Anda di halaman 1dari 176

PERIILAKU SEKSUA

S AL REMAJA DA AN FAKT
TOR
DETER
RMINANNNYA DII SMA SE
E-KOTA
A SEMAR
RANG

SKRIPSI

diajukann dalam ranggka penyelessaian studi sstrata 1


unttuk mencapaai gelar sarjan
na pendidikaan

oleh
Diyaah Ayu Alfiaani
11301408004

JURUSA
AN BIMBINGAN DA AN KONS
SELING
FAKKULTAS ILMU PEENDIDIKA
AN
UNIVE
ERSITAS
S NEGERII SEMAR
RANG
2013
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Deteminannya


di SMA se-Kota Semarang” ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 2 Agustus 2013

Panitia
Ketua, Sekretaris,

Drs. Hardjono, M.Pd. Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons.


NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19710114 200501 1 002

Penguji Utama,

Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.


NIP. 19520411 197802 1 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Drs.Suharso, M.Pd., Kons. Dra.Sinta Saraswati, M. Pd., Kons.


NIP. 19620220 198710 1 001 NIP. 10600605 1999903 2 001

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul


“Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA se-Kota Semarang”
ini benar-benar hasil karya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik
sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juni 2013

Diyah Ayu Alfiani


NIM 1301408004

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

”Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja 
keras, dan belajar dari kesalahan.” 

“Colin Powel”

PERSEMBAHAN
♥ Kedua Orangtua ku Bapak Kuswandi dan Ibu
Tetik Puji Astuti yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayang, doa dan dukungan serta
materi yang tiada hentinya mengiringi hidupku.
♥ Kakek ku Nari Supardi dan Adikku Putri serta
seluruh keluarga besarku, atas motivasi dan do’a
serta kasih sayang setulus hati.
♥ Farid yang selalu memberikan dukungan dan
warna dalam hidupku.
♥ Sahabat dan teman-teman BK’08 nisa, windha,
carti, danang, septri atas motivasi selama ini.
♥ Teman-teman Bimbel Geniuschool terutama rusi
dan Teman-teman kos Pink yang sudah menjadi
keluarga keduaku.
♥ Almamaterku tercinta

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor

Determinannya di SMA se-Kota Semarang. Penelitian ini menelaah tentang

perilaku seksual remaja yang merupakan segala tingkah laku yang diakibatkan

adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama

jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju

ke dewasa. Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung

es yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari

perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar

terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja

khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih

mendalam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang ada yang

terjadi di Kota Semarang yaitu makin maraknya siswa SMA yang melakukan

perilaku seksual baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

Oleh karena itu, peneliti ingin memperoleh data secara empirik mengenai perilaku

seksual tersebut.

Dalam proses penulisan skripsi ini tidak banyak kendala, meskipun diakui

penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat

v
rahmat Allah SWT dan usaha, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di

Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian, untuk penyelesaian skripsi

ini.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan BK FIP Universitas Negeri

Semarang yang banyak memberikan arahan selama menjadi siswa.

4. Drs. Suharso, M.Pd.,Kons, Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas

bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini.

5. Dra. Sinta Saraswati, M. Pd.,Kons., Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas

bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini.

6. Tim Penguji yang telah menguji skripsi dan memberi masukan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah

memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

8. Kepala Sekolah SMA se-kota Semarang atas ijin yang diberikan pada

peneliti.

vi
9. Konselor se-Kota Semarang atas bantuan dan ijin yang diberikan kepada

peneliti.

10. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Semarang,......2013

Penulis

vii
ABSTRAK
Alfiyani, D. A. 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di
SMA Se-Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Suharso, M.
Pd., Kons., Pembimbing II: Dra. Sinta Saraswati, M. Pd., Kons.

Kata kunci : Faktor Determinan, Perilaku Seksual Remaja, SMA.

Remaja adalah individu yang ada pada masa peralihan di antara masa
anak-anak ke masa dewasa, yang biasanya melakukan hubungan baru yang lebih
matang terhadap lawan jenis yang disebut hubungan pacaran. Namun pada masa
sekarang hal tersebut telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk
melampiaskan kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain
terjadi proses saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas
seksual antara pasangan di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan survey Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA
se-Kota Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri dan Swasta se-Kota
Semarang tahun pelajaran 2012/2013 yang berada di sekolah pinggir kota, tengah
kota, dan daerah perbatasan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster
proportional random sampling dan terpilih sembilan SMA Negeri dan Swasta
yang berada di sekolah pinggir kota, tengah kota, dan daerah perbatasan. Desain
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif Survey. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan oleh
siswa SMA Negeri maupun Swasta di Kota Semarang adalah berpelukan; antara
rata-rata perilaku seksual yang dilakukan siswa SMA Negeri maupun Swasta
tidak berbeda secara signifikan; serta faktor determinan yang mendorong siswa
melakukan perilaku seksual antara lain: motivasi, media dan televisi, serta
berkembangnya organ anseksual. Faktor yang paling berpengaruh terhadap
perilaku seksual adalah faktor media dan televisi sebesar 14,5% sedangkan faktor
yang kurang berpengaruh adalah faktor tingkat religiuitas sebesar 8,9%. Simpulan
dari penelitian ini adalah bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan
siswa di SMA se-Kota Semarang yaitu berpelukan sedangkan faktor Media dan
televisi lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Upaya dalam
membantu siswa adalah orangtua lebih pro aktif dan terbuka dalam komunikasi
dengan anaknya, serta pihak sekolah dapat memebrikan konsultasi mengenai
masalah seksual.

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviv

BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1. 3 Tujuan ........................................................................................... 7
1. 4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1. 5 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 8
1. 6 Bagian Pendahuluan .............................................................................. 8
1.6.1 Bagian Isi ............................................................................................. 9
1.6.2 Bagian Akhir ....................................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2. 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10
2.1.1 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja ................................................................................ 10
2.1.2 Penelitian Tentang Menkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja ....... 11
2.1.3 Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah .............................................................................................. 12
2. 2 Perilaku Seksual Remaja ....................................................................... 13
2.2.1 Remaja ................................................................................................. 13
2.2.1.1 Pengertian Remaja ............................................................................ 13
2.2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja ..................................................................... 15
2.2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja........................... 17
2.2.1.4 Fase-Fase Perkembangan Remaja .................................................... 18
2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja ..................................................... 19
2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja .................................................... 22
2.2.2.1 Pengertian ......................................................................................... 22
2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki-Laki ................................. 23
2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan ............................... 24
2.2.2.4 Aspek Perilaku Seksual Remaja ...................................................... 25
2.2.2.5 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual ..................................................... 27

ix
2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja ................................................. 30
2.2.2.7 Resiko Hubungan Perilaku Seksual Remaja .................................... 31
2. 3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja ....................................... 31
2.3.1 Faktor Internal .................................................................................... 32
2.3.1.1 Motivasi ........................................................................................... 32
2.3.1.2 Rasa Ingin Tahu ............................................................................... 32
2.3.1.4 Berkembangnya Organ Seksual ....................................................... 33
2.3.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 34
2.3.2.1 Teman Sepermainan ......................................................................... 34
2.3.2.2 Orang Tua ........................................................................................ 34
2.3.2.3 Media dan Televisi ........................................................................... 35
2.3.2.4 Religiusitas ...................................................................................... 36
2. 4 Hubungan Antara Perilaku Seksual Remaja dengan Faktor
Determinannya ...................................................................................... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian .................................................... 40
3.1.1 Populasi ............................................................................................... 40
3.1.2 Sampel ................................................................................................ 43
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 45
3.2.1 Identifikasi Variabel ........................................................................... 46
3.2.1.1Variabel Bebas .................................................................................. 46
3.2.1.2Variabel Terikat ................................................................................ 46
3.2.2 Hubungan Antar Variabel ................................................................... 46
3.2.3 Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat .............................. 47
3.3 Desain Penelitian ................................................................................... 48
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 49
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 49
3.5.1 Metode Dokumentasi .......................................................................... 50
3.5.2 Metode Angket ................................................................................... 50
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 51
3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ....................................................... 58
3.7.1 Validitas ............................................................................................... 58
3.7.2 Reliabilitas ........................................................................................... 59
3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen ................................................................... 60
3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan ....................................................................................... 60
3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan ....................................................................................... 61
3.8 Analisis Data Penelitian ........................................................................ 61
3.8.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 61
3.8.2 Analisis Regresi Ganda ....................................................................... 63

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 65
4.1.1 Gambaran Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang.. ...... 66

x
4.1.1.1 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Masturbasi ...................... 67
4.1.1.2 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi Seksual .............. 68
4.1.1.3 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca dan Melihat
Majalah Porno ................................................................................. 70
4.1.1.4 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan Tangan .... 71
4.1.1.5 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan ...................... 71
4.1.1.6 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ........................... 73
4.1.1.7 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ........................... 74
4.1.1.8 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ........................... 75
4.1.1.9 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse ........................ 76
4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota
Semarang ............................................................................................ 77
4.1.2.1 Uji Normalitas .................................................................................. 77
4.1.2.2 Uji Hesteroskedasitas ...................................................................... 78
4.1.2.3 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 79
4.1.2.4 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 81
4.1.2.5 Uji Hipotesis .................................................................................... 82
4.1.2.6 Koefisien Deterrminasi ................................................................... 87
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 88
4.2.1 Gambaran Tentang Perilaku Seksual Remaja ..................................... 88
4.2.2 Gambaran Tentang Faktor Determinan Penyebab Perilaku Seksual
Remaja ................................................................................................ 95
4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 100

BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 109
5.2 Saran .................................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 111


LAMPIRAN ................................................................................................ 113

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................... 41
3.2 Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................ 45
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA ........................... 52
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan ................................................... 55
3.5 Penskoran Kategori Jawaban ................................................................... 58
3.6 Kriteria Presentase Perilaku Seksual ........................................................ 63
4.1 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang . 66
4.2 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Mastrubasi .. 67
4.3 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi
Seksual .................................................................................................... 69
4.4 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca
dan Melihat Majalah Porno ..................................................................... 70
4.5 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan
Tangan ..................................................................................................... 71
4.6 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan .. 72
4.7 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ...... 73
4.8 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ..... 74
4.9 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ....... 75
4.10 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse . 76
4.11 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 80
4.12 Coefficients ............................................................................................ 81
4.13 Model Summary ..................................................................................... 86

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Hubungan Antara Variabel X dan Y ........................................................ 47
3.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen ............................................... 51
4.1 Uji Normalitas .......................................................................................... 78
4.2 Uji Heteroskidasitas ................................................................................. 79

xiii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman
4.1 Bentuk Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang ....................... 75
4.2 Perilaku Seksual Masturbasi ...................................................................... 77
4.3 Perilaku Seksual Fantasi Seksual ............................................................... 78
4.4 Perilaku Seksual Membaca dan Melihat Gambar Porno............................ 79
4.5 Perilaku Seksual Berpegangan Tangan ...................................................... 80
4.6 Perilaku Seksual Berpelukan...................................................................... 81
4.7 Perilaku Seksual Berciuman ...................................................................... 82
4.8 Perilaku Seksual Necking ........................................................................... 83
4.9 Perilaku Seksual Petting............................................................................. 84
4.10 Perilaku Seksual Intercouse ..................................................................... 85

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar SMA se-Kota Semarang .................................................................. 114
2 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji
Coba……………………………………………………………. 131
3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sebelum Uji Coba .......... 136
4 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji
Coba……………………………………………………………. 142
5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sesudah Uji Coba ........... 146
6 Angket Penelitian Sebelum Uji Coba ......................................................... 152
7 Angket Penelitian Setelah Uji Coba............................................................ 154
10 Tes Validitas dan Reliabilitas Perilaku Seksual SMA ................................ 168
12 Tes Validitas dan Reliabilitas Faktor Determinan SMA ............................ 170
13 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Negeri………….... ................ 173
14 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Swasta ................................... 178

xv
 
 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang indah dan tidak terlupakan bagi setiap

orang. Pada masa ini kebanyakan orang mencari jati dirinya. Remaja adalah

individu yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak ke masa dewasa,

remaja mengalami perubahan-perubahan cepat di segala aspek. Mereka bukan lagi

anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan

pula orang dewasa yang telah matang. Hurlock (1999:207) menyebutkan bahwa:

sesuai dengan masa remaja yang mempunyai rentang usia antara 11-
24 tahun, masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-
kanak menuju ke masa dewasa, selain mengalami perubahan fisik
terdapat pula perubahan psikologis yang hampir universal, seperti:
meningginya emosi, minat, peran, pola perilaku, nilai-nilai yang
dianut dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.

Menurut Dariyo (2004:13) remaja atau adolescentia adalah “masa transisi

atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan

adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial.”

Seiring dengan perubahan pada saat anak memasuki masa pubertas, sudah

selayaknya kewajiban orang tua lebih memperhatikan perkembangan anaknya,

baik pertumbuhan fisik atau perkembangan psikisnya. Pertumbuhan fisik remaja

yang sangat pesat seringkali menimbulkan gangguan regulasi, tingkah laku, dan

bahkan keterasingan dengan diri sendiri. Masa remaja sendiri memiliki beberapa

1

 

tugas perkembangan, salah satunya adalah mencapai hubungan-hubungan baru

yang lebih matang dengan teman seusianya bergaul dan menjalin hubungan

dengan individu yang berlainan jenis, tanpa menimbulkan efek samping yang

negatif.

Salah satu hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusianya yang

dilakukan oleh individu dengan individu lain yang berlainan jenis adalah

hubungan pacaran. Menurut Muuss (dalam Ekasari, 2009:1) “pacaran dapat

meningkatkan kesempatan pada remaja untuk mempelajari aturan sosial yang baru

untuk mengerti bagaimana menerima diri sendiri atau pasangan seksualnya.”.

Pernyataan Muuss tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan remaja yang

berpacaran tanpa adanya komitmen lebih menganggap pacaran hanya untuk

kesenangan saja. Pacaran seharusnya dijadikan sebagai proses pembelajaran bagi

masing-masing individu untuk lebih mengenal dan saling mengerti kebiasaan,

kepribadian dan perasaan pasangannya. Namun pada masa sekarang hal tersebut

telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk melampiaskan

kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain terjadi proses

saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas seksual antara

pasangan di luar pernikahan. Hasil wawancara dengan guru BK dan beberapa

siswa menyebutkan bahwa pergaulan remaja saat ini dalam arti pacaran cenderung

sebagai alat pemuasan seksual. Seperti contoh salah satu siswa dan siswa di SMA

swasta berpacaran dengan siswa dari sekolah yang sama, kemudian hamil hal itu

diketahui pihak sekolah kemudian pihak sekolah menyarankan kepada kedua

orangtua siswa tersebut agar mereka menikah, orangtua siswa menyetujui tetapi

 

siswi yang telah hamil menolak untuk dinikahi. Hal tersebut menjelaskan bahwa

memang remaja saat ini cenderung lebih mencari kesenangan daripada komitmen

dalam suatu hubungan.

Selain itu, kebebasan pergaulan antar lawan jenis yang berbeda dapat

disaksikan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota

besar sehingga remaja lebih cenderung terkena imbas perilaku seksual pranikah

dari pergaulan bebas, baik teman sebaya maupun lingkungan masyarakat.

Pengaruh lingkungan yang tidak baik seperti pergaulan dengan teman

sebaya yang tidak terkontrol, kurangnya pemahaman tentang agama dan moral,

kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan seks kepada

anak, kemajuan teknologi dan kebebasan media menjadi faktor yang berpengaruh

timbulnya perilaku seksual yang tidak benar pada anak dan remaja. Remaja yang

hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin dan kasus pemerkosaan adalah

contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai

akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas dan pornografi.

Di Semarang, penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP dan SMU

ditemukan data 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan

hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil

tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa

mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 15-

20 tahun, dan 77% berusia 20 - 25 tahun (Satoto, dalam Yeni 1998).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PILAR PKBI Jawa

Tengah pada tahun 2004 dengan responden 500 orang yang terdiri atas 250 remaja

 

putri dan 250 remaja putra dari berbagai SMA di Semarang menunjukkan bahwa

90 orang (62,1%) remaja putra dan 95 orang (73%) remaja putri melakukan

ciuman dengan alasan cinta, 48 orang (33,1%) remaja putra dan 24 orang (18,5%)

remaja putri melakukan ciuman karena coba-coba, sedangkan yang melakukan

ciuman karena terpaksa sebanyak 7 orang (4,8%) remaja putra dan 11 orang

(8,5%) remaja putri.

Selain itu laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan

layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencanan Indonesia (PKBI)

Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli tentang perilaku seksual siswa diketahui

bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol 100%,

berpegangan tangan 80%, mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir

(51%), mencium leher (28%), meraba dada/ alat kelamin (petting) sebanyak

(22%), dan melakukan hubungan seksual (intercouse) sebanyak (6,2%).

Kemudian hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah terhadap siswa menengah

pertama/ Sekolah menengah atas (SMP/ SMA) tentang pengetahuan, sikap dan

praktek terhadap kesehatan reproduksi di dapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja

perempuan pernah menonton gambar/ film porno. Media yang sering dipakai

adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/ Koran (46%).

Dan setelah menonton gambar/ film porno sebanyak 77% siswa laki-laki

mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang

sama.

 

Survei lain juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah

berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah

berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya

adalah karena pengaruh menonton film porno(baik dalam bentuk film maupun

video porno).(BKKBN 2006)

Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010 mengungkapkan bahwa

97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja

pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja

Indonesia telah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornografi memang sudah

menyebar luas di Indonesia, tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak

yang mengaksesnya.

Kota semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia.

Kota ini menjadi kota yang sedang berkembang serta merupakan kota tujuan

belajar bagi pelajar dari daerah atau kota-kota kecil di sekitarnya untuk

melanjutkan jenjang pendidikan baik SMA maupun Universitas. Menjamurnya

warung internet, diskotik dan pusat hiburan malam serta penggunaan telepon

seluler yang kian merebak dimanfaatkan sebagai ajang pertemuan kaum muda-

mudi dengan segala keunikannya. Kehidupan yang penuh dengan gejolak ini

membuat kota semarang memilki kecenderungan seperti fenomena yang terjadi di

atas.

Selaras dengan keadaan tersebut telah terjadi di beberapa sekolah

menengah baik negeri maupun swasta di Kota Semarang. Pacaran di kalangan

siswa SMA bukanlah menjadi hal yang baru, meskipun tidak semua hubungan

 

pacaran membawa pengaruh buruk bagi remaja. Diperoleh informasi dari

beberapa siswa yang menyebutkan bahwa tiap tahun selalu ada teman atau siswa

dari sekolah tersebut yang dikeluarkan akibat KTD (Kehamilan Tidak

Diinginkan). Menurut siswa tersebut ketika peneliti melakukan wawancara

sebanyak 20 siswa tiap angkatan mengakui kalau pernah berpelukan dan

berciuman dengan sang pacar sedangkan yang melakukan hingga ke arah

hubungan seksual selayaknya suami istri berjumlah 5 orang. Selain itu ada

sekolah negeri yang siswanya terlibat dalam pembuatan video porno. Kondisi

perkembangan remaja yang berada pada masa transisi membuat mereka rentan

menghadapi stimulasi atau rangsangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku seksual remaja. Faktor-faktor tersebut diantaranya keluarga, teman

sebaya, motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ seksual, media

televisi dan religiusitas.

Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung es

yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari

perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar

terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja

khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih

mendalam.

 

Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku Seksual Remaja dan Faktor

Determinannya Di SMA Se-Kota Semarang”

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan secara

umum yang muncul yaitu: Bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan

faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang?

Kemudian rumusan permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara khusus

adalah sebagai berikut:

(1) Apa saja bentuk perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang?

(2) Apa saja faktor determinan penyebab remaja cenderung melakukan perilaku

seksual remaja di SMA se-Kota Semarang?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai

secara umum yaitu: Mengetahui bentuk perilaku seksual remaja dan faktor

determinannya di SMA se-Kota Semarang. Kemudian tujuan tersebut dijabarkan

secara khusus adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui bentuk perilaku seksual yang terjadi pada remaja di SMA se-

Kota Semarang.

(2) Mengetahui faktor-faktor determinan penyebab remaja cenderung

melakukan perilaku seksual di SMA Negeri maupun Swasta se-Kota

Semarang.

 

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan perilaku

seksual remaja SMA dan faktor-faktor determinannya sebagai salah satu masalah

yang dihadapi remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis.

(1) Bagi orangtua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku

seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku

seksualnya

(2) Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan

masukan serta menerapkan metode-metode untuk mengatasi perilaku

seksual yang ada di lingkungan sekolah

(3) Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah

semakin luasnya perilaku seksual pada remaja.

1.5 Sistematika Penelitian

Secara sistematik penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir.

1.5.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan ini meliputi halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

 

1.5.2 Bagian Isi

Bab 1 : Pendahuluan yang menguraikan tentang latarbelakang

pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penelitian.

Bab 2 : Tinjauan pustaka yang membahas tentang teori-teori yang

melandasi penelitian, yang meliputi pengertian dan ciri-ciri

remaja, perkembangan remaja, tugas-tugas perkembangan

masa remaja, fase-fase perkembangan remaja, perkembangan

seksualitas remaja, bentuk-bentuk perilaku seksual, aspek-

aspek seksualitas remaja, dorongan dalam perilaku seksual,

resiko hubungan seksual, dan faktor determinan perilaku

seksual.

Bab 3 : Metode penelitian yang menguraikan tentang populasi dan

sampel, variabel penelitian, desain penelitian, metode

pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan metode

analisis data.

Bab 4 : Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil

penelitian yang berisi data masukan selama penelitian.

Bab 5 : Kesimpulan dari pembahasan dan saran dari peneliti.

1.5.3 Bagian Akhir

Pada bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


 
 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka dalam bab 2 ini akan

dijelaskan mengenai teori tentang perilaku seksual remaja dan faktor-faktor

determinan dari perilaku seksual remaja tersebut.

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Seksual Remaja

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antono Suryoputro dkk yang

termuat dalam jurnal MAKARA Vol 10, No. 1 Juni 2006: 29-40 dengan judul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah:

Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan

Reproduksi” salah satu poin penelitiannya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pra-nikah pada remaja dan hasil secara

keseluruhan termasuk kategori tinggi. Hasilnya yaitu masing-masing variabel

pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga

mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan

sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan

pengetahuan, pemahaman tingkat agama sumber informasi, dan peran keluarga

maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk

10
11 
 

melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual

pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap

terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang

dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri,

aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan

norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

2.1.2 Penelitian Tentang Mengkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja

Penelitian lain dilakukan oleh Daniel J. Whitaker dkk yang termuat dalam

jurnal Family Planning Perspectives Vol 32, No. 32 Mei-Juni 2000: 111-117

dengan judul “Reconceptualizing Adolescent Sexual Behavior: Beyond Did They

or Didn’t They?”. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa faktor orangtua, teman

sebaya, pendidikan di sekolah dan agama mempengaruhi perilaku seksual remaja.

Data hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Alabama New York dan

Puerto Rico tersebut menunjukkan bahwa 37% remaja belum melakukan

intercouse, 22% belum melakukan hubungan namun memliki harapan pada tahun

yang akan datang mereka akan melakukannya dan 27% remaja pernah melakukan

hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan. Upaya pencegahan perilaku

seksual pada remaja harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus remaja dengan

perbedaan pengalaman seksual. Perbedaan seksual yang dimaksud ditinjau dari

pengalaman seksual seksual remaja,apakah mereka melakukan hubungan dengan

satu pasangan atau lebih atau mereka memang belum pernah melakukan

hubungan seksual. Sehingga upaya pencegahan tersebut menjadi tepat sasaran.


12 
 

2.1.3 Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual


Pranikah

Penelitian dengan judul: “Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral

Dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI

SMA PGRI 1 Pemalang Tahun 2008/2009” ini dilaksanakan oleh Dewi Ekasari,

mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009. Inti dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Sampel yang diambil sebanyak 164 siswa dari jumlah total 329 siswa dan

tersebar di 8 kelas IPA dan IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

skala penalaran moral dan skala sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sikap remaja terhadap perilaku

seksual pranikah adalah 57,93% dengan jumlah 95 responden. Hal tersebut berarti

bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penalaran moral dengan perilaku

seksual pranikah remaja. Maka dari itu pihak sekolah khususnya pembimbing

diharapkan tetap memberikan pengetahuan mengenai penanaman moral siswa

sehingga siswa dapat bersikap selektif terhadap stimulus seksual yang muncul.

Dari berbagai penjelasan tersebut merupakan bukti bahwa siswa SMA baik

Negeri dan swasta melakukan berbagai macam perilaku seksual dan untuk itu

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual.


13 
 

2.2 Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang

bersifat wajar, disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan

orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah

laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan

jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan

dari anak-anak menuju ke dewasa.

2.2.1 Remaja

2.2.1.1 Pengertian Remaja

Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence

yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).

Menurut Hurlock (1999:206) “remaja diartikan tumbuh menjadi dewasa yang

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.” Sedangkan Papalia

dan Olds (2001) mendefinisikan “masa remaja sebagai masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal

dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan

dunia) “batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.” Selain itu Salman (dalam

Yusuf, 2009: 184) mengemukakan bahwa “remaja merupakan masa

perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah

kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian

terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.”


14 
 

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang

dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocok sebagai

patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang

dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan

bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah

mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja

dan siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga

bukan anak-anak lagi.

Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,

remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam

perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang

diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk

bersikap mandiri dan dewasa.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari remaja

adalah individu yang berada pada masa transisi atau peralihan dari masa anak-

anak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan cepat dan ditandai dengan

adanya perubahan aspek baik fisik, psikis maupun psikososial. Rentangan usia

remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun

sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal, remaja madya dan remaja

akhir, maka remaja sekolah menengah atas berada dalam usia 15/16 tahun sampai

18/19 tahun.
15 
 

2.2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja

Usia sekolah menengah atas bertepatan dengan masa remaja yang

mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri khas dan peranan yang menentukan dalam

kehidupannya dalam masyarakat orang dewasa.

Masa remaja seperti halnya semua rentang dalam kehidupan juga memilki

ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan rentang kehidupan lainnya, baik

dalam periode sebelum maupun sesudahnya, seperti yang disebutkan Soeparwoto

(dalam Ekasari, 2009:19) yaitu :

1) Masa remaja sebagai periode penting


2) Masa remaja sebagai periode peralihan
3) Masa remaja sebagai perubahan
4) Masa remaja sebagai periode bermasalah
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
6) Masa remaja yang menimbulkan ketakutan
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Yusuf (2009:26) menyatakan bahwa “pada masa ini mulai tumbuh dalam

diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat

memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dukanya,

mencari sesuatu yang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja.”

Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2006:16) ciri-ciri atau karakteristik remaja

meliputi :

1) Kegelisahan, remaja umumnya memiliki angan-angan yang ingin


diwujudkannya dalam masa depan. Seringkali angan-angan atau keinginan
ini diluar kemampuan dirinya sehingga mengakibatkan kegelisahana
dalam diri mereka,
2) Pertentangan, dalam hal ini kondisi psikologis remaja berada diantara
keinginan untuk melepaskan diri dari orangtua namun mereka belum siap
dan mampu untuk mandiri. Mereka belum berani mengambil resiko untuk
meninggalkan lingkungan keluarga yang sudah terbukti aman bagi mereka.
sehingga hal itu menimbulkan banyak pertentangan pendapat antar mereka
16 
 

dan orangtua. Dan seringnya pertentangan itu terjadi mengakibatkan


kebingungan dalam diri remaja maupun orang lain,
3) Mengkhayal, keinginan-keinginan remaja tidak semuanya dapat
tersalurkan sepenuhnya. Hambatan-hambatan baik dari segi biaya atau
yang lain mengakibatkan remaja sering megkhayal, mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan khayalannya melalui fantasi. Khayalan remaja putra
seringkali berkisar antara persoalan prestasi dan jenjang karier sedangkan
remaja putri lebih banyak berkhayal tentang situasi yang romantis dalam
kehidupan,
4) aktivitas berkelompok, banyak dari remaja yang dapat menemukan jalan
keluar dari masalahnya ketika mereka berkumpul dengan teman sebaya
untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam kelompok semua kesulitan
dapat diatasi secara bersama-sama,
5) Keinginan mencoba segala sesuatu, maksudnya adalah pada masa ini
remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity).
Keingintahuan yang teramat tinggi ini mengakibatkan remaja ingin
bertualang menjelajah sesuatu dan mencobanya, seperti keinginannya
melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa.

Ciri-ciri yang dijelaskan tersebut juga dipertegas oleh Willis (2010: 24)

yang menyebutkan bahwa “ciri-ciri masa remaja yaitu timbulnya ide-ide baru

tentang hidup berdiri sendiri, ingin melepaskan diri dari orangtua, kebebasan

dalam memilih jalan hidup sendiri, mempunyai perasaan gelisah, dan mulai

bekerjanya kelenjar seks dengan aktif.”

2.2.1.3 Tugas – Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja

Setiap individu dan berkembang selama rentang kehidupannya melalui

beberapa tahap perkembangan yang memilki serangkaian tugas perkembangan

yang harus diselesaikan secara optimal oleh masing-masing individu. Menurut

Monks (1999:258) menyebutkan bahwa “perkembangan kepribadian seseorang,

remaja mempunyai arti yang khusus, namun masa remaja mempunyai tempat

yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Lebih lanjut

lagi Monks menjelaskan bahwa remaja berada dalam status interm yang mana
17 
 

status tersebut berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sebagai akibat

berkembangnya atau pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan ini sangat

diperlukan remaja untuk mempelajari apakah mereka mampu memikul

tanggungjawabnya nanti dalam masa dewasa. Lebih lanjut lagi Havighurst

mengemukakan tugas-tugas perkembangan bagi remaja usia 12-18 tahun yaitu: 1)

Perkembangan aspek-aspek biologis, 2) Menerima peranan dewasa berdasarkan

pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri, 3) Mendapatkan kebebasan emosional

dari orang tua dan/ atau orang dewasa yang lain, 4) merealisasi suatu identitas

sendiri dan dapat mengadakan partsipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri.

Selanjutnya ditekankan oleh Hurlock (1999:10) bahwa tugas-tugas

perkembangan masa remaja yaitu:

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif,
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya,
6) Mempersiapkan karier ekonomi
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.

Dari berbagai tugas perkembangan remaja yang telah djelaskan maka

tugas perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan remaja usia sekolah

menengah antara lain: 1) Perkembangan aspek biologis, 2) Mendapatkan

kebebasan/ kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, 3)

Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, 4)


18 
 

Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita.

2.2.1.4 Fase – Fase Perkembangan Remaja

Fase perkembangan merupakan penahapan rentang dalam perjalanan

kehidupan individu yang diwarnai dengan ciri maupun pola tingkah laku khusus.

Hurlock (1999) menjelaskan “tahap-tahap perkembangan individu pada remaja

meliputi: 1) Pre Adolesence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun sedangkan

pria lebih lambat daripada itu, 2) Early Adolesence pada usia 16-17 tahun, 3) Late

Adolesence, masa perkembangan yang terkahir sampai masa usia kuliah

perguruan tinggi.”

Selain itu Yusuf (2009: 26) mengemukakan bahwa “masa remaja diperinci

menjadi beberapa masa yaitu: 1) Masa praremaja (remaja awal), 2) Masa remaja

(remaja madya), 3) Masa remaja akhir.” Tahapan dalam masa remaja tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

1) Masa Remaja Awal

Masa remaja awal atau praremaja biasanya berlangsung tidak terlalu lama dan

sering disebut masa yang negatif, karena remaja pada masa ini cenderung tidak

tenang, malas bekerja dan pesimis.

2) Masa Remaja Madya

Pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup dalam diri remaja, mulai

membutuhkan teman yang mampu memahami dan menolongnya, teman yang

dapat bersimpati dalam suka maupun dukanya. Masa ini dipandang sebagai masa
19 
 

pencarian sesuatu yang dapat dinilai, dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini

sering disebut sebagai masa merindu puja.

3) Masa Remaja Akhir

Pada masa ini merupakan akhir dari masa remaja. Hal ini dikarenakan remaja

telah mampu mennetukan pendirian hidupnya. Tugas-tugas perkembangan telah

terpenuhi secara optimal.

2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan

kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Perubahan Fisik Selama Masa Remaja

Pada saat masa puber berakhir pertumbuhan fisik masih jauh dari

sempurna dan begitu juga belum sepenuhnya ketika akhir masa awal remaja.

Dalam Desmita (2009: 190-193) menjelaskan bahwa “perkembangan fisik remaja

meliputi: 1) Perubahan dalam tinggi dan berat, 2) Perubahan dalam proporsi

tubuh, 3) perubahan pubertas, 4) Perubahan ciri-ciri seks Primer (Alat

Reproduksi), 5) Perubahan ciri-ciri seks sekunder.”

(2) Perkembangan Kognitif Selama Masa Remaja

Ditinjau dari perkembangan fisik menurut Piaget (dalam Yusuf,2009: 195)

“masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan

mental berbagai gagasan).” Pada dasarnya remaja secara mental telah dapat
20 
 

berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dapat dikatakan bahwa

berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan

ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret. Selain itu

ditegaskan pula bahwa remaja mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi

tidak seterampil orang dewasa yang itu menunjukkan bahwa wawasan atau

perspektif yang luas terhadap suatu masalah (Sigelman & Shaffer, 1995).

(3) Keadaan Emosi Selama Masa Remaja

Masa remaja dianggap sebagai masa “tekanan”, suatu masa dimana

ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal

ini ditegaskan oleh Geldard (2010: 9) yang menyebutkan bahwa:

Selama masa remaja, peningkatan hormon seksual bisa


mempengaruhi kondisi emosional anak muda. Salah satu asumsi
menjelaskan bahwa hormon merupakan satu-satunya faktor yang
menyebabkan perubahan suasana hati dan hal ini membuat perubahan
besar pada remaja seperti perubahan dalam hubungan sosial,
perubahan dalam diri kepercayaan dan perilaku, dan perubahan
pandangan diri.

Selain itu Yusuf (2009:196) mengemukakan “bahwa pertumbuhan

fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi

atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami

sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih

intim dengan lawan jenis.”

Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan emosi selama

remaja sangat erat kaitannya dengan perubahan-perubahan baik dalam fisik

maupun hormonal.
21 
 

(4) Perubahan Sosial

Untuk mencapai tujuan dari sosialisai dewasa, remaja harus membuat

banyak penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,

perubahan dalam perilaku sosial dan pengelompokan sosial yang baru. Maka dari

itu remaja akan lebih banyak menggunakan waktunya berada diluar rumah dan

berkumpul bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok sehingga dapat

dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya lebih besar daripada pengaruh dari

keluarga.

Dalam Yusuf (2009:199) menjelaskan mengenai karakteristik penyesuaian

sosial remaja di tiga lingkungan yaitu :

1) Lingkungan Keluarga, misalnya menjalin hubungan baik dengan para


anggota keluarga, menerima otoritas orangtua, menerima tanggungjawab
dan batasan keluarga, berusaha membantu anggota keluarga.
2) Lingkungan Sekolah, misalnya mau menerima peraturan sekolah,
berpartsipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, menjalin persahabatan
dengan teman, bersikap hormat terhadapa guru maupun staf lainnya.
3) Lingkungan Masyarakat, misalnya mengakui hak-hak orang lain,
memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain, bersikap simpati
terhadap orang lain, bersikap respek terhadap tradisi maupun kebijakan-
kebijakan di masyarakat.

2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja

2.2.2.1 Pengertian Perkembangan Seksualitas Remaja

Perkembangan seksulaitas remaja yaitu proses matangnya fungsi-fungsi

seksual pada remaja. Perkembangan seksual pada masa remaja identik dengan

perubahan pubertas. Dalam Desmita (2009: 192) menyebutkan “bahwa pubertas

(puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi

dengan pesat terutama pada awal masa remaja.” Lebih jelas lagi Desmita

menerangkan bahwa kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari


22 
 

perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan

perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary seks characteristics) dan ciri-ciri

seks sekunder (secondary sex characteristics). Perubahan fisik yang terjadi dan

matangnya fungsi-fungsi seksual pada masa pubertas merupakan hal utama

munculnya dorongan seks. Sebagian remaja telah mengembangkan perilaku

seksualnya dalam bentuk pacaran atau percintaan. Namun pemuasan dorongan

seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya

pengetahuan yang benar tentang seksualitas.. Terlepas dari keterlibatan mereka

dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada atau tahu mengenai

gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya KTD (Kehamilan tidak

diinginkan) dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat. Banyak pula remaja

yang memperbincangkan mengenai hubungan seks yang bagi mereka bukan lagi

hal yang tabu dan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan hubungan seks diluar

nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan

saling terkait. Dan parahnya bahwa senggama yang disertai kasih sayang lebih

diterima daripada bercumbu sekedar melepas nafsu.

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja karena adanya kematangan

hormon seksual dalam diri remaja. Konsekuensinya terjadi pertemuan

spermatozoon dengan ovum pada remaja, maka akan menyebabkan terjadinya

konsepsi yakni segala tanda awal kehamilan. Kekurangpahaman masalah seksual

akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak

bertanggungjawab serta melanggar norma-norma yang ada, misalnya melakukan

eksperimen ke tempat-tempat pekerja seks komersil dan melakukan hubungan


23 
 

seks sebelum menikah dengan pasangannya tanpa pertimbangan kemungkinan

masa depan yang kurang cerah baginya.

2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki – Laki

Pada dasarnya perkembangan seksual remaja laki-laki terjadi lebih lambat

dibandingkan dengan remaja wanita, baik perkembangan fisik maupun

perkembangan kematangan seksual. Perkembangan yang terjadi pada remaja laki-

laki 2 tahun lebih lambat daripada remaja wanita. Menurut Dariyo (2004:20)

“bahwa kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama

pada malam hari (wet dream, noctural emmision) pada laki-laki.” Istilah lain

untuk menyatakan keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut

spermarche.

Selain itu pada laki ciri-ciri seks primer yang penting pada remaja laki-laki

yaitu pertumbuhan cepat pada batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan

(scrotum). Pada skrotum, tedapat dua buah testis (buah pelir) yang bergantung di

bawah penis. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun.

Perubahan-perubahan yang tejadi sangat dipengaruhi oleh hormon, yaitu hormon

yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon inilah yang

menjadi perangsang bagi testis untuk menghasilkan hormon testosteron dan

androgen serta spermatozoa.

Selain perubahan secara primer, remaja laki-laki juga mengalami

perubahan ciri-ciri seks sekunder. Menurut Desmita (2009: 193) menyebutkan

bahwa :
24 
 

ciri-ciri seks sekunder yang terlihat pada laki-laki yaitu 1)


Tumbuh kumis dan janggut serta jakun, 2) Bahu dan dada
melebar, 3) Suara bertambah berat, 4) Tumbuh bulu di ketiak,
dada, kaki, lengan dan sekitar kemaluan, dan 5) Otot menjadi
kuat. Kemudian terjadi juga perubahan dalam bentuk perilaku,
contohnya perubahan mimik jika bicara, cara berpakaian, cara
mengatur rambut, bahasa yang diucapkan dan tingkah laku
lainnya.

2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan

Remaja perempuan cenderung lebih cepat perkembangannya baik fisik

maupun kematangan seksualnya daripada remaja laki-laki. Itu yang menyebabkan

remaja perempuan lebih cepat dewasa. Perubahan-perubahan seks primer pada

anak perempuan ditandai dengan munculnya priode menstruasi yang biasa disebut

menarche yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Hal

inilah yang menunjukkan bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah

matang sehingga memungkinkan mereka untuk hamil dan melahirkan. Menstruasi

terjadi akibat dari pengaruh perkembangan indung telur (ovarium) yang

mempunyai fungsi memproduksi hormon-hormon estrogen dan progesteron.

Desmita (2009: 193) menjelaskan “hormon progesteron bertugas mematangkan

dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi, sedangkan

hormon estrogen merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat

kewanitaan pada tubuh remaja wanita, seperti pembesaran payudara dan pinggul,

suara halus.” Selain itu hormon ini juga mengatur siklus haid. (Sarwono: 1993)

Perubahan seks sekunder pada remaja wanita ditandai dengan : 1) Pinggul

semakin membesar dan melebar, 2) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi

(lemak), 3) Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi, 4) Muka menjadi bulat dan
25 
 

berisi. Adapula perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita yaitu perubahan

dalam tingkah laku, seperti: perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian,

cara jalan dll.

2.2.2.4 Aspek – Aspek Perilaku Seksual Remaja

Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang

berkembang ditandai adanya keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan

jenis yang lebih dekat, hal itu memungkinkan terjadinya perilaku seksual. Berikut

ini akan diuraikan beberapa definisi tentang perilaku seksual yaitu sebagai

berikut:

Menurut Jatman dalam Ekasari (2009:21) mengatakan “bahwa perilaku

seksual remaja adalah suatu perkembangan pada remaja yang dipengaruhi oleh

kemasakan hormonal dan ditandai dalam kegiatannya berkelompok dengan teman

sebaya yang berlainan jenis.”

Menurut Sarwono (2002:140) “Perilaku seksual menunjukkan pada

perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun

sesama jenis.” Hal tersebut sebagai akibat langsung dari pertumbuhan hormon

kelenjar seks yang menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai

kematangan pada masa remaja, dengan ditandai adanya perubahan fisik. Sarwono

(2002: 164) menggambarkan bahwa “perilaku seksual pada tahap-tahapnya adalah

pelukan, pegangan tangan tangan, berciuman, meraba payudara, meraba alat

kelamin dan berhubungan seks”.


26 
 

Daya tarik fisik, misalnya cara berpakaian atau berdandan merupakan awal

ketertarikan antara lawan jenis yang kemudian berlanjut dengan berpacaran

dimana ekspresi perasaan pada masa pacaran diwujudkan dengan berpegangan

tangan, berpelukan, berciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya

adalah untuk menikmati dan memuaskan dorongan seks. Aktivitas lain untuk

memenuhi kepuasan jasmani adalah melihat majalah atau film porno dan

berfantasi seksual.

Menurut Marti Blanch dan Merry dalam Pilar PKBI (1999), seksualitas

menyangkut dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah :

1) Dimensi Biologis: berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas


berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi dan atau alat
kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis
manusia. Termasuk di dalamnya bagaimana menjaga kesehatannya
dari gangguan seperti penyakit menular seksual, dan bagaimana
menfungsikannya secara optimal sebagai alat reproduksi sekaligus alat
rekreasi serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis.
2) Dimensi psikologis: berdasarkan dimensi ini seksulaitas berhubungan
erat dengan bagaiman manusia menjalani fungsi seksualnya sesuai
dengan identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek
psikologis seperti kognisi, emosi, motivasi dan perilaku terhadap
seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari
keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia, misalnya
bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau
perempuan serta bagaimana seseorang mendapatkan keputusan
psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan identitas peran
jenis kelamin.
3) Dimensi Sosial: dimensi sosial melhat bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia, bagaimana manusia beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta
bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan
manusia.
4) Dimensi Kultural Moral: dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-
nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas.
Misalnya di negara timur orang belum ekspresif dalam
mengungkapkan seksualitas, berbeda dengan negara-negara barat.
27 
 

2.2.2.5 Bentuk – Bentuk Perilaku Seksual

Sebagian besar remaja menganggap bahwa jika mereka tidak melakukan

perilaku seksual maka aktivitas mereka akan terganggu, akhirnya mereka

mengambil jalan pintas yaitu melakukan masturbasi/ onani. Menurut Dianawati

(dalam Supriyati, 2009: 26) menyebutkan bahwa “bentuk perilaku seksual

dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri dan

perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain.”

Seperti yang diuraikan tersebut mengenai bentuk-bentuk perilaku seksual

maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri

Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri meliputi: (1) Masturbasi

yaitu melakukan rangsangan seksual dengan berbagai cara (memasukkan alat

kelamin) untuk tujuan mengorganism, (2) Fantasai seksual, biasanya dilakukan

remaja untuk melakukan rangsangan pada diri sendiri dengan membayangkan

sesuatu objek yang menggairahkan atau menggiurkan, dan (3) Membaca buku,

gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet dan VCD.

2) Perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain

Perilaku seksual yang dilakukan oleh orang lain meliputi: (1) Berpegangan

tangan, pada awal berpacaran biasanya siswa melakukan hal seperti saling

bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan rangsangan pada

pasangan, (2) Berpelukan, setelah mereka sudah saling berpegangan tangan

biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling
28 
 

melindungi dalam berpacaran, (3) Berciuman, setelah mereka sudah berani saling

berpelukan maka mereka akan membuktikan rasa sayangnya dengan mencium

kening, pipi, lalu lanjut saling memainkan bibir pasangannya masing-masing, (4)

Necking yaitu mencium leher dan saling meraba daerah sensitif, mulai tahap ini

ada daya getar api dan gairah seksual yang telah menggoncang mereka, dan

mereka pun lantas berciuman dan saling meraba-raba daerah sensitif masing-

masing pasangannya, namun masih mengenakan pakaian, (5) Petting adalah

bermain seksual, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok

atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang alat

kelamin, saling menindih, bahkan saling mempermainkan alat kelamin meskipun

tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan karena mereka tidak ingin mengambil

resiko atau takut hamil, (6) Berhubungan intim (Intercouse), hubungan seksual

yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau

daerah seksual yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Sarwono (2002: 137) mengemukakan bahwa “bentuk-bentuk perilaku

seksual bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku

berkencan, bercumbu dan bersenggama.” Terjadinya hubungan seksual dapat

terjadi melalui empat fase. Fase-fase terjadinya perilaku seksual tersebut seperti

yang dikemukan Sarwono (2002:164) adalah

1) Pelukan ringan/ pegangan tangan, pada awal berpacaran biasanya


remaja melakukan hal seperti saling bersentuhan dan berpegangan
tangan untuk saling memberikan rangsangan pada pasangannya,
setelah mereka sudah saling berpegangan tangan biasanya remaja
berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling
melindungi dalam hubungan berpacaran.
2) Ciuman, setelah sudah berani saling berpelukan maka mereka
membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu
29 
 

berlanjut dengan saling memainkan bibir pasangannya masing-masing


dengan membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka
masing-masing.
3) Petting (petting ringan, petting sedang dan petting berat), bermain
seks, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok
atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang
alat kelamin, saling menindih, bahkan saling memainkan alat kelamin,
meskipun itu semua tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan
karena mereka tidak mau mengambil resiko (takut hamil)
4) Hubungan seksual (intercouse) pada tahap ini getaran dan gairah seks
sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan
seksual atau yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki
dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang
tidak dapat terbendung lagi. Laki-laki atau perempuan berusaha
mengobarkan benih-benih kenikmatan dengan daya yang semakin
tinggi, dengan getaran yang semakin lama semakin menguat dan tanpa
helai busana yang menempel dalam tubuh baik laki-laki ataupun
perempuan bebas melakukan hubungan seks layaknya suami dan istri.
Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisologis

mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki-laki

maupun wanita. Kematangan organ-organ reproduksi tersebut mendorong

individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan lawan jenis maupun

sesama jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan dengan

membentuk teman sebaya (peer group). Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa

bentuk-bentuk perilaku seksual adalah mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah

laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Selain itu mastrurbasi, rangsangan

erotis, terangsang oleh stimulus seksual seperti: ketegangan membaca buku porno

serta melihat film erotis dan hubungan seksual.

Adapun indikator dalam perilaku seksual yang akan diteliti adalah: 1)

perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan (cara berpakain, berdandan), 2)

Masturbasi/ Onani, 3) Fantasi Seksual, 4) Membaca buku atau gambar-gambar


30 
 

porno, 5) berpegangan tangan, 6) berpelukan, 7) berciuman (kissing), 8) petting,

9) necking, dan 10) intercouse.

2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja

Setiap manusia khusunya remaja mempunyai dan merasakan adanya

dorongan seksual atau yang lebih dikenal sebagai gairah seksual. Menurut Aini

yang diakses dalam situs (http://www.stikku.ac.id/wp-

content/uploads/2011/02/PERILAKU-SEKSUAL-REAMAJA.pdf) menyebutkan

bahwa dorongan seksual adalah suatu aktivitas seksual yang sampai kepada

hubungan seksual.

Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 1) Hormon

seks, khususnya testoteron yang mulai aktif pada masa remaja, 2) rangsangan

seksual yang diterima, 3) keadaan kesehatan tubuh secara umum, 4) Faktor

psikososial, 5) Pengalaman seksual sebelumya, 6) Perilaku ingin mencoba-coba,

remaja cenderung lebih ingin mencoba-coba hal yang baru dan menantang

terutama yang berbau seksual, 6) Anggapan teman yang merendahkan apabila

menolak hubungan seksual.

2.2.2.7 Resiko Hubungan Seksual Remaja

Hubungan seksual pranikah mempunyai resiko yang besar dibandingkan

manfaat yang diperoleh. Menurut Depkes (dalam Astuti, 2009: 35) “Resiko bagi

remaja yaitu : 1) Kehamilan yang tidak diinginkan, 2) Terkena penyakit menular

seksual termasuk HIV/ AIDS, 2) Infeksi saluran reproduksi, 4) Aborsi dengan

segala resiko, 5) Kehilangan keperawanan dan keperjakaan, 6) Perasaan malu,


31 
 

bersalah dan berdosa, ketagihan, gangguan fungsi seksual, dan perasaan tidak

berharga.” Akibat bagi keluarga yaitu : 1) Menimbulkan aib keluarga, 2)

Menambah beban ekonomi keluarga, 3) Pengaruh buruk bagi anak yang

dilahirkan. Sedangkan akibat bagi masyarakat yaitu: 1) Meningkatkan jumlah

remaja putus sekolah sehingga kualitas masyarakat/ Sumber daya manusia

menurun, 2) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi sehingga derajat

kesehatan reproduksi menurun, 3) Menambah beban ekonomi masyarakt sehingga

kesejahteraan masyarakat menurun.

2.3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja

Kebanyakan remaja beranggapan bahwa proses hubungan seksual itu

adalah faktor yang bersifat independen, tidak terkait dengan penyakit seksual atau

kehamilan. Dengan sifat “egosentrisme” yang masih dimiliki membuat remaja

berfikir bahwa terjadinya penyakit seksual atau kehamilan itu tidak terjadi pada

“ku” (remaja), tetapi hal tersebut terjadi pada orang lain. Perilaku seks bebas

memang kasat mata, namun itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan

didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati

secara langsung (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang dapat diamati

secara langsung sehingga individu tergerak untuk melakukan perilaku seksual.


32 
 

2.3.1 Faktor Internal :

2.3.1.1 Motivasi

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan

mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang

remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan

didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,

tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh

kelompok (konformitas). Remaja ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan

mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini

kelompoknya telah melakukan perilaku seks bebas.

2.3.1.2 Rasa ingin tahu

Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin

tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan

ciri-ciri remaja pada umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya

dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri.

Disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam kehidupan remaja karena

mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan

fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya.

2.3.1.3 Berkembangnya organ seksual

Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer)

bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang


33 
 

berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh

pada kehidupan psikis, moral, dan sosial (Sarwono, 1991).

Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai

pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan

antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta

memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.

Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul

konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat

adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila

dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka

dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih

sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah

remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan

jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan

terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-

benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Selain itu, pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja,

sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan

jasmani secara menyeluruh. Energi seksual atau libido (nafsu) pun telah

mengalami perintisan yang cukup panjang. Sigmund Freud mengatakan bahwa

dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya

Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia remaja. Karena
34 
 

itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam

bentuk perilaku seksual tertentu (Cohen, 2002).

2.3.2 Faktor Eksternal

2.3.2.1 Teman sepermainan (peer group)

Pada masa remaja, kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi

karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga

merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan

sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.

2.3.2.2 Orang tua

Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada

umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan

pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya

cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang

diberikan orang tuanya.

Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah

yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara

hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam

perkawinan (Sarwono, 1998). Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila

pengetahuan orangtua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan

cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak.

Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat.


35 
 

Tentang hal ini Soekanto (1996) menyimpulkan hasil penelitiannya

sebagai berikut “informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan

perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus

berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-

ketakutan yang berhubungan dengan seks.” Dalam hal ini, terciptanya konflik dan

gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja

untuk melakukan perilaku seks bebas.

2.3.2.3 Media dan televisi

Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam

perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat,

melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan

dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa

memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam

lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa

“Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang

sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi

dengan dunia nyata.”

Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah

perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu

membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas. Sebaliknya

pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan persepsi yang salah pula

tentang seksualitas. Selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual yang salah


36 
 

dengan segala akibatnya dan hal itu kemudian diekspresikan dalam bentuk

perilaku seksual yang buruk dengan segala akibat yang tidak diharapkan.

2.3.2.4 Religiusitas

Kata religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan.

Religi (Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban

yang harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang

atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam

sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Selain itu Religius oleh Wulf (2002)

menjelaskan sebagai “perasaan keagamaan, yang berarti segala perasaan batin

yang ada hubungannya dengan Tuhan”.

Sehingga dapat dismpulkan bahwa religiusitas merupakan hubungan

antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia ataupun alam sekitarnya dimana

hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat dilihat dalam ibadah yang

dilakukan setiap harinya. Dimensi-dimensi dalam tingkat religiusitas meliputi

dimensi akidah, dimensi ihsan, dimensi ilmu dan dimensi amal. Dimana dimensi-

dimensi tersebut berkaitan erat dengan keyakinan sesorang dalam agama.

Semakin tinggi nilai agama yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah

remaja maka perilaku yang dihasilkan akan semakin terarah dan terhindar dari

perilaku menyimpang yang salah satunya adalah perilaku seksual. Contoh

seseorang yang rajin beribadah akan semakin sering mendapat pesan atau ajaran

yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga remaja tersebut akan

cenderung kurang permisif dalam sikap berperilaku seksual.


37 
 

Adapun indikator-indikator dari faktor-faktor determinan dalam perilaku

seksual yang akan diteliti yaitu: 1) Motivasi untuk melakukan perilaku seksual, 2)

Rasa ingin tahu dalam diri remaja, 3) Mulai berkembangnya organ-organ seksual,

4) Faktor Teman sepermainan (peer group), 5) Faktor Orang Tua, 6) Media dan

Televisi, 7) Tingkat Religiusitas.

2.4 Hubungan antara Perilaku Seksual Remaja Dengan Faktor


Determinannya
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh

berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa yang penting dan khusus karena

merupakan periode pematangan organ reproduksi yang disebut masa pubertas.

Perkembangan seksual remaja ditandai dengan adanya mennarche pada wanita

dan noctual ejaculation pada pria, sehingga sejak itu fungsi reproduksi bekerja

dengan segala konsekuensinya. Idealnya remaja telah memperoleh pengetahuan

yang memadai tentang seks. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam

dirinya termasuk dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit dikendalikan

tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik hebat dalam dirinya. Kemudian hal

itu diperparah dengan mudahnya remaja mengakses informasi tentang seks yang

keliru melalui media cetak dan elektronik. Informasi yang keliru akan

berpengaruh pada perilaku seksual remaja.

Selain itu faktor orang tua yang belum maksimal menanamkan pendidikan

seks sejak dini merupakan sebab yang tidak dapat dielakkan. Kesempatan untuk

berdiskusi tentang masalah reproduksi masih sangat terbatas, karena masih

banyak orang tua yang menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Padahal
38 
 

orang tua merupakan pihak pertama yang bertanggungjawab atas pendidikan

seksual pada anak. Kemudian ditambah dengan turunnya tingkat religuitas pada

remaja yang dibarengi dengan rendahnya iman remaja juga memberikan

kontribusi penting terhadap perilaku seksual remaja. Agama merupakan pedoman

yang harus dimilki oleh seseorang, karena dengan agama perilaku yang dihasilkan

akan terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti perilaku seksual.

Terlebih lagi teman sepermainan (peer group) baik di lingkungan sekolah maupun

rumah juga amat berpengaruh.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, baik secara fisik maupun psikis dan diekspresikan untuk menarik lawan

jenis maupun sesama jenis hingga sampai pada tingkah laku berkencan. Ketika

berkencan ekpresi perasaan diwujudkan dengan cara berpegangan tangan,

berpelukan, berciuman, sentuhan-sentuhan ke daerah sensitif pasangan yang

bertujuan untuk membangkitkan, menikmati dan memuaskan hasrat atau dorongan

seks. Selain itu aktivitas lain yang dilakukan untuk pemenuhan kepuasan seks

yaitu dengan fantasi seksual dan meilhat majalah porno.

Faktor determinan adalah segala faktor yang mempengaruhi terjadinya

perilaku baik faktor internal (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang

dapat diamati secara langsung. Faktor determinan yang berpengaruh terhadap

perilaku seksual yaitu motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ

seksual, orang tua, teman sepermainan, media dan televisi serta religiuitas.

Remaja disini merupakan individu yang berusia antara 15-19 tahun. Hal

ini berarti mereka dalam usia sekolah menengah atas (SMA). Sekolah menengah
39 
 

atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah formal di Indonesia setelah lulus

dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Berdasarkan paparan diatas maka remaja memiliki kecenderungan untuk

melakukan perilaku seksual dan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya perilaku tersebut.


 

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah dan pada dasarnya adalah

rangkaian dalam kegiatan dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

Penelitian selalu berpedoman pada tata cara atau metode yang benar dan relevan.

Metode penelitian sendiri merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian

ilmiah guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu

pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan harus

sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian

dapat mengarah dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam bab 3 ini akan

dibahas secara sistematis mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian,

desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan

metode analisis data.

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Menurut Sugiyono (2008: 117) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

40
41 
 

Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah subjek penelitian yang memiliki

karakteristik tertentu dan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulannya. Alasan

mengambil populasi dalam penelitian ini adalah mengarah pada remaja yang

mengetahui perilaku seksual dan mempunyai kecenderungan perilaku seksual,

dilihat dari karakteristik populasi yang ada dalam penelitian ini. Jika karakteristik

yang dimiliki semakin banyak maka populasi akan semakin spesifik. Populasi

dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi di SMA se-Kota Semarang.

Tabel 3.1
Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang
No Wilayah Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

1 Pinggir Kota SMA N 9 Negeri 905


SMA N 12 Negeri 865
SMA N 13 Negeri 715
SMA N 16 Negeri 529
SMA N 15 Negeri 841
SMA Nasional Swasta 60
SMA Al Uswah Swasta 32
SMA Islam Pragulapati Swasta 48
SMA Semesta Swasta 374
SMA Masehi 1 PSAK Swasta 244
SMA Krista Mitra Swasta 374
SMA Muhammadiyah 2 Swsata 58
SMA Nurul Islam Swasta 79
SMA Tri Tunggal Swasta 314
SMA Muhammadiyah 1 Swasta 244
SMA Al Fattah Swasta 109
SMA Sultan Agung 3 Swasta 224
2 Tengah Kota SMA N 1 Negeri 1234
SMA N 3 Negeri 1338
SMA N 5 Negeri 1128
SMA N 14 Negeri 777
SMA N 6 Negeri 1145
SMA N 10 Negeri 695
SMA YSKI Swasta 404
SMA Sepuluh Nopember Swasta 75
SMA Nasima Swasta 229
SMA Advent Swasta 20
SMA Kebon Dalem Swasta 176
42 
 

SMA Ksatrian 2 Swasta 920


SMA Kolose Loyola Swasta 721
SMA Masehi 3 PSAK Swasta 119
SMA Nusaputera Swasta 111
SMA Purusatama Swasta 13
SMA Sedes Sapiente Swasta 818
SMA Theresiana 2 Swasta 38
SMA Walisongo Swasta 273
SMA Ksatrian 1 Swasta 1089
SMA Setia Budhi Swasta 289
SMA Ronggolawe Swasta 109
SMA Kyai Ageng Pandanaran Swasta 12
SMA Sultan Agung 1 Swasta 882
3 Transisi SMA N 4 Neneri 1127
SMA N 7 Negeri 1053
SMA N 8 Negeri 923
SMA N 2 Negeri 1155
SMA N 11 Negeri 996
SMA Don Bosco Swasta 617
SMA Santo Michael Swasta 154
SMA Theresiana 1 Swasta 382
SMA Teuku Umar Swasta 251
SMA Pancasila Swasta 36
SMA Hidayatullah Swasta 256
SMA Mangunkarso Swasta 13
SMA Ibu Kartini Swasta 231
SMA Dian Kartika Swasta 55
SMA Citischool Swasta 42
SMA YPE Swasta 43
SMA Tugu Suharto Swasta 71
SMA Widya Wiyata Swasta 41
SMA Terang Bangsa Swasta 415
SMA Karangturi Swasta 738
SMA Institut Indonesia Swasta 790
SMA Mardi Siswa Swasta 409
SMA Masehi 2 PSAK Swasta 168
SMA Sint Louis Swasta 550
SMA Agus Salim Swasta 87
SMA At Thohiriyah Swasta 50
SMA Gita Bahari Swasta 333
SMA Perdana Swasta 57
Total 29673
Sumber : Diknas Kota Semarang, 2012
43 
 

3.1.2 Sampel

“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto,

2006: 131), sedangkan menurut Sugiyono (2008: 118) sampel adalah “bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Sugiyono (2006;62) menyatakan “terdapat cara menentukan ukuran sampel

yang sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram”. Tabel yang digunakan

adalah tabel Krejcie dan nomogram Harry King. Dengan adanya tabel dan

nomogram tersebut tidak perlu dilakukan penghitungan yang rumit dalam

menentukan jumlah sampel penelitian.

Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5%

saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan sampai 15%. Selain itu,

jumlah populasi yang paling tinggi yakni hanya 2000. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan nomogram Harry King dengan taraf kesalahan 5% untuk

menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel dengan jumlah

populasi 29.673 yang dibulatkan menjadi 30.000 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh ukuran sampel sebanyak 344. Sugiyono (2006:56) mengungkapkan

bahwa teknik sampling merupakan “teknik pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian”. teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu:

3.1.2.1 Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang

sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Teknik ini meliputi: simple random sampling, proportionate stratified random


44 
 

sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster)

sampling.

3.1.2.2 Nonprobability Sampling

Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan kesempatan

atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik ini meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,

sampling aksidental, sampling jenuh dan snowball sampling.

Dalam menentukan teknik sampling diperlukan berbagai pertimbangan

menyangkut kondisi populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa di SMA se-Kota Semarang. Kota Semarang mempunyai

wilayah yang cukup luas, terbagi dalam 15 kecamatan yang mempunyai 16 SMA

Negeri dan 63 SMA Swasta.

Berdasarkan kondisi di atas teknik yang akan digunakan untuk

menentukan sampel penelitian oleh peneliti adalah Cluster proportional random

sampling. Sugiyono (2008:83) menjelaskan cluster sampling “digunakan untuk

menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas”.

Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi

yang telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan

sampel dari masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan untuk teknik random sampling. Sugiyono (2008; 83) mengungkapkan

“teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, teknik

demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”. Untuk lebih


45 
 

jelasnya berikut ini akan disajikan jumlah sampel pada masing-masing daerah

populasi secara proporsional yang dipilih menggunakan sistem random:

Tabel 3.2

Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang

No Wilayah Nama sekolah Status Jumlah Sampel


1 Pinggir Kota SMA N 16 Negeri 40 Siswa
SMA Masehi 1PSAK Swasta 40 Siswa
SMA Muhammadiyah 1 Swasta 35 Siswa
2 Tengah Kota SMA N 6 Negeri 40 Siswa
SMA Kesatrian 1 Swasta 40 Siswa
SMA Setiabudi Swasta 35 Siswa
3 Transisi SMA N 7 Negeri 40 Siswa
SMA Teuku Umar Swasta 40 Siswa
SMA Masehi 2 PSAK Swasta 34 Siswa
Total 344 Siswa

3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian

suatu peneliti (Arikunto 1998: 99). Sedangkan (Hadi 2002: 224) menjelaskan

“variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun klasifikasi

tingkatnya.” Selain itu variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang

terdapat subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif

(Azwar 2003: 99). Jadi kesimpulannya variabel merupakan objek yang bervariasi

dan dijadikan sebagai titik perhatian peneliti. Dalam variabel penelitian terdapat

hal-hal yang dibahas yaitu identifikasi variabel, hubungan antar variabel, dan

definisi operasional. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.


46 
 

3.2.1 Identifikasi Variabel

Berdasarkan judul penelitian ini, maka terdapat dua variabel dalam

penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat.

3.2.1.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat/dependent (Sugiyono, 2006: 3). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah faktor determinan perilaku seksual yang meliputi.

1) Motivasi (X1).

2) Rasa ingin tahu (X2).

3) Berkembangnya organ seksual (X3).

4) Teman sepermainan (X4).

5) Orangtua (X5).

6) Media dan televisi (X6).

7) Religiuitas (X7).

3.2.1.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atatu yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas/Independent (Sugiyono, 2006: 3), dalam

penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah perilaku seksual.

3.2.2 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel yaitu antar variabel bebas dan terikat terjadi

hubungan sebab akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor

determinan perilaku seksual dan variabel yang terikat adalah perilaku seksual.
47 
 

Hubungan antara variabel X dan variabel Y terdapat pada gambar 3.1 sebagai

berikut:

Faktor Determinan:
1) Motivasi (X1).
2) Rasa ingin tahu (X2).
3) Berkembangnya Perilaku Seksual
organ seksual (X3). (Y)
4) Teman sepermainan
(X4).
5) Orangtua (X5).
6) Media dan televisi
(X6).
7) Religiuitas (X7).

Gambar 3.1

Hubungan antara Variabel X dan Y

3.2.3 Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Terdapat tahap-

tahap dalam perilaku seksual, yaitu: 1) Pelukan, 2) Pegangan tangan, 3)

berciuman, 4) Mencium daerah sensitif (Necking), 5) Meraba alat kelamin

(Petting), 5) Hubungan seks (Intercouse). Perilaku seksual tersebut memiliki

beberapa faktor determinan, diantaranya faktor ekstern dan faktor intern.


48 
 

3.3 Desain Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “ Survey tentang Perilaku Seksual

Remaja dan Faktor Determinannya di SMA Negeri se-Kota Semarang, maka

penelitian ini termasuk penelitian deskriptif survey. Penelitian suvey yaitu

“penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok” (Singarimbun, 2008: 3).

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena

yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai

populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2007: 7).

Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan

gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian ini berdasarkan atas

pertimbangan dari tujuan penelitian yang ingin mendapatkan informasi yang

akurat mengenai perilaku seksual remaja beserta faktor-faktor determinan siswa

SMA se-Kota Semarang.

Penelitian ini diawali dengan menentukan sampel dari populasi dengan

cara cluster proportional random sampling. Diperoleh tiga cluster yaitu pinggir

kota, tengah kota, dan transisi. Pada tahap selanjutnya peneliti membagikan

angket kepada siswa di sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian. Dari

angket tersebut dapat diperoleh data tentang perilaku seksual dan faktor
49 
 

determinan siswa SMA se-Kota Semarang. Data-data tersebut kemudian dianalisis

sesuai dengan statistik yang ada

3.4 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

(1) Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random

sampling.

(2) Menyusun kisi-kisi intrumen.

(3) Menyusun instrumen berupa angket.

(4) Mengujicobakan intrumen pada sekolah di luar sampel.

(5) Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas.

(6) Menentukan pernyataan angket yang memenuhi syarat berdasarkan

langkah nomor 5.

(7) Menyusun ulang instrumen dari hasil langkah 6.

(8) Melaksanakan penelitian dengan menyebar angket di sekolah yang

menjadi sampel.

(9) Menganalisis data hasil angket.

(10) Menyusun hasil penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah diajukan untuk mendapatkan

data yang akurat, relevan dan reliabel dari responden. Untuk memperoleh data
50 
 

tersebut maka pengumpulan data menggunakan teknik dan prosedur yang sesuai

serta alat-alat yang menunjang penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 151) dijelaskan “bahwa metode

pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya.” Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh data-data

yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah

pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan

menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula. Suharsimi

Arikunto (2002: 152). Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka dalam penelitian

ini data yang akan diungkap adalah tentang perilaku seksual remaja dan faktor

determinannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan faktor

determinan perilaku seksual remaja serta mengungkap perbedaan perilaku antara

siswa SMA negeri dengan SMA swasta. Maka dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan adalah angket.

3.5.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat data

SMA se-Kota Semarang beserta jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 yang

akan menjadi populasi dan sampel penelitian.

3.5.2 Metode Angket

Pengertian metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi

oleh yang akan diukur (Responden). Dengan angket ini seseorang dapat diketahui
51 
 

tentang keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya

(Suharsimi Arikunto, 2002: 152). Bimo Walgito menyebutkan “bahwa metode

angket merupakan metode pengumpulan data dengan memberi daftar pertanyaan

tertulis kepada siswa.” Angket perilaku seksual diberikan kepada siswa untuk diisi

dan dianalisi oleh peneliti.

3.6 Instrumen Penelitian

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada

gambar berikut.

Kisi-kisi Uji
Teori Instrumen Instrumenn Coba

Instrumen akhir Revisi

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penyusunan Instrumen

Setelah mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan instrumen

penelitian, selanjutnya adalah membahas mengenai kisi-kisi instrumen. Setelah

menyusun kisi-kisi instrumen, maka dilanjutkan dengan penyusunan instrumen

angket secara utuh beserta lembar jawabannya.

Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan pedoman mengenai faktor

determinan ketidakterlaksanaan layanan bimbingan kelompok yang mencakup

faktor internal dan faktor eksternal, adalah sebagai berikut.


52 
 

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA

Sub
Variabel Indikator Deskriptor Item
Variabel
Bentuk- Perilaku 1. Masturbasi Perilaku seksual 1,2,3,4
bentuk yang untuk melakukan • Saya melakukan aktivitas
perilaku dilakukan rangsangan masturbasi/ Onani.
seksual. tanpa ada seksual dengan • Saya menggunakan
bantuan berbagai cara media tangan untuk
orang lain. pada alat melakukan masturbasi/
kelamin. Onani.
• Melakukan masturbasi/
Onani menggunakan alat
bantu.
• Melakukan masturbasi/
onani menggunakan
sabun atau gel pelicin
2. Fantasi Perilaku seksual 5,6,7,8,9,10
Seksual. untuk • Saya berfantasi seksual.
merangsang diri • Ketika ingin tidur saya
dengan cara membayangkan sedang
membayangkan berhubungan seksual.
suatu objek yang • Berfantasi seksual ketika
menggairahkan. melihat lawan jenis yang
menarik
• Berfantasi seksual ketika
ada waktu luang.
• Saya mendapatkan
kenikmatan yang lebih
ketika membayangkan
berhubungan seks.
• Saya membayangkan/
berkhayal melakukan
hubungan seks dengan
pacar
3. Membaca Perilaku untuk 11,12,13,14
dan Melihat melakukan • Saya membaca dan
gambar rangsangan melihat gambar porno.
porno. seksual dengan • Saya berlangganan
cara membaca majalah porno.
dan melihat • Memiliki koleksi gambar
53 
 

gambar porno. porno.


• Merasa ketagihan melihat
dan membaca majalah
porno.
Perilaku 1. Berpegangan Perilaku seksual 15,16,17
yang tangan. dengan cara • Saya melakukan
dilakukan menyentuh aktivitas berpegangan
dengan tangan tangan dengan lawan
bantuan pasangan untuk jenis.
orang lain. memberikan • Gairah seksual saya
rangsangan muncul ketika
pada pasangan. berpegangan tangan
dengan lawan jenis.
• Jantung saya berdebar-
debar ketika berpegangan
tangan dengan lawan
jenis.
2. Berpelukan Perilaku 18,19,20,21
seksual • Saya berpelukan dengan
dengan cara lawan jenis.
memeluk • Saya memeluk
pasangan pasangan/ lawan jenis
untuk setiap bertemu.
memberikan • Saya memeluk
rasa nyaman pasangan sebagai cara
kepada menunjukan rasa
pasangan. sayang.
• Saya memeluk lawan
jenis guna mendapatkan
kenikmatan
3. Berciuman Perilaku 22,23,24,25,26,27
(kissing) seksual untuk • Saya berciuman dengan
membuktikan lawan jenis.
rasa sayang • Saya mencium pipi
kepada lawan jenis/ pasangan
pasangan • Saya mencium kening
dengan cara lawan jenis/ pasangan
mencium • Saya mencium bibir
kening, pipi lawan jenis/ pasangan
kemudian • Saya mencium lawan
berlanjut jenis sebagai bentuk
saling kasih sayang
mencium bibir • Saya mencium lawan
54 
 

. jenis dengan nafsu.


4. Mencium Perilaku seksual 28,29,30
Leher dengan mencium • Saya mencium/dicium
(necking) daerah sensitif lawan jenis/ pasangan
pasangan pada bagian leher
sehingga • Saya selalu mencium
menimbulkan leher ketika bertemu
rangsangan pasangan/ lawan jenis
seksual • Saya selalu mencium
leher untuk memulai
hubungan seks dengan
pasangan/ lawan jenis
5. Saling Perilaku seksual 31,32,33
menggesek dengan • Saya memegang dan
alat kelamin melakukan seks memainkan alat
(petting) seperti suami istri kelamin lawan jenis/
dengan saling pasangan.
memegang alat • Saya melakukan oral
kelamin, saling seks.
menindih dan • Saya menindih dan
saling bermesraan dengan
memainkan alat memainkan alat
kelamin kelamin lawan jenis.
meskipun masih
mengenakan
pakaian
6. Berhubunga Perilaku seksual 34,35,36,37,38
n intim dengan cara • Saya melakukan
(intercouse) melakukan hubungan intim dengan
hubungan intim/ lawan jenis.
senggama antara • Saya melakukan
laki-laki dan hubungan intim dengan
perempuan untuk pasangan/ lawan jenis
memuaskan setiap kali bertemu
hasrat seksual • Saya melakukan
yang tidak dapat hubungan intim dengan
dibendung lagi berbagai gaya
• Saya menggunakan alat
kontrasepsi ketika
berhubungan intim
• Ketika hasrat seks saya
meningkat, saya
langsung melakukan
55 
 

hubungan intim dengan


lawan jenis/ pasangan.

Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan

Variabel Sub Indikator Deskriptor Item


Variab + -
el
Faktor Faktor 1. Motivasi Dorongan dalam diri 2 Saya tidak berminat 1. Hasrat saya menggebu-
determin Internal untuk melakukan dengan hal yang gebu untuk melakukan
an perilaku seksual menyangkut seks hubungan seksual
perilaku 3 Saya mencoba 2. Keinginan saya
seksual mengalihkan melakukan hubungan
perhatian saya seksual meningkat ketika
ketika dorongan melihat teman saya
seks saya melakukan perilaku seks
meningkat 3. Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri
saya
6. Bagi saya berhubungan
seksual adalah hal yang
wajar di kalangan remaja
7. Saya selalu ingin
melakukan hubungan seks

2. Rasa 8. Saya selalu bertanya 10. Saya penasaran dengan


ingin mengenai seks untuk hal yang menyangkut seks
tahu menambah 11. Saya tertarik dengan hal
pengetahuan baru yang berbau seksual
9. Saya selalu mencari 12. Saya selalu mencoba hal
tahu lewat internet baru dalam seks dengan
hal yang belum pasangan atau lawan jenis
pernah saya ketahui 13. Saya ingin
mengenai seks mempraktekkan apa yang
belum pernah saya
lakukan terkait dengan
seks

3. Berkemb Perilaku seksual 14. Saya sudah 15. Saya sering merasakan
angnya siswa yang mengalami mimpi rangsangan seksual
organ cenderung basah setelah saya mengalami
seksual diakibatkan mulai 16. Saya bangga mimpi basah
berfungsinya organ- dengan bentuk 18. Saya sering marasakan
organ seksual yang tubuh saya rangsangan seksual
berpengaruh pada 17. Saya sudah setelah saya mengalami
perilaku seksualnya mengalami menstruasi
56 
 

menstruasi 19. Saya sering terangsang


ketika berdekatan
dengan lawan jenis saya
20. Saya mudah terangsang
dan ingin melakukan
hubungan seksual
21. Saya merasakan
rangsangan yang tidak
wajar pada organ intim
saya

Faktor 1 Teman Perilaku seksual 22. Saya tidak tergerak 24. Teman saya mengajak
Ekstern sepermain remaja dikarenakan untuk melakukan nonton film porno
al an (peer adanya pengaruh kuat seks seperti yang 25. Teman saya berbagi
group) dari teman sebaya teman-teman saya pengalamn seksualnya
lakukan dengan saya
23. Saya cenderung 26. Saya memperoleh
menghindari informasi tentang seks
teman-teman yang dari teman saya
melakukan seks 27. Saya mudah terpengaruh
29. Saya menghindari oleh ajakn teman-teman
pembicaraan teman 28. Saya mengikuti
yang berhubungan kebiasaan teman-teman
dengan seks dalam berperilaku seks
30. Saya khawatir diberi
julukan kampungan jika
saya tidak berperilaku
sama dengan teman
sepermainan saya
31. Teman saya mengajak
untuk melakukan seks
bebas

5.3 Orangtua Perilaku seksual 33. Orangtua saya 32. Saya malu jika bertanya
siswa dikarenakan sangat tentang seks dengan
kurangnya memperhatikan orangtua
pemahaman yang tingkah laku saya 34. Bagi orangtua saya
diberikan orangtua terutama dalam perilaku seksual adalah
mengenai dasar perilaku seksual hal yang tabu
pendidikan seks serta 35. Setiap hari 36.Saya tidak berbincang-
kontrol yang kurang orangtua bincang dengan orangtua
terhadap menanyakan jika saya memiliki
perilaku seksual anak keadaan saya masalah seputar seks
38. Orangtua saya 37. Orangtua saya tidak
merespon dengan pernah membicarakan
baik setiap hal yang berhubungan
pertanyaan/ dengan perilaku seksual
pernyataan yang 40. Orangtua jarang
menyangkut seks memberi kesempatan
39. Orangtua saya saya untuk bertanya
selalu memantau mengenai seks
perkembangan 41. Saya dimarahi orangtua
saya hingga saat ketika bertanya seputar
57 
 

ini seks

5.4 Media Perilaku seksual 42. Bagi saya 43.Saya tertarik menonton
dan siswa akibat adanya menonton acara acara yang berbau seks
televisi imitasi dari menonton seks dapat 46. Saya memilih menonton
media dan televisi menambah acara yang membahas
sehingga siswa pengetahuan dan seks daripada acara rohani
melihat perilaku wawasan 47. Acara televisi yang berbau
seksual itu 44. Saya kurang seks adalah seni
menyenangkan dan sependapat jika 48. Saya mempraktekkan
dapat diterima ada yang tingkah laku seks yang
mayarakat mengatakan bahwa saya tonton di televisi
menonton acara 49. Saya rutin menonton acara
seks tidak ada televisi yang membahas
manfaatnya tentang seks
45. Bagi saya acara
seks di televisi
tidak berpengaruh
buat saya

5.5 Tingkat Kurangnya nilai 50. Saya rajin 54. Saya menganggap
religiuita agama yang dimilki beribadah sesuai bahwa onani/
s mengakibatkan agama saya masturbasi bukan
kecenderungan 51. Saya selalu termasuk zina
perilaku seksual pada membaca al-quran 55. Saya tidak dapat
siswa 52. Saya selalu membedakan
membaca al-kitab perbuatan yang
53. Saya rajin diharamkan dan
mengikuti acara dihalalkan oleh
kerohanian di agama yang terkait
tempat ibadah dengan masalah
saya seksual
56. Saya tidak
menganggap bahwa
hubungan seksual
dengan pasangan/
lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
57. Saya menganggap
bahwa hubungan
seksual dengan
pasangan sebelum
menikah adalah wajar

Responden dapat memilih empat alternatif jawaban yang tersedia, yaitu SS

(Sangat Sesuai), S (Sesuai), KS (Kurang Sesuai) TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat


58 
 

Tidak Sesuai). Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan

yang bersangkutan, antara lain:

Tabel 3.5
Penskoran kategori jawaban

Arah dari pernyataan SS S KS TS STS


Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5

3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Analisis yang digunakan adalah analisis validitas dan reliabilitas. Instrumen

yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji

coba dilakukan pada sekolah yang termasuk dalam populasi. Tujuannya untuk

mengetahui apakah item-item pernyataan angket telah memenuhi syarat instrumen

yang baik atau tidak.

3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Salah satu jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi

(Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapa para

ahli. Sugiyono (2006:271) menyebutkan bahwa “untuk menguji validitas

instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diatur dengan


59 
 

berlandaskan teori tertentu, dan selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.” Rumus

yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yaitu.

∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑

(Arikunto, 2006: 170)


Keterangan:
= koefisien korelasi tiap item,
= banyaknya subjek uji coba,
∑ = jumlah skor item,
∑ = jumlah skor total,
∑ = jumlah kuadrat skor item,
∑ = jumlah kuadrat skor total, dan
∑ = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total.

Kemudian hasil dikonsultasikan dengan product moment

dengan α=5%. Jika maka alat ukur dikatakan valid.

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrument cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut

sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Artinya, reliabilitas berhubungan dengan

masalah kepercayaan, dimana suatu tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan

yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang

digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian adalah rumus Alpha

sebagai berikut.

∑ó
1
1 ó

Keterangan:
= reliabilitas yang dicari
n = jumlah butir angket
60 
 

ó = varians skor total


ó = varians skor butir
Kriteria pengujian reabilitas yaitu setelah didapatkan harga , kemudian

tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada table

yang selanjutnya disebut , jika > maka item tes yang

diujikan reabilitas. Harga diperoleh dari , (Arikunto, 2006: 195).

3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen

3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor


Determinan
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu

angket untuk perilaku seksual remaja dan angket untuk faktor determinan perilaku

seksual remaja. Angket perilaku seksual remaja terdiri dari 38 item pernyataan

setelah diuji coba dan berdasarkan perhitungan rumus product moment, hanya

terdapat 1 item yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 19. Selanjutnya untuk

keperluan penelitian, item yang tidak valid dibuang dan tidak digunakan dalam

penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator

dalam instrumen. Jadi instrumen perilaku seksual yang digunakan dalam

penelitian adalah 37 item.

Sedangkan untuk angket faktor determinan perilaku seksual remaja yang

terdiri dari 57 item pernyataan setelah dilakukan dengan perhitungan product

moment terdapat 9 item yang tidak valid yaitu nomor 5, 14, 16, 23, 29, 38, 42, 50

dan 53. Selanjutnya item tersebut tidak digunakan dalam penelitian, sehingga

instrumen faktor determinan perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian

berjumlah 48 item.
61 
 

3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor


Determinan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang menggunakan rumus Alpha dengan

64 responden, maka diperoleh r 11 = 1, 02 dan r tabel = 0,404. Karena r 11 > r tabel

maka angket perilaku seksual remaja yang diujikan reliabel. Sedangkan untuk

pengujian angket faktor determinan perilaku seksual remaja diperoleh r 11 = 1, 02

dan r tabel = 0,404. Karena r 11 >r tabel maka angket faktor determinan perilaku

seksual remaja dikatakan reliabel.

3.8 Analisis Data Penelitan

3.8.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendiskripsikan

atau menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum. Adapun rumus persentase yang digunakan yaitu:

Keterangan:

P = persentase hasil akhir

n = skor yang diperoleh

N = skor ideal

berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui bahwa dalam

menginterpretasikan perilaku seksual remaja maupun faktor determinan yang

memiliki rentang skor 1-5, maka jumlah skor dari tiap responden ditransformasi
62 
 

kedalam bentuk persentase skor dengan cara membagi dengan skor idealnya dan

dikalikan dengan 100% . selanjutnya persentase skor tersebut dibandingkan

dengan kriteria tingkat perilaku seksual dan faktor determinan kemudian diperoleh

kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kriteria tingkat

perilaku seksual remaja dan faktor determinannya adalah sebagai berikut:

(1) Persentase maksimum

100% = (5 : 5) x 100%

(2) Persentase minimum

20% = (1 : 5) x 100%

(3) Rentang persentase

R = Xt - X r

Keterangan:

R = rentang persentase

Xt = persentase maksimum

Xr = persentase minimum

(Ali, 1987: 48)

100% - 20% = 80%

(4) Panjang interval

Panjang kelas = Rentang : Banyak Kriteria

16% = 80% : 5
63 
 

Tabel 3.6
Kriteria Persentase Bentuk Perilaku Seksual
Interval % Kriteria
84<% skor ≤ 100 Sangat tinggi
69<% skor ≤ 83 Tinggi
52<% skor ≤ 68 Cukup tinggi
36<% skor ≤ 51 Rendah
20≤% skor ≤ 35 Sanagt rendah

3.8.2 Analisis Regresi Ganda

Untuk menganalisis faktor-faktor determinan perilaku seksual remaja

digunakan analisis regresi ganda. Regresi Terdiri atas variabel bebas (yang

mempengaruhi) dan variabel terikat (yang dipengaruhi). Variabel yang

mempengaruhi ini dalam analisis regresi disebut sebagi variabel prediktor (dengan

lambang X) dan yang dipengaruhi disebut variabel kriterium (dengan lambang

Y). Namun pada regresi ganda kita membicarakan hubungan antara 1 variabel

terikat dengan 2 atau lebih variable bebas. Tujuan menggunakan regresi ganda

adalah sebagai berikut.

1) Untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu

variabel kriterium atau variable terikat

2) Membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah

variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y).

Secara umum regresi ganda dituliskan dalam matematis sebagai beerikut

Y = a + b1X1 + b2X2 ……….bnXn

Keterangan

Y = variable tak bebas

X1 = variabel bebas ke-1


64 
 

X2 = variabel bebas ke-2

Xn = Variabel bebas ke-n

a = kostanta

b1 = kemiringan ke 1

b2 = kemiringan ke 2

bn = kemiringan ke n

Pada penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (Y) yaitu perilaku seksual

remaja dan 7 variabel bebas yaitu X1 = motivasi, X2 = rasa ingin tahu, X3 =

berkembangnya organ seksual, X4 = teman sepermainan, X5 = orang tua, X6 =

media dan televisi, dan X7 = religiuitas. Secara umum persamaaan regresi ganda

dengan 7 variabel bebas dan 1 variabel terikat seperti dibawah ini

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7


 

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab 4 akan membahas hasil penelitian dan pembahasan tentang

perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang,

yang ditinjau dari bentuk perilaku seksual remaja, perbedaan perilaku seksual

remaja antara SMA Negeri dan Swasta, faktor determinan perilaku seksual remaja

dan perbedaan faktor determinan perilaku seksual remaja antara SMA Negeri dan

Swasta.

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini akan dipaparkan

hasil penelitian tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya yang

meliputi perilaku seksual remaja dan faktor determinan perilaku seksual. Adapun

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif

persentase yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai

bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinan dan analisis regresi

berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi

determinan perilaku seksual remaja.

65
66
 

4
4.1.1 Gam
mbaran Periilaku Seksual Remaja di
d SMA se-K
Kota Semarrang

pun gambarran perilaku seksual rem


Adap maja di SM
MA se-Kota Semarang

d
dapat dilihatt dari hasil penelitian
p sebbagai berikuut:

Tabel 4.1
4
Perrsentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja
di SM
MA se-Kotaa Semarang

No Perilaku Seksual
S % Kriteria
Remaaja
1 Masturbasi 28,9 Sanngat Rendahh
2 Faantasi Seksuaal 34,14 Sanngat Rendahh
3 Membaca dan Melihat 29,61 Sanngat rendah
gaambar porno
4 Beerpegangan tangan
t 45,93 Renndah
5 Beerpelukan 47,08 Renndah
6 Kiissing 44,60 Renndah
7 Neecking 41,43 Renndah
8 Peetting 26,16 Sanngat Rendahh
9 Inttercouse 36,7 Renndah
*) kriteria hasil
h deskriptif perssentase dapat dilihhat di lampiran 13

Bentukk Perilaku
u Seksuaal 
R
Remaja SSe‐Kota Semaraang
60
Masturbasi
50
40
30
20 Fantaasi Seksual
10
0
Membaca dan …

Memmbaca dan 
Necking
Berpelukan
Masturbasi

Intercouse
Fantasi Seksual
Fantasi Seksual

Petting
Berpegangan tangan

Kissing

Melih
hat gambar 
porno
o
Berpeegangan tangaan

Diagram 4.1
4
Bentuk Perilaku
P Seksual Remajaa SMA se-Koota Semaran
ng
67 
 

Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1, dapat diketahui bahwa perilaku

seksual remaja di SMA se-Kota Semarang cenderung termasuk dalam kriteria

rendah dan sangat rendah. Hal ini berarti sebagian besar siswa belum melakukan

tindakan/ perilaku seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri seperti

masturbasi, fantasi seksual, dan membaca/ melihat gambar porno maupun perilaku

seksual yang dilakukan dengan orang lain seperti, berpegangan tangan,

berpelukan, berciuman, necking, petting dan intercouse. Meskipun taraf perilaku

seksual siswa masih tergolong rendah tidak menutup kemungkinan bahwa

perilaku tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara pesat. Sehingga perlu

adanya perhatian khusus dari semua pihak baik orang tua maupun sekolah untuk

selalu memantau perkembangan perilaku siswa khususnya pada perilaku

seksualnya.

Adanya kecenderungan hasil penelitian tersebut juga berkaitan dengan

perbandingan hasil penghitungan penelitian di SMA Negeri dan Swasta pada

masing-masing indikator yang akan dijelaskan berikut ini:

4.1.1.1 Perilaku seksual remaja pada indikator Masturbasi

Masturbasi merupakan salah satu indikator perilaku seksual remaja dan

termasuk dalam perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri . Berikut hasil

penelitiannya:

Tabel 4.2
Persentase Bentuk Perilaku seksual remaja
pada indikator masturbasi

Sekolah Persentase Kriteria


Negeri 27,88 Sangat rendah
Swasta 29,9 Sedang
68
 

M
Masturbasi

30
0
25
5
20
0
Sw
wasta
15
5
N
Negeri
10
0
5
0
Swasta Negeri

Diagram 4..2
Perilaku Seeksual Mastuurbasi Siswaa SMA Negeeri dan Swasta

Berdassarkan tabel 4.2 dan Diaagram 4.2, dapat


d diperolleh data pad
da indikator

m
masturbasi persentase
p SMA
S swsataa lebih tinggi daripada SMA negeeridiketahui

b
bahwa perollehan persenntase SMA swasta
s lebih tinggi darippada SMA negeri
n pada

i
indikator masturbasi.
m H ini berarrti bahwa perilaku
Hal p sekksual masturrbasi siswa

S
SMA swasta cenderunng lebih sering dilakkukan darippada perilakku seksual

m
masturbasi s
siswa SMA negeri.
n

4
4.1.1.2 Perillaku seksual remaja padaa indikator Fantasi
F seksuual

Fantaasi seksual merupakan salah satu indikator peerilaku seksual remaja

d termasuuk dalam perilaku seksuual yang dilaakukan padaa diri sendirri . Berikut
dan

h
hasil penelittiannya:
69
 

Tabel 4.33
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada ind
dikator Fanttasi seksual

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 33,39
9 Sangatt rendah
Swasta 34,59
9 Sangatt rendah

Fan
ntasi Sekksual

40
4
3
35
3
30
2
25
Sw
wasta
2
20
1
15 Negeri
1
10
5
0
Swasta Negeri

Diagram 4.3
P
Perilaku Sek
ksual Berfanttasi Seksual pada SMA Negeri
N dan Swasta
S

Diagram 4.3, dapat dikettahui bahwa persentase


Berddasarkan tabeel 4.3 dan D

r
rata-rata yan h SMA swasta cenderu
ng diperoleh ung lebih tinggi sedikiit daripada

S
SMA Negerri tetapi menndapatkan krriteria yang sama yakni sangat renddah. Hal ini

b
berarti bahw
wa siswa di SMA negerii dan swastaa pada indikkator berfanttasi seksual

c
cenderung tiidak melakukan perilakuu tersebut
70
 

4
4.1.1.3 Perillaku seksuall remaja paada indikator Membacaa dan melihhat majalah

porno

mbaca dan melihat


Mem m majjalah porno merupakann salah satu
u indikator

p
perilaku sek
ksual remaja dan termasuuk dalam perrilaku seksuaal yang dilak
kukan pada

d sendiri . Berikut hassil penelitiannnya:


diri

Tabel 4.44
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada ind
dikator Memmbaca dan melihat
m majjalah porno

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 27,33
3 Sangatt rendah
Swasta 29,93
3 Sangatt rendah

M
Membacaa dan 
Meelihat Gaambar 
Pornoo
40
30
20 Swasta
Neggeri
10
0
Swassta Negeri

Diagram 4.4
Perilak
ku Seksual Melihat
M dan Membaca
M Gambar Pornoo

Berddasarkan tabbel 4.4 dan Diagram 4.4,


4 dapat diketahui
d baahwa pada

i
indikator meembaca dann melihat maajalah pornoo termasuk kkriteria sang
gat rendah.

K
Kriteria san
ngat rendah artinya bahhwa perilakku seksual m
membaca daan melihat

g
gambar pornno jarang/bellum dilakukan remaja siiswa SMA N
Negeri dan Sw
wasta.
71
 

4
4.1.1.4 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpegangan
B n tangan

Berppegangan tan
ngan meruppakan salahh satu indikkator perilakku seksual

r
remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yang
y dilakukkan dengan orang lain.

B
Berikut hasil penelitiannnya:

Tabel 4.55
Perssentase Ben
ntuk Perilak ku seksual rremaja
p
pada indikaator Berpeggangan tanggan
Sekolah Persentaase Kriiteria
Negeri 45,677 Rendahh
Swasta 46,222 Rendahh

Berpegangan
n Tangan
n

60
50
40
SSwasta
30
20 N
Negeri

10
0
Swastta Negeri

Diagram 4.5
Peerilaku Seksuual Remaja ppada Indikato
or Berpeganngan Tangann di SMA
N
Negeri dan Swasta
S

Berddasarkan tabeel 4.5 dan D


Diagram 4.5 , dapat diketahui bahwaa perolehan

p
persentase SMA
S negeri dan swastaa hanya terpaaut 1,45% ddengan kriteria rendah.

H ini meenandakan pada indikaator berpeg


Hal gangan tanggan cenderu
ung jarang

d
dilakukan siswa SMA negeri dan sw
wasta.

4
4.1.1.5 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpelukan
B
72
 

Berppelukan meruupakan salaah satu indik


kator perilakku seksual remaja
r dan

t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil

p
penelitianny
ya:

Tabel 4.66
Perssentase Ben
ntuk Perilakku seksual rremaja
pada in
ndikator Beerpelukan

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 44,17
7 Rendahh
Swasta 50,03
3 Rendahh

B
Berpelukkan

60
50
40
30 Swasta
20 Negerri
10
0
Swaasta Negeri

Diagram 4.6
Bentuk Perilaku
P Seksual Remajaa pada Indikaator Berpelu
ukan

Berddasarkan tabbel 4.6 dan Diagram 4.6, dapat diiketahui bahhwa kedua

S
SMA baik Negeri dann Swasta m
memperoleh
h kriteria reendah padaa indikator

b
berpelukan. Rendah artiinya bahwa remaja sisw
wa SMA neggeri dan sw
wasta masih

j
jarang melakkukan perilaaku seksual bberpelukan.
73
 

4
4.1.1.6 Benttuk Perilaku seksual rem
maja pada inddikator Kissinng

Berciuman/ kissiing merupakkan salah satu


u indikator bentuk
b perilaaku seksual

r
remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yaang dilakukaan dengan orang
o lain .

B
Berikut hasil penelitiannnya:

Tabel 4.7
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pa
ada indikatoor Berciuman (Kissing)

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 41,81 Rendahh
Swasta 47,85
5 Rendahh

B
Bercium
man

50

40

30
Swaasta
20 Neggeri

10

0
Swasta Negeri

Diagram 4.7
da Indikator Berciuman
Perilaaku Seksual Remaja pad

Berddasarkan tabeel 4.7 dan D


Diagram 4.7,, dapat dikettahui bahwaa perolehan

p
persentase SMA
S Negerii dan Swastta cenderung
g berbeda meskipun
m han
nya terpaut

6
6,04%. Hal ini berarti perilaku sekssual bercium
man lebih serring dilakukaan siswa di

S
SMA swastaa daripada siiswa SMA negeri.
n
74
 

4
4.1.1.7 Perillaku seksual remaja padaa indikator Necking
N

Neckking merupaakan salah satu indikaator perilakuu seksual remaja dan

t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil

p
penelitianny
ya:

Tabel 4.8
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
a indikator M
pada Mencium Leher
L (Neckiing)

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 28,17
7 Sangatt rendah
Swasta 54,73
3 Sedangg

Necking
g

60
0
50
0
40
0
Swasta
30
0
N
Negeri
20
0
10
0
0
Swasta Negeri

Diagram 4.8
Perilaku seeksual pada indikator
i Neccking

Diagram 4.8, dapat dikettahui bahwa perbedaan


Berddasarkan tabeel 4.8 dan D

p
perolehan p
persentase raata-rata sisw
wa SMA Sw
wasta jauh llebih banyak
k daripada

S
SMA Negerri. Hal ini berarti
b bahw
wa perilaku seksual neccking cendeerung lebih

s
sering dilaku
ukan siswa SMA
S swastaa daripada sisswa di SMA
A negeri.
75
 

4
4.1.1.8 Perillaku seksual remaja padaa indikator Petting
P

Petting merupak
kan salah ssatu indikattor perilakuu seksual reemaja dan

t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil

p
penelitianny
ya:

Tabel 4.9
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pada iindicator Peetting

Sekolah Persentaase Kriiteria


Negeri 27,88
8 Sangatt rendah
Swasta 59,9 Sedangg

Petting
g

4
40
3
35
3
30
2
25
Serries2
2
20
1
15 Serries1
1
10
5
0
Swasta Negeri

Diagram 4.9
Perrilaku Seksual Remaja Pada
P Indikatoor Petting

Berddasarkan tabeel 4.9 dan Diagram 4.9, dapat diketaahui bahwa siswa
s SMA

N
Negeri dan Swasta saama-sama mendapatkan
m n kriteria ssangat rendaah dengan

p
perolehan peersentase ratta-rata hamppir sama. Hall ini berarti bbahwa perilaaku seksual

p
petting cendderung jarangg dilakukan baik siswa SMA
S Negerii maupun Sw
wasta.
76
 

4
4.1.1.9 Perillaku seksual remaja padaa indikator Intercouse
In

Interrcouse meruupakan salahh satu indikkator perilakku seksual remaja


r dan

t
termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil

p
penelitianny
ya:

T
Tabel 4.10
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pada ind
dikator Inteercouse
Sekolah Persentaase Kriiteria
Negeri 23,000 Sangatt rendah
Swasta 50,366 Rendahh

Intercou
use

3
30
2
25
2
20
Swasta
1
15
1
10 N
Negeri
5
0
Swastaa Negeri

Diagram 4.10
Perilakku Seksual R
Remaja padaa indikator Inntercouse

Berddasarkan tabeel 4.10 dan Diagram 4.10, dapat dilihat bahwa perbedaan

p
perolehan raata-rata antarra SMA neggeri dan Swaasta tergolonng tinggi denngan selisih

h
hampir 30%
%. Hal ini menandakkan bahwa kecenderunngan perilakku seksual

i
intercouse lebih sering dilakukan ooleh siswa SMA
S swastaa daripada siswa SMA

n
negeri.
77 
 

4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang

berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja siswa SMA se-Kota Semarang.

Pengujian hipotesiss dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda pada output SPSS Versi 17 untuk menguji variabel (X) faktor

determinan yakni faktor motivasi, rasa ingin tahu, berkembangnya organ seksual,

teman sepermainan, orangtua, media dan televisi serta tingkat religiuitas dan

variabel terikat (Y) perilaku seksual remaja. Agar kesimpulan yang diambil tidak

menyimpang maka sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilaksanakan

uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Kemudian

dilanjutkan analisis regresi linear berganda.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilaksanakan untuk menguji apakah model regresi variabel

bebas dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah apabila memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Untuk mengetahui normal tidaknya dapat dilihat dari penyebaran data

(titik) pada sumbu diagonal. Dasar diambilnya keputusan adalah sebagai berikut:

- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar berjarak atau jauh dan mengikuti atau tidak mengikuti

arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.
78 
 

Hasil pengolahan data untuk uji normalitas dapat dilihat dari scatter plot

sebagai berikut :

Gambar 4.1

Berdasarkan gambar diketahui bahwa persebaran titik pada gambar normal

probability plot cenderung membentuk garis diagonal, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal.

4.1.3.2 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut Homoskedasitas. Sebaliknya jika varians berbeda maka disebut

Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah apabila varians dari pengamatan

tetap atau homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mengetahui

heteroskedasitasnya dapat dilihat pada Diagram plot antara nilai prediksi variabel

terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SPESID. Deteksi ada

tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada Diagram scatter plot. Hasil ujinya adalah

Gambar 4.2
79 
 

Dari Diagram dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residual (Y Prediksi – Y sesungguhnya) terlihat titik menyebar secara

acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Tersebar baik di atas maupun di

bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terjadi

heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk

memprediksi faktor determinan perilaku seksual remaja.

4.1.3.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi

ditemukan korelasi antar variabel independent. Jika terjadi, maka terdapat masalah

yang dinamakan problem Multikolinieritas (Multi). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independent. Untuk

mendeteksinya bisa dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation

Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai pedoman bebas multikolinearitas adalah

sebagai berikut:

- Mempunyai nilai VIF dibawah 10

- Mempunyai angka tolerance dibawah 1


80 
 

Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 130.064 17.966 7.240 .000

Motivasi 8.950 3.678 .276 2.433 .003 .304 3.291

Rasaingintahu .562 5.433 .009 .103 .000 .576 1.736

Berkembangnyaorg
4.465 4.082 .107 1.094 .000 .409 2.444
anseksual

Temansepermainan 2.334 3.559 .070 .656 .000 .345 2.901

Orangtua .265 3.152 .006 .084 .000 .879 1.137

Mediadantelevisi 4.821 4.050 .104 1.190 .000 .512 1.953

tingkatreligiuitas 1.223 3.108 .029 .393 .001 .697 1.435


a.DependentVariable:Perilaku seksual

Hasil dari bagian coefficients terlihat untuk ke lima variabel independent

memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu variabel motivasi sebesar 3,291, rasa

ingin tahu sebesar 1,736, variabel berkembangnya organ seksual sebesar 2,444,

teman sepermainan sebesar 2,901 dan variabel orangtua sebesar 1,137, media dan

televisi sebesar 1,953 serta tingkat religiuitas sebesar 1,435. Demikian pula

dengan nilai tolerance masing-masing variabel di bawah angka 1. Variabel

motivasi sebesar 0,304, rasa ingin tahu sebesar 0,576, berkembangnya organ

seksual 0,409, untuk variabel teman sepermainan sebesar 0,345, orangtua sebesar

0,879,media dan televisi sebesar 0,512 dan terakhir untuk variabel tingkat

religiuitas sebesar 0,697. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

tersebut tidak memiliki problem multikolinearitas dan data bisa dipakai.


81 
 

4.1.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui adanya

pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent yang dibantu

dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Berdasarkan tabel dibawah, maka persamaan regresi yang terbentuk pada

uji regresi ini adalah :

Y=130,064+8,950X1+0,562X2+4,465X3+2,334X4+0,265X5+4,821X6+1,223X7

Adapun tabel hasil analisisnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 130.064 17.966 7.240 .000

Motivasi 8.950 3.678 .276 12.433 .003

Rasaingintahu .562 5.433 .009 9.103 .000

Berkembangnyaorganseksual 4.465 4.082 .107 2.094 .000

Temansepermainan 2.334 3.559 .070 2.656 .000

Orangtua .265 3.152 .006 1.984 .000

Mediadantelevisi 4.821 4.050 .104 1.990 .000

Tingkatreligiuitas 1.223 3.108 .029 3.393 .001

a.DependentVariable:Perilaku seksual

Dari persamaan regresi ganda tersebut dapat dilihat bahwa:

a. Variabel Motivasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

seksual siswa SMA se-Kota Semarang


82 
 

b. Variabel Rasa ingin tahu (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang

c. Variabel Berkembangnya organ seksual (X3) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang

d. Variabel Teman sepermainan (X4) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang

e. Variabel Orangtua (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

seksual siswa SMA se-Kota Semarang

f. Variabel Media dan Televisi (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang

g. Variabel Religiuitas (X7) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

seksual siswa SMA se-Kota Semarang

Uji Hipotesis

4.1.2.5.1 Uji t

Yaitu pengujian koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Ho diterima apabila : t hitung < t tabel

- Ho ditolak apabila : t hitung > t tabel

- Level of Significance (tingkat signifikan) α = 5% atau 0,05

- Tingkat kepercayaan yang digunakan 95%

- df n-1, df=344-1=343
83 
 

- t tabel = 1,96

a. Tes Hipotesis Pengaruh Motivasi (X1) Terhadap Perilaku Seksual Remaja

(Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 12,443 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel motivasi

(X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

b. Tes Hipotesis Pengaruh Rasa Ingin Tahu (X2) Terhadap Perilaku Seksual

Remaja (Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja

(Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 9,103 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya


84 
 

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Rasa ingin

tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

c. Tes Hipotesis Pengaruh Berkembangnya Organ Seksual (X3) Terhadap

Perilaku Seksual Remaja (Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku

seksual remaja (Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku seksual

remaja (Y)

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,094 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel

Berkembangnya Organ Seksual (X3) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

d. Tes Hipotesis Pengaruh Teman Sepermainan (X4) Terhadap Perilaku

Seksual Remaja (Y)

Dikemukakan hipotesis

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual

remaja (Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y)


85 
 

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,656 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Teman

sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

e. Tes Hipotesis Pengaruh Orangtua (X5) Terhadap Perilaku Seksual Remaja

(Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,984 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua

(X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

f. Tes Hipotesis Pengaruh Media dan Televisi (X6) Terhadap Perilaku

Seksual Remaja (Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel Orangtua (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

media dan televisi (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)


86 
 

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,990 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua

(X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

g. Tes Hipotesis Pengaruh Tingkat Religiuitas (X7) Terhadap Perilaku

Seksual Remaja (Y)

Dikemukakan hipotesis:

Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara

variabel tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja

(Y)

Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel

Tingkat Religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja (Y)

Dari perhitungan didapat nilai t hitung 3,393 ≥ 1,96 dengan signifikansi

sebesar 0,01 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua

(X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y).

Kemudian dilanjutkan menganalisis variabel satu per satu untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh tiap variabel X. Dan dibawah ini adalah

tabel yang menunjukkan besar pengaruh tiap variabel X.

Tabel 4.13
Persentase Pengaruh Variabel

Model Standardized Pengaruh


Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
Motivasi 8.950 3.678 .276 12.433 .000 12,2%
87 
 

Rasa Ingin Tahu .562 5.433 .009 9.103 .003 15,6%

Berkembangnya 4.465 4.082 .107 2.094 .000 13,6%


Organ Seksual
Teman 2.334 3.559 .070 2.656 .000 9,3%
Sepermainan

Orangtua .265 3.152 .006 1.984 ,000 4,8%


Media dan 4.821 4.050 .104 1.990 .000 14,5%
Televisi
Tingkat 1.223 3.108 .029 3.393 .001 8,9%
Religiuitas

a. Dependent Variable: PerilakuSeksual

4.1.1.6 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas faktor motivasi (X1), rasa ingin

tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), Teman sepermainan (X4), orangtua

(X5), media dan televisi (X6) dan religiuitas (X7), terhadap perilaku seksual (Y).

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut.

Tabel 4.13
Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson

1 .396a .157 .129 24.279 1.585

a. Predictors: (Constant), tingkatreligiuitas, Orangtua, Rasaingintahu, Mediadantelevisi,


Berkembangnyaorganseksual, Temansepermainan, Motivasi

b. Dependent Variable: Perilakuseksual

Angka R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,157, namun untuk

jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik digunakan Adjusted R
88 
 

Square, adalah 0,129 (selalu lebih kecil dari R Square, hal itu berarti bahwa

variasi perubahan perilaku seksual (Y) dipengaruhi oleh perubahan motivasi (X1),

rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), teman sepermainan (X4),

orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan tingkat religiuitas (X7) sebesar 12,90%.

Jadi besarnya pengaruh motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ

seksual (X3), teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan

tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual (Y) sebesar 12,90%, sedangkan

sisanya sebesar 83,10% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran tentang perilaku seksual remaja

Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang

bersifat wajar. Disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan

orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah

laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari

anak-anak menuju ke dewasa. Maraknya isu mengenai perilaku seksual remaja

yang cenderung memburuk akhir-akhir inilah yang menjadi alasan penelitian ini

dilakukan.

Bentuk perilaku seksual ada dua jenis yaitu perilaku seksual yang

dilakukan pada diri sendiri dan melibatkan orang lain. Adapun perilaku seksual

yang dilakukan pada diri sendiri yaitu masturbasi, fantasi seksual, dan melihat

serta membaca gambar porno. Sedangkan perilaku seksual yang melibatkan orang
89 
 

lain yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman (kissing), mencium leher

(necking), petting, dan intercouse.

Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap persentase kedua jenis

perilaku seksual di SMA Negeri dan Swasta se-Kota Semarang, terdapat

kesimpulan bahwa Persentase Bentuk Perilaku seksual siswa SMA se-Kota

Semarang sebagian besar termasuk dalam kriteria rendah. Artinya, sebagian besar

siswa SMA se-Kota Semarang belum melakukan tindakan/ perilaku seksual, baik

yang dilakukan pada diri sendiri maupun yang melibatkan orang lain. Adapun

presentase tertinggi dari perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang adalah

Berperlukan. Artinya, sebagian besar siswa SMA se-Kota Semarang cenderung

telah melakukan perilaku seksual berpelukan daripada yang lainnya.

Pada jenis perilaku seksual masturbasi, siswa SMA negeri memperoleh

hasil persentase lebih rendah daripada siswa SMA swasta. Hal ini berarti bahwa

perilaku seksual yang dilakukan remaja siswa SMA swasta cenderung lebih tinggi

daripada SMA negeri. Sehingga perlu adanya kontrol dari pihak sekolah maupun

orangtua agar Persentase Bentuk Perilakunya tidak semakin berkembang. Menurut

pendapat peneliti, perilaku masturbasi ini biasanya dilakukan karena siswa butuh

pelampiasan hasrat seksualnya. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya

pantauan orang tua dalam pergaulan siswa baik di sekolah maupun dengan teman

sebayanya. Mereka cenderung mengikuti perilaku yang dilakukan oleh teman-

temannya. Sebagai contoh apabila seorang temannya melakukan ciuman (kissing)

dan teman tersebut bercerita kepada teman-temannya secara tidak langsung hal ini

dapat memberikan motivasi serta rasa ingin tahu yang besar kepada teman-
90 
 

temannya. Motivasi dan rasa ingin tahu ini yang menyebabkan timbulnya perilaku

seksual. Selain itu ketika dalam konteks berpacaran mereka melakukan ciuman

untuk membuktikan rasa sayangnya terhadap pasangan mereka. Terlebih lagi

pengaruh cerita teman-temannya yang mengatakan bahwa berciuman itu nikmat,

serta informasi dari majalah dan gambar-gambar porno yang turut andil dalam

mempengaruhi perilaku seksual mereka.

Kemudian pengaruh cerita teman-temannya juga mempengaruhi pikiran

para remaja. Bagi yang mempunyai pasangan mereka melampiaskan hasrat seks

nya dengan pasangannya tetapi bagi yang tidak mempunyai pasangan mereka

cenderung memilih untuk berfantasi seksual. Mereka menganggap dengan fantasi

seksual akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Selain aman, fantasi seksual

juga tidak merugikan orang lain. Hasil penelitian menjelaskan bahwa remaja

siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan fantasi seksual,

ditinjau dari rendahnya persentase yang didapat baik SMA Negeri maupun

Swasta. Fantasi-fantasi seksual yang dilakukan remaja inilah yang merupakan

awal terjadinya perilaku seksual selanjutnya yang lebih parah. Maka dari itu

pencegahan lebih dini perlu dilakukan untuk mengurangi perilaku seksual yang

dilakukan remaja.

Perilaku seksual remaja sangat erat kaitannya dengan maraknya gambar-

gambar porno yang dapat dengan mudahnya dikonsumsi para remaja baik lewat

media televisi, majalah maupun internet. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

pada indikator membaca dan melihat gambar porno mendapatkan kriteria sangat

rendah baik siswa SMA negeri maupun swasta. Sehingga dapat diketahui bahwa
91 
 

siswa SMA se-kota Semarang cenderung menghindari perilaku seksual tersebut.

Tetapi hal tersebut juga tidak langsung membuat kita menjadi lega dan kemudian

kurang memperhatikan para remaja khususnya siswa SMA. Karena pesatnya

perkembangan media di era sekarang mampu mempengaruhi perilaku remaja

khusunya perilaku seksualnya. Gambar-gambar porno yang semakin lama

semakin mudah diakses akan menjadi pengaruh buruk bagi remaja. Maka dari itu

menurut peneliti perlu adanya pembatasan akses internet dan tontonan serta

bacaan bagi remaja khusunya siswa SMA.

Meningkatnya perilaku seksual remaja dan dalam hal ini adalah siswa

dikarenakan adanya faktor perubahan dan perkembangan organ seksualnya. Siswa

SMA termasuk dalam kategori remaja. Dalam usia remaja faktor perubahan-

perubahan hormon yang meningkat pada hasrat seksual/ libido seksual (Sarwono,

2007: 153). Perkembangan organ seksual yang mempengaruhi hasrat seksual

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual seperti ciuman,

mencium leher dan meraba-raba daerah sensitif masing-masing pasangan.

Perilaku seksual lainnya yaitu berpegangan tangan. Banyak yang

menganggap bahwa berpegangan tangan pada jaman sekarang adalah hal yang

wajar. Tetapi bagi peneliti berpegangan tangan merupakan langkah awal untuk

melakukan perilaku seksual lainnya. Sejalan dengan indikator ke-2 faktor

determinan munculnya perilaku seksual yakni rasa ingin tahu. Dari berpegangan

tanganlah akan muncul perasaan yang lain sehingga pelaku ingin melakukan

perilaku seksual yang lebih parah. Perasaan inilah yang wajar dimiliki setiap

remaja. Hasil penelitian pada indikator berpegangan tangan memperoleh kriteria


92 
 

rendah baik SMA negeri maupun swasta. Hal ini berarti bahwa remaja siswa SMA

se-Kota Semarang cenderung jarang melakukan perilaku tersebut. Kemudian

remaja yang awalnya hanya melakukan pegangan tangan dengan pasangannya

lambat laun akan beranjak ke perilaku seksual selanjutnya yaitu berpelukan.

Dengan berpelukan remaja akan merasa nyaman seperti yang dikemukakan

Sarwono (2002: 164) bahwa “setelah mereka (remaja) sudah saling berpegangan

tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan

saling melindungi dalam hubungan berpacaran.” Hasil penelitian menjelaskan

pada indikator berpelukan siswa SMA negeri dan swasta mendapatkan kriteria

rendah. Hal ini berarti siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan

perilaku seksual tersebut. Meskipun mendapatkan kriteria rendah tetapi pantauan

baik orang tua maupun sekolah perlu ditingkatkan agar tidak berlanjut ke arah

perilaku seksual yang lebih parah. Menurut peneliti sebagai orangtua hendaknya

menjelaskan secara detil dan bijak ketika anaknya dalam hal ini adalah remaja

bertanya seputar masalah seksual. Orangtua sebaiknya tidak memandang

pertanyaan tersebut sebagai hal yang tabu, melainkan suatu hal yang wajib

diketahui sejak dini. Dengan begitu remaja akan lebih terbuka kepada orangtuanya

dan orangtua pun akan mudah memantau perkembangan anaknya.

Selanjutnya perilaku seksual berciuman. Perilaku seksual ini merupakan

perilaku yang biasanya dilakukan oleh mereka (pasangan remaja) yang telah

merasa nyaman melakukan perilaku seksual berpelukan. Hal ini dilakukan untuk

membuktikan rasa sayangnya kepada pasangannya. Seperti yang dikemukakan

oleh Sarwono (2002: 164) bahwa setelah sudah berani saling berpelukan maka
93 
 

mereka membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu berlanjut

dengan saling memainkan bibir pasangannya masing-masing dengan

membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka masing-masing.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa perolehan hasil pada indikator berciuman

siswa SMA negeri dan swasta sama rendah. Meskipun demikian tidak menutup

kemungkinan hasil tersebut akan meningkat jika tidak adanya perhatian yang

maksimal baik dari orangtua maupun pihak sekolah. Maka dari itu peningkatan

pantauan terhadap diri remaja khususnya siswa SMA lebih ditingkatkan lagi

dengan cara baik orangtua maupun sekolah menjalin komunikasi yang baik

dengan siswa sehingga akan muncul keterbukaan siswa kepada pihak sekolah

salah satunya dengan guru bk dan terlebih lagi terbuka dengan orangtuanya.

Kemudian setelah berciuman perilaku seksual lainnya yaitu mencium

leher/ necking. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perolehan hasil persentase

siswa SMA negeri sangat rendah sedangkan siswa SMA swasta sedang. Sehingga

dapat dilihat bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan

perilaku seksual necking daripada SMA negeri. Hal ini mungkin dikarenakan

faktor internal yang mempengaruhi perilaku tersebut yakni teman sepermainan.

Perilaku selanjutnya adalah petting. Petting dilakukan karena siswa yang

membutuhkan penyaluran hasrat libido tetapi mereka tidak mau mengambil resiko

dan takut hamil, sehingga mereka melakukan petting dan masih menggunakan

pakaian lengkap. Sesuai dengan pendapat Dianawati (dalam Supriyati, 2009: 26),

hal ini terjadi karena mereka beranggapan dengan persatuan secara seksual

merupakan tanda atau bukti bahwa cinta terhadap pasangan begitu mendalam.
94 
 

Hasil penelitian pada indikator petting menjelaskan bahwa perolehan hasil

persentase siswa SMA negeri rendah sedangkan SMA swasta sedang. Hal ini

membuktikan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan

perilaku seksual petting daripada siswa SMA negeri. Maka dari itu perhatian lebih

terhadap diri remaja perlu ditingkatkan agar remaja khususnya siswa SMA tidak

terjerumus ke dalam perilaku seksual yang lebih jauh lagi. Karena hal itu tidak

merugikan orang lain tetapi dirinya sendiri.

Lalu perilaku seksual petting ini membuka jalan untuk melakukan perilaku

seksual yang lebih jauh lagi yaitu intercouse (berhubungan intim). Intercouse

terjadi akibat remaja dalam hal ini siswa tidak dapat membendung lagi gairah seks

nya dikarenakan rasa cinta dan hormon yang meningkat. Hal ini seperti yang

dikemukakan Sarwono (2002: 164) bahwa “pada tahap ini getaran dan gairah seks

sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan seksual atau

yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang

dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang tidak dapat terbendung lagi.” Hasil

penelitian pada indikator intercouse menjelaskan bahwa perolehan hasil

persentase siswa SMA negeri tergolong sangat rendah sedangkan perolehan

persentase SMA swasta tergolong rendah. Perbedaan perolehan kriteria tersebut

menunjukkan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan

perilaku seksual intercouse dibandingkan dengan siswa SMA negeri.

Kemudian meski perolehan persentase untuk siswa SMA se-kota

Semarang masih tergolong rendah alangkah lebih baiknya dilakukan langkah-

langkah pencegahan, terlebih sebagai seorang konselor turut bertanggungjawab


95 
 

dalam perilaku siswa didiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

seminar maupun konsultasi masalah seksual yang dilakukan secara berkala, baik

mingguan, bulanan maupun semesteran, sehingga pengetahuan siswa mengenai

masalah seksual lebih mendalam. Selain itu peran orangtua sangat penting dalam

hal ini. Sehingga orangtua wajib memberikan pendidikan seks kepada anaknya

sejak dini dan tidak lagi menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan yang

dilontarkan seputar seks adalah hal yang tabu atau tidak layak untuk

dipertanyakan. Hal ini akan membuat remaja lebih nyaman untuk bertanya

langsung kepada orangtuanya ataupun guru bk yang bersangkutan daripada

mencari tahu sendiri melalui media internet atau bertanya kepada temannya.

Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka siswa akan lebih terjerumus dalam

kenikmatan sesaat tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.

4.2.2 Gambaran tentang faktor determinan penyebab perilaku seksual


remaja

Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya melainkan adanya faktor

yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil

penelitian, secara keseluruhan faktor-faktor determinan perilaku seksual di SMA

se-Kota Semarang menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh positif

terhadap perilaku seksual. Dimana faktor-faktor determinan perilaku seksual ini

terdiri dari faktor internal yaitu motivasi, rasa ingin tahu dan berkembangnya

organ seksual, sedangkan faktor eksternal yaitu teman sepermainan, orangtua,

media dan televisi serta religiuitas.


96 
 

Faktor determinan pertama adalah motivasi dengan pengaruh sebesar

12,2%. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan

mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang

remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan

didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,

tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh

kelompok (konformitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi

berpengaruh positif dan paling signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA

se-Kota Semarang dibandingkan dengan faktor determinan yang lain.

Faktor determinan yang kedua yaitu rasa ingin tahu dengan pengaruh

sebesar 15,6%. Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa

ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini

merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Menurut peneliti seorang remaja ingin

mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui

pengalaman mereka sendiri, dan disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam

kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang

berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor rasa ingin tahu berpengaruh positif

terhadap perilaku seksual.

Faktor determinan selanjutnya adalah berkembangnya organ seksual

dengan pengaruh sebesar 13,6%. Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan

organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis

kelamin. Dikemukakan dalam Sarwono (1991) bahwa gonads (kelenjar seks) yang
97 
 

tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh

(khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga

berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial. Ketertarikkan antar

lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta

memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.

Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul

konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat

adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila

dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka

dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih

sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah

remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan

jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan

terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-

benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkembangnya organ seksual memiliki

pengaruh terhadap perilaku seksual remaja.

Kemudian faktor determinan teman sepermainan 9,3%. Pada masa remaja,

kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi. Menurut peneliti ikatan peer-

group seringkali menggantikan ikatan keluarga, selain itu mereka juga merupakan

sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai

tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Pengaruh teman


98 
 

seringkali menyebabkan individu tersebut melakukan hal yang sama, yang disini

berarti perilaku seksual. Jika seorang teman dalam peer group pernah melakukan

suatu perilaku seksual dan dia bercerita dengan sesamanya dalam suatu kelompok

maka tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan ditiru dan

dilakukan oleh individu lainnya dalam kelompok tersebut. Hal ini erat kaitanyya

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor teman sepermainan

memilki pengaruh positif dalam terbentuknya perilaku seksual remaja.

Lalu faktor determinan yang lain adalah orangtua dengan pengaruh sebesar

4,8%. Menurut pendapat peneliti pada dasarnya Perilaku yang tidak sesuai dengan

tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua.

Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks

kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku

seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal tersebut

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sarwono (1998) yang menyebutkan

bahwa pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh

orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam

keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Hasil penelitian juga

menjelaskan bahwa orangtua berpengaruh positif terhadap perilaku seksual yang

terjadi pada remaja. Maka dari itu pendidikan seks yang diajarkan oleh orangtua

harus dimulai sejak dini, agar perilaku anak tersebut ke depannya tidak berlanjut

ke arah negatif.

Faktor determinan lainnya yaitu media dan televisi dengan pengaruh

sebesar 14,5%. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja
99 
 

dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja

Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu

menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja

tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam

lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa

“Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang

sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi

dengan dunia nyata.” Kemudian hasil penelitian menyebutkan bahwa media dan

televisi memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya perilaku seksual. Maka dari

itu diperlukan adanya pengetahuan seksual yang benar sehingga dapat memimpin

seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat

membantu membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas.

Selanjutnya adalah faktor religiuitas dengan pengaruh sebesar 8,9%. Kata

religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan. Religi

(Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang

harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang atau

kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam

sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Sehingga dapat dismpulkan bahwa

religiusitas merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia

ataupun alam sekitarnya dimana hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat

dilihat dalam ibadah yang dilakukan setiap harinya. Semakin tinggi nilai agama

yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah remaja maka perilaku yang dihasilkan

akan semakin terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang yang salah satunya
100 
 

adalah perilaku seksual. Contoh seseorang yang rajin beribadah akan semakin

sering mendapat pesan atau ajaran yang melarang hubungan seks sebelum

menikah sehingga remaja tersebut akan cenderung kurang permisif dalam sikap

berperilaku seksual. Maka dari itu untuk menghindari perilaku seksual, remaja

hendaknya membentengi dirinya dengan ilmu agama yang sesuai dengan

keyakinannya.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang

ditemui. Adapun keterbatasan tersebut antara lain :

1. Kemungkinan adanya jawaban faking (jawaban tidak sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya) dari responden karena alasan tertentu, meskipun

peneliti sudah berupaya menjelaskan kepada para responden untuk jujur

dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

atau sesuai dengan pemahaman dirinya.

2. Siswa mengisi angket 2 kali yaitu angket perilaku seksual dan angket

faktor determinan untuk keperluan penelitian sehingga siswa merasa

jenuh.
 

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam perilaku seksual remaja dan faktor

determinannya di SMA se-Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa :

1) Bentuk perilaku seksual yang cenderung dilakukan oleh remaja di SMA

se-Kota Semarang adalah berpelukan. Bentuk perilaku seksual yang lain

seperti berpegangan tangan, berciuman, necking, petting dan intercouse

cenderung dilakukan tetapi memperoleh kriteria rendah dan sangat rendah.

2) Faktor-faktor determinan perilaku seksual yang paling berpengaruh

terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang yaitu media

dan televisi. Sedangkan faktor determinan yang lain seperti motivasi, rasa

ingin tahu, berkembangnya organ seksual, teman sepermainan, orangtua

serta tingkat religiusitas cenderung tidak banyak berpengaruh terhadap

perilaku seksual remaja.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di SMA se-Kota Semarang, maka

dapat direkomendasikan beberapa saran:

5.2.1 Orangtua siswa SMA se-Kota Semarang diharapkan lebih pro aktif dan

terbuka dalam komunikasi dengan anaknya serta menanamkan pendidikan

seks bagi remaja sejak dini.

109
110 
 

5.2.2 Pihak sekolah terutama guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat

memberikan konsultasi ataupun seminar rutin mengenai masalah seksual

agar siswa mendapatkan pengetahuan seksual yang tepat.


 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Asrori, Ali. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ekasari, Dewi. 2009. Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan sikap
Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI SMA
PGRI 1 Pemalang. Skripsi: UNNES

Geldard. 2011. Konseling Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta

Monks. E.W,dkk. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Press

Hurlock, Elisabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Erlangga

Santrock, John. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: PT.


Erlangga

Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada

Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Singarimbun, M. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES

Sugiyono.2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Supriyati. 2009. Hubungan Tingkat Perkembangan Moral Dengan Perilaku


Seksual Pada Siswa Yang Bertempat Tinggal di Pusat Kegiatan Siswa
(PKM) UNNES Tahun 2008/2009. Skripsi: UNNES

111
112 
 

Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. MAKARA Vol 10, No. 1
Juni 2006: 29-40.

Wibowo. E.W, dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
PERSS.

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
113
 
114 
 

Lampiran 1
DAFTAR SISWA SMA SE-KOTA SEMARANG
 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Ngaliyan RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                            
     
 SMA Negeri 07   199   159   149   202   149   195   497   556   1,053  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                       
     
 SMA Negeri 08   118   205   107   198   83   212   308   615   923   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   317   364   256   400   232   407   ‐   ‐   805   1,171   1,976  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
     
 SMA Bina Nusantara   31   29   24   4   32   9   87   42   129   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                                
 JUMLAH   31   29   24   4   32   9   ‐   ‐   87   42   129   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 MA Darul Ulum   13   11   11   11   9   7   33   29   62   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 MA Nurussalam   11   20   14   17   9   9   34   46   80   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 JUMLAH                                                                                                                                                                                               
115 
 
24   31   25   28   18   16   ‐   ‐   67   75   142   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                              
 JUMLAH   372   424   305   432   282   432   ‐   ‐   959   1,288   2,247  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Tugu RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                               
     
 MA NU Nurul Huda   40   102   46   77   42   79   128   258   386   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                               
     
 MA Uswatun Hasanah   15   20   15   21   18   20   48   61   109   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                              
 JUMLAH   55   122   61   98   60   99   ‐   ‐   176   319   495   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
116 
 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
Semarang 
RC‐SM 
KECAMTAN  :  Barat
KEMENDIKNAS Kota 
KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
PROVINSI        :  Jawa Tengah
HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  1 & 2 (Negeri dan Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                           
     
 SMA Negeri 06   176   220   163   230   139   217   478   667   1,145  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
 JUMLAH   176   220   163   230   139   217   ‐   ‐   478   667   1,145  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                  
     
 SMA Kesatrian 1   106   100   177   228   215   263   498   591   1,089  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                           
     
 SMA Nusa Bhakti   34   6   30   8   32   9   96   23   119   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 SMA Ronggolawe   10   15   26   20   23   15   59   50   109   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                            
     
 SMA Widya Wiyata   11   ‐   10   ‐   20   ‐   41   ‐   41   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
     
 SMA Dian Kartika   6   14   12   3   13   7   31   24   55   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Krista Mitra   52   70   71   50   74   57   197   177   374   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                
     
 SMA Citischool   12   5   5   14   6   ‐   23   19   42   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Kristen Tri Tunggal                                                                                                                                                                          
117 
 
69   58   37   63   31   56   137   177   314   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                        
     
 SMA Kristen Terang Bangsa   98   103   50   64   55   45   203   212   415   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Setiabudhi   29   43   50   52   44   71   123   166   289   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   427   414   468   502   513   523   ‐   ‐   1,408  1,439   2,847  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   603   634   631   732   652   740   ‐   ‐   1,886  2,106   3,992  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Semarang Utara RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                     
     
 SMA Negeri 14    147   138   107   140   102   143   356   421   777   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Masehi 1 PSAK    34   35   41   43   56   35   131   113   244   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 JUMLAH                                                                                                                                                                            
118 
 
181   173   148   183   158   178   ‐   ‐   487   534   1,021  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Semarang Tengah RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                  
     
 SMA Negeri 03   158   275   161   278   185   281   504   834   1,338  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                  
     
 SMA Negeri 05   164   232   169   234   132   197   465   663   1,128  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   322   507   330   512   317   478   ‐   ‐   969   1,497   2,466  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                         
     
 SMA Kolese Loyola   136   118   135   99   141   92   412   309   721   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                              
     
 SMA Kebon Dalem   28   26   30   23   31   38   89   87   176   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                               
     
 SMA Nusaputera   26   22   17   14   16   16   59   52   111   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Theresiana 1   81   51   60   71   62   57   203   179   382   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                               
     
 SMA Mataram   8   9   6   8   17   16   31   33   64   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Walisongo                                                                                                                                                                          
119 
 
48   47   38   51   37   52   123   150   273   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                     
     
 SMA Purusatama   ‐   ‐   ‐   ‐   7   6   7   6   13   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                 
     
 SMA Theresiana 2   ‐   ‐   ‐   ‐   22   16   22   16   38   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 SMA Masehi 3 PSAK   17   22   23   18   19   20   59   60   119   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   344   295   309   284   352   313   ‐   ‐   1,005  892   1,897  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   666   802   639   796   669   791   ‐   ‐   1,974  2,389   4,363  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Semarang Timur RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                     
     
 SMA Institut Indonesia   126   128   128   143   123   142   377   413   790   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Karangturi                                                                                                                                                              
120 
 
138   132   103   116   118   131   359   379   738   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                           
     
 SMA Kristen YSKI   61   68   50   95   53   77   164   240   404   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                     
     
 SMA  Advent   1   3   6   3   6   1   13   7   20   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                 
     
 SMA Pancasila   4   3   16   ‐   11   2   31   5   36   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   330   334   303   357   311   353   ‐   ‐   944   1,044   1,988  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Gayamsari RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                     
     
 SMA Kesatrian 2   149   156   139   152   131   193   419   501   920   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                       
     
 SMA Agus Salim   13   19   13   11   12   19   38   49   87   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Perdana                                                                                                                                                                                        
121 
 
5   7   19   4   15   7   39   18   57   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                               
     
 SMA Al Fattah Terboyo   19   20   23   11   18   18   60   49   109   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
 JUMLAH   186   202   194   178   176   237   ‐   ‐   556   617   1,173  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Genuk RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
PROVINSI        :  Jawa Tengah
HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  1 & 2 (Negeri dan Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                  
     
 SMA Negeri 10   110   140   98   140   84   123   292   403   695   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                       
 JUMLAH   110   140   98   140   84   123   ‐   ‐   292   403   695   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                            
            7       
 SMA Al Islam   10   5   5   10   3   18   22   40   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                        
          53       
 SMA Islam Sultan Agung 3   27   30   38   45   31   96   128   224   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                             
          60 
 JUMLAH   37   35   43   55   34   ‐   ‐   114   150   264   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 MA Negeri 2                                                                                                                                                                      
122 
 
56   109   61   90   85   121   202   320   522   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                           
 JUMLAH   56   109   61   90   85   121   ‐   ‐   202   320   522   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                      
          81       
 MA Hidayatus Subbyan   51   90   35   66   47   133   237   370   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                      
          63       
 MA Futuhiyyah Kudu   38   61   33   33   39   110   157   267   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                    
 JUMLAH   89   151   68   99   86   144   ‐   ‐   243   394   637   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   292   435   270   384   289   448   ‐   ‐   851   1,267   2,118  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Pedurungan RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                  
     
 SMA Negeri 02    148   268   136   249   146   208   430   725   1,155  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 JUMLAH                                                                                                                                                                            
123 
 
148   268   136   249   146   208   ‐   ‐   430   725   1,155  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                               
     
 SMA Masehi 2 PSAK   34   25   19   15   42   33   95   73   168   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                           
     
 SMA PGRI 1    14   2   19   11   28   8   61   21   82   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                         
     
 SMA Kyai Ageng Pandanaran   ‐   ‐   ‐   ‐   4   8   4   8   12   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Gita Bahari   47   36   63   54   51   82   161   172   333   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                
     
 SMA At Thohiriyyah   25   25   ‐   ‐   ‐   ‐   25   25   50   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                        
 JUMLAH   120   88   101   80   125   131   ‐   ‐   346   299   645   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                            
     
 MA Negeri 1   139   248   140   238   121   235   400   721   1,121  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
 JUMLAH   139   248   140   238   121   235   ‐   ‐   400   721   1,121  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                 
     
 MA Darus Sa'adah   ‐   ‐   22   14   9   6   31   20   51   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
     
 MA Al Wathoniyyah   39   39   36   17   32   23   107   79   186   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 MA Infarul Ghoy   22   17   14   20   12   15   48   52   100   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 MA Syaroful Millah   18   24   15   33   9   17   42   74   116   ‐   1   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                
 JUMLAH   79   80   87   84   62   61   ‐   ‐   228   225   453   ‐   1   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                           
 JUMLAH   486   684   464   651   454   635   ‐   ‐   1,404  1,970   3,374  ‐   1   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
124 
 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Tembalang RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                               
     
 SMA Negeri 15   131   156   136   143   122   153   389   452   841   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                    
 JUMLAH   131   156   136   143   122   153   ‐   ‐   389   452   841   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
     
 MA Al Ishlah   17   12   8   11   10   10   35   33   68   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 MA Darut Taqwa   23   19   18   28   33   36   74   83   157   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
     
 MA Husnul Khatimah   28   37   27   45   27   37   82   119   201   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
     
 MA Azzuhdi   44   44   41   29   23   12   108   85   193   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
     
 MA Taqwal Illah   ‐   ‐   51   60   27   50   78   110   188   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                    
 JUMLAH   112   112   145   173   120   145   ‐   ‐   377   430   807   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
 JUMLAH   243   268   281   316   242   298   ‐   ‐   766   882   1,648  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
125 
 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Mijen RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
PROVINSI        :  Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                   
     
 SMA Negeri 13   100   169   83   157   82   124   265   450   715   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                         
     
 SMA Negeri 16    70   70   69   93   99   128   238   291   529   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
 JUMLAH   170   239   152   250   181   252   ‐   ‐   503   741   1,244  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                             
     
 SMA Muhammadiyah 2   13   3   9   8   14   11   36   22   58   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                           
     
 SMA Unggulan Nurul Islami   7   16   6   17   17   16   30   49   79   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                    
 JUMLAH   20   19   15   25   31   27   ‐   ‐   66   71   137   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
     
 MA Baitussalam    51   ‐   24   ‐   25   ‐   100   ‐   100   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                     
     
 MA NU Al Hikmah   18   19   15   21   6   5   39   45   84   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 JUMLAH                                                                                                                                                                                               
126 
 
69   19   39   21   31   5   ‐   ‐   139   45   184   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
 JUMLAH   259   277   206   296   243   284   ‐   ‐   708   857   1,565  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Gunungpati RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                 
     
 SMA Negeri 12   135   177   138   172   81   162   354   511   865   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                              
   135   177   138   172   81   162   ‐   ‐   354   511   865   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                 
     
 SMA YPE   9   5   7   1   12   9   28   15   43   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   1  
                                                                                                                                                                                 
     
 SMA Islam Pragolapati   15   6   7   8   4   8   26   22   48   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Semesta   56   54   61   74   69   60   186   188   374   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Al Uswah                                                                                                                                                                                            
127 
 
6   5   4   6   4   7   14   18   32   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                
   86   70   79   89   89   84   ‐   ‐   254   243   497   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   1  
                                                                                                                                                                 
     
 MA Al Asror   62   71   52   83   43   65   157   219   376   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
     
 MA Nudia   25   25   16   28   2   7   43   60   103   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                      
   87   96   68   111   45   72   ‐   ‐   200   279   479   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                      
 JUMLAH   308   343   285   372   215   318   ‐   ‐   808   1,033   1,841  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   1  
*) Coret yang tidak sesuai 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Banyumanik RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                                  
     
 SMA Negeri 04    134   216   183   203   177   214   494   633   1,127  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Negeri 09                                                                                                                                                              
128 
 
140   184   147   154   128   152   415   490   905   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                             
 JUMLAH   274   400   330   357   305   366   ‐   ‐   909   1,123   2,032  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                               
     
 SMA Nasional   12   1   18   ‐   27   2   57   3   60   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Mardisiswa   59   71   51   75   78   75   188   221   409   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                 
     
 SMA Islam Hidayatullah   61   34   45   44   31   41   137   119   256   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
 SMA Permata Bangsa                                                                                                                                                                                          
     
International   ‐   2   3   4   1   2   4   8   12   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   132   108   117   123   137   120   ‐   ‐   386   351   737   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                
     
 MA Al Burhan   10   16   14   12   13   23   37   51   88   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                     
 JUMLAH   10   16   14   12   13   23   ‐   ‐   37   51   88   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   416   524   461   492   455   509   ‐   ‐   1,332  1,525   2,857  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Semarang Selatan RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI         :  Tengah
HALAMAN   :   
STATUS SEKOLAH         :  1 & 2 (Negeri dan Swasta)  3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
129 
 

(1)  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF!  #REF! 
                                                                                                                                                   
     
 SMA Negeri 11    169   195   189   164   139   140   497   499   996   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                           
     
 SMA Negeri 01    188   248   158   226   164   250   510   724   1,234  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
        ‐  
 JUMLAH   357   443   347   390   303   390   ‐   1,007   1,223  2,230  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                              
     
 SMA Sedes Sapientiae   131   148   107   157   113   162   351   467   818   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                              
     
 SMA Islam Sultan Agung 1   114   110   175   124   195   164   484   398   882   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                         
     
 SMA Sepuluh Nopember   8   7   18   12   14   16   40   35   75   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                               
     
 SMA Nasima   41   35   37   40   35   41   113   116   229   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                          
        ‐  
 JUMLAH   294   300   337   333   357   383   ‐   988   1,016  2,004  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                          
     
 MA Al Khoiriyah   ‐   ‐   9   11   10   9   19   20   39   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                                                        
        ‐  
 JUMLAH   ‐   ‐   9   11   10   9   ‐   19   20   39   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                   
 JUMLAH   651   743   693   734   670   782   ‐           ‐   2,014   2,259  4,273  ‐   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
130 
 

 
 
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 
KECAMTAN  :  Candisari RC‐SM 
Kota 
KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA  :  Semarang
Jawa 
PROVINSI        :  Tengah
1 & 2 (Negeri dan  HALAMAN   
STATUS SEKOLAH       :  Swasta) :   3 
LEMBAR KE :   

Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat 
Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin 
dan Jenis Kelamin 
Nama Sekolah  Tingkat                                Tingkat                
I     II     III     IV    Jumlah  I     II     III    
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L+P  L  P  L  P  L  P 
(1)  (59)  (60)  (61)  (62)  (63)  (64)  (65)  (66)  (67)  (68)  (69)  (76)  (77)  (78)  (79)  (80)  (81) 
                                                                                                                                               
                  ‐ 
 SMA Sint Louis   116   99   92   119   61   63   269   281   550   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                   
                  ‐ 
 SMA Muhammadiyah 1    39   29   32   38   41   65   112   132   244   ‐   ‐   ‐   ‐   ‐  
                                                                                                                                                             
                 2  
 SMA Santo Michael   25   16   27   9   51   26   103   51   154   ‐   1   1   ‐   ‐  
                                                                                                                                                                    
 JUMLAH   180   144   151   166   153   154   ‐   ‐   484   464   948              2   ‐   1   1   ‐   ‐  
*) Coret yang tidak sesuai 
131 
 

Lampiran 2

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji Coba


KISI-KISI INSTRUMEN
“ANGKET PERILAKU SEKSUAL”
Sub
Variabel Indikator Deskriptor Item
Variabel
Bentuk- Perilaku 4. Masturbasi Perilaku seksual 1,2,3,4,5
bentuk yang
perilaku dilakukan
untuk melakukan • Saya melakukan masturbasi
seksual tanpa ada rangsangan seksual • Saya menggunakan media
bantuan
dengan berbagai cara tangan untuk masturbasi
orang lain
pada alat kelamin • Saya melakukan masturbasi
sekurang-kurangnya sekali
dalam seminggu
• Saya menggunakan alat
bantu(vibrator) untuk
melakukan masturbasi
• Saya menggunakan sabun atau
gel pelicin dalam melakukan
masturbasi

Perilaku seksual
5. Fantasi untuk merangsang 6,7,8,9
Seksual diri dengan cara • Saya berfantasi seksual
membayangkan
• Setiap kali ingin tidur saya
suatu objek yang membayangkan sedang
menggairahkan berhubungan seksual
• Saya berfantasi seksual ketika
melihat lawan jenis yang
menarik dan sexi
• Saya berfantasi seksual ketika
ada waktu luang
• Saya mendapatkan kenikmatan
yang lebih ketika
membayangkan berhubungan
Perilaku untuk
seks.
6. Membaca dan melakukan
9,10,11,12,13,14
132 
 

Melihat rangsangan seksual • Saya membaca dan melihat


gambar porno dengan cara gambar porno
membaca dan • Saya berlangganan majalah
melihat gambar porno
porno • Saya mempunyai koleksi
gambar porno
• Saya ketagihan melihat dan
membaca majalah porno
• Saya membaca dan melihat
majalah porno sekurang-
kurangnya sekali dalam
seminggu bahkan lebih
• Saya mendapatkan kenikmatan
ketika membaca cerita-cerita
seks.

15,16,17,18,18
7. Berpegangan Perilaku seksual
Perilaku • Saya melakukan pegangan
yang tangan dengan cara tangan.
dilakukan
menyentuh tangan
dengan • Saya suka memegang tangan
bantuan pasangan untuk
lawan jenis.
orang lain
memberikan
• Gairah seksual saya muncul
rangsangan pada
ketika berpegangan tangan
pasangan
dengan lawan jenis.
• Jantung saya berdebar-debar
ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis
• Saya memegang tangan lawan
jenis/pasangan setiap kali
bertemu
8. Berpelukan Perilaku seksual
19,20,21,22
dengan cara
• Saya berpelukan dengan
memeluk pasangan
lawan jenis.
untuk memberikan
• Saya memeluk pasangan/
rasa nyaman kepada
lawan jenis setiap bertemu
pasangan
• Saya memeluk pasangan
133 
 

sebagai cara menunjukan rasa


sayang.
• Saya memeluk lawan jenis
guna mendapatkan
kenikmatan.

9. Berciuman Perilaku seksual 23,24,25,26,25,26,27,28,29


(kissing) untuk membuktikan • Saya berciuman dengan lawan
rasa sayang kepada jenis.
pasangan dengan • Saya mencium pipi lawan
cara mencium jenis/ pasangan
kening, pipi • Saya mencium kening lawan
kemudian berlanjut jenis/ pasangan
saling mencium bibir • Saya mencium bibir lawan
jenis/ pasangan
• Saya mencium lawan jenis
sebagai bentuk kasih sayang
• Saya mencium lawan jenis
dengan nafsu
• Saya sekurang-kurangnya
mncium pipi sekali dalam
sehari
• Saya sekurang-kurangnya
mencium bibir sekali dalam
sehari
• Saya sekurang-kurangnya
mencium bibir sekali dalam
seminggu
Perilaku seksual
dengan mencium
10. Mencium daerah sensitif
30,31,32,33
Leher pasangan sehingga
• Saya mencium/dicium lawan
(necking) menimbulkan
jenis/ pasangan pada bagian
rangsangan seksual
leher
• Saya selalu mencium leher
134 
 

ketika bertemu pasangan/


lawan jenis
• Saya selalu mencium leher
untuk memulai hubungan seks
dengan pasangan/ lawan jenis
• Saya sekurang-kurangnya
mencium leher pasangan/
lawan jenis sekali dalam
seminggu

Perilaku seksual
dengan melakukan 34,35,36,37
11. Saling seks seperti suami • Saya memegang dan
menggesek istri dengan saling memainkan alat kelamin
alat kelamin memegang alat lawan jenis/ pasangan.
(petting) kelamin, saling • Saya melakukan oral seks.
menindih dan saling • Saya menindih dan
memainkan alat bermesraan dengan
kelamin meskipun memainkan alat kelamin
masih mengenakan lawan jenis.
pakaian • Saya sekurang-kurangnya
melakukan petting sekali
dalam seminggu dengan
pasangan/ lawan jenis
Perilaku seksual
dengan cara
melakukan 38,39,40,41,42,43,44
12. Berhubungan hubungan intim/
• Saya melakukan hubungan
intim senggama antara intim dengan lawan jenis.
(intercouse) laki-laki dan
• Saya melakukan hubungan
perempuan untuk
intim dengan pasangan/ lawan
memuaskan hasrat
jenis setiap kali bertemu
seksual yang tidak
• Saya melakukan hubungan
dapat dibendung lagi
intim dengan berbagai gaya
(missionaris, doggy style dan
69)
135 
 

• Saya melakukan hubungan


intim sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu
• Saya melakukan hubungan
intim sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan
• Saya menggunakan alat
kontrasepsi ketika
berhubungan intim
• Setiap kali hasrat seks saya
meningkat, saya langsung
melakukan hubungan intim
dengan lawan jenis/ pasangan.
136 
 

Lampiran 3

Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan Sebelum Uji Coba


KISI-KISI INSTRUMEN
“ANGKET FAKTOR DETERMINAN”
Variabel Sub Indikator Deskriptor Item
Variabel + -
Faktor Faktor 4 Motivasi Dorongan dalam diri 1,2 3,4,5,6
determinan Internal
perilaku seksual
untuk melakukan • Saya mencoba mengalihkan • Saya sulit mengendalikan
perilaku seksual perhatian saya ketika dorongan dorongan seks dalam diri saya
seks saya meningkat • Saya selalu ingin melakukan
• Saya tidak berminat dengan hal hubungan seks
yang menyangkut seks • Hasrat seks saya menggebu-gebu
• Keinginan saya meningkat ketika
melihat teman saya melakukan
perilaku seks

9,10,11,12
5 Rasa ingin Kecenderungan siswa 7,8 • Saya tertarik dengan hal baru
tahu untuk mencoba • Saya selalu bertanya mengenai yang berbau seksual
sesuatu hal yang seks untuk menambah • Saya penasaran dengan hal yang
belum diketahuinya pengetahuan menyangkut seks
• Saya selalu mencari tahu lewat • Saya ingin mempraktekkan apa
137 
 

internet hal yang belum pernah yang belum pernah saya lakukan
saya ketahui mengenai seks terkait dengan seks
• Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan atau
lawan jenis

Perilaku seksual siswa 13,14,15 16,17,18,19,20


6 Berkembangn yang cenderung • Saya sudah mengalami mimpi • Saya sering merasakan
ya organ diakibatkan mulai basah rangsangan seksual setelah saya
seksual berfungsinya organ- • Saya sudah mengalami mengalami mimpi basah
organ seksual yang menstruasi • Saya sering marasakan
berpengaruh pada • Saya bangga dengan bentuk rangsangan seksual setelah saya
perilaku seksualnya tubuh saya mengalami menstruasi
• Saya sering terangsang ketika
berdekatan dengan lawan jenis
saya
• Saya mudah terangsang dan ingin
melakukan hubungan seksual
• Saya merasakan rangsangan yang
tidak wajar pada organ intim saya
138 
 

24,25,26,27
Perilaku seksual • Saya mudah terpengaruh
remaja dikarenakan 21,22,23 oleh ajakan teman-teman
Faktor
Eksternal
5.6 Teman adanya pengaruh kuat • Saya tidak tergerak untuk • Saya mengikuti kebiasaan
sepermainan dari teman sebaya melakukan seks seperti yang teman-teman dalam
(peer group) teman-teman saya lakukan berperilaku seks
• Saya cenderung menghindari • Saya memperoleh informasi
teman-teman yang melakukan tentang seks dari teman saya
seks • Saya khawatir di cap
• Saya menghindari pembicaraan kampungan jika saya tidak
teman yang berhubungan berperilaku sama dengan
dengan seks teman sepermainan saya

31,32,33,34,35
Perilaku seksual siswa • Orangtua saya tidak pernah
dikarenakan membicarakan hal yang
kurangnya pemahaman 28,29,30 berhubungan dengan perilaku
5.7 Orangtua yang diberikan • Orangtua saya sangat seksual
orangtua mengenai memperhatikan tingkah laku saya • Saya malu jika bertanya tentang
dasar pendidikan seks terutama dalam perilaku seksual seks dengan orangtua
serta kontrol yang • Orangtua saya merespon dengan • Bagi orangtua saya perilaku
kurang terhadap baik setiap pertanyaan/ pernyataan seksual adalah hal yang tabu
139 
 

perilaku seksual anak yang menyangkut seks • Orangtua jarang memberi


• Orangtua saya selalu memantau kesempatan saya untuk bertanya
perkembangan saya hingga saat ini mengenai seks
• Saya dimarahi orangtua ketika
bertanya seputar seks

Perilaku seksual siswa


akibat adanya imitasi 36,37,38 39,40,41,42
dari menonton media • Bagi saya menonton acara seks • Saya tertarik menonton acara
dan televisi sehingga dapat menambah pengetahuan dan yang berbau seks
siswa melihat perilaku wawasan • Saya memilih menonton acara
5.8 Media dan seksual itu • Bagi saya acara seks di televisi yang membahas seks daripada
televisi menyenangkan dan tidak berpengaruh buat saya acara rohani
dapat diterima • Saya kurang sependapat jika ada • Saya mempraktekkan tingkah
mayarakat yang mengatakan bahwa menonton laku seks yang saya tonton di
acara seks tidak ada manfaatnya televisi
• Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas tentang
seks
Kurangnya nilai
agama yang dimilki 43,44,45,46
mengakibatkan • Saya rajin beribadah sesuai agama 47,48,49,50
140 
 

kecenderungan saya • Saya menganggap bahwa


perilaku seksual pada • Saya selalu membaca al-quran onani/ masturbasi bukan
siswa • Saya selalu membaca al-kitab termasuk zina
5.9 Tingkat • Saya rajin mengikuti acara • Saya tidak dapat
religiuitas kerohanian di tempat ibadah saya membedakan perbuatan yang
diharamkan dan dihalalkan
oleh agama yang terkait
dengan masalah seksual
• Saya tidak menganggap
bahwa hubungan seksual
dengan pasangan/ lawan
jenis sebelum menikah itu
dosa
• Saya menganggap bahwa
hubungan seksual dengan
pasangan sebelum menikah
adalah wajar
142 
 

Lampiran 4

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Item


Bentuk- bentuk Perilaku yang 7. Masturbasi Perilaku seksual untuk • Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani.
perilaku seksual. dilakukan tanpa ada
melakukan rangsangan seksual • Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/
bantuan orang lain.
dengan berbagai cara pada alat Onani.
kelamin. • Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu.
• Melakukan masturbasi/ onani menggunakan sabun atau gel pelicin

8. Fantasi Perilaku seksual untuk • Saya berfantasi seksual.


Seksual. merangsang diri dengan cara • Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan
membayangkan suatu objek pacar
yang menggairahkan. • Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seksual.
• Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik
• Berfantasi seksual ketika ada waktu luang.
• Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan
berhubungan seks.
9. Membaca Perilaku untuk melakukan • Saya berlangganan majalah porno.
dan Melihat rangsangan seksual dengan • Memiliki koleksi gambar porno.
143 
 

gambar cara membaca dan melihat • Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno.
porno. gambar porno. • Saya membaca dan melihat gambar porno.
• Saya mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks
Perilaku yang 13. Berpegangan Perilaku seksual dengan cara • Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis.
dilakukan dengan
tangan. menyentuh tangan pasangan • Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan
bantuan orang lain.
untuk memberikan rangsangan lawan jenis.
pada pasangan. • Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan
• Jantung saya berdebar-debar ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis.
14. Berpelukan Perilaku seksual dengan cara • Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu.
memeluk pasangan untuk • Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara
memberikan rasa nyaman menunjukkan rasa sayang
kepada pasangan. • Memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan.

15. Berciuman Perilaku seksual untuk • Berciuman dengan lawan jenis.


(kissing) membuktikan rasa sayang • Mencium pipi lawan jenis/ pasangan
kepada pasangan dengan • Mencium kening lawan jenis/ pasangan
cara mencium kening, pipi • Mencium bibir lawan jenis/ pasangan
kemudian berlanjut saling • Mencium lawan jenis sebagai bentuk kasih sayang
mencium bibir . • Saya mencium lawan jenis dengan nafsu.

16. Mencium Perilaku seksual dengan • Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis
Leher mencium daerah sensitif • Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan
144 
 

(necking) pasangan sehingga jenis


menimbulkan rangsangan • Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan/
seksual lawan jenis

17. Saling Perilaku seksual dengan • Melakukan oral seks.


menggesek melakukan seks seperti suami • Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan
alat kelamin istri dengan saling memegang jenis/ pasangan.
(petting) alat kelamin, saling menindih • Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan memainkan
dan saling memainkan alat alat kelamin lawan jenis.
kelamin meskipun masih
mengenakan pakaian

18. Berhubunga Perilaku seksual dengan cara • Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis
n intim melakukan hubungan intim/ • Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan lawan jenis/
(intercouse) senggama antara laki-laki dan pasangan
perempuan untuk memuaskan • Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat
hasrat seksual yang tidak dapat • Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim
dibendung lagi
145 
 

Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN SESUDAH UJI COBA
“ANGKET FAKTOR DETERMINAN”
Variabel Sub Indikator Deskriptor Item
Variabel + -
Faktor Faktor 1. Motivasi Dorongan dalam diri 1. Saya tidak berminat dengan hal 1. Hasrat saya menggebu-gebu
determinan Internal
untuk melakukan yang menyangkut seks untuk melakukan hubungan
perilaku seksual
perilaku seksual 2. Saya mencoba mengalihkan seksual
perhatian saya ketika dorongan 2. Keinginan saya melakukan
seks saya meningkat hubungan seksual meningkat
ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3. Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri saya
8. Bagi saya berhubungan seksual
adalah hal yang wajar di kalangan
remaja
9. Saya selalu ingin melakukan
hubungan seks

7 Rasa ingin Kecenderungan siswa 10. Saya selalu bertanya mengenai seks 14. Saya penasaran dengan hal yang
tahu untuk mencoba untuk menambah pengetahuan menyangkut seks
sesuatu hal yang 11. Saya selalu mencari tahu lewat 15. Saya tertarik dengan hal baru
belum diketahuinya internet hal yang belum pernah yang berbau seksual
146 
 

saya ketahui mengenai seks 16. Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan
atau lawan jenis
17. Saya ingin mempraktekkan apa
yang belum pernah saya
lakukan terkait dengan seks

Perilaku seksual siswa 15. Saya sudah mengalami mimpi


8 Berkembangn yang cenderung basah 16. Saya sering merasakan
ya organ diakibatkan mulai 18. Saya bangga dengan bentuk rangsangan seksual setelah saya
seksual berfungsinya organ- tubuh saya mengalami mimpi basah
organ seksual yang 19. Saya sudah mengalami 22. Saya sering marasakan
berpengaruh pada menstruasi rangsangan seksual setelah saya
perilaku seksualnya mengalami menstruasi
23. Saya sering terangsang ketika
berdekatan dengan lawan jenis
saya
24. Saya mudah terangsang dan
ingin melakukan hubungan
seksual
25. Saya merasakan rangsangan yang
tidak wajar pada organ intim saya
147 
 

Perilaku seksual
remaja dikarenakan 29. Saya tidak tergerak untuk 31. Teman saya mengajak nonton
5.10 Teman adanya pengaruh kuat melakukan seks seperti yang film porno
Faktor
sepermainan dari teman sebaya teman-teman saya lakukan 32. Teman saya berbagi pengalamn
Eksternal
(peer group) 30. Saya cenderung menghindari seksualnya dengan saya
teman-teman yang 33. Saya memperoleh informasi
melakukan seks tentang seks dari teman saya
30. Saya menghindari 34. Saya mudah terpengaruh oleh
pembicaraan teman yang ajakn teman-teman
berhubungan dengan seks 35. Saya mengikuti kebiasaan
teman-teman dalam berperilaku
seks
33. Saya khawatir diberi julukan
kampungan jika saya tidak
berperilaku sama dengan teman
sepermainan saya
34. Teman saya mengajak untuk
melakukan seks bebas

Perilaku seksual siswa


dikarenakan 35. Saya malu jika bertanya tentang
148 
 

kurangnya pemahaman 34. Orangtua saya sangat seks dengan orangtua


5.11 Orangtua yang diberikan memperhatikan tingkah laku saya 35. Bagi orangtua saya perilaku
orangtua mengenai terutama dalam perilaku seksual seksual adalah hal yang tabu
dasar pendidikan seks 36. Setiap hari orangtua menanyakan 36.Saya tidak berbincang-bincang
serta kontrol yang keadaan saya dengan orangtua jika saya
kurang terhadap 42. Orangtua saya merespon memiliki masalah seputar seks
perilaku seksual anak dengan baik setiap pertanyaan/ 37. Orangtua saya tidak pernah
pernyataan yang menyangkut membicarakan hal yang
seks berhubungan dengan perilaku
43. Orangtua saya selalu memantau seksual
perkembangan saya hingga saat 44. Orangtua jarang memberi
ini kesempatan saya untuk bertanya
mengenai seks
45. Saya dimarahi orangtua ketika
bertanya seputar seks

Perilaku seksual siswa


akibat adanya imitasi
dari menonton media 43.Saya tertarik menonton acara
dan televisi sehingga 43. Bagi saya menonton acara seks yang berbau seks
siswa melihat perilaku dapat menambah pengetahuan 50. Saya memilih menonton acara
5.12 Media dan seksual itu dan wawasan yang membahas seks daripada
televisi menyenangkan dan 46. Saya kurang sependapat jika ada acara rohani
149 
 

dapat diterima yang mengatakan bahwa 51. Acara televisi yang berbau seks
mayarakat menonton acara seks tidak ada adalah seni
manfaatnya 52. Saya mempraktekkan tingkah
47. Bagi saya acara seks di televisi laku seks yang saya tonton di
tidak berpengaruh buat saya televisi
53. Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas tentang
Kurangnya nilai seks
agama yang dimilki
mengakibatkan
kecenderungan 58. Saya rajin beribadah sesuai 62. Saya menganggap bahwa
perilaku seksual pada agama saya onani/ masturbasi bukan
siswa 59. Saya selalu membaca al-quran termasuk zina
5.13 Tingkat 60. Saya selalu membaca al-kitab 63. Saya tidak dapat
religiuitas 61. Saya rajin mengikuti acara membedakan perbuatan yang
kerohanian di tempat ibadah diharamkan dan dihalalkan
saya oleh agama yang terkait
dengan masalah seksual
64. Saya tidak menganggap
bahwa hubungan seksual
dengan pasangan/ lawan
jenis sebelum menikah itu
dosa
150 
 

65. Saya menganggap bahwa


hubungan seksual dengan
pasangan sebelum menikah
adalah wajar
151 
 

Lampiran 6
ANGKET PENELITIAN SEBELUM UJI COBA

Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.

Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benar-
benar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu S, SR, KD, JR, dan TP sesuai pernyataan
anda.

Keterangan :
S : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-Kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan Jawaban
S SR KD JR TP
1 Saya mengobrol dengan teman saya setiap kali √
bertemu

Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban SR menunjukkan bahwa anda
sering mengobrol dengan teman setiap kali bertemu.

SELAMAT MENGERJAKAN

No Pernyataan
1 Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani
2 Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ Onani
3 Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu
4 Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan sabun/ gel pelicin
5 Saya berfantasi seksual
6 Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan pacar
7 Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seks
8 Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik
152 
 

9 Berfantasi seksual ketika ada waktu luang


10 Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan berhubungan seks
11 Saya berlangganan majalah porno
12 Memilki koleksi gambar porno
13 Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno
14 Saya membaca dan melihat majalah porno
15 Merasa mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks
16 Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis
17 Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis
18 Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan
19 Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu
20 Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara menunjukkan rasa sayang
21 Memeluk lawan jenis/ pasangan untuk mendapatkan kenikmatan
22 Berciuman dengan lawan jenis/ pasangan
23 Mencium pipi lawan jenis/ pasangan
24 Mencium kening lawan jenis/ pasangan
25 Mencium bibir lawan jenis/ pasangan
26 Mencium lawan jenis sebagai ungkapan rasa sayang
27 Saya mencium lawan jenis dengan nafsu
28 Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis
29 Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan jenis
30 Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan
31 Melakukan aktivitas oral seks
32 Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan jenis/ pasangan
33 Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan lawan jenis/ pasangan
34 Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis/ pasangan
35 Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan pasangan/ lawan jenis
36 Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat
37 Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim
153 
 

Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN SESUDAH UJI COBA
Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.

Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benar-
benar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu SS, S, KS, TS, dan STS sesuai peryataan
anda.
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Saya mengobrol dengan teman saya ketika bertemu √
Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban S menunjukkan bahwa anda
mengobrol dengan teman setiap kali bertemu sesuai dengan diri anda.

SELAMAT MENGERJAKAN

No Pernyataan
1 Hasrat saya menggebu-gebu untuk melakukan hubungan seksual
2 Keinginan saya untuk melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3 Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya
4 Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks
5 Bagi saya berhubungan seks adalah hal yang wajar di kalangan remaja
6 Saya selalu ingin melakukan hubungan seks
7 Saya selalu bertanya mengenai seks untuk menambah pengetahuan
8 Saya selalu mencari tahu lewat internet atau media lain hal yang belum pernah saya ketahui
mengenai seks
9 Saya penasaran dengan hal yang menyangkut seks
10 Saya tertarik dengan hal baru yang berbau seksual
154 
 

11 Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis
12 Saya ingin mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks
13 Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah mengalami mimpi basah
14 Saya sudah mengalami menstruasi
15 Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah saya menstruasi
16 Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya
17 Saya tidak tergerak untuk melakukan seks seperti yang teman-teman saya lakukan
18 Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya
19 Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual
20 Teman saya mengajak menonton film porno
21 Teman saya berbagi pengalaman seksualnya dengan saya
22 Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya
23 Saya mudah terpengaruh oleh ajakan teman-teman
24 Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks
25 Saya khawatir diberi julukan “kampungan” jika saya tidak berperilaku sama dengan teman
saya dalam hal perilaku seksual
26 Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas
27 Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua
28 Orangtua saya sangat memperhatikan tingkah laku saya terutama dalam perilaku seksual
29 Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu
30 Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya
31 Saya tidak berbincang-bincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks
32 Orangtua saya tidak pernah membicarakan hal yang berhubungan dengan perilaku seksual
33 Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini
34 Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks
35 Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks
36 Saya tertarik menonton acara yang berbau seks
37 Saya kurang sependapat jika ada yang mengatakan bahwa menonton acara seks tidak ada
manfaatnya
38 Bagi saya acara yang berkaitan seks di televisi tidak berpengaruh buat saya
39 Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani
40 Acara televisi yang berbau seks adalah seni
41 Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi
42 Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks
43 Saya selalu membaca Al-Quran
44 Saya selalu membaca Al-Kitab
45 Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina
46 Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang
terkait dengan masalah seksual
47 Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
48 Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar
168 
 

Lampiran 10
Tes Validitas Perilaku Seksual SMA

No Butir Soal  1  2  3 4 5 6  7 8 9 10
jml X 30  30  29  29  29  31  30  30  29  30 
jml Y 1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00 
jml XY 1828  1828  1721  1811  1835  1881  1862  1888  1783  1862 
jml X^2 48  48  43  45  47  49  50  50  43  50 
jml Y^2 78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00 
r xy 0.67965147  0.67965147  0.58175243  0.82203504  0.82363449  0.73227517  0.72473283  0.80259668  0.81445341  0.72473283 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  valid  Valid  valid  valid  valid  valid 

No Butir Soal 11  12  13  14  15  16  17  18  19  20 
jml X 25  28  34  31  30  55  35  40  70  47 
jml Y 1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00 
jml XY 1403  1668  2228  1931  1916  3268  2255  2548  3797  2821 
jml X^2 27  40  68  51  50  147  73  94  270  117 
jml Y^2 78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00 
r xy 0.57323823  0.6099461  0.93197827  0.82201254  0.88645007  0.68921618  0.82472802  0.78578367  0.02218419  0.59978585 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  valid  Valid  valid  valid  tidak valid  valid 

No Butir Soal 21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
jml X 46  33  39  58  48  33  50  31  28  28 
jml Y 1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00 
jml XY 2869  2159  2464  3572  3083  2153  3115  1939  1728  1728 
Validitas

jml X^2 120  65  89  178  132  65  136  49  40  40 
jml Y^2 78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00 
169 
 

r xy 0.72249899  0.90106079  0.74880487  0.75741333  0.8664586  0.8867203  0.77879761  0.93745372  0.84454075  0.84454075 
r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  valid  Valid  valid  valid  valid  valid 

No Butir Soal 31  32  33  34  35  36  37  38  total
jml X 25  26  28  28  26  26  26  25  1296 
jml Y 1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00  1296.00 
jml XY 1931  1916  1671  1671  1453  2228  1931  1916  0 
jml X^2 27  30  38  38  30  30  30  27  78904 
jml Y^2 78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00  78904.00 
r xy 6.28398888  4.00374875  0.72897953  0.72897953  0.38317127  6.44353315  4.12104608  6.12175165  ‐7.8457399 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  valid  Valid  valid  valid  tidak valid 

Tes Reliabilitas Perilaku Seksual SMA

jml var 6.82065217 


var total
387.826087 
(var Y)
Reabilitas 

r11 1.02512673 
r table 0.404 
sangat 
Criteria
tinggi 
170 
 

Lampiran 12

Tes Validitas Faktor Determinan SMA

No Butir Soal  1  2  3 4 5 6  7 8 9 10
jml X 87  94  87  79  88  99  102  82  87  85 
jml Y 4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00 
jml XY 18456  19751  18336  16593  18123  20956  21491  17268  18245  18259 
jml X^2 337  382  331  283  352  431  448  312  333  335 
jml Y^2 1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00 
r xy 0.67431573  0.57188159  0.59176533  0.36442554  ‐0.0825285  0.68645947  0.70908452  0.37404743  0.41328907  0.78463765 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  tidak valid  Valid  valid  valid  valid  valid 

No Butir Soal 11  12  13  14  15  16  17  18  19  20 
jml X 94  109  96  59  94  86  67  102  89  75 
jml Y 4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00 
jml XY 20072  22869  20399  12337  20017  17973  14907  21518  18705  15896 
jml X^2 394  509  418  213  408  338  267  456  359  279 
jml Y^2 1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00 
r xy 0.83773075  0.60018701  0.63184124  0.11370863  0.61679014  0.23831108  0.78509112  0.60701954  0.37989154  0.39040891 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  valid  tidak valid  valid  tidak valid  valid  valid  valid  valid 

No Butir Soal 21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
jml X 92  92  78  99  92  79  95  102  95  98 
jml Y 4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00 
Validitas

jml XY 19812  19753  16253  21058  19766  16624  20121  21591  19600  20792 
jml X^2 394  390  308  449  390  299  403  452  397  430 
171 
 

jml Y^2 1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00 
r xy 0.82069219  0.79943934  0.11667117  0.61851865  0.81356307  0.31272538  0.61843134  0.78210009  ‐0.0540739  0.64970913 
r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404  0.404 
kriteria valid  valid  tidak valid  valid  valid  Valid  valid  valid  tidak valid  valid 

No Butir Soal 31  32  33  34  35  36  37  38  39 40 
jml X 104  69  95  67  79  66  66  66  95  70 
jml Y 4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961.00  4961 
jml XY 21939  14636  19917  14286  16781  14116  14010  13732  20303  14948 
jml X^2 468  251  397  237  309  220  220  200  413  232 
jml Y^2 1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173.00  1048173 
r xy 0.70368797  0.34143869  0.40558462  0.40999275  0.42791528  0.5063079  0.39290349  0.1377453  0.72691268  0.60197455 
Validitas

r tabel 0.404  0.404  0.404  0.404  1.404  2.404  3.404  4.404  5.404  6.404 
kriteria valid  valid  valid  valid  valid  Valid  valid  tidak valid  valid  valid 

No Butir Soal 41  42  43  44  45  46  47  48  49  50 
jml X 66  60  89  65  85  99  97  99  100  100 
jml Y 4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961 
jml XY 14220  12119  19151  13736  18011  20675  20648  20924  21255  20650 
jml X^2 220  190  367  217  325  427  423  435  442  434 
jml Y^2 1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173 
r xy 0.6175726  ‐0.297562  0.82327627  0.31113168  0.59780496  0.32436307  0.71261033  0.59162897  0.77045104  ‐0.0332179 
Validitas 

r tabel 7.404  8.404  9.404  10.404  11.404  12.404  13.404  14.404  15.404  16.404 
kriteria valid  tidak valid  valid  valid  valid  Valid  valid  valid  valid  tidak valid 

No Butir Soal 51  52  53  54  55  56  57  total 
jml X 99  86  87  74  85  94  116  4961 
Validitas

jml Y 4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961  4961 


jml XY 20675  18197  18019  15734  17935  19844  24171  1048173 
172 
 

jml X^2 427  360  327  280  327  408  566  1048173 
jml Y^2 1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173  1048173 
r xy 0.32436307  0.38733374  0.06887386  0.40346944  0.47529249  0.4348296  0.55429018  1 
r tabel 17.404  18.404  19.404  20.404  21.404  22.404  23.404  24.404 
kriteria valid  valid  tidak valid  valid  valid  Valid  valid  valid 

Tes Reliabilitas Faktor Determinan SMA

jml var 17.6304348 


var total
986.650362 
(var Y)

Reabilitas 
r11 1.02483237 
r tabel 0.404 
sangat 
kriteria
tinggi 
173 
 

Lampiran 13

HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA NEGERI


174 
 
175 
 
176 
 
177 
 
178 
 

Lampiran 14

HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA SWASTA


179 
 
180 
 
181 
 
182 
 
183 
 

Anda mungkin juga menyukai