Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga karya ilmiah akhir ners yang berjudul Diet Rendah Garam untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi ini dapat
terselesaikan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka untuk
memperoleh gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi,
namun penulis juga mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Berkat hal tersebut, penulis dapat terbantu selama proses
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menghaturkan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep, selaku koordinator mata ajar Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN);
3. Ibu Ns. Tri Widyastuti H., S.Kep selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu dan tenaga dalam membimbing serta memberikan motivasi kepada
mahasiswa selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Ibu Ns. Agnes Dewi Astuti, S.Kep., M.Kep selaku penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya sehingga dapat menguji pada ujian akhir karya ilmiah
akhir ners serta telah memberikan saran dan kritik demi hasil yang lebih baik
pada karya ilmiah akhir ners ini;
5. Ibu Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN selaku pembimbing akademik penulis
yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis;
6. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini;
iv
Penulis
vi
ABSTRACT
Increasing number of the population also has made increasing problems about
healthy, especially in urban area where the population increasing every year. This
final assignment describes about nursing care process at Mrs. A’s family with
ineffectiveness of health care in elderly. Implementation has been done are
cognitive, affective, and psychomotor. Implementation more effective to control
blood pressure in elderly is low-salt diet. The result of the evaluation after six
weeks visit was blood pressure at Mrs. K has decreased 30 mmHg for systolic
blood pressure and 10 mmHg for diastolic blood pressure. Empowerment family
and cadre are important to caring elderly with hypertension.
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
WHO memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian
dan 60% seluruh kesakitan di dunia dan diperkirakan negara yang paling
merasakan dampak hal tersebut adalah negara berkembang termasuk Indonesia
(Syah, 2002; WHO SEARO, 2005 dalam Rahajeng & Tuminah, 2009). Salah satu
PTM yang saat ini menjadi masalah yang serius adalah hipertensi. Persentase
kejadian hipertensi berdasarkan populasi global yaitu sebesar 26,4% dan
diprediksi akan mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 29,2%. Prevalensi
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sehingga lansia lebih
1 Universitas Indonesia
Menurut Lancet (2008 dalam Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi, 2012), jumlah
penderita hipertensi diseluruh dunia terus meningkat. Negara India memiliki
jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta jiwa pada tahun 2002 dan
diperkirakan 107,3 juta jiwa pada tahun 2025. Penduduk negara Cina sebanyak
98,5 juta jiwa mengalami hipertensi dan diperkirakan menjadi 151,7 juta jiwa
pada tahun 2025. Dibagian Asia tercatat 38,4 juta jiwa penderita hipertensi pada
tahun 2000 dan di prediksi menjadi 67,4 juta jiwa pada tahun 2025.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Faktor risiko lain yang dapat menjadi penyebab hipertensi terkait dengan gaya
hidup masyarakat perkotaan diantaranya, kebiasaan makanan tinggi kandungan
garam, tinggi lemak, mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, kurangnya
aktivitas fisik, dan mengalami stres yang berlebihan. Berdasarkan Riskesdas
(2007), menunjukkan bahwa 93,6% penduduk Indonesia kurang makan buah dan
sayur, sebesar 24,5% penduduk Indonesia yang berusia ≥10 tahun mengonsumsi
makanan asin setiap hari. Kebiasaan yang tidak sehat sejak muda ini yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit ketika lanjut usia, salah satunya hipertensi.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit hipertensi. Hasil Riskesdas (2013), menunjukkan sebesar 26,1%
penduduk Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Perkembangan teknologi
yang sudah semakin maju membuat masyarakat menjadi malas untuk beraktivitas
dan lebih memilih aktivitas yang tidak membuat lelah, misalnya lebih memilih
menggunakan lift dibandingkan dengan menggunakan tangga. Lingkungan
pekerjaan juga dapat menyebabkan minimnya aktivitas fisik, seperti para pekerja
yang selama jam kerjanya berada di depan meja kerja. Hasil Riskesdas (2013)
juga menunjukkan bahwa perilaku sedentary ≥ 6 jam lebih banyak terjadi pada
penduduk yang tidak bekerja (28,9%) dan tinggal di wilayah perkotaan (26,1%).
Melihat cukup tingginya kasus hipertensi tersebut, maka perlu bagi tenaga
kesehatan untuk dapat berperan dalam upaya promotif dan preventif, dalam hal ini
perawat komunitas penting peranannya. Menurut ANA dalam Stanhope &
Lancaster (2000) perawat komunitas memiliki peran dalam promosi kesehatan,
sebagai pemelihara, edukator, pengelola, koordinator, dan sebagai tenaga yang
memberikan perawatan secara berkelanjutan baik kepada individu, keluarga,
maupun kelompok dalam komunitas yang berisiko tinggi terhadap masalah
kesehatan. Asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepada
Universitas Indonesia
Menurut Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010),
asuhan keperawatan keluarga adalah sebuah seni dan ilmu pengetahuan tentang
cara berpikir dan bekerja sama dengan keluarga ketika salah satu anggota
keluarga memiliki masalah kesehatan. Perawat dan keluarga dalam hal ini bekerja
sama dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk itu, perawat perlu
memberikan informasi agar keluarga dapat memahami tugas kesehatan keluarga
yang harus dilakukan.
Universitas Indonesia
Implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa pada keluarga Ibu A yaitu
dengan memberikan penyuluhan terkait hipertensi dan mendemonstrasikan
kepada keluarga cara perawatan sederhana untuk anggota keluarga yang
mengalami hipertensi. Selama memberikan penyuluhan kepada keluarga,
mahasiswa menerapkan metode diskusi sehingga keluarga juga dapat turut aktif
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dalam upaya mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hal
tersebut diharapkan menjadi upaya untuk mencegah komplikasi dari hipertensi.
1.4.3 Keluarga
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga mulai dari mengenali masalah
hipertensi pada lansia, mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami
hipertensi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
hipertensi dengan menyebutkan akibat dari hipertensi apabila tidak ditangani, cara
perawatan sederhana pada lansia dengan hipertensi yaitu dengan diet rendah
garam, cara memodifikasi lingkungan bagi lansia dengan hipertensi dan keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga keluarga dapat melakukan
upaya pencegahan dan perawatan pada lansia dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun sebagai landasan teori dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tinjauan pustaka dalam karya ilmiah ini mengenai
teori dan konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, masalah hipertensi
yang terjadi diperkotaan, keluarga dengan lansia, lansia sebagai agregat berisiko,
asuhan keperawatan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi terkait
hipertensi pada lansia, serta peran perawat keluarga.
Daerah perkotaan menurut BPS (2010), adalah suatu wilayah administratif setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,
persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, sarana
pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Bintarto (1989),
menyatakan bahwa pengertian kota berdasarkan segi geografis, yaitu suatu sistem
jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen, serta coraknya
materialistis. Menurut Weber (1992), ciri-ciri khas kota diantaranya terdapat batas-
batas kota yang tegas, mempunyai pasar, adanya pengadilan sendiri dan mempunyai
undang-undang yang khusus berlaku bagi kota itu disamping undang-undang yang
11 Universitas Indonesia
berlaku lebih umum, terdapat berbagai bentuk perkumpulan dalam masyarakat yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat di kota itu sendiri, dan masyarakatnya
mempunyai otonomi tertentu dengan adanya hak untuk memilih walikota dan
anggota-anggota dewan kota.
Universitas Indonesia
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang prevalensinya
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Rahajeng & Tuminah (2009), pada
abad ke-21 diperkirakan terjadi peningkatan insiden dan prevalensi PTM secara
cepat, yang merupakan tantangan masalah utama dimasa yang akan datang.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kelebihan berat
badan lebih dari 20% dan mengalami hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih
besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan oleh pola
Universitas Indonesia
hidup yang kurang sehat, yaitu konsumsi makanan yang tidak sehat dan kurangnya
aktivitas fisik. Berdasarkan Riskesdas (2007), sebesar 93,6% penduduk Indonesia
memiliki kebiasaan kurang makan buah dan sayur dan lebih banyak mengkonsumsi
keripik kentang dan makanan dengan kandungan garam yang tinggi. Selain itu,
kurangnya aktivitas fisik juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
prevalensi hipertensi cukup besar. Masyarakat lebih menyukai aktivitas yang tidak
membuat lelah, misalnya, penggunaan kendaraan bermotor daripada berjalan kaki
ketika mobilisasi padahal jarak yang ditempuh tidak jauh. Faktor risiko lain yang
dapat menyebabkan hipertensi yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan stres
yang berlebihan.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi
karena zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, seperti nikotin dan karbon
monoksida dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses terbentuknya aterosklerosis, sehingga menyebabkan hipertensi (Hull, 1996
dalam Sugiharto, 2007). Sedangkan mekanisme stres dapat meningkatkan tekanan
darah menurut Gunawan (2005 dalam Sugiharto, 2007), diduga karena aktivitas
saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Menurut
Hanns (2008 dalam Gunawan, 2005), faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi
selain obesitas, merokok, stres, dan usia yaitu metabolisme lemak yang abnormal.
Lemak dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan ada yang secara alami
dibentuk oleh tubuh. Apabila, tubuh seseorang tidak dapat melakukan metabolisme
dengan baik, maka lemak akan menumpuk dalam tubuh. meningkatkan risiko
terbentuknya aterosklerosis di pembuluh darah, sehingga pada akhirnya
menyebabkan hipertensi (Hull, 1996; Sheps, 2005 dalam Sugiharto, 2007).
Universitas Indonesia
fungsi ini, dan masuk pada tahap usia selanjutnya, yaitu usia lanjut sampai kemudian
meninggal (Darmojo, 2004). Sedangkan menurut WHO (2014), mayoritas negara
berkembang mengkategorikan lansia adalah individu yang berusia ≥65 tahun, tetapi
kategori usia ini tidak dapat berlaku di semua negara, sehingga PBB menetapkan
batas usia seseorang dikategorikan lansia yaitu pada usia ≥60 tahun. Kondisi lansia
yang mengalami penurunan fisik dan kemampuan berpikir ini perlu dampingan dan
dukungan keluarga dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Pengertian keluarga mengacu pada dua atau lebih individu yang tergantung antara
satu dengan yang lainnya secara emosional, fisik, dan dukungan ekonomi (Hanson,
2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010). Sedangkan menurut
Birgess & Locke (1953 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010),
pengertian dari keluarga adalah individu yang bersatu menjadi kelompok dengan
diikat oleh pernikahan, darah, atau adopsi, dan merupakan satu rumah tangga;
berinteraksi dan berkomunikasi anatara satu dengan lainnya dalam peran sosial
sebagai suami dan istri, ayah dan ibu, anak, saudara, dan menciptakan, serta
memeilihara budaya yang sama. Struktur, fungsi, dan proses dalam keluarga
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh anggota dalam keluarga dan status
kesehatan keluarga secara umum. Sehingga keluarga menjadi penting peranannya
dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarganya.
Universitas Indonesia
Lansia yang mengalami hipertensi lebih berisiko terkait masalah safety, yaitu risiko
tinggi jatuh dan berisiko mengalami penyakit jantung yang menjadi menyebab
kematian pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat (CDC, 2006 dalam
Allender, Rector, & Warner, 2010). Seseorang dengan hipertensi yang juga
mengalami diabetes atau hiperlipidemia, maka faktor risiko penyakit kardiovaskular
semakin tinggi (Messerli & Grodzicki, 1996 dalam Stanley & Beare, 2006). Faktor
risiko pada populasi lansia terkait dengan penyakit jantung yaitu konsumsi rokok
atau paparan asap rokok, ketidaktepatan pola nutrisi, diabetes, kolesterol tinggi, dan
kurangnya aktivitas fisik (Allender, Rector, & Warner, 2010).
Lansia seharusnya membutuhkan aktivitas fisik yang cukup dan akan lebih mudah
apabila aktivitas fisik tersebut dimasukkan ke dalam rutinitas sehari-harinya
(Burbank & Riebe, 2002 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010). Lansia saat ini
cenderung memiliki aktivitas fisik yang rendah seiring dengan bertambahnya usia.
Perubahan fungsi organ dan kurangnya dukungan dari orang disekitar lansia karena
khawatir dapat membuat lansia lelah menjadi beberapa penyebabnya. Penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memperlambat pengeroposan tulang dan
meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, termasuk otot jantung, meningkatkan kerja
insulin dan meningkatkan kualitas tidur dan kemampuan fungsional lansia (Ballard,
Universitas Indonesia
Smeltzer & Bare (2004), juga menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah pada
lansia diakibatkan karena perubahan struktur dan fungsi pada jantung dan pembuluh
darah dengan semakin bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi meliputi
akumulasi plak aterosklerosis, fragmentasi elastin arteri, peningkatan endapan
kolagen, dan gangguan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan elastisitas pada
pembuluh darah arteri besar. Akibat terjadinya kekakuan dan ketebalan dinding pada
arteri, maka sebagai mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain secara
progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah (Gerber,
1990 dalam Stanley & Beare, 2006). Peningkatan volume darah ini bertujuan agar
kebutuhan tubuh terhadap oksigen dapat terpenuhi (Fernandez & Fuster, 1996 dalam
Stanley & Beare, 2006). Peningkatan volume darah ini juga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.
Universitas Indonesia
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga. Menurut teori/model Family Centre
Nursing Friedman, tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi 8
komponen pengkajian (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). 8 komponen pengkajian
tersebut, yaitu (1) data umum yang terdiri atas identitas kepala keluarga, komposisi
keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga, (2) riwayat dan tahap perkembangan
keluarga yang terdiri atas tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, dan riwayat
keluarga sebelumnya.
Komponen pengkajian selanjutnya atau yang ketiga, yaitu (3) lingkungan yang
terdiri atas karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal,
mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat, dan sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga yang terdiri atas
pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran baik formal
maupun informal, dan nilai serta norma budaya keluarga, (5) fungsi keluarga yang
terdiri atas fungsi afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi perawatan kesehatan, (6)
stress dan koping keluarga yang terdiri atas stresor jangka pendek, stresor jangka
panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang
digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional, (7) pemeriksaan fisik yang terdiri
atas tanggal dilakukannya pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaann fisik yang
dilakukan pada setiap anggota keluarga mulai dari tanda-tanda vital, kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher dan tenggorokan, dada, abdomen, ektremitas atas dan
bawah, kulit, kuku, berat badan, dan tinggi badan, (8) harapan keluarga baik
terhadap masalah kesehatan keluarga maupun terhadap petugas kesehatan yang ada.
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan yang terkait dengan tanda
dan gejala pada lansia dengan hipertensi. Pengkajian difokuskan pada pengukuran
tekanan darah, keluhan yang dirasakan oleh lansia, dan kebiasaan lansia yang
berhubungan dengan hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah pada lansia
kemudian dibandingkan dengan rentang nilai normal tekanan darah. Tekanan darah
Universitas Indonesia
kategori tinggi yaitu ketika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013).
Keluhan yang dikaji yaitu adanya atau tidaknya keluhan sakit kepala/pusing, rasa
berat pada bagian tengkuk, kesulitan tidur, merasa cepat lelah, sesak napas, ataupun
telinga berdengung yang dirasakan oleh lansia. Selain itu, pengkajian juga dilakukan
dengan melakukan wawancara kepada lansia dan juga keluarga terkait dengan gaya
hidup lansia, seperti pola makan lansia dan kebiasaan aktivitas fisik pada lansia.
Data hasil pengkajian dikumpulkan untuk kemudian menjadi alat dalam menetapkan
diagnosis keperawatan terkait masalah kesehatan dalam keluarga.
Universitas Indonesia
Perencanaan juga memuat kriteria hasil yang didasari dengan prinsip SMART
(Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time-oriented) (Carpenito, 2000).
Prinsip specific yaitu sasaran harus jelas dan spesifik, prinsip measurable yaitu
sasaran dapat diukur, achievable yaitu sasaran dapat dicapai, realistic yaitu sasaran
harus realistis, prinsip time-oriented yaitu sasaran dapat dicapai dalam waktu yang
telah ditentukan. Perencanaan keperawatan yang dilakukan berpedoman pada lima
tugas kesehatan keluarga. Lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009),
memiliki tujuan khusus diantaranya keluarga mampu mengenal masalah dalam
keluarga, keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang sakit,
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga yang sakit, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga yang sakit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Diet rendah garam dilakukan dengan pembatasan penggunaan garam pada makanan.
Seseorang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tingginya konsumsi garam juga dinilai
sebagai penyebab terjadinya penyakit jantung (Strazzullo, D’Elia, Kandala,
Cappuccio, 2009 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Mengurangi jumlah asupan garam direkomendasikan sebagai
salah satu intervensi pada pengobatan pasien hipertensi (ESH, 2007; NICE, 2010;
WHO, 2010, Chobanian, Bakris, Black, Cushman, Green, Izzo, et.al, 2003; CHEP,
2010 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Pada seseorang yang mengalami hipertensi dilakukan
pembatasan penggunaan garam yaitu, 1/2 sendok teh per hari jika tekanan darah
140-159/90-00 mmHg, 1/4 sendok teh per hari jika tekanan darah 160/179/100-109
mmHg, dan tidak menggunakan garam jika tekanan darah >180/110 mmHg.
Penelitian INTERSALT yang melibatkan lebih dari 10.000 responden dari berbagai
negara menunjukkan bahwa konsumsi garam berhubungan dengan kondisi tekanan
darah pada populasi usia 25-55 tahun. Individu yang mengalami hipertensi
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam menjadi 3 gram per hari atau setara
dengan setengah sendok teh garam per harinya. Berdasarkan hasil penelitian,
pengurangan konsumsi garam ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5
Universitas Indonesia
mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2.5 mmHg (Temple, Wilson, & Jacobs,
2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, & Grobbee (2003), didapatkan
hasil bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah sistolik sekitar -2.54 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar -1.96 mmHg.
Pembatasan penggunaan natrium ini berhubungan dengan perubahan secara
signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang responnya lebih efektif
pada klien yang lebih tua daripada yang lebih muda (cut off point 45 tahun). Hasil
penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pengurangan natrium dapat
berkontribusi pada pencegahan hipertensi, terutama pada populasi dimana tekanan
darah sudah mengalami peningkatan.
Kompres air hangat biasanya dilakukan pada bagian tengkuk yang terasa berat
akibat sirkulasi darah yang kurang baik. Kompres air hangat dilakukan dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan air panas dan air keran yaitu 1:3.
Kompres air hangat biasanya dilakukan dengan menggunakan waslap yang
dicelupkan pada air hangat kemudian ditempelkan pada tengkuk yang sakit.
Kompres air hangat dapat diulangi ketika waslap sudah tidak terasa hangat di kulit.
Secara umum, dengan melakukan kompres air hangat terjadi peningkatan aliran
darah pada bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan
dinding pembuluh darah, selain itu panas juga baik untuk meningkatkan fleksibilitas
(Anderson, 2007).
Menurut Smeltzer (2001), kompres panas dapat membantu meredakan rasa nyeri,
kaku, dan spasme otot. Panas superfisial dapat diberikan dalam bentuk kompres
basah hangat dan manfaat maksimal dari kompres dapat dicapai dalam waktu 20
menit. Efektivitas kompres panas juga dibuktikan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Smith (2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompres
panas dapat mengurangi nyeri hebat pada nyeri menstruasi, sama baiknya seperti
ibuprofen, dan bahkan lebih baik dari ibuprofen dalam mengurangi ketegangan otot
yang hebat.
Universitas Indonesia
Penerapan diet makanan bagi penderita hipertensi perlu melibatkan keluarga saat
demonstrasi maupun pada penerapan sehari-harinya, karena hal ini terkait dengan
kepatuhan dalam penerapannya. Diet makanan dilakukan dengan memberikan
informasi kepada keluarga terkait makanan yang masih boleh dikonsumsi, yang
harus dibatasi, dan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi. Diet makanan
juga dapat dilakukan dengan menyusun menu makanan bagi penderita hipertensi.
Diet yang biasanya dilakukan bagi penderita hipertensi yaitu diet rendah kolesterol
dan lemak. Kolesterol dan lemak dapat berbahaya apabila dikonsumsi secara
berlebihan karena dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan memicu
terjadinya hipertensi (Amir, 2002). Penyusunan menu makanan yang dilakukan
bersama dengan keluarga diharapkan dapat menjadikan makanan yang dikonsumsi
lebih terkontrol.
Universitas Indonesia
kesehatan yang dialami secara benar, (4) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
sesuai anjuran, (5) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (6)
keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, dan (7) keluarga
melakukan promosi kesehatan secara aktif. Keluarga berada pada tingkat kemadirian
I apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 dan 2, keluarga berada pada tingkat
kemandirian II apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 sampai dengan 5, keluarga
berada pada tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 sampai
dengan 6, dan keluarga berada pada tingkat kemandirian IV apabila memenuhi
kriteria evaluasi 1 sampai dengan 7.
Pendekatan keluarga sebagai konteks yaitu pendekatan yang pertama kali dilakukan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dan berfokus pada pengkajian
dan perawatan secara individual. Keluarga dalam hal ini secara konteks dapat
berfungsi sebagai sumber ataupun pencetus kesehatan ataupun masalah kesehatan
dalam keluarga. Pendekatan kedua yaitu keluarga sebagai klien, maksudnya yaitu
keluarga sebagai pusat dalam melakukan pengkajian terhadap semua anggota
keluarga. Pendekatan keluarga sebagai klien berfokus pada perawatan semua
anggota keluarga dan tidak dikhususkan, artinya semua anggota keluarga dilakukan
pengkajian dan perawatan.
Universitas Indonesia
pada individu dan keluarga secara bersamaan. Pendekatan yang keempat yaitu
keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Pada pendekatan ini keluarga dilihat
sebagai satu dari banyak lembaga yang ada di masyarakat. Keluarga adalah dasar
dan unit yang utama dari masyarakat dan merupakan bagian dari sistem masyarakat
yang besar. Keperawatan kesehatan masyarakat digambarkan dengan banyaknya
prinsip dari pandangan dan berfokus pada komunikasi antara keluarga dengan agen
yang ada di masyarakat (Hanson, 2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson,
2010).
Peran perawat kesehatan keluarga semakin lama semakin berkembang. Terdapat tiga
belas peran perawat kesehatan keluarga dan peran yang dijalankan tergantung pada
setting tempat. Peran perawat kesehatan keluarga diantaranya, sebagai pengajar
kesehatan kepada keluarga baik terkait kesejahteraan keluarga, penyakit, hubungan
dengan orang lain, terkait pengasuhan ataupun hal-hal lain. Perawat kesehatan
keluarga berperan sebagai koordinator, kolaborator, dan sebagai penghubung dalam
melakukan perawatan kepada keluarga, misalnya terdapat anggota keluarga yang
sakit maka perawat dengan keluarga berkolaborasi dengan penyedia pelayanan
kesehatan lain dalam perawatan atau pengobatannya. Perawat kesehatan keluarga
berperan sebagai pengawas kesehatan dan tenaga ahli, hal ini terkait dengan
kemampuan perawat dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit. Perawat pada peran ini dituntut untuk memiliki cukup pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan perawatan.
Selain itu, perawat kesehatan keluarga berperan sebagai advokator keluarga, sebagai
konsultan, dan konselor. Perawat kesehatan keluarga juga berperan sebagai penemu
masalah dan epidemiologis, apabila masalah dapat ditemukan maka pencegahan dan
perawatan dapat dilakukan. Perawat kesehatan keluarga berperan sebagai ahli
lingkungan, maksudnya yaitu perawat membantu memodifikasi lingkungan yang
baik dan sehat bagi keluarga. Perawat kesehatan keluarga berperan sebagai penjelas
dan penafsir. Peran ini maksudnya adalah ketika salah satu anggota keluarga
mengalami penyakit yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh keluarga, maka
perawat mencari informasi terkait dengan penyakit tersebut dan memberikan
Universitas Indonesia
penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga. Peran perawat kesehatan keluarga
sebagai pengganti, maksudnya adalah perawat dapat menjadi pengganti orang lain
saat dibutuhkan. Misalnya, pada saat seorang remaja sedang menghadapi proses
persalinan maka perawat dapat menjadi pengganti orang tua remaja dalam
menemani proses persalinan.
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan asuhan keperawatan keluarga pada kasus keluarga kelolaan.
Asuhan keperawatan yang diuraikan meliputi pengkajian keperawatan keluarga,
diagnosis keperawatan, perencanaan intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Keluarga Ibu A menganut agama Islam dan tidak ada perbedaan agama diantara
anggota keluarga. Ibu A berasal dari suku Betawi, begitupula dengan Alm. Bapak
N yang berasal dari suku Betawi. Keluarga Ibu A menjalankan ibadah wajib
dalam agama, seperti sholat dan puasa dengan baik. Baik Ibu A maupun Alm.
Bapak N sudah tinggal sejak kecil di Kelurahan Sukatani ini, sehingga pertemuan
keduanya juga di wilayah Kelurahan Sukatani ini. Kemudian Alm. Bapak N dan
Ibu A memutuskan untuk menikah 6 tahun yang lalu. Ibu A mengatakan bahwa
Alm. Bapak belum pernah berpindah rumah semenjak tinggal di rumah yang
sekarang ini ditempati.
28 Universitas Indonesia
Ibu A bekerja sebagai buruh cuci di rumah salah satu tetangga. Ibu A mengatakan
penghasilan perbulannya jauh di bawah UMR, tetapi karena di dalam keluarga Ibu
A anggota keluarga yang lain juga membantu keuangan keluarga, sehingga
kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Keluarga Ibu A memiliki jamkesmas, namun
Ibu A mengatakan jarang digunakan. Ibu A mengatakan tidak mengetahui
penghasilan per bulan anggota keluarga yang lain. Rumah keluarga Ibu A
merupakan rumah tipe permanen terdiri dari satu lantai yang termboknya terbuat
dari batu bata, lantai sudah berubin, dan atapnya dari genteng. Kondisi selokan di
sekitar rumah Ibu A tambak bersih dan airnya mengalir dengan lancar.
Selain itu, Ibu A mengatakan bahwa Nenek K mempunyai kebiasaan minum kopi
2 gelas/hari. Nenek K mengatakan minum kopi sudah menjadi kebiasaannya sejak
masih muda dan sulit untuk dihilangkan, namun Nenek K mengatakan bahwa
frekuensi minum kopinya sudah berkurang dibandingkan dengan waktu masih
muda. Nenek K mengatakan apabila frekuensi minum kopinya dikurangi menjadi
1x/hari kepalanya akan terasa sakit. Nenek K mengatakan tidak terlalu menyukai
makanan yang bersantan dan yang digoreng. Nenek K juga mengatakan bahwa
dirinya tidak pernah merokok dan saat ini tidak ada masalah yang sedang
dipikirkannya. Nenek K mengatakan kegiatan sehari-harinya yaitu membantu
membersihkan rumah dan terkadang membantu Ibu A memasak. Nenek K
mengatakan memiliki kegiatan merawat tanaman yang berada di depan rumahnya.
Universitas Indonesia
Nenek K mengatakan bahwa pernah mengalami jatuh karena lantai licin terkena
air hujan dan saat itu hanya diurut.
Nenek K mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 3/4 centong nasi. Nenek K
mengatakan tidak bisa makan dengan porsi yang banyak. Ibu A mengatakan
sehari-harinya memasak sayur dan lauk pauk. Lauk pauk yang biasanya dimasak
oleh Ibu A yaitu tempe, tahu, terkadang ikan, dan telur. Sayur yang biasa dimasak
oleh Ibu A yaitu sayur bayam, sayur asem, dan sayur lodeh. Ibu A mengatakan
bahwa untuk sarapan terkadang membeli nasi uduk dan makanan yang dimasak
oleh Ibu A biasanya untuk dimakan pada siang atau sore hari. Nenek K
mengatakan makan sayur dan lauk pauk yang dimasak oleh Ibu A. Ibu A
mengatakan bahwa Nenek K tidak pernah memilih-milih makanan yang dimakan.
Nenek K mengatakan memiliki kebiasaan minum 8-10 gelas ukuran sedang.
Nenek mengatakan memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 gelas/hari.
Nenek K mengatakan kebiasaan BAK nya yaitu 5-6 kali/hari dan di malam hari
biasanya 1-2 kali. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan untuk BAK.
Sedangkan, untuk kebiasaan BAB Nenek K mengatakan memiliki kebiasaan BAB
1 kali/hari dan biasanya di pagi hari dan terkadang 2 kali/hari apabila makan
Universitas Indonesia
makanan yang pedas. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan ketika buang
air besar. Nenek K mangatakan bahwa konsistensi fesesnya agak lunak dan
berwarna coklat gelap. Nenek K mengatakan bahwa sering tidur pada pukul 21.00
dan bangun pada pukul 04.00 dan apabila terbangun di malam hari tidak
mengalami kesulitan untuk tidur kembali.
Hasil pemeriksaan fisik pada bagian leher dan tenggorokan didapatkan tidak ada
kesulitan untuk menelan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ditemukan tanda-tanda radang, dan tidak ada distensi vena jugularis. Hasil
pemeriksaan fisik pada bagian dada didapatkan dada simetris, suara napas
bronkovesikuler, dan tidak ditemukan adanya suara wheezing ataupun ronkhi.
Hasil pemeriksaan fisik pada bagian abdomen didapatkan bahwa tidak ada nyeri
tekan dan Nenek K juga mengatakan tidak mengalami keluhan pada bagian
abdomen. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian ekstremitas didapatkan gerakan
ekstremitas Nenek K agak terbatas, Nenek K tidak merasakan adanya nyeri, tidak
terdapat benjolan, tidak ada bengkak dan kemerahan, serta kekuatan otot Nenek K
yaitu 5555 5555. Berat badan Nenek K 45 kg dengan tinggi badan 150 cm.
4444 4334
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain itu, Ibu A mengatakan cara perawatan hipertensi yaitu dengan membatasi
makanan yang asin-asin, namun hal ini menurut Ibu A agak sulit untuk dilakukan
karena Nenek K menyukai makanan asin. Nenek K mengatakan aktivitas sehari-
harinya yaitu membantu membersihkan rumah, berkebun, dan terkadang
membantu Ibu A memasak. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan untuk
tidur. Ibu A mengatakan tidak mengetahui modifikasi lingkungan bagi anggota
keluarga yang mengalami hipertensi. Ibu A mengatakan selama ini keluarga
belum pernah membawa Nenek K ke fasilitas kesehatan untuk melakukan
perawatan dan pencegahan hipertensi.
Data objektif terkait dengan hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan pada Nenek
K yaitu TD: 160/100 mmHg, Nadi: 82x/hari, Napas: 20x/menit, dan suhu: 36.7 oC.
Berat badan Nenek K yaitu 45 cm dan tinggi badannya 150 cm. Menurut
perhitungan sesuai indeks massa tubuh, IMT Nenek K dalam kategori normal
(20). Selain itu, didapatkan data bahwa skala nyeri ketika Nenek K merasakan
sakit kepala yaitu pada skala nyeri 3.
Universitas Indonesia
Tujuan khusus selanjutnya dari intervensi yang dilakukan, yaitu (3) Tujuan khusus
3 setelah dilakukan kunjungan selama 2x45 menit keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan 5 dari 7
cara pencegahan hipertensi dan menyebutkan 4 dari 6 cara perawatan hipertensi,
mendemonstrasikan cara perawatan hipertensi dengan cara teknik relaksasi napas
dalam, diet rendah garam, kompres air hangat dan diet makanan. (4) Tujuan
khusus 4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
hipertensi dengan menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
hipertensi dan menunjukkan perubahan lingkungan yang tepat bagi anggota
keluarga yang mengalami hipertensi. (5) Tujuan khusus 5 keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pencegahan dan
perawatan hipertensi dengan mampu menyebutkan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat dikunjungi, menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pendidikan kesehatan ini dilakukan dalam satu kali pertemuan atau selama 45
menit.
Universitas Indonesia
Awal mula penerapan diet rendah garam ini Nenek K memang mengalami
penurunan nafsu makan dan keluarga cukup khawatir dengan hal tersebut.
Namun, modifikasi makanan dengan penggunaan bumbu dapur alami cukup
membantu dalam mempertahankan nafsu makan Nenek K. Selain itu, selama
penerapannya Nenek K memiliki semangat yang kuat untuk menurunkan tekanan
darahnya, sehingga Nenek K berusaha membiasakan secara perlahan-lahan
takaran garam yang masih diperbolehkan dan memadukannya dengan penggunaan
bumbu dapur alami dalam makanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga juga mengatakan cara lain untuk mengurangi konsumsi garam pada
Nenek K, yaitu tidak meletakkan makanan jenis olahan ataupun makanan dengan
kandungan garam yang tinggi di tempat yang dapat terlihat oleh Nenek K.
Keluarga mengatakan cara memodifikasi makanan bagi Nenek K yang terasa
hambar yaitu dengan penggunaan bumbu dapur alami, seperti bawang merah,
jahe, ataupun gula. Keluarga mengatakan bahwa makanan yang harus dihindari
oleh Nenek K yaitu makanan yang kandungan lemak dan garamnya tinggi, seperti
makanan yang bersantan, makanan olahan seperti ikan asin, sarden. Keluarga
mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu puskesmas, rumah
sakit, dan klinik dokter. Keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas
kesehatan adalah untuk mendapatkan pemeriksaan, perawatan dan pengobatan,
serta informasi terkait kesehatan.
Universitas Indonesia
Selain itu, keluarga mampu menyebutkan dan memilih makanan yang masih
diperbolehkan untuk dikonsumsi, yang harus dibatasi, dan yang harus dihindari
oleh Nenek K. Keluarga juga mampu mempraktikan kembali teknik relaksasi
napas dalam dan kompres air hangat sebagai cara untuk mengurangi nyeri. Pada
kunjungan yang tidak direncanakan antara keluarga dengan mahasiswa, keluarga
dapat menyediakan makanan dengan menggunakan takaran garam yang masih
diperbolehkan bagi Nenek K.
Keluarga mengatakan bahwa pada awal penerapan takaran garam, nafsu makan
Nenek K berkurang karena rasa makanan hambar, sehingga keluarga kembali lagi
menyamakan takaran garam bagi Nenek K sesuai ukuran keluarga. Namun,
keluarga mengatakan bahwa Nenek K memiliki keinginan untuk menurunkan
tekanan darahnya, sehingga ingin mencoba membiasakan dengan makanan yang
dirasakan hambar. Keluarga mengatakan memodifikasi makanan yang hambar
dengan penggunaan bumbu dapur alami. Pada saat kegiatan posbindu, Nenek K
yang sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan posbindu datang untuk
memeriksakan tekanan darah. Keluarga mengatakan setelah diberikan penyuluhan
oleh mahasiswa Nenek K menjadi lebih semangat untuk memperhatikan
kesehatannya.
Universitas Indonesia
Selain itu, keluarga juga mampu menyebutkan kembali takaran garam sesuai
dengan kategori tekanan darah. Keluarga mampu menyebutkan kembali takaran
garam yang masih boleh digunakan bagi Nenek K. Keluarga mampu
mendemonstrasikan kembali teknik relaksasi napas dalam dan kompres air hangat.
Keluarga mampu menunjukkan kembali takaran garam yang masih boleh
digunakan bagi Nenek K. Keluarga juga mampu menyebutkan dan memilih
makanan yang masih diperbolehkan, yang harus dibatasi, dan yang harus dihindari
oleh Nenek K dengan menggunakan kartu makanan. Keluarga mampu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan analisis situasi pada keluarga kelolaan. Hal yang ditemui
pada keluarga kelolaan kemudian dihubungkan dengan penelitian yang terkait.
Selain itu, pada bab ini juga diuraikan profil lahan praktik, analisis masalah
keperawatan dengan konsep dan penelitian terkait keperawatan masyarakat
perkotaan, analisis intervensi diet rendah garam dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Luas wilayah Kelurahan Sukatani berdasarkan Bappeda (2009), yaitu 508.60 km2
dengan jumlah penduduknya yaitu 42.631 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22.219 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 20.412 jiwa. Kelurahan Sukatani terdiri atas
26 rukun warga (RW) dan 182 rukun tetangga (RT). Batas wilayah Kelurahan
Sukatani sebelah utara yaitu Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok.
Batas wilayah Kelurahan Sukatani sebelah Timur yaitu Desa Cimatis Kabupaten
Bekasi dan Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Depok. Batas wilayah Kelurahan
Sukatani sebelah selatan yaitu Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos
Depok. Batas wilayah Kelurahan Sukatani sebelah barat yaitu Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Depok (Pemkot Depok, 2014).
menganut sebanyak 1182 jiwa. Selanjutnya yaitu agama Hindu dengan jumlah
penduduk yang menganutnya yaitu sebanyak 1074 jiwa. Agama Katolik dan
Budha masing-masing dianut oleh 949 jiwa untuk agama Katolik dan 942 jiwa
untuk agama Budha. Faslititas pelayanan kesehatan milik pemerintah yang
terdapat di Kelurahan Sukatani, yaitu posyandu, puskemas, dan pos KB. Terdapat
28 buah posyandu yang tersebar di wilayah Kelurahan Sukatani, 1 buah
puskesmas, dan 1 buah pos KB (Bappeda, 2009).
Universitas Indonesia
yaitu setiap tanggal 22. Apabila tanggal 22 ini jatuh pada hari minggu, maka
biasanya pelaksanaan posyandu akan dimajukan menjadi tanggal 21.
Posyandu/posbindu yang ada di wilayah RW 22 ini bernama Posyandu/posbindu
Mawar 22, terletak di wilayah RT 01. Posyandu/posbindu ini menerapkan sistem
lima meja untuk pelayanan posyandu pada balita. Pelaksanaan posyandu setiap
bulannya berjalan dengan baik dan masyarakat aktif dalam kegiatannya, namun
untuk kegiatan posbindu ternyata kurang aktif pelaksanaannya. Salah satu kader
mengatakan bahwa lansia di RW 22 ini memang kurang aktif mengikuti posbindu,
sehingga kader menetapkan bahwa kegiataan posbindu ini diperuntukan untuk
individu yang berusia ≥45 tahun. Saat pelaksanaan posbindu, kegiatan yang
dilakukan biasanya mengukur tekanan darah, apabila tekanan darah tinggi dan
memerlukan obat maka bidan yang bertugas saat berlangsungnya posbindu yang
memberikan obat. Program posbindu lain yang saat ini rutin dilaksanakan yaitu
senam yang biasanya dilaksanakan setiap hari minggu.
Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu gaya hidup yang kurang sehat.
Masyarakat yang lebih menyukai makanan olahan dengan kandungan garam yang
tinggi, tingginya konsumsi makanan yang berlemak, kurangnya aktivitas fisik,
tingginya tingkat stres, kebiasaan merokok, dan lain sebagainya diduga menjadi
menyebab seseorang mengalami hipertensi. Selain itu kurangnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dapat pula menjadi penyebab
munculnya masalah kesehatan.
Universitas Indonesia
Prevalensi kasus hipertensi di Depok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal
ini menunjukkan perlu adanya penanganan lebih lanjut agar kondisi kesehatan
masyarakat tidak semakin memburuk. Upaya perawatan dan pencegahan terhadap
masalah kesehatan ini seharusnya dilakukan. Upaya perawatan ditujukan agar
penderita hipertensi tidak mengalami komplikasi ke arah yang lebih buruk.
Sedangkan upaya pencegahan dilakukan agar masyarakat yang belum mengalami
hipertensi terhidar dari penyakit ini.
Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kota
Depok dan menjadi tempat mahasiswa melakukan praktik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan dan RW 22 merupakan RW yang digunakan oleh penulis
untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada beberapa keluarga.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada seluruh lansia yang ada di
wilayah RW 22, teridentifikasi bahwa masalah hipertensi dialami oleh 23 dari 33
lansia yang tinggal di RW 22. Wilayah RW 22 termasuk pada wilayah perkotaan
yang ditandai dengan adanya pasar dan terdapat batas-batas wilayah yang jelas
(Weber, 1992). Besarnya persentase kejadian hipertensi di wilayah RW 22 ini
dapat disebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang tidak sehat dan kurangnya
kesadaran masyarakat terutama lansia terkait dengan kesehatan. Dari beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, faktor risiko
yang berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah pada lansia yang dikelola
yaitu terkait dengan usia dan konsumsi garam yang berlebihan.
Seiring dengan bertambahnya usia tentu terjadi penurunan struktur dan fungsi
tubuh. Hal inilah yang terjadi pada lansia, semakin bertambahnya usia terjadi
akumulasi plak aterosklerosis, fragmentasi elastin arteri, peningkatan endapan
kolagen, dan gangguan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan elastisitas pada
pembuluh darah arteri besar. Hal tersebut mengakibatkan kekakuan dan ketebalan
pada dinding, maka sebagai mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah
(Gerber, 1990 dalam Stanley & Beare, 2006). Hal tersebutlah yang memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah.
Universitas Indonesia
Selain itu, faktor gaya hidup yaitu konsumsi garam yang berlebihan juga memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah. Seperti yang sudah diketahui bahwa terjadi
perubahan struktur dan fungsi dengan semakin bertambahnya usia. Penyebab
lansia lebih menyukai makanan yang lebih asin atau lebih terasa bumbu berkaitan
dengan hal ini. Lansia menurut Stanley & Beare (2006), mengalami penurunan
dan kerusakan pada kuncup-kuncup perasa lidah sehingga menurunkan
sensitivitas terhadap rasa. Blair (1990 dalam Stanley & Beare, 2006), menyatakan
bahwa kuncup-kuncup perasa mengalami regenerasi sepanjang kehidupan
manusia, tetapi lansia mempunyai suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa
manis, asam, asin, dan pahit.
Universitas Indonesia
Perawat komunitas dalam hal ini memiliki peranan yang penting dalam upaya
meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya masalah kesehatan baik pada
individu, keluarga, maupun kelompok. Asuhan keperawatan dengan pendekatan
keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah hipertensi pada lansia.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
perawatan dan pencegahan terhadap lansia yang mengalami hipertensi.
Keterlibatan keluarga sangat penting selama tahap asuhan keperawatan. Keluarga
diharapkan dapat menjadi pihak yang dapat mempertahankan kondisi kesehatan
lansia dengan melakukan perawatan dan pencegahan terhadap masalah hipertensi.
4.3 Analisis Intervensi Diet Rendah Garam dengan Konsep dan Penelitian
Terkait
Hipertensi merupakan suatu kondisi kronik yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. Tekanan darah
yang tinggi dinilai menjadi penyebab meninggalnya lebih dari tujuh juta jiwa
setiap tahunnya, dan sekitar 13% dari total kematian di seluruh dunia (WHO,
2002 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Hal ini seperti yang juga dinyatakan oleh Reddy & Katan,
2004), bahwa tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko utama penyakit jantung
dan dapat juga menjadi penyebab terjadinya stroke baik iskemik maupun
hemoragik.
Universitas Indonesia
Diantara hal yang menyebabkan hipertensi tersebut, intervensi terkait dengan diet
rendah garam menjadi yang paling banyak diteliti pengaruhnya. Hal ini
dikarenakan masyarakat terutama di perkotaan cenderung mengkonsumsi
makanan olahan dengan kandungan garam yang tinggi.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Ibu A berfokus pada Nenek K
dengan hipertensi. Intervensi yang diberikan kepada Nenek K dengan hipertensi,
diantaranya teknik relaksasi napas dalam, diet rendah garam, kompres air hangat
dan diet makanan bagi penderita hipertensi. Selama dilakukan intervensi kepada
Nenek K selama enam minggu, intervensi diet rendah garam merupakan
intervensi yang lebih efektif dalam mengontrol tekanan darah pada Nenek K
dengan hipertensi. Nenek K menyukai makanan yang asin, sehingga sehari-
harinya Nenek K makan makanan yang tinggi garam. Menurut Reddy & Katan
(2004), Konsumsi garam atau natrium secara langsung berhubungan dengan nilai
MAP (Mean Arterial Pressure) dan prevalensi di berbagai populasi. pembatasan
konsumsi garam dinilai dapat mencegah terjadinya pembesaran jantung.
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, & Grobbee (2003), didapatkan
hasil bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah sistolik sekitar -2.54 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar -1.96
mmHg. Pembatasan penggunaan natrium berhubungan dengan perubahan secara
signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang responnya lebih efektif
pada klien yang lebih tua daripada yang lebih muda (cut off point 45 tahun). Hasil
penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pengurangan natrium dapat
berkontribusi pada pencegahan hipertensi, terutama pada populasi dimana tekanan
darah sudah mengalami peningkatan.
Penurunan tekanan darah pada Nenek K selama diterapkannya diet rendah garam
ternyata dapat mencapai 130/90 mmHg pada akhir kunjungan keluarga. tekanan
darah Nenek K saat pertama kali dilakukan pengukuran yaitu 160/100 mmHg. Hal
ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg. Penurunan ini dinilai lebih besar jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, dan Grobbee
terkait dengan pembatasan konsumsi garam hubungannya dengan penurunan
tekanan darah.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan dengan intervensi diet rendah garam pada Nenek K awalnya
juga mengalami hambatan karena diet rendah garam yaitu melakukan pembatasan
konsumsi garam. Prinsip diet pada penderita hipertensi secara umum diantaranya
adalah makanan beraneka ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan
disesuaikan dengan kondisi penderita hipertensi, dan jumlah garam dibatasi sesuai
dengan tekanan darah (Kurniawan, 2002). Pembatasan penggunaan garam pada
Nenek K yang menyukai makanan yang asin menjadikan Nenek K kurang nafsu
makan. Hal ini kemudian disiasati dengan pengaturan menu diet menggunakan
bumbu dapur alami sebagai penambah rasa.
Pengaturan menu diet ini dikeluarkan oleh Depkes (2011) guna mensiasati
makanan bagi penderita hipertensi yang mengandung sedikit garam. Cara
mensiasatinya diantaranya, rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula
merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu
lain dengan kandungan garam yang sedikit atau tidak mengandung garam. Rasa
makanan akan tetap enak ketika ditumis, digoreng, ataupun dipanggang walaupun
tanpa menggunakan garam. Tidak menggunakan garam lebih dari 1/2 sendok teh
per hari. Jika ingin menggunakan garam disarankan yang kandungan natriumnya
rendah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga Ibu A yang memiliki lansia dengan hipertensi yaitu Nenek K, maka
keluarga perlu melakukan pemantauan secara terus-menerus terkait penggunaan
garam pada makanan dan memodifikasi makanan yang hambar dengan
penggunaan bumbu dapur alami. Selain itu, keluarga juga harus memisahkan
makanan yang dimakan oleh keluarga dan Nenek K sebagai cara untuk
menerapkan diet rendah garam Nenek K dan keluarga juga harus memotivasi
Nenek K untuk rutin mengontrol tekanan darah ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Bab penutup ini menguraikan simpulan dan saran dari hasil asuhan keperawatan
keluarga yang dilakukan oleh penulis serta hasil analisis situasinya. Uraian
simpulan menguraikan secara keselurahan inti dari hasil penulisan karya ilmiah
akhir ini. Selain itu, pada bab ini juga diuraikan saran untuk pendidikan
keperawatan, pelayanan keperawatan, keluarga, dan penelitian selanjutnya terkait
lansia dengan hipertensi agar perawatan dan pencegahan terhadap masalah
kesehatan ini semakin baik.
5.1 Simpulan
Salah satu dampak semakin bertambahnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan
adalah terkait masalah kesehatan. Masalah kesehatan di perkotaan umumnya
menjadi lebih kompleks, yang ditandai dengan tidak hanya munculnya penyakit
infeksi atau penyakit menular, tetapi juga penyakit tidak menular seperti penyakit
degeneratif. Salah satu penyakit menular yang prevalensinya semakin meningkat
dari tahun ke tahun yaitu hipertensi.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia dan gaya hidup.
Semakin bertambahnya usia, maka semakin rentan individu mengalami hipertensi
yang diakibatkan oleh perubahan struktur dan fungsi jantung dan pembuluh darah.
Sedangkan gaya hidup sebagai faktor risiko terkait dengan kebiasaan masyarakat
perkotaan yang kurang aktivitas, memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi
makan makanan yang berlemak, mengkonsumsi minuman beralkohol, mengalami
stres yang berlebihan, dan sebagainya.
pada 33 lansia yang berada di wilayah RW 22 dan pengukuran ini menjadi dasar
dalam menentukan keluarga yang dikelola oleh mahasiswa.
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan masalah hipertensi pada Nenek K yaitu
dengan melakukan pengukuran tekanan darah setiap kali kunjungan,
mengevaluasi adanya tanda dan gejala hipertensi yang mungkin dirasakan oleh
Nenek K, serta upaya keluarga dalam menerapkan diet rendah garam untuk Nenek
K. Selama dilakukan pengukuran tekanan darah pada Nenek K, hasilnya tidak
selalu stabil namun tekanan darah pernah mencapai 130/90 mmHg yang pada
awal pengukuran 160/100 mmHg. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan
Universitas Indonesia
darah sistolik sebesar 30 mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg. Keluarga
juga sudah melakukan diet rendah garam atau pembatasan penggunaan garam
pada makanan Nenek K dan menerapkan penggunaan bumbu dapur untuk
mensiasati rasa hambar pada makanan Nenek K.
5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan Keperawatan
Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan masyarakat
perkotaan dalam lingkup keluarga sebagai usaha dalam meningkatkan asuhan
keperawatan terutama pada keluarga dengan lansia hipertensi. Salah satu
intervensi yang dapat dikembangkan yaitu diet rendah garam sebagai salah satu
intervensi untuk mengontrol tekanan darah. Pendidikan keperawatan juga dapat
bekerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan asuhan keperawatan
keluarga, misalnya bekerja sama dengan pihak puskesmas karena asuhan
keperawatan keluarga merupakan program perkesmas yang dijalankan oleh
puskesmas.
Universitas Indonesia
5.2.3 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan terutama dalam merawat lansia dengan
hipertensi. Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, yaitu dengan mencari informasi terkait kesehatan dengan
mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada dan memanfaatkan media cetak ataupun
elektronik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan.
Keluarga juga berperan penting dalam perawatan dan pencegahan hipertensi pada
lansia, untuk itu keluarga perlu melakukan pemantauan terkait dengan diet rendah
garam sebagai usaha untuk mengontrol tekanan darah. Selain itu, keluarga perlu
memberikan motivasi kepada lansia dengan hipertensi untuk memeriksakan
tekanan darah secara rutin ke fasilitas kesehatan yang tersedia, misalnya posbindu.
Universitas Indonesia
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community health nursing:
Promoting and protecting the public’s health. 7th Ed. China: Lippincott
Williams & Wilkins.
Badan Pusat Statistik. (2010). Peraturan kepala badan pusat statistik nomor 37
tahun 2010 tentang klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia.
Cetakan II. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dao, H. H., Essalihi, R., Bouvet, C., & Moreau, P. (2005). Evolution and
modulation of age-related medial elastocalcinosis: Impact on large artery
stiffness and isolated systolic hypertension. Cardiovasc Res, 66, 307-317.
58 Universitas Indonesia
Dewi, D., Setyoadi, & Widastra, N. M. (2009). Pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan persepsi nyeri pada lansia dengan artritis
rheumatoid. Jurnal Keperawatan Soedirman. 4.
Geleijnse, J. M., Kok, F. J., & Grobbee, D. E. (2003). Blood pressure response to
change in sodium and potassium intake: A metaregression analysis of
randomized trials. Journal of Human Hypertension. 17, 471-480.
He, F. J., Campbell, N. R. C., & MacGregor, G. A. (2012). Reducing salt intake to
prevent hypertension and cardiovascular disease. Rev Panam Salud Publica,
32, 293-300.
Matyas, E., Jeitler, K., Horvath, K., Semlitsch, T., Hemkens, L. G., Pignitter, N.,
& Siebenhofer, A. (2011). Benefit assessment of salt reduction in patients
with hypertension: Systematic overview. Journal of Hypertension, 29, 821-
828.
Pusat Jantung Nasional (2011, November 01). Hipertensi: Mengapa tidak boleh
makan garam?. Juli 9, 2014. http://www.pjnhk.go.id/content/view/4042/31/
Universitas Indonesia
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. 5th Ed. St. Louis
United States: Mosby Inc.
Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
Taylor, R. S., Ashton, K. E., Moxham, T., Hooper, L., & Ebrahim, S. (2011).
Reduced dietary salt for the prevention of cardiovascular disease: A meta-
analysis of randomized controlled trials (Cochrane review). American
Journal of Hypertension, 24, 843-853.
Temple, N. J., Wilson, T., & Jacobs, D. R. (2006). Nutritional health: Strategies
for disease prevention. 2nd Ed. New Jersey: Humana Press.
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama keluarga (KK) : Ibu A
2. Usia : 48 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Buruh
5. Alamat dan telepon : Kampung Babakan RT 05/22 Kel. Sukatani,
Kec. Tapos, Depok
6. Komposisi keluarga
No. Nama Jenis Hubungan TTL/Umur Pendidikan
Kelamin dengan KK
1. Nenek K P Bibi 90 tahun Tidak Sekolah
2. Ibu N P Anak 30 tahun SMA
3. Bapak K L Anak 34 tahun SMA
4. Ibu An P Anak 38 tahun SMP
5. An. N P Cucu 11 tahun SD
Genogram
An. M
Bp. Bp. Bp. Bp. Bp.
Ibu Ibu Ibu Ibu
S J D B K
F An B N
An.
N
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
atau : Meninggal
: Entry point
: Anggota Keluarga yang tinggal serumah
7. Tipe keluarga
Tipe keluarga Ibu A adalah multigenerational family, yaitu keluarga
dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.. Pada keluarga Ibu A, Nenek K merupakan bibi dari
Alm. Bapak N. Ibu N dan Ibu An merupakan anak dari Alm. Bapak N,
dan An. N merupakan anak dari Ibu N dengan Bapak K.
8. Suku
Ibu A dan Alm. Bapak N sama-sama berasal dari suku Betawi. Ibu A
mengatakan bahwa dirinya dan anak-anaknya tidak ada kebiasaan
tertentu dari suku Betawi hubungannya dengan kesehatan. Namun,
Nenek K mempunyai kebiasaan menggunakan daun menahong untuk
menghilangkan pusing dan nyeri pada bagian kaki. Nenek K mengatakan
bahwa dirinya mengetahui khasiat daun ini dari tetangga sekitar rumah
yang mayoritas adalah suku Betawi.
9. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Ibu A adalah islam, tidak ada
perbedaan agama dalam keluarga Ibu A. Ibu A mengatakan bahwa
dirinya terkadang mengikuti pengajian yang diadakan di salah satu
rumah warga yang terletak di RT 05 setiap minggunya. Ibu A
mengatakan bahwa kebiasaan ibadah keagamaan seperti sholat dan puasa
rutin dilakukan oleh keluarga. Selain itu, Ibu A juga mengatakan bahwa
oleh almarhum suaminya sudah sering dinasehati selain menjalankan
ibadah wajib jangan melupakan ibadah sunnah. Menurut Ibu A,
almarhum Bapak N sangat menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
10. Status sosek keluarga
Anggota keluarga yang bekerja yaitu Bapak K, Ibu A, Ibu N dan Ibu An.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari keluarga, anggota keluarga
yang bekerja saling mencukupi kebutuhan. Namun, karena Bapak K, Ibu
N dan Ibu An sudah memiliki keluarga sendiri maka sebagian besar
penghasilan yang di dapatkan digunakan untuk keluarga kecil mereka.
Ibu A mengatakan tidak pernah mengetahui berapa penghasilan dari
III. Lingkungan
16. Karakteristik rumah
Rumah Ibu A merupakan rumah permanen. Terdiri 8 ruangan, yaitu satu
ruang tamu, satu ruang keluarga, satu ruang makan, satu dapur, satu
kamar mandi, dan 3 kamar tidur. Ventilasi dan pencahayaan di dalam
rumah kurang. Terdapat 8 buah jendela, namun yang bisa dibuka hanya
3 buah. Ibu A mengatakan jendela yang lainnya rusak sehingga tidak
bisa dibuka. Rumah menggunakan lantai ubin dan atap rumah terbuat
dari genteng. Untuk jamban sudah baik keadaannya, kamar mandi sudah
berubin. Sumber air bersih berasal dari air sumur yang jaraknya sekitar
12 meter dari septic tank. Air bersih digunakan untuk mencuci, mandi
(MCK), sedangkan untuk memasak dan minum keluarga Ibu A
menggunakan air isi ulang. Terdapat selokan di samping dan belakang
rumah Ibu A. Selokan biasanya dibersihkan oleh Ibu A bersama dengan
Nenek K setiap harinya, sehingga air tampak selalu mengalir dengan
lancar. Pembuangan sampah pada rumah Ibu A dilakukan dengan
membakarnya.
Denah Rumah Keluarga Ibu A
Kamar
Ruang Ruang Mandi
Tidur Makan
Dapur
Pintu Samping
Ruang Ruang
Tidur Keluarga
Ruang
Tamu
Ruang Tidur
Pintu Depan
V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi afektif
Anggota keluarga Ibu A saling menyayangi dan menghormati satu sama
lain. Walaupun semua anak almarhum Bapak N sudah menikah, namun
Ibu A selalu menyayangi dan memperhatikan anak-anaknya. Ibu N dan
Bapak K juga memperhatikan kebutuhan dari An. N yang masih
bersekolah pada tingkat sekolah dasar. Ibu A mengatakan bahwa semua
anggota keluarga selalu berusaha untuk diperhatikan.
26. Fungsi sosialisasi
Ibu A biasanya mengingatkan anggota keluarganya untuk bersosialisasi
dengan tetangga sekitar, meskipun hanya dengan menanyakan kabar. Ibu
An mengatakan bahwa sejak kecil almarhun Bapak N sudah
mengajarkan pentingnya sosialisasi denga tetangga, sehingga sampai
saat ini tidak terdapat masalah terkait sosialisasi dengan tetangga sekitar
rumah.
27. Fungsi perawatan keluarga
Setiap satu bulan sekali terdapat posbindu di dekat rumah. Namun,
Nenek K tidak pernah melakukan pemeriksaan karena Nenek K mengira
kegiatan posbindu yang dilakukan bersamaan dengan posyandu
ANALISIS DATA
Data objektif:
- Tekanan darah: 160/100 mmHg,
Nadi: 82x/menit, Napas: 20x/menit,
Suhu: 36.7oC
- BB: 45 kg, TB: 150 cm, BMI: 20
(normal)
- Skala nyeri ketika sakit kepala 3
Data subjektif: Risiko jatuh pada Nenek K
- Nenek K mengatakan pernah
mengalami jatuh satu kali di
samping rumah karena lantai licin
terkena hujan
- Nenek K mengatakan bahwa bagian
kakinya sudah melemah
- Nenek K mengatakan daya
penglihatannya sudah menurun
- Nenek K mengatakan dirinya mudah
lelah jika terlalu berat melakukan
aktivitas
- Keluarga mengatakan penyebab
jatuh yaitu karena lantai yang licin
- Keluarga mengatakan akibat jatuh
yaitu kelumpuhan atau tidak bisa
berjalan
- Keluarga mengatakan faktor risiko
jatuh yaitu karena Nenek K yang
sudah mengalami penurunan daya
penglihatan, karena lantai licin
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui cara mengatasi atau
mencegah risiko jatuh pada Nenek K
- Keluarga mengatakan modifikasi
lingkungan bagi Nenek K adalah
mencegah lantai basah karena dapat
menyebabkan Nenek K terpeleset
Data objektif:
- Tekanan darah: 160/100 mmHg,
Nadi: 82x/menit, Napas: 20x/menit,
Suhu: 36.7oC
- BB: 45 kg, TB: 150 cm, BMI: 20
(normal)
- Kekuatan otot 5555 5555
4444 4334
- Postur tubuh Nenek K membungkuk
- Pencahayaan di dalam rumah kurang
- Penataan barang-barang di rumah
cukup rapi
- Terlihat beberapa barang milik An.
N berserakan di lantai
Data subjektif Kesiapan untuk meningkatkan
- Nenek K mengatakan bahwa manajemen diri: lanjut usia pada Nenek
sekarang sudah tidak dapat K
melakukan aktivitas yang berat
- Nenek K mengatakan bahwa
pandangannya sudah kabur
- Nenek K mengatakan bahwa
pinggang terkadang sakit
- Nenek K mengatakan bahwa dirinya
saat ini ingin lebih banyak beribadah
- Nenek K mengatakan bahwa dirinya
ingin memiliki hubungan yang selalu
baik dengan keluarga dan saudara-
saudaranya
- Nenek K dan keluarga mengatakan
menyadari dan memaklumi
penurunan kondisi fisik pada Nenek
K saat ini sebagai tanda dirinya
sudah lanjut usia
- Nenek K mengatakan masih ingin
melakukan kegiataan yang masih
bisa dikerjakan
- Nenek K mengatakan walaupun
dirinya sudah tua, tetapi tidak mau
aktivitasnya hanya beristirahat
Data objektif
- Nenek K tampak antusias dalam
SKORING MASALAH
Diagnosis keperawatan:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K dengan hipertensi
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah hipertensi
masalah: sudah terjadi pada
Aktual Nenek K, namun
Nenek K tidak
mengetahui
sebelumnya jika
mengalami hipertensi
Kemung- 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan
kinan dalam keluarga SMP
masalah dan SMA. Terdapat
untuk fasilitas pelayanan
diubah: kesehatan yang dekat
Mudah dengan rumah, yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Keluarga juga
memiliki motivasi
untuk melakukan
perawatan kepada
Nenek K ketika
mengetahui Nenek K
mengalami hipertensi
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Nenek K tidak
masalah memiliki kebiasaan
untuk makan makanan yang
dicegah: berlemak namun
Cukup senang
mengkonsumsi kopi
dan makanan yang
asin. Nenek K
mengatakan ingin
mengurangi makanan
atau minuman yang
menyebabkan tekanan
darah tinggi
Menonjol- 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
nya bahwa masalah
masalah: hipertensi pada Nenek
Segera K harus segera diatasi
diatasi agar tidak
Diagnosis keperawatan:
Risiko jatuh pada Nenek K
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Nenek K mengatakan
masalah: sudah pernah
Risiko mengalami jatuh
tinggi sebanyak satu kali
akibat lantai yang
licin. Nenek K juga
mengatakan bahwa
kekuatan kakinya
sudah melemah dan
kemampuan
penlihatannya sudah
menurun
Kemung- 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Tingkat pendidikan
kinan anggota keluarga
masalah SMP dan SMA.
untuk Fasilitas pelayanan
diubah: kesehatan yang dekat
Sebagian dengan rumah yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Keluarga memiliki
kartu jaminan
kesehatan masyarakat.
Namun, kondisi
Nenek K sudah
mengalami perubahan
sebagai sesuatu yang
wajar dialami oleh
lansia
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Kondisi fisik Nenek
masalah K sudah mengalami
untuk penurunan. Namun,
dicegah: keluarga mengatakan
Cukup akan memperhatikan
lingkungan sekitar
rumah agar tidak
menyebabkan jatuh
pada Nenek K
Menonjol- 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
nya bahwa masalah risiko
masalah: jatuh pada Nenek K
Segera harus segera diatasi
diatasi karena akibat yang
Diagnosis keperawatan:
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: usia lanjut pada Nenek K
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah ini
masalah: merupakan masalah
Potensial yang sifatnya
potensial karena
berdasarkan
pengkajian Nenek K
sudah dapat
melakukan
manajemen diri
terkait dengan usia
lanjut dengan baik
Kemung- 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan
kinan dalam keluarga yaitu
masalah SMP dan SMA.
untuk Fasilitas kesehatan
diubah: yang dapat
Mudah dimanfaatkan dan
letaknya tidak jauh
dari rumah yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Selain itu, keluarga
memiliki kartu
jaminan kesehatan.
Keluarga juga
memiliki motivasi
untuk meningkatkan
kesehatan pada Nenek
K
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 1 Nenek K sudah dapat
masalah melakukan
untuk manajemen diri
dicegah: terkait dengan usia
Cukup lanjut, sehingga
Nenek K dan keluarga
bertugas untuk
meningkatkan atau
paling tidak
mempertahankan
kondisi yang sekarang
ini sudah baik
Menonjol- 0 2 1 0/2 x 1 = 0 Masalah ini tidak
nya dirasakan oleh Nenek
1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan 5 dari 10 keluarga mengenai penyebab timbulnya hipertensi
timbulnya penyebab hipertensi, b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi yaitu: pemahaman keluarga yang benar
1) Keturunan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
2) Usia penyebab hipertensi dengan menggunakan media
3) Penggunaan garam lembar balik
4) Kolesterol d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
5) Obesitas/kegemukan bertanya tentang materi yang disampaikan
6) Stres e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
7) Rokok belum dimengerti
8) Kopi f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
9) Alkohol telah dijelaskan
10) Kurang olahraga g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
tanda dan gejala verbal menyebutkan 4 dari 7 keluarga mengenai tanda dan gejala hipertensi
hipertensi tanda dan gejala b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi, yaitu: pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala
1) Sakit kepala hipertensi yang benar
2) Sulit tidur c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda
3) Nyeri tengkuk dan gejala hipertensi dengan menggunakan media
1.4. Mengidentifika- Respon Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
si anggota afektif bahwa Nenek K keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
keluarga yang mengalami hipertensi hipertensi
mengalami b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
hipertensi dikemukan keluarga yang tepat
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah
kesehatan
hipertensi
2.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
2.2. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan mengatasi penyakit akan adanya masalah sesuai dengan materi yang
mengatasi hipertensi telah diberikan
masalah b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
kesehatan anggota keluarga dengan hipertensi
hipertensi c. Berikan reinforcement positif atas keputusan yang
telah diambil
Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemonstrasi Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi yaitu dengan cara
Setelah dilakukan
pertemuan ke 4
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemonstrasi Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi yaitu dengan cara
4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 5
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan yang
5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
melakukan
pengobatan dan
perawatan
hipertensi, dengan
mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan untuk kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dirujuk dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk pemeriksaan dan b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk pengobatan penyakit untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
memeriksakan hipertensi
penyakit
hipertensi
1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan penyebab keluarga mengenai penyebab terjadinya jatuh
1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
faktor risiko verbal menyebutkan faktor keluarga mengenai faktor risiko jatuh
jatuh risiko jatuh, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Faktor intrinsik atau pemahaman keluarga mengenai faktor risiko jatuh
faktor penuaan, yang benar
seperti penurunan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai faktor
fungsi penglihatan, risiko jatuh dengan menggunakan media lembar
kekuatan otot yang balik
melemah d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
2) Faktor ekstrinsik atau bertanya tentang materi yang disampaikan
lingkungan, seperti e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
lantai yang tidak belum dimengerti
1.4. Mengidentifikasi Respon Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
anggota keluarga afektif bahwa Nenek K berisiko keluarga yang mempunyai faktor risiko jatuh
yang berisiko jatuh b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
jatuh dikemukan keluarga
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang
berisiko jatuh
2.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
akibat jatuh verbal menyebutkan akibat keluarga mengenai akibat jatuh
jatuh, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Nyeri pemahaman akibat jatuh yang benar
2) Kelumpuhan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
2.2. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan mengatasi masalah akan adanya masalah sesuai dengan materi yang
mengatasi risiko jatuh pada Nenek telah diberikan
masalah risiko K b. Bantu keluarga untuk memutuskan mengatasi
jatuh pada Nenek masalah risiko jatuh pada anggota keluarga
K c. Berikan reinforcement positif atas keputusan yang
telah diambil
3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami
masalah risiko
jatuh
Setelah dilakukan
pertemuan ke 7
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
sederhana bagi
anggota keluarga
yang mengalami
Setelah dilakukan
pertemuan ke 8
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
sederhana bagi
anggota keluarga
yang mengalami
masalah risiko jatuh,
mampu memodifikasi
lingkungan dan
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai untuk
anggota keluarga
yang berisiko
jatuh, dengan
mampu:
4.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
cara verbal menyebutkan modifikasi anggota keluarga yang mengalami masalah risiko
memodifikasi lingkungan yang sesuai jatuh
lingkungan untuk anggota keluarga b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
untuk anggota yang mengalami masalah memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga
5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
melakukan
pencegahan dan
perawatan bagi
anggota keluarga
yang mengalami
masalah risiko
jatuh, dengan
mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan untuk kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dirujuk dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit
5.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
manfaat fasilitas verbal menyebutkan manfaat keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
pelayanan fasilitas kesehatan, yaitu: kesehatan
kesehatan 1) Sarana untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemeriksaan pemahaman yang benar
2) Sarana perawatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
atau pengobatan manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
3) Sarana mendapatkan d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
informasi manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk mengatasi risiko b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk jatuh yang dialami oleh untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
mengatasi risiko anggota keluarga
jatuh
1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
karakteristik usia verbal menyebutkan keluarga mengenai karakteristik lansia
lansia karakteristik lansia, yaitu b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
perubahan yang verbal menyebutkan 3 tanda keluarga mengenai tanda perubahan yang terjadi
terjadi pada perubahan yang terjadi pada lansia
lansia pada lansia: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Perubahan fisik pemahaman keluarga mengenai tanda perubahan
(mudah lelah, mudah yang terjadi pada lansia yang benar
jatuh, nyeri pinggang, c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda
panggul, punggung, perubahan yang terjadi pada lansia dengan
keluhan pusing, menggunakan media lembar balik
gangguan tidur, d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
gangguan jantung, bertanya tentang materi yang disampaikan
berat badan menurun, e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
gangguan belum dimengerti
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
meningkatkan
kesehatan Nenek
K yang telah
lansia
2.1. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan meningkatkan pentingnya meningkatkan kesehatan Nenek K yang
meningkatkan kesehatan Nenek K yang telah lansia
kesehatan Nenek telah lansia b. Bantu keluarga untuk memutuskan meningkatkan
3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
lansia
3.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara verbal dan menyebutkan dan sudah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
meningkatkan respon mendemonstrasikan cara Nenek K
kesehatan lansia psikomotor meningkatkan kesehatan b. Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah
pada lansia: dilakukan oleh keluarga
1) Aktivitas yang sesuai c. Diskusikan cara meningkatkan kesehatan pada
2) Perhatikan nutrisi Nenek K dengan menggunakan lembar balik
makanan dan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
minuman (hindari bertanya tentang materi yang disampaikanBerikan
makanan tinggi e. penjelasan ulang terhadap materi yang belum
lemak) dimengerti
3) Kompres hangat pada f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
bagian pinggang yang telah dijelaskan
nyeri g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4) Menghindari aktivitas
yang dapat
menyebabkan
4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 10
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai untuk
meningkatkan
kesehatan lansia
4.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
cara verbal menyebutkan modifikasi meningkatkan kesehatan pada lansia
5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan
kesehatan lansia,
dengan mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan yang kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dapat dikunjungi dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
5.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
manfaat fasilitas verbal menyebutkan manfaat keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
pelayanan fasilitas kesehatan, yaitu: kesehatan
kesehatan 1) Sarana untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemeriksaan pemahaman yang benar
2) Sarana perawatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk memeriksakan b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk kesehatan lansia untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
memeriksakan
kesehatan lansia
A:
Pengkajian dengan menggunakan format perkesmas tercapai
P:
Memvalidasi data here and now
Melakukan intervensi TUK 1-3 untuk masalah kesehatan
pada Nenek K dengan hipertensi
Senin Ketidakefektifan Mengucapkan salam S:
12 Mei 2014 pemeliharaan Memvalidasi data here and now Keluarga menjawab salam
kesehatan pada Mengingatkan kontrak waktu Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
Nenek K dengan Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain
TUK 3
Menjelaskan kepada keluarga tentang
cara pencegahan untuk penyakit
P:
Melakukan kunjungan tidak terencana untuk menilai
kemampuan keluarga dalam melakukan pencegahan dan
perawatan pada Nenek K dengan hipertensi
Mempertahankan kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami hipertensi
TUK 3
Menjelaskan kepada keluarga tentang
cara perawatan untuk anggota keluarga
yang memiliki risiko jatuh
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara perawatan
untuk anggota keluarga yang memiliki
risiko jatuh
Memberikan reinforcement positif atas
usaha keluarga untuk menyebutkan
kembali cara perawatan yang dapat
dilakukan bagi anggota keluarga yang
memiliki risiko jatuh
Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
Memberikan leaflet terkait materi yang
telah disampaikan
Rabu Risiko jatuh pada Mengucapkan salam S:
4 Juni 2014 Nenek K Memvalidasi data here and now Keluarga menjawab salam
Mengingatkan kontrak waktu Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain
Mengevaluasi kembali materi terkait Keluarga mengatakan faktor risiko jatuh, yaitu faktor
risiko jatuh yang telah disampaikan penuaan dan faktor lingkungan, seperti lantai yang licin,
penerangan dalam rumah yang kurang
Keluarga mengatakan cara perawatan untuk anggota
P:
Melanjutkan intervensi TUK 3 secara psikomotor yaitu
latihan keseimbangan
A:
Keluarga mulai melakukan perawatan untuk anggota
keluarga dengan hipertensi
Keluarga mulai melakukan perawatan untuk anggota
keluarga dengan risiko jatuh
P:
Melanjutkan intervensi untuk diagnosa keperawatan
selanjutnya
Memotivasi keluarga untuk melakukan pencegahan dan
perawatan sesuai dengan yang sudah diajarkan
Selasa Kesiapan untuk Mengucapkan salam S:
17 Juni 2014 meningkatkan Memvalidasi data here and now Keluarga menjawab salam
manajemen diri: Mengingatkan kontrak waktu Keluarga mengatakan bahwa saat ini sedang merasakan
lanjut usia pada Menjelaskan tujuan kunjungan keluhan nyeri pada bagian tengkuk
Nenek K Keluarga mengatakan kemarin Nenek K mengeluhkan sakit
pada tengkuknya dan keluarga melakukan kompres air
hangat
Nenek K mengatakan nyeri pada bagian tengkuknya
Tanggal 10/05/14 12/05/14 15/05/14 20/05/14 27/05/14 29/05/14 04/06/14 10/06/14 12/06/14 17/06/14 19/06/14 21/06/14
TD 160/100 160/90 150/100 150/100 160/100 140/90 140/90 140/90 140/80 150/90 140/90 130/90
Nadi 82x/min 80x/min 82x/min 80x/min 80x/min 80x/min 78x/min 78x/min - 80x/min 80x/min -
Napas 20x/min 22x/min 20x/min 22x/min 18x/min 20x/min 20x/min 20x/min - 18x/min 18x/min -
Kepala
pusing Nyeri
dan nyeri pada
Keluhan
pada bagian
bagian tengkuk
tengkuk
Tidak
Kopi 2x/hari 2x/hari 2x/hari 2x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari minum 2x/hari 1x/hari 1x/hari
kopi
Tidak Tidak 3/4 3/4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/2
Tidak ada 1 sendok 1 sendok
Garam ada ada sendok sendok sendok sendok sendok sendok sendok
takaran teh/hari teh/hari
takaran takaran teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari
Tanggal Tanggal
26/05/14 09/06/14
Diet makan makan
ikan asin ikan asin
>1 potong 1 potong
Tanggal 10/05/14 12/05/14 15/05/14 20/05/14 27/05/14 29/05/14 04/06/14 10/06/14 12/06/14 17/06/14 19/06/14 21/06/14
Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Membantu Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Membantu Berkebun
dan dan Member- dan dan dan dan member-
membantu membantu sihkan membantu membantu membantu membantu sihkan
Aktivitas
Ibu A Ibu A rumah Ibu A member- Ibu A member- rumah
memasak memasak memasak sihkan memasak sihkan
rumah rumah
Diagnosis keperawatan:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K dengan hipertensi
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
bahwa hipertensi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami
√
peningkatan tekanan darah diatas
normal, yaitu lebih dari 140/90
mmHg dalam periode yang panjang
2. Keluarga mampu menyebutkan 5
dari 10 penyebab hipertensi, yaitu:
1) Keturunan
2) Usia
3) Penggunaan garam
4) Kolesterol
√
5) Obesitas/kegemukan
6) Stres
7) Rokok
8) Kopi
9) Alkohol
10) Kurang olahraga
3. Keluarga mampu menyebutkan 4
dari 7 tanda dan gejala hipertensi,
yaitu:
1) Sakit kepala
2) Sulit tidur
√
3) Nyeri tengkuk
4) Kelelahan
5) Sesak napas
6) Telinga berdengung
7) Mual muntah
4. Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 akibat hipertensi apabila
tidak ditangani, yaitu:
1) Cedera/jatuh √
2) Stroke
3) Serangan jantung
4) Kematian
5. Keluarga mampu 5 dari 7 cara
√
pencegahan hipertensi, yaitu:
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1) Rutin memeriksakan tekanan
darah
2) Menghidari kegemukan
3) Kurangi makan makanan
berlemak
4) Hindari merokok dan konsumsi
kopi berlebihan
5) Hindrari stes yang berlebihan
6) Hindari konsumsi garam
berlebihan
7) Hindari konsumsi makanan
olahan berlebihan
6. Keluarga mampu menyebutkan 4
dari 6 cara perawatan hipertensi,
yaitu:
1) Olahraga secara teratur
2) Cukup istirahat
3) Melakukan teknik relaksasi: √
napas dalam
4) Melakukan kompres air hangat
ketika nyeri
5) Diet rendah garam
6) Diet makanan
7. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu teknik relaksasi √
napas dalam sebagai salah satu cara
untuk mengurangi nyeri
8. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu diet rendah garam
dengan menunjukkan takaran
√
penggunaan garam bagi anggota
keluarga yang mengalami
hipertensi sesuai dengan tekanan
darah
9. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu kompres air hangat
√
sebagai salah satu cara untuk
mengurangi nyeri pada bagian
tengkuk
10. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
√
hipertensi dengan memilih
makanan yang masih boleh
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
dikonsumsi, yang harus dibatasi
dan yang harus dihindari oleh
Nenek K
11. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk penderita hipertensi, yaitu:
1) Menciptakan lingkungan yang
tenang
2) Bila penderita sudah mengalami
pandangan kabur, ciptakan √
lingkungan rumah yang aman
dengan pencahayaan cukup,
lantai tidak licin, sediakan
pegangan untuk berjalan,
barang di dalam rumah tertata
dengan baik
12. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk √
anggota keluarga dengan hipertensi
13. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi:
√
1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
14. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan
√
2) Sarana perawatan atau
pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
15. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk √
penanganan hipertensi
Diagnosis keperawatan:
Risiko jatuh pada Nenek K
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
pengertian jatuh adalah kondisi
seseorang yang tiba-tiba dan tidak √
sengaja terbaring atau terduduk di
lantai
2. Keluarga mampu menyebutkan
penyebab terjadinya jatuh, yaitu:
1) Kecelakaan √
2) Obat-obatan
3) Penyakit akut
3. Keluarga mampu menyebutkan
faktor risiko jatuh, yaitu:
1) Faktor intrinsik atau faktor
penuaan, seperti penurunan
fungsi penglihatan, kekuatan
otot yang melemah
1) Faktor ekstrinsik atau √
lingkungan, seperti lantai yang
tidak datar dan licin,
penerangan yang kurang,
tempat tidur yang tidak stabil,
benda-benda yang di jadikan
alas mudah tergeser dan licin
4. Keluarga mampu menyebutkan
akibat jatuh, yaitu:
1) Nyeri √
2) Kelumpuhan
3) Kematian
5. Keluarga mampu menyebutkan
cara perawatan sederhana untuk
anggota keluarga yang mengalami
√
masalah risiko jatuh, yaitu:
1) Latihan kekuatan otot
2) Latihan keseimbangan
6. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara
√
melakukan latihan kekuatan otot
dengan benar
7. Keluarga mampu Keluarga
mendemonstrasikan cara perawatan mengatakan
√
sederhana bagi anggota keluarga jarang melatih
yang mengalami masalah risiko kembali gerakan
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
jatuh, yaitu latihan keseimbangan latihan
keseimbangan
sehingga banyak
gerakan yang
lupa. Untuk itu
mahasiswa
mendemonstrasi-
kan kembali
gerakan latihan
keseimbangan
kepada keluarga,
kemudian
mengajak
keluarga untuk
bersama-sama
melakukan
gerakan latihan
keseimbangan
8. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk anggota keluarga yang
mengalami masalah risiko jatuh,
yaitu:
1) Menggunakan karpet antislip di
kamar mandi
2) Penerangan di dalam rumah
cukup
3) Mengatur barang-barang di
√
dalam rumah agar tidak
menghalangi jalan yang biasa
untuk melintas
4) Gunakan lantai yang tidak licin
5) Pasang pegangan tangan
ditempat yang diperlukan
seperti misalnya di kamar
mandi
6) Hindari penggunaan furnitur
yang beroda
9. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk
√
anggota keluarga yang mengalami
masalah risiko jatuh
10. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
√
dikunjungi:
1) Puskesmas
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
11. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan
√
2) Sarana perawatan atau
pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
12. Keluarga mampu memanfaatkan Memotivasi
fasilitas kesehatan untuk mengatasi kembali keluarga
masalah risiko jatuh untuk
menggunakan
fasilitas
pelayanan
√
kesehatan untuk
mengatasi dan
mencegah
masalah risiko
jatuh pada Nenek
K
Diagnosis keperawatan:
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: lanjut usia pada Nenek K
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
pengertian lansia, yaitu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan
manusia yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, √
gigi mulai tanggal, pendengaran
kurang jelas, penglihatan kurang
jelas, gerakan lambat dan tubuh
tidak proporsional
2. Keluarga mampu menyebutkan
karakteristik lansia, yaitu individu √
yang berusia >60 tahun
3. Keluarga mampu menyebutkan 3
tanda perubahan yang terjadi pada
lansia:
1) Perubahan fisik (mudah lelah,
mudah jatuh, nyeri pinggang,
panggul, punggung, keluhan
pusing, gangguan tidur,
gangguan jantung, berat badan
menurun, gangguan
pendengaran, gangguan √
penglihatan, gangguan
eliminasi)
2) Perubahan psikososial
(kehilangan peranan,
kehilangan pekerjaan,
kehilangan finansial, kehilangan
pasangan dan teman)
3) Perubahan spiritual
(peningkatan ibadah)
4. Keluarga mampu menyebutkan dan
mendemonstrasikan cara
meningkatkan kesehatan pada
lansia:
1) Aktivitas yang sesuai
2) Perhatikan nutrisi makanan dan √
minuman (hindari makanan
tinggi lemak)
3) Kompres hangat pada bagian
pinggang yang nyeri
4) Menghindari aktivitas yang
Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
dapat menyebabkan gangguan
tidur, seperti hindari minum teh
sebelum tidur
5) Melakukan aktivitas
peningkatan spiritual, seperti
pengajian
6) Melakukan aktivitas
peningkatan sosialisasi, seperti,
interaksi yang baik dengan
suami, anak, cucu dan tetangga
5. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk meningkatkan kesehatan
pada lansia, yaitu:
1) Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
2) Memadamkan lampu untuk
meningkatkan kualitas tidur √
3) Menyusun menu sehat untuk
lansia
4) Memperhatikan lantai agar
tidak licin, sehingga
mengurangi risiko jatuh
5) Menjauhkan benda-benda tajam
untuk mengurangi risiko cedera
6. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk √
meningkatkan kesehatan lansia
7. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi:
√
1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
8. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan
2) Sarana perawatan atau
√
pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
4) Hindari penggunaan furnitur
yang beroda
9. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk √
meningkatkan kesehatan Nenek K