S AL REMAJA DA AN FAKT
TOR
DETER
RMINANNNYA DII SMA SE
E-KOTA
A SEMAR
RANG
SKRIPSI
oleh
Diyaah Ayu Alfiaani
11301408004
JURUSA
AN BIMBINGAN DA AN KONS
SELING
FAKKULTAS ILMU PEENDIDIKA
AN
UNIVE
ERSITAS
S NEGERII SEMAR
RANG
2013
PENGESAHAN
Panitia
Ketua, Sekretaris,
Penguji Utama,
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
ii
PERNYATAAN
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
”Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja
keras, dan belajar dari kesalahan.”
“Colin Powel”
PERSEMBAHAN
♥ Kedua Orangtua ku Bapak Kuswandi dan Ibu
Tetik Puji Astuti yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayang, doa dan dukungan serta
materi yang tiada hentinya mengiringi hidupku.
♥ Kakek ku Nari Supardi dan Adikku Putri serta
seluruh keluarga besarku, atas motivasi dan do’a
serta kasih sayang setulus hati.
♥ Farid yang selalu memberikan dukungan dan
warna dalam hidupku.
♥ Sahabat dan teman-teman BK’08 nisa, windha,
carti, danang, septri atas motivasi selama ini.
♥ Teman-teman Bimbel Geniuschool terutama rusi
dan Teman-teman kos Pink yang sudah menjadi
keluarga keduaku.
♥ Almamaterku tercinta
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
perilaku seksual remaja yang merupakan segala tingkah laku yang diakibatkan
adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju
ke dewasa. Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung
es yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari
perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar
terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu
yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja
khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih
mendalam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.
terjadi di Kota Semarang yaitu makin maraknya siswa SMA yang melakukan
perilaku seksual baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, peneliti ingin memperoleh data secara empirik mengenai perilaku
seksual tersebut.
Dalam proses penulisan skripsi ini tidak banyak kendala, meskipun diakui
penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat
v
rahmat Allah SWT dan usaha, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
ini.
6. Tim Penguji yang telah menguji skripsi dan memberi masukan untuk
7. Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah
8. Kepala Sekolah SMA se-kota Semarang atas ijin yang diberikan pada
peneliti.
vi
9. Konselor se-Kota Semarang atas bantuan dan ijin yang diberikan kepada
peneliti.
10. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
Semarang,......2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Alfiyani, D. A. 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di
SMA Se-Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Suharso, M.
Pd., Kons., Pembimbing II: Dra. Sinta Saraswati, M. Pd., Kons.
Remaja adalah individu yang ada pada masa peralihan di antara masa
anak-anak ke masa dewasa, yang biasanya melakukan hubungan baru yang lebih
matang terhadap lawan jenis yang disebut hubungan pacaran. Namun pada masa
sekarang hal tersebut telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk
melampiaskan kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain
terjadi proses saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas
seksual antara pasangan di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan survey Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA
se-Kota Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri dan Swasta se-Kota
Semarang tahun pelajaran 2012/2013 yang berada di sekolah pinggir kota, tengah
kota, dan daerah perbatasan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster
proportional random sampling dan terpilih sembilan SMA Negeri dan Swasta
yang berada di sekolah pinggir kota, tengah kota, dan daerah perbatasan. Desain
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif Survey. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan oleh
siswa SMA Negeri maupun Swasta di Kota Semarang adalah berpelukan; antara
rata-rata perilaku seksual yang dilakukan siswa SMA Negeri maupun Swasta
tidak berbeda secara signifikan; serta faktor determinan yang mendorong siswa
melakukan perilaku seksual antara lain: motivasi, media dan televisi, serta
berkembangnya organ anseksual. Faktor yang paling berpengaruh terhadap
perilaku seksual adalah faktor media dan televisi sebesar 14,5% sedangkan faktor
yang kurang berpengaruh adalah faktor tingkat religiuitas sebesar 8,9%. Simpulan
dari penelitian ini adalah bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan
siswa di SMA se-Kota Semarang yaitu berpelukan sedangkan faktor Media dan
televisi lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Upaya dalam
membantu siswa adalah orangtua lebih pro aktif dan terbuka dalam komunikasi
dengan anaknya, serta pihak sekolah dapat memebrikan konsultasi mengenai
masalah seksual.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1. 3 Tujuan ........................................................................................... 7
1. 4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1. 5 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 8
1. 6 Bagian Pendahuluan .............................................................................. 8
1.6.1 Bagian Isi ............................................................................................. 9
1.6.2 Bagian Akhir ....................................................................................... 9
ix
2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja ................................................. 30
2.2.2.7 Resiko Hubungan Perilaku Seksual Remaja .................................... 31
2. 3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja ....................................... 31
2.3.1 Faktor Internal .................................................................................... 32
2.3.1.1 Motivasi ........................................................................................... 32
2.3.1.2 Rasa Ingin Tahu ............................................................................... 32
2.3.1.4 Berkembangnya Organ Seksual ....................................................... 33
2.3.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 34
2.3.2.1 Teman Sepermainan ......................................................................... 34
2.3.2.2 Orang Tua ........................................................................................ 34
2.3.2.3 Media dan Televisi ........................................................................... 35
2.3.2.4 Religiusitas ...................................................................................... 36
2. 4 Hubungan Antara Perilaku Seksual Remaja dengan Faktor
Determinannya ...................................................................................... 37
x
4.1.1.1 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Masturbasi ...................... 67
4.1.1.2 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi Seksual .............. 68
4.1.1.3 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca dan Melihat
Majalah Porno ................................................................................. 70
4.1.1.4 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan Tangan .... 71
4.1.1.5 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan ...................... 71
4.1.1.6 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ........................... 73
4.1.1.7 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ........................... 74
4.1.1.8 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ........................... 75
4.1.1.9 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse ........................ 76
4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota
Semarang ............................................................................................ 77
4.1.2.1 Uji Normalitas .................................................................................. 77
4.1.2.2 Uji Hesteroskedasitas ...................................................................... 78
4.1.2.3 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 79
4.1.2.4 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 81
4.1.2.5 Uji Hipotesis .................................................................................... 82
4.1.2.6 Koefisien Deterrminasi ................................................................... 87
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 88
4.2.1 Gambaran Tentang Perilaku Seksual Remaja ..................................... 88
4.2.2 Gambaran Tentang Faktor Determinan Penyebab Perilaku Seksual
Remaja ................................................................................................ 95
4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 100
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 109
5.2 Saran .................................................................................................... 109
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................... 41
3.2 Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................ 45
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA ........................... 52
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan ................................................... 55
3.5 Penskoran Kategori Jawaban ................................................................... 58
3.6 Kriteria Presentase Perilaku Seksual ........................................................ 63
4.1 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang . 66
4.2 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Mastrubasi .. 67
4.3 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi
Seksual .................................................................................................... 69
4.4 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca
dan Melihat Majalah Porno ..................................................................... 70
4.5 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan
Tangan ..................................................................................................... 71
4.6 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan .. 72
4.7 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ...... 73
4.8 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ..... 74
4.9 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ....... 75
4.10 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse . 76
4.11 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 80
4.12 Coefficients ............................................................................................ 81
4.13 Model Summary ..................................................................................... 86
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Hubungan Antara Variabel X dan Y ........................................................ 47
3.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen ............................................... 51
4.1 Uji Normalitas .......................................................................................... 78
4.2 Uji Heteroskidasitas ................................................................................. 79
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Bentuk Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang ....................... 75
4.2 Perilaku Seksual Masturbasi ...................................................................... 77
4.3 Perilaku Seksual Fantasi Seksual ............................................................... 78
4.4 Perilaku Seksual Membaca dan Melihat Gambar Porno............................ 79
4.5 Perilaku Seksual Berpegangan Tangan ...................................................... 80
4.6 Perilaku Seksual Berpelukan...................................................................... 81
4.7 Perilaku Seksual Berciuman ...................................................................... 82
4.8 Perilaku Seksual Necking ........................................................................... 83
4.9 Perilaku Seksual Petting............................................................................. 84
4.10 Perilaku Seksual Intercouse ..................................................................... 85
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar SMA se-Kota Semarang .................................................................. 114
2 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji
Coba……………………………………………………………. 131
3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sebelum Uji Coba .......... 136
4 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji
Coba……………………………………………………………. 142
5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sesudah Uji Coba ........... 146
6 Angket Penelitian Sebelum Uji Coba ......................................................... 152
7 Angket Penelitian Setelah Uji Coba............................................................ 154
10 Tes Validitas dan Reliabilitas Perilaku Seksual SMA ................................ 168
12 Tes Validitas dan Reliabilitas Faktor Determinan SMA ............................ 170
13 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Negeri………….... ................ 173
14 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Swasta ................................... 178
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa yang indah dan tidak terlupakan bagi setiap
orang. Pada masa ini kebanyakan orang mencari jati dirinya. Remaja adalah
individu yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak ke masa dewasa,
anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang. Hurlock (1999:207) menyebutkan bahwa:
sesuai dengan masa remaja yang mempunyai rentang usia antara 11-
24 tahun, masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-
kanak menuju ke masa dewasa, selain mengalami perubahan fisik
terdapat pula perubahan psikologis yang hampir universal, seperti:
meningginya emosi, minat, peran, pola perilaku, nilai-nilai yang
dianut dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.
atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
Seiring dengan perubahan pada saat anak memasuki masa pubertas, sudah
yang sangat pesat seringkali menimbulkan gangguan regulasi, tingkah laku, dan
bahkan keterasingan dengan diri sendiri. Masa remaja sendiri memiliki beberapa
1
2
yang lebih matang dengan teman seusianya bergaul dan menjalin hubungan
dengan individu yang berlainan jenis, tanpa menimbulkan efek samping yang
negatif.
Salah satu hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusianya yang
dilakukan oleh individu dengan individu lain yang berlainan jenis adalah
meningkatkan kesempatan pada remaja untuk mempelajari aturan sosial yang baru
kepribadian dan perasaan pasangannya. Namun pada masa sekarang hal tersebut
saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas seksual antara
siswa menyebutkan bahwa pergaulan remaja saat ini dalam arti pacaran cenderung
sebagai alat pemuasan seksual. Seperti contoh salah satu siswa dan siswa di SMA
swasta berpacaran dengan siswa dari sekolah yang sama, kemudian hamil hal itu
orangtua siswa tersebut agar mereka menikah, orangtua siswa menyetujui tetapi
3
siswi yang telah hamil menolak untuk dinikahi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
memang remaja saat ini cenderung lebih mencari kesenangan daripada komitmen
Selain itu, kebebasan pergaulan antar lawan jenis yang berbeda dapat
besar sehingga remaja lebih cenderung terkena imbas perilaku seksual pranikah
sebaya yang tidak terkontrol, kurangnya pemahaman tentang agama dan moral,
anak, kemajuan teknologi dan kebebasan media menjadi faktor yang berpengaruh
timbulnya perilaku seksual yang tidak benar pada anak dan remaja. Remaja yang
hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin dan kasus pemerkosaan adalah
contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai
ditemukan data 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan
hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil
mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 15-
Tengah pada tahun 2004 dengan responden 500 orang yang terdiri atas 250 remaja
4
putri dan 250 remaja putra dari berbagai SMA di Semarang menunjukkan bahwa
90 orang (62,1%) remaja putra dan 95 orang (73%) remaja putri melakukan
ciuman dengan alasan cinta, 48 orang (33,1%) remaja putra dan 24 orang (18,5%)
ciuman karena terpaksa sebanyak 7 orang (4,8%) remaja putra dan 11 orang
Selain itu laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan
Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli tentang perilaku seksual siswa diketahui
berpegangan tangan 80%, mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir
(51%), mencium leher (28%), meraba dada/ alat kelamin (petting) sebanyak
pertama/ Sekolah menengah atas (SMP/ SMA) tentang pengetahuan, sikap dan
perempuan pernah menonton gambar/ film porno. Media yang sering dipakai
adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/ Koran (46%).
Dan setelah menonton gambar/ film porno sebanyak 77% siswa laki-laki
mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang
sama.
5
adalah karena pengaruh menonton film porno(baik dalam bentuk film maupun
97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja
pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja
Indonesia telah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornografi memang sudah
menyebar luas di Indonesia, tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak
yang mengaksesnya.
Kota semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia.
Kota ini menjadi kota yang sedang berkembang serta merupakan kota tujuan
belajar bagi pelajar dari daerah atau kota-kota kecil di sekitarnya untuk
warung internet, diskotik dan pusat hiburan malam serta penggunaan telepon
seluler yang kian merebak dimanfaatkan sebagai ajang pertemuan kaum muda-
mudi dengan segala keunikannya. Kehidupan yang penuh dengan gejolak ini
atas.
siswa SMA bukanlah menjadi hal yang baru, meskipun tidak semua hubungan
6
beberapa siswa yang menyebutkan bahwa tiap tahun selalu ada teman atau siswa
hubungan seksual selayaknya suami istri berjumlah 5 orang. Selain itu ada
sekolah negeri yang siswanya terlibat dalam pembuatan video porno. Kondisi
perkembangan remaja yang berada pada masa transisi membuat mereka rentan
sebaya, motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ seksual, media
yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari
perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar
terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu
yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja
khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih
mendalam.
7
umum yang muncul yaitu: Bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan
(1) Apa saja bentuk perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang?
(2) Apa saja faktor determinan penyebab remaja cenderung melakukan perilaku
1.3 Tujuan
secara umum yaitu: Mengetahui bentuk perilaku seksual remaja dan faktor
(1) Mengetahui bentuk perilaku seksual yang terjadi pada remaja di SMA se-
Kota Semarang.
Semarang.
8
1.4 Manfaat
seksual remaja SMA dan faktor-faktor determinannya sebagai salah satu masalah
seksualnya
(2) Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan
(3) Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah
Secara sistematik penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
9
seksual.
analisis data.
Bab 4 : Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka dalam bab 2 ini akan
termuat dalam jurnal MAKARA Vol 10, No. 1 Juni 2006: 29-40 dengan judul
sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan
maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk
10
11
melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual
aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan
Penelitian lain dilakukan oleh Daniel J. Whitaker dkk yang termuat dalam
jurnal Family Planning Perspectives Vol 32, No. 32 Mei-Juni 2000: 111-117
or Didn’t They?”. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa faktor orangtua, teman
Data hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Alabama New York dan
intercouse, 22% belum melakukan hubungan namun memliki harapan pada tahun
yang akan datang mereka akan melakukannya dan 27% remaja pernah melakukan
hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan. Upaya pencegahan perilaku
seksual pada remaja harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus remaja dengan
satu pasangan atau lebih atau mereka memang belum pernah melakukan
Dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI
SMA PGRI 1 Pemalang Tahun 2008/2009” ini dilaksanakan oleh Dewi Ekasari,
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009. Inti dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Sampel yang diambil sebanyak 164 siswa dari jumlah total 329 siswa dan
tersebar di 8 kelas IPA dan IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
skala penalaran moral dan skala sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah.
seksual pranikah adalah 57,93% dengan jumlah 95 responden. Hal tersebut berarti
bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penalaran moral dengan perilaku
seksual pranikah remaja. Maka dari itu pihak sekolah khususnya pembimbing
sehingga siswa dapat bersikap selektif terhadap stimulus seksual yang muncul.
Dari berbagai penjelasan tersebut merupakan bukti bahwa siswa SMA baik
Negeri dan swasta melakukan berbagai macam perilaku seksual dan untuk itu
bersifat wajar, disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan
orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah
laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan
2.2.1 Remaja
Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal
dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) “batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.” Selain itu Salman (dalam
batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocok sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari remaja
adalah individu yang berada pada masa transisi atau peralihan dari masa anak-
anak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan cepat dan ditandai dengan
adanya perubahan aspek baik fisik, psikis maupun psikososial. Rentangan usia
remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun
sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal, remaja madya dan remaja
akhir, maka remaja sekolah menengah atas berada dalam usia 15/16 tahun sampai
18/19 tahun.
15
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri khas dan peranan yang menentukan dalam
Masa remaja seperti halnya semua rentang dalam kehidupan juga memilki
Yusuf (2009:26) menyatakan bahwa “pada masa ini mulai tumbuh dalam
diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat
memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dukanya,
Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2006:16) ciri-ciri atau karakteristik remaja
meliputi :
Ciri-ciri yang dijelaskan tersebut juga dipertegas oleh Willis (2010: 24)
yang menyebutkan bahwa “ciri-ciri masa remaja yaitu timbulnya ide-ide baru
tentang hidup berdiri sendiri, ingin melepaskan diri dari orangtua, kebebasan
dalam memilih jalan hidup sendiri, mempunyai perasaan gelisah, dan mulai
remaja mempunyai arti yang khusus, namun masa remaja mempunyai tempat
yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Lebih lanjut
lagi Monks menjelaskan bahwa remaja berada dalam status interm yang mana
17
status tersebut berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sebagai akibat
dari orang tua dan/ atau orang dewasa yang lain, 4) merealisasi suatu identitas
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif,
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya,
6) Mempersiapkan karier ekonomi
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
kebebasan/ kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, 3)
Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
kehidupan individu yang diwarnai dengan ciri maupun pola tingkah laku khusus.
meliputi: 1) Pre Adolesence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun sedangkan
pria lebih lambat daripada itu, 2) Early Adolesence pada usia 16-17 tahun, 3) Late
perguruan tinggi.”
Selain itu Yusuf (2009: 26) mengemukakan bahwa “masa remaja diperinci
menjadi beberapa masa yaitu: 1) Masa praremaja (remaja awal), 2) Masa remaja
(remaja madya), 3) Masa remaja akhir.” Tahapan dalam masa remaja tersebut
Masa remaja awal atau praremaja biasanya berlangsung tidak terlalu lama dan
sering disebut masa yang negatif, karena remaja pada masa ini cenderung tidak
Pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup dalam diri remaja, mulai
dapat bersimpati dalam suka maupun dukanya. Masa ini dipandang sebagai masa
19
pencarian sesuatu yang dapat dinilai, dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini
Pada masa ini merupakan akhir dari masa remaja. Hal ini dikarenakan remaja
Pada saat masa puber berakhir pertumbuhan fisik masih jauh dari
sempurna dan begitu juga belum sepenuhnya ketika akhir masa awal remaja.
mental berbagai gagasan).” Pada dasarnya remaja secara mental telah dapat
20
berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dapat dikatakan bahwa
berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan
ditegaskan pula bahwa remaja mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi
tidak seterampil orang dewasa yang itu menunjukkan bahwa wawasan atau
perspektif yang luas terhadap suatu masalah (Sigelman & Shaffer, 1995).
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal
Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan emosi selama
maupun hormonal.
21
perubahan dalam perilaku sosial dan pengelompokan sosial yang baru. Maka dari
itu remaja akan lebih banyak menggunakan waktunya berada diluar rumah dan
dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya lebih besar daripada pengaruh dari
keluarga.
seksual pada remaja. Perkembangan seksual pada masa remaja identik dengan
(puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi
dengan pesat terutama pada awal masa remaja.” Lebih jelas lagi Desmita
perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary seks characteristics) dan ciri-ciri
seks sekunder (secondary sex characteristics). Perubahan fisik yang terjadi dan
dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada atau tahu mengenai
diinginkan) dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat. Banyak pula remaja
yang memperbincangkan mengenai hubungan seks yang bagi mereka bukan lagi
hal yang tabu dan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan hubungan seks diluar
nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan
saling terkait. Dan parahnya bahwa senggama yang disertai kasih sayang lebih
akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak
laki 2 tahun lebih lambat daripada remaja wanita. Menurut Dariyo (2004:20)
“bahwa kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama
pada malam hari (wet dream, noctural emmision) pada laki-laki.” Istilah lain
spermarche.
Selain itu pada laki ciri-ciri seks primer yang penting pada remaja laki-laki
yaitu pertumbuhan cepat pada batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan
(scrotum). Pada skrotum, tedapat dua buah testis (buah pelir) yang bergantung di
bawah penis. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun.
yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon inilah yang
bahwa :
24
anak perempuan ditandai dengan munculnya priode menstruasi yang biasa disebut
menarche yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Hal
dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi, sedangkan
kewanitaan pada tubuh remaja wanita, seperti pembesaran payudara dan pinggul,
suara halus.” Selain itu hormon ini juga mengatur siklus haid. (Sarwono: 1993)
(lemak), 3) Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi, 4) Muka menjadi bulat dan
25
dalam tingkah laku, seperti: perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian,
jenis yang lebih dekat, hal itu memungkinkan terjadinya perilaku seksual. Berikut
ini akan diuraikan beberapa definisi tentang perilaku seksual yaitu sebagai
berikut:
seksual remaja adalah suatu perkembangan pada remaja yang dipengaruhi oleh
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun
sesama jenis.” Hal tersebut sebagai akibat langsung dari pertumbuhan hormon
kelenjar seks yang menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai
kematangan pada masa remaja, dengan ditandai adanya perubahan fisik. Sarwono
Daya tarik fisik, misalnya cara berpakaian atau berdandan merupakan awal
adalah untuk menikmati dan memuaskan dorongan seks. Aktivitas lain untuk
memenuhi kepuasan jasmani adalah melihat majalah atau film porno dan
berfantasi seksual.
Menurut Marti Blanch dan Merry dalam Pilar PKBI (1999), seksualitas
dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri dan
Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri meliputi: (1) Masturbasi
sesuatu objek yang menggairahkan atau menggiurkan, dan (3) Membaca buku,
Perilaku seksual yang dilakukan oleh orang lain meliputi: (1) Berpegangan
tangan, pada awal berpacaran biasanya siswa melakukan hal seperti saling
biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling
28
melindungi dalam berpacaran, (3) Berciuman, setelah mereka sudah berani saling
kening, pipi, lalu lanjut saling memainkan bibir pasangannya masing-masing, (4)
Necking yaitu mencium leher dan saling meraba daerah sensitif, mulai tahap ini
ada daya getar api dan gairah seksual yang telah menggoncang mereka, dan
mereka pun lantas berciuman dan saling meraba-raba daerah sensitif masing-
bermain seksual, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok
atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang alat
tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan karena mereka tidak ingin mengambil
resiko atau takut hamil, (6) Berhubungan intim (Intercouse), hubungan seksual
yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau
seksual bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
terjadi melalui empat fase. Fase-fase terjadinya perilaku seksual tersebut seperti
individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan lawan jenis maupun
membentuk teman sebaya (peer group). Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa
bentuk-bentuk perilaku seksual adalah mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah
erotis, terangsang oleh stimulus seksual seperti: ketegangan membaca buku porno
dorongan seksual atau yang lebih dikenal sebagai gairah seksual. Menurut Aini
content/uploads/2011/02/PERILAKU-SEKSUAL-REAMAJA.pdf) menyebutkan
bahwa dorongan seksual adalah suatu aktivitas seksual yang sampai kepada
hubungan seksual.
seks, khususnya testoteron yang mulai aktif pada masa remaja, 2) rangsangan
remaja cenderung lebih ingin mencoba-coba hal yang baru dan menantang
manfaat yang diperoleh. Menurut Depkes (dalam Astuti, 2009: 35) “Resiko bagi
bersalah dan berdosa, ketagihan, gangguan fungsi seksual, dan perasaan tidak
adalah faktor yang bersifat independen, tidak terkait dengan penyakit seksual atau
berfikir bahwa terjadinya penyakit seksual atau kehamilan itu tidak terjadi pada
“ku” (remaja), tetapi hal tersebut terjadi pada orang lain. Perilaku seks bebas
memang kasat mata, namun itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati
secara langsung (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang dapat diamati
2.3.1.1 Motivasi
remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan
didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,
tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh
mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini
Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan
ciri-ciri remaja pada umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya
Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer)
pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan
antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta
memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.
Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul
konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila
dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan
jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan
terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-
benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
jasmani secara menyeluruh. Energi seksual atau libido (nafsu) pun telah
dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya
Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia remaja. Karena
34
merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan
umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan
Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah
yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara
hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam
sebagai berikut “informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan
berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-
ketakutan yang berhubungan dengan seks.” Dalam hal ini, terciptanya konflik dan
gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja
Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam
perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat,
dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa
perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu
pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan persepsi yang salah pula
dengan segala akibatnya dan hal itu kemudian diekspresikan dalam bentuk
perilaku seksual yang buruk dengan segala akibat yang tidak diharapkan.
2.3.2.4 Religiusitas
Kata religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan.
yang harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang
atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam
sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Selain itu Religius oleh Wulf (2002)
antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia ataupun alam sekitarnya dimana
hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat dilihat dalam ibadah yang
dimensi akidah, dimensi ihsan, dimensi ilmu dan dimensi amal. Dimana dimensi-
Semakin tinggi nilai agama yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah
remaja maka perilaku yang dihasilkan akan semakin terarah dan terhindar dari
seseorang yang rajin beribadah akan semakin sering mendapat pesan atau ajaran
yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga remaja tersebut akan
seksual yang akan diteliti yaitu: 1) Motivasi untuk melakukan perilaku seksual, 2)
Rasa ingin tahu dalam diri remaja, 3) Mulai berkembangnya organ-organ seksual,
4) Faktor Teman sepermainan (peer group), 5) Faktor Orang Tua, 6) Media dan
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa yang penting dan khusus karena
dan noctual ejaculation pada pria, sehingga sejak itu fungsi reproduksi bekerja
dirinya termasuk dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit dikendalikan
tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik hebat dalam dirinya. Kemudian hal
itu diperparah dengan mudahnya remaja mengakses informasi tentang seks yang
keliru melalui media cetak dan elektronik. Informasi yang keliru akan
Selain itu faktor orang tua yang belum maksimal menanamkan pendidikan
seks sejak dini merupakan sebab yang tidak dapat dielakkan. Kesempatan untuk
banyak orang tua yang menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Padahal
38
seksual pada anak. Kemudian ditambah dengan turunnya tingkat religuitas pada
yang harus dimilki oleh seseorang, karena dengan agama perilaku yang dihasilkan
akan terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti perilaku seksual.
Terlebih lagi teman sepermainan (peer group) baik di lingkungan sekolah maupun
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik secara fisik maupun psikis dan diekspresikan untuk menarik lawan
jenis maupun sesama jenis hingga sampai pada tingkah laku berkencan. Ketika
seks. Selain itu aktivitas lain yang dilakukan untuk pemenuhan kepuasan seks
perilaku baik faktor internal (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang
perilaku seksual yaitu motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ
seksual, orang tua, teman sepermainan, media dan televisi serta religiuitas.
Remaja disini merupakan individu yang berusia antara 15-19 tahun. Hal
ini berarti mereka dalam usia sekolah menengah atas (SMA). Sekolah menengah
39
atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah formal di Indonesia setelah lulus
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian selalu berpedoman pada tata cara atau metode yang benar dan relevan.
Metode penelitian sendiri merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian
pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan harus
sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian
dapat mengarah dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam bab 3 ini akan
3.1.1 Populasi
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.”
40
41
mengambil populasi dalam penelitian ini adalah mengarah pada remaja yang
dilihat dari karakteristik populasi yang ada dalam penelitian ini. Jika karakteristik
yang dimiliki semakin banyak maka populasi akan semakin spesifik. Populasi
Tabel 3.1
Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang
No Wilayah Nama Sekolah Status Jumlah Siswa
3.1.2 Sampel
“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto,
2006: 131), sedangkan menurut Sugiyono (2008: 118) sampel adalah “bagian dari
yang sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram”. Tabel yang digunakan
adalah tabel Krejcie dan nomogram Harry King. Dengan adanya tabel dan
saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan sampai 15%. Selain itu,
jumlah populasi yang paling tinggi yakni hanya 2000. Dalam penelitian ini,
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
sampling.
atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menyangkut kondisi populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
wilayah yang cukup luas, terbagi dalam 15 kecamatan yang mempunyai 16 SMA
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas”.
“teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, teknik
jelasnya berikut ini akan disajikan jumlah sampel pada masing-masing daerah
Tabel 3.2
suatu peneliti (Arikunto 1998: 99). Sedangkan (Hadi 2002: 224) menjelaskan
“variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun klasifikasi
tingkatnya.” Selain itu variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang
terdapat subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif
(Azwar 2003: 99). Jadi kesimpulannya variabel merupakan objek yang bervariasi
dan dijadikan sebagai titik perhatian peneliti. Dalam variabel penelitian terdapat
hal-hal yang dibahas yaitu identifikasi variabel, hubungan antar variabel, dan
1) Motivasi (X1).
5) Orangtua (X5).
7) Religiuitas (X7).
Hubungan antar variabel yaitu antar variabel bebas dan terikat terjadi
hubungan sebab akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor
determinan perilaku seksual dan variabel yang terikat adalah perilaku seksual.
47
Hubungan antara variabel X dan variabel Y terdapat pada gambar 3.1 sebagai
berikut:
Faktor Determinan:
1) Motivasi (X1).
2) Rasa ingin tahu (X2).
3) Berkembangnya Perilaku Seksual
organ seksual (X3). (Y)
4) Teman sepermainan
(X4).
5) Orangtua (X5).
6) Media dan televisi
(X6).
7) Religiuitas (X7).
Gambar 3.1
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Terdapat tahap-
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “ Survey tentang Perilaku Seksual
kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok” (Singarimbun, 2008: 3).
gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian ini berdasarkan atas
cara cluster proportional random sampling. Diperoleh tiga cluster yaitu pinggir
kota, tengah kota, dan transisi. Pada tahap selanjutnya peneliti membagikan
angket kepada siswa di sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian. Dari
angket tersebut dapat diperoleh data tentang perilaku seksual dan faktor
49
sebagai berikut.
sampling.
(5) Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas.
langkah nomor 5.
menjadi sampel.
data yang akurat, relevan dan reliabel dari responden. Untuk memperoleh data
50
tersebut maka pengumpulan data menggunakan teknik dan prosedur yang sesuai
yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah
pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan
Arikunto (2002: 152). Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka dalam penelitian
ini data yang akan diungkap adalah tentang perilaku seksual remaja dan faktor
determinannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan faktor
siswa SMA negeri dengan SMA swasta. Maka dalam penelitian ini metode
SMA se-Kota Semarang beserta jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 yang
Pengertian metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh yang akan diukur (Responden). Dengan angket ini seseorang dapat diketahui
51
tertulis kepada siswa.” Angket perilaku seksual diberikan kepada siswa untuk diisi
gambar berikut.
Kisi-kisi Uji
Teori Instrumen Instrumenn Coba
Gambar 3.2
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA
Sub
Variabel Indikator Deskriptor Item
Variabel
Bentuk- Perilaku 1. Masturbasi Perilaku seksual 1,2,3,4
bentuk yang untuk melakukan • Saya melakukan aktivitas
perilaku dilakukan rangsangan masturbasi/ Onani.
seksual. tanpa ada seksual dengan • Saya menggunakan
bantuan berbagai cara media tangan untuk
orang lain. pada alat melakukan masturbasi/
kelamin. Onani.
• Melakukan masturbasi/
Onani menggunakan alat
bantu.
• Melakukan masturbasi/
onani menggunakan
sabun atau gel pelicin
2. Fantasi Perilaku seksual 5,6,7,8,9,10
Seksual. untuk • Saya berfantasi seksual.
merangsang diri • Ketika ingin tidur saya
dengan cara membayangkan sedang
membayangkan berhubungan seksual.
suatu objek yang • Berfantasi seksual ketika
menggairahkan. melihat lawan jenis yang
menarik
• Berfantasi seksual ketika
ada waktu luang.
• Saya mendapatkan
kenikmatan yang lebih
ketika membayangkan
berhubungan seks.
• Saya membayangkan/
berkhayal melakukan
hubungan seks dengan
pacar
3. Membaca Perilaku untuk 11,12,13,14
dan Melihat melakukan • Saya membaca dan
gambar rangsangan melihat gambar porno.
porno. seksual dengan • Saya berlangganan
cara membaca majalah porno.
dan melihat • Memiliki koleksi gambar
53
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan
3. Berkemb Perilaku seksual 14. Saya sudah 15. Saya sering merasakan
angnya siswa yang mengalami mimpi rangsangan seksual
organ cenderung basah setelah saya mengalami
seksual diakibatkan mulai 16. Saya bangga mimpi basah
berfungsinya organ- dengan bentuk 18. Saya sering marasakan
organ seksual yang tubuh saya rangsangan seksual
berpengaruh pada 17. Saya sudah setelah saya mengalami
perilaku seksualnya mengalami menstruasi
56
Faktor 1 Teman Perilaku seksual 22. Saya tidak tergerak 24. Teman saya mengajak
Ekstern sepermain remaja dikarenakan untuk melakukan nonton film porno
al an (peer adanya pengaruh kuat seks seperti yang 25. Teman saya berbagi
group) dari teman sebaya teman-teman saya pengalamn seksualnya
lakukan dengan saya
23. Saya cenderung 26. Saya memperoleh
menghindari informasi tentang seks
teman-teman yang dari teman saya
melakukan seks 27. Saya mudah terpengaruh
29. Saya menghindari oleh ajakn teman-teman
pembicaraan teman 28. Saya mengikuti
yang berhubungan kebiasaan teman-teman
dengan seks dalam berperilaku seks
30. Saya khawatir diberi
julukan kampungan jika
saya tidak berperilaku
sama dengan teman
sepermainan saya
31. Teman saya mengajak
untuk melakukan seks
bebas
5.3 Orangtua Perilaku seksual 33. Orangtua saya 32. Saya malu jika bertanya
siswa dikarenakan sangat tentang seks dengan
kurangnya memperhatikan orangtua
pemahaman yang tingkah laku saya 34. Bagi orangtua saya
diberikan orangtua terutama dalam perilaku seksual adalah
mengenai dasar perilaku seksual hal yang tabu
pendidikan seks serta 35. Setiap hari 36.Saya tidak berbincang-
kontrol yang kurang orangtua bincang dengan orangtua
terhadap menanyakan jika saya memiliki
perilaku seksual anak keadaan saya masalah seputar seks
38. Orangtua saya 37. Orangtua saya tidak
merespon dengan pernah membicarakan
baik setiap hal yang berhubungan
pertanyaan/ dengan perilaku seksual
pernyataan yang 40. Orangtua jarang
menyangkut seks memberi kesempatan
39. Orangtua saya saya untuk bertanya
selalu memantau mengenai seks
perkembangan 41. Saya dimarahi orangtua
saya hingga saat ketika bertanya seputar
57
ini seks
5.4 Media Perilaku seksual 42. Bagi saya 43.Saya tertarik menonton
dan siswa akibat adanya menonton acara acara yang berbau seks
televisi imitasi dari menonton seks dapat 46. Saya memilih menonton
media dan televisi menambah acara yang membahas
sehingga siswa pengetahuan dan seks daripada acara rohani
melihat perilaku wawasan 47. Acara televisi yang berbau
seksual itu 44. Saya kurang seks adalah seni
menyenangkan dan sependapat jika 48. Saya mempraktekkan
dapat diterima ada yang tingkah laku seks yang
mayarakat mengatakan bahwa saya tonton di televisi
menonton acara 49. Saya rutin menonton acara
seks tidak ada televisi yang membahas
manfaatnya tentang seks
45. Bagi saya acara
seks di televisi
tidak berpengaruh
buat saya
5.5 Tingkat Kurangnya nilai 50. Saya rajin 54. Saya menganggap
religiuita agama yang dimilki beribadah sesuai bahwa onani/
s mengakibatkan agama saya masturbasi bukan
kecenderungan 51. Saya selalu termasuk zina
perilaku seksual pada membaca al-quran 55. Saya tidak dapat
siswa 52. Saya selalu membedakan
membaca al-kitab perbuatan yang
53. Saya rajin diharamkan dan
mengikuti acara dihalalkan oleh
kerohanian di agama yang terkait
tempat ibadah dengan masalah
saya seksual
56. Saya tidak
menganggap bahwa
hubungan seksual
dengan pasangan/
lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
57. Saya menganggap
bahwa hubungan
seksual dengan
pasangan sebelum
menikah adalah wajar
Tidak Sesuai). Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan
Tabel 3.5
Penskoran kategori jawaban
yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji
coba dilakukan pada sekolah yang termasuk dalam populasi. Tujuannya untuk
3.7.1 Validitas
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Salah satu jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
3.7.2 Reliabilitas
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian adalah rumus Alpha
sebagai berikut.
∑ó
1
1 ó
Keterangan:
= reliabilitas yang dicari
n = jumlah butir angket
60
angket untuk perilaku seksual remaja dan angket untuk faktor determinan perilaku
seksual remaja. Angket perilaku seksual remaja terdiri dari 38 item pernyataan
setelah diuji coba dan berdasarkan perhitungan rumus product moment, hanya
terdapat 1 item yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 19. Selanjutnya untuk
keperluan penelitian, item yang tidak valid dibuang dan tidak digunakan dalam
penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator
moment terdapat 9 item yang tidak valid yaitu nomor 5, 14, 16, 23, 29, 38, 42, 50
dan 53. Selanjutnya item tersebut tidak digunakan dalam penelitian, sehingga
berjumlah 48 item.
61
maka angket perilaku seksual remaja yang diujikan reliabel. Sedangkan untuk
dan r tabel = 0,404. Karena r 11 >r tabel maka angket faktor determinan perilaku
atau menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau
yang berlaku untuk umum. Adapun rumus persentase yang digunakan yaitu:
Keterangan:
N = skor ideal
memiliki rentang skor 1-5, maka jumlah skor dari tiap responden ditransformasi
62
kedalam bentuk persentase skor dengan cara membagi dengan skor idealnya dan
dengan kriteria tingkat perilaku seksual dan faktor determinan kemudian diperoleh
kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kriteria tingkat
100% = (5 : 5) x 100%
20% = (1 : 5) x 100%
R = Xt - X r
Keterangan:
R = rentang persentase
Xt = persentase maksimum
Xr = persentase minimum
16% = 80% : 5
63
Tabel 3.6
Kriteria Persentase Bentuk Perilaku Seksual
Interval % Kriteria
84<% skor ≤ 100 Sangat tinggi
69<% skor ≤ 83 Tinggi
52<% skor ≤ 68 Cukup tinggi
36<% skor ≤ 51 Rendah
20≤% skor ≤ 35 Sanagt rendah
digunakan analisis regresi ganda. Regresi Terdiri atas variabel bebas (yang
mempengaruhi ini dalam analisis regresi disebut sebagi variabel prediktor (dengan
Y). Namun pada regresi ganda kita membicarakan hubungan antara 1 variabel
terikat dengan 2 atau lebih variable bebas. Tujuan menggunakan regresi ganda
1) Untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu
variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y).
Keterangan
a = kostanta
b1 = kemiringan ke 1
b2 = kemiringan ke 2
bn = kemiringan ke n
Pada penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (Y) yaitu perilaku seksual
media dan televisi, dan X7 = religiuitas. Secara umum persamaaan regresi ganda
BAB 4
yang ditinjau dari bentuk perilaku seksual remaja, perbedaan perilaku seksual
remaja antara SMA Negeri dan Swasta, faktor determinan perilaku seksual remaja
dan perbedaan faktor determinan perilaku seksual remaja antara SMA Negeri dan
Swasta.
hasil penelitian tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya yang
meliputi perilaku seksual remaja dan faktor determinan perilaku seksual. Adapun
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif
bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinan dan analisis regresi
65
66
4
4.1.1 Gam
mbaran Periilaku Seksual Remaja di
d SMA se-K
Kota Semarrang
d
dapat dilihatt dari hasil penelitian
p sebbagai berikuut:
Tabel 4.1
4
Perrsentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja
di SM
MA se-Kotaa Semarang
No Perilaku Seksual
S % Kriteria
Remaaja
1 Masturbasi 28,9 Sanngat Rendahh
2 Faantasi Seksuaal 34,14 Sanngat Rendahh
3 Membaca dan Melihat 29,61 Sanngat rendah
gaambar porno
4 Beerpegangan tangan
t 45,93 Renndah
5 Beerpelukan 47,08 Renndah
6 Kiissing 44,60 Renndah
7 Neecking 41,43 Renndah
8 Peetting 26,16 Sanngat Rendahh
9 Inttercouse 36,7 Renndah
*) kriteria hasil
h deskriptif perssentase dapat dilihhat di lampiran 13
Bentukk Perilaku
u Seksuaal
R
Remaja SSe‐Kota Semaraang
60
Masturbasi
50
40
30
20 Fantaasi Seksual
10
0
Membaca dan …
Memmbaca dan
Necking
Berpelukan
Masturbasi
Intercouse
Fantasi Seksual
Fantasi Seksual
Petting
Berpegangan tangan
Kissing
Melih
hat gambar
porno
o
Berpeegangan tangaan
Diagram 4.1
4
Bentuk Perilaku
P Seksual Remajaa SMA se-Koota Semaran
ng
67
Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1, dapat diketahui bahwa perilaku
rendah dan sangat rendah. Hal ini berarti sebagian besar siswa belum melakukan
tindakan/ perilaku seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri seperti
masturbasi, fantasi seksual, dan membaca/ melihat gambar porno maupun perilaku
perilaku tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara pesat. Sehingga perlu
adanya perhatian khusus dari semua pihak baik orang tua maupun sekolah untuk
seksualnya.
termasuk dalam perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri . Berikut hasil
penelitiannya:
Tabel 4.2
Persentase Bentuk Perilaku seksual remaja
pada indikator masturbasi
M
Masturbasi
30
0
25
5
20
0
Sw
wasta
15
5
N
Negeri
10
0
5
0
Swasta Negeri
Diagram 4..2
Perilaku Seeksual Mastuurbasi Siswaa SMA Negeeri dan Swasta
m
masturbasi persentase
p SMA
S swsataa lebih tinggi daripada SMA negeeridiketahui
b
bahwa perollehan persenntase SMA swasta
s lebih tinggi darippada SMA negeri
n pada
i
indikator masturbasi.
m H ini berarrti bahwa perilaku
Hal p sekksual masturrbasi siswa
S
SMA swasta cenderunng lebih sering dilakkukan darippada perilakku seksual
m
masturbasi s
siswa SMA negeri.
n
4
4.1.1.2 Perillaku seksual remaja padaa indikator Fantasi
F seksuual
d termasuuk dalam perilaku seksuual yang dilaakukan padaa diri sendirri . Berikut
dan
h
hasil penelittiannya:
69
Tabel 4.33
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada ind
dikator Fanttasi seksual
Fan
ntasi Sekksual
40
4
3
35
3
30
2
25
Sw
wasta
2
20
1
15 Negeri
1
10
5
0
Swasta Negeri
Diagram 4.3
P
Perilaku Sek
ksual Berfanttasi Seksual pada SMA Negeri
N dan Swasta
S
r
rata-rata yan h SMA swasta cenderu
ng diperoleh ung lebih tinggi sedikiit daripada
S
SMA Negerri tetapi menndapatkan krriteria yang sama yakni sangat renddah. Hal ini
b
berarti bahw
wa siswa di SMA negerii dan swastaa pada indikkator berfanttasi seksual
c
cenderung tiidak melakukan perilakuu tersebut
70
4
4.1.1.3 Perillaku seksuall remaja paada indikator Membacaa dan melihhat majalah
porno
p
perilaku sek
ksual remaja dan termasuuk dalam perrilaku seksuaal yang dilak
kukan pada
Tabel 4.44
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada ind
dikator Memmbaca dan melihat
m majjalah porno
M
Membacaa dan
Meelihat Gaambar
Pornoo
40
30
20 Swasta
Neggeri
10
0
Swassta Negeri
Diagram 4.4
Perilak
ku Seksual Melihat
M dan Membaca
M Gambar Pornoo
i
indikator meembaca dann melihat maajalah pornoo termasuk kkriteria sang
gat rendah.
K
Kriteria san
ngat rendah artinya bahhwa perilakku seksual m
membaca daan melihat
g
gambar pornno jarang/bellum dilakukan remaja siiswa SMA N
Negeri dan Sw
wasta.
71
4
4.1.1.4 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpegangan
B n tangan
Berppegangan tan
ngan meruppakan salahh satu indikkator perilakku seksual
r
remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yang
y dilakukkan dengan orang lain.
B
Berikut hasil penelitiannnya:
Tabel 4.55
Perssentase Ben
ntuk Perilak ku seksual rremaja
p
pada indikaator Berpeggangan tanggan
Sekolah Persentaase Kriiteria
Negeri 45,677 Rendahh
Swasta 46,222 Rendahh
Berpegangan
n Tangan
n
60
50
40
SSwasta
30
20 N
Negeri
10
0
Swastta Negeri
Diagram 4.5
Peerilaku Seksuual Remaja ppada Indikato
or Berpeganngan Tangann di SMA
N
Negeri dan Swasta
S
p
persentase SMA
S negeri dan swastaa hanya terpaaut 1,45% ddengan kriteria rendah.
d
dilakukan siswa SMA negeri dan sw
wasta.
4
4.1.1.5 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpelukan
B
72
t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.66
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada in
ndikator Beerpelukan
B
Berpelukkan
60
50
40
30 Swasta
20 Negerri
10
0
Swaasta Negeri
Diagram 4.6
Bentuk Perilaku
P Seksual Remajaa pada Indikaator Berpelu
ukan
Berddasarkan tabbel 4.6 dan Diagram 4.6, dapat diiketahui bahhwa kedua
S
SMA baik Negeri dann Swasta m
memperoleh
h kriteria reendah padaa indikator
b
berpelukan. Rendah artiinya bahwa remaja sisw
wa SMA neggeri dan sw
wasta masih
j
jarang melakkukan perilaaku seksual bberpelukan.
73
4
4.1.1.6 Benttuk Perilaku seksual rem
maja pada inddikator Kissinng
r
remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yaang dilakukaan dengan orang
o lain .
B
Berikut hasil penelitiannnya:
Tabel 4.7
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pa
ada indikatoor Berciuman (Kissing)
B
Bercium
man
50
40
30
Swaasta
20 Neggeri
10
0
Swasta Negeri
Diagram 4.7
da Indikator Berciuman
Perilaaku Seksual Remaja pad
p
persentase SMA
S Negerii dan Swastta cenderung
g berbeda meskipun
m han
nya terpaut
6
6,04%. Hal ini berarti perilaku sekssual bercium
man lebih serring dilakukaan siswa di
S
SMA swastaa daripada siiswa SMA negeri.
n
74
4
4.1.1.7 Perillaku seksual remaja padaa indikator Necking
N
t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.8
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
a indikator M
pada Mencium Leher
L (Neckiing)
Necking
g
60
0
50
0
40
0
Swasta
30
0
N
Negeri
20
0
10
0
0
Swasta Negeri
Diagram 4.8
Perilaku seeksual pada indikator
i Neccking
p
perolehan p
persentase raata-rata sisw
wa SMA Sw
wasta jauh llebih banyak
k daripada
S
SMA Negerri. Hal ini berarti
b bahw
wa perilaku seksual neccking cendeerung lebih
s
sering dilaku
ukan siswa SMA
S swastaa daripada sisswa di SMA
A negeri.
75
4
4.1.1.8 Perillaku seksual remaja padaa indikator Petting
P
Petting merupak
kan salah ssatu indikattor perilakuu seksual reemaja dan
t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.9
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pada iindicator Peetting
Petting
g
4
40
3
35
3
30
2
25
Serries2
2
20
1
15 Serries1
1
10
5
0
Swasta Negeri
Diagram 4.9
Perrilaku Seksual Remaja Pada
P Indikatoor Petting
Berddasarkan tabeel 4.9 dan Diagram 4.9, dapat diketaahui bahwa siswa
s SMA
N
Negeri dan Swasta saama-sama mendapatkan
m n kriteria ssangat rendaah dengan
p
perolehan peersentase ratta-rata hamppir sama. Hall ini berarti bbahwa perilaaku seksual
p
petting cendderung jarangg dilakukan baik siswa SMA
S Negerii maupun Sw
wasta.
76
4
4.1.1.9 Perillaku seksual remaja padaa indikator Intercouse
In
t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
T
Tabel 4.10
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pada ind
dikator Inteercouse
Sekolah Persentaase Kriiteria
Negeri 23,000 Sangatt rendah
Swasta 50,366 Rendahh
Intercou
use
3
30
2
25
2
20
Swasta
1
15
1
10 N
Negeri
5
0
Swastaa Negeri
Diagram 4.10
Perilakku Seksual R
Remaja padaa indikator Inntercouse
Berddasarkan tabeel 4.10 dan Diagram 4.10, dapat dilihat bahwa perbedaan
p
perolehan raata-rata antarra SMA neggeri dan Swaasta tergolonng tinggi denngan selisih
h
hampir 30%
%. Hal ini menandakkan bahwa kecenderunngan perilakku seksual
i
intercouse lebih sering dilakukan ooleh siswa SMA
S swastaa daripada siswa SMA
n
negeri.
77
berganda pada output SPSS Versi 17 untuk menguji variabel (X) faktor
determinan yakni faktor motivasi, rasa ingin tahu, berkembangnya organ seksual,
teman sepermainan, orangtua, media dan televisi serta tingkat religiuitas dan
variabel terikat (Y) perilaku seksual remaja. Agar kesimpulan yang diambil tidak
bebas dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah apabila memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk mengetahui normal tidaknya dapat dilihat dari penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal. Dasar diambilnya keputusan adalah sebagai berikut:
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
- Jika data menyebar berjarak atau jauh dan mengikuti atau tidak mengikuti
normalitas.
78
Hasil pengolahan data untuk uji normalitas dapat dilihat dari scatter plot
sebagai berikut :
Gambar 4.1
disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal.
pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah apabila varians dari pengamatan
heteroskedasitasnya dapat dilihat pada Diagram plot antara nilai prediksi variabel
Gambar 4.2
79
Dari Diagram dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
ditemukan korelasi antar variabel independent. Jika terjadi, maka terdapat masalah
mendeteksinya bisa dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai pedoman bebas multikolinearitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Berkembangnyaorg
4.465 4.082 .107 1.094 .000 .409 2.444
anseksual
memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu variabel motivasi sebesar 3,291, rasa
ingin tahu sebesar 1,736, variabel berkembangnya organ seksual sebesar 2,444,
teman sepermainan sebesar 2,901 dan variabel orangtua sebesar 1,137, media dan
televisi sebesar 1,953 serta tingkat religiuitas sebesar 1,435. Demikian pula
motivasi sebesar 0,304, rasa ingin tahu sebesar 0,576, berkembangnya organ
seksual 0,409, untuk variabel teman sepermainan sebesar 0,345, orangtua sebesar
0,879,media dan televisi sebesar 0,512 dan terakhir untuk variabel tingkat
Y=130,064+8,950X1+0,562X2+4,465X3+2,334X4+0,265X5+4,821X6+1,223X7
Tabel 4.12
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
a.DependentVariable:Perilaku seksual
b. Variabel Rasa ingin tahu (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
f. Variabel Media dan Televisi (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Uji Hipotesis
4.1.2.5.1 Uji t
mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
- df n-1, df=344-1=343
83
- t tabel = 1,96
(Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel motivasi
b. Tes Hipotesis Pengaruh Rasa Ingin Tahu (X2) Terhadap Perilaku Seksual
Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
(Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Rasa ingin
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Teman
(Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
(Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
mengetahui seberapa besar pengaruh tiap variabel X. Dan dibawah ini adalah
Tabel 4.13
Persentase Pengaruh Variabel
besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas faktor motivasi (X1), rasa ingin
tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), Teman sepermainan (X4), orangtua
(X5), media dan televisi (X6) dan religiuitas (X7), terhadap perilaku seksual (Y).
Tabel 4.13
Model Summaryb
jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik digunakan Adjusted R
88
Square, adalah 0,129 (selalu lebih kecil dari R Square, hal itu berarti bahwa
variasi perubahan perilaku seksual (Y) dipengaruhi oleh perubahan motivasi (X1),
rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), teman sepermainan (X4),
orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan tingkat religiuitas (X7) sebesar 12,90%.
Jadi besarnya pengaruh motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ
seksual (X3), teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan
tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual (Y) sebesar 12,90%, sedangkan
sisanya sebesar 83,10% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.
4.2 Pembahasan
bersifat wajar. Disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan
orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah
laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari
yang cenderung memburuk akhir-akhir inilah yang menjadi alasan penelitian ini
dilakukan.
Bentuk perilaku seksual ada dua jenis yaitu perilaku seksual yang
dilakukan pada diri sendiri dan melibatkan orang lain. Adapun perilaku seksual
yang dilakukan pada diri sendiri yaitu masturbasi, fantasi seksual, dan melihat
serta membaca gambar porno. Sedangkan perilaku seksual yang melibatkan orang
89
Semarang sebagian besar termasuk dalam kriteria rendah. Artinya, sebagian besar
siswa SMA se-Kota Semarang belum melakukan tindakan/ perilaku seksual, baik
yang dilakukan pada diri sendiri maupun yang melibatkan orang lain. Adapun
presentase tertinggi dari perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang adalah
hasil persentase lebih rendah daripada siswa SMA swasta. Hal ini berarti bahwa
perilaku seksual yang dilakukan remaja siswa SMA swasta cenderung lebih tinggi
daripada SMA negeri. Sehingga perlu adanya kontrol dari pihak sekolah maupun
pendapat peneliti, perilaku masturbasi ini biasanya dilakukan karena siswa butuh
pelampiasan hasrat seksualnya. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya
pantauan orang tua dalam pergaulan siswa baik di sekolah maupun dengan teman
dan teman tersebut bercerita kepada teman-temannya secara tidak langsung hal ini
dapat memberikan motivasi serta rasa ingin tahu yang besar kepada teman-
90
temannya. Motivasi dan rasa ingin tahu ini yang menyebabkan timbulnya perilaku
seksual. Selain itu ketika dalam konteks berpacaran mereka melakukan ciuman
serta informasi dari majalah dan gambar-gambar porno yang turut andil dalam
para remaja. Bagi yang mempunyai pasangan mereka melampiaskan hasrat seks
nya dengan pasangannya tetapi bagi yang tidak mempunyai pasangan mereka
seksual akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Selain aman, fantasi seksual
juga tidak merugikan orang lain. Hasil penelitian menjelaskan bahwa remaja
ditinjau dari rendahnya persentase yang didapat baik SMA Negeri maupun
awal terjadinya perilaku seksual selanjutnya yang lebih parah. Maka dari itu
pencegahan lebih dini perlu dilakukan untuk mengurangi perilaku seksual yang
dilakukan remaja.
gambar porno yang dapat dengan mudahnya dikonsumsi para remaja baik lewat
pada indikator membaca dan melihat gambar porno mendapatkan kriteria sangat
rendah baik siswa SMA negeri maupun swasta. Sehingga dapat diketahui bahwa
91
Tetapi hal tersebut juga tidak langsung membuat kita menjadi lega dan kemudian
semakin mudah diakses akan menjadi pengaruh buruk bagi remaja. Maka dari itu
menurut peneliti perlu adanya pembatasan akses internet dan tontonan serta
Meningkatnya perilaku seksual remaja dan dalam hal ini adalah siswa
SMA termasuk dalam kategori remaja. Dalam usia remaja faktor perubahan-
perubahan hormon yang meningkat pada hasrat seksual/ libido seksual (Sarwono,
menganggap bahwa berpegangan tangan pada jaman sekarang adalah hal yang
wajar. Tetapi bagi peneliti berpegangan tangan merupakan langkah awal untuk
determinan munculnya perilaku seksual yakni rasa ingin tahu. Dari berpegangan
tanganlah akan muncul perasaan yang lain sehingga pelaku ingin melakukan
perilaku seksual yang lebih parah. Perasaan inilah yang wajar dimiliki setiap
rendah baik SMA negeri maupun swasta. Hal ini berarti bahwa remaja siswa SMA
Sarwono (2002: 164) bahwa “setelah mereka (remaja) sudah saling berpegangan
tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan
pada indikator berpelukan siswa SMA negeri dan swasta mendapatkan kriteria
rendah. Hal ini berarti siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan
baik orang tua maupun sekolah perlu ditingkatkan agar tidak berlanjut ke arah
perilaku seksual yang lebih parah. Menurut peneliti sebagai orangtua hendaknya
menjelaskan secara detil dan bijak ketika anaknya dalam hal ini adalah remaja
pertanyaan tersebut sebagai hal yang tabu, melainkan suatu hal yang wajib
diketahui sejak dini. Dengan begitu remaja akan lebih terbuka kepada orangtuanya
perilaku yang biasanya dilakukan oleh mereka (pasangan remaja) yang telah
merasa nyaman melakukan perilaku seksual berpelukan. Hal ini dilakukan untuk
oleh Sarwono (2002: 164) bahwa setelah sudah berani saling berpelukan maka
93
mereka membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu berlanjut
siswa SMA negeri dan swasta sama rendah. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan hasil tersebut akan meningkat jika tidak adanya perhatian yang
maksimal baik dari orangtua maupun pihak sekolah. Maka dari itu peningkatan
pantauan terhadap diri remaja khususnya siswa SMA lebih ditingkatkan lagi
dengan cara baik orangtua maupun sekolah menjalin komunikasi yang baik
dengan siswa sehingga akan muncul keterbukaan siswa kepada pihak sekolah
salah satunya dengan guru bk dan terlebih lagi terbuka dengan orangtuanya.
siswa SMA negeri sangat rendah sedangkan siswa SMA swasta sedang. Sehingga
dapat dilihat bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan
perilaku seksual necking daripada SMA negeri. Hal ini mungkin dikarenakan
membutuhkan penyaluran hasrat libido tetapi mereka tidak mau mengambil resiko
dan takut hamil, sehingga mereka melakukan petting dan masih menggunakan
pakaian lengkap. Sesuai dengan pendapat Dianawati (dalam Supriyati, 2009: 26),
hal ini terjadi karena mereka beranggapan dengan persatuan secara seksual
merupakan tanda atau bukti bahwa cinta terhadap pasangan begitu mendalam.
94
persentase siswa SMA negeri rendah sedangkan SMA swasta sedang. Hal ini
perilaku seksual petting daripada siswa SMA negeri. Maka dari itu perhatian lebih
terhadap diri remaja perlu ditingkatkan agar remaja khususnya siswa SMA tidak
terjerumus ke dalam perilaku seksual yang lebih jauh lagi. Karena hal itu tidak
Lalu perilaku seksual petting ini membuka jalan untuk melakukan perilaku
seksual yang lebih jauh lagi yaitu intercouse (berhubungan intim). Intercouse
terjadi akibat remaja dalam hal ini siswa tidak dapat membendung lagi gairah seks
nya dikarenakan rasa cinta dan hormon yang meningkat. Hal ini seperti yang
dikemukakan Sarwono (2002: 164) bahwa “pada tahap ini getaran dan gairah seks
sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan seksual atau
yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang
dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang tidak dapat terbendung lagi.” Hasil
dalam perilaku siswa didiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
seminar maupun konsultasi masalah seksual yang dilakukan secara berkala, baik
masalah seksual lebih mendalam. Selain itu peran orangtua sangat penting dalam
hal ini. Sehingga orangtua wajib memberikan pendidikan seks kepada anaknya
dilontarkan seputar seks adalah hal yang tabu atau tidak layak untuk
dipertanyakan. Hal ini akan membuat remaja lebih nyaman untuk bertanya
mencari tahu sendiri melalui media internet atau bertanya kepada temannya.
Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka siswa akan lebih terjerumus dalam
terdiri dari faktor internal yaitu motivasi, rasa ingin tahu dan berkembangnya
remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan
didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,
tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh
berpengaruh positif dan paling signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA
Faktor determinan yang kedua yaitu rasa ingin tahu dengan pengaruh
sebesar 15,6%. Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa
ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini
merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Menurut peneliti seorang remaja ingin
mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui
pengalaman mereka sendiri, dan disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam
kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor rasa ingin tahu berpengaruh positif
organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis
kelamin. Dikemukakan dalam Sarwono (1991) bahwa gonads (kelenjar seks) yang
97
tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh
berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial. Ketertarikkan antar
lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta
memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.
Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul
konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila
dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan
jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan
terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-
benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
group seringkali menggantikan ikatan keluarga, selain itu mereka juga merupakan
sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai
seringkali menyebabkan individu tersebut melakukan hal yang sama, yang disini
berarti perilaku seksual. Jika seorang teman dalam peer group pernah melakukan
suatu perilaku seksual dan dia bercerita dengan sesamanya dalam suatu kelompok
maka tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan ditiru dan
dilakukan oleh individu lainnya dalam kelompok tersebut. Hal ini erat kaitanyya
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor teman sepermainan
Lalu faktor determinan yang lain adalah orangtua dengan pengaruh sebesar
4,8%. Menurut pendapat peneliti pada dasarnya Perilaku yang tidak sesuai dengan
seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal tersebut
bahwa pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh
orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam
keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Hasil penelitian juga
terjadi pada remaja. Maka dari itu pendidikan seks yang diajarkan oleh orangtua
harus dimulai sejak dini, agar perilaku anak tersebut ke depannya tidak berlanjut
ke arah negatif.
sebesar 14,5%. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja
99
dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja
dengan dunia nyata.” Kemudian hasil penelitian menyebutkan bahwa media dan
televisi memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya perilaku seksual. Maka dari
itu diperlukan adanya pengetahuan seksual yang benar sehingga dapat memimpin
seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat
religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan. Religi
harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang atau
sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Sehingga dapat dismpulkan bahwa
ataupun alam sekitarnya dimana hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat
dilihat dalam ibadah yang dilakukan setiap harinya. Semakin tinggi nilai agama
yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah remaja maka perilaku yang dihasilkan
akan semakin terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang yang salah satunya
100
adalah perilaku seksual. Contoh seseorang yang rajin beribadah akan semakin
sering mendapat pesan atau ajaran yang melarang hubungan seks sebelum
menikah sehingga remaja tersebut akan cenderung kurang permisif dalam sikap
berperilaku seksual. Maka dari itu untuk menghindari perilaku seksual, remaja
keyakinannya.
2. Siswa mengisi angket 2 kali yaitu angket perilaku seksual dan angket
jenuh.
BAB 5
5.1 Simpulan
dan televisi. Sedangkan faktor determinan yang lain seperti motivasi, rasa
5.2 Saran
5.2.1 Orangtua siswa SMA se-Kota Semarang diharapkan lebih pro aktif dan
109
110
5.2.2 Pihak sekolah terutama guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, Dewi. 2009. Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan sikap
Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI SMA
PGRI 1 Pemalang. Skripsi: UNNES
111
112
Wibowo. E.W, dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
PERSS.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
113
114
Lampiran 1
DAFTAR SISWA SMA SE-KOTA SEMARANG
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Ngaliyan RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 07 199 159 149 202 149 195 497 556 1,053 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Negeri 08 118 205 107 198 83 212 308 615 923 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 317 364 256 400 232 407 ‐ ‐ 805 1,171 1,976 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Bina Nusantara 31 29 24 4 32 9 87 42 129 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 31 29 24 4 32 9 ‐ ‐ 87 42 129 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Darul Ulum 13 11 11 11 9 7 33 29 62 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Nurussalam 11 20 14 17 9 9 34 46 80 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH
115
24 31 25 28 18 16 ‐ ‐ 67 75 142 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 372 424 305 432 282 432 ‐ ‐ 959 1,288 2,247 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Tugu RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
MA NU Nurul Huda 40 102 46 77 42 79 128 258 386 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Uswatun Hasanah 15 20 15 21 18 20 48 61 109 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 55 122 61 98 60 99 ‐ ‐ 176 319 495 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
116
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
Semarang
RC‐SM
KECAMTAN : Barat
KEMENDIKNAS Kota
KABUPATEN/KOTA : Semarang
PROVINSI : Jawa Tengah
HALAMAN
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 06 176 220 163 230 139 217 478 667 1,145 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 176 220 163 230 139 217 ‐ ‐ 478 667 1,145 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kesatrian 1 106 100 177 228 215 263 498 591 1,089 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Nusa Bhakti 34 6 30 8 32 9 96 23 119 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Ronggolawe 10 15 26 20 23 15 59 50 109 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Widya Wiyata 11 ‐ 10 ‐ 20 ‐ 41 ‐ 41 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Dian Kartika 6 14 12 3 13 7 31 24 55 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Krista Mitra 52 70 71 50 74 57 197 177 374 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Citischool 12 5 5 14 6 ‐ 23 19 42 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kristen Tri Tunggal
117
69 58 37 63 31 56 137 177 314 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kristen Terang Bangsa 98 103 50 64 55 45 203 212 415 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Setiabudhi 29 43 50 52 44 71 123 166 289 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 427 414 468 502 513 523 ‐ ‐ 1,408 1,439 2,847 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 603 634 631 732 652 740 ‐ ‐ 1,886 2,106 3,992 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Semarang Utara RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 14 147 138 107 140 102 143 356 421 777 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Masehi 1 PSAK 34 35 41 43 56 35 131 113 244 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH
118
181 173 148 183 158 178 ‐ ‐ 487 534 1,021 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Semarang Tengah RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 03 158 275 161 278 185 281 504 834 1,338 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Negeri 05 164 232 169 234 132 197 465 663 1,128 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 322 507 330 512 317 478 ‐ ‐ 969 1,497 2,466 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kolese Loyola 136 118 135 99 141 92 412 309 721 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kebon Dalem 28 26 30 23 31 38 89 87 176 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Nusaputera 26 22 17 14 16 16 59 52 111 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Theresiana 1 81 51 60 71 62 57 203 179 382 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Mataram 8 9 6 8 17 16 31 33 64 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Walisongo
119
48 47 38 51 37 52 123 150 273 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Purusatama ‐ ‐ ‐ ‐ 7 6 7 6 13 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Theresiana 2 ‐ ‐ ‐ ‐ 22 16 22 16 38 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Masehi 3 PSAK 17 22 23 18 19 20 59 60 119 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 344 295 309 284 352 313 ‐ ‐ 1,005 892 1,897 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 666 802 639 796 669 791 ‐ ‐ 1,974 2,389 4,363 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Semarang Timur RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Institut Indonesia 126 128 128 143 123 142 377 413 790 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Karangturi
120
138 132 103 116 118 131 359 379 738 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kristen YSKI 61 68 50 95 53 77 164 240 404 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Advent 1 3 6 3 6 1 13 7 20 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Pancasila 4 3 16 ‐ 11 2 31 5 36 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 330 334 303 357 311 353 ‐ ‐ 944 1,044 1,988 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Gayamsari RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Kesatrian 2 149 156 139 152 131 193 419 501 920 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Agus Salim 13 19 13 11 12 19 38 49 87 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Perdana
121
5 7 19 4 15 7 39 18 57 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Al Fattah Terboyo 19 20 23 11 18 18 60 49 109 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 186 202 194 178 176 237 ‐ ‐ 556 617 1,173 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Genuk RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
PROVINSI : Jawa Tengah
HALAMAN
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 10 110 140 98 140 84 123 292 403 695 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 110 140 98 140 84 123 ‐ ‐ 292 403 695 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
7
SMA Al Islam 10 5 5 10 3 18 22 40 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
53
SMA Islam Sultan Agung 3 27 30 38 45 31 96 128 224 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
60
JUMLAH 37 35 43 55 34 ‐ ‐ 114 150 264 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Negeri 2
122
56 109 61 90 85 121 202 320 522 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 56 109 61 90 85 121 ‐ ‐ 202 320 522 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
81
MA Hidayatus Subbyan 51 90 35 66 47 133 237 370 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
63
MA Futuhiyyah Kudu 38 61 33 33 39 110 157 267 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 89 151 68 99 86 144 ‐ ‐ 243 394 637 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 292 435 270 384 289 448 ‐ ‐ 851 1,267 2,118 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Pedurungan RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 02 148 268 136 249 146 208 430 725 1,155 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH
123
148 268 136 249 146 208 ‐ ‐ 430 725 1,155 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Masehi 2 PSAK 34 25 19 15 42 33 95 73 168 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA PGRI 1 14 2 19 11 28 8 61 21 82 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Kyai Ageng Pandanaran ‐ ‐ ‐ ‐ 4 8 4 8 12 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Gita Bahari 47 36 63 54 51 82 161 172 333 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA At Thohiriyyah 25 25 ‐ ‐ ‐ ‐ 25 25 50 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 120 88 101 80 125 131 ‐ ‐ 346 299 645 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Negeri 1 139 248 140 238 121 235 400 721 1,121 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 139 248 140 238 121 235 ‐ ‐ 400 721 1,121 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Darus Sa'adah ‐ ‐ 22 14 9 6 31 20 51 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Al Wathoniyyah 39 39 36 17 32 23 107 79 186 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Infarul Ghoy 22 17 14 20 12 15 48 52 100 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Syaroful Millah 18 24 15 33 9 17 42 74 116 ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 79 80 87 84 62 61 ‐ ‐ 228 225 453 ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 486 684 464 651 454 635 ‐ ‐ 1,404 1,970 3,374 ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
124
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Tembalang RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 15 131 156 136 143 122 153 389 452 841 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 131 156 136 143 122 153 ‐ ‐ 389 452 841 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Al Ishlah 17 12 8 11 10 10 35 33 68 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Darut Taqwa 23 19 18 28 33 36 74 83 157 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Husnul Khatimah 28 37 27 45 27 37 82 119 201 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Azzuhdi 44 44 41 29 23 12 108 85 193 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Taqwal Illah ‐ ‐ 51 60 27 50 78 110 188 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 112 112 145 173 120 145 ‐ ‐ 377 430 807 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 243 268 281 316 242 298 ‐ ‐ 766 882 1,648 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
125
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Mijen RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
PROVINSI : Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 13 100 169 83 157 82 124 265 450 715 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Negeri 16 70 70 69 93 99 128 238 291 529 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 170 239 152 250 181 252 ‐ ‐ 503 741 1,244 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Muhammadiyah 2 13 3 9 8 14 11 36 22 58 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Unggulan Nurul Islami 7 16 6 17 17 16 30 49 79 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 20 19 15 25 31 27 ‐ ‐ 66 71 137 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Baitussalam 51 ‐ 24 ‐ 25 ‐ 100 ‐ 100 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA NU Al Hikmah 18 19 15 21 6 5 39 45 84 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH
126
69 19 39 21 31 5 ‐ ‐ 139 45 184 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 259 277 206 296 243 284 ‐ ‐ 708 857 1,565 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Gunungpati RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 12 135 177 138 172 81 162 354 511 865 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
135 177 138 172 81 162 ‐ ‐ 354 511 865 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA YPE 9 5 7 1 12 9 28 15 43 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1
SMA Islam Pragolapati 15 6 7 8 4 8 26 22 48 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Semesta 56 54 61 74 69 60 186 188 374 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Al Uswah
127
6 5 4 6 4 7 14 18 32 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
86 70 79 89 89 84 ‐ ‐ 254 243 497 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1
MA Al Asror 62 71 52 83 43 65 157 219 376 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Nudia 25 25 16 28 2 7 43 60 103 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
87 96 68 111 45 72 ‐ ‐ 200 279 479 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 308 343 285 372 215 318 ‐ ‐ 808 1,033 1,841 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Banyumanik RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
SMA Negeri 04 134 216 183 203 177 214 494 633 1,127 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Negeri 09
128
140 184 147 154 128 152 415 490 905 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 274 400 330 357 305 366 ‐ ‐ 909 1,123 2,032 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Nasional 12 1 18 ‐ 27 2 57 3 60 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Mardisiswa 59 71 51 75 78 75 188 221 409 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Islam Hidayatullah 61 34 45 44 31 41 137 119 256 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Permata Bangsa
International ‐ 2 3 4 1 2 4 8 12 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 132 108 117 123 137 120 ‐ ‐ 386 351 737 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Al Burhan 10 16 14 12 13 23 37 51 88 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 10 16 14 12 13 23 ‐ ‐ 37 51 88 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 416 524 461 492 455 509 ‐ ‐ 1,332 1,525 2,857 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Semarang Selatan RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
HALAMAN :
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
129
(1) #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!
SMA Negeri 11 169 195 189 164 139 140 497 499 996 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Negeri 01 188 248 158 226 164 250 510 724 1,234 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐
JUMLAH 357 443 347 390 303 390 ‐ 1,007 1,223 2,230 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Sedes Sapientiae 131 148 107 157 113 162 351 467 818 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Islam Sultan Agung 1 114 110 175 124 195 164 484 398 882 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Sepuluh Nopember 8 7 18 12 14 16 40 35 75 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
SMA Nasima 41 35 37 40 35 41 113 116 229 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐
JUMLAH 294 300 337 333 357 383 ‐ 988 1,016 2,004 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
MA Al Khoiriyah ‐ ‐ 9 11 10 9 19 20 39 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐
JUMLAH ‐ ‐ 9 11 10 9 ‐ 19 20 39 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
JUMLAH 651 743 693 734 670 782 ‐ ‐ 2,014 2,259 4,273 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
130
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012
KECAMTAN : Candisari RC‐SM
Kota
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : Semarang
Jawa
PROVINSI : Tengah
1 & 2 (Negeri dan HALAMAN
STATUS SEKOLAH : Swasta) : 3
LEMBAR KE :
1
Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin
Nama Sekolah Tingkat Tingkat
I II III IV Jumlah I II III
L P L P L P L P L P L+P L P L P L P
(1) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69) (76) (77) (78) (79) (80) (81)
‐
SMA Sint Louis 116 99 92 119 61 63 269 281 550 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐
SMA Muhammadiyah 1 39 29 32 38 41 65 112 132 244 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
2
SMA Santo Michael 25 16 27 9 51 26 103 51 154 ‐ 1 1 ‐ ‐
JUMLAH 180 144 151 166 153 154 ‐ ‐ 484 464 948 2 ‐ 1 1 ‐ ‐
*) Coret yang tidak sesuai
131
Lampiran 2
Perilaku seksual
5. Fantasi untuk merangsang 6,7,8,9
Seksual diri dengan cara • Saya berfantasi seksual
membayangkan
• Setiap kali ingin tidur saya
suatu objek yang membayangkan sedang
menggairahkan berhubungan seksual
• Saya berfantasi seksual ketika
melihat lawan jenis yang
menarik dan sexi
• Saya berfantasi seksual ketika
ada waktu luang
• Saya mendapatkan kenikmatan
yang lebih ketika
membayangkan berhubungan
Perilaku untuk
seks.
6. Membaca dan melakukan
9,10,11,12,13,14
132
15,16,17,18,18
7. Berpegangan Perilaku seksual
Perilaku • Saya melakukan pegangan
yang tangan dengan cara tangan.
dilakukan
menyentuh tangan
dengan • Saya suka memegang tangan
bantuan pasangan untuk
lawan jenis.
orang lain
memberikan
• Gairah seksual saya muncul
rangsangan pada
ketika berpegangan tangan
pasangan
dengan lawan jenis.
• Jantung saya berdebar-debar
ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis
• Saya memegang tangan lawan
jenis/pasangan setiap kali
bertemu
8. Berpelukan Perilaku seksual
19,20,21,22
dengan cara
• Saya berpelukan dengan
memeluk pasangan
lawan jenis.
untuk memberikan
• Saya memeluk pasangan/
rasa nyaman kepada
lawan jenis setiap bertemu
pasangan
• Saya memeluk pasangan
133
Perilaku seksual
dengan melakukan 34,35,36,37
11. Saling seks seperti suami • Saya memegang dan
menggesek istri dengan saling memainkan alat kelamin
alat kelamin memegang alat lawan jenis/ pasangan.
(petting) kelamin, saling • Saya melakukan oral seks.
menindih dan saling • Saya menindih dan
memainkan alat bermesraan dengan
kelamin meskipun memainkan alat kelamin
masih mengenakan lawan jenis.
pakaian • Saya sekurang-kurangnya
melakukan petting sekali
dalam seminggu dengan
pasangan/ lawan jenis
Perilaku seksual
dengan cara
melakukan 38,39,40,41,42,43,44
12. Berhubungan hubungan intim/
• Saya melakukan hubungan
intim senggama antara intim dengan lawan jenis.
(intercouse) laki-laki dan
• Saya melakukan hubungan
perempuan untuk
intim dengan pasangan/ lawan
memuaskan hasrat
jenis setiap kali bertemu
seksual yang tidak
• Saya melakukan hubungan
dapat dibendung lagi
intim dengan berbagai gaya
(missionaris, doggy style dan
69)
135
Lampiran 3
9,10,11,12
5 Rasa ingin Kecenderungan siswa 7,8 • Saya tertarik dengan hal baru
tahu untuk mencoba • Saya selalu bertanya mengenai yang berbau seksual
sesuatu hal yang seks untuk menambah • Saya penasaran dengan hal yang
belum diketahuinya pengetahuan menyangkut seks
• Saya selalu mencari tahu lewat • Saya ingin mempraktekkan apa
137
internet hal yang belum pernah yang belum pernah saya lakukan
saya ketahui mengenai seks terkait dengan seks
• Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan atau
lawan jenis
24,25,26,27
Perilaku seksual • Saya mudah terpengaruh
remaja dikarenakan 21,22,23 oleh ajakan teman-teman
Faktor
Eksternal
5.6 Teman adanya pengaruh kuat • Saya tidak tergerak untuk • Saya mengikuti kebiasaan
sepermainan dari teman sebaya melakukan seks seperti yang teman-teman dalam
(peer group) teman-teman saya lakukan berperilaku seks
• Saya cenderung menghindari • Saya memperoleh informasi
teman-teman yang melakukan tentang seks dari teman saya
seks • Saya khawatir di cap
• Saya menghindari pembicaraan kampungan jika saya tidak
teman yang berhubungan berperilaku sama dengan
dengan seks teman sepermainan saya
31,32,33,34,35
Perilaku seksual siswa • Orangtua saya tidak pernah
dikarenakan membicarakan hal yang
kurangnya pemahaman 28,29,30 berhubungan dengan perilaku
5.7 Orangtua yang diberikan • Orangtua saya sangat seksual
orangtua mengenai memperhatikan tingkah laku saya • Saya malu jika bertanya tentang
dasar pendidikan seks terutama dalam perilaku seksual seks dengan orangtua
serta kontrol yang • Orangtua saya merespon dengan • Bagi orangtua saya perilaku
kurang terhadap baik setiap pertanyaan/ pernyataan seksual adalah hal yang tabu
139
Lampiran 4
gambar cara membaca dan melihat • Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno.
porno. gambar porno. • Saya membaca dan melihat gambar porno.
• Saya mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks
Perilaku yang 13. Berpegangan Perilaku seksual dengan cara • Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis.
dilakukan dengan
tangan. menyentuh tangan pasangan • Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan
bantuan orang lain.
untuk memberikan rangsangan lawan jenis.
pada pasangan. • Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan
• Jantung saya berdebar-debar ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis.
14. Berpelukan Perilaku seksual dengan cara • Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu.
memeluk pasangan untuk • Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara
memberikan rasa nyaman menunjukkan rasa sayang
kepada pasangan. • Memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan.
16. Mencium Perilaku seksual dengan • Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis
Leher mencium daerah sensitif • Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan
144
18. Berhubunga Perilaku seksual dengan cara • Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis
n intim melakukan hubungan intim/ • Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan lawan jenis/
(intercouse) senggama antara laki-laki dan pasangan
perempuan untuk memuaskan • Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat
hasrat seksual yang tidak dapat • Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim
dibendung lagi
145
Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN SESUDAH UJI COBA
“ANGKET FAKTOR DETERMINAN”
Variabel Sub Indikator Deskriptor Item
Variabel + -
Faktor Faktor 1. Motivasi Dorongan dalam diri 1. Saya tidak berminat dengan hal 1. Hasrat saya menggebu-gebu
determinan Internal
untuk melakukan yang menyangkut seks untuk melakukan hubungan
perilaku seksual
perilaku seksual 2. Saya mencoba mengalihkan seksual
perhatian saya ketika dorongan 2. Keinginan saya melakukan
seks saya meningkat hubungan seksual meningkat
ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3. Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri saya
8. Bagi saya berhubungan seksual
adalah hal yang wajar di kalangan
remaja
9. Saya selalu ingin melakukan
hubungan seks
7 Rasa ingin Kecenderungan siswa 10. Saya selalu bertanya mengenai seks 14. Saya penasaran dengan hal yang
tahu untuk mencoba untuk menambah pengetahuan menyangkut seks
sesuatu hal yang 11. Saya selalu mencari tahu lewat 15. Saya tertarik dengan hal baru
belum diketahuinya internet hal yang belum pernah yang berbau seksual
146
saya ketahui mengenai seks 16. Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan
atau lawan jenis
17. Saya ingin mempraktekkan apa
yang belum pernah saya
lakukan terkait dengan seks
Perilaku seksual
remaja dikarenakan 29. Saya tidak tergerak untuk 31. Teman saya mengajak nonton
5.10 Teman adanya pengaruh kuat melakukan seks seperti yang film porno
Faktor
sepermainan dari teman sebaya teman-teman saya lakukan 32. Teman saya berbagi pengalamn
Eksternal
(peer group) 30. Saya cenderung menghindari seksualnya dengan saya
teman-teman yang 33. Saya memperoleh informasi
melakukan seks tentang seks dari teman saya
30. Saya menghindari 34. Saya mudah terpengaruh oleh
pembicaraan teman yang ajakn teman-teman
berhubungan dengan seks 35. Saya mengikuti kebiasaan
teman-teman dalam berperilaku
seks
33. Saya khawatir diberi julukan
kampungan jika saya tidak
berperilaku sama dengan teman
sepermainan saya
34. Teman saya mengajak untuk
melakukan seks bebas
dapat diterima yang mengatakan bahwa 51. Acara televisi yang berbau seks
mayarakat menonton acara seks tidak ada adalah seni
manfaatnya 52. Saya mempraktekkan tingkah
47. Bagi saya acara seks di televisi laku seks yang saya tonton di
tidak berpengaruh buat saya televisi
53. Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas tentang
Kurangnya nilai seks
agama yang dimilki
mengakibatkan
kecenderungan 58. Saya rajin beribadah sesuai 62. Saya menganggap bahwa
perilaku seksual pada agama saya onani/ masturbasi bukan
siswa 59. Saya selalu membaca al-quran termasuk zina
5.13 Tingkat 60. Saya selalu membaca al-kitab 63. Saya tidak dapat
religiuitas 61. Saya rajin mengikuti acara membedakan perbuatan yang
kerohanian di tempat ibadah diharamkan dan dihalalkan
saya oleh agama yang terkait
dengan masalah seksual
64. Saya tidak menganggap
bahwa hubungan seksual
dengan pasangan/ lawan
jenis sebelum menikah itu
dosa
150
Lampiran 6
ANGKET PENELITIAN SEBELUM UJI COBA
Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.
Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benar-
benar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu S, SR, KD, JR, dan TP sesuai pernyataan
anda.
Keterangan :
S : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-Kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan Jawaban
S SR KD JR TP
1 Saya mengobrol dengan teman saya setiap kali √
bertemu
Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban SR menunjukkan bahwa anda
sering mengobrol dengan teman setiap kali bertemu.
SELAMAT MENGERJAKAN
No Pernyataan
1 Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani
2 Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ Onani
3 Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu
4 Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan sabun/ gel pelicin
5 Saya berfantasi seksual
6 Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan pacar
7 Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seks
8 Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik
152
Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN SESUDAH UJI COBA
Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.
Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benar-
benar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu SS, S, KS, TS, dan STS sesuai peryataan
anda.
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Saya mengobrol dengan teman saya ketika bertemu √
Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban S menunjukkan bahwa anda
mengobrol dengan teman setiap kali bertemu sesuai dengan diri anda.
SELAMAT MENGERJAKAN
No Pernyataan
1 Hasrat saya menggebu-gebu untuk melakukan hubungan seksual
2 Keinginan saya untuk melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3 Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya
4 Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks
5 Bagi saya berhubungan seks adalah hal yang wajar di kalangan remaja
6 Saya selalu ingin melakukan hubungan seks
7 Saya selalu bertanya mengenai seks untuk menambah pengetahuan
8 Saya selalu mencari tahu lewat internet atau media lain hal yang belum pernah saya ketahui
mengenai seks
9 Saya penasaran dengan hal yang menyangkut seks
10 Saya tertarik dengan hal baru yang berbau seksual
154
11 Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis
12 Saya ingin mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks
13 Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah mengalami mimpi basah
14 Saya sudah mengalami menstruasi
15 Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah saya menstruasi
16 Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya
17 Saya tidak tergerak untuk melakukan seks seperti yang teman-teman saya lakukan
18 Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya
19 Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual
20 Teman saya mengajak menonton film porno
21 Teman saya berbagi pengalaman seksualnya dengan saya
22 Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya
23 Saya mudah terpengaruh oleh ajakan teman-teman
24 Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks
25 Saya khawatir diberi julukan “kampungan” jika saya tidak berperilaku sama dengan teman
saya dalam hal perilaku seksual
26 Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas
27 Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua
28 Orangtua saya sangat memperhatikan tingkah laku saya terutama dalam perilaku seksual
29 Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu
30 Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya
31 Saya tidak berbincang-bincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks
32 Orangtua saya tidak pernah membicarakan hal yang berhubungan dengan perilaku seksual
33 Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini
34 Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks
35 Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks
36 Saya tertarik menonton acara yang berbau seks
37 Saya kurang sependapat jika ada yang mengatakan bahwa menonton acara seks tidak ada
manfaatnya
38 Bagi saya acara yang berkaitan seks di televisi tidak berpengaruh buat saya
39 Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani
40 Acara televisi yang berbau seks adalah seni
41 Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi
42 Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks
43 Saya selalu membaca Al-Quran
44 Saya selalu membaca Al-Kitab
45 Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina
46 Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang
terkait dengan masalah seksual
47 Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
48 Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar
168
Lampiran 10
Tes Validitas Perilaku Seksual SMA
No Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
jml X 30 30 29 29 29 31 30 30 29 30
jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00
jml XY 1828 1828 1721 1811 1835 1881 1862 1888 1783 1862
jml X^2 48 48 43 45 47 49 50 50 43 50
jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00
r xy 0.67965147 0.67965147 0.58175243 0.82203504 0.82363449 0.73227517 0.72473283 0.80259668 0.81445341 0.72473283
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid
No Butir Soal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
jml X 25 28 34 31 30 55 35 40 70 47
jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00
jml XY 1403 1668 2228 1931 1916 3268 2255 2548 3797 2821
jml X^2 27 40 68 51 50 147 73 94 270 117
jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00
r xy 0.57323823 0.6099461 0.93197827 0.82201254 0.88645007 0.68921618 0.82472802 0.78578367 0.02218419 0.59978585
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid
No Butir Soal 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
jml X 46 33 39 58 48 33 50 31 28 28
jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00
jml XY 2869 2159 2464 3572 3083 2153 3115 1939 1728 1728
Validitas
jml X^2 120 65 89 178 132 65 136 49 40 40
jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00
169
r xy 0.72249899 0.90106079 0.74880487 0.75741333 0.8664586 0.8867203 0.77879761 0.93745372 0.84454075 0.84454075
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid
No Butir Soal 31 32 33 34 35 36 37 38 total
jml X 25 26 28 28 26 26 26 25 1296
jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00
jml XY 1931 1916 1671 1671 1453 2228 1931 1916 0
jml X^2 27 30 38 38 30 30 30 27 78904
jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00
r xy 6.28398888 4.00374875 0.72897953 0.72897953 0.38317127 6.44353315 4.12104608 6.12175165 ‐7.8457399
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid
r11 1.02512673
r table 0.404
sangat
Criteria
tinggi
170
Lampiran 12
No Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
jml X 87 94 87 79 88 99 102 82 87 85
jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00
jml XY 18456 19751 18336 16593 18123 20956 21491 17268 18245 18259
jml X^2 337 382 331 283 352 431 448 312 333 335
jml Y^2 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00
r xy 0.67431573 0.57188159 0.59176533 0.36442554 ‐0.0825285 0.68645947 0.70908452 0.37404743 0.41328907 0.78463765
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid valid tidak valid Valid valid valid valid valid
No Butir Soal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
jml X 94 109 96 59 94 86 67 102 89 75
jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00
jml XY 20072 22869 20399 12337 20017 17973 14907 21518 18705 15896
jml X^2 394 509 418 213 408 338 267 456 359 279
jml Y^2 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00
r xy 0.83773075 0.60018701 0.63184124 0.11370863 0.61679014 0.23831108 0.78509112 0.60701954 0.37989154 0.39040891
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid
No Butir Soal 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
jml X 92 92 78 99 92 79 95 102 95 98
jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00
Validitas
jml XY 19812 19753 16253 21058 19766 16624 20121 21591 19600 20792
jml X^2 394 390 308 449 390 299 403 452 397 430
171
jml Y^2 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00
r xy 0.82069219 0.79943934 0.11667117 0.61851865 0.81356307 0.31272538 0.61843134 0.78210009 ‐0.0540739 0.64970913
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404
kriteria valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid
No Butir Soal 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
jml X 104 69 95 67 79 66 66 66 95 70
jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961
jml XY 21939 14636 19917 14286 16781 14116 14010 13732 20303 14948
jml X^2 468 251 397 237 309 220 220 200 413 232
jml Y^2 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173
r xy 0.70368797 0.34143869 0.40558462 0.40999275 0.42791528 0.5063079 0.39290349 0.1377453 0.72691268 0.60197455
Validitas
r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 1.404 2.404 3.404 4.404 5.404 6.404
kriteria valid valid valid valid valid Valid valid tidak valid valid valid
No Butir Soal 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
jml X 66 60 89 65 85 99 97 99 100 100
jml Y 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961
jml XY 14220 12119 19151 13736 18011 20675 20648 20924 21255 20650
jml X^2 220 190 367 217 325 427 423 435 442 434
jml Y^2 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173
r xy 0.6175726 ‐0.297562 0.82327627 0.31113168 0.59780496 0.32436307 0.71261033 0.59162897 0.77045104 ‐0.0332179
Validitas
r tabel 7.404 8.404 9.404 10.404 11.404 12.404 13.404 14.404 15.404 16.404
kriteria valid tidak valid valid valid valid Valid valid valid valid tidak valid
No Butir Soal 51 52 53 54 55 56 57 total
jml X 99 86 87 74 85 94 116 4961
Validitas
jml X^2 427 360 327 280 327 408 566 1048173
jml Y^2 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173
r xy 0.32436307 0.38733374 0.06887386 0.40346944 0.47529249 0.4348296 0.55429018 1
r tabel 17.404 18.404 19.404 20.404 21.404 22.404 23.404 24.404
kriteria valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid
Reabilitas
r11 1.02483237
r tabel 0.404
sangat
kriteria
tinggi
173
Lampiran 13
Lampiran 14