Anda di halaman 1dari 45

01/11/2013

FARMAKOTERAPI HIV-AIDS

NANANG MUNIF YASIN

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

Epidemi HIV/AIDS di Dunia

1
01/11/2013

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia


Total Populasi 240 juta
Prevalensi HIV 0,2% dan estimasi ODHA 186.000

HIV Prevalence
Estimation PLHIV Estimation

Apa yang memicu penularan HIV di Ind?


Jumlah Penduduk Indonesia: 240 juta

230,000
Wanita
230.000 Pekerja seks
penasun

3,1 Juta Pria


1,6 Juta
membeli Sex menikah
(2-20% dari Pria Dewasa)
dg pria risiko
tinggi
800,000
GWL

Anak-anak

Laki-laki Perempuan
Commission on AIDS in Asia – Projections and Implications 4

2
01/11/2013

Proporsi kasus AIDS


Jumlah Kasus AIDS yang Dilaporkan
pada laki – laki dan perempuan
pada 10 Tahun Terakhir
sd Maret 2011

4969
5000

4500
Tak diketahui
4158
3863
0,4%
4000

3500 Perempuan
Perempuan
2873 2947 26,8%
20,8%
3000 2639
2500

2000
Laki-laki
Laki-laki
1500 1195 72,9%72,9%
1000
345 316
500 219

Persentase Kumulatif Kasus AIDS Persentase Kumulatif Kasus AIDS


Berdasarkan Cara Penularan Berdasarkan Kelompok Umur,
Sd Maret 2011
sd Maret 2011

47.2
53.1

37.9 31,3

9.5

3 2,6 3,2 3,1


0,2 2,6 3.0
1.0 1,1 0,8 0,4

3
01/11/2013

10 Provinsi dengan Kasus AIDS 10 Provinsi dengan Case Rate Tertinggi


Terbanyak sd Maret 2011 sd Maret 2011

3995 200
3775 3728
3712 180 175,.91

160

140

120

100
1747
80
1125 60
1030 49,16
44,74
591 507 505 40
25.57 23,96
20 15.91 14,21 11,65
10.62 10.45 9.93

KEBIJAKAN
NASIONAL
PENGENDALIAN
HIV-AIDS DAN IMS

4
01/11/2013

Visi dan Misi


Pengendalian HIV-AIDS & IMS

Visi
Masyarakat Sehat yang Mandiri dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV-
AIDS dan IMS serta Berkeadilan.

Misi
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian HIV-
AIDS dan IMS.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dalam pengendalian HIV-
AIDS dan IMS.

Sasaran Strategis Pengendalian HIV-AIDS &


IMS Tahun 2010-2014
 Menurunnya prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun menjadi
<0,5%
 Meningkatnya persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki
pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari 65% menjadi 95%
 Meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima
konseling dan tes HIV dari 300.000 Menjadi 700.000
 Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan
penularan HIV sesuai pedoman dari 50% menjadi 100%
 Meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi dari 25%
(P) dan 20% (L) menjadi 65% (P) dan 50% (L)
 Meningkatnya persentase ODHA yang mendapatkan ART dari 60%
menjadi 90%.
 Meningkatnya persentase Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 100%.

5
01/11/2013

TUJUAN
UMUM
 Mengendalikan penularan HIV
 Meningkatkan kualitas hidup ODHA
 Menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV&AIDS

KHUSUS
 Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan, pengobatan dan
dukungan yang terintegrasi dengan upaya pencegahan
 Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dengan titik berat pencegahan
pada subpopulasi berperilaku risti dan lingkungannya
 Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan masyarakat
umum termasuk ODHA dalam berbagai upaya pengendalian HIV dan AIDS
 Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serat inisiatif dalam
pengendalian HIV&AIDS
 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan

PROGRAM PENGENDALIAN HIV AIDS


BIDANG KESEHATAN
Pengendalian Layanan
Promosi Pengurangan
Konseling dan
Kesehatan IMS Dampak Buruk
Tes HIV

Pengamanan Pencegahan Program Perawatan,


Darah Donor dan Infeksi HIV dari Kewaspadaan Dukungan dan
Produk Darah Ibu ke Anaknya Universal Pengobatan

Pengembangan
Perencanaan dan
Diagnostik Sumber Daya
Surveilans Penganggaran
Penunjang Manusia
Terpadu
Kesehatan

Pengelolaan Monitoring
Logistik Evaluasi

6
01/11/2013

DEFINISI HIV-AIDS
Penyakit HIV/AIDS
CDCAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS): kumpulan
gejala serius yang dialami oleh orang-orang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan ditandai dengan jumlah limfosit
CD4 < 200 sel/µL atau < 14% dari total limfosit.

Virus HIV: retrovirus, RNA sense positif  Luc Montaigner (Januari


1983) di Perancis.

Sifat khas: enzim reverse transkriptase (ssRNA dsDNA)

HIV berkembang biak di sel limfosit T-helper (CD4).

Dua tipe virus HIV:


a. HIV-1 3 kelompok: M, N, dan O. Ada 9 subtipe virus HIV-1
kelompok M: subtipe A, B, C, D, F,G,H,J dan K.
b. HIV-2 Afrika Barat dan 6 subtipe: A, B, C, D, E dan F.

7
01/11/2013

HIV Virus RNA, famili Retrovirus,


subfamili Lentiviridae

Memiliki : 2 strands of (+)ssRNA


reverse transcriptase & integrase.
--- insersi HIV DNA ke DNA mns

Terdapat dua subtipe virus HIV


yaitu HIV-1 dan HIV-2

Partikel virus HIV-1 diameter 100 nm


dan dikelilingi oleh membran lipoprotein

Setiap partikel virus mengandung


72 kompleks glikoprotein yg terintegrasi
ke dalam membran lipid, dan masing2
tersusun dari glikoprotein gp120 di bag.
eksternal dan protein gp41 yang berada
di transmembran

Menginfeksi sel T helper dan macrofag

8
01/11/2013

PATOGENESIS INFEKSI HIV


• T Cells (CD4 Cells) = bagian dari sistem imun

CD4 Rata CD4 pada manusia: 800 – 1500

• Ketika HIV memasuki tubuh, virus


bereplikasi dan menyerang CD4
CD4 HI
HIV
V CD4
HIV HI HI
V V

HIV Replicates Kills CD4


HIV Enters CD4 Cells
Cells

HIV and the CD4 Count


Jumlah HIV dalam tubuh meningkat menyebabkan
penurunan jumlah CD4 dalam tubuh.
CD4
Amount in Body

HIV

Ketika CD4 menurun  tubuh menjadi lemah dalam


melawan berbagai macam penyakit.

9
01/11/2013

S
i
k
SIKLUS HIDUP
l
u
s

H
i
d
u
p

H
I
V

10
01/11/2013

Ketika HIV masuk & menyerang tubuh ...

Akhirnya ...

11
01/11/2013

Kapan HIV berubah menjadi


AIDS?
1500 to 800 CD4 - Rata2 manusia normal

CD4 < 500 CD4 - HIV+ beresiko terkena infeksi


COUNT oportunistik

< 200 CD4 AIDS

! Pada beberapa negara berkembang sulit dilakukan


pemeriksaan CD4 karena beberapa keterbatasan. Pada
kasus seperti itu biasanya AIDS didiagnosis dengan melihat
klinis pasien.

Target utama  sel pengekspresi


Reseptor CD4 di permukaannya

Infeksi HIV

Limfosit T  terbanyak
pengekspresi CD4

Dampak langsung

AIDS

Menjadi masalah MEDIS,


EKONOMI, PSIKOSOSIAL

12
01/11/2013

FASE INFEKSI HIV

FASE INFEKSI HIV


 FASE 1 = SINDROM RETROVIRAL AKUT
 3-6 minggu setelah infeksi HIV primer
 Disertai demam, myalgia, arthralgia, mual-muntah,
diare, pusing
 PE : adenopathy, pharyngitis, ruam
 Viremia

 FASE 2 = FASE ASIMPTOMATIK


 Respon imun terhadap HIV
 Suatu periode klinik ‘laten’ s/d 10 tahun
 Penurunan progresif jumlah & fungsi sel CD-4

 FASE 3 = INFEKSI HIV SIMPTOMATIK


 Simptom mulai muncul saat CD4 < 500/mm³
 CD4 < 200/mm³ - resiko infeksi oportunistik dan efek
langsung virus di SSP
 Aseptik meningitis dll

13
01/11/2013

14
01/11/2013

TRANSMISI
 SEKSUAL
 Hub seks anorektal : 0.1-0.3 %
 Hub seks vaginal : 0.1-0.2 %
 PARENTERAL
 Jarum suntik, injeksi IV, transfusi komponen
darah, transplantasi organ
 PERINATAL
 Terutama HIV pada pediatrik : 25 %

15
01/11/2013

16
01/11/2013

SPEKTRUM TES HIV


 Tes adanya Ab atau Ag HIV....... diagnosis
 ELISA : skrining
 Western Blot (WB): konfirrmasi
 Rapid test

 Tes adanya defisiensi Imun ........inisiasi & monitoring


 Jumlah Limfosit Total, CD4,Viral load

 Tes infeksi opotunistik atau kanker


 Mikroskopik, laboratorium, tes penunjang lain

17
01/11/2013

DIAGNOSIS
 Dimulai konseling pra tes atau informasi singkat.
 Ketiga tes (A1,A2,A3) dapat menggunakan reagen tes cepat
atau dengan ELISA.
 Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes
dengan sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk
pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes
dengan spesifisitas tinggi (>99%).
 Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2
minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut
masa jendela.
 Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela
menunjukkan hasil ”negatif”, maka perlu dilakukan tes
ulang, terutama bila masih terdapat perilaku yang berisiko.

DIAGNOSIS

18
01/11/2013

PENATALAKSAAN HIV-AIDS
TUJUAN TERAPI
 Mengurangi laju penularan HIV di masy
 Menurunkan morbiditas & martalitas
 Memperbaiki kualitas hidup ODHA
 Memulihkan dan/atau memelihara fungsi
kekebalan tubuh
 Menekan replikasi virus secara maksimal
dan terus menerus
 Mencegah dan atau mengobati infeksi
oportunistik

PENATALAKSAAN HIV-AIDS
STRATEGI TERAPI
 Terapi suportif : gizi, vitamin dll
 Terapi antiretroviral
 Profilaksis untuk infeksi oportunistik
 Terapi untuk infeksi oportunistik dan
malignansi
 Hematopoetic stimulating factor

19
01/11/2013

PERAWATAN DI RS

KHUSUS UMUM

VIRUS INFEKSI KEGANASAN NUTRISI DUKUNGAN


KONSELING MENGATASI
OPORTUNISTIK MORIL NYERI

ANTI TERAPI INFEKSI TERAPI ENTERAL • TEMAN • ANALGESIK


RETRO OPORTUNISTIK KEGANASAN NON NARKOTIK
VIRAL PARENTERAL : • KELUARGA
•NARKOTIK
PARTIAL • TOKOH :
TOTAL • AGAMA
MONOTERAPI
• MASYARAKAT
KOMBINASI

PENATALAKSAAN HIV-AIDS
PRINSIP-PRINSIP TERAPI ARV
 Viral load = tingginya replikasi HIV
CD4 = tingkat kerusakan sistem imun
Nilai ke2nya menentukan progresivitas penyakit
& menentukan saat memulai atau mengubah
ART
 Kombinasi ART efektif menekan replikasi virus
secara maksimal & mencegah resistensi
 Untuk menghindari resistensi ART harus
digunakan terus menerus dg kepatuhan tinggi,
walau timbul ESO ringan

20
01/11/2013

KONSEP VCT & PITC


VCT
(Voluntary Counseling
Testing)

PROVIDER
INITIATED TESTING
& COUNSELING
(PITC)

Perbandingan VCT dan PITC


Tolok
VCT PITC
Perbandingan
o Datang ke klinik khusus o Datang ke klinik karena penyakit
untuk konseling dan testing terkait HIV misalnya pasien
HIV TB/suspek TB
Pasien/Klien o Berharap dapat o Tidak bertujuan tes HIV
pemeriksaan o Tes HIV diprakarsai oleh petugas
o Pada umumnya asimtomatis kesehatan berdasarkan indikasi

Konselor terlatih baik petugas Petugas kesehatan yang dilatih untuk


Petugas kesehatan/ kesehatan maupun bukan memberikan konseling dan edukasi
Konselor petugas kesehatan

Penekanan pada pencegahan Penekanan pada diagnosis HIV untuk


penularan HIV melalui penatalaksanaan yang tepat bagi TB-
pengkajian faktor risiko, HIV nya dan rujukan ke PDP
Tujuan utama
pengurangan risiko, perubahan
Konseling dan tes HIV
perilaku dan tes HIV serta
peningkatan kualitas hidup

21
01/11/2013

Perbandingan VCT dan PITC


Tolok
VCT - KTS PITC – KTP2
Perbandingan
o Konseling berfokus o Petugas kesehatan
klien memprakarsai tes HIV
o Secara individual kepada pasien yang
o Kedua hasil baik terindikasi
positif maupun o Diskusi dibatasi tentang
Pertemuan Pra negative sama-sama perlunya menjalani tes
tes pentingnya untuk HIV
diketahui pasien o Perhatian khusus untuk
karena pentingnya yang hasilnya HIV positif
upaya pencegahan dengan fokus pada
dan peningkatan perawatan medis dan
kualitas hidup upaya pencegahan
o Klien dengan hasil o Perawatan pasien HIV
HIV positif dirujuk ke positif berkoordinasi
layanan PDP dan dengan petugas TB dan
Tindak lanjut
dukungan lain yang rujukan ke layanan

Terapi Antiretroviral
 Antiretroviral (ARV) bekerja langsung menghambat replikasi
virus HIV.

 Terapi kombinasi ARV:


a. mengurangi viral load
b. profilaksis paska pejanan
c. mengurangi penularan HIV dari ibu ke bayi

 Tiga golongan ARV yang tersedia di Indonesia:


1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI):
zidovudine (ZDV/ AZT), lamivudine (3TC), didanosine (ddl),
zalcitabine (ddC), stavudine (d4T) dan abacavir (ABC)
2. Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI):
nevirapine (NVP), efavirenz (EFV), dan delavirdine (DLV)
3. Protease Inhibitor (PI): indinavir (IDV), nelfinavir (NFV),
saquinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan
lopinavir/ritonavir (LPV/r).

22
01/11/2013

Indikasi ART (Terapi Antiretroviral)

23
01/11/2013

24
01/11/2013

Living Positively

Eat healthy food


No smoking
No alcohol

Protected Sex Only

Paduan ARV Lini Pertama


• Paduan ARV berdasarkan pada 5 aspek:
Efektivitas, Efek samping / toksisitas, Interaksi obat,
Kepatuhan & Harga obat

2 NRTI + 1 NNRTI

25
01/11/2013

Stavudin (d4T), mempunyai efek samping permanen yang


bermakna, antara lain lipodistrofi dan neuropati perifer yang
menyebabkan cacat serta laktat asidosis yang menyebabkan
kematian.

Secara nasional dilakukan penarikan secara bertahap


(phasing out) dan mendatang tidak menyediakan lagi d4T
setelah stok nasional habis.

26
01/11/2013

27
01/11/2013

28
01/11/2013

Storing Medications

Keep them dry


Keep them away
from children

Keep them out of


sunlight and heat

29
01/11/2013

Antiretroviral yang Tersedia di Indonesia Sesuai Golongan


Golongan Nama Generik Sediaan
(Singkatan)
NRTI Zidovudine Kapsul/tablet 300 mg
(AZT,ZDV) Kapsul 100 mg
Lamivudine Tablet 150 mg
(3TC) Larutan 10 mg/ml
Tablet 150 mg
Stavudine Kapsul 30 mg, 40 mg
(d4T)
Didanosine Tablet kunyah: 100 mg
(ddI)
NNRTI Nevirapine Tablet 200 mg
(NVP)
Efavirenz Tablet 200 mg
(EFV) Tablet 600 mg
PI Nelfinavir Tablet 250 mg
(NFV)
AZT + 3TC AZT 300 mg + 3TC 150 mg
Koformulasi AZT 300 mg + 3TC 150 mg
AZT + 3TC + NVP AZT 300mg + 3TC 150 mg + NVP 200 mg
AZT 300mg + 3TC 150 mg + NVP 200 mg

Dosis Antiretroviral untuk ODHA Dewasa


Golongan/ Nama Obat Dosis
Nucleosida RTI
Abacavir (ABC) 300 mg dua kali sehari
400 mg sekali sehari
Didanosine (ddl) (250 mg sekali sehari jika BB < 60 kg)
(250 mg sekali sehari bila diberikan bersama TDF)
Lamivudine (3TC) 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari
40 mg dua kali sehari
Stavudine (d4T) (30 mg dua kali sehari bila BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV/ AZT) 300 mg dua kali sehari
Nucleotida RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg 1x sehari (interaksi obat dengan ddIkurangi dosis ddI)
Non-nucleosida RTIs
Evafirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine (NVP) 200 mg 1x sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg 2x sehari
Protease Inhibitor (PI)
Indinavir/ ritonavir (IDV/r) 800 mg/ 100 mg dua kali sehari
Lopinavir/ ritonavir (LPV/r) 400 mg/ 100 mg dua kali sehari (533 mg/ 133 mg dua kali sehari
bila dikombinasi dengan EFV atau NVP)
Nelfinavir (NFV) 1250 mg dua kali sehari
Saquinavir/ritonavir (SQV/r) 1000 mg/ 100 mg 2 x sehari atau 1600 mg/ 200 mg sekali sehari
Ritonavir (RTV, r)* Kapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5 mL

30
01/11/2013

PENGGANTIAN ART
 Alasan Mengganti ART:
A.Toksisitas
Misal :
Anemia, intoleransi GI = AZT diganti d4T
Hamil, toksistas SSP = EFV diganti NVP
Neuropati , pankreatitis = d4T diganti AZT
Hepatotoksis, ruam kulit = NVP diganti EFV

PENGGANTIAN ART

 Alasan Mengganti ART:

B. Kegagalan terapi

gagal dg = d4T atau AZT + 3TC + NVP atau EVP

ganti dg = TDF atau ABC + ddI + LPV/r atau SQV/r

31
01/11/2013

32
01/11/2013

TERAPI ARV PADA POPULASI KHUSUS

a. Terapi ARV untuk ibu hamil


b. Terapi ARV untuk Ko-infeksi HIV/Hepatitis B (HBV)
dan Hepatitis C (HCV)
c. Terapi ARV untuk Ko-infeksi Tuberkulosis
d. Terapi ARV pada Pengguna NAPZA suntik
e. Terapi ARV untuk individu dengan penggunaan
Metadon
f. Terapi ARV pada keadaan Nefropati yang
berhubungan dengan HIV
g. Terapi ARV untuk Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)

33
01/11/2013

34
01/11/2013

Kendala dalam pemberian terapi antiretroviral (ART):

a. kriteria pengobatan medis maupun non-medis belum


jelas
b. pemakaian ARV belum terdokumentasi dengan baik
c. pasien datang dalam stadium lanjut
d. masih ada dokter yang kurang memahami jenis-jenis
ARV
e. jumlah pemberian obat yang tidak seragam
f. biaya pengobatan mahal kepatuhan terapi ARV

35
01/11/2013

PEMANTUAN KLINIK & LABORATORIS TERAPI ARV

a.Pemantauan Klinis
b.Pemantauan
laboratoris
c. Pemantauan
pemulihan jumlah
sel CD4
d.Kematian dalam
Terapi ARV

TOKSISITAS DAN INTERAKSI OBAT ARV


a.Penatalaksanaan toksisitas
b.Substitusi Obat ARV
c. Interaksi Obat

36
01/11/2013

TOKSISITAS OBAT ARV

DERAJAT TOKSISITAS KLINIK & LAB

37
01/11/2013

DERAJAT TOKSISITAS KLINIK & LAB

DERAJAT TOKSISITAS KLINIK & LAB

38
01/11/2013

MONITORING OBAT ARV

PENATALAKSANAAN ES BERAT OBAT ARV

39
01/11/2013

SUBSTITUSI OBAT ARV

INTERAKSI OBAT ARV

40
01/11/2013

INTERAKSI OBAT ARV

Infeksi oportunistik
 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul akibat penurunan
kekebalan tubuh. Infeksi ini dapat timbul karena mikroba (bakteri,
jamur, virus) yang berasal dari luar tubuh, maupun yang sudah ada
dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh
kekebalan tubuh.

 Infeksi oportunistik di Indonesia berbeda dengan pola di negara-


negara barat.

 Infeksi oportunistik perlu diobati karena infeksi oportunistik yang


berat dapat menimbulkan kematian.

 Terapi infeksi oportunistik dimulai bila diagnosis terhadap masing-


masing infeksi tersebut telah dapat ditegakkan

 Terapi profilaksis dapat digolongkan menjadi dua yaitu profilaksis


primer bagi pasien yang belum menderita infeksi oportunistik dan
profilaksis sekunder bagi pasien yang telah menderita infeksi
oportunistik dan telah sembuh.

41
01/11/2013

42
01/11/2013

Antiinfeksi yang digunakan untuk infeksi oportunistik


Jenis Infeksi Terapi Menggunakan Antiinfeksi Menurut WHO
Kandidiasis oral, esofagus, dan Terapi obat untuk infeksi ringan : Terapi topikal seperti
kutaneus gentian violet 3 kali sehari atau nistatin atau klotrimazol
lozenges yang larut di mulut 3 kali sehari .
Terapi obat untuk kandidiasis vagina : klotrimazol atau
nistatin pessaries 3 kali sehari selama 7 hari.
Terapi obat untuk infeksi moderat : Terapi sistemik
dengan flukonazol 200 mg per hari atau ketokonazol 200
mg per hari selama 14-21 hari.
Bakteremia Terapi empirik berdasarkan penilaian profil resistensi bakteri
Disebabkan oleh Salmonella, di tiap negara.
Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenzae, dan
lain-lain.
Pneumonia Bakteri Berdasarkan profil resistensi di tiap negara dan disesuaikan
dengan pemeriksaan sputum.
Infeksi oportunistik yang Terapi empirik
menyebabkan diare kronis Kotrimoksazol 2 tablet dua kali sehari selama 5 hari +
metronidazol 400 mg 3 kali sehari selama 7 hari. Jika
tidak ada respon, terapi dengan siprofloksasin 500 mg 2
kali sehari per oral selama 5 hari. Jika tidak ada respon,
terapi dengan mebendazol 100 mg per oral 3 kali sehari
selama 3 hari.

43
01/11/2013

Antiinfeksi yang digunakan untuk infeksi oportunistik

Jenis Infeksi Terapi Menggunakan Antiinfeksi Menurut WHO


Pneumocysitis Pneumonia Obat profilaksis primer : kotrimoksazol oral 80
(PCP) mg/400 mg satu atau dua tablet per hari. Jika
kotrimoksazol tidak dapat ditoleransi, digunakan
dapson 50-100 mg sekali sehari.
Terapi obat pilihan pertama : kotrimoksazol oral dua
tablet double strength atau empat tablet single
strength setiap 8 jam selama 2 minggu. Atau dengan
pemberian intravena dosis terbagi setiap hari selama
2-3 minggu. Dosis berdasarkan trimetoprim 15 mg
per kg per hari dalam 4 dosis terbagi.
Obat profilaksis sekunder : kotrimoksazol oral 80
mg/400 mg satu atau dua tablet per hari. Jika
kotrimoksazol tidak dapat ditoleransi, digunakan
dapson 50-100 mg sekali sehari.

Dermatitis Seboroik Terapi obat dengan krim antifungi topikal jika diperlukan.

Penicilliosis Flukonazol direkomendasikan untuk terapi pemeliharaan

Antiinfeksi yang digunakan untuk infeksi oportunistik

Jenis Infeksi Terapi Menggunakan Antiinfeksi Menurut WHO


Toksoplasmosis Obat profilaksis primer
kotrimoksazol 80 mg/400 mg dua tablet per hari
Terapi obat pilihan pertama
pirimetamin (200 mg loading dose) kemudian 50-75 mg
sekali sehari + sulfadiazin 1 gram tiap 6 jam selama 3
sampai 6 minggu tergantung respon pada terapi.
Terapi obat pilihan kedua
klindamisin 600 mg tiap 6 jam
Obat profilaksis sekunder pirimetamin 50 mg sekali sehari
+ sulfadiazin 500 mg 4 kali sehari.

Infeksi Mycobacterium avium klaritromisin 500 mg 2 kali sehari dan etambutol 800-1200
complex mg 4 kali sehari.
Infeksi Citomegalovirus Gansiklovir i.v. 5 mg/kg per hari selama 14-21 hari
(CMV) dilanjutkan gansiklovir p.o 1 g 3 kali sehari

44
01/11/2013

45

Anda mungkin juga menyukai