Anda di halaman 1dari 17

10

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS PADA Tn. D DI RUANG MULTAZAM B RSI


PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 05 Maret 2019 jam 16.00
Tempat : Ruang Multazam B
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Tanggal Lahir/Umur : 31 Desember 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh tani
Alamat : Lumingser Rt 09/02
No. RM : 130841
Diagnosa Medis : Tetanus grade 3
2. Riwayat Keesehatan
 Keluhan Utama : badan kaku,mulut susah di buka
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RS pada tanggal 4 Maret 2019 karena badan terasa kaku
dan , mulut kaku sampai tidak bisa mengucapkan kata dengan jelas. Pasien
mengatakan dua minggu sebelum dibawa ke RS,kaki kanan pasien tertusuk kayu saat
sedang bekerja. Setelah kejadian tersebut, badan pasien berangsur-angsur menjadi
kaku.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sedang di
derita sekarang,pasien hanya menderita penyakit seperti batuk pilek
 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarganya mengatakan tidak ada penyakit yang menular atau
keturunan dalam keluarga,baik DM atau HT
3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Keluarga menyampaikan selama ini Tn.D selalu menjaga kesehatandengan
menerapkan pola hidup sehat. Akan tetapi untuk penyakit yang sekarang ini Tn.D dan
keluarga tidak tahu mengenai penyakit yang sedang di derita sekarang.
b. Pola Nutrisi/Metabolik
Sebelum sakit Tn. D makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur,
lauk. Asupan minuman Tn. D banyak bisa lebih dari 2 liter perhari. BB Tn.D ±54 kg .
Selama dirawat, Tn. D hanya mengonsumsi susu atau air yang di minum dengan
menggunakan sendok karena rahang kaku untuk digerakkan sehingga tidak bisa
11

mengunyah, akan tetapi Tn. D masih bisa menelan. Tn. D juga tidak memiliki alergi
terhadap makanan tertentu.
c. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat frekuensi BAB Tn. D sehari sekali dengan warna dan
konsistensi normal, tetapi selama sakit kaku Tn. D belum BAB. Pola BAK Tn. D
sebelum sakit bisa sampai lebih dari 10 kali sehari karena banyak minum air putih.
Selama dirawat Tn. D terpasang kateter dengan produksi urine 500 cc.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, aktivitas Tn. D cukup berat karena sebagai buruh dan
petani yang masih aktif bekerja serta masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti makan, minum, toileting dengan mandiri. Tetapi setelah sakit, Tn. D tidak bisa
beraktivitas karena seluruh badan terasa susah digerakkan dan hanya bisa bedrest
serta aktivitasnya menjadi tergantung kepada istri dan anaknya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum dirawat pola istirahat dan tidur Tn. D teratur dan tidak
mempunyai masalah tidur. Tn. D biasa tidur dari jam 22.00 sampai jam 05.00 untuk
langsung bersiap bekerja. Selama sakit, Tn. D menjadi sulit tidur selain karena
badannya kaku, mata Tn. D juga menjadi sensitif terhadap cahaya dan sentuhan,
sehingga lampu kamar rawat Tn. D harus selalu dimatikan. Hal itu juga yang
membuat Tn. D dirawat di ruang isolasi.
f. Pola Kognitif dan Persepsi
Fungsi pendengaran Tn. D masih baik tetapi mata Tn. D sangat sensitif
terhadap cahaya lampu dan sentuhan. Kemampuan bicara Tn. D juga mengalami
gangguan karena mulut susah di buka, sehingga untuk komunikasi biasanya Tn. D
menggunakan isyarat. Daya ingat Tn. D juga masih bagus karena masih nyambung
ketika diajak ngobrol meskipun sulit untuk bicara.
g. Pola Konsep-Persepsi Diri
Tn. D menerima kondisi penyakitnya dan yakin bisa sembuh. Saat dikaji
keluarga tegar dan sabar menceritakan kondisi penyakit Tn. D.
h. Pola Hubungan Peran
Tn. D tinggal bersama istri dan anaknya. dalam keluarga, Tn. D berperan
sebagai kepala rumah tangga. Kondisi sakitnya ini membuat Tn. D tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tn. D mengatakan tidak mempunyai masalah seksual. Tn. D menikah usia
18 tahun dan mempunyai 11 anak.
j. Pola Koping-Stress
Tn. D mengatakan sakitnya ini membuat beban pikiran, untuk mengatasi
hal tersebut Tn. D biasa membicarakan dengan istri dan anaknya, serta kadang
berdoa dan beristighfar saat merasa sakit. Menurutnya dengan begitu dapat membuat
Tn. D menjadi tenang.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
12

Sebelum dirawat Tn. D melakukan ibadah sesuai agamnya, seperti sholat,


mengaji, dan berdoa. Akan tetapi, selama di RS Tn. D tidak bisa sholat, mengaji, dan
hanya bisa berdo’a untuk membuatnya tenang.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
Pasien bedrest, tampak lemah, kesadaran compos mentis.GCS 15 ( E:4,V:5,M:6)
b. TTV: TD 130/90 mmHg, Nadi 96 x/mnt, suhu 37 0C, dan RR 22 x/mnt.
c. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, sedikit kotoran, rambut beruban, tidak ada lesi dan nyeri
tekan.
d. Mata
Mata Tn. D simetris, pergerakan bola mata normal, reflek pupil isokhor, kornea
bening, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan mata menjadi sensitif
terhadap cahaya/fotofobia.
e. Hidung
Hidung Tn. D bilateral, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak
ada peradangan, dan fungsi penciuman masih bagus.
f. Telinga
Bentuk daun telinga Tn. D normal, letaknya simetris, tidak ada peradangan, tidak
ada serumen, dan fungsi pendengaran masih bagus.
g. Mulut
Warna bibir Tn.D tidak sianosis dan kering, tidak ada stomatitis, gigi kotor, susah
menelan, dan mulut sulit di buka dan digerakkan.
h. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada massa, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
deviasi trakea, dan ada kekakuan pada leher Tn. D.
i. Thorak
Bentuk dan pergerakan dada Tn. D simetris, tidak ada retraksi, dan terlihat iktus
kordis di IC 4. Palpasi thorak pada Tn. D tidak ada nyeri tekan dan krepitasi, serta
perkusi agak redup. Auskultasi irama pernafasan reguler, bunyi nafas vesikuler, dan
tidak ada suara tambahan. Bunyi janting S1/S2 reguler.
j. Abdomen
Bagian abdomen bunyi peristaltik usus 12 x/mnt, tidak ada pembesaran hepar, lien,
dan ginjal. Saat perkusi bunyi timpani
k. Ekstremitas
Kekuatan ekstremitas atas dan bawah 5, tidak dapat digerakkan, terasa kaku, akral
teraba hangat.
l. Integument
Turgor kulit Tn. D baik, warna mukosa tidak pucat, tidak ada luka dekubitus, tapi
ada luka di kaki sebelah kanan
m. Kelamin dan Anus
Kelamin Tn. D bersih, terpasang kateter dan tidak ada hemoroid.

5. Pemeriksaan Penunjang
13

1. Cek darah rutin (04-03-2019)

Nilai Satuan Nilai Normal Fungsi

Hemoglobin 13.6 g/dL 11,2-17,3 Membawa oksigen ke seluruh


tubuh

Hematokrit 38.1 % 40-52 Mengukur sel darah merah

Leukosit 15800 10^3/dL 3,8-10,6 Membantu tubuh melawan


berbagai penyakit infeksi

Eritrosit 4.91 10^6/uL 4,4-5,9 Mengikat oksigen yang di


perlukan untuk oksidasi
jaringan-jaringan tubuh

Trombosit 435000 10^3/uL 150-440 Membantu menghentikan


perdarahan bila terluka melalui
proses pembekuan darah

2. EKG (04-03-2019)
Hasil: sinus rhytm with fusion complexes otherwise normal ECG

6. Terapi Pengobatan
 Oksigenasi canul 3 L/menit
 Infus RL 30 tpm / Aminofluid 20 Tpm dalam infus pump
 Injeksi diazepam 6 amp/24 jam dalam syring pump
 Infus metronidazol 3x500 mg
 Injeksi phenitoin 2x1 amp
 Injeksi ATS 20.000 ui ekstra

No Nama Dosis Cara Fungsi


pemberian

1 Infus RL 30 tpm IV Sebagai sumber elektrolit dan air untuk


hidrasi

2 Infus Aminofluid 20 tpm IV Untuk menyuplai berbagai nutrisi ke


dalam tubuh

3 Injeksi diazepam 6 amp/24 IV Untuk melemaskan kejang otot dan


jam sebagai obat penenang

4 Infus 3x500 mg IV Sebagai antibiotik


14

metronidazole

5 Injeksi phenitoin 2x50 mg IV Untuk mencegah dan mengontrol


kejang

6 Injeksi ATS 20.000 ui IM Untuk pencegahan tetanus


15

B. ANALISIS DATA
Hari Selasa Tanggal 5 Maret 2019 Jam.16.00

Data Fokus Problem Etiologi


DS: - pasien mengatakan pernah tertusuk Bersihan jalan nafas tidak efektif Penumpukan sekresi sekrit akibat
kayu di kaki kanan kerusakan otot-otot menelan
- Pasien mengeluh badan kaku dan
mulut susah di buka,susah menelan

DO: - TD 130/90 mmHg – N=adi 96 x/mnt


- suhu 37 0C - RR 22 x/m
- Terdapat sputum/dahak

DS: - pasien mengatakan mulutnya kaku Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidakmampuan menelan di tandai
dan susah dibuka, perutnya seperti tubuh dengan kelemahan otot untuk
kram menelan
- Pasien mengeluh susah menelan

DO: - Diit pasien cair pakai sendok sedikit-


sedikit
- Input :
infus RL 500 cc,diit cair 4x300 cc
- Out put :
Urine 500 cc
DS: - Pasien mengeluh badannya kaku Hambatan mobilitas fisik Gangguan neuromuskular
tidak dapat digerakkan,dan pernah
kejang tadi pagi
-Pasien mengeluh sulit bangun
DO:
- Tubuh kaku
- trismus
- Terpasang Oksigen canul 3L/menit
16

C. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan penumpukan sekresi sekrit akibat kerusakan otot-otot menelan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan di tandai
dengan kelemahan otot untuk menelan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai dengan keterbatasan bergerak.

D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (ONEC) Rasional


Bersihan jalan nafas NOC NIC
tidak efektif Setelah di lakukan tindakan  Bersihkan jalan nafas dengan  Secara anatomi posisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam,di mengatur posisi kepala ekstensi kepala ekstensi merupakn
harapkan masalah ketidak efektifan  Pemeriksaan fisik dengan cara cara untuk meluruskan
penumpukan sekresi
jalan nafas teratasi dengan auskultasi mendengarkan suara rongga pernafasan
sekrit akibat indikator : nafas ( adakah ronchi ) tiap 2-4  Ronchi menunjukan
kerusakan otot-otot Indikator Awal Akhir jam adanya gangguan
menelan - Frekuensi 2 4  Bersihkan mulut dan saluran pernafasan akibat atas
pernafasa nafas dari sekret dan lendir cairan atau secret yang
n dengan melakukan suction menutupi sebagaian dari
- Akumulasi 2 4  Oksigenasi saluran pernafasn sehingga
sputum  Observasi TTV tiap 2 jam perlu di keluarkan untuk
- Suara 2 4 mengoptimalkan jalan
 Observasi timbulnya gagal
tambahan nafas
nafas
- Batuk 2 4
 Kolaborasi dalam pemberian  Suction merupakan
obat pengencer secret tindakan bantuan untuk
Keterangan : mengeluarakn
1. sangat berat secret,sehingga
2. berat mempermudah proses
3. sedang respirasi
4. ringan  Pemberian oksigen secara
17

5. tidak ada keluhan adekuat dapat mensuplay


dan memberikan cadangan
oksigen,sehingga
mencegah terjadinya
hipoksia
 Dyspnoe sianosis
merupakan tanda
terjadinya gangguan nafas
disertai dengan kerja
jantung yang menurun
 Ketidakmampuan tubuh
dalam proses respirasi di
perlukan intervensi yang
kritis dengan
menggunakan alat bantu
pernafasan ( mecanic
ventilator )
 Obat mukolitik dapat
mengencerkan sekret yang
kental sehingga
mempermudah
pengeluaran dan mencegah
kekentalan
Resiko nutrisi kurang NOC: nutritional status: food NIC: Nutrition Therapy  Mengetahui kebutuhan
dari kebutuhan tubuh and fluid intake  Lakukan pengkajian kebutuhan nutrisi pasien
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan nutrisi pasien.  Mengetahui jenis makan
keperawatan 3x24 jam,  Menentukan jenis makanan yang ditolerir pasien.
ketidakmampuan
diharapkan klien dapat yang bisa dikonsumsi pasien
menelan di tandai memenuhi kebutuhan nutrisinya,
dengan kelemahan kolaborasi dengan ahli gizi..  Memudahkan saat
dengan indikator berikut:
otot untuk menelan.  Mendukung pasien untuk menelan makanan.
Indikator Awal Akhir memilih makanan lunak atau
- Asupan 1 3 cair.  Mencegah konstipasi
18

makanan  Mendukung makanan tinggi  Meningkatkan sistem imun


peroral serat bagi pasien. tubuh.
- Asupan 3 5  Mendukung makanan tinggi
cairan protein dan kalsium bagi  Melatih reflek menelan
peroral pasien. dan mempertahankan
Keterangan:  Memberikan makanan melalui fungsi GI.
1. Tidak adekuat enteral.  Memberikan kenyamanan
2. Kurang adekuat  Memerhatikan oral hygiene dan kebersihan oral pasien.
3. Cukup adekuat
pasien.
4. Hampir adekuat
5. Sangat adekuat

Hambatan mobilitas NOC: Joint movement NIC: Exercise Therapy: Joint


fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mobility
dengan gangguan keperawatan 3x24 jam,  Menentukan keterbatasan  Mengetahui batas awal
diharapkan klien dapat gerak sendi pasien. gerak sendi pasien.
neuromuskular
menggerakkan sendi secara  Perhatikan nyeri yang  Mengetahui respon pasien
ditandai dengan sederhana, dengan indikator
keterbatasan ditimbulkan saat latihan. selama latihan.
berikut:
bergerak.  Melakukan ROM pasif terlebih  Latihan dimulai dari yang
Indikator Awal Akhir
2 5 dahulu pada pasien paling mudah.
2 5  Mengajarkan ROM aktif pada  Meningkatkan k
2 5 pasien dan keluarga. pasien.
 Mengurangi risiko luka
2 5  Mendukung ambulasi dini tekan.
2 5 seperti miring kanan dan kiri  Meningkatkan kemampuan
2 5  Mendiskusikan tentang mobilitas pasien.
Keterangan: program fisioterapi atau
1. Keluhan ekstrim. rehabilitasi medik yang bisa
2. Keluhan berat.
pasien lakukan.
3. Keluhan sedang.
19

4. Keluhan ringan.
5. Tidak ada keluhan

E. IMPLEMENTASI

Hari, jam Dx.


Implementasi Respon
(WIB) Keperawatan
(KODE)
Selasa, 5 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, composmentis
Maret 2019  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh seluruh badan
16.00  Memberikan infus metronidazole 3x500 mg masih kaku
 Memberikan injeksi phenitoin 2x1 amp  Terpasang infus RL 30 tpm.
 Memberikan oksigenasi 3 L/menit.  Masih terpasang oksigen 3L/menit
17.00  Memberikan injeksi ATS 20.000 ui  Terpasang injeksi diazepam 6
17.30  Memberikan injeksi diazepam 6 amp/24 jam amp/24 jam dalam syring pump
 Memonitor TTV  TD 130/90 mmHg, Nadi 96 x/mnt,
19.00  Menganjurkan untuk meningkatkan nutrisi suhu 37 0C, dan RR 22 x/mnt.
berupa susu cair.  Susu cair masuk sedikit-sedikit
 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Pasien bedrest, tetapi masih susah

 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari  untuk miring kanan dan kiri.
cahaya  Kamar pasien lampu dimatikan.
20.00  Mengukur balance cairan  Pengunjung hanya melihat di luar
kamar
 Balance cairan +561,25 cc

Rabu, 6 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, composmentis


Maret 2019  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh seluruh badan
08.00  Memberikan infus metronidazole 3x500 mg masih kaku, mulut masih susah
20

 Memberikan injeksi phenitoin 2x1 dibuka, verbal pasien masih tidak


 Memberikan perawatan pada kaki kanan yang jelas.
luka  Masih terpasang oksigen canul
10.00  Melakukan perawatan oral hygien 3L/menit
 Membersihkan mulut menggunakan
11.20  Memonitor TTV betadine kumur
 Menganjurkan untuk meningkatkan nutrisi  Melakukan suction
berupa susu cair dan mengkaji kemampuan  Mengganti balut pada kaki yang luka
13.00 menelan pasien  Terpasang infus aminofluid 20 tpm
 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Terpasang injeksi diazepam 6
amp/24 jam dalam syring pump
 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari  TD 180/100 mmHg, Nadi 98 x/mnt,
cahaya. suhu 37,2 0C, dan RR 24 x/mnt.
 Pasien masih diet cair dan belum bisa
 Mengukur balance cairan
menelan makanan
 Pasien bedrest
 Tangan dan jari bisa bergerak, bagian
lainnya masih kaku, dan masih ada
trismus.
 kamar lampu pasien dimatikan.
 Balance cairan +382,5 cc
Kamis, 7 1,2,3  Mengobservasi kondisi umum pasien.  KU cukup, composmentis
Maret 2019  Mengkaji keluhan pasien  Pasien mengeluh badan masih kaku,
08.00  Memberikan infus metronidazole 3x500 mg mulut kaku
 Memberikan injeksi phenitoin 2x1  Masih terpasang oksigen 3L/menit
09.00  Memberikan injeksi diazepam 8 amp/24 jam  Terpasang infus RL 30 tpm.
dalam syring pump  TD 160/100 mmHg, Nadi 94 x/mnt,
10.00  Memonitor TTV suhu 37,3 0C, dan RR 24 x/mnt.
 Memberikan nutrisi susu cair  Pasien masih diet cair.
11.00
 Memberikan perawatan oral hygien  Masih terpasang injeksi diazepam 8
21

13.00  Memberikan perawatan pada kaki yang luka amp/24 jam dalam syring pump
 Menganjurkan untuk istirahat yang cukup  Mangganti balutan pada kaki yang
 Mengontrol lingkungan agar terhindar dari luka
cahaya.  Membersihkan mulut dengan
 Mengukur balance cairan menggunakan betadine kumur
 Melakukan suction
 Pasien bedrest.
 Pasien masih kesulitan
menggerakkan persendiannya.
 Pasien di kamar dengan lampu di
matikan
 Pengunjung hanya melihat dari luar
kamar
 Balance cairan +532,5 cc
22

F. EVALUASI
Hari, jam Dx. Keperawatan Evaluasi (SOAP)
(WIB) (KODE)
23

Selasa,5 1,2,3 S: Pasien mengeluh seluruh badan kaku, susah untuk miring kanan kiri, mulut kaku susah
Maret 2019 di buka dan sulit menelan
Jam 20.00 O: Ku cukup, CM, TD 130/90 mmHg, Nadi 96 x/mnt, suhu 37 0C, dan RR 22 x/mnt, diet
cair, terpasang kateter,terpasang oksigen 3-4Liter/menit,terdapat luka pada kaki sebelah
kanan
A: masalah belum teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Frekuensi pernafasan 2 2 5
- Akumulasi sputum 2 2 5
- Suara tambahan 2 2 5
- Batuk 2 2 5

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Asupan makanan peroral 1 1 3
- Asupan cairan peroral 2 2 5

3. Hambatan mobilitas fisik


Indikator Awal Sekarang Akhir
- Rahang 2 2 5
- Leher 2 2 5
- Tulang belakang 2 2 5
- Lengan 2 2 5
- Jari 2 3 5
- Lutut 2 2 5

P: melanjutkan intervensi
-Memonitor KU dan TTV pasien
-Melakukan perawatan luka
-Memberikan diit cair
Rabu,6 1,2,3 S: Pasien mengatakan badan masih kaku sulit digerakkan, masih susah bicara.
Maret O: Ku cukup, CM, TD 180/100 mmHg, Nadi 98 x/mnt, suhu 37,2 0C, dan RR 24 x/mnt,
2019,jam diet cair, terpasang kateter dan nasal kanul oksigen, terdapat luka pada kaki kanan
13.00 A: masalah belum teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Frekuensi pernafasan 2 3 5
24

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tetanus merupakan suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat (Ritarwan, 2004). Tetanus biasanya bersifat akut dan menimbulkan
paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani. Bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan, terutama otot massester
dan otot rangka.

Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam,dengan
perawatan yang salah. Faktor predisposisinya antara lain umur tua atau anak-anak, luka yang dalam dan kotor, dan belum
terimunisasi. Pengobatan umum yang dapat di lakukan isolasikan penderita untuk menghindari rangsangan,ruangan perawatan
harus tenang dan pengobatan khusus yang di berikan Anti Tetanus toksin dan antikonvulsan dan sedative.
25

B. Saran

1. Bagi pasien

Di harapakan pasien agar dapat menjaga kesehatan dengan mengubah pola hidup sehat

2. Bagi RSI PKU Muhammadiyah Tegal

Di harapakan agar dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu dan pelayanan Rumah Sakit terhadap pasien
tetanus,supaya derajat kesehatan pasien lebih meningkat

3. Bagi penulis

Saran dan kritik dari pembaca di butuhkan demi kesempurnaan laporan kasus ini

DAFTAR PUSTAKA

Adam, R. D. (1997). Tetanus in Principles of Neurology. Mc Graw Hill

Aru, S. Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Internal Publishing

Bilotta, K.A.J. (2012). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawtan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC

Bulechek, G. M., et all. (2013). Nursing intervention classification (NIC). United States: Elsevier.

Dire, A. J. (2009). Tetanus & Medication. Diakses dari http://medicastore.com/penyakit/91/Tetanus.html

Harrison. (1994). Tetanus in Principles of Internal Medicine, vol. 2, ed. 13th. New York: Mc Graw Hill

Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
26

Moorhead, S, et all. (2013). Nursing outcome classification (NOC). United States: Elsevier

Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan. Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika

Nanda international, (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2016-2018. Jakarta: EGC

Ritarwan, K. (2004). Tetanus. Artikel Neurologi. FK USU

Tim Indeks. (2011). Nursing The Series for Clinical Excellence. Jakarta Barat: Indeks

Anda mungkin juga menyukai