalah" dan terbit perdana pada
Bulan Januari 2001. Terbitan perdana ini akan diedarkan secara cuma-cuma. Terbitan
selanjutnya akan dapat Anda peroleh di toko buku Kristen di kota Anda dengan masa terbit
tiga bulan sekali.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Ayny L. Susanto
enurut catatan salah satu survei menunjukkan bahwa anak yang ditinggal ibunya
bekerja dan berada di rumah dengan pembantu/ baby sitter terlihat lebih mandiri
daripada sepanjang hari berada di rumah bersama ibunya.
Sekalipun survei ini bisa dipercaya, sebagai keluarga Kristen kita harus memper-
timbangkan beberapa hal :
Dalam pola makan, kebiasaan tidur dan logat atau cara berbicara. Ada saat
-saat di mana anak sulit makan atau tidur. Pembantu yang tidak berdedikasi
cenderung untuk memberikan respon yang buruk untuk diterima oleh anak
yang butuh kasih dan pembentukan.
1. Pengaruh pembantu rumah tangga pada pendidikan anak
Ketidakmandirian anak ini mencakup hal-hal yang bersifat praktis secara fisik
maupun emosi. Misalnya: anak menjadi terlalu dekat atau lengket dengan
pembantu.
Anak yang cenderung terlalu dekat dengan pembantu membuat orang tua lupa dan
tidak dapat mengenal anaknya dengan baik. Perlu diingat bahwa tidak selamanya
orang tua dapat mengandalkan pembantu dan ada saatnya orang tua harus
mengenal dan mengendalikan anaknya.
Keadaan ini membuat kita "takut" kehilangan pembantu (lebih-lebih yang berrpotensi
kerja baik). Sedangkan di pihak lain sebenarnya kita mulai "stress" dan tidak nyaman
di rumah tangga sendiri dengan kehadiran mereka. Hal ini sering membuat kita
mudah emosi dan mengganggu hubungan suami istri. Berkaitan dengan hal ini,
beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah :
Keluarga yang mempunyai anak balita, membutuhkan pembantu yang mengasihi anak-
anak dan mempunyai perilaku yang tidak membahayakan jika ditiru anak.
Keluarga yang mempunyai anak remaja atau pemuda membutuhkan pembantu yang tidak
bersifat memanjakan dan menguasai (biasanya yang sudah berumur), karena anak-anak
sudah harus bisa melakukan beberapa pekerjaan di rumah.
Harus kita ingat bahwa kita tidak dapat tergantung pada mereka selamanya. Dalam waktu
tertentu harus kehilangan dan mencari yang lain. Rata-rata mereka bertahan sekitar 2 - 5
tahun atau kurang dari itu.
Jikalau anak anda mulai merasa tidak aman dengan pembantu, anda gelisah atau takut
karena beberapa hal penting yang tidak dimiliki (seperti di atas), jangan mengorbankan anak
anda. Anda harus lebih rela kehilangan pembantu tersebut daripada "kehilangan anak."
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
ebelum kita menikah, kita menyusun cita-cita setinggi langit. Kita berusaha meraih
pendidikan setinggi bintang, dan karir setinggi-tingginya. Ketika baru menikah kita
mengangankan anak-anak yang lucu dan mungil. Kita menyusun idealisme "orang tua yang
baik". Tanpa terasa konflik idealisme dan cita-cita mulai muncul. Kita mulai dihadapkan
kepada realita bahwa hidup sangatlah kompleks. Anda tidak sendiri. Ada banyak ibu-ibu
yang bergumul untuk hal ini.
Saya memiliki dua orang anak (2 tahun dan 3 tahun) dan bekerja full-time sebagai sekretaris.
Sepenuhnya kedua anak saya diasuh oleh baby-sitter. Saya hanya bertemu dengan anak
saya pada malam hari (mereka tidak tidur dengan suster), pagi hari sebelum saya berangkat
bekerja, dan week-end.
Baby-sitter yang baik bagi saya adalah yang ringan tangan, yang sopan dan tahu statusnya
sebagai ‘penolong’ dan bukan ‘pengatur’. Tapi kitapun harus memperlakukan baby-sitter
dengan baik, seperti layaknya keluarga sendiri, sehingga ia dapat memperlakukan anak kita
dengan baik juga. (LID)
Anak saya yang laki-laki mengalami sakit "hiper-pigmentasi" (separoh wajahnya berwarna
hitam dan berbulu). Sejak ia lahir saya selalu bertanya "mengapa Tuhan mengaruniakan
anak seperti ini kepada saya." Kehidupan saya lalui dengan stress dan air mata. Apalagi
saya tinggal dengan mertua. Oleh sebab itu, bekerja di kantor merupakan penyegaran dan
penghiburan untuk saya. Tapi selain itu, tujuan utama saya adalah supaya saya bisa
mengumpulkan cukup biaya untuk operasi anak saya tahun depan. Ketika dia lahir saya
sudah berjanji akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhannya. Saya sangat
berharap mujizat dari Tuhan karena saya tidak bisa bayangkan bagaimana anak usia tiga
tahun harus melalui operasi. Hati saya sangat susah kalau mengingat penderitaan anak
saya. (LK)
Saya ingin sekali berhenti bekerja dan mengasuh anak saya sendiri. Saya sangat mencintai
anak-anak dan saya tahu betul bahwa mengasuh anak sendiri jauh lebih baik daripada
memberikannya kepada orang lain. Akan tetapi hal itu tidak mungkin. Pekerjaan suami saya
sangatlah tidak stabil. Kami bahkan pernah kehabisan uang sama sekali, hanya beberapa
ratus rupiah saja. Dalam keadaan seperti ini saya harus bisa menerima keadaan saya
dengan berat hati. Saya betul-betul ingin sebanyak-banyaknya mendampingi anak saya.
Oleh sebab itu hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling menyenangkan tapi paling
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
melelahkan. Pada hari-hari itu saya asuh anak saya sepenuhnya. Di hari-hari biasapun
saya selalu menyuapi anak saya sepulang kantor, sekalipun saya lelah. (YAN)
Selama saya bekerja, anak saya diasuh oleh baby-sitter dan diawasi oleh ibu saya.
Kebetulan baby-sitter ini cukup baik, tidak suka memerintah dan mau bekerja sama dengan
saya. Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan saya. Sepulang kerja saya
selalu berusaha langsung memegang anak saya. Memang kadang-kadang saya rasanya
ingin membiarkan baby-sitter yang terus mengurus anak saya karena saya sangat lelah,
tapi saya tahu itu tidak baik. Resikonya, kadang-kadang saya tidak mempunyai waktu untuk
suami dan bahkan untuk diri sendiri. Itupun tidak baik, tapi itulah yang terbaik yang saya
bisa lakukan. Kadang-kadang saya merasa ingin makan malam hanya dengan suami, akan
tetapi demi kebersamaan dengan anak, saya biarkan dia duduk di samping saya dan ikut
makan sedikit lagi. Memang tidak selalu saya harus mengurusnya sepulang kerja. Film "Dul
anak Sekolahan" dan kegiatan bermain kadang-kadang lebih menarik daripada kehadiran
saya. Akan tetapi di waktu saya pulang ataupun Sabtu dan Minggu itulah merupakan
kesempatan saya untuk membimbing kerohanian anak saya. Tiap malam saya
menceritakan cerita dari Alkitab bergambar, kemudian berdoa bersama. Kadang-kadang
permintaan doa anak-anak sangat lucu dan saya sangat menikmati waktu bersama seperti
itu. (NAT)
Saya adalah orang yang tidak suka macam-macam, pikiran saya sederhana saja. Bagi saya
mendidik tiga anak ini saja sudah kompleks. Kalau ditambah harus bekerja, saya bisa
kebingungan. Tiap hari anak-anak harus diawasi belajarnya, mereka belum punya
kesadaran disiplin sendiri. Zaman sekarang, pengaruh buruk sering mengganggu pikiran
anak-anak, karena itu saya bikin mereka sibuk dengan banyak kegiatan (les mandarin,
berenang, piano, dan gambar). Selain harus mempersiapkan pelajaran dan ulangan
sekolah, kegiatan-kegiatan di luar sekolah tidak akan memberikan peluang bagi mereka
untuk berpikir atau melakukan yang tidak-tidak. Sudah barang tentu saya harus terus
mengawasi dan mendampingi. Memang saya harus bersabar, saat ini mereka harus
dipaksa disiplin. Tapi saya yakin suatu saat, pola disiplin itu akan menjadi bagian dalam diri
mereka. (LIL)
Saya dan suami menggembalakan jemaat kecil yang sangat menuntut. Sebagai penginjil
wanita dan istri penginjil, akhirnya saya full-time ibu rumah tangga dan full-time melayani.
Anak saya sudah mulai bisa jalan dan harus terus diawasi. Tapi saya juga harus tetap
khotbah, memimpin PA atau persekutuan. Terpaksa saya harus menerima kenyataan
bahwa saya tidak bisa mempersiapkan pelayanan sebaik dulu. Saya hanya bisa persiapan
pada saat anak dan suami sudah tidur. Di luar waktu itu sudah tidak mungkin. Waktu yang
2. Ibu full-time bekerja dan ibu full-time di rumah
paling melelahkan dan membingunkan adalah pada saat suami pergi pelayanan ke luar dan
saya harus melayani penginjil tamu. Saat yang bersamaan saya harus melayani anak, tamu
dan jemaat. Badan saya sekarang sudah kurus kering. Sukacita saya adalah pada saat
melihat bagaimana anak saya bertumbuh. (LIDW)
Hal yang paling mendorong saya dan terus memotivasi saya di tengah-tengah kesibukan
dan kejenuhan mengasuh dan mendidik anak adalah prinsip dasar yang saya pegang.
Prinsip tersebut adalah: "Tuhan memberikan anak ini untuk saya didik, sehingga saya
bertanggung jawab penuh untuk menjaga dia dari pengaruh dunia dan mendidik dia ke arah
kebenaran Firman Tuhan." Ada beberapa hal mengapa saya memilih untuk menjadi ibu
rumah tangga full-time:
Mengenai waktu doa dan baca Alkitab yang seringkali tidak bisa dilakukan seperti dulu lagi,
kadang saya harus menerima dengan sedih dan rasa bersalah. Selain menerima kenyataan
ini, saya terus juga berusaha mencari kesempatan di sela-sela kesibukan yang ada. (SUS)
Hanya anda dan Tuhan yang tahu hal yang terbaik yang
dapat anda berikan untuk anak anda. Karena itu,
dasarilah segala pergumulan anda dalam rasa takut dan
bersandar pada Tuhan Yesus. Hanya Tuhan Yesus yang
dapat menunjukkan yang terbaik dan yang unik untuk
keluarga anda. Hiduplah dalam keberanian iman. DO THE
BEST AND HE WILL DO THE REST.
3. Sekitar Pembantu Rumah Tangga
Antar Kita:
Sekitar Pembantu Rumah Tangga
aya sangat membutuhkan pembantu untuk membantu pekerjaan rumah tangga, tetapi
ada hal-hal yang kurang baik yang saya peroleh karena keberadaan pembantu. Dengan
adanya pembantu, sejak kecil saya tidak terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga. Akhirnya ketika saya sudah menjadi ibu rumah tangga saya mengalami kesulitan.
Sekarangpun saya berpikir bagaimana mendidik anak saya supaya lebih mandiri dan tidak
tergantung kepada pembantu. (E-Jkt)
Pertama kali saya ,mempunyai pembantu, saya memperlakukannya dengan sangat baik
seperti dengan saudara sendiri. Tapi saya tidak sadar bahwa sebenarnya saya harus
memberi batasan-batasan tertentu. Ketidakbujaksanaan saya berakibat buruk. Dia tidak
bisa lagi membedakan batasan pembantu dan majikan. Kadang-kadang tingkah lakunya
membuat saya kewalahan. Segala gerak-gerik saya ditirunya, segala yang saya pakai ingin
juga di pakainya, teman-teman saya juga diperlakukan sebagai temannya. Saya betul-betul
terkejut dengan akibat kebaikan yang berlebihan itu. (S - Jkt)
Dulu saya mempunyai pembantu tua yang sangat terampil. ‘sense of belongingnya’ sangat
tinggi, sehingga kami tidak pernah khawatir dengan segala benda yang kami percayakan.
Dia adalah pekerja keras dan betul-betul profesional. Tapi setelah bekerja sekian lama,
kontrol rumah tangga diambil alih. Konflik terjadi. Hubungan dengan suami terganggu
dengan ketidaknyamanan ini. Perkataannya mulai terasa lebih kasar dan tidak pantas
didengar anak kecil. Akhirnya dengan berat hati saya biarkan ia pergi. Semula saya merasa
sangat berat hati… maklum sulit mencari pembantu yang kerjanya baik. Tetapi setelah anak
mulai besar saya bersyukur. Apakah artinya rumah bersih jika hubungan dengan suami dan
anak terganggu. Anak saya sekarang biasa bertumbuh di lingkungan yang nyaman, sehat
dan penuh sukacita. (Y - Jkt)
Karena anugerah Tuhan, pembantu saya menerima Kristus dan dibaptis. Sejak itu, saya
harus menjelaskan posisinya sebagai saudara seiman dan sebagai pembantu. Saya
menegaskan padanya bahwa ia adalah saudara seiman. Tapi sebagai seorang Kristen,
diapun mempunyai tanggung jawab kepada majikan sebagaimana Alkitab ajarkan. Dengan
demikian hubungan kami tetap sehat. (R-Jkt)
4. Ibu mudah
Temple Bailey
eorang ibu muda melangkahkah kakinya di atas jalan hidupnya."Apakah jalan ini
panjang?", ia bertanya.
Pemandu jalan menjawab: "Ya!, dan jalan ini sulit. Kamu akan menjadi tua sebelum
mencapai akhir dari perjalanan ini. Tetapi, akhir dari jalan ini jauh lebih baik daripada awal
dari jalan ini."Tapi ibu muda ini berbahagia, dan ia tidak akan percaya bahwa segala
sesuatu akan lebih baik daripada tahun-tahun yang sudah dilewatinya. Maka, ia bermain
dengan anak-anaknya, mengumpulkan bunga-bunga sepanjang jalan, memandikan mereka
dengan air sungai yang jernih, dan sinar matahari menyiramkan kehangatannya ke atas
mereka … hidup begitu indah, dan ibu muda ini berteriak,"Tidak ada suatupun yang jauh
lebih indah daripada hal ini." Maka malampun tiba, badai datang, jalan menjadi gelap, dan
anak-anak mulai ketakutan serta kedinginan. Ibu muda ini menarik mereka dekat-dekat dan
menyelimuti mereka dengan mantelnya. Anak-anak berkata, "Oh Ibu, kami tidak merasa
takut, karena ibu ada di dekat kami, dan tidak akan ada apapun yang buruk yang akan
terjadi atas kami." Maka si ibu muda berkata dalam hati, "Hal ini jauh lebih baik daripada
terangnya tengah hari, karena aku sudah mengajarkan anak-anakku keberanian."
Maka pagipun menjelang, di depan mereka menjulang bukit, dan anak-anak mendaki dan
mulai kelelahan, dan si ibu juga merasa lelah, akan tetapi setiap saat ia berkata kepada
anak-anaknya, "Bersabarlah sedikit lagi dan kita akan sudah berada di puncak sana."
Maka anak-anak terus mendaki, dan mereka mencapai puncak bukit, serta berkata,
"Kami tidak akan mungkin dapat melakukan hal ini tanpa dirimu, ibu."
Maka, ketika ibu muda ini membaringkan diri di malam hari, ia memandang bintang-bintang
dan berkata: "Hal ini jauh lebih baik daripada yang sebelumnya, karena anak-anakku belajar
kegigihan di dalam kesulitan. Kemarin kuberikan mereka keberanian, hari ini aku sudah
berikan mereka kekuatan." Di hari berikutnya, awan yang aneh membuat bumi gelap oleh
peperangan, kebencian, dan kejahatan, dan anak-anak mulai tertatih-tatih dan tersandung,
si ibu muda berkata: "Lihatlah ke atas. Angkat matamu memandang Sinar."
Maka anak-anak melihat di atas awan tebal terpancar sinar kemuliaan yang kekal, dan sinar
itulah yang membimbing mereka melewati kegelapan. Dan malam itu si ibu muda berkata:
"Hari ini adalah hari yang terbaik dari seluruh hari, karena saya telah menunjukkan Allah
kepada anak-anakku."
Dan hari demi hari terus berlalu, minggu demi minggu, dan bulan, dan tahun, si ibu mulai
tua dan mulai mengecil dan membungkuk. Tapi anak-anaknya menjadi tinggi dan kuat, dan
mereka berjalan dengan keberanian. Ketika mereka berjalan di jalan sulit, mereka
menolong ibunya. Ketika jalan sangat kasar bergelombang, mereka mengangkat ibunya
4. Ibu mudah
karena ibu mereka sudah sedemikian ringan seperti bulu, dan akhirnya mereka sampai ke
bukit dan di atas bukit mereka dapat melihat jalan yang di ujungnya terdapat gerbang emas
dengan pintu yang terbuka lebar. Dan si ibu berkata:
"Saya sudah tiba di akhir perjalanan saya. Sekarang saya tahu bahwa akhir dari perjalanan
ini benar-benar jauh lebih baik dari awalnya karena anak-anakku kini dapat berjalan sendiri,
dan mereka dapat mewariskannya kepada anak-anak mereka."
Dan anak-anak berkata:
"Ibu akan selalu berjalan dengan kami, bahkan setelah ibu melewati gerbang itu."
Dan mereka berdiri serta memandang ibu mereka berjalan sendiri mendekati gerbang.
Setelah si ibu sudah tidak terlihat lagi, mereka berkata:
"Kami tidak dapat melihat dia, akan tetapi dia tetap bersama dengan kami. Seorang ibu
seperti ibu kami lebih dari sekedar memori. Dia selalu hadir dan selalu hidup."
(Kejadian 4:1-8)
alau kita membuat kue bolu, dalam waktu satu jam lebih kita sudah tahu kue bole kita
berhasil atau gagal. Kalau rasanya pahit atau kuenya tidak naik, kita tahu bahwa kita
sudah mengalami kegagalan. Bagaimana dalam pendidikan anak? Apa kriteria berhasil?
Apa kriteria gagal?
Dalam membicarakan masalah remaja, kita mengenal istilah ‘peer-group’ dan ‘peer-
presure’. Suatu tekanan yang tidak kelihatan, tetapi nyata. ‘Peer presure’ merupakan
tekanan yang memaksa seseorang untuk berbuat sesuai dengan teman-teman sebaya dan
lingkungan sekelilingnya. Tekanan ini bisa dalam hal prestasi di sekolah, gelar yang sama
tingginya, penghasilan yang sama banyaknya, hidup yang sama majunya, pakaian yang
sama mutunya, pengetahuan yang sama dalamnya. Kadang-kadang hal ini bisa positip
mendorong untuk bertindak yang baik, tetapi seringkali lebih banyak nilai negatipnya.
Orang tua Kristen juga mengalami ‘peer pressure’ ini, sama seperti remaja. Tekanan
tersebut adalah: "mempunyai anak Kristen yang sempurna." Suatu pandangan yang
diterima secara luas bahwa kalau anda tidak dapat mendidik anak menjadi anak yang sehat
secara emosi, penuh semangat pelayanan, tahu menghargai nilai seni yang tinggi, maka
anda telah gagal sebagai orang tua Kristen.
Karena itu orang tua bersedia mengorbankan segalanya, bahkan hubungan dengan
pasangan dan pertumbuhan rohani diri sendiri untuk pendidikan anak-anaknya.
Dalam Efesus 5 dan 6 kita melihat orang Kristen harus hidup beribadah kepada Tuhan,
harus makin menjadi serupa dengan Kristus, harus dewasa dalam karakter Kristiani, harus
setia dalam kehidupan dan kesaksian, dan akhirnya harus melaksanakan kehidupan
keluarga dan mendidik anak dalam ajaran serta nasihat Tuhan.
Kita mengasihi anak-anak kita dan mau memberikan yang terbaik bagi mereka baik dalam
pembentukan kepribadian maupun kerohanian mereka. Tetapi kalau kita menempatkan
mereka sebagai nomor satu, bagaimanapun mulianya motivasi kita, kita kurang menghargai
Tuhan dan menimbulkan persoalan bagi kita dan bagi anak-anak.
5. Pengalaman kalau salah dalam mendidik anak
Karena itu, "membuat anak Kristen yang sempurna" atau menciptakan orang suci kecil,
bukanlah tujuan kita. Kedewasaan Kristen membutuhkan pergumulan dan pertumbuhan.
Akan ada masa-masa di mana anak-anak bersikap seperti orang yang belum pernah diajar.
Kadang-kadang mereka begitu sulit, menyebalkan dan menyusahkan. Itu adalah bagian
dari pertumbuhan. Mengharapkan kesempurnaan hanya menimbulkan ketakutan dan rasa
bersalah pada orang tua. Anak-anakpun akan mengalami ketakutan serta tekanan/stress
yang tidak perlu.
Mungkinkah kita berusaha mendidik anak kita menjadi anak Kristen yang sempurna bukan
untuk kepentingan anak itu sendiri tetapi untuk kebanggaan orang tua? Mungkinkah kita
mendidik mereka baik-baik untuk mendapat balasan kasih dari mereka? Mungkinkah kita
curahkan seluruh perhatian kita karena kita lebih haus akan cinta kasih mereka daripada
cinta kasih Allah? Dikasihi anak-anak adalah sukacita yang paling dalam di kehidupan ini.
Semua orang tua menginginkannya. Tetapi menempatkannya di atas kasih Allah adalah
kesalahan prioritas.
Marilah kita mengasihi anak-anak kita dengan sepenuh hati kita. Itu adalah hak mereka.
Mereka tak perlu mencapai standar tertentu untuk kita kasihi.
Kita harus terus mengingat untuk tidak menuntut mereka berlebihan. Jangan menekan
mereka untuk menjadi "anak Kristen yang sempurna ". Seperti juga kita, mereka adalah
manusia yang berdoa. Biarlah kasih kita kepada anak-anak dicurahkan dengan penuh
disiplin, menyeluruh dan bebas. Berilah anak-anak anda dasar yang kuat untuk kehidupan
Kristen yang utuh, dampingi dalam jatuh bangun dan pergumulannya sebagai realitas
kehidupan. Biarlah mereka ikut mengalami pergumulan jatuh bangun kehidupan rohani
orang tuanya sebagai hal yang nyata sehingga mereka bisa bertumbuh dalam kedewasaan
iman pribadi yang kokoh. Dan Biarlah mereka mengalami kebahagiaan dan kedamaian
yang juga dialami oleh orang tua yang senantiasa berusaha hidup dalam Tuhan.
PENGALAMAN PEMBACA
eberapa tahun terakhir ini muncul satu gerakan baru di tengah umat Kristen Amerika
yang disebut The Promise Keepers (Pemegang Janji). Gerakan yang makin populer ini
sebenarnya adalah suatu pelayanan yang khusus ditujukan untuk kaum Adam. Salah satu
buah dari gerakan ini adalah bertambahnya kesadaran pria untuk menjadi suami dan ayah
sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sebagai salah seorang anggota kaum Adam, saya
turut bersukacita dan menyambut pelayanan yang memang sudah waktunya ini, bak buah
yang sudah lama masak menantikan untuk dipetik. Saya pun bermimpi, kapankah gerakan
seperti ini muncul di Indonesia. Saya mengakui bahwa ada beberapa konsep tentang
kewajiban suami dan ayah yang telah begitu mengakar namun sesungguhnya konsep-
konsep itu lebih bersumber pada nilai-nilai sosial-budaya, daripada Alkitab sendiri.
Bertolak dari pikiran di atas ini, ada satu peristiwa yang akhirnya membukakan pemahaman
saya akan salah satu tugas ayah. Firman Tuhan yang mencelikkan mata saya ini terambil
dari Kejadian 1:26 yang berbunyi, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita………". Peristiwa tersebut adalah ketika saya mendisiplin salah satu anak
saya. Kira-kira beginilah ceritanya:
Siang itu pundak dan leher saya nyeri dan kaku, kemungkinan akibat pada malam
sebelumnya saya duduk di dekat A/C yang kebetulan lumayan dingin. Dalam keadaan yang
tidak nyaman tersebut, dua anak kami berkelahi gara-gara yang satu ingin memandikan
kelinci peliharaan kakaknya sedangkan si kakak menolak untuk membasahi kelincinya.
Pada awalnya saya mendiamkan pertikaian itu dengan harapan, entah bagaimana, mereka
akan bisa menyelesaikan konflik tersebut. Ternyata harapan saya meleset; suara si kakak
makin bertambah keras melarang adiknya memandikan kelinci peliharaannya karena si adik
semakin memaksakan kehendaknya.
Tiba-tiba darah saya naik ke ubun-ubun dan saya segera keluar kamar. Dengan suara
keras saya perintahkan si adik untuk menghentikan perbuatannya. Namun yang terjadi
sebaliknya, ia malah berusaha memegang kelinci tersebut. Dengan bergegas saya
mendekati mereka dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tetapi belum sempat si adik
menjelaskan masalahnya kepada saya, secara tiba-tiba saya langsung memukul pantatnya.
Tidak puas dengan hukuman itu, saya lalu mendorongnya beberapa kali secara kasar,
seraya memarahinya dengan keras. Dia lari ke kamar sambil menangis terisak-
isak……..dan saya pun menyesali perbuatan kasar yang tidak perlu saya lakukan itu.
6. Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya
Sekarang ini, tatkala saya sedang menulis peristiwa itu, hati saya masih diamuk oleh
penyesalan yang dalam. Satu hal saya bermaksud untuk mendisiplin anak; tapi hal yang
lain yang telah terjadi adalah bahwa saya telah menghina anak. Biasanya saya memberikan
peringatan terlebih dahulu sebelum memberikan disiplin. Kali itu tanpa peringatan saya
langsung memukulnya. Biasanya saya menanyakan duduk perkaranya sebelum
memutuskan sanksi apa yang harus saya berikan; saat itu saya langsung memukulnya.
Biasanya saya hanya memukul pantatnya, siang itu saya mendorong-dorongnya dengan
kasar. Yang lebih serius lagi, kali itu bukanlah untuk pertama kali saya memperlakukannya
dengan kasar. Itu adalah yang ketiga kalinya!
Setelah meminta maaf kepadanya, saya berjanji bahwa saya tidak akan memperlakukannya
secara kasar lagi. Saya berjanji bahwa saya hanya akan memukul pantatnya saja sebagai
upaya saya mendisiplinnya. Tidak lebih dari itu. Janji yang tidak pernah saya lontarkan
sebelumnya namun saya tahu bahwa saya harus mengutarakannya agar lebih mengikat
saya di masa mendatang.
Peristiwa itu menyadarkan saya, atau lebih tepat lagi membuktikan, bahwa pada dasarnya
saya adalah seorang pria yang kasar dan bahwa kekasaran ini sewaktu-waktu bisa muncul
tanpa kendali. Saya prihatin dengan kelemahan saya ini sebab saya yakin bahwa kalau
saya meneruskan perbuatan saya ini maka anak kami itu pun akan mewarisi kekasaran
saya ini. Sudah tentu secara rasional ia membenci kekasaran saya namun tanpa
disadarinya ada dua hal yang mulai terjadi dalam dirinya. Pertama, kebenciannya itu akan
makin menggunung dan gunung kebencian merupakan volkano kemarahan yang sewaktu-
waktu meledak dalam bentuk kekasaran. Kedua, model disiplin yang ia terima dari saya ini,
akan menjadi contoh hidup baginya bagaimana mendisiplin anaknya nanti. Model seperti ini
akan dipakukan makin dalam pada benaknya setiap kali saya memperlakukannya dengan
kasar. Alhasil, saya akan mewariskan kepadanya suatu tradisi mendisiplin anak yang bukan
saja tidak terpuji, tetapi juga yang destruktif.
Peristiwa ini mengingatkan saya mengenai kaitan tugas seorang Ayah di dalam Firman
yang mengatakan: "Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita.
Sebagai pencipta, Tuhan mewariskan kepada ciptaan-Nya gambar pribadi-Nya. Gambar di
sini tidaklah sama sekali mengacu kepada lukisan mati. Bagaimana mungkin, sebab Allah
adalah roh dan tidak berbentuk. Sebaliknya, gambar dan rupa Allah mempunyai makna
kemiripan dengan Allah secara pribadi (bukan berarti kita adalah Allah!). Pada intinya, sifat
dan ciri-Nya diwariskan ke manusia ciptaan-Nya. Begitu erat hubungan antara Pencipta dan
ciptaan-Nya. Demikian pulalah hubungan antara ayah dan anaknya! Bukan saja ayah
mewariskan segudang kesamaan biologis, ayah juga berpotensi untuk memberi model
sikap pada anak. Jika saya senantiasa bersikap kasar kepada anak saya, apa yang akan
6. Tugas ayah – Sebagaimana apa adanya
paling banyak saya wariskan kepada anak saya? Diri kita, sebagaimana apa adanya.
Kesimpulannya, tugas ayah yang hakiki adalah menjadi dirinya sendiri, namun hendaklah
kita menjadi diri kita yang terbaik. Diri kitalah – sifat, sikap, dan tingkah laku – yang akan
kita wariskan kepada anak kita. Dan saya percaya, harta warisan termahal yang kita dapat
tinggalkan buat anak kita adalah diri yang rohani—diri yang dihuni dan dipimpin oleh Allah.
Maukah Saudara menjadi ayah yang rohani?membekali anaknya dengan selubung
kesamaan sifat, sikap, dan tingkah laku. Dan ini yang penting: Pewarisan sifat, sikap, dan
tingkah laku terjadi setiap saat, baik yang dilakukan secara terencana, maupun tidak
terencana; namun yang terbanyak adalah yang diperbuat secara tidak terencana.
7. Bagaimana menjadi ayah ?
eseorang yang telah menyandang identitas sebagai ayah belum tentu telah
berperan sebagai ayah.
Ayah A:
Istri saya mengeluh bahwa saya selalu memberikan apa yang anak-anak mau, sehingga
anak-anak lebih sayang papa daripada mama. Bagaimana tidak? Saya jarang sekali
bertemu dengan anak-anak. Sudah barang tentu setiap kali bertemu mereka, saya ingin
menyenangkan mereka.
Ibu B:
Saya hanya mengharap sedikit pengertian dari suami. Mestinya dia ada rasa terima kasih
sedikit. Saya bekerja untuk mendukung keuangan keluarga, berarti untuk menopang dia.
Tapi, giliran urusan anak, sedikitpun dia tidak mau ikut campur. Bagaimana saya tidak
kewalahan? Seharusnya pendidikan untuk menjadi orang tua bukan hanya untuk ibu, tapi
khususnya untuk ayah.
Istri C:
Begini nasib jadi ibu. Kalau jadi ayah, hanya tahu main dan rekreasi dengan anak. Giliran
ganti pampers, anak nangis, pokoknya yang susah-susah……. "Ma….. si kecil ngompol,
ma…. Si kecil ngantuk" Ingin sekali barang satu hari cuti sejenak. Tapi, mana mungkin?
Anak saya bisa tidak makan satu harian.
Ayah D:
Istri saya terlalu hati-hati dan kurang percaya pada suami. Saya sebenarnya mau
mengasuh si kecil sekali-sekali. Tapi baru saja saya berbuat sesuatu yang berbeda, dia
sudah teriak: "Eeeee pa, jangan digitu’in dong..! eeee…. Awas keseleo" Saya pikir, ayah
selalu menjadi Mr. Wrong dan ibu selalu menjadi Mrs. Right.
Anak:
Kemarin ayah pulang larut malam, tapi saya dapat merasakan dahi saya di sentuh dan ia
berkata: "Tuhan berkatilah anakku." Kemudian dia berbisik di telingaku: "Tidurlah bersama
malaikat, anakku, papa sayang kamu." (Nicholas, 1 SD)
8. Dari pembaca
Dari Pembaca
aya seorang ibu rumah tangga, Sarjana Arsitektur, dengan dua anak balita (yang putri
berusia 4 _ tahun dan yang putra berusia 13 bulan) . Saya berhenti bekerja sejak melahirkan putri
pertama karena ingin berkonsentrasi pada pendidikan anak. Sesungguhnya saya menikmati
peran tersebut, sekalipun keadaan ekonomi pas-pasan. Namun di sisi lain, saya tidak bisa
memungkiri bahwa saya kehilangan hal-hal lain yang tak kalah pentingnya. Dengan menjadi
ibu rumah tangga penuh waktu saya menjadi tidak berkembang. Bukan hanya dalam hal
yang berkaitan dengan pendidikan saya, tapi dalam banyak hal yang umumnya hanya
didapat bila kita bekerja. Akibatnya saya menjadi kurang percaya diri, khususnya bila
bertemu dengan mantan teman-teman kuliah atau sanak keluarga yang bekerja, dan yang
lebih susah lagi apabila bertemu dengan rekan-rekan kantor suami, terutama yang wanita.
Saya mengalami sukacita melihat perkembangan anak , tapi sekaligus menjadi kurang
percaya diri karena merasa tidak berkembang.
Setelah putri kami berusia 13 bulan, saya memutuskan untuk kembali bekerja. Saya
bersyukur karena pekerjaan saya sangat menarik dan kebijaksanaan pimpinan yang
memungkinkan saya pulang tiap waktu dan kelonggaran lain pada waktu anak sakit.
Saya mempekerjakan seorang pengasuh yang cukup terampil dan menyayangi anak. Saya
berusaha mengimbangi minimnya waktu dengan kualitas kebersamaan. Namun saya
mengakui bahwa kualitas saja tidak cukup. Saya berupaya sebaik mungkin untuk
memberikan yang terbaik bagi anak saya dengan banyak bertanya dan membaca, untuk
meminimalkan segala dampak negatif. Saya sangat berbahagi pada waktu itu, saya
menikmati pekerjaan saya dan peran saya sebagai ibu rumah tangga. Dalam suatu diskusi ,
suami saya mengatakan kalau lebih suka kalau saya bekerja, bukan karena keuangan yang
lebih baik, tetapi karena dampak positifnya dalam diri saya.
Kini saya kembali menjadi ibu rumah tangga penuh waktu karena situasi yang berubah.
Kami pindah ke kota kecil di mana tidak terbuka kesempatan bagi saya untuk bekerja. Tiga
bulan pertama saya down. Saya merasa diperlakukan tidak adil, oleh siapa saya tidak tahu.
Pertengkaran dengan suami kembali timbul, yang kalau dipikir secara jujur sayalah yang
memulai. Segala kekesalan saya lemparkan kepada suami. Saya iri kepada suami saya
yang memiliki kesempatan untuk terus bekerja sementara saya tidak. Tiga bulan yang berat
saya lalui dengan penuh pergumulan dan hanya oleh pertolongan Tuhanlah saya dapat
memenangkannya.
Kini sebagai ibu rumah tangga penuh waktu saya mengurus rumah tangga dengan
sukacita. Saya mendidik anak dengan segenap hati, namun tetap berusaha meng-
8. Dari pembaca
embangkan diri sebaik mungkin. Saya dan suami sepakat bahwa dengan tetap
mengutamakan pendidikan anak, saya harus semakin maju sehingga dapat berperan
sebagai penolong yang sepadan dalam segala aspek, sejalan dengan perkembangan
suami. Saya dibantu oleh seorang pengasuh dan seorang tukang cuci yang memungkinkan
saya untuk banyak belajar dan membaca koran, majalah, buku rohani dan buku
pengetahuan. Saya membuat kliping untuk dimanfaatkan bagi pendidikan ibu-ibu dalam
lingkup gereja dan Dharma Wanita. Saya juga sering menulis, umumnya untuk disimpan
dan kadang dikirim ke media cetak. Sesekali saya diminta untuk memberikan ceramah. Dan
yang paling membuat saya berbahagia adalah kesempatan untuk melayani Tuhan melalui
persekutuan siswa (sebagai pembina dan pemimpin kelompok kecil).
Akhir kata saya simpulkan, bahwa bagi saya pribadi pendidikan anak adalah prioritas
utama. Namun saya merasa harus terus mengembangkan diri dan tetap memiliki
kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain (berkarya). Entah harus secara penuh
waktu di rumah atau di kantor.
9. Aku harus berbicara kepada seseorang
Doa:
Aku kuatir, aku tidak bahagia. Aku sering merasa ada sesuatu yang kurang, tidak ada
harapan, merasa kalah, takut ……Atau lagi aku ingin berlari dengan sukacita ke jalan dan
berteriak, "Stop, dunia! Dengarkan, aku mempunyai cerita yang indah!"
Tapi tidak ada seorangpun yang berhenti untuk mendengar, di luar sana maupun di sini-sini,
di rumah tempat aku tinggal. Bahkan mereka yang sangat dekat dengan saya sangat sibuk,
sangat tenggelam dengan persoalannya masing-masing.
Mereka mengangguk-angguk ketika saya berbicara dan berusaha untuk berbagi susah, tapi
mereka tidak bisa; dan aku sudah mengetahuinya bahkan sebelum aku mulai berbicara.
Aku merasakan adanya tembok antara kami -suami dan istri, orang tua dan anak, tetangga
dan tetangga, teman dan teman.Tembok diri. Tembok kesepian. Bahkan tembok kata-kata.
Bahkan ketika kami mencoba untuk berbicara satu kepada yang lain, tembok mulai
menghalangi. Kami berpura-pura, kami menarik diri, kami membuat diri sepertinya lebih
baik dari diri kami sebenarnya. Atau kami duduk sendiri dalam penghakiman, mengkritik
bahkan ketika kami bersikap seolah-olah kami setuju.
Tapi dengan Engkau Tuhan, tidak ada tembok.Engkau, yang membuat aku, mengenal
perasaanku yang terdalam, pikiranku yang paling tersembunyi. Engkau mengenal hal yang
baik dan tersembunyi. Engkau mengenal hal yang baik dalam diriku, Engkau sudah
mengerti. Mengapa, kemudian, aku berbalik pada-Mu?Karena, ketika aku berbicara pada-
Mu kekecewaanku berkurang, sukacitaku bertambah. Aku menemukan jalan keluar atas
masalah-masalahku, atau kekuatan untuk menanggung apa yang ku perlu.
Dari kebijaksanaan-Mu yang sempurna, aku mendapatkan kebijaksanaan untuk kebutuhan
hidup saya sendiri. Terima kasih bahwa saya akan terus dapat datang pada-Mu. Aku butuh
berbicara kepada seseorang, Tuhan.
( Marjorie Holmes, A Woman’s Conversation With God " I’ve Got Talk to Somebody, God, New York Bantam
books, 1984, hal.3-4 )
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
agi beberapa ibu yang aktif dan energik, terus menerus diam di rumah merupakan
hal yang menjemukan dan bahkan terkadang membuat suasana rumah tangga
menjadi tidak sehat. Beberapa ibu memilih untuk bekerja paruh waktu. Ada beberapa
pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum kita memutuskan kerja paruh waktu :
Fleksibilitas Kerja
Jikalau anak anda masih balita, apalagi di bawah usia dua tahun, faktor ini penting sekali.
Anda sangat membutuhkan fleksibilitas kerja, karena anda tidak dapat menduga kapan
anak anda sakit. Pilihlah jenis pekerjaan yang tidak terlalu menuntut komitmen ketepatan
waktu. Beruntung jika anda memiliki perusahaan sendiri. Jika anda bekerja di kantor,
pastikan dahulu apakah bos anda adalah orang yang meletakkan nilai keluarga sebagai
prioritas penting. Jenis pekerjaan lain yang cukup fleksibel misalnya : membuka salon
kecantikan di rumah, berdagang di rumah, mengajar privat, membuat sesuatu untuk
disalurkan ke toko-toko, , menulis atau membuat karya-karya tertentu yang bisa dikerjakan
di rumah, dan lain-lain.
ibu saat ibu sedang bekerja. Paling sedikit dia dapat melihat wajah ibu atau mendengar
suara ibu ketika ibu sedang bekerja. Jika anda bekerja di luar rumah dan memutuskan
untuk membawa anak, pikirkan ruangan di mana anak anda dapat bermain atau
beristirahat. Ruangan tersebut haruslah ruangan yang cukup lapang untuk bergerak,
sirkulasi udara yang sehat, dan temperatur udara yang baik untuk anak-anak. Anda dapat
membawa kereta, play-pen, atau matras. Bawa juga mainan kesukaan anak-anak,
sehingga anak dapat melakukan kegiatan selama anda bekerja.
Jika anda bekerja paruh waktu di luar rumah, tinggalkan nomor telepon kantor, sehingga
anda dapat dihubungi kapan saja diperlukan.
Sebenarnya masalah bekerja atau tidak bekerja, paruh waktu atau penuh waktu,
memerlukan pertimbangan dalam beberapa hal :
1. Kenali Diri
Kita harus mengenali diri kita terlebih dahulu, apakah yang menjadi minat dan
panggilan kita. Percuma saja kalau kita terus di rumah, akan tetapi hati kita tidak ada di
rumah. Menjadi ibu rumah tangga tidak identik dengan menjadikan diri sebagai korban.
Sebab setiap orang yang merasa dirinya menjadi korban akan menuntut dan tidak
dapat menjadi berkat. Kita harus menempatkan pengorbanan diri pada posisi yang
benar. Jangan sampai akhirnya kita menuntut suami terlalu banyak atau melampiaskan
kebutuhan emosi kita terlalu banyak kepada anak, sehingga akhirnya anak yang
menjadi korban pemuasan diri kita. Setiap ibu mempunyai kemampuan yang berbeda.
Bukan berarti jika si A dapat membagi waktu untuk kerja dan anak, maka kitapun bisa.
Karakter dan kondisi setiap ibu unik adanya. Kalau si A bisa bekerja sampai larut
malam ketika suami dan anak tidur, kita mungkin tidak bisa seperti itu. Janganlah kita
memaksakan diri menjadi sama seperti orang lain. Gejala yang saya lihat selama ini
adalah banyak ibu-ibu yang tidak mengenal apakah yang mereka kehendaki, sehingga
mereka mengalami fustrasi. Dan apa yang dilakukan mereka akhirnya mereka lakukan
dengan rasa bersalah dan tanpa sukacita.
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
2. Kenal Anak
Menjadi ibu rumah tangga penuh waktu harus disertai dengan pengertian "siapakah
anak" bagi anda. Anak bukanlah objek, bukan pula target hidup kita. Jangan jadikan
anak sebagai idola yang mengobsesi kita. Setiap anak unik adanya. Anak pertama
berbeda dengan anak kedua, anak kedua berbeda dengan anak ketiga, demikian
seterusnya. Setiap anak unik dalam karakternya demikian juga kebutuhan dan tuntutan
serta kelemahannya. Dengan demikian setiap anak harus diperlakukan secara unik,
yang satu harus diperlakukan berbeda dari yang lainnya. Mungkin anak pertama lebih
penurut dibanding anak kedua dan ketiga. Kita harus mengenal anak secara pribadi
sejak dia masih bayi. Sehingga kita bisa mengukur diri, juga mengukur pembagian
waktu antara kerja paruh waktu dan mengurus anak. Saya tidak mengalami masalah
untuk membawa anak pertama dan kedua saya ke tempat kerja. Dengan dibantu oleh
seorang pengasuh, saya dapat mengerjakan dua tanggung jawab sekaligus. Akan
tetapi anak ketiga saya sangat keras. Dia tidak bisa diperlakukan secara lembut seperti
kedua kakaknya. Temperamennya keras sekali. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti
bekerja, Karena pada masa pemberontakannya ia membutuhkan kehadiran saya
secara intensif. Untuk mendisiplinkan anak, kita tidak mungkin mengandalkan Quality
Time. Disiplin makan, tidur dan lain-lainnya merupakan kegiatan keseharian.
3. Sosialisasi Sederajat
Untuk memelihara keseimbangan hidup, setiap ibu rumah tangga harus mempunyai
lingkungan sosialisasi sederajat. Di rumah kita hanya bersosialisasi dengan anak,
pembantu, atau pengasuh anak. Sosialisasi sederajat hanya dengan suami. Jikalau kita
tidak punya lingkungan lain selain yang ada di rumah, otomatis tuntutan kita kepada
suami akan menjadi begitu besar dan akhirnya bisa menimbulkan ketegangan dalam
rumah tangga. Anakpun bisa menjadi sasaran tumpahan kebutuhan emosi kita.
4. Faktor Pendukung
Jika kita mau bekerja paruh waktu,kita harus mempunyai faktor pendukung yang tetap.
Maksudnya jangan sampai berganti-ganti pengasuh. Dalam periode masa lekat (0-2
tahun) anak tidak bisa diasuh lebih dari dua orang. Kalau dalam periode tersebut
pengasuh berhenti bekerja, lebih baik kita pun segera berhenti bekerja dan
menumpahkan perhatian sepenuhnya untuk anak dan tidak mencari pengasuh lain.
Saya belajar hal ini melalui pengalaman dengan anak yang ketiga. Selain karena
temperamen koleriknya yang kental, saya melihat faktor ganti-ganti pengasuh
membuatnya semakin keras. Saya bahkan melihat, dalam masa pemberontakan (2-3
tahun) kerja paruh waktupun sulit. Anak memberontak setiap hari, setiap saat. Yang
mengerti dia sejak bayi, dan yang dapat mengontrol pemberontakannya hanya kita
sebagai ibu.
10. Kerja paruh waktu – Salah satu alternatif ?
Akhir kata yang terpenting bagi kita sebagai ibu adalah benar-benar mengenal
kebutuhan anak kita pribadi lepas pribadi. Kita tidak dapat menjadi ibu yang sempurna,
akan tetapi kita dapat berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak
yang unik antara satu dengan yang lain.
11. Ide cemerlang untuk ayah
1. Tulislah surat untuk anak anda yang akan lahir (atau buat dalam kaset). Nyatakan
perasaan sukacita, antisipasi, dan harapan anda terhadap anak anda dan juga
komitmen saudara sebagai ayah. Dan simpanlah surat/kaset tersebut baik-baik dan
baca/ dengarkanlah itu pada ulang tahun anak anda yang ke-duabelas tahun.
2. Buat buku perjanjian untuk makan malam bersama malam ini, dan tunjukkan pada
anggota keluarga anda rencana untuk dua minggu mendatang dan tulis menurut
tanggal yang disetujui bersama. Lalu lakukan hal yang sama dua minggu mendatang.
3. Pemikiran terakhir dalam satu hari akan teringat terus sepanjang malam. Ini adalah
alasan yang sangat baik, untuk mengatakan selamat malam dan memuji anak anda
akan sifat baik yang anda kagumi atau perilaku atau kata-katanya yang membuat anda
bangga akan anak anda.
4. Anak kecil dapat membuat suatu cerita yang sangat menarik. Tulislah cerita itu, dan
ceritakan kisah itu kepadanya. Simpan cerita-cerita itu di dalam buku yang bagus.
Maka ia akan menjadi seorang pembaca yang baik juga.
Sumber : Lewis,Paul. "The Five Key Habits of Smart Dads." Grand rapids, Michigan : Zondervan Pub.House,
1994
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
Inge Sidik
ukup banyak waktu saya jalani dalam ketidak puasan akan pemberian Tuhan.
Setelah memiliki dua orang anak perempuan, tiga tahun kemudian Tuhan meng-
anugerahkan kami seorang bayi laki-laki. Tapi sukacita tersebut tidak berlangsung lama
karena ternyata perkembangan anak kami sangat lambat. Ketika saya mengetahui bahwa
anak saya mengalami kelainan kromosom, saya merasa sangat terpukul. Dokter
mengatakan bahwa anak saya mengalami cacat mental. Sulit bagi saya untuk menerima
kenyataan ini. Tiba-tiba saya merasa sangat kesepian dan tertekan. Sekalipun saya aktif
dalam kegiatan paduan suara di gereja, tidak ada seorangpun yang datang dengan
perhatian dan penghiburan yang saya butuhkan. Sampai pada akhirnya seorang guru
sekolah minggu dari gereja lain yang dengan setia setiap hari Kamis datang ke rumah dan
mendoakan saya. Sebenarnya ia adalah guru dari anak saya yang pertama, tapi dia
mengasihi Joseph dan saya. Pada saat itulah saya dapat melihat bahwa masih ada orang
yang betul-betul menerima Joseph sebagai ciptaan Tuhan yang sama berharganya dengan
anak-anak lain. Guru sekolah ini mengatakan: "Ibu, semua rumah tangga mempunyai
salibnya sendiri untuk dipikul. Bukan ibu sendiri yang menderita, sekalipun penderitaannya
berbeda. Tuhan mengetahui kekuatan ibu dan mempercayakan Joseph pada ibu. Tuhan
mempunyai rencana-Nya sendiri untuk ibu dan Joseph." Melalui pelayanannya yang setia
saya menjadi lebih kuat.
Joseph sangat membutuhkan saya. Saya tidak boleh malu karena saya adalah satu-
satunya ibu bagi Joseph. Walaupun kadang-kadang Joseph mengungkapkan ekspresi yang
berlebihan di tempat umum, seperti menari-nari atau tertawa keras-keras. Saya tahu itu
adalah caranya sendiri untuk mengungkapkan perasaan senang. Sayapun senang melihat
anak saya bahagia.
Banyak orang tua memasukkan anaknya ke dalam asrama anak-anak cacat. Mereka
mengatakan bahwa kalau saya tidak membawanya ke asrama berarti saya tidak
mengasihinya. Tapi, saya dan suami saya melihat bahwa tempat terbaik bagi Joseph
adalah rumahnya sendiri.
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
Pertama, yang paling dibutuhkan Joseph adalah kasih sayang. Kapan saja Joseph merasa
takut, sedih, atau gelisah, saya siap untuk menolongnya. Di asrama, belum tentu Joseph
bisa mendapatkan pengasuh yang betul-betul mengasihinya dengan sepenuh hati.
Kedua, memang di asrama dia akan diajarkan bermacam ketrampilan. Akan tetapi itupun
dapat saya berikan di rumah. Bahkan saya dapat memberikan lebih dari itu. Di rumah saya
dapat melatih ketrampilan-ketrampilan yang ia butuhkan, selain saya bisa membawanya ke
Sekolah Luar Biasa. Dia bisa belajar membantu mencuci piring sekalipun seadanya, belajar
membereskan tempat tidur, dan lain-lain.
Ketiga, kalau mereka sudah terbiasa hidup di asrama, mereka akan merasa tidak betah
untuk tinggal di rumah nantinya.
Keempat, dengan merawat dan mendidiknya sendiri di rumah, saya semakin dapat melihat
keindahan dalam diri anak saya. Ternyata Joseph jauh lebih sabar dan peka akan kasih
sayang. Dia lebih dapat menunggu ketika kita sedang sibuk. Dia lebih bisa
mengekspresikan perasaan kasih kepada orang tua. Dia juga memiliki inisiatif yang baik
untuk membantu.
Kelima, usia anak-anak seperti ini tidaklah panjang, karena itu saya tidak mau menyia-
nyiakan kesempatan yang Tuhan anugerahkan untuk saya dan Joseph. Saya akan merasa
sangat menyesal jika saya tidak ada di sisinya pada saat ia sangat membutuhkan saya.
Memang tidak mudah menerima kenyataan ini. Salah satu kesulitan yang saya alami adalah
bagaimana memberikan pengertian kepada kedua kakaknya. Saya harus memberikan
pengertian kepada anak-anak saya yang lain bahwa kasih saya kepada mereka sama
besarnya dengan kasih saya kepada Joseph. Sudah barang tentu waktu dan perhatian
akan terlokasi lebih banyak untuk Joseph, itulah sebabnya mereka merasa kami lebih
mengasihi adiknya.
Peranan suami juga sangat penting. Dukungan yang selama ini saya paling butuhkan
adalah perhatian. Kita tidak boleh banyak membuang waktu dengan mempersalahkan satu
dengan yang lain. Pertanyaan "siapa yang menyebabkan anak lahir seperti ini?" memang
wajar pada awalnya. Tapi kita harus menyadari bahwa Tuhan lebih menginginkan kita
melihat ke depan daripada melihat ke belakang. Kalau suami terus mempersalahkan istri,
atau bersikap tidak peduli, yang menjadi korban adalah anak. Dengan hati yang jengkel,
tidak mungkin kita dapat memberikan kasih sayang yang sepatutnya kepada anak kita.
Apalagi untuk anak cacat mental dibutuhkan kesabaran yang lebih. Saya pikir, perhatian
yang minimal dapat diberikan oleh suami adalah menemani istri dalam proses perawatan
12. Kesaksian – Setiap anak adalah anugerah
dan pengobatan. Pada saat menunggu atau mengatasi anak yang memberontak, kehadiran
suami sangatlah menolong.
Pesan saya untuk rekan-rekan lain yang mengalami pergumulan yang sama: "Janganlah
malu terhadap anak sendiri, karena setiap anak adalah anugerah Tuhan, tak terkecuali
anak kita yang cacat mental. Kita adalah orang tua yang istimewa karena Tuhan mau
mempercayakan tugas istimewa ini kepada kita."
13. Kesaksian – Waktu anakku sakit
Itulah kata-kata yang tidak mungkin terjadi, namun kerapkali muncul dalam benak saya
tatkala menjaga anak saya sakit. Sejak usia 9 bulan hingga 3 tahun, entah berapa kali kami
ke dokter. Dan hati setiap ibu akan berat melihat anak yang sering sekali sakit. Saat itu
anak kami yang pertama berumur kurang lebih 3 tahun, seperti biasanya dia muntah-
muntah, terus batuk dan sesak napas. Malam sebelumnya, hampir-hampir air putihpun tidak
dapat masuk ke tubuhnya.
Malam berikutnya, ketika dia sedang tidur, papanya belum pulang dari pelayanan, dan
suasana sangat sepi. Yang terdengar hanya nafas berat anak saya yang berbunyi
"ngik…ngik…" dengan perut kosong yang naik turun. Dalam beberapa hari saja dia menjadi
kurus dan tidak gembira. Saya menunggu di sebelahnya sambil berdoa di dalam hati, saya
menjadi sangat letih dan sedih. Saya merasa tidak mampu lagi menghadapi saat-saat
seperti itu.
Namun di tengah-tengah saya berdoa, saya merasakan Tuhan Yesus hadir bersama saya.
Dia dengan kasih-Nya memeluk dan berkata kepada saya: "Serahkanlah kuatirmu dan
bebanmu kepada-Ku, engkau telah melakukan bagianmu, dengan mengasihi, merawat,
mendampingi dan berkisah tentang Aku. Tapi ingatlah, anakmu adalah milikKu seutuhnya,
Aku yang akan mengasihi, memelihara hidup dan jiwanya, percayalah kepada-Ku".
Air mata saya masih meleleh tetapi beban di dalam hati saya berubah menjadi damai dan
sukacita yang luar biasa. Saya belajar bahwa Tuhan Yesus mengasihi anak saya lebih
daripada saya. Dan Tuhan senang saya melakukan bagian saya.
Sebagai orang tua, bukankah jika mungkin anak kita tidak akan sakit, tidak perlu sampai
menangis, tidak perlu dihukum dan kecewa. Namun biarlah anakku menangis, jikalau
dengan demikian dia dapat belajar berjalan di dalam rencana Tuhan. Biarlah dia
kecewa, jikalau melalui itu dia bisa menyenangkan Tuhan. Biarlah dia menerima
hukuman dan disiplin, jikalau itu membuatnya membenci dosa. Biarlah dia merasa
dan melihat kepedihan, jikalau itu membuka hatinya untuk mengasihi orang lain dan
berharap kepada Tuhan. Dan biarlah dia sakit, jikalau melalui semua itu dia akan
memahami dan mengalami bahwa hanya Allahlah pemelihara jiwanya.
13. Kesaksian – Waktu anakku sakit
"Terima kasih Yesus untuk anugerah anak di dalam rumah kami, terima kasih Engkau
mengasihi mereka lebih daripada kami. Kuatkanlah hati, tangan dan kaki kami untuk
mengerjakan anugerah-Mu".
14. Merayakan Hari Natal di rumah
agaimana saya dapat meninggalkan kesan indah di hari Natal untuk anak-anak",
"Kesan dan pengalaman rohani apa yang dapat saya berikan yang sesuai dengan
dunia mereka ?", "Pendidikan Iman apa yang dapat saya berikan dalam kesempatan
Natal ini ?"
Melalui lembar ini saya mencoba memberikan beberapa ide yang dapat anda pilih untuk
dilakukan di rumah.
Menghadirkan Sinterklas
Saya tidak bisa melupakan masa-masa indah dan lucu di hari Natal. Saat
memasukkan rumput ke dalam sepatu dan meletakkannya di kolong tempat tidur.
Saat saya menengadah ke langit-langit rumah dan berkata kepada Sinterklas: "Bapak
Sinterklas, saya minta mainan dokter-dokteran." Saat pagi-pagi melongok ke kolong
ranjang dan melihat mainan dokter-dokteran sudah ada di dekat sepatu tanpa rumput
lagi. Saat-saat kecewa setelah mengetahui bahwa yang meletakkan hadiah bukannya
sinterklas tapi ibu dan kakak-kakak saya. Tapi juga saat-saat itu merupakan saat-saat
kesenangan menyelip di hati, karena mengetahui bahwa mereka memperhatikan saya
di hari Natal. Saat-saat indah dan lucu itu tidak akan terulang lagi karena saya sudah
akan menjadi seorang ibu.
Kontroversi:
Sebagai seseorang yang pernah merasakan hal itu, saya ingin mengulanginya untuk
anak saya. Tapi, sebagai seorang penginjil dan pendidik anak, saya mengakui bahwa
hal itu tidak sehat bagi kerohanian anak. Ada orang yang mengatakan: "tokh anak-
anak masih hidup di dalam imajinasinya, dan hal itu tidak ada pengaruh apa-apa
dalam hidup kerohanian anak-anak di masa mendatang." "Sama saja tokh dengan
menceritakan cerita dongeng ?" "Kasihan anak-anak kalau tidak boleh merasakan
pengalaman dengan sinterklas, padahal waktu kita kecil kitapun percaya pada
sinterklas."
Pertimbangan:
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan tentang masalah sinterklas ini:
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Pada usia yang sangat muda (Balita) anak masih berpikir secara konkrit. Segala
sesuatu dianggap benar (termasuk dongeng). Jika berbicara mengenai tikus yang
berbicara, anak akan menganggap tikus betul-betul bisa berbicara. Semakin majunya
zaman, anak-anak semakin hidup di dalam alam yang tidak konkrit (power rangers, dll.).
Masalahnya sekarang adalah, ketika kita menceritakan cerita Alkitab, mereka akan
menempatkan cerita ini dalam golongan yang sama dengan dongeng. Bahkan
mungkin mereka lebih tertarik dengan cerita-cerita dongeng daripada cerita Alkitab.
Dengan kita menghadirkan Sinterklas sebagai tokoh yang hadir "hari ni", "di sini",
tanpa kita sadari kita semakin melemahkan cerita Alkitab. Tuhan Yesus yang di dalam
kenyataannya hadir "hari ini", "di sini", digantikan dengan Sinterklas yang sebenarnya
adalah tokoh legendaris saja. Akhirnya anak dalam usianya yang muda mengenal
kebenaran yang tidak benar.
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Di dalam menghadapi permasalahan sinterklas ini kita harus bertanya: "Apakah saya
percaya bahwa anak saya yang masih kecil dapat mempunyai hubungan pribadi
dengan Tuhan ?" Pertanyaan ini sangat menentukan sikap anda menghadapi tradisi
sinterklas. Jika anda memegang prinsip bahwa dalam usia Balita anak belum mampu
untuk berhubungan dengan Tuhan; Jika anda beranggapan bahwa masa kecil hanya
merupakan masa persiapan bagi anak untuk memiliki pengertian iman di masa
dewasa, maka anda tidak akan mempermasalahkan masalah sinterklas ini.
Masalah sinterklas akan menjadi serius, jika anda memegang prinsip bahwa anda
percaya dan rindu agar anak mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan di usia
Balitanya. Sekalipun pengalaman dengan dongeng sinterklas tidak berpengaruh untuk
kehidupan iman di masa dewasa, bukankah dongeng itu sudah berpengaruh dalam
hidup iman di masa kecilnya, di hari natal tersebut ? Pada momen tersebut, pada saat
anak-anak seharusnya menikmati waktu doa kepada Tuhan Yesus, mereka menikmati
doa kepada sinterklas. Pada saat anak-anak seharusnya belajar melihat
keistimewaan bayi surga yang lahir di kandang, mereka lebih menikmati bapak tua
yang secara instan memberikan apa yang mereka inginkan. Sudah barang tentu untuk
anak-anak, keberadaan Sinterklas yang konkrit lebih mudah diterima. Akhirnya, di hari
natal, kita memfokuskan iman anak-anak pada objek yang salah.
Bagaimana sebaiknya ?
Bukankah cerita ini memang baik untuk diceritakan kepada anak-anak? Akan tetapi
sayangnya, tokoh Nikolas tidak lagi hanya sebagai tokoh teladan, akan tetapi tokoh
pemujaan bagi anak-anak. Tokoh Nikolas telah menggantikan posisi utama dari
Tuhan Yesus di hari Natal.
Kita tidak perlu ‘anti-sinterklas’. Jika ada sinterklas di mall, supermarket, dll., kita juga
bisa mengajak anak-anak ikut. Tapi, tidak untuk sekedar anak-anak mendapatkan
hadiah langsung dari tangan sinterklas, tapi untuk melihat bagaimana sinterklas
membagikan hadiah. Ketika anda dan anak anda duduk menantikan giliran, ingatkan
anak bahwa bapak itu memakai baju bapak Nikolas dan mencontoh perbuatan bapak
Nikolas. Tekankan kepada anak betapa senangnya memberi. Ajak anak melihat
bahwa bapak Nikolas sering tersenyum dan tertawa karena ia sering memberi.
Memberi adalah perbuatan yang baik yang Tuhan suka. Demikian juga para gembala
dan orang-orang majus sangat senang dan bahagia karena mereka memberikan
persembahan kepada Tuhan. Jangan lupa untuk menyeimbangkan pengalaman anak
anda ini dengan pengalaman memberikan persembahan di gereja.
Untuk Balita: "Sekarang kita mau membuat bintang. Waktu Tuhan Yesus lahir,
Bapa di Surga membuat bintang yang besar sekali supaya orang-orang tahu di
mana Yesus lahir."
Untuk anak-anak: "Kamu tahu tidak kenapa Allah Bapa membuat bintang yang
besar sekali waktu Tuhan Yesus lahir ?"
Untuk anak besar: "Waktu kamu lahir di rumah sakit, suster menuliskan kartu
di tempat tidur kamu supaya tamu yang datang bisa tahu yang mana anak
mama. Tapi waktu Tuhan Yesus lahir, tandanya hebat sekali. Bukan kartu, tapi
bintang di langit. Seluruh dunia bisa lihat. Tuhan Yesus memang sangat
istimewa. Kamu pikir hal istimewa apa lagi yang ada pada kelahiran Tuhan
Yesus ?"
Selain untuk perayaan natal di rumah, hiasan-hiasan dan kue tersebut bisa dijadikan
hadiah untuk saudara-saudara atau teman dekat di sekeliling anda. Anak akan
mempunyai pengalaman belajar "memberi di hari Natal".
Untuk anak usia 21/2 – 4 tahun, berikanlah tugas-tugas yang sederhana seperti
merobek-robek kol, meremas-remas kacang goreng supaya terlepas dari kulitnya,
mencuci kentang, atau hal-hal lain yang tidak membutuhkan alat masak selain tangan
anak sendiri. Jangan mengharapkan kesempurnaan. Tujuan anda adalah partisipasi
anak, bukanlah hasil kerja anak.Jika anda membuat kue, anak dapat membantu
menuang tepung, gula, dan bahan-bahan kering lain yang sudah ditimbang ke dalam
mangkuk dan mengaduknya.
Untuk anak 7 – 9 tahun, mereka sudah dapat membantu menata meja, dari mula
hingga akhir, memasukkan dan mengeluarkan adonan ke dan dari oven, memakai
microwave, mixer, blender, dll. Senantiasalah mengawasi pekerjaan anak.
Untuk anak 10-12 tahun, mereka sudah bisa memasak masakan sederhana dengan
menggunakan resep. Ketika anda mengerjakan masakan yang sulit berikan mereka
resep masakan sederhana. Sudah barang tentu anda harus terus mengawasi dan
siap membantu ketika mereka bertanya atau membutuhkan bantuan.
Dengan partisipasi ini, mereka akan lebih menikmati makan malam natal dengan rasa
bangga. Ketika waktu makan tiba, anda dan suami memuji hasil kerja anak dan
mengatakan bahwa apa yang dilakukan sangat berarti pada ulang tahun Tuhan
Yesus. Minta suami berdoa: "Tuhan Yesus, selamat ulang tahun. kami sekeluarga
merayakan ulang tahunMu dengan masakan istimewa yang dibuat oleh (nama anak
anda) sebagai ucapan terima kasih kami akan kasihMu, dalam nama Tuhan Yesus,
Amin."
Tanpa terasa, hal ini akan memberikan dampak: selain mempererat hubungan
keluarga, memantapkan pengetahuan dan pengenalan mereka akan arti natal,
mereka juga dilatih untuk mengembangkan talenta bagi pelayanan.
14. Merayakan Hari Natal di rumah
Bagi anak-anak kecil, pengertian bahwa Natal adalah hari ulang tahun Tuhan Yesus,
lebih mudah dicerna. Jika anak-anak sudah cukup besar, bisa minta mereka
menceritakan hal yang berkesan bagi mereka dari cerita kelahiran Tuhan Yesus yang
mereka sering dengar di sekolah minggu atau cerita yang dibacakan di rumah.
Jika anda mempunyai anak perempuan yang kreatif dan romantis, anda bisa belikan
mereka patung-patungan kecil tentang peristiwa Natal dan pohon natal kecil yang
bisa diletakkan di kamarnya. Sediakan juga bantalan doa kecil. Biarkan dengan
kreatifitas anak tersebut, ia merayakan natal sendiri di kamarnya.
Kiranya ide-ide ini dapat memperkaya Natal tahun ini di dalam rumah tangga anda,
khususnya dalam hubungan anda dengan anak-anak anda.
15. Papa ceria - Gigi
Beberapa hari terakhir, puteriku yang masih di TK ini sering mengeluh kesakitan saat
makan karena satu gigi depan-bawah yang sudah goyah. Sore itu, dia baru saja menangis
karena kesakitan ketika menggigit melon. Tetapi, ketika kucoba membujuknya untuk
mencopot giginya, Ani menolak. "Nggak mau… sakit," ujarnya sambil terisak-isak.
Mahkota gigi susu itu sebenarnya sudah lepas dan akan segera digantikan oleh gigi yang
permanen. Gigi itu tinggal lengket sedikit di gusi. "Tidak sakit…paling hanya seperti digigit
semut," kataku mencoba meyakinkannya. Setelah ‘berdebat kusir’ puluhan menit tanpa
hasil, emosiku pun merambat naik temperaturnya. Alternatif lain terpaksa aku pilih. Segera
kuambil lidi sambil tetap mencoba membuatnya mengerti bahwa dipukul dengan lidi akan
jauh lebih sakit daripada jika giginya aku copot. "Nggak mau… nggak mau…" Dia tetap
bersikeras. Dengan berat hati, lidi pun hinggap di kakinya. Tangisnya makin menjadi.
Akhirnya, Ani aku pegang dan kududukkan di pangkuan. Aku minta dia untuk diam dan
membuka mulutnya. Ketika dengan perlahan kusentuhkan jariku ke giginya, mahkota gigi itu
pun langsung tanggal. Hampir tak ada reaksi kesakitan di wajah Ani, bahkan dia tampak
belum sadar sepenuhnya bahwa giginya sudah copot dan jatuh ke lantai. Isteriku mengajak
Ani berkumur. "Nah, sebentar lagi sudah tidak sakit lagi," katanya. Dia mencoba
menanamkan pengertian bahwa semua ini dilakukan untuk kebaikan Ani. "Iya, tapi Ani kan
malu sama teman-teman kalau giginya copot." Isteriku mencoba memahami masalah rasa
malu ini yang agaknya merupakan masalah besar bagi Ani. Dia menekankan bahwa anak-
anak seumur Ani memang sedang mengalami pergantian gigi. "Teman-temanmu juga
sama. Giginya banyak yang sedang copot. Nanti juga akan tumbuh gigi baru."
Tak lama, celoteh Ani pun mulai terdengar. Menjelang tidur, Ani menghampiriku, "Papa,
terima kasih gigi Ani sudah dilepas." Kami pun saling berpeluk-sayang.
Keesokan harinya, tak lama setelah pulang dari kantor, Ani menghampiriku dengan wajah
cerah. "Pa…Pa…lihat, Pa!, katanya. Dia menunjukkan kedua deretan giginya yang
sekarang diwarnai dengan rongga akibat mahkota gigi yang tanggal. Dia menekan lidahnya
ke rongga itu. Ujung lidahnya muncul di rongga kecil tersebut seakan sebuah gigi
pengganti. Gaya dan ekspresi wajahnya demikian kocak. Tawa kami berdua pun memenuhi
ruangan.
15. Papa ceria - Gigi
Sebagai seorang ayah, kita kadang dihadapkan pada situasi yang serba salah, seperti
masalah gigi di atas. Sudah beberapa hari sebenarnya aku bergumul dengan dua alternatif:
memakai jalur halus atau jalur keras untuk melepaskan Ani dari masalahnya. Jika jalur
keras yang kupilih, aku kuatir Ani akan mendapat kenangan pahit tentang Papanya yang –
siapa tahu – akan dibawanya sampai dewasa. Siapa yang ingin dikenang sebagai ‘monster’
oleh anaknya? Ternyata, aku belum berhasil memakai jalur halus. Walau dengan berat hati,
aku akhirnya harus memilih jalur keras. Aku tak tahu pasti apakah di sudut hati Ani masih
tersisa rasa kesal terhadapku. Semoga dia mengerti bahwa akupun ‘menangis’ karena
harus memilih jalur keras untuk menyelesaikan masalah ini. *** (HS)
Pendidikan Anak:
Yakobus 1:17
"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang
sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa
segala terang…"
emberian Allah yang baik tidaklah berubah dan maksud Allah senantiasa baik
adanya. Kita seringkali menerima pemberian yang baik dengan begitu saja, tanpa
rasa terima kasih dan tanggung jawab. Kita lebih sering mengeluh dengan hal yang tidak
enak dan mempersalahkan Tuhan yang mengizinkan hal itu terjadi. Marilah hari ini kita
memikirkan hal baik apa yang Tuhan telah berikan dengan begitu sempurna yang tidak kita
sadari sehari-harinya. Marilah hari ini kita juga memikirkan pemberian yang baik yang
manakah yang kurang kita pelihara dengan baik selama ini.
Tujuan Pelajaran:
- Supaya anak-anak mengetahui bahwa Bapa di surga selalu memberi yang baik.
- Supaya anak-anak merasakan keinginan untuk memelihara pemberian yang baik.
- Supaya anak-anak memelihara pemberian yang baik dari Bapa di surga.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Berikan seekor ikan, binatang peliharaan lain, atau tanaman untuk dipelihara di rumah.
Pilihlah sesuatu yang disukai oleh anak dan mudah untuk dipelihara oleh anak-anak. Sudah
barang tentu anda perlu membantu dan mengingatkan konsep iman bahwa Bapa di surga
menginginkan anak-anak-Nya memelihara pemberian-Nya yang baik.
Balita belum dapat menguasai dirinya untuk tidak merusak barang ataupun melukai
binatang, karena pada dasarnya mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Kadang-
kadang mereka dengan tenangnya meremas ikan di akuarium, membanting kura-kura kecil
hingga mati, memukul anjing dengan sapu, menarik taplak sehingga vas bunga jatuh dan
pecah, menarik pita cassete hingga kusut, dll. Akan tetapi sejak usia sedini ini kita dapat
menanamkan konsep bahwa Bapa di surga menginginkan pemberianNya dipelihara baik-
baik.
Dampak Positif:
Apakah dampak pendidikan ini untuk masa depan anak? Anak bisa belajar menjadi "juru
kunci Allah yang bertanggung jawab" (Responsibility in Stewardship). Bukankah anda
seringkali melihat jemaat yang dengan seenaknya membuang sampah di dalam gereja,
bukankah anda pernah mendengar majelis yang mengorupsi keuangan gereja? bukankah
anda juga pernah melihat orang-orang yang memboroskan energi A.C. atau listrik? Semua
kecerobohan tersebut dapat dihindari jika ada rasa hormat dan menghargai segala sesuatu
yang baik sebagai pemberian Allah yang harus dipertanggung jawabkan. Sementara usia
Balita, hasilnya tidak bisa anda nikmati secara langsung, akan tetapi percayalah bahwa
konsep yang anda tanamkan akan menjadi dasar yang kokoh di masa yang akan datang.
Dampak Negatif:
Anda harus berhati-hati di dalam menanamkan konsep "Stewardship" ini. Anda butuh
kesabaran dan pengertian terhadap perkembangan anak Balita. Jika anda terlalu keras dan
memaksakan anak untuk segera melaksanakan konsep ini, anak anda akan kehilangan
‘rasa percaya diri’ dan ‘rasa aman’. Tanpa adanya rasa percaya diri, anak tidak dapat
berkembang secara maksimal, khususnya dalam hal kreatifitas.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Yang direncanakan:
Ajaklah anak anda meneliti sesuatu yang menarik (mis: kelinci, kura-kura,
ikan, dll.)
Janganlah putus asa untuk mengulangi aturan main ini dengan sabar
karena anak Balita belajar sesuatu dari ‘pengulangan’.
Jika anda sering mengejutkan anak dengan mengatakan: "Hai, jangan sentuh itu,
jangan pegang itu!" Cobalah di dalam seminggu ini untuk membimbing anak anda
untuk
mengetahui ‘aturan main’ di dalam memelihara barang-barang yang ada di dalam
rumah.
Berilah alasan oral yang bisa dimengerti, pada saat anda melarang anak-
anak bermain dengan benda-benda tertentu. Misalnya: Papa dan mama
masih mau baca majalah ini. Kalau sudah dirobek-robek nanti papa dan
mama susah bacanya.
Segeralah berikan alternatif lain atau jalan keluar bagi anak anda
bagaimana melatih perkembangan otot dan ‘skill’ mereka tanpa harus
merusak barang-barang di rumah. Misalnya: Cepat gantikan majalah
tersebut dengan koran bekas sambil menjelaskan bahwa koran itu boleh
dirobek-robek karena sudah tidak mau dibaca lagi. Atau, berikan buku
gambar/papan tulis yang besar untuk dicoret-coret jika anak-anak
menggambar ditembok.
16. Menanamkan konsep “Stewardship” kepada anak
Tanamkan konsep ini juga ketika anda dan anak anda pergi ke gereja.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Pendidikan Anak
Mendidik Anak Untuk Mandiri
emandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi. Jikalau kemandirian anak
diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Ada orang
tua yang menempatkan anaknya di tempat kos agar anak bisa hidup mandiri. Memang betul
anak itu harus terpaksa mengejakan segala sesuatu sendiri, akan tetapi keadaan jiwanya
tidaklah sehat. Dia mungkin akan merasa terbuang. Mendidik anak mandiri bukanlah
dengan cara meninggalkan anak itu sendiri atau bersama dengan pengasuh lain. Kunci
kemandirian anak sebenarnya ada di tangan orang tua. Disiplin yang konsisten dan
kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi kegiatan anak akan menolong
anak untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri pada masa yang akan datang. Prinsip-
prinsip disiplin yang terus menerus ditanamkan pada anak akan menjadi bagian dalam
dirinya. Dengan demikian kemandirian yang dimiliki adalah kemandirian yang utuh.
Beberapa hal yang dapat membentuk kemandirian anak , antara lain adalah:
Misalnya dalam hal makan. Ketika bayi sudah mulai bisa memegang dan menggenggam,
biarkan anak memegang botol atau training cup sendiri, kita hanya membantu
mengarahkannya sampai dia bisa betul-betul memegang sendiri. Demikian juga ketika
makan dengan sendok, kita dapat memberikannya sendok yang lain untuk dimainkannya
selagi kita menyuapinya makan. Kalau bayi sudah bisa menggunakan jari-jarinya untuk
memegang makanan biarkan dia memungut makanan yang pada meja makannya. Ketika
bayi mulai makan biskuit dan buah biasakan bayi makan di atas keretanya. Setelah bayi
mulai bisa duduk, baisakan bayi duduk di kursi makan khusnya. Dengan demikian bayi
dibiasakan untuk disiplin dalam hal makan. Setelah bayi sudah mulai bisa mengambil
makanan dengan sendok, biarkan ia makan sendiri sekalipun akan berantakan sekali.
Jangan takut rumah kotor karena itu memang resiko yang harus dihadapi sementara ini.
Plastik besar yang diletakkan di bawah meja makan dapat menolong anda dalam
membersihkan makanan yang berjatuhan.
Hal terbesar yang dapat menghambat rasa percaya diri anak adalah kekuatiran dan
ketakutan orang tua. Perasaan takut dan kuatir pada orang tua ini dapat membuat orang tua
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
cenderung untuk selalu menangani pekerjaan yang sebenarnya dapat dilakukan anak
sendiri.
Sebagai contoh seorang anak SMP disalah mengerti oleh gurunya di sekolah.
Kesalahmengertian ini membuat dia dihukum karena dianggap sebagai pengacau. Orang
tua anak ini yakin sekali bahwa kesalahan terletak pada ketidakbijaksanaan sang guru. Dan
mereka bisa saja langsung menghadap sang guru untuk membahas masalah ini, akan
tetapi orang tua anak ini memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk menyelesaikan
masalahnya terlebih dahulu. Dan apabila ternyata gagal, barulah orang tuanya akan turun
tangan.
Kedua: Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan.
Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang selalu
tergantung kepada orang lain. Salah satu contoh kebiasaan anak yang harus dibentuk sejak
bayi adalah dalam hal kebiasaan tidur. Pada usia 5-6 bulan,bayi sudah harus dibiasakan
tidur pada waktunya di atas tempat tidur.Kalau bukan dalam perjalanan, bayi tidak boleh
dibiasakan tidur digendongan. Ketika sudah waktunya tidur, naikkan bayi ke atas tempat
tidur, nyalakan musik dan temani bayi anda sampai dia tidur. Kalau sudah terbiasa sejak
bayi, setelah besar sudah tidak terlalu sulit lagi.
Dr, Benjamin Spock menganjurkan untuk membiasakan bayi ke dalam tempat tidurnya
sendiri setiap kali sehabis makan.Kebiasaan bermain-main sehabis makan harus diubah
sejak kecil. Pada waktu bayi mencapai usia 6 bulan, sebaiknya bayi dibiasakan tidur di
kamar dan di tempat tidurnya sendiri tanpa ditemani (Jika tempat dan letak ruangan memungkinkan).
Setelah lewat usia 9 bulan, kebiasaan ini akan sulit sekali terbentuk. 1)
Ketiga: Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum seorang anak dapat
mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplin oleh orang tuanya. Syarat
utama dalam hal ini adalah pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari
orang tua. Jikalau anda bekerja, anda harus yakin betul bahwa pengasuh anak anda
konsisten dan terampil dalam memberlakukan disiplin belajar yang anda terapkan untuk
anak anda. Tanpa syarat ini disiplin belajar yang anda terapkan tidaklah mungkin menjadi
bagian dalam diri anak anda. Memberikan kursus belajar tambahan bukanlah untuk
mendidik anak mandiri di dalam hal belajar. Disiplin belajar harus dimulai dari rumah,
sebelum anak bisa menemukan sistem belajarnya sendiri di masa sekolah lanjutan nanti.
Ketika anak-anak berada di SD, anda hanya perlu menemani anak belajar. Tentukan jam
belajar yang rutin setiap hari. Pastikan anak anda mengerjakan PR sebelum ia bermain.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Anda dapat mengerjakan hal lain di dekat meja belajar anak anda. Jangan juga terlalu kaku
dengan jam belajar ini. Kadang-kadang ada hal lain yang sangat penting untuk dilakukan
pada jam belajar, anda dapat menukarnya dengan jam lain, tapi harus dilakukan di bawah
pengawasan anda.
Sudah barang tentu, setiap anak mempunyai kemampuan belajar yang berbeda. Ada anak-
anak tertentu yang perlu mendapat bimbingan yang lebih intensif dai orang tua. Ibu Lina
Lukito dosen STT Bandung, selalu menanyakan bahan-bahan ulangan kepada anaknya.
Menurut Ibu Lukito, pada saat anak mencapai kelas tiga SD, ia harus mulai dilatih sedikit
demi sedikit untuk mempersiapkan ulangannya sendiri. Kita harus mulai membimbingnya
untuk menerima konsekuensi hasil belajarnya. Jikalau ini tidak dilakukan, anak akan terus
merasa tidak siap dalam ulangan bila kita tidak menanyakannya lebih dulu. Pada saat di
sekolah lanjutan, hal ini akan menjadi sulit.
Ibu Alice Tong (Istri Dr, stephen Tong, pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia) didalam kesibukannya
mendampingi suami, tetap mengawasi pelajaran anak-anaknya. Beliau menerapkan
pendidikan yang ketat kepada anak-anaknya. Beliau tidak banyak memberikan omelan
kepada anak, akan tetapi memberikan konsekuensi hukuman yang pantas bila diperlukan.
Beliau tidak segan-segan meminta guru sekolah untuk menghukum anaknya apabila anak-
anaknya mendapatkan nilai rendah karena lalai belajar. Prinsip beliau adalah :"Anak harus
dididik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya." Didalam latihan atau tes di rumah,
jikalau salah satu soal saja, beliau akan minta anak-anaknya untuk belajar lagi.
Selain bekerja sama dengan guru sekolah, kerjasama dengan suami merupakan hal yang
penting bagi Ibu Tong. Suami dan istri harus mempunyai prinsip yang sama dalam mendidik
anak belajar. Anak-anak kadang mencari lobang dari salah satu pihak untuk mendapatkan
kelonggaran disiplin. Jika suami dan istri tidak sehati, anak sulit sekali dididik untuk disiplin.
Di dalam latihan piano atau biola, beliau juga menerapkan disiplin yang sama. Setiap hari
tiap anak harus latihan minimal satu kali, kecuali sedang sakit atau menghadapi banyak
ulangan, anak-anak harus latihan sekalipun pada malam hari.
Bepergian ke luar negeri untuk pelayanan bukan halangan untuk tetap mengawasi anak
belajar. Beliau selalu interlokal untuk menanyakan tanggung jawab tiap anak dalam hal
belajar.
Dengan disiplin yang ketat di masa kecil, setelah besar anak-anak beliau sudah memiliki
tuntutan untuk belajar sendiri. Tuntutan diri untuk mencapai hasil sesuai dengan
kemampuannya kini menjadi milik anak-anak itu sendiri.
17. Pendidikan anak - Mendidik anak untuk mandiri
Kemandirian yang dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orang tua akan menghasilkan
kemandirian yang utuh. Sistem disiplin hidup akan menjadi bagian dalam diri anak yang
akan dibawa terus sampai mereka dewasa. Sebelum seseorang memiliki disiplin di dalam
masyarakat. Ia harus memulainya dari rumah. Disiplin dari rumah harus sedini mungkin.
Terima kasih kepada Ibu Kay Kuswanto, Ibu Alice Tong, dan Ibu Lina Lukito yang telah
memberikan masukan berharga untuk artikel ini.
1) Dr. Benjamin Spock, Merawat Bayi dan Mendidik Anak, (Jakarta: Penerbit Pustaka Rakyat. 1963, hal. 88-
89)
18. Pendidikan anak – Mengajar anak prasekolah tentang persahabatan
Pendidikan Anak
Mengajar Anak Prasekolah tentang
Persahabatan
Sandra Byrd
uatu hari anak saya pulang sekolah sambil meremas -remas kertas, ketika ditanya ada
apa, dia menjawab "Enggan apa- apa" sambil ngerutu. Tapi akhirnya ia mengatakan
bahwa seorang temannya mengatakan bahwa gambarnya jelek, ketika ia sedang mewarnai
gambar.
Kemudian saya berbicara dengan dia, dan saya menjelaskan bahwa kalau temannya
menolak gambarnya, bukan berarti ia menolak dirinya, dan setiap orang mempunyai hak
untuk memberikan pendapatnya dan kita haruslah saling mengasihi satu sama lain.
Sikap teman barunya itu adalah sesuatu yang normal. Kathleen Berger, di dalam bukunya
The Developing Person through the Life Span (Worth), menerangkan bahwa anak seumur
ini mementingkan memusatkan segala sesuatu pada diri sendiri (ego centris), bukan berarti
mereka mau menang sendiri (selfish). Karena mereka masih kecil, mereka masih tidak
sensentif akan perasaan orang lain. Kemampuan ini harus diajarkan dan di selidiki. Ada
beberapa langkah untuk membantu anak anda memiliki hal ini:
1. Perencanaan
Anak- anak seusia ini tidak dapat mengatur teman bermainnya, jadi orang tua harus
menyediakan situasi sosial yang berbeda. Situasi sosial seperti sekolah, program olah raga,
acara gereja, dan bertetangga. Kesemuanya itu membentuk suasana bermain yang
nyaman. Untuk pertama kali anak akan mulai dengan rasa waspada, lama kelamaan
mereka mulai untuk memberikan respon kepada temannya. Kita perlu mendorong mereka
untuk memiliki hubungan persahabatan dengan anak lain.
2. Di sengaja
Saya dan teman saya Joye sengaja meninggalkan anak kami di suatu ruangan bermain,
kami duduk di ruang lain yang dekat dengan mereka, sambil mendengarkan mereka.
Anak seusia ini membutuhkan pengajaran yang lembut untuk belajar untuk berargumentasi,
bermain dengan jujur dan berkompromi. Contoh, jika mereka berebutan mainan maka saya
akan membaginya dengan adil, satu -satu. Hal ini mengajarkan tentang keadilan sampai
mereka bisa menentukan sendiri.
18. Pendidikan anak – Mengajar anak prasekolah tentang persahabatan
3. Pola
Anak belajar dari mencontoh. Bagaimana anda bersikap kepada teman anda? Jika Anda
berbicara tentang teman anda, maka ia akan mendengar dan mengikuti anda.
Pendidikan Anak
Peperangan dimulai pada Tahun Kedua
Rootie
etelah merayakan ulang tahun yang pertama, si kecil mulai menunjukkan keinginannya
yang keras: memainkan selang air, komputer, memanjat pegangan tangga, dan lain-lain.
Pada saat keinginannya tidak dapat terpenuhi, ia mulai menangis keras-keras. Semakin
keras orang tua melarang, semakin keras jeritan tangisnya. Kadang-kadang disertai dengan
membanting tubuh ke lantai, menendang-nendang apa saja di sekitarnya, atau lebih ekstrim
lagi membenturkan kepala ke tanah. Melihat hal ini banyak orang tua yang semakin naik
pitam, dan … peperanganpun dimulai pada tahun kedua. Bayi yang manis mendadak
menjadi musuh yang menakutkan. Bahkan hal ini dapat menjadi pertengkaran mama dan
papa.
Deretan "Jangan" dalam menghadapi kemauan keras dari anak 1-2 tahun:
Jangan sodorkan ‘tembok putih’ untuk menggantikan isi kulkas yang penuh benda-
benda menarik untuk diacak-acak si kecil.
Jangan ikut marah ketika anak marah, ajaklah dia bermain dan tertawa ketika ia
menangis.
Jangan biarkan ‘si emosi’ ikut naik bersama-sama dengan meningginya jeritan
anak. Ketika emosi anda memuncak, tinggalkan anak sebentar. Biarkan dia
menangis sendiri dan anda… berdoa, tenangkan diri. Kalau perlu siram kepalamu
dengan air dingin.
Jangan menganggap anakmu nakal. Perhatikan kebutuhan fisik lain, mungkin ia
lapar atau mengantuk. Biasanya anak rewel dan emosional dalam kondisi itu.
Jangan membingungkan anak dengan "boleh" dan "tidak boleh" yang terus berganti
untuk benda yang sama. Tetapkan peraturan yang tidak pernah berubah untuk hal-
hal tertentu, misalnya: larangan untuk memainkan dispenser, alat-alat elektronik, dll.
Berikan tanda yang sama untuk suatu larangan, misalnya: angkat jari anda sambil
berkata dengan tegas "No!"
Jangan cepat hancur hati melihat wajah mungil yang ‘nelongso’. Kuatkan hatimu
untuk tetap memegang peraturan sekalipun anak menangis dengan iba. Peluk dan
tetap jangan berikan apa yang sudah dilarang.
Jangan biarkan anak menganggur setelah disingkirkan dari daerah terlarang.
Berikan alternatif kegiatan lain.
19. Pendidikan anak – Peperangan dimulai pada tahun kedua
Jangan memukul anak 1 tahun!!, kecuali jika anda menyukai pukulannya ketika dia
marah.
Jangan ajarkan anak bersikap kasar dengan contoh anda, karena tanpa contoh
andapun, keturunan Adam lebih cenderung bersikap kasar daripada lembut pada
waktu marah.
Jangan berangan-angan menciptakan "bayi sempurna", si kecil adalah milik Allah
yang sudah tercemar dosa pemberontakan manusia pertama. Ia lebih membutuhkan
kasih Yesus dan kasihmu.
Jangan penuhi hari-hari anda dengan seribu kata "Jangan". Singkirkan barang-
barang keramik kesukaan anda sampai si kecil bisa mengontrol diri, simpan remote
TV ke dalam laci yang agak tinggi, tutup lobang listrik dengan selotip tebal, dll.
Jangan menganggap si kecil seperti anjing yang baru tumbuh gigi. Berikan
penjelasan sederhana, ia bisa mengerti, karena ia adalah manusia yang sedang
bertumbuh.
Jangan berharap rumah anda sama bersihnya seperti sebelum si kecil lahir.
20. Tips meminimal konflik pada saat memberi anak makan
Pendidikan Anak
Tips Meminimalkan Konflik pada Saat
Memberi Anak Makan
Anne Kartawijaya
agi beberapa ibu, masalah makan merupakan pergumulan yang tidak habis-
habisnya. Masa tersulit adalah setelah ulang tahun pertama sampai kira-kira usia
tiga tahun. Kesulitan anak untuk makan dapat menyebabkan konflik. Di bawah ini ada
beberapa tips untuk meminimalkan konflik yang disebabkan oleh kesulitan anak makan.
7. Etiket makan
Etiket makan adalah pelajaran berikut : Jangan harapkan anak satu sampai dua tahun
untuk duduk rapih waktu makan. Dalam proses belajar memasukkan sendok ke mulutnya,
makanan akan tercecer ke lantai, di kursi, juga di sekujur badannya. Kadang-kadang
beberapa butir nasi akan terlempar ke kepala anda. Setelah koordinasi tubuhnya
berkembang baik, ia bisa mulai masuk ke pelajaran selanjutnya: etiket makan.
Perkembangan Anak:
Bayi 1 - 2 Bulan
al yang penting untuk dikembangkan pada bayi usia 1-2 bulan adalah rasa
"percaya". Rasa "percaya ini merupakan syarat penting bagi anak untuk
mengembangkan dirinya sendiri. Jika anak "percaya" bahwa kebutuhannya selalu
ditanggapi oleh orang tuanya, ia akan semakin berani untuk menjelajahi dunia yang lebih
luas dan lebih berani mencoba hal-hal yang baru. Rasa "percaya" ini dapat dimiliki oleh
anak yang mempunyai "kelekatan" (attachment) yang kuat dengan orang tuanya.
"Kelekatan" itu harus dibina bukan saja pada saat bayi lahir tapi juga selagi masih dalam
kandungan.
BAYI 0 - 1 BULAN
"Kelekatan" hanya bisa tercipta jikalau anda mengenal bayi anda dan anda hanya bisa
mengenal bayi anda jikalau anda mengurus sendiri bayi anda sejak awalnya. Jika anda
sedang menantikan kelahiran bayi pertama, saya anjurkan untuk memilih "lahir normal"
(jika memungkinkan). Sekalipun kedengarannya lebih mengerikan dibandingkan dengan
operasi, kelahiran normal memberikan ‘memory’ tersendiri antara anda-suami-anak.
"Memory" itu dapat mempererat hubungan anda dengan bayi anda dan juga antara suami
dan bayi anda.
Saya juga anjurkan anda untuk memilih tidur sekamar dengan bayi anda. Jikalau suami
tidak keberatan, keberadaan ayah di tengah malam sangatlah menolong. Memang sangat
melelahkan. Jikalau kelahiran bayi anda normal anda anda cukup sehat, usahakanlah
untuk tidur bersama bayi anda. Paling sedikit ranjang bayi diletakkan di dekat kamar
anda. Jangan biarkan baby sitter menikmati kenangan indah yang hanya beberapa bulan
saja. Memang pada usia itu si bayi tidak terlalu peduli siapa yang mengurusnya, akan
tetapi justru anda yang perlu peduli siapa yang anda urus. Anda perlu membina rasa
‘sayang’ kepada bayi anda melalui rasa lelah mengganti popok yang tak berkeputusan,
"never ending night feeding" (menyusu terus-menerus) sampai sakit pinggang, menina
bobokan si kecil yang matanya masih melotot selagi mata anda tinggal separoh, dll.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
Tanpa anda menyadari, anda sebenarnya sedang menanamkan bibit cinta kasih pada diri
si bayi yang suatu saat akan memberikan respon balik yang positif pada anda. Ada
beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengembangkan bakat dan memberikan
suasana rohani pada bayi anda:
Nyanyikan lagu-lagu rohani yang riang (lagu-lagu sekolah minggu), jangan tawar
hati jika si bayi tidak memberikan respon apa-apa. Suami saya senang
menyanyikan lagu "Dengar Dia Panggil Nama saya" sambil bermain-main
dengannya. Sekarang dia sangat peka kalau mendengar lagu itu. Hampir setiap
kali ia mendengar lagu itu, ia memberikan reaksi tersenyum atau tertawa. Bahkan
pernah saat dia tidur (usia 2 bulan), papanya menyanyikan lagu itu, ia mulai
terbangun dan tersenyum.
Putarkan lagu-lagu klasik (Beethoven, Mozart, Bach, dll.) pada saat anda
menyusui atau memandikan si bayi. Menurut Sinichi Suzuki, jika lagu-lagu sulit
karya tertentu terus diputarkan dalam waktu lima bulan dia akan mengingat lagu
tersebut dengan lengkap. Pada usia lima bulan ia akan tersenyum dan mulai
bergerak mengikuti irama lagu yang ia kenal 1). Pada saat usia pendidikan musik
dimulai, ia dapat dengan mudah menguasainya.
Berbicaralah atau karanglah lagu sendiri pada saat menggantikan popok,
menjemur, memandikan, menidurkan. Si bayi tidak peduli kualitas lagu anda, yang
dia pedulikan adalah suara yang sama yang terus berbunyi di dekatnya. Dalam
perkembangan selanjutnya nanti dia akan lebih cepat memberikan respon
(mengoceh) pada saat anda menyanyi atau mengajaknya berbicara.
Anda juga dapat mengajaknya berdansa. Gendonglah dengan posisi tegak dan
saling berhadapan (seperti jika anda ingin membuatnya bertahak). Kemudian
nyanyikanlah lagu-lagu rohani yang riang. Berdansalah dengan bayi anda.
Pandanglah matanya selama anda berdansa. Kontak seperti ini akan mempererat
hubungan anda dan bayi anda 2). Daya lihat bayi yang baru lahir sangatlah
terbatas pada jarak yang dekat, yaitu jarak pasangan yang berdansa atau jarak
ibu yang sedang menyusui 3). Bayi anda akan menikmati dan kadang-kadang ia
tertidur sewaktu berdansa. Dan andapun akan bisa lebih menikmati kebersamaan
dengan bayi anda.
Ucapkan doa-doa singkat dengan bersuara pada bayi anda dalam keadaan segar,
khususnya pada saat anda menyusui atau memberi susu botol. Cara ini sekedar
membentuk kebiasaan anda untuk mengajaknya berdoa senantiasa. Dengan
berdoa, anda juga dapat menyusui dengan hati yang tenang. Menyusui adalah
saat yang paling efektif untuk membina kelekatan dengan bayi. Kebanyakan ibu-
ibu memekai 70% dari waktu untuk menyusui untuk memandang bayinya. Bayi
belum bisa melihat wajah ibu secara lengkap, hanya garis besar yang buram.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
Akan tetapi gerakan muka dan mata ibu sangat menarik bagi bayi 4). Jika anda
tidak bisa memproduksi ASI, andapun dapat tetap menyusui dengan botol dalam
jarak yang dekat. Sekalipun menyusui dengan botol merupakan hal sederhana
yang bisa dilakukan oleh baby-sitter, usahakanlah sejauh mungkin memberikan
susu sendiri.
Usahakan untuk berdoa malam bersama suami di dekat bayi anda, setelah anda
menidurkannya di malam hari.
Nyanyikanlah lagu-lagu rohani pada saat anda menidurkan bayi anda. Jika ini
terus menerus dilakukan, bayi anda akan cepat merasa betah berada di gereja
yang menyanyikan lagu-lagu yang sudah dikenalnya.
BAYI 1 - 2 BULAN
Ada beberapa hal yang dapat anda lakukan pada bayi anda sekitar usia ini:
Sekitar usia 6 minggu, sistem penglihatan bayi sudah mulai berkembang. Pada
level ini, bayi mulai memasuki level interaksi sosialnya. Ia mulai menatap wajah
ibu dan mulai membesarkan matanya. Pada saat inilah untuk pertama kalinya ibu
merasa si bayi memandangi wajahnya dan mulai berinteraksi lebih hangat lagi
dengan si bayi.
Berikan mainan yang berbunyi di dekat mata bayi dan gerakan dari kiri ke kanan
dan sebaliknya, jauh - dekat, dan sebaliknya. Hal ini melatih penglihatan bayi
anda.
Suatu waktu pada usia 2 bulan, anda akan menemukan bayi anda tersenyum
manis pada anda. Bukan lagi senyum refleks pada saat tidur, tapi senyum yang
memancing respond anda untuk membuatnya tersenyum lebih lebar. Pada saat
inilah anda mengetahui bahwa tiba saatnya peran anda dibutuhkan untuk mulai
pendidikan sosial bagi bayi anda. Sekalipun pada usia ini senyumannya belum
terarah kepada orang tertentu (karena keterbatasan penglihatan), stimulasi anda
sangatlah dibutuhkan. Pada sat bayi tersenyum, anda memberikan respons
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
menjalin kontak dengan anda. Kalau dulu anda yang lebih aktif, kini si bayi mulai
aktif. Interaksi ini sangat penting untuk membina kelekatan antara anda berdua.
Ajaklah bayi anda ngobrol, pada saat ia tersenyum dan mengoceh. Bayi sangat
senang berada di sekitar orang-orang yang mencintainya. Dengan banyak kasih
sayang dan ketegasan halus yang ia peroleh, ia kaan menjadi orang yang ramah
tamah dan tenggang rasa. 2)
Pada saat segar, pelihatkanlah buku Alkitab bergambar sambil bercerita dengan
singkat. Si bayi tidak akan mengerti apa yang saudara ceritakan, akan tetapi ia
kana senang memperhatikan warna dari gambar-gambarnya. Tidak usah
ceritakan secara mendetail karena yang penting hanyalah membiasakan dia
untuk mengenalkan Alkitabnya. Selain itu, ini merupakan persiapan bagi anda
untuk membangun kebiasaan anda untuk menceritakan Firman Tuhan.
Letakan gambar yang mempunyai nilai rohani di dekat meja pengganti popok atau
di mana biasanya anda memandikan. Pada saat mandi dia bisa memandang dan
mulai mengoceh dan memegang-megang gambar itu. Saya meletakkan gambar
malaikat yang menjaga dua anak yang sedang menyeberangi jembatan yang
rapuh. Setiap kali bayi saya menetap gambar itu, saya mennyanyikan lagu:
"Timothy dijaga malaikat, malaikat dari Tuhan. Dijaga dari s’gala bahaya, Timothy
dijaga Tuhan."
Jikalau bayi anda sehat, ajaklah jalan-jalan ke luar sore hari setelah mandi.
Terlalu banyak menyekapnya dalam kamar tidak terlalu baik. Khususnya di akhir
usia dua bulan, bayi perlu melihat lebih banyak objek-objek baru di luar. Ajaklah
dia berbicara atau bernyanyi tentang benda-benda ciptaan Tuhan yang ada di
luar. Daun-daunan yang bergerak, sedikit sinar sore, kicauan burung, sepoi-sepoi
angin sore, semua itu memberikan pengalaman baru bayi bayi anda. Secara
kognitif, dia tidak mengerti. Akan tetapi secara afektif, saya yakin ada sesuatu
yang ia peroleh dari kegiatan rutin ini.
Ajak anak anda ke gereja (kalau anda terganggu, tidak perlu setiap minggu). Jika
anda betul-betul ingin mengurus anak sendiri, anda harus melalui masa dimana
anda tidak bisa mendengarkan khotbah denga lengkap dan tenang. Tapi masa-
masa itupun akan segera lewat. Sekali-kali menitipkan bayi pada mertua atau
teman dekat juga baik untuk kesehatan kerohanian anda.
Pada umumnya, setelah melalui bulan pertama, masa-masa melelahkan di
tengah malam akan berlalu pula. Bayi anda akan terbangun hanya untuk minum
lama, sekitar jam 02.00. Anda tidak perlu terburu-buru melatihnya untuk tidur
malam. Nikmatilah saat-saat dimana si kecil mengoceh di tengah malam. Anda
tidak perlu marah-marah, tersenyumlah, dan bersyukurlah untuk ocehan di malam
hari yang tidak akan anda nikmati di bulan-bulan mendatang.
21. Perkembangan anak – Bayi 1 – 2 bulan
1) Edwin Kiester, Jr. Dan Sally Balente Kiester, "New Baby Book",:
2) Dr. Benjamin Spock, "Merawat Bayi dan Mendidik Anak", hal. 125.
No one who reaches the end of life has ever looked back and said, "Oh, I wish I
had spent more time at the office instead of with my kids."
Daddy’s Home
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
Perkembangan Anak:
Peran Ayah
Bill Cosby
SEBELUM KELAHIRAN…
Kaum pria hendaklah melenyapkan anggapan bahwa dengan membengkakkan perut
isterinya berarti mereka sudah menjadi seorang lelaki. Dia harus berhenti dari anggapan
bahwa dia sudah memperoleh kemenangan yang besar.Kalau anda benar-benar mencintai
isteri anda, maka kehamilannya adalah waktu yang bagus untuk menguji besarnya
perhatian anda padanya. Anda harus memberi perhatian kalau isteri anda mengatakan,
"anak kita sedang bergerak-gerak! Bangun dan peganglah perutku!" Anda harus
menanggapi seolah-olah dia sedang menunjukkan suatu siaran ulangan pencetakan gol
yang gemilang di layar televisi. Ingat bahwa tuntutan-tuntutan isteri anda untuk
mendapatkan perhatian dan kasih sayang belumlah sebesar tuntutan-tuntutan bayi yang
bakal anda hadapiUsahakanlah agar dia duduk di kursi yang nyaman; dan bantulah dia
bangun dari kursinya bila tiba saatnya untuk pergi. Kalau tidak maka bisa-bisa anda akan
berjalan sendirian di depan, sedangkan istri anda tetap berada di kursinya, sambil
mengepak-ngepakkan kedua tangannya seperti hendak terbang, dalam usahanya untuk
bangkit dari kursi.
PADA SAAT KELAHIRAN…
Seperti semua pria lainnya, tentu saja saya tidak mengerti bagaimana rasanya kesakitan
waktu melahirkan. Carol Burnett mengatakan, "Kalau anda ingin tahu rasa sakit pada saat
melahirkan, peganglah bibir bawah anda dan tarik sampai ke kepala."
Ketika rasa sakit yang kedua menyerang, isteri saya berteriak dan mengangkat tubuhnya ke
tempat penyangga kaki."Morfin!" jeritnya. "Beri saya morfin!""Tetapi, sayang," saya
menjawab dengan manis, "Kau ‘kan tahu bahwa morfin…""Kau tutup mulut! Kau yang
menyebabkan semuanya ini!"Dan pada saat kontraksi otot berikutnya, tak putus-putusnya
dia mengharam-jadahkan diri saya di hadapan semua orang di dalam ruang persalinan itu.
Kemudian dia melanjutkan pernapasan sementara saya terus memberi semangat. "Dorong!
Dorong! Dorong!""Aku tidak mau mendorong lagi," katanya, "Bill, katakan pada mereka
untuk memberi aku sesuatu.""Tidak sayang, kursus melarang…."
"Aku tidak peduli pada kursus lagi!""Tapi kau bisa melakukannya!""He, lihat!" kata saya tiba-
tiba. "Bukankah itu kepala si bayi?" … Bayi kami keluar. Saya dan isteri saya tiba-tiba
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
berbagi saat yang paling indah dalam hidup kami berdua. Inilah yang kami minta-minta
pada Tuhan; inilah saat yang kami ingin tahu kalau kami bisa melaluinya. Dan saya
memandang bayi itu dengan penuh kasih sayang, sementara mereka mulai
membersihkannya; tetapi dia tidak juga kunjung bagus.Dan kemudian saya menghampiri
isteri saya, mencium bibirnya dengan lembut, dan mengatakan, "Sayang, saya sangat
mencintaimu. Kau baru saja melahirkan seekor tikus."
SETELAH KELAHIRAN …
Tidak peduli berapa banyak penghasilan seorang ayah dalam sebulan, namanya selalu
Ayah-Bolehkah Saya; dan ayah ini selalu bertanya-tanya apakah memang manusia-
manusia kecil ini dilahirkan untuk ngemis. Saya membelikan anak-anak saya yang lima itu
segala sesuatu bahkan juga kolam renang sendiri tetapi toh saya tetap mendengar "Ayah,
bolehkah saya beli …. Ayah, bolehkah saya pergi ke … Ayah, bolehkah saya minta…"
Orang tua akan cepat belajar bahwa entah berapa banyak uang pun yang mereka
peroleh, mereka tidak akan pernah bisa punya uang cukup untuk membeli barang-barang
yang diinginkan anak-anak.
Kalau seorang pria mempunyai anak, maka hal pertama yang harus disadarinya adalah
bahwa dia bukanlah boss di rumahnya sendiri. Anda tidak diperbolehkan memberikan ijin
pada mereka untuk apa saja. Hanya sekali saya melakukan kesalahan besar dalam
memberi ijin. Salah satu anak saya menghampiri saya dan berkata, "Yah, apakah saya
boleh pergi ke luar untuk bermain-main?"‘Jelas, sayang," jawab saya, "Mengapa tidak?"
Itulah saat terakhir saya bisa mengatakan mengapa tidak. Isteri saya menghampiri saya
dan berkata, "Apakah kau memperbolehkan anak itu keluar?" "Benar," kata saya.
"Ingat, lain kali kau harus tanya dulu pada saya. Anak itu sedang saya hukum."
Sejak hari itu, saya tahu kedudukan saya; dan setiap kali seorang anak mengatakan,
"Yah, bolehkah saya…..’ meskipun ‘yah’ adalah panggilan untuk saya, saya
selalumenjawab, Ibumu tadi berkata apa?"Ironisnya, meskipun seorang ayah bukanlah
boss di rumahnya, si ibu selalu berusaha menggunakannya sebagai ancaman: "Awas!
Kalau nanti Ayah datang, dia pasti akan menembakmu dengan meriam persisi di kepala.
Dan kali ini, Ibu tidak akan membelamu."
Ada satu suara anak-anak saya yang tidak bisa saya tahan; suara salah seorang dari
mereka kalau sedang menangis. Dan tangisan yang paling menyayat tidak ditimbulkan
oleh luka pada tubuh anak perempuan anda tetapi luka pada perasaannya. Mula-mula
suara itu perlahan dan kemudian mulai terdengar mengiris-iris kalbu, bersamaan dengan
keluarnya cairan dari berbagai lubang: matanya, mulutnya, dan hidungnya. Dengan
susah payah anda berusaha menenangkannya sementara mengusap mukanya dan
menanyai siapa yang membuat dia sampai menangis seperti itu. Tetapi niat anda untuk
membunuh orang itu berubah setelah anda tahu bahwa orang itu adalah anak
perempuan anda yang lain. Kemudian anda tahu bahwa tragedi itu terjadi karena
22. Perkembangan anak – Peran Ayah
saudara perempuannya melarang dia mengenakan salah satu syal ibunya. Dan dengan
menceritakan tragedi tersebut membuat air mata lebih banyak keluar.Segera, anda
berpaling dari korban yang terus menangis ini dan memanggil kakak perempuannya…
kemudian anda berlari kepada si ibu untuk menanyakan alasan mengapa syal itu tidak
boleh dipakai sebentar saja. Sementara anda kembali kepada anak perempuan anda
yang tadi menangis itu, hati anda merasa sangat iba terhadapnya. Tetapi ternyata, dia
tidak saja sudah berhenti menangis, malahan dia sudah bermain dengan riang gembira
dengan yang lainnya. Karena para ayah mengganti persneling lebih lambat daripada
anak-anak yang menangis, anda masih akan merenungkan semua kejadian itu selama
satu jam atau lebih, lama setelah anak kecil anda melupakannya. Sebut saja ini sebagai
jurang pemisah kesedihan. Anggap saja ini sebagai bagian lain dari liku-liku menjadi
seorang ayah: berusaha untuk menerima kesedihan dan kegembiraan.
(Sumber: Bill Cosby, "Peran Sang Ayah" (terj.), Jakarta: Mitra Utama, 1989)
Erick Kartawijaya
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Perkembangan Anak
(Rootie))
Mengajar anak untuk memuji Tuhan tidak perlu tunggu sampai ia bisa menyanyi. Sejak dari
kandungan bayi dapat diajak memuji Tuhan bersama dengan papa dan mama.
Pada usia 7-8 bulan, bayi mulai terlihat responsif terhadap irama lagu. Ia akan bertepuk
tangan sambil tertawa-tawa. Ia akan mulai menggoyangkan badan mengikuti irama lagu.
Jika anda sudah biasakan bayi sejak lahir mendengarkan irama lagu, ia akan siap untuk
diajak memuji Tuhan bersama-sama pada usia 7-8 bulan.Putarkan lagu-lagu klasik yang
riang atau lagu rohani anak-anak maupun puji-pujian umum. Ajak anak menyanyi bersama,
sambil bertepuk tangan dan menggerakan badan. Lakukan hal ini secara rutin: sehabis
mandi, atau sebelum minum susu malam hari. Tunjukkan padanya bahwa memuji Tuhan
merupakan waktu yang paling menyenangkan di dalam hidupnya. Jadikan ‘memuji Tuhan’
sebagai ‘life-style’ si kecil.
(Patricia H. Rushford)
Bukan hanya anda dapat mengalami stress. Bayipun dapat mengalami stress.
Stress adalah tekanan yang dirasakan ketika tuntutan melebihi kemampuan seseorang.
Bayi dapat mengalaminya ketika rutinitas terganggu oleh perjalanan, pesta ulang tahun,
tidak tidur siang, suara yang keras terus menerus, kunjungan tamu, atau makan malam di
luar rumah. Penyebab lain bersumber dari orang tua sendiri yang terlalu banyak menekan,
ngomel, berkelahi, atau menuntut lebih. ‘stress’ melepaskan hormon ke dalam tubuh, yang
menyebabkan jantung berdebar keras dan nafas lebih cepat. Terlalu banyak stress dapat
mengakibatkan masalah kesehatan dan kejiwaan.Semua bayi dapat mengalami stress,
akan tetapi kemampuan tiap bayi berbeda. Ada bayi yang dapat menanggung tekanan
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
yang cukup berat, ada bayi yang tidak tahan dengan tekanan yang sedikit saja.
Tanda-tanda stress pada bayi misalnya: rewel, tidak bisa diam, nakal, susah makan,
susah tidur, masalah pencernaan, mengisap jempol, dan menangis di malam hari.
Untuk menanggulanginya, sebagai orang tua kita harus memikirkan segala alternatif
terbaik. Bayi cenderung untuk meniru mimik orang tua. Oleh sebab itu pertama-tama, kita
sendiri harus belajar bagaimana menanggulangi stress kita sendiri. Setelah itu evaluasi
lingkungan bayi: hindari dari suara yang mengganggu, susun jadwal rutinitas yang lebih
teratur. Sebagai orang tua bersikaplah lebih tenang, sabar dan penuh kasih, berikan
atmosfir yang lebih santai pada saat bermain, luangkan waktu untuk bermain dan tertawa,
mandikan dengan air hangat, berikan susu hangat, letakan pada kursi atau ranjang
ayunan, peluk dan beri kelembutan. Dan akhirnya, yang paling penting: doakan terus
menerus. Allah yang Maha tahu dapat menanggulangi segala macam situasi. Percayakan
kekhawatiran anda pada-Nya dan mintakan damai sejahtera dan rasa aman bagi anda
dan anak anda.
(Grace Ketterman)
Masa kebingungan orang tua yang luar biasa untuk pertama kali adalah ketika ia melihat
anak 2-3 tahun tiba-tiba membencinya.Janet tiba-tiba menendang kakaknya, memukul
teman-temannya dan berteriak "No!". Janet seharusnya tidur siang, tapi ia terus bermain
sekalipun sudah lelah. Dalam kebingungannya ibu Janet mengatakan: "Apa yang telah
saya lakukan sehingga ia menjadi begitu pemarah dan penuh kebencian?" Yang ibu Janet
tidak sadari adalah apa yang terjadi dalam diri Janet juga terjadi pada umumnya anak
seusianya.
Karakteristik umum:
Menjadi mandiri merupakan tugas utama.
Syarat untuk melakukan tugas itu adalah menguji otoritas orang tua. Itu adalah
satu-satunya cara untuk dia dapat menemukan kemampuannya dan mengerti
batas-batas yang tidak boleh dilakukan.
Mereka belajar dengan cara menjelajah.
Hal ini mendorongnya untuk mencapai puncak tertinggi dari lemari es untuk
melihat apakah ada biskuit di atas lemari yang tertinggi. Mereka sama sekali tidak
bermaksud untuk menakut-nakuti ibunya.
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
dalam hikmat Allah. Maka, kita tidak akan pernah menyerah kepada kekuatan
anak untuk memberontak.
Sebanyak dibutuhkan, mintalah kekuatan baru terus menerus dari Allah Bapa
di surga.
Allah menjanjikan setiap orang tua hikmat, kekuatan, dan kasih.
Grace Ketterman, M.D. adalah direktur medis dari Crittenton Center, rumah sakit psikiatris
untuk anak-anak di Kansan City, Mo. Dia adalah penulis dari Mothering: The Complete
Guide fot Mothers of All Ages. (Thomas Nelson).
(Jeffrey W. Timm)
Jika anak anda tidak mempunyai masalah dengan giginya, maka usia 3 tahun adalah usia
yang tepat untuk mengunjungi dokter gigi untuk pertama kali. Pada usia ini anak sudah
dapat mengerti apa yang dilakukan dokter dan mengapa. Perkembangan tiap anak
berbeda, membuat anda harus mempertimbangkan apakah anak anda sudah siap.
Pada kunjungan pertama anak-anak belajar mengenal peralatan yang digunakan dokter,
kemudian gigi diperiksa dari kemungkinan adanya masalah. Gigi anak anda juga akan
dibersihkan dan diberikan fluoride. Untuk prosedur ini biasanya anak-anak tidak akan
mengalami masalah.
Cerita kakak-kakak mereka tentang pengalamannya ke dokter gigi sering membuat anak
merasa takut. Anda perlu mempersiapkan anak secara bijaksana. Ajaklah anak bermain
dokter-dokteran. Ketika anak berbaring di sofa, anda dapat berperan sebagai dokter gigi
yang menghitung jumlah giginya. Berikan anak anda kaca yang dapat ia pegang, sambil
anda menyikat giginya dalam keadaan berbaring. Jelaskan kepada anak bahwa dokter
gigi akan menghitung giginya dan memakai "sikat gigi istimewa" untuk membuat giginya
"super bersih". Jangan janjikan bahwa dokter gigi tidak akan menyakitinya. Janji ini hanya
akan membuat anak bingung, mengapa pada akhirnya ia disakiti oleh dokter gigi.
Usahakan untuk memberikan impresi positif kepada anak setiap kali ia akan pergi ke
dokter gigi. Hal ini akan membangun kebiasaan pemeliharaan gigi yang baik seumur
hidupnya.
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
Jeffrey M. Timm, D.M.D., praktek sebagai dokter gigi keluarga di Bend, Ore. Ia
mempunyai empat orang anak.
Perhatikan Aku!!
(Kevin Leman)
Merasa diri penting di dalam keluarga, merupakan perasaan dasar yang dibutuhkan anak.
Jika orang tua tidak memperhatikan kebutuhan ini, anak akan tetap berusaha
mendapatkannya dengan berbagai cara: ngompol, merengek, menangis, berbohong,
mencuri, mengganggu, atau membolos.Tingkah laku untuk menarik perhatian tidak selalu
negatif. Mendapatkan nilai A, menjadi penolong ibu atau membantu ayah membersihkan
garasi juga merupakan sarana untuk menarik perhatian. Anda perlu hati-hati jangan
sampai anak belajar bahwa ia hanya disayangi jika mendapat nilai baik, atau hanya kalau
membantu orang tua.Kadang-kadang anak menarik perhatian orang tua secara
berlebihan. Dia tidak akan berhenti berteriak sampai ada orang yang mengatakan: "Sudah
kasih saja….!" Hal ini dilakukannya karena ia sudah mempelajari bahwa hanya dengan
cara itu ia bisa memperoleh apa yang ia inginkan. Cara itu memberikan "kuasa" ekstra
untuk mengontrol orang tuanya.
Kedua, untuk menyatakan bahwa papa atau mama mulai marah. Ketiga, (selalu
dengan nada yang keras) yang berarti: "Hai, mama dan papa sungguh-sungguh.
Kamu datang ke sini sekarang!" Berhentilah melakukan permainan ini dengan
anak anda; ini hanya mengajarkan anak untuk tidak bertanggung jawab. Hindari
godaan untuk menantang anak. Ajarkan mereka konsekuensi dari tingkah lakunya.
Jika mereka tidak juga datang ketika dipanggil untuk makan, mereka akan
kelaparan.
Kevin Leman adalah psikolog terkenal yang menulis lebih dari 10 buku tentang
bagaimana menjadi orang tua, termasuk Getting the Best Out of Your Kids (Harvest
House)
.
USIA 8-12 TAHUN
Belajar Efektif
(Elaine K. McEwan)
Pernahkan anda berpikir bagaimana seorang anak bisa mendapatkan nilai A dengan
belajar sambil mendengarkan musik, ketika yang lain sangat terganggu hanya dengan
mendengar suara kertas koran yang dibolak-balik. Hal ini tidak berhubungan dengan daya
intelegensi anak, melainkan pola belajar. Jika kita bisa mengenal pola belajar anak, maka
kita dapat menyusun struktur lingkungan rumah yang dapat memaksimalkan kemampuan
belajar anak. Hasil survey dan riset membuktikan bahwa tiap orang mempunyai pola
belajar yang berbeda. Jika ketrampilan belajar dilatih sesuai dengan pola belajar anak,
maka ia akan belajar di dalam waktu yang lebih singkat.
Jika anak anda senang duduk diam dan mendengarkan cerita, ia cenderung sebagai
auditory learner. Dia akan lebih mengerti dan mengingat pelajaran yang ‘didengar’. Jika
demikian, bantulah anak mengerjakan pekerjaan rumah dengan membacakan materi
yang penting dan minta anak mengucapkan hal-hal penting untuk dipelajari.
Bagi visual learner, hal yang dapat dilihat sangatlah dibutuhkan. Mereka membutuhkan
tulisan, gambar, bagan atau ilustrasi untuk menolongnya mengorganisasikan dan
mengingat materi yang dipelajari.Jika anak harus menyentuh sesuatu yang dilihat,
membongkar untuk melihat bagaimana cara kerja suatu benda, ia adalah
kinesthetic/tactile learner. Mereka butuh untuk mengalami sesuatu, bukan hanya
23. Perkembangan anak – Usia 0–1 tahun
mendengar atau membaca tentang sesuatu. Biasanya mereka suka melakukan kerja
kelompok, berbagi dan belajar dengan orang lain.Pelajar yang sukses biasanya tidak
terpaut hanya dengan satu pola belajar. Penggunaan berbagai indera, seringkali
menolongnya mengatasi kelemahan di dalam suatu bidang. Tapi, ada anak-anak tertentu
yang sulit belajar, mungkin bisa lebih efektif belajar dengan hanya memakai satu pola
belajar.
Setelah menemukan pola belajar anak, yang dapat anda lakukan adalah sebagai berikut:
Diskusikan pola belajar anak dengan guru. Ceritakan ide dan strategi yang
mungkin merupakan hal terbaik untuk dilakukan di sekolah dan di rumah.
Cobalah bereksperimen dengan berbagai tekhnik belajar untuk melihat yang mana
paling efektif bagi anak. Misalnya, untuk menolong anak menghafalkan perkalian,
coba dengan: kuis verbal (auditory), soal tulisan (visual), lagu atau pantun atau
peragaan (kinesthetic/tactile).
Sadarilah bahwa anda dan anak anda mungkin mempunyai pola belajar yang
berbeda. Ketika menolongnya mengerjakan pekerjaan rumah, hendaklah anda
peka terhadap keunikan pola belajar masing-masing. Jangan biarkan pekerjaan
rumah membuat hubungan kalian menjadi terputus.
Bantulah anak mengerti dan membangun pola belajarnya. Kalau anak butuh untuk
mem-'visualisasi'kan ide yang dipelajari, bantulah dia belajar membuat diagram,
bagan, atau gambar. Jika ia membutuhkan pengalaman, bantulah anak untuk
menemukan pengalaman tersebut. Kalau ia perlu mendengar, ajarkan bagaimana
merekam materi yang penting untuk di dengar.
Libatkan anak di dalam aktifitas di luar rumah, atau melakukan hobby dengan
menggunakan pola belajar, talenta dan kemampuan untuk melakukan sesuatu
yang terbaik.
Elaine K. McEwan, Ed.D., adalah kepala sekolah dasar dan pengarang beberapa buku,
termasuk Will My Child Be Ready for School ? (Life Journey, 1990)
(Naskah-naskah terjemahan di ambil dari majalah Christian Parenting Today, edisi Juli/Agustus 1992)
24. Pertanyaan anak - Apakah ada dinosaurus di dalam Bahtera
Nuh?
Pertanyaan Anak:
Apakah Ada Dinosaurus di dalam Bahtera Nuh ?
inosaurus sangat terkenal sekarang sebab kita temui di mana-mana : di TV, komik dan
juga banyak mainan dinosaurus. Memang banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa
ada hewan-hewan aneh yang hidup ratusan juta tahun yang lalu. Tetapi Alkitab tidak
mencatat dengan jelas adanya dinosaurus
Banyak orang-orang pandai yang belajar Alkitab percaya bahwa jika dinosaurus betul-betul
ada, mereka sudah mati dan punah sebelum air bah turun, sehingga tidak ada lagi
dinosaurus di dalam bahtera Nuh.
Kita tidak menemukan Dinosaurus di dalam Alkitab karena Alkitab bukan buku ilmu
pengetahuan melainkan buku tentang rencana Allah terhadap hidup manusia.
Sumber : Wilholt,James. "101 Questions Children Ask About God." Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers,1992.
"The meaning … is, that children are not the fruit of chance,
But that God, as it seems good to Him, distributes to every
man His share of them." (John Calvin)
25. Ibu Kartini tertangkap di Sudirman
Potret Ibu:
Ibu Kartini Terperangkap di Sudirman
ambil menantikan suami saya turun dari kantornya di wilayah jalan Sudirman, saya
memperhatikan beberapa karyawan wanita yang baru saja pulang kerja. Cukup banyak.
Ah..... lebih banyak lagi wanita dengan berbagai macam mode pakaian kerja berjalan di
sepanjang jalan Jenderal Sudirman. Di dalam hati saya berkata: "Terima Kasih Ibu Kartini,
tanpa engkau pemandangan Jenderal Sudirman akan begitu hambar, tanpa bunga-bunga
merah, kuning, dan berbagai warna ceria pakaian wanita."Tiba-tiba sebuah mobil kijang
berhenti di depan saya. Isinya cukup padat. Ada beberapa orang anak, suster, pembantu
rumah tangga, dan supir. Tak lama kemudian seorang ibu mendekat dan masuk ke dalam
mobil. Di dalam hati saya berkata: "Oh ibu Kartini, tanpa sengaja engkau telah menceraikan
anak-anak ini dari ibu mereka."
Kita harus mengakui bahwa nasib kaum wanita saat ini mengalami banyak kemajuan.
Wanita tidak lagi bisa dianggap remeh oleh kaum pria. Wanita mempunyai potensi yang
kadang jauh lebih besar dari potensi kaum pria. Kesempatan meniti karir semakin luas bagi
kaum wanita. Akan tetapi bersamaan dengan itu pula, struktur keluarga dan pola pendidikan
anakpun bergeser. Sekarang, orang tua tidak lagi menjadi pemeran utama usaha
pendidikan anak. Di dalam kesibukan orang tua meniti karir, sekolah swasta dan negeri
sudah hadir untuk menggantikan peran mereka. Semakin banyak sekolah yang menambah
waktu belajar murid di sekolah, sehingga orang tua tidak perlu bingung ke mana mereka
harus menitipkan anak. Yayasan penyalur baby-sitter semakin banyak. Taraf hidup para
pembantu mulai meningkat. Kaum wanita berekonomi rendah mendapatkan kesempatan
kerja lebih baik sebagai baby-sitter. Dengan keberadaan baby sitter, kekhawatiran para
orang tua semakin dapat teratasi ... asal ada uang!!! Tapi sekali lagi ... kehadiran sekolah
dan yayasan penyalur baby-sitter yang pada mulanya untuk membantu orang tua, kini
membuat jurang perceraian anak dan orang tua semakin besar.
1) Apakah anda memaksakan anak anda untuk berdikari sebelum dia dapat berdiri tegak?
2) Apakah anda mulai melihat gejala ‘asosialisasi’, sikap dingin, dan individualisme pada
anak?
3) Apakah anda mulai merasa sulit mengenal anak anda, apalagi menangani
kenakalannya?
25. Ibu Kartini tertangkap di Sudirman
4) Apakah anda mulai merasa anak anda lebih cinta TV daripada anda, apalagi cinta
Firman Tuhan ataupun gereja?
5) Apakah anak anda sangat emosional ketika baby sitternya pulang mudik?
6) Apakah hubungan anda dan suami mulai terasa tegang dan penuh konflik?
Jikalau 90% dari jawaban anda adalah "Ya", mungkin anda adalah "Ibu Kartini yang tersesat
di Sudirman (atau area business lain)."
Anda mungkin berkata, "Habis bagaimana?... Inilah tuntutan hidup zaman ini." Saya tidak
menganjurkan anda untuk berhenti dari pekerjaan atau pindah dari kota tempat anda
tinggal. Melalui buletin ini, saya ingin mengajak anda untuk berdialog. Diharapkan melalui
dialog ini kita bisa menemukan jalan keluar bagi kondisi anda. Di dalam buletin ini ada
beberapa hal yang akan dibahas:
Informasi dan diskusi tentang "memelihara hubungan anak & orang tua" bagi wanita
karir.
Bagaimana memilih alternatif pengasuh.
Menanggulangi pengaruh negatif pendidikan dari para baby-sitter.
Peran hubungan suami-istri dalam pendidikan anak.
Apa arti "Quality Time" dalam pendidikan anak?
dan sebagainya
Karena buletin ini merupakan dialog, maka diharapkan anda bersedia membagi
pengalaman, tanggapan, komentar, kesulitan, saran/ide, dll. Anda akan dibantu oleh para
ibu yang berpengalaman, para penginjil dan pendidik anak, serta psikolog. Tulisan atau
masukan andapun dapat menjadi kontribusi besar bagi orang tua lain yang membaca
buletin ini.
26. Potret ibu – Seperti katak di dalam tempurung
Potret Ibu:
Seperti Katak Di Dalam Tempurung
"Sebelum menikah, saya adalah seorang gadis yang sangat aktif dan ‘out-going’.
Saya bukan orang yang bisa diam dan melakukan kegiatan rutin tiap hari. Akan
tetapi setelah menikah dan dikaruniakan seorang anak (sekarang berusia 2 tahun
lebih), saya menyadari bahwa tugas terutama yang Tuhan berikan adalah
mendidik anak saya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak bisa
menyerahkan tugas pemeliharaan dan pendidikan anak ini kepada orang lain,
karena anak saya bertumbuh cepat sekali dan saya tidak mau kehilangan
kesempatan sedikit saja untuk menanamkan konsep-konsep iman kepada anak
saya. Lagipula saya merasa kesempatan untuk mendidik anak saya yang masih
Balita ini tidak bisa dijadwalkan. Kesempatan itu muncul secara natural dan
spontan, kadang-kadang di pagi hari ketika baru bangun, kadang siang hari, dan
kadang sore atau malam hari. Karena itu, saya sebagai seorang yang diberi
tanggung jawab penuh oleh Tuhan, harus sedia setiap saat memberitahukan
kehendak Tuhan di dalam segala situasi yang dihadapi anak saya."
"Saya harus akui bahwa tugas ini berat. Saya sering tergoda untuk meninggalkan
tugas yang kadang menjenuhkan ini. Saya sering merasa kesepian dan merasa
berbeda dari rekan-rekan lain yang sedang meniti karir."
"Saya sangat menganggap penting sekolah minggu. Karena itu saya selalu
mencari kesempatan untuk menemani anak saya di sekolah minggu, kadang satu
bulan sekali atau lebih. Di satu pihak saya merasa kehadiran saya sangat penting.
Saya bisa mengetahui cerita yang disampaikan untuk bisa diulangi di rumah, saya
juga bisa mendorong anak saya untuk aktif, dia juga merasa bangga dan aman
dengan kehadiran saya, saya juga bisa melihat perkembangan anak saya di dalam
hidup bergereja. Akan tetapi, di lain pihak saya merasa seperti makhluk yang
aneh, karena di sekeliling saya adalah pembantu dan baby sitter. Kadang-kadang
saya merasa: ‘koq saya sendiri?’ Tapi saya tahu apa yang saya lakukan dan saya
tahu itu adalah kehendak Tuhan yang harus saya jalankan." (ALS)
tinggal di Jakarta saya merasa kesepian sekali. Saya senang bisa selalu bersama
anak-anak saya selama bertahun-tahun, akan tetapi kadang saya ingin sekali
bekerja lagi seperti dulu. Saya berdoa tapi Tuhan justru tidak memberi saya damai
sejahtera untuk bekerja lagi. Saya merasa bahwa saya butuh dukungan rohani
dari rekan-rekan ibu yang lain, supaya saya dapat memelihara iman saya dalam
tugas saya sebagai ibu. Dan saya juga ingin menjadi berkat bagi anak-anak dan
ibu-ibu lain." (SG)
"Ibu saya adalah seorang wanita yang sederhana. Dia tidak tahu banyak tentang
teori pendidikan anak, akan tetapi dia memberikan hidupnya sepenuhnya untuk
memelihara dan mendidik anak-anaknya sendiri. Hal itulah yang selalu menjadi
kebanggaan saya. Saya tahu bahwa ibu sangat menyayangi saya, oleh karena itu
ia memberikan seluruh waktunya untuk saya dan anak-anaknya yang lain.
Kesetiaan ibu saya dalam mendidik anak-anak menjadi model bagi saya.
Sekalipun saat ini saya belum dikaruniakan seorang anak, akan tetapi beban dan
visi saya adalah untuk pendidikan anak. Saya rindu anak-anak dari keluarga
Kristen bisa mendapatkan pendidikan rohani yang terbaik" (RR)
"Ketika saya mengandung anak pertama, saya mengalami keguguran. Oleh
sebab itu, ketika saya mengandung anak kedua saya banyak mengurangi
kegiatan. Waktu-waktu saya gunakan untuk membaca buku dan mempertajam visi
saya. Semakin hari saya semakin menyadari bahwa kehendak Allah yang
terutama di dalam pendidikan anak adalah di dalam Ulangan 6:6-8 - dilakukan di
rumah secara intensif, natural, dan spontan. Saya juga makin menyadari bahwa
tugas pendidikan anak adalah suatu panggilan yang sangat mulia. Mendidik anak
di rumah tidaklah lebih rendah kadarnya dibandingkan dengan khotbah di stadion,
jika dilakukan oleh orang yang diberi tugas untuk setia mengerjakannya. Saya
merasa panggilan ini ditujukan untuk semua orang tua (Ibu sebagai pengasuh dan
pemelihara; ayah sebagai pelindung dan pengajar yang menanamkan konsep
iman yang kokoh). Tinggal masalahnya adalah bagaimana kita melakukan tugas
ini di dalam kondisi hiruk pikuknya kota Jakarta." (JS)
26. Potret ibu – Seperti katak di dalam tempurung
Jika anda adalah seorang ibu rumah tangga full-time, anda dapat memberikan kontribusi berupa
tanggapan, komentar, atau membagi pengalaman dan pergumulan anda kepada ibu-ibu yang
lain melalui "Eunike".
Di dalam lembar ini kita juga akan mengadakan diskusi dan dialog mengenai:
Tak pernah kau takut akan kesulitan, tak pernah mundur mengelak,
Kini engkau nampak tidak seperti biasanya
bagaikan seroja yang baru mekar,
biarlah aku menghiburmu, dan membagi kekhawatiranmu.
Itulah engkau ibu,arti sebenarnya dari kasih sayang serta kecantikan yang murni
dan sempurna
ada padamu, semua kecantikan dan kesempurnaan ini ditemukan di dalam lubuk hatimu,
oh ibu, hidupmu penuh kasih sayang, engkau adalah pembina saya,
engkau membuat saya berpendidikan.
Engkau memeluk aku dengan penuh kasih sayang saat aku menangis,
melantunkan lagu nina bobo menghantarkan daku tidur lelap,
kebengalanku tidak pernah membuatmu putus asa, seringnya tidak mematuhimu,
juga tidak pernah membuatmu kehilangan kasih sayangmu padaku,
pengorbananmu adalah berkah yang kau berikan kepada aku,
kerelaanmu adalah kebajikanmu.
Semoga para ibu-ibu dapat bersuka ria, semoga para putra putri menghormati
dan menyanjungmu,
biarlah kami jadikanmu sebagai contoh yang kami teladani sepanjang masa,
dalam menjalani hidup dan pergaulan selalu berhati serta tujuan bagaikan
seorang ibu,
doa restu ibu akan selalu bersinambungan dalam dunia ini.
JOHN TANG
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Refleksi:
Anak-Anak Tidak Akan Menunggu
Puisi Karangan: Hellen M. Young
Refleksi: Anne Kartawijaya
"Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat"
Ada waktu untuk membayangkan kelak anak ini akan menjadi apa,
ada waktu untuk berdoa agar Allah mengajarkan bagaimana mendidiknya.
Ada waktu untuk mempersiapkan diri agar dapat memelihara jiwa anak ini,
Tetapi segera akan datang saat untuk melahirkan,
Karena bayi-bayi tidak akan menunggu.
Masa tiga bulan pertama terasa begitu lama. Perut mual, kepala pening, badan yang
lemas, dan kejenuhan seringkali membuat anda ingin segera melalui masa-masa
tersebut. Tapi tanpa terasa waktu itu akan segera lewat. Tidak lama kemudian anda
akan merasakan gerakan lembut di dalam perut, dan semakin lama semakin keras.
Tidak lama kemudian anda mulai disibukkan dengan bermacam kesibukan persiapan
kelahiran bayi anda, dan andapun akan segera melahirkan. Karena itu, nikmatilah 9
(sembilan) bulan lebih masa kehamilan dengan cara yang positif? Rasakanlah
sentuhan tangan Tuhan yang membentuk seorang manusia di dalam tubuh anda dan
senantiasalah bersyukur untuk segala perubahan yang terjadi dalam tubuh anda.
Menuliskan isi hati anda dalam diary untuk anak anda akan banyak menolong. Anda
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
akan lebih menghayati keberadaan seorang manusia yang Tuhan titipkan ke dalam
tangan anda. Kadang-kadang kehamilan mengakibatkan perubahan dalam kontrol
emosi, hubungan dengan suami, dsb. Kehadiran dan doa rekan yang seiman dan
mengerti keadaan anda sangatlah menolong. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
melibatkan suami dalam suka dan duka masa kehamilan anda. Mintalah suami anda
untuk mendoakan janin tiap-tiap hari. Tempatkan tangan suami anda pada perut anda,
sehingga ia dapat merasakan gerakan-gerakan ajaib dari si janin. Berbicara kepada
janin bersama-sama dengan suami akan menambah keindahan masa penantian anda.
Ada waktu untuk memeluknya dan menceritakan kepadanya cerita yang paling indah;
ada waktu untuk menunjukkan kepadanya Allah yang menjadikan bumi, langit dan
bunga-bunga, dan mengajarkan kepadanya agar mengagumi dan menghormati Allah.
Ada waktu untuk meninggalkan urusan dapur dan menemaninya bermain ayunan di
taman.
ada waktu untuk bersukacita berlomba, menggambar, dan menangkap kupu-kupu.
Ada waktu untuk menunjukkan jalan dan mengajar mulutnya yang kecil untuk berdoa,
ada waktu untuk mengajar hatinya mengasihi Firman
Allah, dan mengasihi hari Tuhan.
Karena anak-anak tidak akan menunggu.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Ketika saya mendoakan bayi saya akan akan segera lahir, saya diingatkan satu hal
yang penting: Bagaimana saya bisa dengan sungguh-sungguh memprioritaskan hidup
saya untuk anak ini. Saya menyadari bahwa anak ini adalah milik Tuhan sepenuhnya,
Tuhan telah memilih saya dan suami untuk menjadi tempat pendidikan intensif bagi
anak ini. Dengan menyadari hal itu, saya sangat bersyukur karena kepercayaan yang
Tuhan berikan. Anak ini akan berada di dekat saya setiap hari, jam, dan menit. Bukan
hanya 2 jam seperti anak-anak sekolah minggu yang sering saya layani. Saya
merenungkan mengapa dari sekian ribu anak yang pernah saya layani, anak inilah
yang Tuhan tempatkan secara intensif di dalam rumah saya. Saya yakin Tuhan
mempunyai maksud istimewa untuk anak ini dan saya harus lebih bersungguh-
sungguh di dalam melayaninya: memelihara dan mendidiknya. Anak ini tidak akan
menunggu, ia akan segera lahir dan semakin hari semakin besar.
Ada waktu untuk menyanyi dan bukan menggerutu, untuk tersenyum dan bukan
cemberut,
Ada waktu untuk menghapus air mata dan tertawa karena piring yang pecah.
Ada waktu untuk menunjukkan kepadanya sikap saya yang terbaik - kasih akan
kehidupan, akan Allah dan akan keluarga.
Ada waktu untuk menjawab pertanyaannya, ....segala pertanyaannya. Sebab
mungkin kelak akan tiba waktunya apabila ia tidak menghendaki jawaban saya.
Ada waktu untuk dengan sabar mengajarkan kepadanya agar ia taat dan
membereskan mainannya.
Ada waktu untuk mengajarkan kepadanya tentang indahnya kewajiban,
kebiasaan untuk memperlajari Alkitab, kesukaan untuk berbakti di rumah dan
damainya doa.
Karena anak-anak tidak dapat menunggu
Tanpa terasa, waktu cepat berlalu. Anak-anak yang tadinya begitu penurut, sekarang
seringkali mengajak orang tuanya berargumentasi. Pertanyaan-pertanyaan sederhana
tapi sulit seringkali dilontarkan dan membuat orang tua kewalahan. Mereka terus
bertumbuh tanpa bisa menanti orang tuanya sungguh-sungguh siap dengan segala
jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan sulit dari profesor kecil.
Ada waktu untuk memperhatikan dia dengan berani pergi ke sekolah dan merasa
kehilangan dia.
ada waktu untuk menyambutnya sepulang sekolah dan mendengarkan kisahnya pada
hari itu dengan sungguh-sungguh.
Ada waktu untuk mengajarkannya agar ia berdikari, bertanggung jawab,dan percaya
kepada usaha dan kemampuannya sendiri.
ada waktu untuk tegas tetapi ramah, ada waktu untuk mendisiplinnya tetapi dengan
kasih.
Karena segera, dalam waktu yang singkat sekali,
akan ada waktu untuk melepaskan dia, tugas untuk memeliharnya sudah selesai;
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Ada waktu untuk menghargai setiap menit daripada masa anak-anak yang berlalu.
Hanya dalam waktu delapan belas tahun yang berharga, waktu untuk membimbing
dan mendidiknya.
Saya tidak akan menukarkan hak kesulungan dengan sayur campur yang disebut
kedudukan sosial atau nama baik di lingkungan bisnis atau profesi ataupun dengan
uang.
Satu jam perhatian baginya sekarang akan dapat meniadakan sakit hati yang
bertahun-tahun di kemudian hari.
Rumah dapat menunggu, piring kotor dapat menunggu, ruang baru dapat menunggu.
Ada waktu apabila tidak ada pintu yang dibanting, tidak ada mainan yang berserakan,
tidak ada pertengkaran anak-anak dan tidak ada coretan atau bekas tangan di
dinding.
Pada waktu itu saya akan dapat memandang ke belakang dengan sukacita dan bukan
dengan penyesalan.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Akan ada waktu untuk memusatkan perhatian saya pada pelayanan di luar rumah;
Mengunjungi yang sakit, yang berdukacita, yang tawar hati dan yang perlu diajar;
Untuk membaktikan diri saya kepada "yang paling hina ini".
Akan ada waktu untuk memandang ke belakang dan mengetahui bahwa tahun-tahun
saya menjadi ibu tidaklah sia-sia.
Saya berdoa agar kelak akan ada waktu bagi saya melihat dia menjadi seorang yang
benar dan jujur, mengasihi Allah dan melayani semua.
Ya Allah, berilah saya kebijaksanaan untuk dapat melihat bahwa hari ini adalah hari
saya untuk berada bersama anak-anak saya.
Bahwa di dalam kehidupan mereka tidak ada satu saatpun yang tidak penting.
Biarlah saya mengetahui bahwa tidak ada karier lain yang sedemikian berharga, tidak
ada pekerjaan lain yang begitu besar pahalanya, tidak ada tugas lain yang begitu
penting. Biarlah saya tidak meninggalkannya atau mengabaikannya, melainkan
dengan Roh Kudus dapat menerimanya dengan senang hati, dengan sukacita dan
dengan anugerahMu saya dapat menyadari ...
Bahwa waktunya singkat dan waktu saya ialah sekarang.
Karena anak-anak tidak akan menunggu!
Dari puisi di atas kita melihat bahwa memberikan waktu kepada anak merupakan hal yang
sangat penting. Anak memang membutuhkan mainan, pakaian, makanan, dan kebutuhan
materi lain. Akan tetapi yang paling diperlukan anak adalah waktu kita. Khususnya bagi anak
Balita.
Miskonsepsi
Banyak orang mengajarkan untuk mendidik anak berdikari sejak bayi: "Jangan biasakan anak
mengganggu anda di waktu malam. Biarkan saja dia menangis di waktu malam, nanti dia
akan terbiasa..." Pemikiran ini salah total. Kebutuhan dasar anak di usia dini adalah rasa
nyaman dan aman. Rasa nyaman hanya bisa dia peroleh dari perut yang selalu terisi dan
popok yang selalu kering. Rasa aman hanya bisa dia peroleh jika ia tahu bahwa ada
seseorang yang selalu memberikan respon ketika ia lapar dan popoknya basah. Menangis
bagi seorang bayi bukanlah ekspresi kemanjaan akan tetapi satu-satunya sarana komunikasi
untuk memberitahukan kita apa yang ia butuhkan saat itu.Menyusui anak setiap kali ia lapar
dan menggendongnya setiap kali ia gelisah, bukanlah memanjakan anak. Anda memanjakan
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
anak, jika anda terlalu sering menggendong bahkan pada saat dia tidak perlu.
Para ahli perkembangan dan pendidikan anak menemukan bahwa kehadiran ibu atau
pengasuh tetap secara konsisten pada usia dini anak, akan menumbuhkan rasa percaya diri
anak di usia selanjutnya. Anak yang diasuh oleh ibu atau pengasuh tetap yang responsif akan
menjadi anak yang mudah bergaul, ramah, dan percaya diri. Mereka lebih mempunyai banyak
kesempatan untuk mengembangkan diri karena tidak perlu banyak waktu untuk bergumul
dengan rasa takut atau curiganya. Dia selalu percaya bahwa dalam setiap petualangan baru,
ada seseorang yang siap menolong dan melindunginya. Dia tidak perlu menarik perhatian
orang lain dengan hal-hal yang aneh, karena dia tahu bahwa ada seseorang yang selalu
memperhatikan dan siap untuk memberikan pujian pada saat ia berhasil.
Dunia kita
Suasana pendidikan dalam dunia dan zaman kita sudah sangatlah tidak sehat. Persaingan
dan tuntutan hidup seringkali membuat anak-anak kehilangan kebutuhan dasarnya. Secara
eksternal mereka bertumbuh secara wajar dan sehat, akan tetapi secara internal mereka
telah banyak kehilangan kesempatan berkembang secara maksimal. Banyak anak-anak
orang sederhana yang secara fisik kelihatan tidak istimewa, akan tetapi secara kerohanian
mereka bertumbuh baik. Akan tetapi banyak anak orang kaya yang secara fisik kelihatan kuat
dan sehat, akan tetapi secara kerohanian mereka kering sekali. Mengapa? Karena kebutuhan
dasarnya tidak terpenuhi. Ibu lebih sibuk dengan karir dan pekerjaannya, pengasuh selalu
berganti-ganti. Peraturan di rumah tidak konsisten, membuat mereka bingung dan akhirnya
acuh. Dunia terasa tidak ramah dan sunyi. Hanya malam hari, waktu dambaan mereka untuk
bermain dengan orang tua, ... tapi waktu itupun sedikit. Orang tua lelah dan mengantuk. Lagi-
lagi orang asing yang menemani mereka tiap hari. Mainan begitu banyak, tapi tidak satupun
yang bisa memeluk atau menghapus air matanya dengan kasih. Hanya malam hari
dambaannya, tapi pada saat itu tidak ada air mata yang deras untuk dihapus, tidak ada
alasan untuk mendapat pelukan penghiburan, kecuali jika .... dibuat-buat sendiri.
Ashley Montague, seorang ahli perkembangan anak, menemukan bahwa anak yang
mendapat cukup perhatian, menjadi anak yang ramah dan percaya diri; anak yang mendapat
sedikit perhatian, menjadi anak yang rewel dan banyak menarik perhatian; anak yang tidak
mendapat perhatian, menjadi anak yang acuh dan dingin.
Figur kita
Ny. Nina Sutisna adalah seorang arsitek dan meraih gelar MBA dari Amerika. Setelah meniti
karir di sebuah perusahaan yang terkenal, ia dikaruniakan seorang anak perempuan yang
cantik, cerdas, dan aktif. Selama bekerja, bayi ini dititipkan kepada saudara-saudaranya,
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
secara bergantian. Semakin besar, bayi ini semakin aktif dan butuh lebih banyak perhatian.
Suaminya, seorang insinyur sipil sangat menghargai anugerah Tuhan ini. Mereka sadar
bahwa bayi ini sangat membutuhkan kehadiran ibu. Akan tetapi, keluar dari perusahaan itu
bukanlah keputusan mudah. Kebutuhan keuangan untuk sang bayi, usaha suami, dan hidup
sehari-hari akan semakin sulit, jika sang ibu keluar dari pekerjaannya. Ny. Nina terus menerus
ditawarkan posisi dan gaji lebih baik, setiap kali ia mengajukan permohonan untuk keluar.
Dengan pertolongan Tuhan, akhirnya mereka bisa mengambil keputusan untuk berdagang di
rumah. Gaya hidup ibu ini tentu berubah, bukan lagi sebagai wanita kantoran. Ketakutan
untuk menjadi jenuh di dalam menjaga anak, ternyata tidak terjadi. Ny. Nina lebih menikmati
perannya sebagai ibu dan sebagai pendidik. Hubungan dengan anaknya semakin akrab, dan
anak ini bertumbuh lebih ceria dan dinamis. Ketika ditanyakan perubahan yang paling
dirasakan sebelum dan sesudah mengasuh sendiri anaknya, beliau mengatakan: "Yang
paling terasa adalah keakraban si bayi dengan saya. Dia nampak lebih aman di dekat saya,
sekalipun belum bisa berbicara, dia seringkali mengoceh seolah-olah mengadu. Sikapnya
seolah-olah mengatakan kepada saya bahwa dia merasa terlindung di dekat saya. Saya tidak
pernah takut memanjakan dia, karena justru semakin saya dekat dengan dia, saya semakin
tahu kapan harus bersikap keras dan tegas kepadanya dan kapan saya harus bersikap
lembut. Saya lebih percaya diri dalam mendidiknya karena saya lebih mengenalnya. Saya
juga merasa senang karena sekarang saya bisa menyaksikan sendiri perkembangan anak ini.
Pada saat dia mulai bisa duduk, berdiri. Saya tidak perlu orang lain menceritakan peristiwa
berharga itu, mata kepala saya menyaksikan sendiri momen-momen penting itu."
Ny. Rosmani Cahyono (salah satu anggota KTB Eunike) mengatakan satu hal yang sangat penting:
"Kualitas dalam pendidikan anak tidak mungkin terjadi tanpa kuantitas kehadiran orang tua.
Waktu yang kita berikan untuk hadir pada setiap saat mereka membutuhkan kita, merupakan
kualitas yang besar bagi mereka. Akan tetapi, sekalipun kita sudah memberikan diri kita full-
time berada di rumah, kita seringkali menyia-nyiakan waktu untuk kepentingan diri kita
(menelpon terlalu lama, melakukan hal yang kita sukai dan mengacuhkan pertanyaan anak,
dsb.). Dengan anak saya yang mempunyai sifat flegmatik, saya seringkali lupa akan
kewajiban saya. Dia begitu tenang, bisa bermain sendiri, sehingga membuat saya malas
untuk bermain dengannya untuk merangsang pertumbuhannya. Saya membutuhkan
pertolongan Tuhan untuk memakai waktu dengan baik demi kualitas pendidikan untuk anak-
anak saya."
Kedua ibu ini adalah contoh ibu yang sangat berhati-hati dalam mengisi hidup ini. Mereka
bersungguh-sungguh mencari kehendak Allah di dalam perannya sebagai ibu, supaya tidak
menyesal di masa yang akan datang.
28. Refleksi – Anak-anak tidak menunggu
Penyesalan yang besar akan kita alami bukan karena kita menghadapi kesulitan dan
kelemahan dalam perjuangan mengasuh dan mendidik anak. Penyesalan yang besar itu akan
kita alami jika kita menyadari bahwa kesempatan lampau di mana kita bisa mencoba sebaik-
baiknya memberi diri dan waktu untuk mendidik anak, telah lewat dan kita tidak bisa membuat
anak itu menjadi kecil lagi.
Setiap anak diciptakan secara unik. Ada anak dilahirkan begitu tenang, pendiam, dan
penurut. Ada anak diciptakan begitu sulit, aktif dan tidak bisa diam. Kedua-duanya harus
dididik dengan sungguh-sungguh. Jikalau anda sudah mencurahkan usaha dan kesungguhan
maksimal, akan tetapi anak anda seolah tidak berubah, percayalah bahwa usaha anda tidak
sia-sia. Seperti Ny. Rosmani, janganlah anda merasa puas jika anak Balita anda sekedar
sehat dan bisa bermain sendiri. Mereka tetap membutuhkan anda, sebab anda tidak tahu apa
yang masuk ke dalam pikiran dan hati mereka ketika anda tidak berada di sisi mereka.
29. Renungan ayah – Dibalik panggilan “papa .......!!”
Renungan Ayah
Dibalik Panggilan "Papa....!!"
Pdt. Johanes Lilik. S, STh
epulangnya saya dari pelayanan, istri saya bercerita bahwa anak kami yang kedua
(usia 5 bulan) sudah mulai mengoceh: "Papa". Hati saya begitu berbunga, seolah-olah
saya disadarkan dengan adanya suatu realitas unik di dalam diri pribadi saya. Di balik
panggilan "papa…!!" saya mengalami pengalaman eksistensial yang unik, yang hanya
dimiliki oleh kaum pria dan yang sudah mempunyai anak.
Anugerah Tuhan yang besar bagi seorang laki-laki adalah bahwa dia boleh menjadi
seorang ayah. Ini adalah suatu pemberian yang mulia dan berharga dari Allah.
Kesempatan untuk menjadi ayah harus dinikmati dan disyukuri. Di samping itu kita harus
sadar, bahwa di dalam panggilan untuk menjadi seorang ayah terkandung banyak
tanggung jawab dan tantangan yang berat. Seorang ayah mempunyai peranan yang unik,
yang berbeda dengan peranan ibu, dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.
Tanggung jawab dan tantangan seorang ayah bervariasi dan menarik, karena seorang
ayah tidak dapat menyamaratakan perlakuannya terhadap anak laki-laki seperti ia
memperlakukan anak perempuan. Seorang ayah juga harus menyadari bahwa setiap
anak-anaknya memiliki sifat yang unik. Kegagalan seorang ayah seringkali timbul karena
ia tidak menyadari keunikan anak-anaknya, sehingga yang timbul adalah amarah dan
kebencian dalam hati anak-anaknya. Amarah juga bisa timbul di hati anak-anak jika sang
ayah hidupnya tidak beres di mata anak-anak: tidak adanya konsistensi, kurang tanggung
jawab, pemarah, bertingkah laku aneh, dan lain sebagainya.
Memang berat menjadi seorang ayah … tapi juga indah! Seorang laki-laki menikah,
dikaruniai anak menjadi seorang ayah. Mungkin seolah-olah semuanya atas pilihan
sendiri. Tapi sesungguhnya penetapan posisi sebagai ayah telah direncanakan dan
ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian, dibalik panggilan "Papa…!" ada anugerah yang
indah untuk dinikmati dan ada tantangan dan tanggung jawab yang menakjubkan.
"Selamat menjadi seorang ayah yang berkenan di hati Allah!"
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Renungan Ibu:
Air Susu Dibalas Air Tuba
Kejadian 4:1-8
Anne Kartawijaya
ulai saat ini saya harus lebih hati-hati mengamati ‘si sulung’. Kemarin, tiba-tiba saja
dia memukul kepala adiknya dengan mainan. Untung saja tidak terjadi apa-apa
dengan ‘si bungsu’." - "Kedua anak lelaki saya tidak pernah rukun, setiap kali bertemu pasti
berkelahi, kemarin yang besar meninju yang kecil sampai bibirnya berdarah."
Keluhan-keluhan seperti ini banyak keluar dari orang tua yang mempunyai dua anak atau
lebih. Persaingan, iri hati, dan cek-cok sulit dihindari ketika anak pertama kita tidak lagi
menjadi anak tunggal. Hati orang tua pastilah merasa susah ketika melihat anak-anaknya
berkelahi. Bagaimana dengan Hawa? Hawa bukan saja melihat kedua anaknya berkelahi,
akan tetapi si sulung membunuh si bungsu.
Kain adalah anak pertama di dalam dunia ini, dan Kain adalah anak pertama yang
memberontak dan melakukan hal yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Kain menjadi
pembunuh dan pengecut. Ia adalah anak yang mengecewakan hati kedua orang tuanya.
Siapakah yang salah? Apakah semua itu adalah hasil pendidikan yang salah? Mungkinkah
Adam dan Hawa lebih mengasihi Habel daripada Kain sehingga membangkitkan rasa iri hati
pada Kain yang akhirnya berubah menjadi kebencian dan dendam? Mungkin saja!!
Mungkin juga Adam dan Hawa sangat mengistimewakan Kain sebagai anak pertama,
sehingga penolakan Tuhan terhadap persembahannya membuatnya begitu terpukul.
Mungkinkah Adam dan Hawa terlalu sibuk mengurus dunia ciptaan Allah sehingga tidak
sempat memperhatikan adanya persaingan tidak sehat di antara kedua anak mereka?
mungkin saja!!! Akan tetapi Alkitab tidak mempersalahkan Adam dan Hawa. Tuhan minta
pertanggung jawaban pribadi Kain di dalam kasus pembunuhan Habel. Tuhan mem-
permasalahkan bagaimana Kain menguasai hatinya dan kebebasannya. Dengan demikian
ada kemungkinan bahwa Adam dan Hawa sudah mendidik Kain baik-baik, akan tetapi pada
akhirnya Kain membalas kebaikan Tuhan dan kedua orang tuanya dengan kejahatan. Air
susu di balas dengan air tuba. Akan tetapi Tuhan mengganti kekecewaan, kebingungan dan
mungkin rasa bersalah mereka dengan kelahiran Set.Dari catatan Alkitab mengenai
peristiwa dapat menimbulkan berbagai pertanyaan theologis dan praktis, misalnya:
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Pertanyaan theologis:
Di dalam 1 Yoh. 3:11,12 dikatakan bahwa Kain berasal dari si jahat. Nampaknya
seolah-olah dia tidaklah termasuk dalam kaum pilihan Tuhan. Apakah mungkin anak
kita, yang dibesarkan di dalam keluarga Kristen ternyata bukan kaum pilihan?
Apakah iman orang tua menentukan keselamatan anak? Jika ya, sejauh mana dan
bagaimana?
Pertanyaan praktis:
Apakah mungkin, jika orang tua yang sudah mendidik anak dengan baik seturut
Firman Tuhan menghasilkan anak-anak yang murtad?
Sejauh mana orang tua dapat membimbing anak kepada keselamatan?
Pertanyaan itu seringkali muncul ketika anak saya sulit sekali diatur. Apalagi kalau dia mulai
melawan. Dalam hati saya bertanya: "Apakah pengorbanan saya akan menjadi sia-sia?
Apakah dia dapat mengingat kasih sayang yang saya curahkan? akankah dia
melupakannya begitu saja dan membalas kebaikan saya dengan kejahatan? Apakah anak
saya bisa menjadi anak yang saya harapkan?" Saya sudah meninggalkan pekerjaan demi
dia, akan tetapi saya tidak merasakan balasan pengertiannya. Yah sudah barang tentu..
karena dia masih kecil. Tapi bagaimana kalau dia tidak akan pernah mengerti? (AL)
Cerita Kain dan Habil membuat saya berpikir betapa pentingnya kita memperlakukan anak-
anak kita secara adil. Saya pernah mengalami kesulitan dengan si sulung, oleh karena saya
ingin dia menjadi kakak yang baik bagi adik-adiknya. Saya menuntut dia untuk berdikari,
menolong adik, mengalah, dan sebagainya. Saya tidak menyadari bahwa diapun adalah
anak-anak. Dia masih butuh pelukan saya waktu tidur, dia masih butuh perhatian khusus,
ciuman dan kadang-kadang dia ingin bermanja-manja dengan saya. Puji Tuhan, akhirnya
saya menyadarinya dan saya minta maaf padanya. Saya mulai berusaha untuk
menyediakan waktu saya untuk memperhatikan dia secara individu sebagaimana saya juga
memperhatikan adik-adiknya. Sejak saat itu, dia tidak lagi nakal untuk mencari perhatikan
saya. Dia banyak sekali membantu saya. Dengan memberikan waktu untuk mem-
perhatikannya, ternyata saya dapat menyelesaikan tugas-tugas saya sebagai ibu rumah
tangga dengan lebih efektif.Mengenai iman orang tua terhadap keselamatan anak, saya
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
dan suami tidak bisa menjamin keselamatan anak-anak. Yang dapat kami lakukan adalah
melakukan tanggung jawab kami sebaik-baiknya dan menyerahkan anak-anak kami ke
dalam pimpinan Tuhan. Itulah iman kami. (SS)
Saya percaya akan perjanjian Allah kepada umat pilihan-Nya. Tuhan sudah memberikan
karunia iman kepada kita sebagai orang tua dan kita harus menerima iman itu dengan
teguh sehingga memperkuat praktek pendidikan iman kita kepada anak-anak. Jika kita
penuh keraguan apakah anak kita diselamatkan atau tidak, praktek pendidikan iman kepada
anak-anak kita akan menjadi lemah. Saya pribadi percaya bahwa anak saya adalah
termasuk dalam umat pilihan Allah. Itulah sebabnya saya menyerahkan anak saya dalam
baptisan anak. (ALS)
Konsep tentang air susu dibalas dengan air tuba seringkali dihubungkan dengan
pengharapan orang tua terhadap terwujudnya harapan tersebut dari si anak. Apabila anak
yang dididiknya baik-baik menjadi anak yang saleh, maka orang tua merasa diri berhasil.
Demikian pula halnya jika orang tua mengharapkan anaknya lulus dengan nilai yang
memuaskan. Dan banyak lagi kepuasan-kepuasan lain sesuai dengan pengharapan-
pengharapan orang tua.Bagaimana dengan konsep iman Kristen? Seharusnya konsep
Iman Kristen mempunyai pengertian yang lebih mendalam karena ukuran kepuasan kita
bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan mata.
Berkat dari diskusi Alkitab dalam KTB "Eunike":Janji Tuhan terhadap Hawa bahwa
keturunannya akan meremukkan kepala ular (iblis) membuat Hawa menjadi seorang ibu
yang memiliki visi yang besar. Dengan visi yang besar itu, Hawa berperan sungguh-
sungguh sebagai seorang ibu bagi Kain. Namun, cerita tentang Kain justru membuat kita
tersentak karena Kain yang berasal dari si Jahat membunuh adiknya yang benar (1 br. 9:25).
Kain berencana untuk melakukan dosa tersebut justru pada saat Kain sedang
mempersembahkan korban bakaran buat Tuhan.
Untuk menjawab pertanyaan "Apakah Hawa tidak mendidik Kain di masa kanak-
kanaknya?", saya harus terlebih dulu bertanya "Mengapa Habil tidak seperti Kain? Ia
mempunyai hati yang mengasihi Tuhan." Kedua, "Jika Hawa tidak menjalankan perannya
dengan benar sebagai ibu bagi Kain, mengapa Tuan tidak menghukum Hawa seperti Tuhan
menghukum imam Eli? Apakah karena Imam Eli adalah seorang Imam/pemimpin agama
sehingga ia dituntut tanggung jawab yang lebih besar daripada Hawa?" Ketiga, "Apakah
dengan hilangnya kedua anak sekaligus (Kain dan Habil) itu merupakah hukuman bagi
Hawa?" Saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan ini dengan pasti. Hal yang pasti yang
dapat saya kemukakan adalah bahwa setelah semua peristiwa kriminal tersebut, Hawa
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
mendapat penghiburan dari Tuhan dan dipercaya untuk mendidik Set sebagai pengganti
Habil. Dari keturunan Set kemudian lahirlah Yesus Kristus, juru selamat dunia.
Bagi saya, kemungkinan air susu dibalas dengan air tuba tidak dapat dijawab dengan suatu
pembuktian yang dapat dilihat dengan mata jasmani. Janji Tuhan buat orang benar tidak
bicara tentang keuntungan di luar, tetapi keuntungan yang kekal dan dinikmati oleh hati
yang mengasihi Tuhan. Seperti Hawa yang dihibur dan dipercaya oleh Tuhan melalui
kesempatan menjadi ibu Set, demikianlah Tuhan membalaskan air susu dengan air susu.
Betapa bahagianya Hawa akan kepercayaan dan anugerah Tuhan dalam hidupnya.
(Rachel Roho, 30 tahun)
Saya dididik oleh orang tua yang suka berdoa, baik sebelum makan dan tidur, juga sebelum
dan sepulang dari bepergian atau kerja. Setiap malam ayah mengumpulkan anak-anaknya
untuk berdoa bersama. Pola kehidupan doa ini sangat melekat dalam kehidupan saya dan
saudara-saudara saya, sehingga saat kami dewasa kamipun mempunyai kehidupan doa
yang indah. (Beppy Latumeten, 23 tahun)
Mama saya adalah seorang wanita Kristen sederhana yang sangat mengasihi Tuhan. Sejak
saya kecil, beliaulah yang dominan dalam mendidik dan membentuk kepribadian saya.
Mama membuka salon kecantikan di rumah. Dengan bekerja di rumah, mama tetap dapat
mengawasi saya sambil menambah penghasilan untuk keluarga. Mama selalu berusaha
menyediakan waktu untuk saya di tengah-tengah kesibukan salon dan pelayanan di gereja.
Mama selalu memakai waktu makan siang dan malam bersama untuk bertukar pikiran,
saling menceritakan pengalaman dan perasaan. Hal ini membuat ikatan batin yang
mendalam antara saya dan mama. Walaupun waktu kecil saya sering nakal dan kadang-
kadang hampir terpengaruh teman-teman sekolah yang tidak baik, kasih mama selalu
mengingatkan saya untuk takut berdosa pada mama dan Tuhan. Kasih saya kepada mama
makin bertambah hingga saat ini. Saya tidak mungkin membalas kasih mama dengan air
tuba. (SR, mahasiswa Sekolah Theologia)
Ayahku telah tiada, akan tetapi saya tidak bisa melupakan kenangan manis bersamanya:
Ciuman dan pelukan setiap kali ia ada di rumah (ia adalah seorang pendeta yang sibuk),
ketika pergi naik bemo aku duduk dipangkuannya, juga ketika ngobrol di meja makan.
Sekalipun waktu yang beliau miliki tidak sebanyak ibu, tapi ayah sudah menjalankan
perannya sebagai seorang pemimpin rohani bagi anak-anaknya. Tiap malam kami
dikumpulkan untuk berdoa dan membaca Alkitab. Banyak pertanyaan-pertanyaan kami
mengenai pengajaran Alkitab yang dijawab oleh ayah. Dia tidak banyak bicara, tapi
pengaruhnya sangat besar dalam keluarga kami. (RR)
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
Sejak kecil saya melihat perjuangan ibu saya. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi ke
lima anaknya. Saya mengamati bahwa orang tua yang bersusah-susah pada masa
mudanya, akan memperoleh kebahagiaan pada masa tuanya. Ketika masih muda ibu saya
sebagai seorang janda miskin harus merawat dan mendidik anak sendiri sambil bekerja
mencari uang (menjahit di rumah). Sekarang ketika anak-anak sudah dewasa dan
berpenghasilan baik, ibu sangat disayang dan dihormati oleh anak-anak. Saya percaya
bahwa apa yang ditabur oleh orang tua itulah yang akan dituai nantinya. (CK- calon ayah)
Kesimpulan
Di dalam buku You and Your Family, Dr. Tim La Haye memberikan diagram silsilah
dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang
penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan
Edwards, seorang penginjil yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Dia
juga menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup
yang baik. Melalui silsilah mereka ditemukan bahwa dari Max Jukes, terdapat 1.026
keturunan, 300 orang mati muda, 100 orang di penjara, 190 orang pelacur, 100
orang peminum berat. Dari Dr. Edwards, terdapat 729 keturunan, 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat
pemerintah dan satu orang wakil presiden Amerika. 1)
Dari diagram tersebut, kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai dari
orang-orang tua di atas kita sangat mempengaruhi kehidupan kita. Demikian juga
dengan apa yang kita berikan kepada anak-anak kita, bukan saja mempengaruhi
mereka tapi juga mempengaruhi generasi di bawah kita selanjutnya.
Alkitab tidak menuntut kita untuk memberikan hasil yang baik, tapi Alkitab mengajar
kita untuk hidup taat dan takut pada Tuhan serta mengajarkan Firman Tuhan
kepada keturunan kita dengan setia. Tanpa kita sadari, anak-anak mengamati gaya
hidup kita.
Akan tetapi dari catatan Alkitab, kita melihat bahwa keselamatan seorang anak
mempunyai dimensi yang jauh lebih dalam dari sekedar ‘pembalasan budi seorang
anak secara moral.’ Keselamatan seorang anak merupakan hal yang ‘spiritual’
dalam hubungan anak dengan Allah. Keyakinan iman kita akan keselamatan anak
sangat ditentukan oleh perspektif theologia anda. Di dalam buku "Teaching for
Spiritual Growth", Perry G. Downs mencatat tiga perspektif yang berbeda mengenai
keyakinan iman orang tua akan baptisan dan keselamatan anak: 2)
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
2. Perspektif Lutheran.
Orang-orang Lutheran percaya bahwa ketika anak-anak bayi
dibaptis, Tuhan mengaruniakan "iman yang bekerja" di dalam
hati anak-anak sehingga mereka suatu saat dapat percaya
dan diselamatkan. Dengan demikian, baptisan adalah sarana
bagi anugerah Allah bekerja untuk menyelamatkan anak
dengan cara mengaktifkan iman dalam diri mereka. Para
orang tua dengan perspektif ini akan mempersiapkan anak-
anak untuk percaya pada usia tertentu.
3. Perspektif Reformed.
Orang-orang reformed percaya bahwa iman diperoleh anak
melalui pendidikan orang tua yang beriman. Baptisan anak
merupakan tanda perjanjian antara orang tua dan Allah,
bahwa orang tua akan membesarkan anak di dalam iman
Kristen. Gereja yang memegang perspektif ini percaya bahwa
ketika orang tua membesarkan dan mendidik anak di dalam
iman, Allah akan meregenerasikan mereka dan memberikan
mereka anugerah iman. Para orang tua dengan perspektif ini
sangat menganggap penting tanggung jawab mendidik iman
dengan keyakinan bahwa anak yang dianugerahi adalah
kaum pilihan Allah.Masalah yang kita hadapi sekarang ini
adalah: banyak dari antara kita yang mendidik anak tanpa di
dasari perspektif theologia sama sekali sehingga pendidikan
yang kita lakukan bersifat umum dan tanpa kekuatan rohani.
Sebagai orang tua Kristen kita harus mempunyai nilai "plus"
di dalam pendidikan anak. Bagaimanakah dengan keyakinan
anda akan keselamatan anak anda?
30. Renungan ibu – Air susu dibalas air tuba
1) Rolf Z., Train Up a Child. Wheaton, Illinois: Living Books, 1994. hal. xi-xii.
2) Perry G. Downs. Teaching for Spiritual Growth. (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Pub. House, 1994),
hal. 203-204.
Renungan Ibu
Hanna bin Elkana Sutrisno
1 Samuel 1:1-28
Rootie
pa yang dibutuhkan dari suami bagi seorang istri yang sedang mengalami
stress berat?
Seperti pria pada umumnya, Elkana adalah seorang yang rasional dan praktikal. Tapi,
Elkana bukanlah tipe laki-laki ‘cuek’. Sekalipun ia sudah mendapatkan kepuasan melalui
Penina yang dapat memberikannya keturunan, ia memperhatikan kesusahan istrinya.
Dihiburnya Hanna ketika ia mengalami stress berat. Ia mengatakan: "Hanna, mengapa
engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih?
Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" Hanna diam saja…
mungkin kalau Hanna mau menjawab ia akan mengatakan: "Siapa bilang kau lebih
berharga dari pada sepuluh anak laki-laki?…. satu saja anak laki-laki lebih berharga
daripada sepuluh Elkana"
Betapa seringnya wanita merasakan suami tidak mengerti stress yang dialami. Semakin
suami berbicara untuk menghibur, semakin dalamlah stress wanita. Karena, semakin
banyak suami berbicara semakin jelas bahwa sang suami tidak mengerti kesusahan wanita
yang sesungguhnya. Apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh wanita yang sedang stress?
Pertanyaan yang sulit dijawab oleh suami. Sering suami merasa serba salah. Diam saja….
Istri merasa suami ‘cuek’, berbicara … istri merasa suami tidak menangkap isi hati
sesungguhnya. Memang Tuhan menciptakan wanita sebagai makhluk yang sulit diduga,
dengan tujuan supaya suami lebih hati-hati di dalam menghadapinya.
Stress seorang wanita tidak jauh dari urusan anak. Anak yang susah makan, anak yang
melawan, anak yang tidak mau diatur, anak yang sakit terus menerus, anak yang tidak mau
belajar, anak yang main game terus, anak yang banyak permintaan.
Di dalam kondisi stress, istri sangat membutuhkan dukungan suami. Bukan sekedar kata-
kata penghiburan tapi dukungan rohani. Tidak usah suami banyak berbicara atau memberi
31. Renungan ibu – Hanna bin Elkana Sutrisno
komentar. Cukup dengan mengatakan: "Sayang, saya tahu tugasmu sebagai ibu sungguh
teramat berat. Mungkin saya kurang bisa membantumu, tapi saya ingin kamu tahu bahwa
saya terus mendoakanmu supaya Tuhan memberikan kekuatan dan hikmat."
Pagi ini, seperti biasanya sebelum makan pagi bersama suami saya berdoa untuk saya.
Tapi hari ini doanya lebih saya simak karena saya sangat membutuhkannya. Ia katakan:
"Tuhan, berikanlah istriku hikmat untuk dapat mendidik anak kami, untuk melakukan segala
pelayanannya dan segala macam urusan hari ini." Doa yang umum tapi lebih berharga
daripada kecupannya sebelum ia masuk mobil. Mengapa? Karena saya lebih membutuhkan
Tuhan daripada dirinya yang terbatas. Saya lebih membutuhkan doa daripada seribu kata
penghiburan. Doa suami lebih membuktikan ketulusan cintanya daripada jutaan hadiah dari
mall terbesar di Jakarta.
32. Renungan ibu – Memori Natal
Lain dari jenis musik yang lain, lagu-lagu natal memiliki suatu kekuatan khusus. Bukan
hanya orang Kristen, orang non-Kristenpun akan merasakan kedamaian ketika
mendengarkan alunan lagu "Malam Kudus", "O Holy Night", dan lain-lain. Terlebih daripada
itu, lagu-lagu natal mempunyai kekuatan untuk mengembalikan memori masa lalu.
Natal yang merupakan peristiwa besar seharusnya disambut dengan sukacita oleh setiap
umat Tuhan. Dengan caranya tersendiri, setiap umat Kristen merayakan kabar gembira
yang dinyatakan kepada manusia bahwa "Allah telah datang dan hidup bersama-sama
dengan manusia dalam diri Yesus Kristus."
Sukacita natal seharusnya dialami oleh anak-anak kita. Sebagai kanak-kanak dengan
pikiran yang konkrit, keterlibatannya di dalam perayaan natal di gereja merupakan memori
tersendiri baginya. Pergi ke gereja bersama dengan papa dan mama, atau menyanyikan
lagu natal dengan diterangi lilin natal di ruang keluarga, atau sekedar menghias rumah
bersama dengan mama
Merupakan hal yang disayangkan jika pada masa kecilnya, anak-anak menyimpan memori
yang buruk di hari Natal. Dalam situasi kota besar yang penuh kesibukan, semakin banyak
anak-anak yang mengalami kesepian justru di hari Natal. Baik kesepian secara fisik
maupun mental. Kehadiran Yesus sulit dihayati karena kehadiran orang tua pun jarang
dialami.
Jika anda mempunyai jadwal tugas ke luar kota atau ke luar negeri bertepatan dengan
perayaan Natal sekolah minggu, apa yang saudara akan lakukan? Si kecil tidak hanya
membutuhkan ‘mbak’ untuk mengantar dia pergi ke gereja. Dia perlu mama dan papa yang
32. Renungan ibu – Memori Natal
mengatakan: "Mama dan papa bangga sekali melihat kamu menyanyi dengan baju
malaikat…Tuhan Yesus senang sekali dengan hadiah ulang tahun yang kamu berikan."
Dan terlebih lagi mereka membutuhkan papa dan mama untuk menjelaskan makna natal
yang sesungguhnya.
Kesempatan anda untuk menanamkan memori indah dalam keluarga akan segera berakhir
sampai anak-anak menginjak usia remaja. Anda akan semakin sulit menahan mereka di
rumah pada hari Natal, karena mereka mempunyai acaranya sendiri-sendiri dengan teman-
teman mereka.
33. Renungan orang tua – Kekuatan yang Misterius
(Markus 4:26-29)
Anne Kartawijaya
Memasuki ulang tahunnya yang pertama, saya membuka kembali album foto sejak
kelahiran Timothy. Luar biasa! Dari bayi kecil kini dia sudah mulai berjalan sendiri. Dari
mana ia mempelajari semua itu?
Suatu saat tanpa sengaja Timothy menyakiti tangan saya dengan mainannya. Secara
spontan saya berseru : "Aduh …!" Timothy terkejut dan menatap saya. Sewaktu saya
masih menunjukkan wajah kesakitan, tiba-tiba Timothy mengulurkan tangannya,
dipeluknya leher saya, dibelai-belainya rambut saya dan dia menghibur dengan
bahasanya sendiri dengan mesra. Hati saya langsung bergetar! "Tuhan, dari mana ia
pelajari semua itu?" "Bagaimana kepekaannya bertumbuh?"
Suatu malam, ketika kami sedang bermain-main di tempat tidur, Timothy dengan
bahasanya sendiri memanggil Papa dan Mama sambil menunjukkan tangan yang dilipat.
Kami segera mengerti, ia ingin berdoa dan tidur. Setelah Timothy tidur saya bertanya
kepada Tuhan : "Bagaimana kecintaannya kepada Tuhan bertumbuh nantinya?"
Banyak teori yang menjelaskan bagaimana seorang anak bertumbuh secara fisik, emosi
dan sebagainya. Tapi tidak ada suatu teori yang tepat yang dapat menjelaskan bagaimana
iman seorang anak dapat bertumbuh. Markus adalah satu-satunya penginjil yang
menuliskan perumpamaan tentang misteri dari pertumbuhan, selagi penginjil-penginjil lain
menuliskan tentang pentingnya tanah yang subur untuk suatu pertumbuhan.
Pertumbuhan iman merupakan suatu kekuatan yang misterius. Iman merupakan hal yang
pribadi sekali antara anak dan Tuhan. Lalu bagaimana dengan peran kita sebagai orang
tua? Kita hanya dapat menyediakan wadah tabah, menyiraminya, memeliharanya, Tuhan
yang menumbuhkan.
Terima kasih Tuhan, karena pada bagian yang tidak dapat kami kerjakan di
situlah Engkau bekerja secara luar biasa.
34. Ruang tanya jawab – Anak saya kehilangan semangat belajar
elakangan ini anak saya mulai malas belajar. Dia tidak peduli dengan nilai yang jelek,
dan bahkan keinginan sekolahpun tidak nampak. Ada orang yang mengatakan mungkin
karena ia lelah, sejak usia 2 tahun saya sudah sekolahkan dia. Apa betul itu penyebabya ?
Jemaat GRII, Jakarta
Kita tidak bisa mengharapkan 'self-discipline' (disiplin diri) dari anak SD. Mereka masih membutuhkan
orang tua yang mendorong, kadang-kadang mendesak mereka untuk disiplin belajar. Disiplin dari
rumah inilah yang akan menjadi dasar disiplin diri pada usia dewasa nanti. Pada umumnya anak-anak
tidak peduli dengan nilai jelek, karena mereka tidak berpikir mengenai akibat konkrit dari nilai jelek
itu. Anak-anak membutuhkan sesuatu yang konkrit. Pujian dan hukuman konkrit masih dibutuhkan.
Kita tidak bisa secara cepat mengambil kesimpulan bahwa penyebabnya adalah usia dini masuk
sekolah. Setiap anak mempunyai kebutuhan berbeda. Ada anak-anak tertentu yang butuh tantangan
yang lebih besar pada usia yang masih muda, dan ada anak yang masih belum siap. Yang terpenting
adalah kita mengenal anak dan tidak memaksakan kehendak kita
1. Suasana sekolah
Mungkin guru atau teman-teman menyakitkan hatinya. Ada anak yang sangat sensitif dan cepat
tersinggung. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak betah berada di lingkungan sekolah.
2. Suasana persaingan
Mungkin orang tua sering memperbandingkan anak satu dengan anak lain. Jikalau ia selalu berada di
pihak kalah, akhirnya ia malas untuk berjuang. Jadilah anak yang apatis.
3. Tuntutan
Tuntutan orang tua atau sekolah yang melebihi kemampuan juda dapat membuat anak stress dan
malas belajar.
4. Variasi aktivitas
Sebagaimana sibuknya anak, ia tetap butuh waktu untuk bermain. Dunia anak adalah dunia bermain.
Orang tua perlu memperhatikan keseimbangan antara waktu belajar dan bermain. Kadang-kadang
orang tua harus rela menerima kenyataan bahwa anaknya "bisa-biasa" saja, demi kesehatan jiwa anak.
35. Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak ?
Akhir-akhir ini anak gadis saya (18 tahun) mengalami kesulitan studi. Saya tidak bisa
selalu mendampingi anak saya karena saya harus membanting tulang membiayai
kehidupan kami berdua (tanpa ayah). Pertanyaan saya adalah : "Apakah saya hanya
perlu mendidik atau membesarkan anak hingga 18 tahun, setelah itu selesailah tugas
dan tanggung jawab saya dalam proses pembentukan jiwa , tubuh dan kerohanian anak
saya? Bagaimana saya bisa mendidiknya untuk mandiri dan dewasa dalam iman?
Jawab: Kehidupan tanpa suami tentu sangat berat bagi ibu. Sekalipun Ibu tidak bisa
terus mendampingi anak, saya yakin dia melihat perjuangan Ibu dan hal itu menjadi
suatu masukan yang berharga bagi kehidupan imannya. Untuk anak usia 18 tahun,
mayoritas pembentukan fisik dan mentalnya sudah terbentuk. Kebutuhan peranan orang
tua dalam pembentukan diri tidaklah sebesar masa kanak-kanak. Akan tetapi bukan
berarti kita tidak lagi dibutuhkan. Sampai kapanpun anak tetap memerlukan bimbingan
orang tua. Setelah melewati masa kanak-kanak, orang tua berperan sebagai pendengar,
pembimbing dan pengarah. Sebagai orang tua kita harus ingat bahwa usia tersebut
adalah usia transisi yang sangat penting dari kanak-kanak menuju kedewasaan. Oleh
sebab itu, kita harus senantiasa menghargai pendapat dan keputusan mereka sambil
terus mengarahkan mereka. Mendorong anak untuk terlibat dalam lingkungan sebaya
seiman dan sehat merupakan jalan yang sangat bijaksana. Misalnya dalam kelompok
kecil di gereja. Dalam lingkungan itu anak-anak akan banyak belajar dan berinteraksi
dengan teman-teman seiman dan juga pembimbing mereka. Senantiasalah untuk
bersedia mendengar sebagai teman, sehingga ia tetap merasakan kehangatan kasih
dan bimbingan ibu sebagai orang tua.
Jikalau anda baru memberitahukan anak anda untuk tidak berpacaran dengan orang
tidak seiman pada saat ia sedang berpacaran, ibu sudah agak terlambat. Mendidik
anak untuk memilih pacar seiman harus dilakukan sejak kecil sebelum masa pubertas.
Konsep tersebut harus ditanamkan sehingga menjadi bagian dari prinsip hidupnya
tanpa harus melawan kehendaknya sendiri. Konsep harus terus menerus diulang.
Langkah Praktis :
1. Ulangi konsep ini terus menerus ketika anak sedang mengawasi sepasang suami
istri yang seiman. Katakan kepadanya bahwa Tuhan menghendaki anak-anakNya
menikah dengan saudara seiman.
2. Ajak anak anda berdiskusi mengenai masalah yang muncul dari pasangan suami istri
yang tidak seiman. Dengan cara ini anak diperlihatkan kepada realita yang akan
dihadapi nanti.
3. Sempatkan untuk mengundang pasangan suami istri yang seiman dan harmonis
untuk berkunjung, sehingga anak dapat melihat contoh konkrit selain contoh kehidupan
keluarga anda sendiri. Jika ada kesempatan biarkanlah anak anda bermalam di
keluarga Kristen yang baik.
6. Setelah anak mulai besar, jelaskan bahwa yang dimaksud dengan seiman bukan
saja agamanya sama, akan tetapi seimbang dalam kedewasaan iman, dedikasi dan
komitmen pelayanannya.
7. Doronglah anak anda untuk mempunyai lingkungan teman seiman yang baik (dalam
persekutuan muda-mudi dan sejenisnya)
8. Yang terpenting : Berikan contoh yang baik dalam hidup pernikahan anda sendiri.
Jangan sampai anak anda justru tidak mau mendapatkan pasangan seiman karena
takut mengalami hal yang sama dengan anda. Jika anda sudah mengalami konflik
dengan pasangan anda sekecil apapun, segeralah diselesaikan, jangan ragu dan takut
untuk berkonsultasi dengan konselor Kristen.
.
35. Ruang tanya jawab – Sampai kapan mendidik anak ?
Jika anak anda sudah terlanjur berpacaran dengan orang tidak seiman, janganlah
cepat-cepat melarang dengan otoritas. Jangan sampai menimbulkan kebencian di hati
anak sebelum ia mengerti konsep yang hendak anda jelaskan. Biarkan anak anda
menceritakan isi hatinya kepada anda, kemudian berikan penjelasan sebijaksana
mungkin (negatif dan positifnya). Nasehat teman sebaya atau pembimbing juga dapat
menolong anak anda. Jika kasusnya sudah sangat parah (bukan sekedar berpacaran
lagi), anda harus segera mengkonsultasikan hal ini dengan hamba Tuhan di gereja
anda.
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Tanya Jawab:
"Haruskah Karir Dikorbankan Demi Anak?"
eperti beberapa ibu Kristen lainnya, Ny. Aniwati menggumulkan karir dan anak. Ny.
Aniwati sudah bekerja di suatu perusahan dan sekarang mempunyai anak Balita.
Selama ini anak beliau dijaga oleh pembantu yang cukup dapat dipercaya. Akan tetapi
beliau tetap merasa tidak tenang karena biar bagaimanapun juga beliau merasakan
perbedaan yang sangat besar antara didikan pembantu yang hanya lulus SD dan didikan
dia sebagai ibu yang sudah lulus sarjana. Kehidupan ekonomi beliau cukup baik walaupun
tidak berlebihan. Suamipun cukup sportif dalam segala keputusan yang ‘akan’ diambil oleh
ibu ini. Di dalam lubuk hati yang terdalam, Ny. Aniwati ingin sekali meluangkan waktu
sepenuhnya untuk mengasuh dan mendidik anaknya yang masih kecil itu, akan tetapi ia
tidak bisa meninggalkan karirnya oleh karena banyak sebab (lingkungan keluarga dan
rekan yang tidak setuju, rasa takut salah langkah, rasa takut menjadi ‘cupet’ dan menyia-
nyiakan kesempatan, rasa sayang dengan gelar dan karir yang sudah dicapainya, rasa
takut kekurangan untuk masa depan sekolah anak, dll.) Sampai sekarang ibu ini tetap
bekerja dengan disertai ‘guilty-feeling’ yang cukup dalam.
Bagaimana pendapat anda? Saran apa yang dapat saudara berikan untuk ibu ini? Sebelum
anda menyampaikan atau mengirimkan pendapat anda kepada redaksi ‘Eunike’, saya akan
memberikan beberapa pokok pemikiran yang dapat menjadi perbandingan dalam anda
mempertimbangkan pendapat anda.
Pada umumnya, hampir semua orang sangat bahagia dan bangga jika dikaruniakan anak.
Dalam pandangan umum, anak merupakan lambang kesuburan, merupakan makhluk kecil
yang membuat rumah menjadi dinamis dan ceria, pengikat yang kuat dalam hubungan
suami istri, penerus keturunan, pewaris, dsb. Akan tetapi di dalam iman Kristiani, hal itu
tidak cukup. Alkitab tidak saja mengatakan bahwa anak adalah anugerah, akan tetapi juga
tanggung-jawab. Banyak orang yang bersikap sangat posesif terhadap anak-anak mereka.
Bagi mereka anak adalah milik mereka sendiri. Sebenarnya bukan. Anak sepenuhnya milik
Tuhan. Dengan hadirnya anak di dalam kehidupan kita, merupakan suatu bukti bahwa
Tuhan mempercayakan kita untuk mengasuh dan mendidik umat ciptaanNya ini dalam
kurun waktu tertentu. Anak adalah tugas bagi kita dari Tuhan.Dengan pemahaman seperti
ini, rasa gentar kita dalam mendidik anak bukan saja karena takut anak ini kelak menjadi
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
anak yang tidak benar, akan tetapi lebih dari itu. Kita gentar terhadap tanggung jawab di
hadapan Tuhan.
Sebagai orang tua Kristen, kita harus mempunyai pandangan mata yang mengarah kepada
kekekalan, bukan saja hanya pada batas waktu yang sementara. Kita harus
mempertanggung jawabkan iman bukan saja dalam hubungan pribadi dengan Tuhan, tapi
juga dalam kaitannya dengan tugas tanggung jawab kita sebagai pendidik yang dipercaya
oleh Tuhan.
Saya yakin, jika anda mempunyai konsep ini, anda akan lebih hati-hati lagi dalam
menentukan pilihan anda. ANUGERAH SENANTIASA DISERTAI TANGGUNG JAWAB.
Pertama: uang
Merupakan omong kosong yang besar jika kita katakan bahwa kita tidak butuh uang untuk
hidup. Untuk makan, untuk pertumbuhan fisik anak-anak, juga untuk sekolah anak-anak,
kita butuh uang. Berapa banyak kita butuh uang, sangat ditentukan seberapa besar tuntutan
kita akan kehidupan ini. Orang-orang yang senang hidup mewah, membutuhkan uang lebih
banyak daripada orang yang terbiasa hidup sederhana. Seberapa keras kita harus bekerja
juga ditentukan oleh seberapa banyak uang yang kita butuhkan. Semuanya itu kait-mengait
dan membentuk sistem kehidupan. Banyak orang terjerat dalam sistem itu dan akhirnya
tanpa sadar sudah menjadi budak dari sistem itu.
Jika kita katakan ibu-ibu bekerja untuk menabung, banyak perkara yang harus
dipertimbangkan: Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menggantikan
keberadaan anda di rumah, misalnya: gaji dan ongkos baby sitter, pakaian kantor, make-up
dan segala perlengkapan penampilan anda, ongkos transportasi menuju tempat bekerja,
belum lagi biaya ke dokter kalau anak anda jadi sering sakit, bagaimana dengan biaya les
tambahan pelajaran karena anda tidak bisa menemani anak belajar? Cobalah hitung-hitung,
jangan sampai anda bekerja untuk membiayai anda bekerja.
Ada juga yang betul-betul butuh uang karena suami tidak punya pekerjaan yang cukup
untuk membiayai keluarga, atau karena bencana masa lalu yang menyebabkan istri harus
turun tangan, bisa juga karena butuh biaya pengobatan untuk anak/suami, bisa juga karena
kebutuhan biaya yang ekstra untuk membiayai anggota keluarga yang kesusahan, dll.
Alasan-alasan ini sangat masuk di akal. Dalam hal ini ibu TERPAKSA bekerja.
Bagi para penginjil wanita, kadang-kadang kebutuhan pelayanan suami butuh dukungan
karena ladang misi atau tantangan pelayanan yang berat
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Saya rasa bukan hal yang salah ketika teman-teman dan keluarga anda mengatakan:
"Sayang dong gelar sarjanamu kalau tidak dipakai." Kita sekolah dari TK sampai Universitas
memakan jutaan rupiah. Gelar sarjana merupakan hal yang mahal untuk dicapai, baik
dihitung dalam rupiah maupun menit dan jam. Dengan gelar sarjana, kita telah membeli
harga diri sebagai wanita yang tidak mudah dilecehkan oleh para pria. Dengan bekerja kita
dapat membuktikan bahwa kitapun dapat lebih baik dari pria. Suami tidak bisa semena-
mena dengan kita dan menganggap kita wanita bodoh. Kalaupun terjadi sesuatu dalam
kehidupan suami, kita sudah mempunyai pegangan. Memang wanita membutuhkan hal itu.
Akan tetapi anda juga perlu mempertimbangkan beberapa hal: manakah lebih mahal? biaya
pendidikan yang telah anda keluarkan ataukah perkembangan kepribadian dan rohani anak
anda? Apakah hasil pendidikan anda hanya dapat dinikmati di kantor? Adakah jenis
pekerjaan lain yang dapat anda lakukan tanpa harus meninggalkan anak full-time? Apakah
pendidikan anda tidak mempunyai dampak sama sekali dalam tugas anda sebagai pendidik
anak? Apakah peran sebagai ibu rumah tangga begitu hinanya sehingga anda merasa malu
jika tidak bekerja di kantor hanya untuk sementara waktu? Anak anda akan lekas besar,
demikian juga adiknya kelak. Ada masa di mana anda dapat sepenuhnya hidup untuk karir
anda.
Dalam kaitannya dengan bagaimana suami memandang anda merupakan topik tersendiri.
Akan tetapi memang hubungan suami istri sangat mempengaruhi hubungan kita dengan
anak dan pekerjaan. Banyak orang berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga full-time
merupakan hal yang kurang terhormat: seragam daster, pikiran cupet, kuper, dll. Salah
besar. Kita menjadi ibu rumah tangga full-time bukan karena tidak ada pekerjaan, justru
karena pekerjaan yang banyak dan berat sebagai pendidik membuat kita harus full-time ada
di rumah. Sebagai ibu kita tidak hanya diam di rumah, tapi kita harus kreatif. Saya akui
bahwa hal ini berat. Banyak ibu-ibu aktif yang full-time di rumah masih terus bergumul
mengatasi kejenuhan, frustrasi, dsb. Akan tetapi semuanya itu harus dihadapi dengan
motivasi yang kuat, yaitu untuk melaksanakan tugas tanggung jawab yang Tuhan berikan.
Saya yakin jikalau anda sudah menjalaninya, anda akan mengalami jatuh bangun, antara
suka dan duka
Kita semua diberi talenta oleh Tuhan, minimal satu talenta. Banyak orang mengidentikkan
talenta hanya terbatas "bakat". Menurut saya, apa yang Tuhan maksudkan dengan talenta
adalah "segala sesuatu" yang dipercayakan oleh Tuhan untuk kita kembangkan. Hal itu bisa
berupa Firman Tuhan, bakat, ladang pelayanan, dsb. Termasuk di dalamnya adalah ‘anak".
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Jadi, jangan takut berdosa jika anda meninggalkan pekerjaan karena anak, sebab anak
jauh lebih berharga di mata Tuhan dibandingkan dengan prestasi kerja anda (Bandingkan
dengan sikap Yesus pada anak-anak). Ada banyak jenis bakat yang bisa diberikan atau di
‘transfer’ kepada anak anda. Jadi, kita tetap dapat mengembangkannya. Janganlah takut
kehilangan kesempatan mengembangkan bakat, karena bakat adalah karunia Tuhan. Kalau
kita bertanggung jawab untuk apa yang ada di tangan kita saat ini, Tuhan tidak akan segan-
segan memberikan tanggung jawab yang lebih besar.
Banyak ibu-ibu yang tidak bisa diam sangat dinamis dan aktif. Berada di rumah seharian
penuh akan menciptakan stress yang berat. Banyak ibu-ibu berkata: "Sebenarnya saya
ingin sekali ada bersama dengan anak-anak saya lebih lama di rumah, akan tetapi saya
tidak tahan dengan kejenuhan. Saya sangat butuh suasana baru, kalau tidak saya akan
marah-marah terus di rumah." Bisakah anda membayangkan seorang wanita eksekutif yang
selalu menjinjing hand-phone, memimpin rapat, mengatur puluhan bahkan ratusan pekerja,
tiba-tiba hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat anak? Bukankah semuanya itu
bisa dikerjakan oleh pembantu, baby-sitter, atau pekerja harian? Apa salahnya jika ada
uang? Hal seperti itu tentu saja menjenuhkan baginya. Jika anda dalam situasi seperti itu,
anda harus baik-baik mempertimbangkan keputusan anda. Jangan tinggalkan karir anda
kalau anda masih ragu-ragu. Anda harus betul-betul paham mengapa anak anda begitu
penting sehingga harus mengorbankan karir. Selain itu, anda harus betul-betul mengetahui
keindahan suka-duka mengasuh anak sendiri.
Sebenarnya, bukankah anda dapat meluangkan waktu bersama anak anda tidak hanya di
dalam rumah? Mengunjungi sesama ibu lain yang sebeban, pergi ke taman, ke kebun
binatang, berenang, dll. Yang terpenting adalah bagaimana anda memakai waktu anda
sebaik-baiknya untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak anda.
Memang alangkah lebih baik lagi jikalau kita memiliki "Christian Children Center" dimana
ibu-ibu dan anak-anak dapat berkumpul suatu waktu untuk penyegaran dan pengembangan
diri.
Pada intinya, yang menjadi masalah bukanlah ‘kerja’ atau ‘tidak kerja’. Kita semua harus
bekerja. Yang menjadi masalah adalah apakah anda memang menyerahkan tugas
pengasuhan anak kepada orang lain karena karir yang sebenarnya tidak perlu?. Apakah
pekerjaan anda dapat menghambat perkembangan emosi dan rohani anak anda ? Anda
salah besar jika menganggap anak menjadi penghambat masa depan anda, ANAK ADALAH
MASA DEPAN ANDA. Hal terbaik yang anda tanamkan pada anak, akan anda tuai di masa
yang akan datang.
36. Tanya jawab – Haruskah karir dikorbankan demi anak ?
Resep Sederhana
"Tart Kentangku yang Pertama"
i hari Natal ini, anda dapat memberikan pengalaman pertama bagi anak untuk
membuat kue tart, terbuat dari kentang. Sangat sederhana, cepat dan sehat.
Bahan:
8-10 kentang (banyaknya kentang tergantung besar dan tebal tart yang anda kehendaki).
Garam dan lada halus.
Semangkuk besar air yang sudah dibubuhi garam.
Mentega/butter.
Cara membuat:
Panaskan oven 500 derajat F.
Iris kentang tipis-tipis, masukkan ke dalam air yang sudah dibubuhi garam (supaya tidak
hitam).
Setelah semua diiris, tiriskan dan keringkan dengan tissue masak yang bersih.
Taburkan sedikit garam dan lada.
Lapiskan loyang berbentuk lingkaran dengan 2 sdm. mentega/butter.
Susun irisan kentang berlapis-lapis / tumpuk-menumpuk.
Taburkan mentega di atasnya dengan kuas kue pada tiap lapisannya.
Teruskan tumpukan kentang sampai satu loyang penuh.
Tutup loyang dengan tissue masak atau kain bersih, kemudian kompres/tekan dengan
loyang lain.
Angkat loyang penekan, taburkan kembali mentega di atas tumpukan kentang.
Panggang selama 45 menit hingga kecoklat-coklatan. Angkat, diamkan selama 3 menit.
Keluarkan tart dari loyang, sajikan di atas piring bulat yang tahan panas.
38. Edisi utama
ada Edisi 21 ini, "Eunike" memandang perlu mengangkat tema mengenai moral dalam
kehidupan keluarga dan mengenai bagaimana memperkenalkan Allah dalam keluarga.
Selain itu ada tulisan kesehatan yang menarik dengan topik mengenai demam berdarah.
Tulisan-tulisan yang tersaji mungkin terasa ringkas, namun diharapkan bermanfaat sebagai
salah satu acuan dalam kehidupan berkeluarga.
"Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku
tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut
terhadap hadirat-Nya." (Pengkotbah 8:12)
Alkitab mengisahkan bahwa istri Potifar membujuk Yusuf dari hari ke hari untuk tidur
bersamanya, tetapi Yusuf tidak jatuh. Penolakan tegas Yusuf terhadap dosa didasarkan
pada prinsip yang dinyatakannya secara indah; "Bagaimanakah mungkin aku melakukan
kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (Kejadian 39:9b)
Sebenarnya banyak sekali alasan yang pantas dikemukakan Yusuf untuk tidur dengan istri
Potifar. Bukankah Yusuf adalah budak dan wajib memenuhi semua keinginan tuan dan istri
tuannya? Lagi pula bukan Yusuf yang memulainya. Istri Potifarlah yang merayu Yusuf dan
hal itu berlangsung lama. Bila saja Yusuf bersedia melakukan apa yang diinginkan istri
tuannya itu, kenaikan jenjang karir sudah menanti. Bukankah Allah (tampaknya) tidak
melindungi Yusuf sehingga wajar sekali bila Yusuf meniti karir dengan caranya sendiri.
Bukankah tidak akan ada seorang pun yang tahu perbuatan mereka? Tetapi Yusuf tidak
melakukan dosa karena ia takut akan Allah.
Ayub adalah tokoh lain yang kesalehan dan rasa takut akan Allahnya dipuji, bukan oleh
orang lain, melainkan oleh Allah sendiri di hadapan Iblis (Ayub 2:3). Ia mempunyai anak-
anak yang rukun dan yang dipimpinnya untuk takut pada Allah. Dalam hidup ibadahnya, ia
tidak lupa menyertakan anak-anaknya dengan mendoakan mereka dan memohonkan
ampun bagi mereka.
39. Keluarga yang Takut akan Allah
Apa ganjaran bagi orang yang takut akan Allah? Yusuf harus masuk penjara tanpa diadili
dan tanpa mengetahui kapan ia dibebaskan. Ayub harus mengalami musibah beruntun dan
kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk kesehatannya. Terakhir, bahkan istrinya
sendiri memberi Ayub tekanan psikologis yang dahsyat dengan mengatakan; "Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Di
manakah kebahagiaan yang dikatakan oleh Pengkotbah sebagaimana yang dikutip pada
awal tulisan ini?
Bila kita amati keseluruhan kisah Ayub dan Yusuf, kita akan tahu bahwa kebahagiaan itu
tidak terletak pada kekayaan atau keberuntungan yang kita peroleh sebagai ‘balas jasa’
Allah atas ketaatan dan kesalehan kita. Ayub dan Yusuf mengalami serangkaian
ketidakberuntungan justru karena kesalehan mereka. Kebahagiaan tidak identik pula dengan
absennya penderitaan pada diri kita atau dalam keluarga kita. Sebaliknya, kebahagiaan kita
alami karena kita hidup dalam kekudusan. Dalam kisah Ayub dan Yusuf, kita memang
membaca mengenai limpahan kasih Allah bagi diri mereka berupa kekayaan dan kemuliaan
setelah mereka mengalami sejumlah penderitaan. Tetapi banyak kali kekayaan dan
kemuliaan yang sesungguhnya baru akan dialami orang percaya setelah kematian tubuh ini,
sebagaimana yang terjadi pada para nabi dan para Rasul Yesus Kristus
Ada kesan bahwa takut akan Allah memberikan beban berat dan mengekang hidup kita.
Kesan itu sesungguhnya kurang tepat, karena takut akan Allah dalam pengertian yang benar
justru memberi kita suka cita dan kebebasan. Pemazmur menyatakan; "Titah TUHAN itu
tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya." (Mazmur 19:8).
Justru ketika kita melanggar titah Tuhan, kita mengalami rasa takut yang membelenggu,
rasa bersalah yang sulit diatasi, dan yang menimbulkan duka cita. Sama seperti Adam dan
Hawa yang merasa takut dan malu, sehingga harus menyembunyikan diri dari hadirat Allah.
Takut akan Allah berarti menaati hukum dan perintah-Nya. Tentu ada pengorbanan dan
harga yang harus dibayar. Namun penderitaan karena taat akan perintah Tuhan hanya
bersifat sementara dan sangat tidak berarti bila dibandingkan dengan sukacita kekal yang
akan kita nikmati. Yesus berfirman; "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:28-30).
Kuk dan beban yang berasal dari Tuhan itu enak dan ringan, apalagi dibandingkan dengan
penderitaan bila kita harus menanggung beban dosa.
39. Keluarga yang Takut akan Allah
Keluarga yang takut akan Allah adalah keluarga yang mengarahkan seluruh anggotanya
untuk menaati perintah Tuhan. Keluarga demikian memiliki persekutuan dengan Allah tiap
hari, pemahaman yang benar tentang apa yang disukai dan tidak disukai Allah, dan
kehidupan keluarga yang kudus. Keluarga tidak terutama memikirkan bagaimana
memperoleh uang lebih banyak, melainkan bagaimana dapat memberi lebih banyak.
Prestasi dan ketenaran tidak lagi menjadi topik utama pembicaraan, sebaliknya keluarga
yang takut akan Allah lebih banyak memperhatikan dan mengasah sikap, perilaku, dan
karakter yang baik.
Orangtua yang takut akan Allah tidak menggunakan nama Allah untuk menakuti anak-
anaknya, melainkan memimpin anaknya untuk memahami Allah melalui wahyu Allah dalam
Alkitab. Anak perlu mengenal apa yang disukai atau tidak disukai Tuhan. Dengan demikian,
anak akan mengetahui bahwa ketaatan kita kepada Allah bukan didasarkan atas rasa takut
karena Allah senang menghukum kita bila kita melanggar perintah-Nya. Sebaliknya, Allah
memberikan perintah atas dasar kasih dan agar kita memperoleh damai sejahtera. Ketika
kita berdosa, Allah bahkan telah menyediakan jalan pendamaian melalui karya Yesus di
kayu salib. Karena itulah, yang terutama dalam hukum Taurat bukanlah menaati huruf-huruf
yang tertera pada hukum itu. Hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan hukum
yang kedua yang sama dengan itu adalah kasih kepada sesama manusia (Matius 22:37-40).
Demikian pula orangtua perlu memperkenalkan hukum Allah dalam peraturan keluarga
bukan dengan tujuan utama agar anak dapat dihukum, melainkan supaya suatu ketika nanti
ia dapat mengenal Allah yang adil itu, yang sekaligus juga maha pengasih.
Takut akan Allah menjadikan kita manusia yang bermoral tinggi. Keluarga yang takut akan
Allah tidak saja terhindar dari keruntuhan, namun dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
uuraaanngg!!" Teriak Tino pada adiknya, Ruli seraya merubuhkan seluruh buah catur
dari atas papan catur. Sejenak kemudian terdengar teriakan dan tangisan Ruli yang
ditimpali oleh baku pukul di antara keduanya.
Masih harus pula ditambahkan bahwa tidak berarti anak yang mempunyai konsep moral
tinggi akan mempunyai perilaku moral yang baik pula. Jadi, anak yang tahu bahwa berlaku
licik itu tidak baik tidak dengan sendirinya akan lurus terus tindakannya. Namun paling tidak,
anak yang kepekaan moralnya tinggi akan mempunyai potensi lebih besar untuk bertindak
dengan prinsip etis yang lebih jelas, konsisten, dan bermutu. Selain itu, yang penting diingat
adalah bahwa dasar dari moral kita adalah pengenalan yang benar akan hakekat Allah.
Sekalipun kita tidak mungkin dapat mengenal Allah sampai sedalam-dalamnya, paling sedikit
kita perlu membaca penyataan Diri Tuhan di dalam Alkitab sedemikian rupa sehingga kita
mengenal lebih banyak hakekat kesucian, keadilan, dan kemahakuasaan Allah.
Pemahaman terhadap cara anak memberikan keputusan etis akan sangat menolong kita
untuk membantu anak memperoleh kepekaan moralitas yang tinggi. Kita dapat menolong
anak kita memahami apa yang Allah hargai dari kita sesuai dengan tingkat pemahaman
yang mereka capai. Dengan begitu, kita juga akan mengurangi ketegangan yang tidak perlu
ketika kita menjelaskan tentang hukuman dan ganjaran Allah kepada orang percaya.
Acapkali dalam menjelaskan mengenai prinsip etika dan moral dalam Alkitab, kita
mengalami kebingungan menjawab pertanyaan anak. Masalah yang sering kita hadapi
adalah bahwa kita sendiri bingung karena tidak menemukan benang merah prinsip moral
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
yang konsisten. Kita misalnya kesulitan memahami mengapa Allah lebih mengasihi Yakub
dibanding Esau, padahal secara lahiriah Esau sebenarnya lebih lugu dan lebih berbakti pada
orangtua. Kita juga heran mengapa Rahab yang dalam pandangan kita adalah wanita yang
‘kurang berharga’ dan ‘tidak bermoral’ ternyata memperoleh penghargaan sedemikian tinggi
dari Tuhan dan mendapat kehormatan menjadi salah seorang nenek moyang Yesus Kristus.
Sebenarnya masalah yang tampak sulit ini dengan mudah terpecahkan bila kita telah
mencapai tingkat pemahaman moral yang lebih tinggi. Bila kita memahami bahwa Esau
melakukan tindakan yang mementingkan saat ini yang bersifat kedagingan dan memandang
rendah berkat Tuhan yang bersifat kekal, rasa heran dan ketegangan kita akan berkurang.
Kita dapat memahami bagaimana gusarnya Tuhan karena Esau ternyata sanggup
menukarkan hak kesulungan dengan semangkuk sup kacang merah (Ibrani 12:16). Kita pun
akan gusar bila misalnya kita memberikan emas 10 gram kepada anak kita dan dia
menukarkan emas itu dengan segelas Coca Cola karena ia kehausan. Ini hanya sekedar
contoh bagaimana perasaan seseorang bila diperlakukan demikian oleh orang lain.
Bayangkan bagaimana kecewanya Tuhan tatkala berkatNya yang bersifat kekal itu ditukar
sedemikian mudah dengan sesuatu yang sangat tidak berharga dan sementara. Kita juga
dapat melihat bahwa Tuhan menghargai Rahab karena imannya (Ibrani 11:31). Padahal Rahab
adalah seorang pelacur dan merupakan bangsa kafir yang menjadi musuh Israel pula.
Penjelasan mengenai iman Rahab yang menyebabkan Rahab dibenarkan Allah dapat
dibaca pada kitab Yakobus 2:24-26.
Persoalan lain adalah bahwa anak acapkali salah menangkap apa yang kita ajarkan. Dapat
saja seorang anak menganggap dirinya nakal atau berdosa ketika ia (maaf) buang air di
celana. Sebaliknya, anak mungkin merasa tidak bersalah ketika mengambil milik orang lain
tanpa sepengetahuan sang pemilik. Kemarahan, hukuman, pujian, hadiah yang diberikan
orangtua seringkali ditangkap secara salah karena anak hanya melihat satu aspek tertentu
saja dari apa yang diajarkan orangtuanya. Demikian pula lingkungan sosial anak yang
acapkali kurang konsisten mengajarkan suatu nilai tertentu mungkin saja membuat anak
melakukan kesalahan tanpa merasa bersalah. Namun faktor penyebab ketidaksesuaian
pandangan anak-anak dengan orang dewasa terutama terletak pada keterbatasan anak
mencerna prinsip-prinsip moral.
Proses menuju kematangan berpikir moralistis memerlukan waktu dan dasar pijakan moral
yang lebih sederhana sebagai landasannya. Hal tersebut menuntut kesabaran orangtua
untuk membimbing anaknya tahap demi tahap. Kita tidak boleh berharap bahwa anak
dengan sendirinya akan mengerti apa yang baik dan yang jahat pada saat mereka dewasa
nanti tanpa bimbingan orangtua. Peran orangtua sangatlah penting dalam perkembangan
moralitas anaknya.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Ada beberapa hal yang dapat kita amati dari pengertian anak akan baik dan buruk.
Berdasarkan pengertian ini kita dapat mengetahui tingkat perkembangan moral anak.
Dengan demikian kita dapat memberikan pengajaran yang tidak membingungkan mereka.
Sedikitnya ada 4 aspek perkembangan moral yang dapat kita lihat pada anak kita:
Ketika anak mulai mengenal larangan orangtua, ia cenderung menilai dosa atau
kesalahan berdasarkan besar-kecilnya akibat perbuatan yang ditimbulkannya. Misalnya,
anak menganggap bahwa menjatuhkan beberapa gelas secara tidak sengaja lebih
besar dosanya daripada menjatuhkan satu gelas secara sengaja. Pada tahap awal
perkembangan moral, anak tidak memperhitungkan unsur motivasi. Baru pada usia
yang lebih besar, ia mulai memahami bahwa kualitas suatu perbuatan harus
diperhitungkan dalam menilai benar-salah.Yesus memuji janda miskin yang
mempersembahkan seluruh nafkahnya, sekalipun secara jumlah, persembahan janda
miskin ini lebih kecil daripada persembahan orang lain (Markus 12:23-24). Pujian Yesus
menunjukkan tingkat pemahaman moralitas yang lebih tinggi yang menghargai kualitas
dan motivasi.
Pada mulanya seorang anak akan menaati apa yang dikatakan orangtuanya. Inilah
kesempatan terbaik orangtua untuk mengajarkan apa yang harus diajarkannya, karena
masa ini akan cepat berlalu. Setelah itu, anak akan lebih terikat dengan perjanjian-
perjanjian. Pada tahap ini anak akan bermain dengan peraturan yang dapat diubah
sesuai perjanjian sebelumnya. Karena itu, teriakan ‘curang’ sewaktu anak bermain akan
terdengar keras ketika peraturan bersama ini dilanggar. Anak juga sangat peka
terhadap ketidakkonsistenan orangtua bila orangtua melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan yang diajarkannya. Bagi mereka, orangtua pun seharusnya terikat
dengan peraturan yang mereka tetapkan bagi anak-anaknya.Bila perkembangan moral
anak berjalan baik, pada usia remaja akhir anak telah memiliki prinsip moral yang
menjadi miliknya pribadi dan yang mengarahkan tingkah lakunya. Anak tidak mudah
lagi dipengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, anak akan melakukan perbuatan
berdasarkan prinsip moral yang dimilikinya.Inisiatif pribadi ini nyata dalam perkataan
Yesus yang meminta kita mengasihi musuh kita, juga untuk berjalan dua mil bila kita
dipaksa berjalan satu mil (Matius 5:38-46). Tingkat moral ini lebih tinggi daripada ‘mata
ganti mata dan gigi ganti gigi’.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Tahap awal perkembangan moral anak adalah egosentris, karena anak masih
memusatkan perhatian pada dirinya. Tujuan suatu perbuatan adalah kesenangan
pribadi dan kenikmatan. Bila perkembangan berjalan baik, barulah pada usia yang lebih
dewasa individu dapat melihat kepentingan orang lain dalam melakukan tindakan
moralnya. Bukan itu saja, pengorbanan kepentingan diri dapat dilakukan demi
kesejahteraan orang lain. Pada tahap ini individu baru dapat mengerti lebih mendalam
perkataan Yesus dalam Yohanes 10:11-12; "Akulah gembala yang baik. Gembala yang
baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang
bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat
serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu
menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu."
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Dalam tulisan ini tidak dicantumkan pada usia berapa kurang lebih anak akan memperoleh
tahap perkembangan tertentu. Hal ini karena cukup sulit menentukan perkiraan usia
perkembangan moral. Meskipun demikian, ada beberapa prinsip yang dapat kita pegang.
Pertama, pada usia balita, anak perlu memperoleh pengenalan akan peraturan dalam
keluarga melalui orangtuanya. Sekalipun pemahaman anak mengenai moral masih bersifat
sederhana, pada usia yang sangat muda pun, anak sudah mampu mengenali rasa bersalah
dan dapat diajak menyesali dosanya di hadapan Tuhan.
Kedua, pada usia balita hingga kanak-kanak akhir, orangtua sebaiknya tidak memper-
kenalkan dualisme dalam kehidupan moral. Dunia yang dikenal anak pada usia demikian
bersifat hitam-putih dan ideal. Mereka akan bingung misalnya, bila mereka diperbolehkan
bahkan disuruh berbohong pada suatu saat, namun dilarang berbohong dan dihukum di saat
lain. Mereka membutuhkan pengajaran dan teladan yang konsisten dan dapat dipercaya.
Ketika anak sudah memahami benar tentang arti intensi di balik suatu perbuatan (maksud
tersembunyi dari suatu tingkah laku yang tampak), barulah ia dapat diajak berdiskusi
mengenai dilema moral. Pada tahap ini, anak baru memahami bahwa ada peraturan yang
wajib kita taati, ada yang tidak. Namun setiap pelanggaran mempunyai konsekuensinya.
Anak tetap harus diberitahu bahwa ada peraturan yang bagaimanapun tidak boleh dilanggar.
Pada saat anak memasuki usia remaja dan mulai kritis terhadap segala sesuatu, anak perlu
mengetahui bahwa kenyataan hidup ada kalanya memaksa kita untuk memilih, kepada
siapakah kita harus taat. Remaja perlu diajak untuk berpikir lebih luas dan lebih menyeluruh.
Dalam konteks ini, mereka dapat diajak untuk berdiskusi tentang ketaatan mutlak kita pada
Allah, sebagaimana Petrus dan Yohanes bersaksi di hadapan sidang para pemuka agama
Yahudi; "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada
kamu atau taat kepada Allah. " (Kisah Para Rasul 4:19). Konteks perkataan ini dikemukakan
adalah dalam hal pemberitaan Injil. Apapun larangannya, kita tetap wajib mengabarkan Injil
kepada orang lain. Itu adalah perintah Tuhan yang harus kita taati.
Ketiga, tujuan pendidikan moral adalah agar anak bertanggung jawab penuh atas perilaku
moralnya suatu ketika nanti. Dalam hal ini, tanggung jawab moral yang dimaksud tidak
sekedar menghormati hak orang lain yang bersifat universal, melainkan didasarkan pada
ketaatan akan Allah sebagaimana yang diwahyukan di dalam Alkitab.
Keempat, baik peraturan keluarga maupun pengajaran yang kita berikan hendaknya
didasarkan pada rasa takut kepada Allah. Kehidupan di hadirat Allah inilah yang seharusnya
menjadi bingkai kehidupan moral keluarga. Dengan demikian, kita patut mempertimbangkan
kembali perilaku anak mana yang perlu memperoleh perhatian kita dan mana yang kurang
perlu ditekankan.
40. Moralitas Anak Berkembang dari Waktu ke Waktu
Sebagai contoh, kita perlu lebih menekankan kerajinan dan kejujuran lebih daripada nilai
baik ulangan anak kita. Banyak orangtua yang terlalu menekankan nilai baik tidak tahu
bahwa anaknya menyontek dan melakukan kecurangan dalam ulangan. Bahkan cukup
banyak orangtua yang memberikan suap kepada guru agar anaknya naik kelas sekalipun
anaknya itu tidak pantas untuk naik kelas. Pendidikan keluarga sebagaimana contoh
tersebut tentunya akan menciptakan masalah perilaku moral dalam hidup anak, karena salah
memberikan tekanan pada aspek moral.
41. Orangtua sebagai Duta Allah bagi Anak-Anak
Lalu, bagaimanakah kita memperkenalkan Allah dalam kehidupan anak-anak kita? Kita
dapat mempelajari beberapa cara yang Tuhan sendiri pakai untuk memperkenalkan DiriNya
kepada umat Israel. Dengan mengetahui cara Tuhan memperkenalkan DiriNya, kita akan
menemukan pengertian mengenai bagaimana memperkenalkan Tuhan pada anak-anak kita.
Kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengingatkannya tentang semboyan hidup: TAAT
ITU INDAH. Kalau saja ia tidak taat di siang hari, tentu ia tidak menikmati waktu-waktu
bermain dengan ayahnya di malam hari. Demikianlah anak yang kecil dapat belajar
mengenai konsep "persekutuan di dalam ketaatan" dan "perseteruan di dalam ketidak
taaatan atau dosa". Hal ini merupakan konsep dasar dari kekudusan Allah.
itu, dia bukan hanya melihat sederetan perkembangan diri dari tahun ke tahun, tapi dia juga
menyaksikan adanya kasih yang menyelimuti kehidupannya, dan adanya keajaiban-
keajaiban Tuhan dalam peristiwa hidupnya.
dalam memorisasi. Coba saja pikirkan kekuatan ingatan kita ketika berada dalam
kesusahan. Dengan segera kita ingat Mazmur 23: TUHAN ADALAH GEMBALAKU… dan
seterusnya dan seterusnya.Anak-anak juga membutuhkan amsal dan mazmur. Banyak
kebenaran penting yang diingat anak dalam bentuk sajak dan lagu. Oleh sebab itu jangan
anggap remeh pekerjaan mengajarkan lagu-lagu rohani dan sajak anak-anak. Banyak
teolog dan pengkhotbah besar yang percaya Tuhan karena mendengar atau mengingat
lagu-lagu sekolah minggu.Memperkenalkan musik dan pujian adalah cara yang paling
mudah untuk memperkenalkan Allah kepada anak segala usia, termasuk janin dalam
kandungan. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang musikal, sehingga bayi pun
dapat memberikan reaksi terhadap musik.Tuhan mendorong saya untuk memberikan nama
kepada anak kedua saya: Tadeus (dari kata: Thaddaeus, yang berarti Full of Praise to God). Ketika
anak ini lahir, ia memang membutuhkan musik sepanjang hari. Sebagaimana beberapa
‘bayi gelisah’ (fussy baby), anak saya selalu menangis menjelang senja (antara jam 5 hingga jam 8
malam). Tidak ada yang dapat menenangkannya selain musik. Demikian juga pada saat-saat
dia marah, gelisah, waktu sakit, yang dia butuhkan adalah musik. Rumah saya menjadi ‘full
of music’. Di lantai atas lagu klasik, di lantai bawah lagu-lagu ‘worship’. Dan memang
mengherankan sekali melihat bagaimana seorang bayi bisa dengan serius memperhatikan
setiap nada yang ia dengar dan kemudian tertidur dengan tenang.Dalam suatu buku
mengenai "Teach the Child to Read" dikatakan bahwa seorang bayi yang selalu dibacakan
cerita oleh ibunya, akan selalu berharap untuk diceritakan tiap hari bukan karena isi
ceritanya, tapi karena ia senang mendengar nada suara ibunya. Dengan demikian
sebenarnya membacakan Mazmur kepada bayi juga merupakan kebiasaan yang baik.
merusak konsep anak tentang Allah. Bila kita lebih serius memikirkannya, kita akan
mengakui bahwa Allah sebetulnya tidak akan marah kalau anak kita tidak mau makan,
memukul adik karena iri hati, atau merebut mainan yang ia sukai. Allah mempunyai
pemahaman yang sempurna mengenai perkembangan anak. Dia sangat mengerti
pergumulan-pergumulan anak kita. Di lain pihak, kita perlu berhati-hati pada saat mewakili
sifat Tuhan dalam tugas mendidik yang kita laksanakan.
Dengan mencermati bagaimana Tuhan memperkenalkan diri-Nya dalam Alkitab, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa sebenarnya tidak ada batas waktu kapan memperkenalkan
Tuhan kepada anak. Kita sudah dapat memperkenalkan Tuhan dengan cara yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh anak sejak mereka masih sangat muda.
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
"Tidak pernah, kan tidak boleh. Bohong itu dosa, kata Alkitab. Saya
baca sendiri."
Gideon, 1 SD
"Bohong itu kan dosa, kata mama. Saya nggak pernah bohong...."
Hellen, 3 SD
"Bohong itu tidak bagus, itu kata semua orang, papa, mama, dan
kakak."
Inggrid, 3 SD
"Saya pernah bohongin kakak, habis dia nakal sih. Ya, sebenarnya
tidak boleh bohong..."
Elia, TK B
"Tidak boleh bohong, jadi saya tidak pernah...."
Tri, 1 SD
"Saya tidak pernah bohong, tidak boleh, nanti dimarahi Tuhan. Itu
kata ibu..."
Elizabeth, 2 SD
"Kata papa kita tidak boleh bohong.... Saya tidak pernah bohong."
Patricia, 3 SD
"Pernah, bohongin mama tapi ketahuan, jadi dimarahin. Sekarang
tidak bohong lagi, kata Tuhan tidak boleh bohong."
Thomson, 1 SD
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
"Pernah sih.... tapi kata mama bohong itu tidak boleh, nanti dosa,
masuk neraka."
Robert, 1 SD
"Saya tidak pernah bohong, kan tidak boleh, dosa.... itu kata kakak
di sekolah minggu, juga kata papa."
Kiki, 3 SD
"Pernah, tapi takut dimarahi. Lagian kan dosa, jadi tidak boleh, nanti
dimarahi mama."
Nathanael, 4 SD
"Pernah, tapi ketahuan sama papa dan mama, sampai saya
dihukum. Sekarang kapok, tidak mau bohong lagi. Lagipula bohong
itu dosa, kata mama."
Jonathan, 4 SD
Ada beberapa hal menarik yang dapat kita cermati dari komentar-komentar mereka.
Beberapa anak langsung mengakui bahwa mereka pernah berbohong ketika mereka
ditanya, sementara anak yang lain lebih banyak menjawab bahwa mereka tidak pernah
berbohong sama sekali. Ada pula yang menyatakan bahwa kebohongannya dimaksudkan
untuk membawa "kebaikan". Bagaimanapun juga, semua anak mengetahui dan mengakui
bahwa berbohong adalah perbuatan yang salah, dosa, dan tidak diperkenan baik oleh
Tuhan maupun orangtua. Kebanyakan mereka memperoleh pemahaman tersebut dari
orangtua. Namun karena anak-anak yang dimintai komentar ini adalah murid-murid sekolah
minggu sebuah gereja, mereka tentunya mendapatkan juga pesan-pesan moral sejenis dari
guru-guru sekolah minggu mereka.
Anak-anak yang menjawab pernah berbohong tidaklah menunjukkan bahwa orangtua
maupun guru sekolah minggu gagal menanamkan kebenaran kepada mereka. Karena hal
42. Apakah Kamu Pernah Berbohong?
ini mungkin saja berarti bahwa mereka justru adalah anak yang jujur dan peka terhadap
dirinya. Sebaliknya, anak-anak yang mengatakan tidak pernah berbohong juga tidak berarti
sudah berhasil mengamalkan nilai-nilai kebenaran yang pernah diajarkan. Yang menarik
yaitu pengakuan pernah berbohong dikemukakan oleh anak yang usianya lebih muda (TK
dan 1 SD), sedangkan anak-anak yang lebih besar, misalnya kelas 3 SD, justru mengatakan
bahwa mereka tidak pernah berbohong.
Untuk menghayati dan mengamalkan sebuah nilai kebenaran, setiap individu perlu
melewati dua tahapan atau proses. Anak mulai belajar tentang perilaku benar atau salah
dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Awalnya, anak akan mematuhi hal yang benar itu
karena ia tidak mau dihukum. Dengan bertambahnya usia, ia menjalankan hal yang benar
karena ingin dipuji dan memperoleh dukungan orang lain. Anak mulai merasa wajib
melakukan yang benar.
Sampai sejauh ini, dapat dikatakan bahwa nilai kebenaran yang dipegang anak masih
bersifat objektif (tahap objektif). Anak memegang nilai-nilai tersebut lebih karena pengaruh
orang lain. Namun memasuki tahap perkembangan berikutnya, yaitu sekitar usia 18 tahun,
individu diharapkan sudah mempunyai prinsip pilihan sendiri. Pada tahap ini, anak sudah
memiliki nilai mereka sendiri dan tindakan mereka tidak lagi didasarkan pada pendapat
orang lain (tahap subjektif). Tahap subjektif ini tentunya akan berlangsung dengan lebih
mulus kalau pada tahapan perkembangan objektif, individu yang bersangkutan sudah
memperoleh bekal nilai yang memadai dari orang-orang di sekelilingnya.
Kita dapat pula melihat komentar-komentar anak-anak di atas dengan cara pandang yang
berbeda. Melihat usia mereka, jawaban-jawaban mereka mencerminkan bahwa mereka
masih berada pada tahap perkembangan objektif. Di sisi lain, kita melihat juga bahwa
manusia sudah berjuang dengan dosa sejak usia dini. Jadi, meskipun mereka tahu bahwa
mereka tidak boleh berbohong, mereka sulit untuk tidak berbohong. Hukuman dan
kemarahan yang mereka terima tatkala mereka berbohong juga tidak menjamin bahwa
mereka tidak akan berbohong lagi.
Di sinilah pentingnya kita mengajarkan pula mengenai kasih karunia dan pengampunan
Allah. Manusia memerlukan karya penebusan Kristus di atas kayu salib untuk
membebaskannya dari status keberdosaan dan belenggu dosanya.
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan
kebenaran tidak ada di dalam kita.
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni
segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi
pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita." 9
43. Moralitas dan Rasa Hormat
irginia Satir, seorang pakar terapi keluarga, mengemukakan bahwa suami-istri adalah
poros keluarga. Dengan kata lain, hubungan suami-istri sangat mewarnai kondisi
keluarga secara keseluruhan. Salah satu aspek kehidupan suami-istri yang berdampak
langsung pada keluarga ialah kehidupan moral suami dan istri.
Konsep yang sama dapat pula diterapkan pada hubungan suami-istri. Sesungguhnya,
respek terhadap pasangan sangat bertalian dengan kehidupan moral pasangan itu sendiri.
Respek yang telah tererosi akan meresap masuk dan membawa pengaruh pada banyak
aspek kehidupan suami-istri. Sebaliknya, respek yang terpelihara (apalagi bertambah) akan
menyederhanakan dan menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Itu sebabnya, bagian
moral merupakan elemen yang integral dalam kehidupan suam-istri, namun malangnya,
acap kali luput dari perhatian kita.
Kehidupan moral dapat dibagi dalam dua unsur: standar dan perilaku. Standar moral
mencakup keyakinan tentang benar-salah dan baik-buruk sedangkan perilaku moral
mengacu kepada perbuatan konkretnya sendiri. Kesamaan atau kesesuaian antara standar
dan perilaku moral, saya sebut ‘integritas’. Jadi, orang yang mengaku Kristen tetapi kalau
marah memukuli istrinya, adalah orang yang tidak memiliki integritas. Hal yang sama bisa
ditujukan kepada seorang istri yang mengaku respek terhadap suaminya namun sering
melontarkan kata-kata yang menghina. Integritas adalah kekonsistenan antara apa yang
diucapkan dan yang dilakukan, antara yang apa yang diyakini dan yang diperbuat.
Hampir semua orang dapat mengemukakan apa yang dipercayainya sebagai kebaikan dan
keburukan, tetapi tidak semua bisa hidup sesuai dengan standar moralnya itu. Adakalanya
suami menolak "khotbah" istrinya sebab ia tidak melihat integritas pada istrinya. Mungkin
suami itu berdalih, "Engkau sendiri melakukan hal yang sama!" Atau, kadang istri sukar
43. Moralitas dan Rasa Hormat
menerima keputusan suaminya, sebab ia tahu bahwa keputusan itu, toh, akan dilangggar
oleh suaminya sendiri pula.
Hampir semua orang dapat mempunyai integritas—dengan standar moral yang rendah.
Maksud saya, bukankah mudah bagi kita untuk meraih standar jika standar itu rendah. Jadi,
akan ada orang yang berkata, "Saya tidak suka berpura-pura! Kalau saya main perempuan,
saya pasti memberitahukan istri saya. Terserah dia mau terima atau tidak!" Standar dan
perilaku moral yang rendah, betapapun menunjukkan integritas, tetap berdampak negatif
terhadap pernikahan—tidak akan membuahkan respek pada diri pasangannya.
Bila kita ingin meningkatkan kualitas hubungan nikah, tidak bisa tidak, kita mesti memelihara
integritas yang tinggi. Standar moral harus sepadan dengan yang telah Tuhan tetapkan.
Firman Tuhan memacu kita untuk memiliki standar yang tinggi, sebagaimana dapat kita tilik
di Filipi 4:8, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Sejak kecil istri saya sudah hidup di luar negeri sebelum akhirnya menetap di Amerika
Serikat. Setelah kami menikah, kami pun menancapkan akar kami di negeri Paman Sam itu.
Sewaktu kami kembali ke Indonesia, 9 tahun yang lalu, ia harus meninggalkan keluarga dan
kehidupannya di sana—sebuah keputusan yang tidak mudah diambil. Ia melakukannya
dengan suatu keyakinan bahwa itulah yang Tuhan tuntut darinya. Dengan setia ia
mendampingi saya di sini dan setiap hari saya melihatnya membaca Alkitab dan bersaat
teduh dengan Tuhan. Ia jugalah yang memastikan agar anak-anak membaca Alkitab setiap
hari dan memantau kehidupan rohani mereka. Apa yang muncul dalam hati saya
menyaksikan semua ini? Respek!
Apakah kami tidak lagi berselisih paham setelah melakukan semua ini? Sudah tentu masih—
kadang kecil, kadang besar. Namun, respek yang telah menyerapi benak kami bekerja
sebagai penawar dan penahan berkembangnya masalah. Respek tidak usah dicari dari luar
sebab itu tidak akan ada. Respek bertunas dari kehidupan moral yang "mulia dan patut
dipuji."
44. Mengnal Penyakit Demam Berdarah
endengar istilah demam berdarah, maka yang terbayang di benak kita adalah suatu
penyakit yang mengerikan. Sebenarnya penyakit ini dapat diatasi bila cepat ditangani.
Sebaliknya, demam berdarah dapat juga menjadi berbahaya bila terlambat ditangani, apalagi
bila telah terjadi shock. Dengan mengenal penyakit ini lebih jauh, diharapkan orang tua
dapat mempunyai pengertian yang benar dan dapat bertindak dengan tepat.
Demam berdarah adalah demam yang terjadi dengan tiba-tiba. Seringkali demam ini
didahului oleh gejala-gejala ringan seperti sakit kepala, lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada otot, tulang dan persendian. Karena itu, penyakit ini sulit dibedakan
dari penyakit lain seperti influenza.
Demam berdarah terutama menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun yang tinggal di
daerah endemik demam berdarah yang banyak terdapat di Asia Tenggara, Cina, dan
Kuba. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (nyamuk jenis ini senang bersarang di dalam rumah) atau Aedes albopictus (nyamuk
kebun).
Masa inkubasi penyakit ini, yaitu sejak penularan hingga munculnya gejala, adalah
antara 3 – 15 hari dan pada umumnya antara 5 – 8 hari.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas, pada penyakit ini terjadi pula demam
yang tinggi (bisa mencapai 40° C) secara mendadak dan terus menerus selama 2 hingga
7 hari. Muka penderita pun tampak merah. Pada hari ke-2 atau ke-3 terjadi perdarahan
dalam bentuk beraneka ragam. Yang ringan berupa perdarahan di bawah kulit. Ada
kalanya perdarahan jenis ini tidak tampak secara jelas dan baru diketahui setelah
dilakukan uji Torniquet, ada kalanya tampak sebagai bintik-bintik merah di permukaan
44. Mengnal Penyakit Demam Berdarah
kulit. Perdarahan yang tampak jelas adalah mimisan dan perdarahan gusi. Sedangkan
yang berat adalah muntah darah, buang air kecil dan buang air besar yang mengandung
darah. Biasanya terjadi pembengkakan liver.
Derajat beratnya penyakit demam berdarah (dikenal juga dengan DHF = Dengue
Hemorrhagic Fever) dibagi atas:
tidak terukur.
Bila tampak gejala-gejala seperti di atas, segera periksakan anak ke dokter. Berikan anak
minum yang banyak. Untuk mengatasi demamnya, berikan antipiretik (obat penurun
panas) yang mengandung acetaminophen (paracetamol). Jangan diberikan golongan
asetil salisilat seperti acetosal atau aspirin, karena mempunyai sifat anti-agregasi
trombosit yang menyebabkan perdarahan lebih berat. Untuk menghindari penularan
terhadap anggota keluarga yang lain, bersihkan rumah dan lingkungan sekitar dari
nyamuk. Bersihkan air yang tergenang, dan lakukanlah penyemprotan dengan
menggunakan obat.
Kapan anak dianjurkan untuk dirawat di Rumah Sakit?
Pada hari ke-1 atau ke-2 didapatkan kombinasi demam tinggi, Rumple Leed
positif, kejang/muntah yang banyak (dehidrasi/ tubuh kekurangan cairan).
Pada hari ke-3 dan seterusnya terdapat kombinasi demam tinggi, wajah tampak
sakit keras, Rumple Leed positif, pembesaran liver, nyeri di daerah lambung,
trombositopeni, hemokonsentrasi.
Terjadi perdarahan spontan, baik disertai demam atau tidak.
Terjadi shock yang ditunjukkan oleh lemah dan cepatnya denyut nadi (lebih dari
150 kali setiap menitnya), berkeringat, dan permukaan kulit dingin.