Askep Tetanus
Askep Tetanus
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 05 Maret 2019 jam 16.00
Tempat : Ruang Multazam B
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Tanggal Lahir/Umur : 31 Desember 1960
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh tani
Alamat : Lumingser Rt 09/02
No. RM : 130841
Diagnosa Medis : Tetanus grade 3
2. Riwayat Keesehatan
Keluhan Utama : badan kaku,mulut susah di buka
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RS pada tanggal 4 Maret 2019 karena badan terasa kaku
dan , mulut kaku sampai tidak bisa mengucapkan kata dengan jelas. Pasien
mengatakan dua minggu sebelum dibawa ke RS,kaki kanan pasien tertusuk kayu saat
sedang bekerja. Setelah kejadian tersebut, badan pasien berangsur-angsur menjadi
kaku.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sedang di
derita sekarang,pasien hanya menderita penyakit seperti batuk pilek
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarganya mengatakan tidak ada penyakit yang menular atau
keturunan dalam keluarga,baik DM atau HT
3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Keluarga menyampaikan selama ini Tn.D selalu menjaga kesehatandengan
menerapkan pola hidup sehat. Akan tetapi untuk penyakit yang sekarang ini Tn.D dan
keluarga tidak tahu mengenai penyakit yang sedang di derita sekarang.
b. Pola Nutrisi/Metabolik
Sebelum sakit Tn. D makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur,
lauk. Asupan minuman Tn. D banyak bisa lebih dari 2 liter perhari. BB Tn.D ±54 kg .
Selama dirawat, Tn. D hanya mengonsumsi susu atau air yang di minum dengan
menggunakan sendok karena rahang kaku untuk digerakkan sehingga tidak bisa
11
mengunyah, akan tetapi Tn. D masih bisa menelan. Tn. D juga tidak memiliki alergi
terhadap makanan tertentu.
c. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat frekuensi BAB Tn. D sehari sekali dengan warna dan
konsistensi normal, tetapi selama sakit kaku Tn. D belum BAB. Pola BAK Tn. D
sebelum sakit bisa sampai lebih dari 10 kali sehari karena banyak minum air putih.
Selama dirawat Tn. D terpasang kateter dengan produksi urine 500 cc.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, aktivitas Tn. D cukup berat karena sebagai buruh dan
petani yang masih aktif bekerja serta masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti makan, minum, toileting dengan mandiri. Tetapi setelah sakit, Tn. D tidak bisa
beraktivitas karena seluruh badan terasa susah digerakkan dan hanya bisa bedrest
serta aktivitasnya menjadi tergantung kepada istri dan anaknya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum dirawat pola istirahat dan tidur Tn. D teratur dan tidak
mempunyai masalah tidur. Tn. D biasa tidur dari jam 22.00 sampai jam 05.00 untuk
langsung bersiap bekerja. Selama sakit, Tn. D menjadi sulit tidur selain karena
badannya kaku, mata Tn. D juga menjadi sensitif terhadap cahaya dan sentuhan,
sehingga lampu kamar rawat Tn. D harus selalu dimatikan. Hal itu juga yang
membuat Tn. D dirawat di ruang isolasi.
f. Pola Kognitif dan Persepsi
Fungsi pendengaran Tn. D masih baik tetapi mata Tn. D sangat sensitif
terhadap cahaya lampu dan sentuhan. Kemampuan bicara Tn. D juga mengalami
gangguan karena mulut susah di buka, sehingga untuk komunikasi biasanya Tn. D
menggunakan isyarat. Daya ingat Tn. D juga masih bagus karena masih nyambung
ketika diajak ngobrol meskipun sulit untuk bicara.
g. Pola Konsep-Persepsi Diri
Tn. D menerima kondisi penyakitnya dan yakin bisa sembuh. Saat dikaji
keluarga tegar dan sabar menceritakan kondisi penyakit Tn. D.
h. Pola Hubungan Peran
Tn. D tinggal bersama istri dan anaknya. dalam keluarga, Tn. D berperan
sebagai kepala rumah tangga. Kondisi sakitnya ini membuat Tn. D tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tn. D mengatakan tidak mempunyai masalah seksual. Tn. D menikah usia
18 tahun dan mempunyai 11 anak.
j. Pola Koping-Stress
Tn. D mengatakan sakitnya ini membuat beban pikiran, untuk mengatasi
hal tersebut Tn. D biasa membicarakan dengan istri dan anaknya, serta kadang
berdoa dan beristighfar saat merasa sakit. Menurutnya dengan begitu dapat membuat
Tn. D menjadi tenang.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
12
5. Pemeriksaan Penunjang
13
2. EKG (04-03-2019)
Hasil: sinus rhytm with fusion complexes otherwise normal ECG
6. Terapi Pengobatan
Oksigenasi canul 3 L/menit
Infus RL 30 tpm / Aminofluid 20 Tpm dalam infus pump
Injeksi diazepam 6 amp/24 jam dalam syring pump
Infus metronidazol 3x500 mg
Injeksi phenitoin 2x1 amp
Injeksi ATS 20.000 ui ekstra
metronidazole
B. ANALISIS DATA
Hari Selasa Tanggal 5 Maret 2019 Jam.16.00
DS: - pasien mengatakan mulutnya kaku Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidakmampuan menelan di tandai
dan susah dibuka, perutnya seperti tubuh dengan kelemahan otot untuk
kram menelan
- Pasien mengeluh susah menelan
4. Keluhan ringan.
5. Tidak ada keluhan
E. IMPLEMENTASI
Mengontrol lingkungan agar terhindar dari untuk miring kanan dan kiri.
cahaya Kamar pasien lampu dimatikan.
20.00 Mengukur balance cairan Pengunjung hanya melihat di luar
kamar
Balance cairan +561,25 cc
13.00 Memberikan perawatan pada kaki yang luka amp/24 jam dalam syring pump
Menganjurkan untuk istirahat yang cukup Mangganti balutan pada kaki yang
Mengontrol lingkungan agar terhindar dari luka
cahaya. Membersihkan mulut dengan
Mengukur balance cairan menggunakan betadine kumur
Melakukan suction
Pasien bedrest.
Pasien masih kesulitan
menggerakkan persendiannya.
Pasien di kamar dengan lampu di
matikan
Pengunjung hanya melihat dari luar
kamar
Balance cairan +532,5 cc
22
F. EVALUASI
Hari, jam Dx. Keperawatan Evaluasi (SOAP)
(WIB) (KODE)
23
Selasa,5 1,2,3 S: Pasien mengeluh seluruh badan kaku, susah untuk miring kanan kiri, mulut kaku susah
Maret 2019 di buka dan sulit menelan
Jam 20.00 O: Ku cukup, CM, TD 130/90 mmHg, Nadi 96 x/mnt, suhu 37 0C, dan RR 22 x/mnt, diet
cair, terpasang kateter,terpasang oksigen 3-4Liter/menit,terdapat luka pada kaki sebelah
kanan
A: masalah belum teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Frekuensi pernafasan 2 2 5
- Akumulasi sputum 2 2 5
- Suara tambahan 2 2 5
- Batuk 2 2 5
P: melanjutkan intervensi
-Memonitor KU dan TTV pasien
-Melakukan perawatan luka
-Memberikan diit cair
Rabu,6 1,2,3 S: Pasien mengatakan badan masih kaku sulit digerakkan, masih susah bicara.
Maret O: Ku cukup, CM, TD 180/100 mmHg, Nadi 98 x/mnt, suhu 37,2 0C, dan RR 24 x/mnt,
2019,jam diet cair, terpasang kateter dan nasal kanul oksigen, terdapat luka pada kaki kanan
13.00 A: masalah belum teratasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Indikator Awal Sekarang Akhir
- Frekuensi pernafasan 2 3 5
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetanus merupakan suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat (Ritarwan, 2004). Tetanus biasanya bersifat akut dan menimbulkan
paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani. Bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan, terutama otot massester
dan otot rangka.
Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam,dengan
perawatan yang salah. Faktor predisposisinya antara lain umur tua atau anak-anak, luka yang dalam dan kotor, dan belum
terimunisasi. Pengobatan umum yang dapat di lakukan isolasikan penderita untuk menghindari rangsangan,ruangan perawatan
harus tenang dan pengobatan khusus yang di berikan Anti Tetanus toksin dan antikonvulsan dan sedative.
25
B. Saran
1. Bagi pasien
Di harapakan pasien agar dapat menjaga kesehatan dengan mengubah pola hidup sehat
Di harapakan agar dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu dan pelayanan Rumah Sakit terhadap pasien
tetanus,supaya derajat kesehatan pasien lebih meningkat
3. Bagi penulis
Saran dan kritik dari pembaca di butuhkan demi kesempurnaan laporan kasus ini
DAFTAR PUSTAKA
Aru, S. Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Internal Publishing
Bilotta, K.A.J. (2012). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawtan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC
Bulechek, G. M., et all. (2013). Nursing intervention classification (NIC). United States: Elsevier.
Harrison. (1994). Tetanus in Principles of Internal Medicine, vol. 2, ed. 13th. New York: Mc Graw Hill
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
26
Moorhead, S, et all. (2013). Nursing outcome classification (NOC). United States: Elsevier
Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan. Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika
Nanda international, (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2016-2018. Jakarta: EGC
Tim Indeks. (2011). Nursing The Series for Clinical Excellence. Jakarta Barat: Indeks