Core :
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak
lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor
ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari
instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan
Laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;
f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk
membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;
g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.
(2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman berwenang:
(1) Pengguna Informasi Publik wajib menggunakan Informasi Publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengguna Informasi Publik wajib mencantumkan sumber dari mana ia memperoleh
Informasi Publik, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk
keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesuai pasal 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, Hak Badan Publik yaitu :
(1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah:
a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan
usaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.
(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik
yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain
informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak
menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik
harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan
mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang
diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik
dan nonelektronik.
3. Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
mengatur tentang Jenis, Status dan Kedudukan ASN. Jelaskan tentang Jenis, Status dan
Kedudukan ASN dengan disertai dasar hukumnya !
Jawab :
Jenis ASN diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), Pegawai ASN terdiri atas:
a. PNS (Pegawai Negeri Sipil); dan
b. PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Status ASN diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), yaitu :
(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki
nomor induk pegawai secara nasional.
(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.
Kedudukan ASN diatur dalam pasal 8 dan pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), bahwa :
Pasal 9 :
(1) Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah.
(2) Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik.
4. Salah satu daya upaya yang harus dilakukan agar tindakan pemerintah dapat berjalan
sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB), maka diperlukan
adanya pengawasan. Jelaskan pengertian dan fungsi pengawasan serta apa bedanya
dengan Pengendalian ? Dan berikan contohnya !
Jawab :
Menurut Sondang P. Siagian, Pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengawasan berfungsi untuk mencegah secara dini kemungkinan terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
[Tambahan] Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan
mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan semestinya.
Perbedaan Pengawasan dan Pengendalian adalah :
No Pengendalian Pengawasan
1 Selalu dilakukan terhadap pekerjaan Dapat pula dilakukan terhadap pekerjaan
yang sedang berjalan. yang sudah selesai.
2 Sudah terkandung kewenangan Tindakan korektif merupakan proses
mengadakan tindakan korektif. kelanjutannya, jadi berada di luarnya.
3 Pengendalian : Auditing Pengawasan : Controlling
Contoh Pengawasan dan Pengendalian :
Pengawasan : Seperti fungsi pengawasan DPR untuk mengawasi pelaksanaan undang-
undang; pelaksanaan keuangan negara; dan kebijakan Pemerintah.
Pengendalian : Pengendalian dari BPK terhadap Instansi-Instansi Negara dengan
mengaudit laporan keuangan dan kinerja Instansi-Instansi Negara.
5. Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Pegawai Negeri Sipil dapat diangkat menjadi
pejabat Negara. Jelaskan bagaimana status PNSnya apabila pegawai ASN tersebut
diangkat menjadi Pejabat Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara ?
Jawab :
Sesuai pasal 123 ayat 1 UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN, Pegawai ASN dari PNS
yang diangkat menjadi pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
Sesuai pasal 123 ayat 2 UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN, Pegawai ASN dari PNS
yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diaktifkan kembali sebagai PNS.
[Tambahan] Kecuali sesuai pasal 123 ayat 3 UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN, Jika
Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil
Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil
bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak
mendaftar sebagai calon.
7. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengertian, syarat serta unsur dari keputusan
Tata Usaha Negara (KTUN) ?
Jawab :
Sesuai pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Syarat KTUN :
1. Dibuat oleh organ yang berwenang.
2. Pembentukannya tidak boleh memuat kekurangan yuridis/cacat hukum.
3. Keputusan harus diberi bentuk.
4. Isi dan tujuan harus sesuai dengan peraturan dasarnya.
Unsur KTUN :
1. Penetapan tertulis.
2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berwenang.
3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara.
4. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Bersifat konkret, individual dan final.
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
b. Apa yang dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara ? Apakah setiap kasus atau
Sengketa Tata Usaha Negara langsung diajukan atau diselesaikan melalui Peradilan
Tata Usaha Negara ? Jelaskan pendapat saudara dengan mengacu pada ketentuan yang
berlaku !
Jawab :
Sesuai pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, Sengketa Tata Usaha
Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan
hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai Pasal 48 UU Nomor 6 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004, Tidak setiap
sengketa tata usaha negara tersebut dapat langsung digugat melalui PTUN, Terhadapat
sengketa tata usaha negara yang mengenal adanya upaya administratif disyaratkan untuk
menggunakan saluran upaya administratif lalu PTUN baru dapat menyelesaikan sengketa
tersebut jika seluruh upaya administratif telah digunakan. Bagi yang tidak mengenal adanya
upaya administratif dapat langsung menggunakan saluran PTUN.