Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Failitator :
Farida Umamah, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Semester/Kelas : 7/B
Fildzah Nur Masithoh (1130016123)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Lansia”.
Dalam penulisan makalah ini, kami tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu selaku pembimbing mata kuliah Keperawatan Gerontik
dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan dengan
tersusunnya makalah ini dapat menjadi sumber pemikiran yang berharga bagi
mahasiswa/i umtuk tambahan referensi pengetahuannya. Kurang lebihnya kami
mohon maaf karena makhluk Allah SWT tidak luput dari salah khilaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, 8 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia 3
2.2 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia 3
2.3 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia 5
2.4 Proses Asuhan Keperawatan Lanjut Usia 5
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Simpulan 26
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan pada lanjut usia berbeda dengan pelayanan kesehatan
pada golongan populasi lain karena pada lanjut usia penyakit yang diderita
berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain.
Untuk itu diperlukan suatu proses keperawatan, yang dalam hal ini perlu
dilaksanakan karena alasan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan
keperawatan.
Permasalahan yang dialami oleh para lansia adalah mereka yang
mengalami banyak gangguan kesehatan sehubungan dengan bertambahnya usia.
Bila berbicara tentang menjadi tua, maka kemunduranlah yang akan paling
banyak dikemukakan. Akan tetapi, di samping itu ada sesuatu yang dapat
dikatakan justru meningkat dalam proses menua, yaitu sensitivitas emosional
seseorang, yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah pada masa menua
(Nugroho, 1992). Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kesehatan
lanjut usai adalah upaya perawatan. Namun, sampai sejauh ini belum terlihat
peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan dalam menghadapi
peningkatan jumlah lansia dengan segala permasalahannya.
Kesehatan lansia meliputi kesehatan badan, rohani, dan sosial lansia dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Untuk itu
diperlukan adanya suatu proses keperawatan, yang merupakan penerapan metode
pemecahan masalah ilmiah kepada masalah-masalah kesehatan/keperawatan
pasien, merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara sistematis
serta menilai hasilnya (Depkes RI, 1994). Apabila peran perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan sudah dapat dilaksanakan dengan baik, maka ia
dapat dikatakan telah menjalankan sebagian peran dan fungsinya sebagai perawat
profesional. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan pada klien lansia, perawat
perlu menguasai gerontology (ilmu yang mempelajari masalah lanjut usia) dengan
baik (Nugroho, 1992)
Peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan terhadap lanjut usia
sangatlah penting mengingat tenaga kesehatan yang selama 24 jam hars berada di

1
sisi pasien adalah tenaga keperawatan (Depkes RI, 1994). Namun, adanya
keterbatasan sumber daya perawat dalam hal pengetahuan (intellectual) dana
keterampilan (skill) dalam memberikan pelayanan kepada lanjut usia menjadi
penyebab utama bagi perawat dalam melaksanakan perannya dengan baik dan
secara profesional. Untuk itu, perawat harus terus belajar guna menambah
pengetahuannya di bidang ilmu kesehatan, khususnya di bidang keperawatan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada lanjut usia sekaligus untuk
menyongsong persaingan di era globalisasi dalam upaya menunjukkan perannya
sebagai perawat profesional.
Dalam melaksanakan perannya sebagai pelaksana asuhan keperawatan,
perawat bertindak sebagai comforter, protector dan advocate, communicator, serta
rehabilitator, dalam hal ini khususnya kepada para lanjut usia dengan
menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses
keperawatan, yang bukan hanya sebagai teori yang hanya perlu diperlajari dan
dimengerti, namun juga harus dipraktikkan dalam bentuk pelaksanaan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan para lanjut usia (Sunaryo, 2016).

1.5 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa definisi asuhan keperawatan pada lanjut usia?
1.1.2 Apa pendekatan perawatan lanjut usia ?
1.1.3 Apa saja fokus asuhan keperawatan lanjut usia?
1.1.4 Bagaimana proses asuhan keperawatan lanjut usia?

1.6 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa memahami definisi asuhan keperawatan pada lanjut usia.
1.3.2 Mahasiswa memahami pendekatan perawatan lanjut usia.
1.3.3 Mahasiswa memahami fokus asuhan keperawatan lanjut usia.
1.3.4 Mahasiswa memahami proses asuhan keperawatan lanjut usia

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.5 Definisi Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia


Definisi proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah sebagaimana
dikemukakan oleh Depkes (1993), yaitu kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti
werda, maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti (Sunaryo, 2016).

2.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


Menurut Nugroho (2000), ada beberapa pendekatan perawatan terhadap
lanjut usia yaitu
2.2.1 Pendekatan Fisik
Perawatan yang memerhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perbuahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik secara
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga masih mampu melakukan
kegiatan sehari-hari sendiri.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Di samping kemunduran kondisi fisik, proses penuaan dapat mempengaruhi
ketahan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien
lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan
mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,

3
kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat,
dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
2.2.2 Pendekatan Psikis
Pada pendekatan psikis ini perawat mempunyai peranan penting untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung
rahasia yang pribadi, dan sebagai sahabat akrab. Perawat hasrus selalu memegang
prinsip “Tripple S”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, dan
membiarkan melakukan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat juga harus membangkitkan semangat dan kreasi lanjut usia dalam
memcahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai
akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
2.2.3 Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikirandan bercerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Tidak
sedikit klien yang mengalami kesulitan tidur, stress memikirkan penyakitnya,
biaya hidup, dan keluarga di rumah, sehingga menimbulkan kekecewaan,
ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Jadi, pendekatan sosial ini
merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang diahadapinya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
2.2.4 Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianut lansia ketia lansia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam menghadapi kematian, setiap klien
akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara
dalam menghadapi hidup ini. Pada waktu inilah kelahiran iman sangat perlu untuk
melapangkan dada klien lanjut usia karena pada saat kematian akan datang, agama
atau kepercayaan sesorang merupakan faktor yang penting.

4
2.7 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
Masalah atau gangguan umum yang terjadi pada lansia, antara lain :
1. Gangguan musculoskeletal, yaitu rematik, osteoporosis.
2. Gangguan kardiovaskuler, yaitu hipertensi, stroke, gagal jantung.
3. Gangguan respirasi, yaitu penyempitan saluran napas kronis, asma, dan
lain-lain.
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada aspek biologis, psikologis,
sosialis, dan spirituan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan (intervensi
keperawatan), pelaksanaan (implementasi keperawatan), dan evaluasi
keperawatan (Sunaryo, 2016).

2.8 Proses Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


2.4.1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami
dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan
interdisipliner.
Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan kemampuan klien
dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana
keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian
ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA :
Comprehensive Geriatric Assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga dilakukan dengan melibatkan
keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui masalah kesehatan lansia.
Sedangkan pengkajian kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan
dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh
masyarakat, serta petugas kesehatan (Sunaryo, 2016).
Langkah-langkah pada saat melakukan pengkajian dengan anamnesis
sebagai berikut :

5
1. Perawat membuka dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
dan lama anamnesis
2. Berikan waktu yang cukup terhadap klien untuk menjawab, berkaitan
dengan kemunduran kemampuan merespon ferbal
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena klien lansia kesulitan
dalam berfikir abstrak
5. Perawat dapat memeprlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respon non ferbal seperti kontak mata secara langsung,
duduk, dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda- tanda keperibadian
klien dan distress yang ada
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa klien memahami tujuan anamnesis
8. Perawat harus memperhatikan respon klien dengan cermat mendengarkan
dan tetap mengobserfasinya
9. Tepat anamnesis tidak boleh merupakan tempat baru dan asing bagi klien
10. Lingkungan dan kursi harus dibuat senyaman mungkin
11. Lingkungan harus di modifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitive terhadap suara berfekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga klien
atau orang lain yang sangat mengenal klien
13. Memperhatikan kondisi fisik klien pada anamnesis

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesis kepada klien
adalah :
1. Identitas klien
Sebelum memulai anamnesis , pastikan bahwa identitasnya sesuai dengan
catatan medis, guna menghindari kesalahan yang berakibat fatal karena
melakukan tindakan kepada orang yang salah. Perawat hendaknya
memperkenalkan diri, sehingga terbentuk hubungan yang baik dan saling

6
percaya yang akan mendasari hubungan terapeutik selanjutnya antara
perawat dan klien dalam asuhan keperawatan.
2. Privasi
Klien yang berhadapan dengan anda merupakan orang terpenting saat itu.
Oleh karena itu pastikan bahwa anamnesis dilakukan di tempat yang
tertutup dan kerahasiaan klien terjaga. Terlebih ketika perawat melakukan
pemeriksaan fisik pada bagian tertentu.
3. Pendamping
Hadirkan pendamping klien. Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal
yang mungkin kurang baik untuk klien dan juga untuk perawat ketika
klien berlainan jenis kelamin. Selain itu, pendamping klien juga bisa
membantu memperjelas informasi yang dibutuhkan, terutama klien lansia
yang susah diajak berkomunikasi.
4. Aseptic dan disinfeksi
Tangan perawat adalah perantara penularan kuman dari salah satu klien ke
klien yang lain. Untuk itu, sebaiknya perawat mencuci tangan sebelum
atau sesudah memeriksa seorang klien agar tidak terjadi infeksi silang
(cross infection).

Berikut ini akan diuraikan secara singkat tentang lingkup pengkajian keperawatan
pada lansia :
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan,
alamat, jenis kelamin, orang yang paling dekat dengan klien, hubungan
dengan klien, alamat & jenis kelamin keluarga tersebut.
b. Riwayat keluarga
Meliputi pasangan atau anak (jika sudah meninggal sertakan sebab
kematian) yaitu nama, umur, pekerjaan, alamat.
c. Lingkungan
Meliputi tipe tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah orang yang
tinggal di rumah/panti, derajat privacy, tetangga terdekat, kondisi
rumah/panti.

7
d. Rekreasi
Meliputi hobi/minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan,
kegiatan di rumah/panti.
e. Sumber/sistem pendukung yang digunakan
Meliputi tempat kesehatan (RS, klinik, posyandu), jarak dari
rumah/panti, makanan yang dihantar, perawatan sehari-hari.
f. Spiritual
Meliputi agama, istirahat tidur, kebiasaan ibadah, kepercayaan, ritual
makan.
g. Status kesehatan
Meliputi status kesehatan selama 1 tahun, keluhan utama,
pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.
h. Status kesehatan masa lalu
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum
1) Tingkat kesadaran :
2) GCS :
3) TTV :
4) BB &TB :
5) IMT :
6) Bagaimana postur tulang belakang lansia :
(a) Tegap (b) Membungkuk (c) Kifosis (d) Skoliosis
(e) Lordosis
b. Head to toe
1) Kepala
Meliputi kebersihan, kerontokan rambut, keluhan (jika iya,
jelaskan)
2) Mata
Meliputi konjungtiva, sklera, penglihatan, katarak, penggunaan
kacamata, keluhan (jika iya, jelaskan)
3) Hidung
Meliputi penciuman, alergi, keluhan (jika iya, jelaskan)

8
4) Mulut dan Tenggorokan
Meliputi kebersihan, mukosa, gigi, kesulitan mengunyah, kesulitan
menelan, keluhan (jika iya, jelaskan)
5) Telinga
Meliputi kebersihan, pendengaran, keluhan (jika iya, jelaskan)
6) Leher
Meliputi kelenjar thyroid, benjolan/massa, kaku kuduk,
keterbatasan gerak, keluhan (jika iya, jelaskan)
7) Dada
Meliputi bentuk dada, suara nafas, wheezing, ronchi, keluhan (jika
iya, jelaskan)
8) Abdomen
Meluputi bentuk, nyeri tekan, bising usus, keluhan (jika iya,
jelaskan)
9) Genetalia
Meliputi kebersihan, haemoroid, hernia, keluhan (jika iya,
jelaskan)
10) Ekstremitas
Meliputi, kekuatan otot, rentang gerak, deformitas, tremor, nyeri
persendian, refleks
11) Integuman
Meliputi, kebersihan, warna, kelembaban, lesi, gangguan pada kulit
3. Pengkajian status fungsional
Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran kemampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, penentuan
kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta
menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Lingkup pengkajian meliputi
6 fungsi, yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan
makan, yang hasilnya untuk mendeteksi tingkat fungsional klien
(mandiri/dilakukan sendiri atau tergantung).
Instrument yang biasa digunakan dalam pengkajian status fungsional
adalah :

9
a. Indeks Katz
1) Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian, dan mandi.
2) Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
3) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
4) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan.
5) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
6) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
7) Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. Barthel Indeks
Dengan
No. Kriteria Mandiri
Bantuan
1. Makan 5 10
2. Aktivitas ke toilet 5 10
Berpindah dari kursi roda atau sebaliknya,
3. 5 – 10 15
termasuk duduk di tempat tidur
Kebersihan diri mencuci muka menyisir
4. 0 5
rambut dan menggosok gigi
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di permukaan datar 10 25
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian 5 10
9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
Jumlah 100

Penilaian:
0 – 20 : ketergantungan
21 – 61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62 – 90 : ketergantungan berat
91 – 99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

10
c. Pengkajian posisi dan keseimbangan (Sullivan Indeks Katz)
No. Tes Koordinasi Keterangan Nilai
1. Berdiri dengan postur normal
2. Berdiri dengan postur normal menutup mata
3. Berdiri dengan kaki rapat
4. Berdiri dengan satu kaki
5. Berdiri fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral
6. Berdiri lateral dan fleksi trunk
Berjalan tempatkan tumit salah satu kaki di depan
7.
jari kaki yang lain
8. Berjalan sepanjang garis lurus
9. Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai
10. Berjalan menyamping
11. Berjalan mundur
12. Berjalan mengikuti lingkaran
13. Berjalan pada tumit
14. Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah

Keterangan:
4 : mampu melakukan aktivitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai:
42 – 54 : mampu melakukan aktivitas
28 – 41 : mampu melakukan sedikit bantuan
15 – 27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

4. Pengkajian status kognitif/afektif


Pengkajian status kognitif/afektif merupakan pemeriksaan status mental
sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan kemampuan mental
dan fungsi intelektual. Pengkajian status mental ditekankan pada
pengkajian tingkat kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa, ingatan
interpretasi bahasa, keterampilan menghitung dan menulis, serta

11
kemampuan konstruksional. Pengkajian status mental bisa digunakan
untuk klien yang berisiko delirium.
Pengkajian ini meliputi :
a. Short Portable Mental Questionnaire (SPMSQ)
Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual. Instrument SPMSQ terdiri dari 10 pertanyaan tentang
orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan
kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis.
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Di mana alamat Anda?
5. Berapa anak Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapakah Presiden Indonesia saat ini?
Siapakah Presiden Indonesia
8.
sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu Anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
10. pengurangan 3 dari setiap angka baru
semua secara menurun.
Jumlah

Penilaian :
Nilai 1 : jika rusak/salah
Nilai 2 : tidak rusak/benar

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : fungsi intelektual kerusakan berat

12
b. Mini–Mental State Exam (MMSE)
Instrument MMSE digunakan untuk menguji aspek kognitif dari fungsi
mental: orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali,
dan bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai,
tetapi tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostic, namun berguna
untuk mengkaji kemajuan klien.
Aspek Nilai Nilai
No. Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 Menyebutkan
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
2. Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
a. Negara
b. Provinsi
c. Kabupaten
Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek (kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
3. Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100, kemudian dikurangi 7 sampai
kalkulasi 5 tingkat
1. 100, 92, ..., ..., ...
4. Mengingat 3 Meminta klien untuk menyebutkan
objek pada point 3.
1. Kursi
2. Meja
3. ...
5. Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang
benda (sambil menunjuk benda
tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding

Meminta klien untuk mengulang

13
kata berikut “tanpa, jika, dan, atau,
tetapi”. Klien menjawab ..., dan,
atau, tetapi.

Meminta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah.
Ambil pulpen di tangan Anda,
ambil kertas, menulis “saya mau
tidur”.
1. Ambil pulpen
2. Ambil kertas
3. .....

Perintahkan klien untuk hal berikut


(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
poin):
“tutup mata Anda”.
1. Klien menutup mata

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat dan menyalin
gambar (2 buah segi 5).
Total 30

Skor:
24 – 30 : Normal
17 – 33 : Probable gangguan kognitif
0 – 16 : Definitif gangguan kognitif

c. Inventaris Depresi Beck (IDB)


IDB merupakan alat pengukur status afektif yang digunakan untuk
membedakan jenis depresi yang memengaruhi suasana hati. Instrument
ini berisikan 21 karakteristik: alam perasaan, pesimisme, rasa
kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan
terhadap seseorang, kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan untuk
menghukum diri sendiri, keinginan untuk menangis, mudah
tersinggung, menarik diri, ketidakmampuan membuat keputusan,
gambaran tubuh, gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan,

14
kehilangan berat badan. Selain itu, juga berisikan 13 hal tentang gejala
dan sikap yang berhubungan dengan depresi.
Skor Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat
3
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesismisme
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
3
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begiti pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat
2
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya merasa tidak gagal
D. Ketidakpuasaan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasaan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
3
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

15
1 saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
0
sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
3
peduli pada mereka semuanya
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
2
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahn-perubahan yang permanen dalam
2
penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tak menarik
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
0
sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tamnbahan untuk melakukan sesuatu
0 Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan

16
8-16 Depresi sedang
16> Depresi berat

d. Skala Depresi Geriatrik Yesavage


Skala Depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut dengan Geriatric
Depression Scale (GDS) merupakan instrument untuk memeriksa
depresi. Instrument ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan
jawaban YA atau TIDAK. Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal,
dan beberapa nomor yang lain jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban
yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila dipilih. Instrument GDS
dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan GDS Long
Version, sedangkan yang menggunakan 15 item pertanyaan biasa
disebut GDS Short Version.
1) GDS Long Version
No. Pertanyaan Jawaban Skor
Apakah pada dasarnya anda puas dengan
1. Ya/Tidak
kehidupan anda?
Apakah anda sudah meninggal;kan banyak
2. Ya/Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
3. Apakah ada merasa kehidupan anda hampa? Ya/Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak
Apakah anda penuh pengharapan akan masa
5. Ya/Tidak
depan
Apakah anda diganggu oleh pikiran-pikiran
6. Ya/Tidak
yang tidak dapat anda keluarkan/ungkapkan?
Apakah anda mempunyai semangat baik
7. Ya/Tidak
sepanjang waktu?
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan
8. Ya/Tidak
terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia pada
9. Ya/Tidak
sebagianbesar wkatu anda?
10. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
Apakah anda sering merasa gelisah dan
11. Ya/Tidak
resah/gugup?
Apakah anda lebih senang tinggal dirumah
12. daripada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu Ya/Tidak
hal yang baru?
13. Apakah anda sering kuatir akan masa depan? Ya/Tidak

17
Apakah anda merasa mempunyai banyak
14. masalah dengan daya ingat anda dibandingkan Ya/Tidak
kebanyakan orang?
Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini
15. Ya/Tidak
menyenangkan?
16. Apakah anda merasa murung dan sedih? Ya/Tidak
Apakah anda merasa tidak berharga seperti
17. Ya/Tidak
perasaan anda saat ini?
Apakah anda sangat kuatir tentang kejadian-
18. Ya/Tidak
kejadian masa lalu?
Apakah anda merasakan bahwa kehidupan ini
19. Ya/Tidak
sangat menyenangkan/menari?
Apakah anda merasa berat untuk memulai
20. Ya/Tidak
proyek/pekerjaan baru?
21. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya/Tidak
Apakah anda merasa bahwa keadaan ada tidak
22. Ya/Tidak
ada harapan?
Apakah nada pikir bahwa orang lain lebih baik
23. Ya/Tidak
keadaannya daripada anda?
Apakah anda seringkali kesal terhadap hal-hal
24. Ya/Tidak
sepele?
Apakah anda seringkali merasa ingin
25. Ya/Tidak
menangis?
Apakah anda mempunyai kesulitan dalam
26. Ya/Tidak
berkonsentrasi?
27. Apak anda senang bangun dipagi hari? Ya/Tidak
Apakah anda lebih senang menghindari
28. Ya/Tidak
kegiatan sosial?
Apakah mudah bagi anda untuk mengambil
29. Ya/Tidak
kepurusan?
30. Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya? Ya/Tidak
Total

Intepretasi:
Skor 0-9 : not depressed (tidak depresi/normal)
Skor 10-19 : mild depression (depresi ringan)
Skor 20-30 : severe depression (depresi sedang-berat)

18
2) GDS Short Version
No. Pertanyaan Jawaban Skor
Apakah anda sebenanrnya puas dengan
1. Ya/Tidak
kehidupan anda?
Apakah anda telah meninggalkan banyak
2. Ya/Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya/Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan Ya/Tidak
Apakah anda mempunyai semangat yang baik
5. Ya/Tidak
setiap saat?
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk
6. Ya/Tidak
akan terjadi pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagaian
7. Ya/Tidak
besar hidup anda?
8. Apakah anda seing merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
Apakah anda lebih senang tinggal dirumah
9. daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang Ya/Tidak
baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak
10, masalah dengan daya ingat anda dibanding Ya/Tidak
kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang
11. Ya/Tidak
ini menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti
12. Ya/Tidak
perasaan anda saat ini?
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya/Tidak
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda
14. Ya/Tidak
tidak ada harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
15. Ya/Tidak
keadaannya daripada anda?
Total

Intepretasi
Skor 0-4 : not depressed (tidak depresi/normal)
Skor 5-9 : mild depression (depresi ringan)
Skor 10-15 : severe depression (depresi sedang-berat)

19
5. Pengkajian aspek spiritual
a. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian ini disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2005), yang
mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik
agama dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi
kesehatan.
b. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi,
meliputi :
1) Afek dan sikap
Apakah pasien tampak, kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau preokupasi?
2) Perilaku
Apakah pasien tampak berdo’a sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku keagamaan? Apakah pasien seringkali mengeluh,
tidak dapat tidur, bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan
tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau
mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?
3) Verbalisasi
Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik
keagamaan lainnya? Apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya
terhadap kematian?
4) Hubungan interpersonal
Siapa pengunjung pasien? Bagaimana pasien berespon terhadap
pengunjung? Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain
dan juga dengan perawat?
5) Lingkungan
Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah
lainnya? Apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dan unsur
keagamaan dan apakah pasien memakai tanda kegamaan (misalnya
memakai hijab)?

20
6. Pengkajian fungsi sosial
Pengkajian aspek fungsi sosial dapat dilakukan dengan menggunakan alat
skrining singkat untuk mengkaji fungsi sosial lanjut usia, yaitu APGAR Keluarga
(Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve). Instrument APGAR :
a. Saya puas bisa kembali pada keluarga saya yang ada untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi).
b. Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan).
c. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan).
d. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespons
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai (afek).
e. Saya puas dengan carab teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian : pertanyaan yang dijawab : selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1)
hampir tidak pernah (poin 0).

2.4.2. Diagnoisis Keperawatan


Menurut Chistensen (2009), terdapat tiga komponen penting dan esensial
dalam suatu perumusan diagnose keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk
PES. “P” diidentifikasi sebagai masalah/problem kesehatan, “E” menunjukkan
etiologi/penyebab problem, “S” menggambarkan tanda dan gejala, atau yang
dikenal sebagai batasan karakteristik. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu
pernyataan dengan menggunakan “yang berhubungan dengan”. Kemudian
diagnosis-diagnosis tersebut dituliskan dengan cara berikut : “Problem” yang
berhubungan dengan “Etiologi” dibuktikan oleh “Tanda-tanda dan gejala”
(batasan karakteristik).
Problem dapat diidentifikasi sebagai respons manusia terhadap masalah-
masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang
didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat. Etiologi ditunjukkan
melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika,
faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan fisiologis.
Sign & symptom (tanda dan gejala) yang menggambarkan apa yang klien

21
katakana dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya
masalah tertentu.
Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu,
diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun diagnosis keperawatan
pada kelompok lansia. Diagnosis keperawatan pada lanjut usia dapat ditinjau dari
aspek fisik atau biologis, aspek psikososial, dan aspek spiritual. Masalah
keperawatan yang dijumpai antara lain ketidakseimbnagan nutrisi, kurang/lebih
dari kebutuhan tubuh, kerusakan sensori persepsi (penglihatan, pendengaran),
intoleransi aktivitas, risiko cedera, cemas, kerusakan mobilitas fisik, defisi
perawatan diri, inkontinensia urin, gangguan pola tidur, isolasi sosial, perasaan
berduka, harga diri rendah, penguasaan individu tidak efektif (Sunaryo, 2016).

No Ds/Do Etiologi Masalah


1. DS: kurangnya Gangguan pola
- Klien mengatakan sulit tidur kontrol tidur tidur
- Klien mengatakan sering terjaga
- Klien mengatakan merasa tidur
tidak puas
- Klien mengatakan istirahat tidak
cukup
- Klien mengatakan tidur 5
jam/hari

Diagnosa keperawatan :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
dibuktikan dengan klien mengatakan sulit tidur, sering terjaga, merasa tidur tidak
puas, istirahat tidak cukup, dan tidur 5 jam/hari

2.4.3. Rencana Keperawatan


Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang digunakan dalam
rencana perawatan termasuk di dalamnya kepentingan terapeutik, promotif,
preventif, dan rehabilitatif. Rencana keperawatan membantu klien memperoleh
dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi kesejahteraan
dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian halnya juga untuk menjelang
kematian secara damai. Rencana dibuat untuk keberlangsungan pelayanan dalam
waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.

22
Hal-hal yang harus dipertahankan dalam menyusun rencana keperawatan :
1. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di man di arahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar.
2. Libatkan klien dan keluarga dalam perancanaan.
3. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.
4. Tentukan prioritas. klien mungkin sudah puas dengan kondisinya,
bangkitkan perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan nyaman
adalah yang utama.
5. Sediakan waktu yang cukup untuk klien.
6. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat (Sunaryo, 2016).

2.4.4. Tindakan Keperawatan


Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara kemampuan
fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan.
Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis
yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.
Dalam melaksanakan implementasi keperawatan pada klien lansia, perawat perlu
menggunakan pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual.
Tindakan yang dilakukan pada lansia adalah :
1. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien
2. Menyediakan penerangan yang cukup : cahaya matahari, ventilasi rumah,
hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi, dapur, dan
ruangan lain spenajang waktu.
3. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan dengan warna yang dapat dilihat.
4. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita : kalender, jam, foto-
foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
5. Memberikan perawatan sirkulasi : hindari pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukunguntuk melakukan aktivitas,
serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
6. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angina, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan

23
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan penglihatan,
kejang otot, dan hipotensi.
7. Memberikan perawatan pada organ pencernaan : beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan
makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, sayur dan buah,
berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu
makan.
8. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urin pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan
waktu untuk konsultasi.
9. Memberikan perawatan kulit. Ketika mandi, gunakan sabun yang
menggunakan lemak, hindari menggosok kulit dengan keras , potong kuku
tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab
(lotion) untuk kulit.
10. Memberikan perawatan muskuloskeletal : bergerak dengan keterbatasan
ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan
aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
11. Memberikan perawatan psikososial : jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan, serta bersikap empati.
12. Memelihara kesehatan : usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman)
tetap dipasang, posisi tempat tidsur yang rendah, kamar dan lantai tidak
berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan
penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan (Sunaryo, 2016).

24
2.4.5. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk mengavaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan stastus kesehatan
klien, membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan
hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien.
Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau dalam catatan
kemajuan. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan
mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam
catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk melakukan evaluasi :
1. Lanjutkan : diagnosis masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih
relevan.
2. Direvisi : diagnosis masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan
memerlukan perbaikan.
3. Teratasi : tujuan keperawatan telah dicapai, dan renaca perawatan tidak
dilanjutkan.
4. Dipakai lagi : diagnosis yang telah teratasi.
Evaluasi juga dapat disusun dengan menggunakan format SOAPIE atau
SOAPIER. Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi
didokumentasikan dalam satu catatan yang disebut Catatan Kemajuan.
S : hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
O : hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
keperawatan dan kriteria hasil terkait dengan diagnosis.
P : perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis respons klien.
I : implementasi dari perencanaan dengan mencatat waktu tindakan dan
kegiatan tindakan keperawatan.
E : evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan mencatat
waktu dan hasil kemajuan yang telah dicapai klien (Sunaryo, 2016).

25
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Definisi proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah sebagaimana
dikemukakan oleh Depkes (1993), yaitu kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti
werda, maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu meberikan asuhan keperawatan pada lanjut
usia meliputi semua aspek, baik dari aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial,
maupun aspek spiritual yang sesuai dengan kebutuhan para lanjut usia

26
DAFTAR PUSTAKA

Priyoto, 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) Dalam Keperawatan


Gerontik. Jakarta : Salemba Medika
Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : ANDI
Tamher, S. 2009. Kesehatan Lanjut Usia dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai