Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia Gizi merupakan masalah kesehatan yang berperan dalam
penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi serta rendahnya
produktivitas kerja, prestasi olahraga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu,
penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Kemenkes R.I, 2015).
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam darah seseorang. Anemia terjadi karena kurangnya hemoglobin yang
berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen berkurang
tubuh akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah (Budihardjo, 2014).
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan
atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat,
ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi.
Anemia kekurangan besi dan juga anemia kekurangan asam folat sebenarnya
tidak perlu terjadi bila makanan sehari-hari cukup mengandung besi dan
asam folat. Namun sumber makanan kaya besi umumnya terdapat pada
sumber protein hewani, ikan dan daging yang sepenuhnya tidak terjangkau
oleh kebanyakan masyarakat (Arisman, 2014).
Anemia berat menyebabkan kegagalan jantung atau kematian pada saat
atau sehabis melahirkan yang bagi ibu sehat tidak membahayakan, bagi ibu
nifas dengan anemia berat dapat menimbulkan kematian. Sekitar 20%
kematian maternal di negara berkembang penyebabnya berkaitan langsung
dengan anemia defisiensi besi. Disamping dapat mengakibatkan kematian,
anemia defisiensi besi pada kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin
dalam kandungan terganggu, dan munculnya Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) (Khomsan, 2012).
Risiko anemia gizi pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita tidak hamil. Salah satu penyebabnya adalah pada ibu hamil diperlukan
kebutuhan zat gizi yang meningkat. Selain untuk menutupi kehilangan basal

1
(kehilangan zat gizi melalui keringat, urine, dan kulit), juga dibutuhkan
untuk keperluan pembentukan sel-sel darah merah yang bertambah banyak
serta untuk kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan (Poedyasmoro,
2015)
Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum terjadi,
sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita post partum dari keluarga.
Pengaruh anemia pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae
(Prawirohardjo, 2015). Faktor- faktor yang mempengaruhi anemia pada
masa nifas adalah persalinan dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia,
nutrisi yang kurang, penyakit virus dan bakteri (Prawirohardjo, 2015).
Penyerapan besi juga dipengaruhi oleh adanya zat-zat
penghambat penyerapan besi, yaitu asam fitat, asam oksalat, dan tannin
yang banyak terdapat pada serealia, sayuran, kacang-kacangan, dan
teh. Untuk meningkatkan penyerapan besi, dianjurkan untuk lebih banyak
mengkonsumsi vitamin C dan protein hewani (Waryana, 2010).
Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya budaya makan pada
masa nifas seperti pantangan terhadap makanan hewani, demikian juga
faktor ekonomi Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya budaya
makan pada masa nifas seperti pantangan terhadap makanan hewani,
demikian juga faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masa
nifas kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani
dalam sekali makan. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang
tinggi absorbsinya (Waryana, 2010). Untuk keadaan ini, World Health
Organization menganjurkan untuk memberikan suplementasi Fe kepada ibu
menyusui, karena keperluan zat besi pada masa ini tidak dapat dipenuhi hanya
dari makan saja. Ibu nifas sangat disarankan untuk minum pil besi selama
masa nifas yang harus diminum setiap hari. Pil ini dibagikan secara gratis
melalui kegiatan posyandu. Suatu penelitian menunjukan bahwa nifas yang

2
tidak minum pil besi mengalami penurunan ferritin (cadangan besi) cukup
tajam (Khomsan, 2012).
Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun
singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat Fe dalam
makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang
besar dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi
dalam sehari, dan jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga
dalam kondisi kebutuhan Fe tidak terpenuhi dari makanan, maka pilihan
untuk memberikan tablet besi Folat dan sirup besi guna mencegah dan
menanggulangi anemia menjadi sangat efektif dan efisien (Kemenkes R.I,
2005).
Pada ibu menyusui, kebutuhan zat gizi termasuk vitamin dan mineral
meningkat. Zat gizi tersebut tidak saja diperlukan oleh ibu menyusui untuk
memulihkan kondisi tubuh setelah melahirkan tetapi juga untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi yang baru dilahirkan. Bayi berumur 0-6 bulan
memang harus didukung dengan zat gizi yang dikonsumsi ibunya. Dengan
demikian, yang paling penting adalah setiap makanan atau minuman yang
dikonsumsi harus mengandung zat gizi yang cukup dan seimbang sehingga
air susu yang bermutu dapat diproduksi oleh tubuh ibu menyusui dalam
jumlah yang cukup (Syaifuddin, 2010).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2004) meneliti Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu nifas
di Kabupaten Serang dan Tangerang Jawa Barat tahun 2004, menghasilkan
kesimpulan yaitu pengetahuan ibu nifas tentang gizi terbukti sebagai salah
satu faktor yang ikut menentukan terhadap terjadinya anemia gizi pada ibu
masa nifas. Anemia gizi pada ibu nifas yang mempunyai pengetahuan gizi
dengan katagori rendah mempunyai risiko 2,39 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori tinggi.
Sementara pendidikan ibu pada penelitian ini tidak kelihatan hubungannya
dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil.

3
Menurut United Nation (WHO) tingginya prevalensi anemia pada masa
nifas dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu bersalin atau nifas sebagai
akibat komplikasi penanganannya. Sekitar 50% dari kematian di negara-
negara berkembang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh anemia defisiensi besi (Khomsan, 2012).
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (1994) angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Perinatal adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jika
dibandingkan dengan negara- negara lain maka angka kematian ibu di
Indonesia adalah 15 kali Angka Kematian Ibu di Malaysia, 10 kali lebih
tinggi daripada Thailand, atau 5 kali lebih tinggi dari pada Philipina
(Budihardjo, 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan kehamilan dengan KEK (kurang energi kronis) menggunakan
pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil
asuhannya.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Ny. L Usia 24
Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia Sedang.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus Ny. L Usia 24
Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia Sedang.
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada kasus Ny. L Usia 24 Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama
dengan Anemia Sedang.
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny. L
Usia 24 Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia
Sedang.

4
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus Ny. L Usia 24 Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan
Anemia Sedang.
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani Ny. L Usia
24 Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia Sedang.
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Ny.
L Usia 24 Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia
Sedang.
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus Ny. L Usia 24
Tahun P1A0 Post Partum Hari Pertama dengan Anemia Sedang.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan


kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan kehamilan yang berkaitan
dengan anemia pada masa nifas
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada kasus anemia pada masa nifas
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada masa nifas dan menyusui sehingga mahasiswa mampu
memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien
serta mengetahui kesesuaian tata laksana kasus antara teori dengan
praktik.
b. Manfaat bagi ibu hamil
Asuhan kehamilan ini dapat bermanfaat dalam perawatan kehamilan
dan perencanaan persalinan sehat dan aman.

5
3. Manfaat bagi lahan praktik
Laporan komprehensif kasus ini memberikan gambaran mengenai tata
laksana kasus asuhan kebidanan pada kehamilan dan memberikan
kritik dan saran yang membangun.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KAJIAN MASALAH

A. KAJIAN KASUS
I. Pengkajian Data Subyektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan maka data yang di
peroleh yaitu Pasien bernama Ny L umur 24 tahun dengan pendidikan
terakhir diploma tiga. Pasien seorang karyawan swasta di salah satu kantor
swasta wilayah wates. Suami Ny L yaitu Tn A umur 26 tahun dengan
pendidikan terakhir Sarjana Ekonomi, memiliki pekerjaan yang sama
dengan Ny L sebagai karyawan swasta. Ny L dan Tn A tinggal bersama
ibu dengan orang tua Ny L di Tangguh angih, Sidomulyo Pengasih.
Ny L datang kerumah sakit di antar suami dan keluarga pada tanggal 1
Desember 2019 pukul 07.15 WIB di IGD RS Wates dengan keluhan
demam sejak tanggal 30 november 2019 sore hari. selain keluhan demam
yang dirasakan Ny L mengatakan mulai merasakan kenceng – kenceng,
tetapi belum ada pengeluaran air ketuban. HPHT 09 Maret 2019 HPL 16
Desember 2019. Ibu mengatakan kehamilan ini yang pertama dan tidak
pernah keguguran. Hasil pemeriksaan TTV, antropometri dan Palpasi di
IGD : 137/84 MmHg N : 129 x/menit R : 20 x/menit SB : 38,3 oC. BB : 63
Kg,TB : 157 cm, Lila : 26 cm IMT : 24,7. Palpasi Abdomen Leopold I :
TFU : 32 cm, teraba bagian lunak dan tidak melenting Leopold II : di
bagian kiri perut ibu teraba bagian keras datar dan memanjang, di bagian
kanan ibu teraba bagian – bagia terkecil janin Leopold III : presentasi
terbawah janin teraba bagian bulat melenting. Leopold IV : Kepala sudah
masuk Pintu atas Panggung. (Divergen) Auskultasi : DJJ 134 x/menit.
Diagnosa awal masuk : G1P0A0 Uk 37 minggu 6 hari dengan suspec
Febris ISK. Dimana dilakukan pemeriksaan penunjang dengan hasil
pemeriksaan laboratorium : HB 11,5 gr/dl, HbSAg : Non Reaktif, Protein
Urine : +1. Saat dilakukan observasi di ruang IGD Suhu tubuh tertingi Ny
L 38,6oC dengan terapi yang diberikan injeksi Paracetamol 3x1, Cefixim 2

7
x 200 mg, tablet tambah darah dan kalk. Kemudian Ny L di pindahkan ke
kamar bersalin tanggal 2 desember 2019 jam 02.41 WIB dengan hasil
pemeriksaan TTV : TD 117/80 MmHg, N 115 x/menit, R 20 x/menit, Sb
36 oC. pada tanggal 2 desember 2019 dilakukan pemeriksaan dalam
dimana Ny L mengatakan kenceng – kenceng semakin sering dirasakan
dan sudah adapengeluaran lender darah. Hasil pemeriksaan jam 06.00
WIB VT 7 cm penurunan Kepala 2/5, STLD (+), AK(+), Hodge III.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kedua jam 11.00 WIB VT 10 cm
penurunan kepala 0/5 Ketuban pecah spontan jernih. Kemudian dilakukan
pertolongan persalinan, bayi lahir spontan pukul 11.45 dengan BB 3530,
PB 51, LK 35, LD 35, LP 30, LL 12, Dan plasenta lahir spontan lengkap
setelah 10 menit bayi lahir. Vagina tampak dilakukan penjahitan perineum
rupture grade 3 dan bayi di segera di pindahkan di ruang NICU untuk
mendapatkan perawatan. Setelah dilakukan observasi 2 jam post partum
pasien di pindahkan di ruang kenanga tanggal 2 desember 2019 jam 14.30
WIB. Pasien mengatakan merasa nyeri pada luka jahitan perineum grade
3. Terapi yang telah diberikan injeksi metergin, injeksi ceftriaxone. Pada
tanggal 3 Desember 2019 Ny L dengan post partum H1 mengatakan
merasa lemes dan sedikit pusing untuk berjalan, kemudian dilakukan
pemeriksaan laboratorium hasilnya Hb 8,6 g/dl. TD : 120/80 MmHg, N :
82 x/menit. R : 22 x/menit. Selama masa kehamilan Ny L meengatakan
sempat mengalami anemia denga hasil pemeriksaan Hb 10,4 g/dl
kemudian dilakukan pemeriksaan kembali mejadi 11,2 g/dl. Dimana
selama masa kehamilan Ny L mengatakan jarang sekali mengkonsumsi
sayuran dan jarang minum air putih.

B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ- organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

8
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan (Suherni, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra-hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
2. Tahapan Masa Nifas yaitu :
a. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu
dibolehkan berdiri dan jalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan
kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada
masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah:
a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.
b. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gengguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas
d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu maupun bayinya pada masa nifas. (Suherni,2010)

9
4. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Frekuensi kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
setelah b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan;
persalinan rujuk jika perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
2 6 hari uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
setelah tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau.
persalinan b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu menapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan adanya tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
2 minggu pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
setelah dan merawat bayi sehari-hari.
3 persalinan a. Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan

6 minggu setelah a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-


persalinan penyulit yang ia atau bayi alami.
4 b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

10
5. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
b. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin.
c. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal dan
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
d. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini dapat tidak di kenali sampai terjadi syok.
6. Kebutuhan gizi pada ibu nifas

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan
dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi (Waryana,
2010). Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang
dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan
dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup
dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Tambahan zat besi sangat penting
dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel,
serta menambah sel darah merah (Hb) sehingga daya angkut oksigen mencukupi
kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,
kacang-kacangan, dan sayuran hijau (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

11
Tabel 2.3
Perbandingan angka kecukupan energy dan gizi wanita dewasa dan
tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui

Ibu Meny usui


Wanita Ibu
No Zat Gizi 0-6 7-12
Dewasa Hamil
bulan bulan
1. Energi (kkal) 2200 285 700 500
2. Protein (g) 48 12 16 12
3. Vitamin A (RE) 500 200 350 300
4. Vitamin D (mg) 5 5 5 5
5. Vitamin E (mg) 8 2 4 2
6. Vitamin K (mg) 6,5 6,5 6,5 6,5
7. Tiamin (mg) 1,0 0,2 0,3 0,3
8. Riboflavin (mg) 1,2 0,2 0,4 0,3
9. Niasin (mg) 9 0,1 3 3
10. Vitamin B12 (mg) 1,0 0,3 0,3 0,3
11. Asam Folat (mg) 150 150 50 4,0
12. Piidoksin (mg) 1,6 0,6 0,5 0,5
13. Vitamin C (mg) 60 10 25 10
14. Kalsium (mg) 500 400 400 400
15. Fosfor (mg) 450 200 300 200
16. Besi (mg) 26 20 2 2
17. Seng (mg) 15 5 10 10
18. Yodium (mg) 150 25 50 50
19. Selenium (mg) 55 15 25 20
Sumber: Ambarwati dan Wulandari, 2010

Perbandingan porsi makanan wanita tidak hamil, hamil, dan menyusui

Kelompok makanan Jumlah borsi


Tidak hamil Hamil Menyusui
Protein 2 4 4
a. Hewani$ (1) (2) (2)
b. Nabati* (1) (2) (2)

Susu dan olahannya 2 4 4-5


Roti dan bebijian* 4 4 4
Buah dan sayuran
a. Buah kaya (1) (1) (1)
vitamin
C (1) (1) (1)
b. Sayur hijau tua
c. Sayur, buah lain (2) (2) (2)

Sumber: Arisman, 2014

12
13

Keterangan:
@ Porsi dalam tabel ini telah memenihi RDA, kecuali energy, zat besi,
dan asam folat. Penambahan 300 kkal diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan energy, disamping zat besi dan asam folat.
Selain itu,ke dalam porsi ini harus pula ditambahkan lemak atau
minyak sebanyak
30cc setiap hari.
$ Satu porsi adalah 60 gram.
* Harus dimasukkan paling tidak tumbuhan polong.
# Hasil olahan bebijian sebaiknya ditambahkan dengan magnesium,
seng, asam folat, dan vitamin B6
7. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu istilah medis yang digunakan untuk menyatakan


kondisi tubuh yang memiliki kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin merupakan
bahan pembawa oksigen dan karbondioksida yang sangat penting bagi fungsi sel
tubuh secara keseluruhan. Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah, sehingga
kadar hemoglobin juga berhubungan dengan jumlah dan kadar sel
darah merah. Sel darah merah bertugas untuk membawa oksigen dan nutrisi ke
seluruh jaringan tubuh. Jika jaringan atau sel tidak memiliki suplai oksigen yang
cukup, maka energi yang dibentuk oleh sel akan berkurang sehingga sel mudah
lelah dan akhirnya mati. Pada kondisi anemia, sel darah merah tidak mampu
membawa oksigen dalam jumlah cukup karena hemoglobin yang dimilikinya
rendah, sehingga tubuh akan mudah lelah (Eams, 2009).
Hemoglobin dalam darah dapat menurun oleh berbagai sebab. Penurunan
proses pembentukan hemoglobin misalnya pada konsisi kurang gizi, kurang
protein, zat besi dan asam folat dapat menjadi penyebab kondisi anemia. Karena
kadar hemoglobin terkait dengan kadar sel darah merah maka pembentukan dan
penghancuran sel darah merah juga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin.
Penurunan pembentukan sel darah merah misalnya pada penyakit kanker darah
putih (leukemia) atau penyakit gangguan pada sumsum tulang akan
menyebabkan pembentukan sel darah merah terganggu sehingga menurunkan
kadar hemoglobin. Selain itu, kondisi dimana sel darah merah banyak
dihancurkan atau dikeluarkan misalnya pada perdarahan oleh berbagai sebab,
14

thalasemia atau penyakit lain yang menimbulkan peningkatan penghancuran sel


darah merah juga akan menimbulkan kondisi anemia. Oleh karena hubungan
hemoglobin dengan jumlah sel darah merah ini maka banyak orang
menganggap bahwa anemia adalah penyakit kurang darah walau sebenarnya
tidak tepat. Anemia adalah tanda suatu penyakit atau gejala atau berbagai
kondisi tubuh yang timbul akibat rendahnya kadar hemoglobin oleh
berbagai sebab atau penyakit (Eams, 2009).
8. Jenis-Jenis Anemia
a. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari
molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan
karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang dewasa hampir selalu
disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang bisa berasal
dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).
b. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah
kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak
ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak
hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C
adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan
vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi
anemia (Soebroto, 2010)
c. Anemia Makrositik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau
asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan
pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin
B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan
usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal (Soebroto, 2010).
d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih


cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena
salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya,
15

fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat
(Soebroto, 2010).
e. Anemia Sel Sabit
Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah
yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010).
Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang
harus mewarisi dua gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya.
Gejala utama penderita anemia sel sabit adalah:
1) Kurang energi dan sesak nafas,
2) Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning)
3) Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat
tersumbatnya pembuluh darah kapiler.
f. Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan
tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
maupun trombosit (Soebroto, 2010).

9. Patofisiologi
Dampak persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan wanita terlihat pucat
dan letih selama satu atau beberapa hari setelah melahirkan (Fraser, 2012).
Anemia dalam nifas dapat terjadi sebagai akibat perubahan sistem hematologi
dalam masa kehamilan, hal tersebut dapat dijelaskan melalui bagan sebagai
berikut:
Hamil 6 minggu - 7 hari postpartum terjadi hipervolemia

Plasenta lahir saat persalinan

Perdarahan

Zat besi hilang ± 900 mg

Pasokan zat besi

Deplesi massa sel darah merah

Konsentrasi Hb < normal

Kapasitas darah untuk mengangkut O2 < normal

Anemia Defisiensi Besi


16

9. Penyebab Anemia
Sebagai besar anemia di Indonesia disebabkan oleh konsumsi zat besi (Fe)
pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi adalah
salah satu unsur gizi mikro yang esensial bagi tubuh, merupakan komponen
pembentuk Hb atau sel darah merah. Disamping itu Fe juga diperlukan enzim
sebagai penggiat.
Menurut Fatmah (2017) defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsorbsi
tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya intake Fe, penurunan biovailabilitas Fe dalam tubuh, peningkatan
kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti masa pertumbuhan dan
kehamilan.
10. Tanda-tanda dan Akibat Anemia
Kekurangan Fe dapat menyebabkan anemia mikrosistik. Anemia jenis
ini paling banyak terdapat di dunia, dimana sekitar 60-70 persen anemia
disebabkan oleh kekurangan Fe. Dalam hemoglobin. Fe akan mengikat empat
oksigen, sehingga gejala kekurangan Fe akan menyebabkan rendahnya peredaran
oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan :
a. Lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kolopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
d. Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya
(Soebroto, 2010):
1) Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai
2) Wajah tampak pucat.
3) Mata berkunang-kunang
4) Nafsu makan berkurang.
5) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
6) Sering sakit.
17

Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada :


(Soebroto, 2010)
1) Kecepatan timbulnya anemia
2) Usia individu
3) Mekanisme kompensasi
4) Tingkat aktivitasnya
5) Keadaan penyakit yang mendasarinya
6) Beratnya anemia

Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia
adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan
merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi
pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan
kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva
merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Pada anemia
berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantung yang
anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna
seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah
dan membrane mukosa mulut), gejala-gejala umumnya disebabkan oleh
keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,2015).
11. Mendiagnosis anemia
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan
oleh dokter. Dokter memerlukan tes laboratorium, uji laboratorium yang paling
baik untuk mendiagnosis anemia meliputi pengukuran hematokrit atau kadar
hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih
rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
(Soebroto, 2010).
18

Tabel 1. Klasifikasi anemia menurut kelompok umur.

Normal Anemia
Usia/Jenis Kelamin
(g/dl) Ringan Sedang Berat
Anak 6-59 bulan 11 10 – 10,9 7 – 9,9 < 7,0
Anak 5-11 tahun 11,5 11 – 11,4 8 – 10,9 <8
Anak 12-14 tahun 12 11 – 11,9 8 – 10,9 <8
Perempuan tidak hamil
12 11 – 11,9 8 – 10,9 <8
(> 15 tahun)
Ibu hamil 11 10 -10,9 7 – 9,9 <7
Laki- laki (> 15 tahun) 13 11 – 12,9 8 – 10,9 <8
Sumber : WHO 2014
12. Penanganan anemia dalam masa nifas
Penanganan anemia dalam nifas adalah sebagai berikut:
a. Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir.
Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari.
b. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada
waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 5 gr (anemia
pasca perdarahan).
c. Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein dan zat
besi seperti telur, ikan, dan sayuran.
d. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan
nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamian C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jerik
dan nanas.
3) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet
tambah darah (Boedihardjo, 2014).
19

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Ny. L adalah ibu post partum hari pertama berusia 24 Tahun. Ny. L masuk
ruang kenanga setelah bersalin tanggal 2 desember 2019.
Berdasarkan pengkajian Ny L mengatakan sebelumnya masuk rumah sakit
karena demam. kemudian masuk ruang bersalin karena sudah merasakan
kencang – kencang mulai teratur dan sering dan bersalinpada pukul 11.45
WIB dan dilakukan penjahitan perineum dengan rupture grade 3.
Pada Pengkajian riwayat kehamilan Ny L mengatakan sempat mengalami
anemia pada trimester 3 dengan Hb 10.4 g/dl. Dan saat ini Ny L merasa lemas
dan sedikit pusing. Selain itu kebiasaan ibu selama hamil yang jarang
mengkonsumsi sayuran juga dapat berpengaruh pada pemenuhan status gizi
selama hamil sampai pada masa nifas. Ny L juga mengatakan jarang
mengkonsumsi air putih sehingga pada hasil pemeriksaan urin lengkap hasil
pemeriksaan protein +1 yang artinya Ny mengalami Infeksi saluran kencing.
B. Analisa

Dari pengkajian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Ny. L usia 24 tahun
P0A0 Post partum hari pertama dengan anemia sedang. Hal ini mungkin
disebabkan oleh Dampak persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan wanita
terlihat pucat dan letih selama satu atau beberapa hari setelah melahirkan
(Fraser, 2012). Anemia dalam nifas dapat terjadi sebagai akibat perubahan
sistem hematologi dalam masa kehamilan serta perdarahan yang sering terjadi
pada proses persalinan. Selain itu Ny. L memerlukan konseling mengenai
pemenuhan gizi seimbang pada ibu nifas.
C. Penatalaksanaan
Dalam kasus ini, Ny. L dengan Anemia sedang telah dilakukan
penanganan sesuai dengan kebutuhan pasien. Dimana bidan memberikan
penatalaksanaan berupa KIE mengenai anemia masa nifas dan komplikasinya,
KIE pemenuhan gizi seimbang.
20

Penanganan kasus anemia masa nifas sudah sesuai dengan SOP yaitu
memberikan konseling mengenai gizi seimbang, dan pemberian tablet tambah
darah dan kolaborasi dengan petugas gizi untuk pemenuhan nutrisi selama di
rawat di rumah sakit. Dalam meningkatlan salah satu indikator mutu
pelayanan di diruang kenanga maka dilakukan pemantauan pada masa nifas
selama dilakukan perawatan dan menganjurkan pasien untuk melakukan
kunjungan ulang di puskesmas atau rumah sakit jika sewaktu – waktu ada
keluhan yang dirasakan. Dalam pemenuhan gizi sesuai teori dapat diberikan
Fe, multivitamin, protein, dan lain sebagainya. Pemberian terapi di sudah
sesuai dengan SOP yang ada yaitu pemberian TTD, Asam mefenamat dan
Paracetamol.
21

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus Ny L umur 24 tahun pada masa kehamilan telah mendapat
penanganan yang tepat yaitu mendapatkan konseling, asuhan masa nifas
dengan pemeriksaan fisik dengan didukung pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan laboratorium, konsultasi gizi, dan dokter SPOG untuk pemberian
terapi. Konseling tentang tanda bahaya pada masa nifas sangat penting
dilakukan agar klien dapat mengenali tanda bahaya yang mungkin terjadi
sehingga bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat dan optimal.
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan
mulai dari pengkajian data, analisis, menetukan kebutuhan, melakukan
perencanaan dan tatalaksana tindakaan serta pendokumentasian menggunakan
SOAP.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam penatalaksanaan kasus
Nifasdengan anemia sedang sehingga mahasiswa mampu memberikan
asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien serta
mengetahui kesesuaian tata laksana kasus antara teori dengan praktik.
2. Bagi Ibu Hamil
Ibu Nifas mendapat asuhan kebidanan dalam masa nifas yaitu ibu ibu
nifas dengan anemia sedang
3. Bagi Lahan Praktik
Laporan komprehensif ini memberikan gambaran mengenai tata
laksana kasus kehamilan dengan mempertahankan kualitas pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.
2. Boedihardjo, 2014, Http://gizi.net/anemia.Gizi.doc. 12 Desember 2019
3. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC; 2014
4. Khomsan A. 2012. Ekologi Masalah Gizi, pangan Dan Kemiskinan. Bandung:
Alvabeta.
5. Poedyasmoro dkk. 2015. Buku Praktis Ahli Gizi. Malang : Politeknik
kesehatan Jurusan Gizi Malang.
6. Prawirohardjo, S. (2015). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
7. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima; 2010.
8. Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
9. Jakara: PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
10. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima; 2010.
11. Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakara: PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
12. Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
13. Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha
Medika.
14. Soebroto, I. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Bangkit.
Yogyakarta.
15. Fraser, D.M. & Cooper, M.A. (2012). Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: EGC.
16. Fatmah, 2017, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Raja Grafindo
Persada, Jakarta
17. WHO. The Global Prevalence of Anemia in 2011. Geneva: World Health
Organization, 2014.

22
Lampiran

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


PADA Ny. L USIA 24 TAHUN P1A0 POST PARTUM NORMAL HARI
PERTAMA DENGAN ANEMIA SEDANG
DIRUANG KENANGA RSUD WATES

No register : 099515
Nama Pengkaji : MEYKE POTUTU
Tempat Pengkajian : Ruang Kenanga RSUD Wates
PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. L Tn. A
Umur : 24 tahun 26 tahun
Pendidikan : D3 S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Tanggulangin, Sidomulyo Pandu 84/24, Hargorejo
Pengasih Kokap
No. Hp : 0858 9963 8239

DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan saat ini
Ibu mengatakan merasa nyeri luka jahitan perineum
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama tahun 2019 umur 23 tahun. Dengan suami
sekarang 11 bulan
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 30 hari. Teratur. Lama 7 hari. Sifat Darah :
Encer. Tidak ada flour albus. Banyak Darah 3-4x ganti pembalut dalam satu
hari. HPHT 11 Maret 2019 HPL 16 Desember 2019

23
4. Riwayat Kehamilan ini
a. Riwayat ANC
ANC Sejak umur kehamilan 6+6 minggu. ANC di Puskesmas Pengasih
Frekuensi.
Trimester I : 2 kali
Trimester II : 5 kali
Trimester III : 2 kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 16 minggu.
Pergerakan janin dalam 12 jam terakhir >10 kali
c. Keluhan yang dirasakan
Trimester I : mual dan sering pusing
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
d. Imunisasi
TT4 tahun 2019
5. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu

G1 P0 Ab0 Ah0

Persalinan Nifas
Hamil
Umur Jenis Komplikasi Jenis BB
ke Tgl lahir Penolong Laktasi Komplikasi
kehamilan Persalinan Ibu Bayi kelamin Lahir
2 Tidak Tidak
1 37+6 Normal Bidan Perempuan 3530 Ada Tidak ada
/12/2019 Ada Ada

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan

Jenis Mulai memakai Berhenti/Ganti Cara


No
Kontrasepsi Tanggal Oleh tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

24
Rencana Setelah ini : ibu mengatakan ingin menggunakan KB Implant
7. Riwayat pola pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi Makan Minum
Frekuensi 3x sehari ±8 gelas setiap harinya

Macam Nasi, lauk, sayur dan Air putih dan susu ibu
buah hamil

Jumlah Porsi sedang 1 gelas

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Pola Eliminasi BAB BAK


Frekuensi 1x sehari ±5-6x dalam satu hari

Warna Kuning kecoklatan Kuning

Bau Khas feses Khas urine

c. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Ibu sebagai karyawan swasta dan ibu rumah
tangga kesehariannya adalah menyapu rumah, mencuci baju, memasak dan
menyetrika baju dan melakukan pekerjaan sebagai karyawan swasta.
Untuk pekerjaan rumah kadang – kadang di bantu oleh ibunya.
Istirahat/Tidur : Tidur siang kadang - kadang di waktu libur kerja,
malam 8 jam
Seksualitas :Frekuensi 2-3x dalam seminggu sebelum hamil,
semenjak hamil melakukan 1x saat awal kehamilan. Keluhan tidak ada.
d. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin saat mandi, setelah buang air kecil,
setelah buang air besar dan apabila celana dalam lembab dan tidak
nyaman.
Kebiasaan mengganti pakaian dalam setelah mandi dan apabila celana
dalam basah dan kurang nyaman.

25
Jenis pakaian dalam yang digunakan kain katun.
e. Kebiasaan Sehari-hari
Ibu tidak merokok
Ibu tidak minum jamu-jamuan
Ibu tidak minum-minuman keras
Perubahan pola makan (termasuk nyidam, nafsu makan turun, dan lain-
lain) saat ini nafsu makannya meningkat.
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti hepatitis,
diabetes mellitus, penyakit jantung, dll.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit
seperti hepatitis, diabetes mellitus, penyakit jantung, dll.
c. Riwayat psikologi keluarga
Ibu dan suami sangat senang karena segera diberikan kepercayaan untuk
menjadi seorang ibu.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki keturunan kembar
e. Riwayat Alergi
Makanan: tidak ada alergi makanan
Obat: tidak ada alergi obat
lain : tidak ada alergi zat lainnya
9. Riwayat Psikologi Spiritual
a. Pengetahuan ibu tentang kehamillan, persalinan dan nifas
Ibu mengatakan selama kehamilannya ibu makan makanan yang bergizi
dan mengatur aktivitas agar tidak terlalu berat, sudah melakukan
persalinan sejak dini, dan setelah ibu bersalin akan berusaha mengurus
bayinya sebaik mungkin dengan mengupayakan pemberian ASI
eksklusif.

26
b. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang
Ibu sudah mengerti dengan keadaannya bahwa ibu mengalami mengalami
anemia setelah bersalin
c. Penerimaan ibu terhadap nifasnya saat ini
Ibu sangat senang sudah menjaddi seorang ibu dengan bersalin secara
normal dan sudah ada pengeluaran ASI.
d. Tanggapan keluarga terhadap keadaannyasaat ini
Suami turut bahagia dan selalu menemani istrinya mulaidari
memeriksakan kehamilannya, bersalin sampai pada masa nifas dan
menyusui saat ini.
e. Persiapan/rencana perawatan bayi sehari - hari
Rencana dalam perawatan bayi sehari – hari akan di bantu oleh suami dan
ibunya sendiri.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : baik kesadaran composmentis
b. Tanda vital
TD : 117/80 mmHg.
N :82 kali/menit.
R : 22 kali/menit.
S :36,7°C
c. TB :157cm
BB Hamil :63 Kg
LLA : 26 cm.
IMT : 24,7
e. Kepala dan leher
Oedem Wajah : tidak ada
Chloasma gravidarum : tidak ada
Mata : konjunctiva merah muda, sklera putih
Mulut : bersih, tidak ada sariawan

27
f. Payudara
Bentuk : simetris
Areola mammae : warna kehitaman
Puting susu : menonjol
ASI : Sudah keluar
g. Abdomen
Bekas luka : tidak ada
TFU : 2 Jari dibawah pusat
h. Genetalia
Bekas luka : Terdapat luka jahitan perineum dengan rupture
grade 3
Kelenjar Bartholini : tidak tampak adanya kelenjar bartolini
Pengeluaran darah : dalam batas normal
i. Anus : tidak terdapat adanya hemorid
j. Ekstremitas
Oedem : tidak ada
Varices : tidak ada
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium pertama (2 Desember 2019)
Hb= 11,5 gr/Dl, HbsAg NonReaktif, Urine (Protein +1)
Pemeriksaan Laboratorium pertama (3 Desember 2019)
Hb 8,6 g/dl

ANALISA

Ny L Umur 24 Tahun Post Partum Hari pertama dengan Anemia Sedang

28
PENATALAKSANAAN (3 Desember 2019)
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu kurang
baik, yaitu Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, suhu 36,7ºC, nadi 82 x/
menit, Respirasi 22 x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat, dan terdapat luka
jahitan perineum.
Evaluasi: Ibu memahami dengan kondisinya saat ini
2. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan. Ibu dianjurkan untuk konsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang banyak mengandung protein, sayuran
hijau dan buah – buahan. Serta Mencukupi kebutuhan cairan, minum
sedikitnya 2 liter tiap l hari untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari. diamana dengan mengkonsumsi gizi seimbang dapat
berpengaruh juga ada kualitas ASI untuk bayinya.
Evaluasi: Ibu bersedia untuk makan-makanan yang bergizi dan minum
cukup
3. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bagian kemaluannya dengan
merawat luka oprasi menggunakan kassa steril dan betadin dimana
sebelumnya membersihkan organ kewanitaan dengan air bersih searah dari
atas ke bawah.. Dan mengganti pembalut minimal 2/ perhari..
Evaluasi: Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan alat kewanitaannya.
4. Memberitahu ibu untuk menjaga payudaranya agar bersih, tidak luka atau
lecet dengan mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar.
Evaluasi: Ibu bersedia untuk menjaga payudaranya
5. Memberikan KIE dan motivasi pada ibu dan keluarga tentang pentingnya
pemberian ASI Eksklusif dengan dengan mengunjungi bayinya sesering
mungkin setiap 2 jam untuk memberikan ASI serta menghindari rasa stress
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
Evaluasi: ibu dan keluarga memahami tentang pentingnya ASI eksklusif dan
akan berusaha untuk memberikan ASI Esklusif pada bayi
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi mengkonsumsi obat yang nanti
akan diberikan pemulihan keadaan ibu.

29
Evaluasi: Ibu bersedia untuk meminum obat yang telah diberikan secara
rutin.
7. Memberitahu ibu melakukan kunjungan di puskesmas atau poliklinik 7 hari
kemudian untuk mengntrol kesehatan ibu dan bayi atau sewaktu – waktu
apabila ibu ada keluhan yang dirasakan.
Evaluasi: Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan di puskesmas
8. Melakukan dokumentasi tentang asuhan kebidanan yang diberikan
Evaluasi: Hasil pemeriksaan ibu telah dilakukan dokumentasi.

30

Anda mungkin juga menyukai