Anda di halaman 1dari 9

Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.

7, November 2019 18

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALAUD
Winly Vaskiano Gusti Dolongpaha*, Paul A.T. Kawatu*, Ribka E. Wowor*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulamgi Manado

ABSTRAK
Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa dalam rangka peningktan
mutu pelayanan, rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali
dimana unsur keselamatan dan kesehatan kerja termasuk sebagai salah satu yang dinilai didalam
akreditasi rumah sakit. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan
wawancara mendalam kepada 7 orang informan yang terdiri dari Direktur Rumah Sakit, Ketua K3RS,
Seorang Perawat, Kepala Laboraorium, Kepala Ruangan, Seorang Dokter, dan Cleaning Service di
RSUD Talaud. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan program K3RS di RSUD Talaud
secara umum belum terlaksana secara optimal dikarenakan masih terdapat cukup banyak sub program
yang belum berjalan sesuai dengan peraturan. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa untuk program kesehatan kerja hanya dua sub program yang berjalan dari sembilan
sub program yakni pemberian pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi dan pelaksanaan evaluasi.
Sedangkanuntuk program keselamatan kerja hanya tiga sub program yang berjalan dari lima belas sub
program\pertanyaan yaitu, pembinaan dan pengawasan sanitasi, pembinaan dan pengawasan
perlengkapan keselamatan kerja, pembinaan/pengawasan perlengkapan keselamatan kerja

Kata Kunci: Program Kesehatan Kerja, Program Keselamatan Kerja, K3RS

ABSTRACT
Law number 44 of 2009 concerning hospitals states that in the context of improving service quality,
hospitals must be accredited periodically at least once every 3 (three) years where the element of
occupational safety and health is included as one of the assessed in hospital accreditation.This research
is a type of qualitative research conducted with in-depth interviews with 7 informants consisting of the
Director of the Hospital, the Head of hospital occupational safety and health a Nurse, Head of
Laboratories, Head of Room, A Doctor, and Cleaning Service at Talaud Regional Hospital. The results
showed that the implementation of occupational health and safety programs at the Talaud Regional
General Hospital in general had not been carried out optimally because there were still many programs
that had not been running well. The conclusion of this study shows that for the occupational health
program only two sub-programs that run out of the nine sub-programs, namely the provision of treatment
and maintenance as well as the evaluation and implementation. Whereas for the work safety program,
only three sub-programs run out of the fifteen sub-programs \ questions, namely the development and
supervision of work safety equipment, guidance and supervision of water sanitation, guidance and
supervision of work safety equipment.

Keywords: Occupational Health Program, Occupational Safety Program, Hospital occupational safety
and health

PENDAHULUAN tahunnya (Kementrian Kesehatan RI, 2014).


Riset yang dilakukan oleh International
Penelitian yang dilakukan di RSD dr.
Labour Organization (ILO) menunjukan
Soebandi Jember, data kecelakaan kerja
bahwa Angka Kecelakaan kerja terhitung
dala kasus tertusuk dengan jarum suntik
masih sangat tinggi, yaitu 1 pekerja di
tercatat terdapat 9 kasus kecelakaan kerja
dunia meninggal setiap 15 detik karena
tertusuk jarum suntik pada perawat
kecelakaan kerja dan 313 juta pekerja
dibeberapa ruang perawatan. Dari 9 kasus
mengalami kecelakaan non-fatal per
tersebut terdapat 1 kasus tertusuk jarum
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 19

suntik bekas menyuntik pasien suspect dan juga kurangnya sumber daya yang
typus dan hepatitis B (Prakasiwi, 2010) berkompeten dalam bidangnya. sudah
Rumah Sakit Umum Daerah seharusnya pihak dari Rumah sakit
Talaud, adalah rumah sakit yang berada di menjalankan upaya-upaya K3 dalam rangka
desa Mala kabupaten Kepulauan Talaud. meminimalisir bahkan pula menghindari
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat
dengan tipe Rumah sakit yaitu tipe C, kerja yang dapat terjadi di Rumah
akreditasi kelulusan tingkat dasar dengan Sakit.Berdasarkan uraian diatas, maka
status lulus perdana, yang memiliki tugas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dan fungsi melaksanakan tugas dengan menggambarkan pelaksanaan
pemerintahan pada bidang pelayanan program kesehatan dan keselamatan kerja
kesehatan serta melaksanakan pembinaan, rumah sakit (K3RS) di Rumah Sakit Umum
peningkatan pelayanan kesehatan dan Daerah Talaud, Desa Mala, Kabupaten
melaksanakan pelayanan dalam Kepulauan Talaud.
pencegahan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Umum METODE
Daerah Talaud memiliki jumlah ketenagaan Jenis penelitian yang digunakan adalah
sebanyak 279 dengan rincian 136 PNS dan penelitian kualitatif, untuk menggambarkan
143 kontrak/THL Rumah Sakit Umum Pelaksanaan Program Kesehatan dan
Daerah Talaud merupakan salah satu dari Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di
sekian banyak tempat kerja yang sudah Rumah Sakit Umum Daerah Talaud
tentu saja memiliki resiko dan bahaya di Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan
tempat kerja yang dapat membahayakan menggunakan pendekatan Cross Sectional
pekerja, bahkan juga membahayakan para yang dilaksanakanpadabulanJuli – Agustus
pasien yang di rawat, bahkan pengunjung 2019. Informanberjumlahberjumlah 7 orang
sekalipun. Berdasarkan wawancara dengan yang terdiri dari Direktur Rumah Sakit,
salah seorang pegawai yang ada di Rumah Ketua K3RS, Perawat, Kepala
Sakit, didapati bahwa tim K3RS sudah Laboraorium, Kepala Ruangan, Dokter, dan
pernah dibentuk sebelumnya namun dengan Cleaning Service.
berjalannya waktu tim yang telah dibentuk
sebelumnya tidaklah berjalan sebagaimana HASIL DAN PEMBAHASAN
rencana yang telah ada sehingga tidak ada Program Kesehatan Kerja
pula data kecelakaan yang tersimpan di Pemeriksaan Kesehatan Awal
RSUD Talaud dikarenakan belum adanya Hasil wawancara mengenai pemeriksaan
sarana prasarana yang berkaitan dengan K3, kesehatan sebelum bekerja, rumah sakit
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 20

belum secara khusus melakukan Hasil wawancara dikatakan bahwa untuk


pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. pelatiahan sudah pernah ada SDM yang
Hal ini tidaklah sesuai dengan Kepmenkes diikut sertakan dalam pelatihan berupa
RI No 1087 Tahun 2010 yang menbahas penggunaan alat pelindung diri. Namun ada
mengenai pedoman manajemen kesehatan juga yang belum pernah sama sekali
dan keselamatan kerja di rumah sakit. mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Pada
hakekatnya program ini seharusnya
Pemeriksaan Kesehatan Berkala dijalankan dan diterapkan kepada
Hasil wawancara mengenai pemeriksaan keseluruhan Sumber daya manusia yang
kesehatan berkala, rumah sakit belum bekerja di rumah sakit sesuai dengan
melaksanakan pemeriksaan tersebut keputusan yang berlaku.
terhadap keseluruhan SDM yang ada
dirumah sakit dan hanya dilakukan terhadap Peningkatan kesehatan badan, kondisi
pekerja yang bekerja dibagian laboratorium mental (rohani) dan kemampuan fisik
dan isolasi SDM
Olahraga dilaksanakan setiap hari jumat
Pemeriksaan Kesehatan Khusus pagi dengan berbagai jenis olahraga seperti
Program ini belum diterapkan kesetiap senam jantung sehat, zumba dan lain
komponen SDM rumah sakit karena sebagainya namun sayang tidak semua
keterbatasan anggaran yang ada.Jika dilihat pekerja mengikuti kegiatan rutin tersebut
dan dibandingkan lewat hasil wawancara dengan alasan rutinitas yang begitu padat.
yang dilakukan, rumah sakit masih belum Program yang dilaksanakan ini sudah sesuai
sepenuhnya menerapkan sesuai dengan dengan Kepmenkes RI No 1087 Tahun
kriteria dan persyaratan yang ada dalam 2010 namun ada beberapa point dalam
undang-undang untuk itu pihak rumah sakit pelaksanaan program tersebut yang belum
masih sangat perlu mengkaji kembali baik dilaksanakan.
dalam bentuk kebijakan/aturan mengenai
pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM Penanganan pengobatan bagi SDM
rumah sakit sehinga kesehatannya pun rumah sakit
dapat dijamin. Pelaksanaan pelayanan pengobatan bagi
SDM yang sakit dilakukan dengan cara
Pendidikan dan pelatihan tentang memberikan pelayanan dan obat-obatan
kesehatan kerja dan peran rumah sakit secara gratis disamping juga diberikan
dalam memberikan bantuan kepada BPJS dan KIS untuk menjamin kesehatan
SDM rumah sakit tenaga kerja yang ada dirumah sakit. Hal ini
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 21

sudah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor Evaluasi dan pelaporan sudah dilaksanakan
1087 Tahun 2010 mengenai pemberian obat karena telah diwajibkan untuk
dan menanggung biaya pengobatan untuk mengevaluasi program secara keseluruhan
SDM rumah sakit yang terkena penyakit bersama perwakilan dari masing-masing
bidang termasuk direktur sehingga untuk
Pelaksanaan pemantauan lingkungan masukan dan saran langsung disampaikan
kerja yang berkaitan dengan kesehatan dan di dengarkan langsung oleh direktur hal
kerja ini sudah sesuai dengan Kepmenkes No
pemantauan semuanya telah diserahkan 1087 Tahun 2010 yang mengatakan bahwa
kesetiap bidang yang ada di rumah sakit evaluasi pencatatan dan pelaporan kegiatan
untuk mengawasi lingkungan yang K3RS yang disampaikan kepada direktur
berkaitan dengan kesehatan kerja namun dan unit teknis yang terkait di wilayah kerja
tidak dilakukan pengukuran secara khusus rumah sakit.
tentunya hal ini berbeda dengan
Kepmenkes No 1087 Tahun 2010 yang Program KeselamatanKerja
mengatakan bahwa untuk melaksanakan Pembinaan dan pengawasan kesehatan
pemantauan lingkungan kerja dan dan keselamatan sarana prasarana
ergonomic yang berkaitan dengan kesehatan
kesehatan kerja haruslah dilakukan Hasil wawancara yang telah dilakukan di
pemantauan dan pengukuran terhadap rumah sakit, didapati bahwa dalam rangka
factor fisik, kimia, biologi, psikososial dan pemeliharaan alat kesehatan pihak rumah
ergonomi. sakit rutin mendatangkan teknisi atau
petugas yang memiliki kompetensi
Surveilans kesehatan dibidangnya guna untuk pemeriksaan,
berdasarkan hasil wawancara mengenai pemeliharaan dan kalibrasi alat. Upaya
pelaksanaan kegiatan surveilans didapatkan yang dilakukan pihak rumah sakit ini telah
bahwa program ini belum dijalankan secara sesuai dengan Keputusan Menteri
optimal dikarenakan kurangnya anggaran Kesehatana RI No 1087 Tahun 2010 yang
dan tidak adanya SDM yang berkompeten tertulis bahwa untuk pengoperasian dan
dalam bidang tersebut. pemeliharaan sarana, prasarana dan
peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh
Pelaksanaan evaluasi pencatatan dan petugas yang mempunyai kompetensi
pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan dibidangnya.
kerja
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 22

Ketersediaan perlengkapan keselamatan Pelaksanaan program pembinaan dan


kerja pengawasan atau penyesuaian peralatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga kerja terhadap SDM
Kerja dan Transmigrasi RI No 08 Tahun pembinaan dilaksanakan oleh mereka yang
2010 dikatakan bahwa pegawai pengawas bertugas dibagian aset dan dan identifikasi
ketenagakerjaan atau ahli keselamatan dan ataupun penilaian resiko ergonomi tidak
kesehatan kerja dapat mewajibkan dilakukan karena tidak adanya tenaga kerja
penggunaan APD ditempat kerja.Dari hasil atau SDM yang menguasai dan
wawancara dengan informan dikatakan berkompeten dibidangnya. Upaya yang
bahwa untuk APD dari masing-masing dilakukan oleh pihak rumah sakit pada
bidang sudah tersedia secara lengkap sesuai dasarnya sudah baik namun ini menjadi
dengan standar dan jenis pekerjaan dari bahan evaluasi tersendiri kepada pihak
masing-masing pekerja. rumah sakit untuk lebih memperhatikan dan
menjalankan program sesuai dengan
Pelatihan dan penyuluhan keselamatan peraturan dan keputusan yang berlaku.
kerja yang dilakukan
kegiatan inhouse training yang dilakukan Pembinaan dan pengawasan lingkungan
oleh internal rumah sakit diantaranya kerja
penggunaan APD dan lain sebagainya. penelitian yang dilakukan oleh Kumendong
Namun berdasarkan wawancara dengan (2012), mengatakan bahwa perlu dilakukan
kepala laboratorium dikatakan bahwa pengawasan lingkungan kerja dengan
program ini telah dilakukan namun tidak melakukan kunjungan rutin terhadap
semua SDM rumah sakit mengetahui perusahaan serta melakukan pembinaan
tentang hal ini sehingga masih ada SDM mengenai kesehatan dan kerja oleh dinas
yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan terkait.lewat hasil wawancara dengan
penyuluhan tentang keselamatan kerja. beberapa responden dikatakan bahwa
Hasil wawancara yang didapatkan tidak pengawasan lingkungan kerja, dilakukan
sejalan dengan undang-undang RI No 13 oleh masing-masing pekerja yang ada
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dirumah sakit untuk melihat apakah
mengatakan bahwa setiap pekerja memiliki lingkungan tempat mereka bekerja memiliki
kesempatan yang sama untuk mengikuti potensi bahaya atau tidak hal ini sudah
pelatihan kerja sesuai dengan bidang sesuai dengan Kepmenkes No 1087 Tahun
tugasnya. 2010 yang mengatakan
Pemantauan/pengukuran faktor fisik kimia,
biologi, ergonomi, dan psikososial secara
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 23

rutin dan berkala lewat hasil wawancara pekerja/buruh di tempat kerja, APD harus
dengan beberapa responden dikatakan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
bahwa pengawasan lingkungan kerja, (SNI) atau standar yang berlaku, APD
dilakukan oleh masing-masing pekerja yang wajib diberikam oleh pengusaha secara
ada dirumah sakit untuk melihat apakah Cuma-Cuma. Dari hasil wawancara dengan
lingkungan tempat mereka bekerja memiliki Direktur rumah sakit dikatakan bahwa
potensi bahaya atau tidak hal ini sudah untuk perlengkapan keselamatan kerja, dari
sesuai dengan Kepmenkes No 1087 Tahun pihak rumah sakit telah rutin melakukan
2010 yang mengatakan pengadaan namun berbeda dengan hasil
Pemantauan/pengukuran faktor fisik kimia, wawancara terhadap kepala bidang
biologi, ergonomi, dan psikososial secara penunjang medik yang mengatakan bahwa
rutin dan berkala.Namun program perlengkapan keselamatan kerja masih
initidakmemilikidokumenresmimengenaipe sangat kurang dan masih perlu dikaji
laksanaan program tersebut. kembali.

Pembinaan dan pengawasan terhadap Pelatihan kesehatan keselamatan kerja


sanitair untuk semua SDM
sanitasi dirumah sakit telah dijalankan oleh Permenkes No 66 Tahun 2016 dalam
instalasi khusus yang membawahi pasalnya yang ke 21 diktakan dalam rangka
mengenai sanitasi rumah sakit dan hal yang meningkatkan pemahaman, kemampuan
sudah dilakukan adalah menangani dan keterampilan tentang pelaksanaan
persoalan tentang sampah dan limbah K3RS, dilakukan pendidikan dan pelatihan
rumah sakit. Upaya ini sudah sesuai dengan di bidang K3RS bagi sumber daya manusia
Kepmenkes No 1087 Tahun 2010 yang dibidang K3RS. berdasarkan hasil
mengatakan manajemen harus meyediakan, wawancara yang dilakukan kepada direktur
memelihara, mengawasi sarana dan rumah sakit dan kepala bidang penunjang
prasarana sanitair yang salah satu syaratnya medik didapati bahwa untuk pelatihan dan
meliputi penangan sampah dan limbah. penyuluhan mmengenai keselamatan kerja
dirumah sakit, belum pernah diadakaan
Pembinaan dan pengawasan dengan alasan masih kurangnya tenaga
perlengkapan keselamatan kerja yang berkompeten dan mengetahui lebih
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga dalam soal K3.
Kerja dan Transmigrasi RI No. 08 Tahun
2010 Pasal 2 mengatakan bahwa pengusaha
wajib menyediakan APD bagi
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 24

Proses pemberian rekomendasi pasien, pengunjung, dan asset rumah sakit


Upaya dalam rangka menevaluasi dan aman dari bahaya api, asap dan bahaya lain.
pelaksanaan perencanaan sudah Berdasarkan hasil wawancara yang
dilaksanakan namun kegiatan tersebut dilakukan di rumah sakit mengenai
bukanlah dilakukan oleh mereka yang pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
memiliki keahlian khusus dibidang K3RS. terhadap manajemen sistem pencegahan
Apa yang telah dilaksanakan oleh pihak dan penanggulangan kebakaran didapatkan
rumah sakit tidak sejalan dengan bahwa yang pertama untuk manajemen
Kepmenkes No 1087 Tahun 2010 yang penanggulangan kebakaran belum
mengatakan bahwa dalam pemberian terlakslana dikarenakan belum adanya ijin
rekomendasi/masukan mengenai penanganan kebakaran dan untuk sarana
perencanaan desain/layout pembuatan prasarana penanggulangan kebakaran
tempat kerja, pemilihan alat dan rumah sakit hanya menyediakan Alat
pengadaannya terkait keselamatan dan Pemadam Api Ringan (APAR) dan itu pun
keamanan haruslah melibatkan petugas K3 tidak terdistribusi merata di semua ruangan
Rumah Sakit di dalam perencanaan, desain/ dan hanya diruangan tertentu saja.
layout pembuatan tempat kerja dan
pemilihan serta pengadaan sarana, Evaluasi pencatatan dan pelaporan
prasarana dan peralatan keselamatan kerja. belum ada pencatatan dan pelaporan
mmengenai kegiatan keselamatan kerja hal
Sistem pelaporan nyaris cidera dan ini tidak sejalan dengan Permenkes No 52
celaka Tahun 2018 yang mengatakan bahwa setiap
sistem pelaporan kejadian nyaris cidera dan Fasyankes wajib melakukan pencatatan dan
celaka belum pernah dilaksanakan dan pelaporan penyelenggaraan K3 di
belum ada dokumen resmi yang berisi Fasyankes secara semester dan tahunan.
pelaporan tentang kejadian nyaris cidera
dan celaka. Pelaksanaan program K3RS saat ini
program K3RS di rumah sakit Umum
Pembinaan dan pengawasan terhadap Daerah Talaud pada dasarnya memang
manajemen pencegahan dan belum berjalan dengan baik dan akan
penanggulangan kebakaran dilengkapi ketika adanya tuntutan
Permenkes No 66 Tahun 2016, menyatakan akreditasi. Hal ini tentunya akan menjadi
bahwa pencegahan dan pengendalian bahan masukan kepada rumah sakit karena
kebakaran bertujuan untuk memastikan dalam Permenkes No 34 Tahun 2017
SDM rumah sakit, pasien, pendamping menyatakan bahwa survei verivikasi
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 25

bertujuan untuk mempertahankan dan/atau K3RS, pemantauan lingkungan kerja yang


meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit berkaitan dengan kesehatan kerja, dan
dengan rekomendasi dari surveior namun kegiatan surveilans
pada saat survei verifikasi tidak dapat Program Keselamatan kerja secara
mempertahankan dan/atau meningkatkan umum belum terlaksana dengan baik
mutu pelayanan sesuai dengan rekomendasi dikarenakan masih banyak program yang
surveior, Lembaga Independen belum berjalan secara optimal dan hanya
Penyelenggaraan Akreditasi yang terdapat 3 sub program yang berjalan
melakukan penetapan status Akreditasi dengan cukup baik yakni Pembinaan dan
dapat melakukan pencabutan status pengawasan terhadap sanitasi, Ketersediaan
akreditasinya. perlengkapan keselamatan kerja, dan
Pembinaan/pengawasan kesehatan dan
Hambatan dalam pelaksanaan program keselamatan sarana prasarana kesehatan.
K3RS
kurangnya anggaran yang di dapatkan dari DAFTAR PUSTAKA
pemerintah sehingga tidak semua program Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1087 Tahun 2010
dapat terlaksana dengan baik, serta
Tentang Peodoman Manajemen
peralatan keselamatan kerja yang masih Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit. 2010. Jakarta
kurang yang mengakibatkan distribusi alat
tidak merata dan tidak lengkap kesemua Kumendong, D.J.W.M, Rattu, J.A.M dan
Kawattu P. 2012. Hubungan Antara
ruangan , tidak adanya SDM yang Lama Paparan Dengan Kapasitas
berkompoeten dalam bidang K3RS yang Paru Tenaga Kerja Industri Mebel
di CV.Sinar Mandiri Kota Bitung
disebabkan tidak adanya dana yang (Online), diakses dari
memadai untuk mengutus SDM dalam http:/ejournalunsrat.ac.id pada
tanggal 14 september 2019
mengikuti pelatihan terkait K3RS, dan juga
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
kurangnya sosialisasi yang berhubungan Indonesia No. 34 Tahun 2017
dengan pelaksanaan K3RS. Tentang Akreditasi Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 52 Tahun 2018
KESIMPULAN Tentang Keselamatan dan
Program Kesehatan kerja belum terlaksana Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
secara maksimal dikarenakan masih banyak
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
sub program yang belum berjalan secara
Indoesia No. 66 Tahun 2016
optimal yaitu, Pemeriksaan kesehatan Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
sebelum bekerja, berkala, khusus,
2016. Jakarta
pelaksanaan pendidikan/pelatihan tentang
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 7, November 2019 26

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia
No. 08 Tahun 2010 Tentang Alat
Pelindung Diri

Prakasiwi, R.F. 2010. Hubungan Faktor


Penentu Perilaku Keselamatan
Kerja Dengan Terjadinya
Kecelakaan kerja tertusuk jarum
suntik pada perawat di RSD dr.
Soebandi Jember. Skripsi.
Universitas Jember

Undang-undang Republik Indonesia No. 13


Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. 2003. Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia No. 44


Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2009. jakarta

Anda mungkin juga menyukai