Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi matang. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas

yang mencakup kematangan aspek fisik, kognitif dan sosial-ekonomi. Pada

masa remaja, manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula

disebut anak-anak. Hal dikarenakan remaja adalah suatu periode transisi dari

masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira

kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun.

Terdapat tiga fase perkembangan remaja (Sarwono, 2012):

1. Masa remaja awal (11 - 13 tahun)

a. Perkembangan fisik

Beberapa perkembangan fisik yang terjadi pada periode ini adalah

pertumbuhan rambut pada beberapa area tubuh, peningkatan produksi

dan pengeluaran keringat serta minyak pada rambut dan kulit. Pada

remaja perempuan, payudara mulai mengalami pembesaran dan

mengalami menstruasi kali pertama. Sementara pada remaja laki-laki,

alat kelamin mulai mengalami pertumbuhan, mimpi basah serta

perubahan suara. Periode ini juga merupakan saat dimana berat badan

dan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.


b. Perkembangan Kognitif

Remaja pada fase ini mengalami peningkatan kemampuan berpikir dan

pada umumnya telah mulai berpikir tentang masa depan meskipun

dalam taraf terbatas dan aspek moral selalu menjadi perhatian.

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Remaja pada fase ini mulai berusaha menunjukkan identitas dirinya,

perasaan canggung saat bertemu dengan orang asing, konflik dengan

orang tua meningkat, pengaruh teman sebaya sangat besar, perasaan

bebas dan tidak mau diatur, sifat moody meningkat, dan ketertarikan

kepada lawan jenis meningkat hingga menjalin hubungan.

2. Masa remaja pertengahan (14 - 18 tahun)

a. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan pubertas pada tahapan ini sudah sempurna. Proses

pertumbuhan fisik pada perempuan mulai melambat akan tetapi pada

remaja laki-laki terus berlanjut.

b. Perkembangan Kognitif

Kemampuan berpikir remaja terus meningkat, sudah mulai mampu

menetapkan sebuah tujuan, tertarik pada hal-hal yang lebih rasional dan

mulai berfikir tentang makna sebuah kehidupan.

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Remaja pada fase ini mulai melibatkan diri secara intens dalam kegiatan

yang ia senangi serta mengalami perubahan dari harapan yang tinggi

tetapi dengan konsep diri yang kurang. Pertumbuhan bentuk tubuh terus
berlanjut. Kecenderungan untuk jauh dari orang tua semakin

meningkat. Pengaruh teman sebaya juga semakin kuat. Popularitas bisa

mejadi sangat penting dalam periode ini karena perasaan cinta dan

gairah pada lawan jenis semakin meningkat.

3. Masa remaja akhir (19 - 24 tahun)

a. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan biasanya sudah mencapai

puncaknya. Sementara pertumbuhan fisik remaja laki-laki masih terus

berlanjut khususnya pada peningkatan berat, tinggi dan massa otot.

b. Perkembangan Kognitif

Remaja fase ini mulai memiliki kemampuan untuk memikirkan sebuah

ide mulai dari awal sampai akhir, kemampuan untuk menunda

kegembiraan, mulai peduli pada masa depan dan berpikir rasional.

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Identitas diri remaja fase ini semakin kuat, termasuk identitas seksual,

stabilitas emosi dan kepedulian pada orang lain semakin meningkat,

semakin mandiri, hubungan antar teman sebaya tetap menjadi issu yang

penting dan hubungan dengan lawan jenis semakin serius.

B. Pubertas

Puber berasal dari kata latin pubescere berarti mendapat pubes atau

rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan

perkembangan seksual. Pubertas adalah masa transisi dari masa anak-anak ke

masa remaja yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder


dan terjadinya percepatan perubahan fisik, hormonal, psikologikal dan sosial.

Pada umumnya periode pubertas untuk anak perempuan adalah 13 tahun dan

pada anak laki-laki adalah 14 tahun (Sibagariang, 2016).

Masa pubertas umumnya biasa disebut sebagai masa transisi. Hal ini

karena pubertas berada dalam peralihan dari masa anak-anak menuju remaja.

Masa pubertas juga sering dikatakan tumpang tindih karena anak yang sedang

berada pada masa pubertas masih memiliki ciri biologis-psikologis anak-anak

dan juga telah memiliki ciri-ciri biologis-psikologis remaja. Oleh karena itu,

pubertas meliputi tahun-tahun akhir masa anak-anak dan awal masa remaja.

Masa pubertas terjadi dalam beberapa tahap yaitu meliputi masa prapubertas,

pubertas dan pascapubertas yang dijelaskan sebagai berikut (Khamzah, 2015):

1. Prapubertas yaitu periode sekitar dua tahun sebelum pubertas ketika anak

kali pertama mengalami perubahan fisik yang menjadi kematangan

seksual.

2. Pubertas yaitu titik pencapaian kematangan seksual yang ditandai dengan

keluarnya darah menstruasi kali pertama pada anak perempuan (menarche)

sementara indikasi seksualitas pada remaja laki-laki kurang jelas.

3. Pascapubertas yaitu periode satu sampai duatahun setelah pubertas dimana

pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi organ reproduksi terbentuk.

Secara hormonal, pubertas bukan merupakan peristiwa yang tiba-tiba

terjadi tetapi merupakan suatu refleksi maturasi yang bertahap dari aksis

hipotalamus-hipofisisgonad yang dimulai sejak masa janin sampai masa

pubertas yang tiap periode mempunyai karakteristik tertentu. Pubertas terjadi


sebagai akibat dari peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone

(GnRH) dari hipotalamus dan diikuti oleh sekuen perubahan sistem endokrin

yang kompleks. Proses ini akan diikuti oleh timbulnya tanda seks sekunder,

percepatan pertumbuhan fisik dan kesiapan untuk bereproduksi.

C. Pre Menstrual Syndrome (PMS)

1. Menstruasi

Menurut Sarwono (2011), menstruasi merupakan gejala periodik

pelepasan darah dan mukosa jaringan lapisan dalam rahim melalui vagina.

Menstruasi terjadi setiap bulan selama masa reproduksi, dimulai dari

pubertas (menarche) dan berakhir saat menopause kecuali selama masa

kehamilan.

Kelenjar potuitari di otak mulai memproduksi hormon yang

menghasilkan sinyal kepada sel telur untuk berfungsi. Interaksi antara

hormon estrogen dan progesteron menyebabkan endometrium uterus

menggumpal dan menebal untuk mengkapitasi pembuahan. Tetapi jika

tidak dibuahi, terjadilah menstruasi. Mestruasi bukan penyakit, tetapi

dapat terjadi masalah-masalah menstruasi termasuk perubahan lama

siklus, aliran, warna atau konsistensi darah, dan sindrom pramenstrual.

2. Premenstrual Syndrome (PMS)

Pre Menstrual Syndrome (PMS) merupakan sekumpulan keluhan

dan gejala fisik, esmosional, dan perilaku yang terjadi pada wanita usia

reproduksi yang muncul secara siklik dalam rentang waktu tujuh sampai

sepuluh hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar
yang mampu memengaruhi gaya hidup dan aktivitas (Proverawati, 2009).

Premenstrual syndrome umumnya mulai terjadi sekitar usia 14 tahun atau

2 tahun setelah menarche (Zaka dan Mahmood, 2012).

Dapat disimpulkan bahwa premenstrual syndrome yaitu suatu gejala

fisik dan emosional yang terjadi menjelang menstruasi. gejalanya dapat

berupa perubahan perasaan maupun fisik yang menyebabkan

ketidaknyamanan pada seseorang. Gejala tersebut akan hilang seiring

dengan berjalannya masa menstruasi.

3. Gejala-Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)

Setiap wanita memiliki gejala dan intensitas rasa sakit yang berbeda-

beda saat mengalami PMS. Beberapa gejala yang sering dikeluhkan ketika

PMS, adalah timbul jerawat, kelembutan payudara, lelah, insomnia, perut

kembung, sakit dan nyeri di daerah perut, mudah marah, dan gelisah. Bagi

beberapa wanita gejala tersebut hampir tidak dirasakan, tetapi bagi

beberapa wanita lainnya, gejala-gejala tersebut dapat mereka rasakan dan

memengaruhi fisik maupun mental selama periode PMS.

Menurut Rice (2013), sekitar 2-3% wanita dapat merasakan gejala

yang sangat berat hingga melemahkan fisik mereka. Priyatna (2009)

mengatakan bahwa sebagian remaja putri menyadari adanya perubahan

fisik dan emosional saat mengalami menstruasi. Keluhan paling umum

yang mereka alami menjelang menstruasi adalah kram pada perut.

Menurut penelitian, 3-8% mengalami gangguan yang lebih berat

disebut Premenstrual Sysphoric Disorder (PMDD). PMS dengan PMDD


tidak sama, wanita dengan PMDD dapat mengalami depresi sampai

seminggu atau lebih sebelum mendapat haid, sedangkan PMS lebih

pendek durasinya, lebih ringan, dan gejalanya lebih ke arah fisik.

Seseorang bisa mengalami PMS atau PMDD saja atau bahkan keduanya.

Beberapa gejala PMS antara lain :

a. Mood, seperti kecemasan, nervous, perasaan yang berubah-ubah

(mood swings), sensitif, depresi, pelupa, bingung, insomnia, dan

lainnya.

b. Perilaku, contohnya ingin makan manis-main, nafsu makan yang

meningkat, mudah menangis, kurang konsentrasi, dan sensitif

terhadap kebisingan.

c. Fungsi fisik, yaitu sakit kepala, lelah, pusing, berat badan meningkat,

payudara membengkak, dan sembelit atau diare.

Rahmania (2010) mengungkapkan bahwa, tanda-tanda fisiologis

awal terjadinya premenstrual syndrome yaitu wanita sering mengeluh

sakit kepala, cepat lelah, mual-mual, tidak nafsu makan, kaki atau tangan

terada bergetar, dan sakit perut. Sedangkan tanda-tanda psikologis ditandai

dengan cemas, tidak berdaya, depresi, mudah tersinggung, dan sulit

berkonsentrasi atau mengingat.

Rahmania (2010) juga mengatakan bahwa keluhan yang sering

dijumpai pada waktu menjelang haid antara lain, mudah tersinggung,

murung, lesu, kurang semangat, sedih, tegang, gelisah, sakit kepala, lemah,

dan kehilangan kekuatan.


4. Tipe PMS

Suryono (2009) membagi PMS menjadi empat tipe, antara lain :

a. PMS Tipe A (Anxietas)

Ditandai dengan gejala rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan

labil atau mudah marah. Gejala ini timbul akibat hormon estrogen

yang terlalu tinggi dibanding dengan hormon progesteron.

b. PMS Tipe H (Hyperhydroid)

Ditandai dengan gejala edema pada kaki dan tangan, perut kembung,

nyeri dada, peningkatan berat badan sebelum menstruasi,

pembengkakan terjadi karena penumpukan air pada jaringan di luar

sel (ekstrasel) karena asupan garam dan gula yang tinggi.

c. PMS Tipe C (Craving)

Ditandai dengan rasa ingin makan yang manis-manis yang disebabkan

oleh stres. Umumnya setelah 20 menit akan timbul gejala

hipoglikemia seperti lemas, jantung berdebar, pusing dan terkadang

sampai pingsan. Hipoglikemi timbul karena hormon insulis dalam

tubuh meningkat.

d. PMS Tipe D (Depression)

Ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah, gangguan

tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata0kata

(verbalisasi), disebabkan karena ketidakseimbangan hormon

progesteron dan estrogen, dimana progesteron dalam siklus haid

terlalu tinggi dibandingkan estrogen. Biasanya tipe D berlangsung


bersamaan dengan tipe A, hanya 3% dari seluruh tipe yang benar-

benar murni tipe D. Kombinasi tipe D dan A disebabkan oleh faktor

stres, kurangnya asam amino tyrosine.

5. Penyebab PMS

Rice (2013) mengemukakan bahwa gejala PMS diduga dipengaruhi

oleh perubahan level hormon dan zat kimia di otak. Gejala ini juga dapat

diperburuk oleh asupan vitamin dan mineral yang rendah serta diakibatkan

mengonsumsi alkohol dan kafein. Selain itu, kelebihan sodium dapat

menyebabkan cairan tertahan dan kembung.

Hormon prostaglandin diduga menyebabkan otot-otot uterus

berkontraksi. PMS berkaitan dengan perubahan pada hormon-hormon

tubuh. Pada saat level hormon meningkat dan menurun selama siklus

menstruasi, perempuan dapat mengalami perubahan fisik maupun

emosional (Priyatna, 2009).

Pada saat menjelang menstruasi, estrogen menurun dan progesteron

meingkat. Hal ini memengaruhi produksi hormon di otak terutama hormon

serotonin, hormon yang mengendalikan kestabilan emosi. Proses ini yang

menyebabkan gejolak emosi sebagai bagian dari PMS yang mulai

dirasakan tujuh sampai sepuluh hari menjelang menstruasi. gangguan fisik

yang dirasakan akibat perubahan ini adalah cepat lelah, jerawat, sakit

kepala, sakit punggung, sakit perut bagian bawah, nyeri payudaram

perubahan nafsu makan, dan sering merasa lapar (Toruan, 2014).


Ward (2016) mengatakan bahwa perubahan lifestyle tertentu dapat

mengurangi atau mencegah sakit kepala yang diakibatkan oleh PMS yaitu

istirahat atau tidur yang cukup, melakukan latihan fisik, banyak minum air

putih, menghindari kafein, cokelat, dan alkohol. Dengan mengurangi

konsumsi kopi, teh, cola, dan cokelat dapat mengurangi keluhan pada

payudara saat PMS seperti payudara terasa bengkak dan dapat mengurangi

keluhan sakit kepala.

Menurut Judith (2014) vitamin B6 ditemukan dapat mengurangi

gejala depresi akibat PMS. Caroline (2014) mengatakan pengaturan

konsumsi makanan dapat memperbaiki kesehatan secara umum,

membantu dalam toleransi terhadap perubahan-perubahan PMS dan dapat

juga mengurangi dampak PMS terhadap aktivitas sehari-hari.

Ratikasari (2015) mengemukakan bahwa seorang wanita akan lebih

mudah menderita PMS apabila lebih peka terhadap perubahan psikologis,

khususnya stres. Stres ini sebenarnya memiliki hubungan dengan hormon

progesteron. Berdasarkan penelitian Michel dan Bonnet (2014) pada

marmut, ditemukan bahwa konsentrasi progesteron dapat menurun sebesar

50,9% setelah terjadinya stres.

6. Faktor Resiko PMS

Menurut Saryono (2009) beberapa faktor yang dapat meningkatkan

terjadinya PMS yaitu :


a. Wanita yang pernah melahirkan, PMS akan lebih berat setelah

melahirkan beberapa anak, terutama kehamilan dengan komplikasi

toksemia.

b. Status perkawinan, wanita yang sudah menikah lebih banyak

mengalami PMS dibanding dengan wanita yang belum menikah.

c. Usia, semakin bertambahnya usia, terutama antara 30-45 tahun.

d. Faktor stres akan memperberat gangguan PMS, hal ini dipengaruhi

kejiwaan dan koping dalam menyelesaikan masalah.

e. Diet, kebiasaan makan tinggi gula juga akan memperparah PMS.

f. Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin C, magnesium, dan

zat besi. Kebiasaan merokok dan minuman beralkohol juga dapat

memperparah PMS.

7. Terapi PMS

Silva (2010) mengatakan ada tiga terapi PMS, antara lain :

a. Terapi obat

Menggunakan analgesic (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat

somatik, hanya membantu mengatasi nyeri dan gejala, sedangkan

lainnya bersifat sementara.

b. Menggunakan anti depresan

Anti depresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor dapat

digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi.

membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi


otak (neurotransmitter) misalnya serotonin. Penggunaan obat ini harus

dengan resep dokter.

c. Terapi relaksasi

Bermanfaat meredakan nyeri PMS secara cepat yang dialami

perempuan, namun dapat dicapai apabila telah berlatih setiap hari.

Prinsipnya adalah melatih pernafasan, mengendurkan otot tubuh,

mensugestikan pikiran-pikiran kearah konstruktif atau yang ingin

dicapai.

D. Kesiapan

1. Pengertian

Menurut Kamus Psikologi, kesiapan (readiness) merupakan suatu

titik kematangan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku

tertentu. Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang yang

membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara

tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi akan berpengaruh atau

kecenderungan untuk memberi respon (Slameto, 2010).

Jamies Drever (dalam Slameto, 2010) mengemukakan bahwa

kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Thorndike

(dalam Slameto, 2010) juga mengungkapkan bahwa kesiapan adalah

prasyarat untuk belajar ke tahap berikutnya.

2. Prinsip-Prinsip Kesiapan

Menurut Slameto (2010) prinsip-prinsip kesiapan meliputi :


a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (seling pengaruh

mempengaruhi)

b. Kematangan jasmani dan rohani untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positid terhadap

kesiapan

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan

3. Macam-Macam Kesiapan

Menurut Kuswahyuni (2009) macam-macam kesiapan adalah :

a. Kesiapan Mental

Merupakan kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan dan

bukan hanya kondisi jiwanya. Kondisi kesiapan mental merupakan

hasil tumbuh kembang sepanjang hidup seseorang dan diperkuat oleh

pengalaman sehari-hari orang yang bersangkutan.

b. Kesiapan Diri

Merupakan terbangunnya kekuatan yang dipadu dengan keberanian

fisik dalam diri sehingga dapat menghadapi segala sesuai dengan

berani.

c. Kesiapan Belajar

Merupakan perubahan perilaku atau penampilan dengan serangkaian

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, memdengarkan,

meniru.
d. Kesiapan Kecerdasan

Merupajan kesigapan bertindak dan kecakapan memahami yang

tumbuh dari berbagai kualitas.

E. Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara. Pengertian media ini mengarah

pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari

sumber informasi kepada penerima informasi. Sementara pengertian media

pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih baik.

2. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan ketertarikan penerima

sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

3. Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk

manusia, materi yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta

didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Terdapat beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran. Secara umum jenis media pembelajaran antara lain :

1. Media visual yang hanya dapat dilihat saja, misalnya poster dan foto.

2. Media audio media yang hanya dapat didengar saja, misalnya radio.
3. Media audio visual yang bisa dilihat dan didengar, misalnya video.

4. Multimedia yang diidentikkan pembelajaran berbasis komputer dan

menyajikan unsur media secara lengkap, misalnya animasi.

5. Media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik digunakan dalam

keadaan hidup maupun sudah diawetkan, misalnya spesimen binatang.

Beberapa kriteria umum penggunaan media pembelajaran, yaitu :

1. Penggunaan media pengajaran sebaiknya dinilai sebagai bagian integral

dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang

berfungsi sebagai tambahan yang digunakan apabila dianggap perlu serta

hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu.

2. Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran,

3. Media pembelajaran merupakan media yang dapat diinderakan,

4. Media yang digunakan dapat merespon peserta didik,

5. Media pembelajaran harus sesuai dengan kondisi peserta didik,

Manfaat utama media pembelajaran, antara lain :

1. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,

2. Mengurangi adanya verbalisme dalam proses,

3. Mempermudah pendidik dalam menyampaikan informasi materi kepada

sasaran dan mempermudah bagi sasaran untuk menerima dan memahami

materi yang telah disampaikan oleh pendidik,

4. Menarik dan memperbesar minat dan perhatian sasaran pada materi

pendidikan yang disajikan,


5. Mengatasi perbedaan pengalaman belajar sasaran menurut latar belakang

sosial ekonomi,

6. Membantu sasaran memberikan pengalaman belajar yang sulit melalui

proses belajar yang berbeda,

7. Merangsang sasaran untuk meneruskan informasi yang diterima saat

pendidikan kesehatan kepada orang lain,

8. Memungkinkan untuk mendidik sasaran dalam jumlah sangat banyak.

Media pendidikan kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan media

komunikasi pada umumnya, yakni digunakan sebagai penyampai pesan dari

komunikator kepada komunikan, dan juga sebagai penyampai umpan balik dari

komunikan kepada komunikator. Media pendidikan kesehatan disebut juga alat

peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses

pendidikan kesehatan. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip

bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui

panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan maka semakin

jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

banyak indera yang digunakan saat menerima media maka semakin mudah dan

baik pula hasil pendidikan bagi sasaran. Pemilihan media promosi kesehatan

ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan,

dan sumber daya pendukung.


F. Media Booklet

1. Pengertian

Booklet merupakan buku berukuran kecil yang di desain untuk

mengedukasi pembaca dengan tips dan strategi untuk menyelesaikan suatu

masalah. Biasanya booklet terdiri dari 16-24 halaman dan berukuran 3,5 x

8,5 inchi. Tampilan sampul booklet biasanya menggunakan wana polos

dan desain yang minim (Bly, 2009).

French (2013) mengatakan bahwa booklet adalah buku kecil yang

dicetak antara 32-96 halaman. Booklet memiliki bahasan yang lebih

terbatas, struktur sederhana dan fokus pada satu tujuan. Menurut Hapsari

(2013), booklet merupakan media komunikasi yang termasuk dalam

kategori media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang

melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut

berpedoman pada beberapa kriteria yaitu menggunakan kalimat pendek,

sederhana, singkat, dan ringkas. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang

dari 10 pt, dikemas menarik dan kata yang digunakan ekonomis.

Dapat disimpulkan bahwa booklet adalah buku kecil yang terdiri dari

16-96 halaman yang disajikan dengan desain dan tampilan yang

sederhana, menarik, berisi gambar dan tulisan dengan materi yang lebih

terbatas dan dapat digunakan untuk mengedukasi pembaca.

2. Kelebihan dan Kelemahan Booklet

Media booklet memiliki beberasa keunggulan, yaitu : (Hapsari, 2013)

a. Dapat digunakan untuk belajar mandiri


b. Pembaca dapat mempelajari isinya dengan santai

c. Informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman

d. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan

e. Mengurangi kebutuhan mencatat

f. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah

g. Awet

h. Daya tampung lebih luas

i. Dapat diarahkan pada segmen tertentu

Bagaray (2016) mengemukakan pendapatnya bahwa keunggulan

dalam menggunakan media cetak seperti booklet antara lain dapat

mencakup banyak orang, praktis dalam penggunaannya karena dapat

dipakai di mana saja dan kapan saja, tidak memerlukan listrik, dan karena

booklet tidak hanya berisi teks tetapi terdapat gambar sehingga dapat

menimbulkan rasa keindahan serta meningkatkan pemahaman dan gairah

dalam belajar. Selain itu booklet termasuk media pembelajaran visual

dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui penglihatan sebesar 75-

87%.

Kelemahan atau keterbatasan yang dimiliki booklet sebagai salah

satu jenis media cetak adalah : (Smaldino dkk, 2012)

a. Tingkat membaca. Keterbatasan terbesar dari materi cetakan adalah

bahwa mereka ditulis untuk level membaca tertentu. Beberapa siswa

kurang memiliki keterampilan membaca yang memadai.


b. Memorisasi. Beberapa guru mengharuskan pada siswa untuk

mengingat banyak fakta dan definisi. Praktek semacam ini

menurunkan materi cetak menjadi hanya sekedar alat bantu ingatan

semata.

c. Kosakata. Beberapa buku memperkenalkan sejumlah besar konsep

dan istilah kosakata dalam jumlah sangat terbatas.

d. Presentasi satu arah. Karena sebagian besar materi cetak tidak

interaktif, cenderung digunakan dengan cara pasif dan sering kali

tanpa pemahaman.

e. Penentuan kurikulum. Terkadang buku cetak yang mengatur

kurikulum, bukan digunakan untuk mendukung kurikulum. Buku

cetak sering kali ditulis untuk menampung panduan kurikulum dari

provinsi.

f. Penilaian sepintas lalu. Terkadang buku cetak dipilih melalui

pengujian sekilas, apa saja yang memikat mata penelaah.

G. Kerangka Teori

Model komunikasi Lasswell dianggap oleh para pakar komunikasi

sebagai salah satu teori komunikasi paling awal dalam perkembangan

teori komunikasi. Model komunikasi Lasswell menyatakan bahwa cara yang

terbaik untuk menerangkan proses komunikasi dengan menjawab pertanyaan

siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat

atau hasil apa. Model komunikasi tersebut digambarkan sebagai berikut:

Komunikator Pesan Media Komunikan Efek/Hasil


Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Lasswell

Berikut ini adalah penjelasan setiap unsur dari model komunikasi Lasswell :

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi atau memulai suatu komunikasi. Setiap pihak bisa berperan

sebagai komunikator, misalnya individu, kelompok, organisasi maupun

suatu negara. Komunikator harus mampu mengetahui dan memahami apa

yang ingin disampaikannya kepada komunikan. Hal ini penting mengingat

sebuah pesan tidak akan sampai dengan baik apabila komunikatornya tidak

memahami apa yang ingin disampaikan. Komunikator dalam penelitian ini

adalah peneliti yang memberikan pendidikan kesehatan tentang

premenstrual syndrome.

2. Pesan

Pesan adalah seperangkat simbol verbal atau non-verbal yang

mewakili pemikiran, nilai dan tujuan komunikasi dari komunikator. Sebuah

pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus

memiliki makna. Makna tersebut diupayakan makna jelas yang mudah

dipahami agar pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat mudah

dimengerti oleh komunikan. Pesan dalam penelitian ini adalah komunikasi,

informasi dan edukasi berbagai hal tentang premenstrual syndrome meliputi

pengertian, gejala-gejala, tipe PMS, penyebab, faktor resiko, dan terapi.


3. Media

Media adalah alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator

kepada komunikan, baik secara langsung seperti melalui tatap muka,

maupun tidak langsung, misalnya melalui media audio atau media visual.

Media dalam penelitian ini adalah media visual berupa booklet tentang

premenstrual syndrome. Pemilihan booklet didasarkan pada karakteristik

sampel penelitian yang cenderung berminat untuk belajar dengan media

yang memiliki tampilan yang yang tidak membosankan.

4. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator.

Setiap pihak bisa berperan sebagai komunikan, misalnya orang, kelompok,

organisasi maupun suatu negara. Sebuah komunikasi dikatakan berhasil jika

pesan yang disampaikan oleh komunikator sampai dan diterima dengan baik

oleh komunikan. Komunikan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di

SD di tempat penelitian. Hal ini didasari oleh fakta bahwa siswi kelas V SD

pada umumnya belum dan akan mengalami menstruasi yang dimana

sebelum menstruasi mereka akan menghadapi beberapa gejalan

premenstrual syndrome. Pendidikan kesehatan tentang diharapkan mampu

mempersiapkan kesadaran diri mereka untuk berperilaku hidup sehat,

khususnya terkait upaya perawatan diri dan hidup sehat saat menstruasi.

5. Dampak

Dampak adalah sesuatu yang terjadi pada komunikan setelah

menerima pesan dari komunikator, misalnya peningkatan pengetahuan dan


perubahan sikap. Sebuah pesan dikatakan memiliki makna bagi komunikan

apabila pesan tersebut memiliki dampak yang dapat meningkatkan

pengetahuan, mengubah sikap dan lainnya. Dampak yang diharapkan dari

intervensi penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kesiapan diri remaja

tentang fenomena premenstrual syndrome dan perawatannya sehingga

tercipta status kesehatan reproduksi yang optimal pada remaja.

H. Kerangka Konsep

Media Booklet
(Nadya’s Book)

Pengetahuan Kesiapan diri


tentang PMS dalam menghadapi
PMS

Faktor-faktor yang
Keterangan : mempengaruhi kesiapan diri :

1. Tingkat pendidikan
: diteliti 2. Informasi
3. Umur
: tidak diteliti
4. Pengalaman

I. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel yang di harapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau

bagian dari permasalahan.

Terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis nol (H0) dan Hipotesis

aklternatif (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan hubungan

yang definitid dan tepat diantara dua variabel. Secara umum, hipotesis nol

diungkapkan sebagai tidak terdapatnya hubungan (signifikan) antara dua

variabel. Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan ada hubungan antara dua

variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

H0 : tidak ada keefektifitasan penggunaan Nadya’s Book terhadap kesiapan

remaja awal putri dalam menghadapi PMS.

Ha : terdapat keefektifitasan penggunaan Nadya’s Book terhadap kesiapan

remaja awal putri dalam menghadapi PMS.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjabaran dari kajian teori diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yang dibentuk menjadi pertanyaan

penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pengetahuan siswi SD kelas V di Samarinda yang belum

mengalami menstruasi mengenai Premenstrual Syndrome yang akan

mereka alami ?
b. Bagaimanakah kesiapan diri siswi SD kelas V di Samarinda yang belum

menstruasi dalam menghadapi gejala-gejala Premenstrual Syndrome

yang akan mereka alami ?

c. Bagaimanakah efektifitas penggunaan media booklet (Nadya’s Book)

pada siswi SD kelas V di Samarinda sebagai sarana untuk kesiapan diri

dalam menghadapi Premenstrual Syndrome ?

Anda mungkin juga menyukai