Anda di halaman 1dari 14

Nama : Riki Praninta Bangun

NIM : J1B116076
Prodi : Teknik Pertanian
M.K : Teknik Konservasi Tanah dan Air

BIOPORI
Pembuatan lubang biopori merupakan solusi teknologi ramah lingkungan untuk
mengatasi ketersediaan air tanah dengan memanfaatkan sampah organik melalui
lubang kecil dalam tanah. Air dan sampah adalah dua hal yang tidak akan lepas dari
kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap manusia setiap hari
menghasilkan sampah dari aktifitas hidupnya. Terkadang sampah menjadi sumber
masalah pencemaran lingkungan, padahal sampah mempunyai potensi besar dalam
menyelamatkan lingkungan, jika diperlakukan secara arif dan bijaksana. Sementara
air, sangat penting bagi makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup akan mati. oleh
karena itu, perlu dilakukan pengolahan air dan sampah untuk melangsungkan
kehidupan.
Pembuatan biopori dapat dilakukan dimana saja, dengan ketersediaan tanah
yang tidak terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir (2006) ini sangat
cocok diterapkan di wilayah perkotaan yang tanahnya penuh bangunan sehingga
penyerapan air menjadi minim. Dengan memanfaatkan lubang kecil dan sampah
organik maka wilayah perkotaan yang terlihat kering dan gersang akan berubah
menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Teknologi biopori disebut pula mulsa
vertikal, karena teknologi ini mengandalkan jasa fauna tanah seperti cacing dan
rayap untuk membentuk pori-pori alami di dalam tanah. Adanya sampah organik
menyebabkan air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki. Peningkatan jumlah
biopori dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal ke dalam tanah, kemudian
diisi dengan bahan oganik. Bahan organik yang dimasukkan ke dalam lubang
tersebut dapat berupa sampah organik rumah tangga, daun-daun, potongan rumput,
atau vegetasi lainnya. Sampah organik yang tersimpan didalam lubang, dapat
dijadikan sebagai sumber penghasil kompos yang dapat digunakan untuk
menyuburkan tanaman.
PENGERTIAN BIOPORI
Banyak orang yang belum mengetahui arti, makna atau pengertian dari
istilah ‘biopori’, tetapi ada juga yang sudah paham arti dari istilah tersebut, dan ada
beberapa yang hanya sekedar tahu, tapi pemahamannya belum. Oleh karena itu,
penulis akan memaparkan pengertian dari istilah ‘biopori’ dalam berbagai
pendapat, yaitu:
1. Biopori menurut Griya (2008) lubang-lubang kecil pada tanah yang
terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan
akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur
mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air,
tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut.
2. Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (2008) menjelaskan
biopori adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter 10-30 cm,
dimaksudkan sebagi lubang resapan untuk menampung air hujan dan
meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah
terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi
limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran
dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta yang daya
tampung airnya sudah sangat minim karena tanahnya dipenuhi bangunan.
3. Tim Biopori IPB (2007) menguraikan bahwa biopori adalah lubang-lubang
di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di dalamnya,
seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang-
lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air
di dalam tanah.
Diatas adalah beberapa pendapat tentang pengertian dari ‘biopori’, untuk
selanjutnya penulis akan memaparkan tentang pengertian dari lubang biopori.
Dalam hal ini, banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai ‘lubang biopori’.
Untuk itu, pembaca diharapkan bisa mencermati dan sekaligus memahami arti dari
istilah tersebut.
1. Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (2009) telah mengartikan
Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.
2. Lubang biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan
panjang 30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk
menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber
cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga
membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk
pupuk tumbuh-tumbuhan (Anonim, 2008).
3. Menurut Jhon Herf(2009), lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang
silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sampai dengan
tiga puluh sentimeter. Pada leaflet Biopori dijelaskan, kedalamannya sekitar
seratus sentimeter atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi
sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori
berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah
atau akar tanaman.
4. Lubang Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor:P.70/Menhut-II/2008/Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan
Lahan, adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai
aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan
fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan
menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan
kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Gambar biopori
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
MANFAAT BIOPORI

Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita mau
menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan lebih
memuaskan jika kita semua mau bergotong-royong untuk menerapkannya secara
bersama-sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka semakin
besar manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan menyebutkan semua
manfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan adalah sebagai berikut
1. Griya (2008) menguraikan manfaat biopori sebagai berikut:
a. Mencegah banjir
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga Jakarta.
Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah tersebut.
Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan di Jakarta memiliki
biopori berarti jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu banyak pula dan
dapat mencegah terjadinya banjir. Berkurangnya ruang terbuka hijau
menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat meresapkan air kedalam
tanah di kawasan permukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang
karena berkurangnya laju peresapan air kedalam tanah akan menyebabkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
b. Tempat pembuangan sampah organic
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri
di kota Jakarta. Kita dapat pula membantu mengurangi masalah ini dengan
memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi sampah organik dan non
organik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam lubang biopori yang
kita buat.
c. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan makanan
untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat
sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
d. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi mineral-
mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah menjadi
berkualitas karena mengandung mineral.
2. Tim Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori
sebagai berikut:

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk mengatasi banjir dengan cara
a) Meningkatkan daya resapan air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah
bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang. Sebagai
contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas
2
bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm atau hampir 1/3 m 2.
Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater
2
10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78,5 cm setelah dibuat
lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya
menjadi 3218 cm 2.
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori
akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu,
bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air.
Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran
biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam
meresapkan air.
b) Mengubah sampah organik menjadi kompos
Lubang resapan biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan sampah
organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi
organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.
Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui
proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang
peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos.
Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias,
sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya
tanaman atau sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang
dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
c) Memanfaatkan Peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
Seperti disebutkan di atas, Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktikan oleh
organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang
di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh
tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-
liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga
kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung
dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat
tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan
pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah
organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh
biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca;
berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam
tanah.
3. Jhon Herf (2008) menuliskan sepuluh manfaat dari biopori, diantaranya adalah:
a. Memelihara cadangan air tanah.
b. Mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah.
c. Menghambat intrusi air laut.
e. Mengubah sampah organik menjadi kompos.
f. Meningkatkan kesuburan tanah.
g. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah.
h. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti
demam berdarah, malaria, kaki gajah.
i. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran
udara dan perairan.
j. Mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan).
k. Serta mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.

PERENCANAAN LOKASI
Dalam hal perancangan pembuatan biopori, agar kinetik kerja biopori lebih
maksimal perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat. Jika kita menempatkan
biopori ditempat yang tepat, maka biopori tersebut akan lebih leluasa dalam segi
kinerjanya dan hasil yang kita terima pun akan lebih maksimal. Oleh karena itu,
perlu perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi pemasangan biopori. Dalam
sub-sub bab ini, penulis akan menjelaskan pemilihan tempat perancangan biopori
dari beberapa sumber, yaitu:

1. Sumber pertama menurut Perpus Online (2008) dalam penjelasannya ada tiga
lokasi yang disarankan dan ketiga lokasi itu juga disertai gambar yang
mendukung. Inilah ketiga lokasi tersebut :
1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
2. Di sekeliling pohon.

3. Pada tanah kosong antar tanaman atau batas tanaman.

2. Adapun Persyaratan Lokasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik


Indonesia /Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009 /Tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai
(RTkRHL-DAS), menyebutkan untuk setiap 100 lahan idealnya Lubang
Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m.
Dengan kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung
7,8 liter sampah. Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-
30 hari, sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos
dalam waktu 2-3 bulan.
PERENCANAAN PEMBUATAN
Setelah kita mengetahui pemahaman tentang biopori, manfaat apa saja yang
dapat kita peroleh dari penerapannya, dan lokasi perencanaan yang tepat untuk
biopori. Maka langkah terakhir yaitu kita tinggal mempraktekkan bagaimnan cara
pembuatan biopori yang disarankan oleh para ahli. Dari sinilah kita bisa tahu cara
pembuatannya secara langsung, karena penulis tidak hanya menggunakan kata atau
bahkan kalimat saja untuk menjelaskan cara pembuataannya. Tapi juga dengan
gambar, diharapkan dengan adanya gambar ini pembaca tidak terlalu mengalami
kesulitan dalam memahaminya, berikut beberapa sumber tentang perencanaan
pembuatan biopori:
1. Proses pembuatan biopori dibagi dalam 2 tahap, yaitu
a. Tahap pembuatan
Membuat lubang biopori bukan pekerjaan susah, hanya memang
memerlukan daya yang cukup besar. Kedalaman lubang yang disarankan
adalah 80-100 cm, kedalaman yang memungkinkan organisme pengurai
bekerja dengan optimal. Sedangkan diameter yang disarankan adalah 10-30
cm. Karena membuat di halaman rumah, maka 10 cm lebih proporsional.
Lalu menggali lubang-lubang secara manual menggunakan peralatan
sederhana seperti pipa paralon, bambu, dan linggis. Jika ketemu lapisan batu
penggalian dialihkan ke titik lain. Jika tanah terlalu keras dasar lubang diairi
secukupnya dan penggalian diteruskan setelah air meresap. Sebenarnya IPB
menyediakan alat bor tapi pada saat itu saya belum berpikir untuk berinvestasi.
Setelah lima hari, jadilah sebanyak 34 lubang silinder dan empat lubang
memanjang. Meskipun angka ini sebenarnya terlalu banyak, tapi saya tidak
menyesalinya.
Penggalian lubang dilakukan pertengahan Februari ketika Bogor
sedang mengalami puncak musim hujan. Waktu yang lebih baik tentu saja
ketika hujan tidak sedang turun. Saya memilih loster sebagai penutup lubang.
Loster biasanya digunakan sebagai lubang angin yang dipasang di dinding WC
atau dinding rumah yang menghadap keluar. Satu buah loster dipotong untuk
dua lubang. Untuk memperkuat kedudukan loster sekeliling mulut lubung
disemen sehingga cukup kokoh jika kita berjalan di atasnya. Dengan
ditutupnya lubang kaki tidak akan kejeblos, apalagi anak saya masih kecil-kecil
dan senang bermain-main di halaman.
Tahap pembuatan dan syarat-syarat pembuatan biopori dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

b. Tahap pengisian
Sekarang waktunya membuang sampah, maksudnya mengisi lubang
biopori. Tapi sebelum dimasukkan pilahlah terlebih dahulu sampah organik
dan sampah non-organik. Karena melalui fermentasi sampah organik dengan
bantuan aktivator EM4 dapat menghasilkan pupuk biokasi. Agar tidak bingung
dalam memilah sampah, maka sediakan dua tempat sampah, sebut saja S
(sampah) dan B (biopori), yang masing-masing diberi kantong plastik. Pada
prinsipnya semua bahan dari makhluk hidup masuk dalam kategori organik.
Namun untuk mengisi tempat sampah B hanya untuk bahan-bahan yang lebih
mudah terurai seperti sisa sayur dan potongan tempe/daging/ikan yang tidak
terpakai. Juga sisa makanan yang tidak habis dimakan, sisa makanan lain
seperti roti dan cemilan, ampas kopi, dan kantung teh celup, masuk ke B.
Tulang ayam dan tulang sapi, bonggol jagung, serta kulit telur
walaupun masuk kategori organik, dimasukkan ke tempat sampah S. Di tempat
sampah ini bergabung kertas, besi, plastik, kayu, kain, dan benda-benda lain
yang tidak mungkin atau sulit terurai. Kantong plastik juga disatukan ke tempat
sampah S yang selanjutnya di tempatkan di bak sampah luar rumah.
Sesekali waktu, bila ada sampah yang berasal tumbuhan, misalnya
setelah merapikan tanaman dengan memotong daun, bunga yang mulai layu,
sulur yang kepanjangan, atau memotong rumput dan ranting pohon seperlunya.
Sampah yang dihasilkan dari proses ini langsung dimasukkan ke lubang-lubang
terdekat. Agar merapat ke dasar, bumbungan sampah hijau ini didorong dengan
tongkat.
2. Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air ada empat tahap yaitu:
a. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman
30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
b. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3
sentimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang
terperosok.
c. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting
pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan
menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat
dikuras sebagai pupuk kompos alami.
d. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil
hujan, laju resapan air, dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus =
intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju
resapan air perlubang (liter / jam).
Sumber informasi:Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan
Online Indonesia.com.
3. Jika menurut TIM Biopori dari IPB(2007), menyeburkan cara pembuatan
biopori sangat mudah sekali untuk diterapkan di lingkungan sekitar. Pembuatan
biopori ada lima tahap, yaitu:
a. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah
bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.
b. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2
cm di sekeliling mulut lubang.
c. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
d. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
e. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
4. Cara pemuatan biopori menurut Salman (2009) bisa dilakukan dilorong
samping rumah. Ini tentu sangat menguntungkan sekali bagi para warga yang
tidak mempunyai lahan luas untuk biopori. Dalam hal ini Salman, menjelaskan
cara pembuatan biopori yang dilakukan di lorong samping rumahnya beserta
gambarnya. Langkah-langkah pembuatannya adalah
a. Persiapan bahan-bahan yang diperlukan.
- Paralaon
- Kasa nyamuk
- Biopori
b. Cara pembuatan
- Lokasi lubang pertama, dipilihlah halaman belakang yang tanahnya hanya
berukuran 140 x 40 cm, tapi menjadi tempat lewat air hujan dan pancuran air
tempat mencuci macam-macam. Cukup untuk menjadi 2 buah lubang dengan
jarak 100 cm.
- Persiapan awal, batu-batu gosok yang menutupi tanah dikumpulkan dan
dibersihkan dulu, supaya tidak ikut jatuh ke lubang.
- Mata bor memudahkan penggalian dan pengangkatan tanah galian, dan
mencetak lubang berdiameter 10cm. Dengan bor khusus ini, kita bisa dengan
mudah membuat lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.
- Untuk menggali, putar bor searah jarum jam, jangan dibalik. Demikian
pula pada saat mengangkat tanah galian, tetap searah jarum jam hanya sedikit
demi sedikit diangkat ke atas.
- Hasil galian pertama Tampungan tanah liat
- Menggali lubang kedua yang berjarak 100 cm dari lubang pertama
- Selanjutnya memotong paralon sepanjang 20 cm, untuk dijadikan penahan
dinding lubang supaya tanah di atasnya tidak mudah jatuh/turun.
- Kedalaman dinding paralon tidak usah terlalu dalam, karena fungsinya
hanya untuk menahan tanah jatuh
- Lubang biopori kan kadang-kadang harus dibuka untuk diisi limbah, dan
supaya baunya tidak menyeruak ke atas, juga harus ditutup dan ditimbuni batu
sedikit.
- Syarat lain adalah air di atasnya harus tetap bisa mengalir masuk.
- Biopori sudah selesai. Seperti bukan lubang peresapan

JUMLAH BIOPORI YANG DISARANKAN


Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Jumlah LRB = Intensitas hujan(mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
Laju Peresapan Air per Lubang (liter/jam)

Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan


lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100
m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm,
maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa
setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian
28 lubang baru dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan selama 56
- 84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi sudah
terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan
demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik baru
dan begitu seterusnya.

PEMELIHARAAN BIOPORI
Agar biopori yang telah kita buat bisa bertahan lama, maka ada beberapa
yang harus anda lakukan untuk memelihara kondisi biopori, diantaranya adalah:
1. Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah organik
2. Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu,
sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos juga
tergantung jenis tanah tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih
lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan alat bor
LRB.
3. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, LRB harus tetap
dipantau supaya terisi sampah organik.

Anda mungkin juga menyukai