Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

HUKUM PERIKATAN

Oleh:
Nama : Dewa Ayu Putu Dian Permatasari
Nim_No Absen : 22820411048_25
Dosen: Dr. Marwanto.,SH.,M.Hum

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
Kasus Pendalaman Hukum
Perikatan

Kasus

- NGK, telah menutup perjanjian pertanggungan rebataran atas semua bangunan di atas
persil dengan asuransi "palatine" Jika terjadi perselisinan akan di putuskan oleh badan juru
pisah
- beberapa tahun timbullah kebakaran pada seluruh bangunan atas persil. NGK menuntut
uang ganti rugi dari pihak asuransi "palatine”
- asuransi menolak memenuhi seluruh ganti rugi, karena menurut pengakuanya yang di
pertanggungkan hanya bangunan toko. Bangunan lainnya tidak
- N6K menggugat palatine di PN bleh paletine mengemukakan antara NGK dan asuransi
teryata tidak ada kesepakatan mengenai obyek Pertanggungan, maka belum ada perjanjian
pertanggungan
- Tangkisan Paletine di tokar pengadilan, Pengadilan memerintahkam untuk di bentuk badan
Juru pemisah
- Pihak paletine mengajukan banding di pn, dan PN menimbang bahwa keberatan
pembanding tidak berdasar
- PN menolak keberatan tersebut dengan alasan : penggugat pada bagian menimbang bahwa
la menutup perjanjian dengan tergugat dan bagan ketiga bahwa tergugat harus memenuhi
perjanjianya ; bahwa tergugat telah menafsiran perjanjian itu secara lain

Pembahasan
Syarat sah nya perjanjian diatur dalam pasal 1320 KuHPer yaitu sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya, kecakapan untu membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab
yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah subyektif , syarat ketiga keempat Objektif. jika syarat
Subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian it dapat dibatalkan. Jika syarat objektif tidak dipenuhi,
maka batal demi hukum. adanya kesepakatan para pihak: atau asas konsensualitas. Perjanjian lahir
saat detik tercapainya kata sepakat diantara para pihak. untuk lahirnya suatu perjanjian yang sah,
pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan kehendak yang bebas tanpa paksaan,
kesesatan atau penipuan. tanpa adanya cacat kehendak. kesesatan sebenarnya yaitu antara
kehendak dan pernyataan kehendaknya sama, disini memang ada kehendak, tetapi kehendak itu
terbentuk secara keliru /tidak benar dan kekeliruan itu baru di ketahui setelah perjanjian ditutup
peresatan yang terjadi dalam kasus tersebut adalah error in substantia, yaitu kesesatan mengenai
obyek atau hakekat benda dalam perjanjian yang dibuat masih belum jelas jumlah dan belum
ditentukan. akibat dan perjanjian yang lahir karena adanya kesesatan (ketiru) maka perjanjian
tersebut dapat di batalkan oleh orang yang merasa kehendaknya keliru /terserat. Pada kasus
tersebut tidak memenuhi syarat obyektif sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 yaitu
mengenai objek tertentu, dalam perjanjian antara NGK dan Palestine tidak mencantumkan dengan
jelas mengenai objek yang akan dipertanggungkan oleh pihak palestine, objeknya disini belum
ditentukan jumlahnya, sesuai diatur dalam Pasal 1333 KUH Perdata Barang yang dapat
ditentukan jenisnya tidak menjadi masalah jika untuk sekarang jumlahnya tidak bisa ditentukan,
yang jelas dikemudian hari jumlahnya harus dapat ditentukan. Akibat dari tidak terpenuhinya
syarat objektif tersebut maka perjanjian antara NGK dan Palestine batal demi hukum.

Anda mungkin juga menyukai