Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DEWA AYU PUTU DIAN

PERMATASARI
NIM : 1804551385
MATKUL : HUKUM ISLAM
KELAS : D/REG PAGI

Soal
1. Mengapa Wakaf tidak dapat ditarik kembali dan bagaimana caranya agar wakaf
tidak ditarik kembali
2. Kapan ijab kabul dikatakan sah, dan dasar hukumnya

Jawaban

1. Dalam hukum Islam dan hukum negara yang mengatur wakaf, bolehkah menarik
kembali harta benda wakaf?

Pada dasarnya dalam Undang-undang No. 41 tahun 2004 dan lewat Peraturan
Pemerintah No. 42 tahun 2006 tidak mengatur dengan jelas tentang urusan
penarikan kembali harta benda yang sudah diwakafkan. Walaupun demikian, dalam
Pasal ke 40 Undang Undang Wakaf No. 41 Tahun 2004 sudah disebutkan bahwa,
harta benda yang sudah sah diwakafkan dari wakif ke penerima wakaf tidak boleh
atau dilarang untuk:

a. Dijadikan jaminan
b. Disita
c. Dihibahkan
d. Dijual kembali
e. Diwariskan
f. Ditukar
g. Dialihkan dalam bentuk pengalihan

Pertama: Benda wakaf tidak boleh dihibahkan kepada siapapun, Karena


wakaf adalah mengambil manfaat, bukan menghabiskan bendanya. Kedua:Benda
wakaf tidak boleh diwariskan. Karena bila diwariskan, berarti status wakafnya
pindah menjadi milik perorangan. Ketiga:Benda wakaf tidak boleh dijual-belikan.
Karena dengan dijual-belikan, berarti akan hilang benda aslinya.
Apabila harta yang sudah sah diwakafkan oleh pemiliknya akan tetapi tidak
digunakan sebagaimana mestinya oleh pengelola wakaf (nadzir) maka wakif tetap
tidak boleh mengambil kembali harta yang telah diwakafkan, namun dia bisa
menggantinya dengan nadzir yang lain. Kewajiban nadzir adalah melaksanakan
keinginan dari pihak yang mewakafkan karena itu merupakan amanah yang harus
ditunaikan.

Cara penyelesaiannya persoalan wakaf seperti itu tertuliskan dalam pasal ke 49


Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa

Ayat 1: Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran tidak
diperbolehkan atau dilarang kecuali dengan izin tertulis dari menteri berdasarkan
pertimbangan Badan Wakaf Indonesia

Ayat 2: Izin tertulis dari menteri seperti yang dimaksud pada pasal 1 hanya dapat
diberikan dengan pertimbangan berikut:

- Perubahan harta benda yang wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umum
sesuai rencana umum tata ruang ( RUTR ) berdasarkan ketentuan peraturan
perundang – undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
- Harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf.
- Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan
mendesak.

Harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf. Pertukaran
dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak. Adapula
lanjutan ayat-ayat berikutnya dalam Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006 yang
menyimpulkan bahwa harta benda yang sudah diwakafkan tidak boleh ditarik
kembali.

2. Ijab yang merupakan bagian dari rukun nikah adalah ucapan dari seorang wali nikah
yakni bapak atau seorang yang diwakilkan (karena bapaknya sudah meninggal)
untuk menikahkan anak wanitanya kepada calon pengantin pria dan atau
penyerahan dari wali (pihak pertama). Sedangkan qabul adalah jawaban dari calon
suami atas ijab yang diucapkan oleh wali nikah dan atau penerimaan dari calon
suami (pihak kedua).

Ucapan ijab dan qobul tidak boleh diucapkan dengan kata kata yang sembarangan
sebab harus sesuai fiqih pernikahan, haruslah ada kata nikah dan kawin baik itu
diucapkan oleh wali nikah maupun pihak kedua yaitu calon suami. Disebutkan pula
di dalam Al quran bahwa mengucapkan ijab dan qobul harus ada kata nikah dan
kawin.

Syarat sahnya Ijab Qabul dalam Islam


Syarat Ijab Nikah
- Pernikahan yang dilakukan harus pernikahan yang tepat sesuai tips menikah
dalam islam. Tepat di sini berarti tepat pada tanggal yang sudah ditentukan dan
calon mempelai yang sudah dipersiapkan untuk menikah.
- Tidak boleh merubah dan menggunakan kata kata yang dikarang sendiri.
Misalnya “saya nikahkan kamu dengan putriku Nazwa” dan calon suami
menjawab “Saya bersedia menikahi Nazwa” Kata kata ini tidak sah dalam
pernikahan.
- Ijab harus diucapkan oleh wali nikah yaitu bapak dari calon pengantin wanita
atau yang diwakilkan jika bapaknya sudah meninggal.
- Ijab tidak boleh dikaitkan dalam batas waktu tertentu atau nikah mut’ah (kawin
kontrak). Sudah jelas bahwa nikah mut’ah atau kawin kontrak haram hukumnya.
- Ijab tidak boleh memiliki persyaratan ketika ijab dilafazkan. Misalnya “saya
nikahkan kamu dengan putriku jika kamu menjadi seorang direktur hari ini”.
Dan qobul pun tidak boleh mengucapkan hal yang demikian misalnya “saya
bersedia menikahinya asalkan mengangkatku menjadi seorang pengusaha”.

Syarat Qobul Nikah


- Perkataan qobul harus sesuai dengan ucapan ijab. Seperti ‘saya nikahkan dan
kawinkan … Dengan … Binti … Dengan mas kawin … Tunai’. Qabul harus
menjawab ‘saya terima nikah dan kawinnya … Binti … Dengan mas kawin …
Tunai’.
- Kata yang diucapkan tidak boleh mengandung kata kata sindiran.
- Diucapkan oleh calon pengantin pria. Jika calon suami tidak bisa berbicara boleh
diwakilkan.
- Tidak boleh dikaitkan pada waktu tertentu (nikah mut’ah)
- Tidak memiliki persyaratan pada saat qobul diucapkan, seperti contoh pada ijab
nikah.
- Harus menyebutkan nama calon istrinya dengan binti siapa saat qobul
diucapkan.

Dasar hukumnya

- Pasal 27 Kompilasi Hukum Islam


Ijab dan kabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak
berselang
waktu.

- Pasal 28 Kompilasi Hukum Islam


Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang bersangkutan.
Wali nikah
mewakilkan kepada orang lain.

- Pasal 29 Kompilasi Hukum Islam


(1) Yang berhak mengucapkan kabul ialah calon mempelai pria secara pribadi.
(2) Dalam hal-hal tertentu ucapan kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain
sengan ketentuan calon mempelai pria memeberi kuasa yang tegas secara tertulis
bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria.
(3) Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai pria
diwakili,maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.

Anda mungkin juga menyukai