BAB I
PENDAHULUAN
Setiap tahunnya ada sekitar 5,8 juta orang yang meninggal karena Stroke dan
dua sepertiga dari semua kematian akibat Stroke terjadi di negara-negara
berkembang. Di Indonesia, prevalensi Stroke mencapai angka 8,3 per 1000
penduduk.Stroke sering terjadi pada umur 51-65 tahun.Stroke iskemik memiliki
angka kejadian 85% terhadap seluruh Stroke dan terdiri dari 80% Stroke
aterotrombotik dan 20% Stroke kardioemboli.3,4
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus Stroke baik
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur
adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5%
(umur 65 tahun).5 Kejadian Stroke(insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dan
kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat.6 Penderita laki-laki lebih
banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-
64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%.6Stroke menyerang usia
2
produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari.7
Disatu sisi, modernisasi akan meningkatkan risiko Stroke karena perubahan pola
hidup. Sedangkan disisi lain meningkatnya usia harapan hidup juga akan meningkatkan
risiko terjadinya Stroke karena bertambahnya penduduk usia lanjut.7
Faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian Stroke iskemik adalah
faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat
Transient Ischemic Attack(TIA) atau Stroke sebelumnya.Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas,
penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, hiperkolestrolemia.8
Gejala neurologis yang muncul pada Stroke tergantung pada lokasi pembuluh
darah otak yang terkena.2 Salah satu gejala umum pada pasien Stroke adalah
hemiparesis. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot yang
dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.8
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Faktor risiko Stroke yang sering teridentifikasi pada Stroke pada umumnya dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi.
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya Stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan
hampir 13% berumur di bawah 45 tahun.
b. Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria
lebih banyak menderita Stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan
angka kematiannya masih belum jelas. Infark dan Stroke terjadi 30% lebih
sering pada pria dibandingkan pada wanita. Perbedaan ini terjadi terutama
pada usia kurang dari 65 tahun.
4
c. Herediter
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko Stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, Diabetes Melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat
Stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
mengalami Stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko
terkena Stroke.
d. Ras atau Etnik
Orang kulit hitam lebih banyak menderita Stroke dari pada kulit putih.8,9
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a. Riwayat Stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat Stroke sebelumnya dalam waktu
lima tahun kemungkinan akan terserang Stroke kembali sebanyak 35%
sampai 42%.9
b. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya Stroke sebanyak empat sampai
enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama
terjadinya Stroke iskemik dan juga StrokeHemoragik. Berdasarkan klasifikasi
menurut Join National Comitee 7 (JNC 7) yang dimaksud dengan tekanan
darah tinggi apabila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Semakin
tinggi tekanan darah kemungkinan Stroke makin besar karena mempermudah
terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga mempermudah
terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.9
c. Penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
operasi jantung juga memperbesar risiko Stroke. Yang paling sering
menyebabkan Stroke adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya
pengumpulan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh
darah otak.9
5
d. Diabetes Melitus
Kadar glukosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel
pembuluh darah yang berlangsung secara progresif dan juga dapat
mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil
maupun besar termasuk pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak.9
e. TIA (Transient Ischemic Attack)
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan singkat
akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan
tingkat penyembuhan bervariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang
dewasa di perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur
hidup mereka. Sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami Stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena Stroke dalam
lima tahun setelah serangan pertama.9
f. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna
klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam
plasma sehingga lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor
dalam serum, ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipoprotein yaitu
kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein
(LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari keempat lipo protein LDL
yang paling tinggi kadar kolesterolnya, VLDL paling tinggi kadar
trigliseridanya, kadar protein tertinggi terdapat pada HDL. Hiperlipidemia
menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas
normal, kondisi ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko
Stroke, merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit
jantung koroner.9
6
g. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas
merupakan predisposisi penyakit jantung koroner dan Stroke.9
h. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya Stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena Stroke 1-2 kali lebih besar. Nikotin dan
karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding
pembuluh darah, di samping itu juga mempengaruhi komposisi darah
sehingga mempermudah terjadinya proses gumpalan darah.9
2.3. Klasifikasi
-
2.6. Penatalaksanaan
a. Terapi umum beserta pencegahan untuk pasien dengan StrokeHemoragik :
- Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Mengurangi asupan kolestrol dan lemak jenuh
- Tidak merokok
- Kontrol diabetes dan berat badan
- Olahraga teratur dan mengurangi stress
- Konsumsi makanan kaya serat.15
b. Konservatif
- Perbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah atau mengatasi vasospasme otak akibat pendarahan
(Nimodipine)
- Pemberian neuroprotektor.15
c. Operatif
- Dilakukan pada kasus indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30cc atau diameter > 3 cm pada fossa
posterior
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial akut dan ancaman herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS> 7.15
d. Terapi Komplikasi
- Larutan mannitol 20% diberikan sebagai anti edema
- Antibiotika, antidepresan, antikonvulsa, diberikan sesuai indikasi.15
10
2.7.Pencegahan
2.7.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi timbulnya faktor
risiko Stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko tetapi belum
menderita Stroke dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas
Stroke, antara lain :
a. Menghindari merokok, stress mental, alcohol, kegemukan,
konsumsi garam berlebihan.
b. Mengurangi kolestrol, lemak dalam makanan seperti jeroan,
daging berlemak, goreng-gorengan.
c. Mengendalikan faktor risiko Stroke, seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain.16
2.7.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan Stroke ditujukan kepada mereka yang pernah menderita
Stroke, dianjurkan:
a. Hipertensi : diet, obat hipertensi yang sesuai
b. Diabetes mellitus : diet, obat hipoglikemik oral/ insulin
c. Penyakit jantung aritmik non vaskular : antikoagulan oral
d. Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
e. Berhenti merokok
f. Hindari alcohol, kegemukan dan kurang gerak
g. Polisitemia
h. Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor risiko
penyakit jantung dan kondisi koagulopati yang lain.16
2.7.3. Pencegahan Tersier
Meliputi program rehabilitasi penderita Stroke yang diberikan setelah
terjadi Stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik
11
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 ANAMNESIS
3.1.1 IDENTITAS PRIBADI
Nama : Cyrus Simbolon
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 72 Tahun
Suku Bangsa : Batak
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Masuk : 4 Mei 2016
Tanggal Keluar :-
3.1.2 RIWAYAT PERJALAN PENYAKIT
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Telaah : Hal ini dialami os 1 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit secara tiba-tiba. Riwayat
nyeri kepala (+), riwayat muntah menyembur (-),
riwayat kejang (+) 1 hari yang lalu, kejang
terjadi 4-5x dengan durasi 3-4 menit bersifat
kaku pada seluruh tubuh. Sebelum kejang sadar
(+), saat dan sesudah kejang os tidak sadar.
Riwayat Stroke (+) 3 tahun yang lalu dengan
kelemahan sebelah kanan. Riwayat hipertensi
(+) dengan pengobatan tidak teratur. OS adalah
perokok.
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat penggunaan obat : Tidak jelas
13
Refleks kornea
Langsung : + +
Tidak langsung : + +
Refleks Masseter : Sulit dinilai
Refleks bersin : Sulit dinilai
NERVUS VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik : Simetris
Kerut kening : Sulit dinilai
Menutup mata : Sulit dinilai
Meniup sekuatnya : Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi : Sulit dinilai
Tertawa : Sulit dinilai
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Produksi Kelenjar Ludah : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Hiperakusis : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Refleks Stapedial : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Vestibularis
Nistagmus : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Reaksi Kalori : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Vertigo : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Tinnitus : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
NERVUS IX, X
Pallatum mole : Sulit dinilai
Uvula : Sulit dinilai
Disfagia : Sulit dinilai
Disartria : Sulit dinilai
Disfonia : Sulit dinilai
Reflek muntah : Sulit dinilai
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Sulit dinilai
NERVUS XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu Istirahat : medial
Ujung lidah sewaktu Dijulurkan : sulit dinilai
19
APR : +++ ++
KPR : +++ ++
Strumple : - -
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman-trommer : +/+ -/-
Klonus lutut : - -
Klonus kaki : - -
Refleks Primitif : (-)
3.3.9 KOORDINASI
Lenggang : Sulit dinilai
Bicara : Sulit dinilai
Menulis : Sulit dinilai
Percobaan apraksia : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Mimik : Simetris
Tes telunjuk-telunjuk : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes telunjuk-hidung : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Diadokhokinesia : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes tumit-lutut : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
3.3.10 VEGETATIF
Vasomotorik : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Sudomotorik : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Pilo-erektor : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
21
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Potens & libido : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3.3.11 VERTEBRA
Bentuk
Normal :+
Scoliosis :-
Hiperlordosis :-
Pergerakan
Leher :+
Pinggang : Sulit Dinilai
3.3.12 TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque :-
Cross laseque :-
Test Lhermitte :-
Test Naffziger :-
3.3.13 GEJALA-GEJALA SEREBRAL
Ataksia : sulit dinilai
Disartria : sulit dinilai
Tremor : sulit dinilai
Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fenomena rebound : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-)
Dan lain-lain : (-)
3.3.14 GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
22
STATUS PRESENS
Sensorium Somnolen
Tekanan Darah 150/90 mmHg
Heart Rate 80 x/i
Respiratory Rate 24 x/i
Temperatur 37,2 0C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium Somnolen
Muntah (-)
Peningkatan TIK Kejang (+)
Sakit kepala (+)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Perangsangan Meningeal
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)
NERVUS KRANIALIS
NI Sulit dinilai
N II, III RC +/+, pupil bulat isokor ø 3mm, kanan = kiri
24
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan Kiri
Biceps / Triceps
+++/+++ ++/++
Kanan Kiri
APR / KPR
+++/+++ ++/++
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan Kiri
Babinski
- -
Kanan Kiri
Hoffman / Tromner
+/+ -/-
Klonus Lutut - +
Klonus Kaki - +
NYERI RADIKULAR
Test Laseque - -
KEKUATAN MOTORIK
3.5 DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Somnolen + Hemiparese dextra
Diagnosa Etiologik : Hipertensi
Diagnosa Anatomik : Intraserebral
Diagnosa kerja : Somnolen + Hemiparese dextra e.c. StrokeHemoragik
3.6 PENATALAKSANAAN
– Head up + deviasi 30 derajat
– O2 2-4 lpm via nasal kanul
– IVFD Ringer Solution 20gtt/i
– IVFD Manitol 250 cc (loading dose), selanjutnya 125cc/6 jam
– Inj. Diazepam 1 amp (jika kejang dibolus pelan)
– Phenitoin 3x100 mg
– KSR 1x600 mg
–
3.7 FOLLOW UP DI RUANGAN
4 Mei 2016
S Penurunan Kesadaran
O Sens : Somnolen
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 24x/i
T : 37,20C
Peningkatan TIK (+), perangsangan meningeal (-)
N. kranialis:
N.I: Sulit dinilai
N.II: RC +/+, pupil bulat isokor ø 3mm kanan = kiri
26
Babinski: - -
Klonus : - -
K.Motorik: Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kanan
8 Mei 2016
S Penurunan kesadaran
O Sensorium Somnolen
TD: 160/90
HR : 80x/i
RR : 20x/i
T: 36,6 C
R.Patologis:
H/T: -/- -/-
Babinski: - -
Klonus : - -
K.Motorik: Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kanan
Babinski: - -
Klonus : - -
K.Motorik: Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kanan
BAB 4
PEMBAHASAN
Kasus Teori
45
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
C, 72 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran dialami os±1 hari
sebelum masuk rumah sakit secara tiba-tiba. Riwayat nyeri kepala (+), riwayat
muntah menyembur (-), riwayat kejang (+) 1 hari yang lalu, terjadi 4-5x, durasi 3-4
menit bersifat kaku pada seluruh tubuh. Sebelum kejang os sadar, saat dan sesudah
kejang os tidak sadar.Dijumpai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Riwayat hipertensi (+) dengan pengobatan tidak teratur.Riwayat stroke (+) 3 tahun
yang lalu dengan kelemahan lengan dan tungkai bagian kanan. Pasien adalah
perokok. Pasien didiagnosis dengan Somnolen + Hemiparese dextra e.c. Stroke
Hemorrhagic (ICH)
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi
54
5.2 PENATALAKSANAAN
– Bedrest, head elevation 30º
– O2 2-4 l/i via nasal kanul
– IVFD RSol 20 gtt/i
– Inj. Diazepam 1 amp (jika kejang dibolus pelan)
– KSR 1x600 mg
– Fenitoin 3x100 mg
– Captopril 3x50 mg
– Amlodipin 1x10 mg
– Fisioterapi
55
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
NRBC 0.0
Morfologi:
: Normokrom
- Eritrosit
Normositer
- Leukosit : Bentuk normal
- Trombosit : Bentuk normal
Kimia Klinik Rujukan Hasil
Analisa Gas Darah:
pH 7,35 – 7,45 7.370
pCO2 38 – 42 mmHg 39,0 mmHg
pO2 85 – 100 mmHg 138,0 mmHg
Bikarbonat (HCO3) 22 – 26 mmol/L 22,5 mmol/L
Total CO2 19 – 25 mmol/L 23,7 mmol/L
Kelebihan Basa (BE) (-2) – (+2) mmol/L -2,5 mmol/L
Saturasi O2 95 – 100 % 99 %
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah
< 200 mg/dL 104 mg/dL
(Sewaktu)
GINJAL
Blood Urea Nitrogen
9 - 21 mg/dL 17 mg/dL
(BUN)
Ureum 19 - 44 mg/dL 36 mg/dL
Kreatinin 0.7 – 1.3 mg/dL 1,07 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 135 -155 mEq/L 139 mEq/L
Kalium (K) 3.6 – 5.5 mEq/L 3,1 mEq/L
Klorida (Cl) 96 -106 mEq/L 102 mEq/L
59
60
Hitung Jenis:
Neutrofil 50.00 – 70.00 % 70.40 %
Limfosit 20.00 – 40.00 % 14.10 %
Monosit 2.00 – 8.00 % 12.00 %
Eosinofil 1.00 – 3.00 % 2.60 %
Basofil 0.00 – 1.00 % 0.90 %
Neutrofil Absolut 2.7 – 6.5 103/µL 5.70 103/µL
Limfosit Absolut 1.5 – 3.7 103/µL 1.14 103/µL
Monosit Absolut 0.2 – 0.4 103/µL 0.97 103/µL
Eosinofil Absolut 0 – 0.10 103/µL 0.21 103/µL
Basofil Absolut 0 – 0.1 103/µL 0.07 103/µL
NRBC 0.0
62
Morfologi:
: Normokrom
- Eritrosit
Normositer
- Leukosit : Bentuk normal
- Trombosit : Bentuk normal
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 135 -155 mEq/L 132 mEq/L
Kalium (K) 3.6 – 5.5 mEq/L 5.1 mEq/L
Klorida (Cl) 96 -106 mEq/L 96 mEq/L
Kimia Klinik Rujukan Hasil
HATI
AST/SGOT 5 – 34 U/L 15 U/L
ALT/SGPT 0 – 55 U/L 17 U/L
63
Lampiran 2
Pemeriksaan Penunjang CT Scan