Anda di halaman 1dari 163

UNIVERSITAS INDONESIA

DIET RENDAH GARAM UNTUK MENGONTROL TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RINI FAUZIA ASTUTI


0906493395

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

DIET RENDAH GARAM UNTUK MENGONTROL TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

RINI FAUZIA ASTUTI


0906493395

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014
Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga karya ilmiah akhir ners yang berjudul Diet Rendah Garam untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi ini dapat
terselesaikan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka untuk
memperoleh gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi,
namun penulis juga mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Berkat hal tersebut, penulis dapat terbantu selama proses
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menghaturkan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep, selaku koordinator mata ajar Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN);
3. Ibu Ns. Tri Widyastuti H., S.Kep selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu dan tenaga dalam membimbing serta memberikan motivasi kepada
mahasiswa selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Ibu Ns. Agnes Dewi Astuti, S.Kep., M.Kep selaku penguji yang telah bersedia
meluangkan waktunya sehingga dapat menguji pada ujian akhir karya ilmiah
akhir ners serta telah memberikan saran dan kritik demi hasil yang lebih baik
pada karya ilmiah akhir ners ini;
5. Ibu Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN selaku pembimbing akademik penulis
yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis;
6. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini;

iv

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


7. Kedua orang tua, kakak dan adik penulis. Terima kasih atas segala doa,
dukungan dan motivasi yang tak henti-hentinya diberikan selama penulis
menyusun karya ilmiah akhir ners ini;
8. Sahabat-sahabat penulis, Widya Inayah dan Juli Wahyu Wulandari yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan karya ilmiah
akhir ners;
9. Sahabat-sahabat penulis, Layya, Nisa, Puput, Nia, Purwanti, Fay, Sulas, Eno,
yang telah saling berbagi ilmu, mendengarkan keluh kesah, dan saling
memberikan semangat serta dukungan selama proses penyusunan karya ilmiah
akhir ners ini;
10. Sahabat-sahabat penulis, Nurul, Melisa, Siti, dan Rizka yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan, serta siap membantu penulis ketika
penulis membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners
ini;
11. Reni Febriani yang telah saling memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyusun karya ilmiah akhir ners ini;
12. Kepada keluarga Ibu A, khususnya Ibu A dan Nenek K yang telah menerima
penulis dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam
Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan;
13. Teman-teman sebimbingan yang sama-sama saling mendukung dan
memberikan semangat selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
14. Seluruh teman-teman seperjuangan, mahasiswa FIK UI 2009 sebagai tempat
berbagi cerita dan berbagi ilmu terkait penyusunan karya ilmiah akhir ners;
15. Seluruh masyarakat dan segenap kader RW 22 Kelurahan Sukatani yang telah
membantu mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan
komunitas, serta bersedia menyediakan waktu dan tempatnya;
16. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun sangat
membantu dalam kelancaran penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan memberikan
segala rahmatnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


dukungan dalam proses penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis juga
meminta maaf atas segala kekurangan yang ada, baik dalam diri penulis maupun
pada laporan karya ilmiah akhir ners ini. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 14 Juli 2014

Penulis

vi

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Rini Fauzia Astuti


Program Studi : Ners
Judul : Diet Rendah Garam untuk Mengontrol Tekanan Darah pada
Lansia dengan Hipertensi

Semakin bertambahnya jumlah penduduk semakin bertambah pula masalah terkait


kesehatan, terutama di wilayah perkotaan yang pertambahan penduduknya setiap
tahun meningkat. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga Ibu A dengan masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan pada lansia. Implementasi yang telah dilakukan bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor. Implementasi yang lebih efektif mengontrol
tekanan darah lansia yaitu diet rendah garam. Hasil evaluasi setelah kunjungan
selama enam minggu yaitu tekanan darah pada Nenek K mengalami penurunan 30
mmHg pada tekanan darah sistolik dan 10 mmHg pada tekanan darah diastolik.
Pemberdayaan keluarga dan kader penting dalam merawat lansia dengan
hipertensi.

Kata kunci: diet rendah garam, hipertensi, lansia

ABSTRACT

Name : Rini Fauzia Astuti


Study Program : Ners
Title : Low-Salt Diet to Control Blood Pressure in Elderly with
Hypertension

Increasing number of the population also has made increasing problems about
healthy, especially in urban area where the population increasing every year. This
final assignment describes about nursing care process at Mrs. A’s family with
ineffectiveness of health care in elderly. Implementation has been done are
cognitive, affective, and psychomotor. Implementation more effective to control
blood pressure in elderly is low-salt diet. The result of the evaluation after six
weeks visit was blood pressure at Mrs. K has decreased 30 mmHg for systolic
blood pressure and 10 mmHg for diastolic blood pressure. Empowerment family
and cadre are important to caring elderly with hypertension.

Keyword: elderly, hypertension, low-salt diet

viii Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
1.4.1 Pendidikan Keperawatan ................................................... 9
1.4.2 Pelayanan Keperawatan ..................................................... 9
1.4.3 Keluarga ............................................................................ 10
1.4.4 Penelitian Selanjutnya ....................................................... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 11


2.1 Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan .............................. 11
2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan .......................................................................... 11
2.1.2 Masalah Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan ................... 13
2.2 Keluarga dengan Lansia ............................................................. 14
2.2.1 Keluarga dengan Lansia .................................................... 14
2.2.2 Lansia sebagai Agregat yang Rentan ................................. 16
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi .......... 17
2.3.1 Pengkajian Keluarga .......................................................... 17
2.3.2 Diagnosis Keperawatan ..................................................... 19
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ................................. 20
2.3.4 Implementasi Keperawatan ................................................ 21
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................... 24
2.4 Peran Perawat Keluarga ............................................................. 25

BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................. 28


3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ............................................. 28
3.2 Diagnosis Keperawatan .............................................................. 32
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ......................................... 34
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................ 35
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................ 38

ix Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 4. ANALISIS SITUASI ...................................................................... 43
4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................... 43
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian
terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............... 45
4.3 Analisis Intervensi Diet Rendah Garam dengan Konsep dan
Penelitian terkait ........................................................................ 48
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan ............................... 52

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 54


5.1 Simpulan .................................................................................... 54
5.2 Saran.......................................................................................... 56
5.2.1 Pendidikan Keperawatan ................................................... 56
5.2.2 Pelayanan Keperawatan ..................................................... 56
5.2.3 Keluarga ............................................................................ 57
5.2.4 Penelitian Selanjutnya ....................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58

x Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keluarga


Lampiran 2 Analisis Data
Lampiran 3 Skoring Masalah
Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 5 Catatan Keperawatan Keluarga
Lampiran 6 Evaluasi Sumatif
Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

xi Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memaparkan latar belakang penyusunan karya ilmiah,


perumusan masalah, tujuan penulisan secara umum dan khusus, serta manfaat dari
penulisan karya ilmiah ini.

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan yang terjadi di kota besar saat ini menjadi perhatian dunia,
karena hampir setengah dari jumlah penduduk tinggal di perkotaan dan
diperkirakan pada tahun 2015 penduduk Indonesia yang tinggal di daerah
perkotaan mencapai 60% (BBPK, 2014). Semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan salah satu dampak yang ditimbulkan
yaitu terkait masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang banyak terjadi di
perkotaan umumnya menjadi lebih kompleks, pada satu sisi masih dijumpai
masalah kesehatan konvensional seperti penyakit infeksi, sanitasi yang rendah,
dan penyakit menular dan di sisi lain muncul penyakit degenaratif, gangguan
kejiwaan, gizi lebih, dan infeksi menular seksual (Depkes, 2005). Hal ini juga
dinyatakan oleh Balitbangkes (2006 dalam Rahajeng & Tuminah, 2009), bahwa
terjadinya transisi epidemiologi secara paralel dengan transisi demografi dan
transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari
penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM) yang meliputi penyakit
degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor utama masalah
morbiditas dan mortalitas.

WHO memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian
dan 60% seluruh kesakitan di dunia dan diperkirakan negara yang paling
merasakan dampak hal tersebut adalah negara berkembang termasuk Indonesia
(Syah, 2002; WHO SEARO, 2005 dalam Rahajeng & Tuminah, 2009). Salah satu
PTM yang saat ini menjadi masalah yang serius adalah hipertensi. Persentase
kejadian hipertensi berdasarkan populasi global yaitu sebesar 26,4% dan
diprediksi akan mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 29,2%. Prevalensi
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sehingga lansia lebih
1 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


2

berisiko mengalami hipertensi (Vasan, Beiser, Seshadri, et al., 2002 dalam


Acelajado, 2010).

Menurut Lancet (2008 dalam Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi, 2012), jumlah
penderita hipertensi diseluruh dunia terus meningkat. Negara India memiliki
jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta jiwa pada tahun 2002 dan
diperkirakan 107,3 juta jiwa pada tahun 2025. Penduduk negara Cina sebanyak
98,5 juta jiwa mengalami hipertensi dan diperkirakan menjadi 151,7 juta jiwa
pada tahun 2025. Dibagian Asia tercatat 38,4 juta jiwa penderita hipertensi pada
tahun 2000 dan di prediksi menjadi 67,4 juta jiwa pada tahun 2025.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran pada rentang usia 55-


64 tahun yaitu sebesar 45,9%, pada rentang usia 65-74 tahun sebesar 57,6%, dan
pada usia ≥75 tahun prevalensi penduduk yang mengalami hipertensi yaitu
sebesar 63,8% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), juga
menunjukkan bahwa kasus hipertensi lebih banyak terjadi di perkotaan dari pada
di pedesaan, yaitu sebesar 12,7%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Gusmira (2012), proporsi penyakit hipertensi di Depok tahun 2002 adalah 57,4%.
Proporsi ini ternyata lebih besar dari tahun sebelumnya, yaitu 50% dengan
melibatkan 90 sampel. Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Sukatani terutama di
RW 22 berdasarkan hasil pengukuran terhadap seluruh lansia yang tinggal di
wilayah tersebut, terdapat 23 lansia mengalami hipertensi dari 33 lansia yang ada
di RW 22. Hal ini berarti sebesar 69,6% lansia yang ada di RW 22 mengalami
hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah


meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi tubuh.
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria
diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya
berlaku untuk umur ≥18 tahun (Riskesdas, 2013). Apabila kondisi ini tidak

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


3

terkontrol maka dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal,


serta kebutaan. Menurut WHO dan The International Society of Hypertension
(ISH) pada tahun 2003, terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia,
dan tiga juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Hasil SKRT (Survei
Kesehatan Rumah Tangga) pada tahun 1995, 2001 dan 2004 juga menunjukkan
bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab
kematian di Indonesia dan sekitar 20-35% dari kematian tersebut disebabkan oleh
hipertensi (Depkes, 2004 dalam Rahajeng & Tuminah, 2009).

Menurut Pestana (2002), lansia di negara Barat mengalami persentase


pertumbuhan yang paling cepat dan lebih dari 50% mengalami hipertensi dengan
usia >65 tahun. Risiko terjadinya hipertensi pada lansia dikarenakan pada usia
≥50 tahun terjadi peningkatan tekanan darah sistolik sebagai usaha untuk
meningkatkan ouput, sedangkan perubahan tekanan darah diastolik biasanya
terjadi pada usia ≥60 tahun. Pada lansia juga terjadi perubahan struktur pada
pembuluh darah arteri bagian media, termasuk juga terjadinya penurunan jumlah
sel pada otot halus akibat peningkatan serat kolagen pada pembuluh darah,
terjadinya penimbunan kalsium, gangguan pada elastisitas sehingga menyebabkan
dinding pembuluh darah menjadi kaku dengan penurunan kapasitansi dan
kehilangan daya recoil (Dao, Essalihi, Bouvet, & Moreau, 2005 dalam Acelajado,
2010). Pernyataan ini juga didukung oleh Pestana (2002) yang menyebutkan
bahwa seiring bertambahnya usia terjadi peningkatan kolagen, substansi dasar,
elastin dan protein ekstraseluler. Kondisi ini menjadikan struktur dan perubahan
fungsi mekanik pada pembuluh darah bagian intima dan media. Penyebaran
jaringan ikat di intima yang mengalami penebalan dan fibrosis meningkatkan
kekakuan pembuluh darah dan mengakibatkan hilangnya sebagian kontraktilitas.

Menurut Hartono diperkirakan terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang


belum terdiagnosis, karena penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap
hipertensi. Selain hipertensi lebih berisiko terjadi pada lansia, hipertensi juga
dapat berisiko tinggi terjadi pada perempuan. Menurut Pestana (2002),
peningkatan tekanan darah mulanya banyak dialami oleh laki-laki, namun setelah

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


4

fase menopause perempuan menunjukkan peningkatan tekanan darah yang lebih


daripada laki-laki.

Faktor risiko lain yang dapat menjadi penyebab hipertensi terkait dengan gaya
hidup masyarakat perkotaan diantaranya, kebiasaan makanan tinggi kandungan
garam, tinggi lemak, mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, kurangnya
aktivitas fisik, dan mengalami stres yang berlebihan. Berdasarkan Riskesdas
(2007), menunjukkan bahwa 93,6% penduduk Indonesia kurang makan buah dan
sayur, sebesar 24,5% penduduk Indonesia yang berusia ≥10 tahun mengonsumsi
makanan asin setiap hari. Kebiasaan yang tidak sehat sejak muda ini yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit ketika lanjut usia, salah satunya hipertensi.

Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit hipertensi. Hasil Riskesdas (2013), menunjukkan sebesar 26,1%
penduduk Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Perkembangan teknologi
yang sudah semakin maju membuat masyarakat menjadi malas untuk beraktivitas
dan lebih memilih aktivitas yang tidak membuat lelah, misalnya lebih memilih
menggunakan lift dibandingkan dengan menggunakan tangga. Lingkungan
pekerjaan juga dapat menyebabkan minimnya aktivitas fisik, seperti para pekerja
yang selama jam kerjanya berada di depan meja kerja. Hasil Riskesdas (2013)
juga menunjukkan bahwa perilaku sedentary ≥ 6 jam lebih banyak terjadi pada
penduduk yang tidak bekerja (28,9%) dan tinggal di wilayah perkotaan (26,1%).

Melihat cukup tingginya kasus hipertensi tersebut, maka perlu bagi tenaga
kesehatan untuk dapat berperan dalam upaya promotif dan preventif, dalam hal ini
perawat komunitas penting peranannya. Menurut ANA dalam Stanhope &
Lancaster (2000) perawat komunitas memiliki peran dalam promosi kesehatan,
sebagai pemelihara, edukator, pengelola, koordinator, dan sebagai tenaga yang
memberikan perawatan secara berkelanjutan baik kepada individu, keluarga,
maupun kelompok dalam komunitas yang berisiko tinggi terhadap masalah
kesehatan. Asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan kepada

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


5

keluarga sering dilakukan sebagai usaha dalam memelihara dan/atau


meningkatkan derajat kesehatan.

Menurut Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010),
asuhan keperawatan keluarga adalah sebuah seni dan ilmu pengetahuan tentang
cara berpikir dan bekerja sama dengan keluarga ketika salah satu anggota
keluarga memiliki masalah kesehatan. Perawat dan keluarga dalam hal ini bekerja
sama dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk itu, perawat perlu
memberikan informasi agar keluarga dapat memahami tugas kesehatan keluarga
yang harus dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga


dengan mengelola keluarga yang memiliki masalah hipertensi pada lansia. Praktik
yang dilakukan oleh mahasiswa diawali dengan melakukan pengkajian terhadap
semua lansia yang berada di RW 22 Kelurahan Sukatani. Pengkajian dilakukan
dengan melakukan pengukuran tekanan darah dan mahasiswa menentukan
keluarga kelolaan yaitu pada lansia dengan hipertensi. Kemudian, melakukan
kontrak untuk dapat bersama-sama dengan keluarga merawat lansia dengan
hipertensi yang tinggal bersama dengan keluarga selama enam minggu.

Asuhan keperawatan dilakukan pada keluarga Ibu A yang bertempat tinggal di RT


05 RW 22 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok. Ibu A (48 tahun)
adalah seorang Janda yang 2 bulan yang lalu ditinggal oleh suaminya, yaitu Bapak
N (60 tahun). Keluarga Ibu A merupakan tipe keluarga multigenerational family,
yaitu keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah. Pernikahan antara Ibu A dan Alm. Bapak N tidak
dikarunia anak. Namun, Alm. Bapak N sebelumnya sudah pernah menikah
dengan Alm. Ibu M dan dikaruniai delapan orang anak. Anggota keluarga yang
tinggal di rumah yaitu Nenek K (90 tahun), Ibu N (30 tahun), Ibu An (38 tahun),
Bapak K (34 tahun), dan An. N (11 tahun). Keluarga Ibu A memiliki masalah
hipertensi pada Nenek K.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


6

Nenek K merupakan kelolaan utama yang dilakukan asuhan keperawatan


keluarga. Berdasarkan pengukuran tekanan darah Nenek K yaitu 160/100 mmHg.
Ibu A mengatakan tidak mengetahui bahwa Nenek K memiliki tekanan darah
tinggi karena belum pernah memeriksakan ke puskesmas. Nenek K mengatakan
terkadang mengeluhkan sakit kepala, namun Nenek K biasa meminum obat sakit
kepala di warung yang biasanya dapat menghilangkan rasa sakit di kepala. Nenek
K mengatakan menyukai makanan yang asin-asin dan ikan asin, serta memiliki
kebiasaan minum kopi 2x/hari. Asuhan keperawatan yang dilakukan
menggunakan pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003),
dengan asuhan keperawatan berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis,
perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian yang dilakukan
kepada keluarga menggunakan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan pada semua anggota keluarga.

Perencanaan intervensi dilakukan sebagai strategi dalam upaya mengatasi masalah


yang ditemukan dalam keluarga. Perencanaan intervensi yang dilakukan
berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009),
diantaranya keluarga mampu mengenal masalah, mampu memutuskan untuk
mengatasi masalah, mampu merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan, mampu memodifikasi lingkungan, dan mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia. Perencanaan intervensi ini juga menjadi pedoman dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan. Evaluasi
dilakukan dengan berpedoman pada perencanaan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi SOAP, evaluasi sumatif,
dan tingkat kemandirian keluarga. Evaluasi yang dilakukan mengacu pada lima
tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009).

Implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa pada keluarga Ibu A yaitu
dengan memberikan penyuluhan terkait hipertensi dan mendemonstrasikan
kepada keluarga cara perawatan sederhana untuk anggota keluarga yang
mengalami hipertensi. Selama memberikan penyuluhan kepada keluarga,
mahasiswa menerapkan metode diskusi sehingga keluarga juga dapat turut aktif

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


7

selama implementasi. Penyuluhan yang diberikan kepada keluarga, yaitu tentang


pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta akibat hipertensi. Mahasiswa juga
membantu keluarga dalam memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
Mahasiswa menjelaskan cara pencegahan dan perawatan hipertensi, serta
mendemonstrasikan cara perawatan hipertensi. Mahasiswa juga menjelaskan cara
memodifikasi lingkungan bagi penderita hipertensi dan memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

Implementasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa sebagai cara untuk


mengontrol tekanan darah Nenek K, diantaranya teknik relaksasi napas dalam,
kompres air hangat, diet rendah garam, dan diet makanan. Implementasi yang
lebih efektif dalam mengontrol tekanan darah Nenek K yaitu diet rendah garam.
Implementasi ini dapat menurunkan secara perlahan tekanan darah Nenek K,
walaupun tekanan darahnya tidak selalu stabil. Ketika melakukan intervensi ini
dipadukan dengan memodifikasi makanan dengan penggunaan bumbu dapur
alami. Setelah dilakukan beberapa kali kunjungan, keluarga terlihat menyediakan
makanan rendah garam untuk Nenek K dan memisahkan makanan untuk Nenek
K. Ibu A mengatakan bahwa sudah mengikuti takaran garam yang masih
diperbolehkan untuk digunakan dalam makanan Nenek K.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Matyas, Jietler, Horvath, Semlitsch,


Hemkens, Pignitter, & Siebenhofer (2011), menunjukkan bahwa tekanan darah
turun dengan mengurangi konsumsi garam. Pada penelitiannya juga menunjukkan
bahwa hanya sedikit responden yang mengeluhkan mengalami sakit kepala ketika
dilakukan pengurangan konsumsi garam. Hasil penelitian tersebut sama dengan
hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa ketika konsumsi garam dikurangi
maka populasi tekanan darah tinggi juga menurun (Forte, Miguel, Miguel, Padua,
& Rose, 1989; Tian, Guo, Hu, Yu, Sun, Pietinen, Nissinen, 1995 dalam He,
Campbell, & MacGregor, 2012).

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


8

1.2 Rumusan Masalah


Masalah kesehatan di perkotaan bukan hanya terkait dengan penyakit menular
tetapi juga penyakit degeneratif yang merupakan salah satu penyakit tidak
menular (PTM). Penyakit PTM yang saat ini sering dijumpai yaitu hipertensi.
Faktor risiko terjadinya hipertensi tidak hanya usia, tetapi juga gaya hidup yang
kurang sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan diet yang tidak sehat. Penyakit
hipertensi yang lebih banyak dialami oleh lansia dikaitkan dengan penurunan pada
struktur dan fungsi organ tubuh pada lansia.

Masalah hipertensi dari tahun ke tahun terus-menerus mengalami peningkatan.


Provinsi Jawa Barat misalnya, yang merupakan salah satu dari empat provinsi di
Indonesia dengan persentase kejadian hipertensi terbesar. Kota Depok yang
merupakan salah satu kota yang masuk dalam provinsi Jawa Barat dan menjadi
kota tempat mahasiswa melakukan praktik keperawatan masyarakat perkotaan
dengan melakukan asuhan keperawatan keluarga, mengalami peningkatan
persentase kejadian hipertensi sebesar 7,4% dari tahun sebelumnya pada tahun
2002 (Gusmira, 2012).

Wilayah Kota Depok yang menjadi tempat praktik keperawatan masyarakat


perkotaan yang dilakukan asuhan keperawatan keluarga oleh mahasiswa yaitu
Kelurahan Sukatani tepatnya di RW 22. RW 22 menjadi salah satu RW dengan
kasus hipertensi pada lansia yang cukup besar, yakni sebesar 69,7%. Selain itu,
didapatkan pula data bahwa sebesar 57,6% lansia mengeluhkan pusing dan nyeri
pada bagian tengkuk, 78,8% lansia tidak berolahraga minimal 1 kali dalam
seminggu, dan 69,7% lansia memiliki gaya hidup berisiko.

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, maka mahasiswa melakukan


asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan keluarga dalam merawat lansia dengan hipertensi. Implementasi
yang dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga
menurut Maglaya (2009). Tujuan dari implementasi yang dilakukan terkait
hipertensi yaitu agar tekanan darah pada lansia dapat berada dalam batas normal.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


9

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang diet rendah garam untuk mengontrol tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi pada keluarga Ibu A di RT 05/22 Kelurahan
Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus karya ilmiah ini diantaranya memberikan gambaran tentang:
1.3.2.1 Masalah hipertensi pada lansia di RW 22.
1.3.2.2 Hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Ibu A.
1.3.2.3 Analisis data pengkajian keperawatan pada keluarga Ibu A.
1.3.2.4 Diagnosis keperawatan yang muncul pada keluarga Ibu A.
1.3.2.5 Intervensi keperawatan keluarga sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul pada keluarga Ibu A.
1.3.2.6 Implementasi keperawatan pada keluarga Ibu A.
1.3.2.7 Evaluasi keperawatan pada keluarga Ibu A.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi dan sebagai bahan dalam
pengembangan dibidang pendidikan keperawatan, khususnya kesehatan
masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya mengontrol
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi melalui diet rendah garam. Selain itu
diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi bahan dalam merumuskan kurikulum
pendidikan terkait dengan asuhan keperawatan masyarakat perkotaan.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan


Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait gambaran
masalah hipertensi pada lansia dan pemberian asuhan keperawatan keluarga pada
lansia dengan hipertensi. Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat
mengembangkan bidang keilmuan keperawatan, terutama keperawatan komunitas
melalui pendidikan dan promosi kesehatan terkait dengan diet rendah garam

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


10

dalam upaya mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hal
tersebut diharapkan menjadi upaya untuk mencegah komplikasi dari hipertensi.

1.4.3 Keluarga
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga mulai dari mengenali masalah
hipertensi pada lansia, mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami
hipertensi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
hipertensi dengan menyebutkan akibat dari hipertensi apabila tidak ditangani, cara
perawatan sederhana pada lansia dengan hipertensi yaitu dengan diet rendah
garam, cara memodifikasi lingkungan bagi lansia dengan hipertensi dan keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga keluarga dapat melakukan
upaya pencegahan dan perawatan pada lansia dengan hipertensi.

1.4.4 Penelitian Selanjutnya


Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan
penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
terkait pentingnya mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
melalui diet rendah garam. Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi
rujukan dalam mengembangkan edukasi kesehatan yang dapat diterapkan dalam
asuhan keperawatan bagi individu, keluarga, ataupun komunitas terkait masalah
hipertensi.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun sebagai landasan teori dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tinjauan pustaka dalam karya ilmiah ini mengenai
teori dan konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, masalah hipertensi
yang terjadi diperkotaan, keluarga dengan lansia, lansia sebagai agregat berisiko,
asuhan keperawatan keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi terkait
hipertensi pada lansia, serta peran perawat keluarga.

2.1 Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan


2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berbagi corak atau ciri penting
dalam kehidupannya, dalam hal ini masyarakat saling berinteraksi satu dengan
lainnya dan secara umum memiliki kepentingan umum dan karakteristik yang sama
sehingga menjadi dasar dalam menumbuhkan rasa persatuan dan hak milik antara
satu dengan yang lain (Allender, Rector, & Warner, 2010). Fungsi dari masyarakat
yaitu menumbuhkan rasa saling memiliki dan berbagi identitas atau ciri khas,
berbagi nilai, norma, komunikasi, kepentingan dan keprihatinan secara bersama-
sama (Anderson & McFarlane, 2004). Berdasarkan pengertian tersebut maka
terdapat masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan yang cirinya dipengaruhi
oleh wilayah dimana masyarakat tinggal.

Daerah perkotaan menurut BPS (2010), adalah suatu wilayah administratif setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,
persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, sarana
pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Bintarto (1989),
menyatakan bahwa pengertian kota berdasarkan segi geografis, yaitu suatu sistem
jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen, serta coraknya
materialistis. Menurut Weber (1992), ciri-ciri khas kota diantaranya terdapat batas-
batas kota yang tegas, mempunyai pasar, adanya pengadilan sendiri dan mempunyai
undang-undang yang khusus berlaku bagi kota itu disamping undang-undang yang
11 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


12

berlaku lebih umum, terdapat berbagai bentuk perkumpulan dalam masyarakat yang
berkaitan dengan kegiatan masyarakat di kota itu sendiri, dan masyarakatnya
mempunyai otonomi tertentu dengan adanya hak untuk memilih walikota dan
anggota-anggota dewan kota.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan salah


satu dampaknya yaitu terkait dengan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
banyak terjadi di perkotaan pun umumnya menjadi lebih kompleks, pada satu sisi
masih dijumpai masalah kesehatan konvensional seperti penyakit infeksi, sanitasi
yang rendah, dan penyakit menular dan di sisi lain muncul penyakit degenaratif,
gangguan kejiwaan, gizi lebih, dan infeksi menular seksual (Depkes, 2005).
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan
sejahtera baik secara fisik, mental, sosial, dan bukan hanya keadaan tidak adanya
penyakit atau kelemahan (Ustin & Jakob, 2005 dalam Allender, Rector, & Warner,
2010). Praktik kesehatan masyarakat dapat dipahami dengan mempertimbangkan
dua komponen dasar, yaitu promosi kesehatan dan pencegahan masalah kesehatan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hunt (2002 dalam Smeltzer & Bare, 2004),
bahwa praktik keperawatan yang berdasar pada masyarakat berfokus pada promosi
kesehatan dan mempertahankan kesehatan individu dan kelompok, mencegah dan
meminimalisir perkembangan penyakit, serta upaya dalam meningkatkan kualitas
hidup.

Promosi kesehatan meliputi segala usaha yang digunakan untuk mendekatkan


masyarakat pada tingkat kesehatan yang tinggi atau optimal (Allender, Rector, &
Warner, 2010). Pencegahan mengandung arti, yaitu suatu antisipasi dan pencegahan
terkait masalah atau menemukan masalah sedini mungkin agar kecacatan ataupun
dampak buruknya dapat diminimalisir. Pada praktiknya terdapat tiga tingkatan
pencegahan dalam kesehatan masyarakat, yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, pencegahan dan tersier (Neuman, 2001 dalam Allender, Rector, &
Warner, 2010).

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


13

Keperawatan kesehatan masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia (2006), merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
memadukan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi.
Upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui upaya promotif
dan preventif yang ditujukan baik kepada individu, keluarga, maupun kelompok.
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan
masyarakat yang optimal.

2.1.2 Masalah Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan


Hipertensi menurut WHO (2013), adalah kenaikan tekanan darah dimana kondisi
pembuluh darah secara terus menerus mendapatkan tekanan. Darah yang
dipompakan oleh jantung kemudian dialirkan ke pembuluh-pembuluh darah seluruh
tubuh. Tekanan darah terbentuk akibat kekuatan darah dalam mendorong dinding
pembuluh darah (arteri). Tekanan yang tinggi adalah akibat kerja jantung yang
semakin keras. Tekanan darah tinggi adalah ketika tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-
7), World Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999,
British Hypertension Society, Europe Society of Hypertension/European Society of
Cardiology (ESH/ESC), definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur
(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2009).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang prevalensinya
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut Rahajeng & Tuminah (2009), pada
abad ke-21 diperkirakan terjadi peningkatan insiden dan prevalensi PTM secara
cepat, yang merupakan tantangan masalah utama dimasa yang akan datang.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kelebihan berat
badan lebih dari 20% dan mengalami hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih
besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan oleh pola

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


14

hidup yang kurang sehat, yaitu konsumsi makanan yang tidak sehat dan kurangnya
aktivitas fisik. Berdasarkan Riskesdas (2007), sebesar 93,6% penduduk Indonesia
memiliki kebiasaan kurang makan buah dan sayur dan lebih banyak mengkonsumsi
keripik kentang dan makanan dengan kandungan garam yang tinggi. Selain itu,
kurangnya aktivitas fisik juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
prevalensi hipertensi cukup besar. Masyarakat lebih menyukai aktivitas yang tidak
membuat lelah, misalnya, penggunaan kendaraan bermotor daripada berjalan kaki
ketika mobilisasi padahal jarak yang ditempuh tidak jauh. Faktor risiko lain yang
dapat menyebabkan hipertensi yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan stres
yang berlebihan.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi
karena zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, seperti nikotin dan karbon
monoksida dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses terbentuknya aterosklerosis, sehingga menyebabkan hipertensi (Hull, 1996
dalam Sugiharto, 2007). Sedangkan mekanisme stres dapat meningkatkan tekanan
darah menurut Gunawan (2005 dalam Sugiharto, 2007), diduga karena aktivitas
saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Menurut
Hanns (2008 dalam Gunawan, 2005), faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi
selain obesitas, merokok, stres, dan usia yaitu metabolisme lemak yang abnormal.
Lemak dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan ada yang secara alami
dibentuk oleh tubuh. Apabila, tubuh seseorang tidak dapat melakukan metabolisme
dengan baik, maka lemak akan menumpuk dalam tubuh. meningkatkan risiko
terbentuknya aterosklerosis di pembuluh darah, sehingga pada akhirnya
menyebabkan hipertensi (Hull, 1996; Sheps, 2005 dalam Sugiharto, 2007).

2.2 Keluarga dengan Lansia


2.2.1 Keluarga dengan Lansia
Lansia adalah suatu fase terjadinya penurunan fisik dan kemampuan berpikir, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Pada saat manusia
mencapai usia dewasa, manusia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan.
Ketika terjadi perubahan kondisi dalam hidup, seseorang akan kehilangan tugas dan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


15

fungsi ini, dan masuk pada tahap usia selanjutnya, yaitu usia lanjut sampai kemudian
meninggal (Darmojo, 2004). Sedangkan menurut WHO (2014), mayoritas negara
berkembang mengkategorikan lansia adalah individu yang berusia ≥65 tahun, tetapi
kategori usia ini tidak dapat berlaku di semua negara, sehingga PBB menetapkan
batas usia seseorang dikategorikan lansia yaitu pada usia ≥60 tahun. Kondisi lansia
yang mengalami penurunan fisik dan kemampuan berpikir ini perlu dampingan dan
dukungan keluarga dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Pengertian keluarga mengacu pada dua atau lebih individu yang tergantung antara
satu dengan yang lainnya secara emosional, fisik, dan dukungan ekonomi (Hanson,
2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010). Sedangkan menurut
Birgess & Locke (1953 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010),
pengertian dari keluarga adalah individu yang bersatu menjadi kelompok dengan
diikat oleh pernikahan, darah, atau adopsi, dan merupakan satu rumah tangga;
berinteraksi dan berkomunikasi anatara satu dengan lainnya dalam peran sosial
sebagai suami dan istri, ayah dan ibu, anak, saudara, dan menciptakan, serta
memeilihara budaya yang sama. Struktur, fungsi, dan proses dalam keluarga
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh anggota dalam keluarga dan status
kesehatan keluarga secara umum. Sehingga keluarga menjadi penting peranannya
dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarganya.

WHO (2008), mendefinisikan kesehatan meliputi karakteristik seseorang, kebiasaan,


kondisi fisik, lingkungan sosial, dan ekonomi. Anderson dan Tomlinson (1992
dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010) menunjukkan bahwa analisis
kesehatan keluarga meliputi kesehatan dan penyakit secara bersamaan baik secara
individual maupun kolektif. Kesehatan keluarga menurut Hanson (2005 dalam
Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010), adalah keadaan terjadinya perubahan
dinamis terkait kesejahteraan, yang meliputi faktor biologis, psikologis, spiritual,
sosial, dan budaya dari anggota dalam keluarga ataupun keseluruhan sistem dalam
keluarga.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


16

2.2.2 Lansia sebagai Agregat yang Rentan


Selain radang sendi dan gangguan pendengaran, hipertensi merupakan kondisi
kronik urutan ketiga yang banyak dialami oleh lansia yang berusia >65 tahun. sekitar
70% lansia yang berusia ≥65 tahun didiagnosa mengalami hipertensi dan 80% pada
lansia yang berusia ≥75 (CDC, 2006 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010).
Hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan lebih banyak dialami
oleh laki-laki daripada perempuan (Allender, Rector, & Warner, 2010). Sebelum
usia 65 tahun, perempuan cenderung memiliki tekanan darah sistolik yang lebih
rendah dibandingkan dengan laki-laki, namun setelah usia 65 tahun perempuan
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
(National Institute for Clinical Excellence, 2004). Hal ini menurut Pestana (2002),
dikarenakan faktor menopause yang terjadi pada lansia perempuan.

Lansia yang mengalami hipertensi lebih berisiko terkait masalah safety, yaitu risiko
tinggi jatuh dan berisiko mengalami penyakit jantung yang menjadi menyebab
kematian pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat (CDC, 2006 dalam
Allender, Rector, & Warner, 2010). Seseorang dengan hipertensi yang juga
mengalami diabetes atau hiperlipidemia, maka faktor risiko penyakit kardiovaskular
semakin tinggi (Messerli & Grodzicki, 1996 dalam Stanley & Beare, 2006). Faktor
risiko pada populasi lansia terkait dengan penyakit jantung yaitu konsumsi rokok
atau paparan asap rokok, ketidaktepatan pola nutrisi, diabetes, kolesterol tinggi, dan
kurangnya aktivitas fisik (Allender, Rector, & Warner, 2010).

Lansia seharusnya membutuhkan aktivitas fisik yang cukup dan akan lebih mudah
apabila aktivitas fisik tersebut dimasukkan ke dalam rutinitas sehari-harinya
(Burbank & Riebe, 2002 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010). Lansia saat ini
cenderung memiliki aktivitas fisik yang rendah seiring dengan bertambahnya usia.
Perubahan fungsi organ dan kurangnya dukungan dari orang disekitar lansia karena
khawatir dapat membuat lansia lelah menjadi beberapa penyebabnya. Penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memperlambat pengeroposan tulang dan
meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, termasuk otot jantung, meningkatkan kerja
insulin dan meningkatkan kualitas tidur dan kemampuan fungsional lansia (Ballard,

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


17

McFarland, Wallace, Holiday, & Roberson, 2004; Fahlman, Morgan, McNevin,


Topp, & Boardley, 2007; Sato, Nagasaki, Kubota, Uno, & Nakai, 2007; USDHHS,
2000; Woo, Hong, Lau, & Lynn, 2007 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010).
Penurunan aktivitas fisik pada lansia juga berisiko untuk terjadinya penurunan tonus
otot, kehilangan massa otot tak berlemak yang kemudian digantikan dengan jaringan
lemak, dan peningkatan risiko penyakit jantung (Wenger, 1996 dalam Stanley &
Beare, 2006).

Hipertensi pada lansia berhubungan dengan perubahan struktur dari sistem


kardiovaskular. Semakin bertambahnya usia maka sistem aorta dan arteri perifer
manjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen
dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri, selain itu lapisan intima arteri
menebal dengan peningkatan deposit kalsium (Fernandez & Fuster, 1996 dalam
Stanley & Beare, 2006).

Smeltzer & Bare (2004), juga menyatakan bahwa peningkatan tekanan darah pada
lansia diakibatkan karena perubahan struktur dan fungsi pada jantung dan pembuluh
darah dengan semakin bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi meliputi
akumulasi plak aterosklerosis, fragmentasi elastin arteri, peningkatan endapan
kolagen, dan gangguan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan elastisitas pada
pembuluh darah arteri besar. Akibat terjadinya kekakuan dan ketebalan dinding pada
arteri, maka sebagai mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain secara
progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah (Gerber,
1990 dalam Stanley & Beare, 2006). Peningkatan volume darah ini bertujuan agar
kebutuhan tubuh terhadap oksigen dapat terpenuhi (Fernandez & Fuster, 1996 dalam
Stanley & Beare, 2006). Peningkatan volume darah ini juga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi


2.3.1 Pengkajian Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan melakukan pengkajian. Pengkajian
dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data terkait dengan keluarga.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


18

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga. Menurut teori/model Family Centre
Nursing Friedman, tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi 8
komponen pengkajian (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). 8 komponen pengkajian
tersebut, yaitu (1) data umum yang terdiri atas identitas kepala keluarga, komposisi
keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga, (2) riwayat dan tahap perkembangan
keluarga yang terdiri atas tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, dan riwayat
keluarga sebelumnya.

Komponen pengkajian selanjutnya atau yang ketiga, yaitu (3) lingkungan yang
terdiri atas karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal,
mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat, dan sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga yang terdiri atas
pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran baik formal
maupun informal, dan nilai serta norma budaya keluarga, (5) fungsi keluarga yang
terdiri atas fungsi afektif, fungsi sosialisasi, dan fungsi perawatan kesehatan, (6)
stress dan koping keluarga yang terdiri atas stresor jangka pendek, stresor jangka
panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping yang
digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional, (7) pemeriksaan fisik yang terdiri
atas tanggal dilakukannya pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaann fisik yang
dilakukan pada setiap anggota keluarga mulai dari tanda-tanda vital, kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher dan tenggorokan, dada, abdomen, ektremitas atas dan
bawah, kulit, kuku, berat badan, dan tinggi badan, (8) harapan keluarga baik
terhadap masalah kesehatan keluarga maupun terhadap petugas kesehatan yang ada.

Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan yang terkait dengan tanda
dan gejala pada lansia dengan hipertensi. Pengkajian difokuskan pada pengukuran
tekanan darah, keluhan yang dirasakan oleh lansia, dan kebiasaan lansia yang
berhubungan dengan hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah pada lansia
kemudian dibandingkan dengan rentang nilai normal tekanan darah. Tekanan darah

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


19

kategori tinggi yaitu ketika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013).

Keluhan yang dikaji yaitu adanya atau tidaknya keluhan sakit kepala/pusing, rasa
berat pada bagian tengkuk, kesulitan tidur, merasa cepat lelah, sesak napas, ataupun
telinga berdengung yang dirasakan oleh lansia. Selain itu, pengkajian juga dilakukan
dengan melakukan wawancara kepada lansia dan juga keluarga terkait dengan gaya
hidup lansia, seperti pola makan lansia dan kebiasaan aktivitas fisik pada lansia.
Data hasil pengkajian dikumpulkan untuk kemudian menjadi alat dalam menetapkan
diagnosis keperawatan terkait masalah kesehatan dalam keluarga.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan keluarga ditetapkan berdasarkan data-data yang didapatkan
pada tahap pengkajian, kemudian dituliskan melalui analisa data dan dilakukan
skoring masalah untuk menetapkan prioritas masalah yang akan dilakukan
intervensi. Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003), diagnosis keperawatan
adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem
yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan. Diagnosis
keperawatan bukanlah penilaian perawat berdasarkan respon, nilai, atau dasar
kesehatan yang ditunjukkan individu atau keluarga berdasarkan pandangan budaya,
melainkan merepresentasikan respon dari individu atau keluarga terkait dengan
masalah yang ditemukan berdasarkan pandangan budayanya (Carpenito, 2010).

Diagnosis yang digunakan berpedoman pada NANDA (2012). Pada diagnosis


dengan menggunakan NANDA, terdiri atas diagnosis keperawatan, definisi masalah
keperawatan, batasan karakteristik, faktor risiko, dan faktor yang berhubungan.
Penentuan diagnosis keperawatan menurut NANDA berdasarkan kesesuaian pada
definisi masalah keperawatan, batasan karaketeristik, faktor risiko, dan faktor yang
berhubungan.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


20

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan


Perencanaan intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang muncul berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga.
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaporkan dalam upaya memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan
intervensi keperawatan dimulai dengan pembuatan tujuan umum dan khusus
dilakukannya asuhan keperawatan. Menurut Bulechek & McCloskey (1985 dalam
Carpenito, 2010), tujuan menjadi pedoman dalam memilih intervensi keperawatan
dan kriteria dalam mengevaluasi.

Perencanaan juga memuat kriteria hasil yang didasari dengan prinsip SMART
(Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time-oriented) (Carpenito, 2000).
Prinsip specific yaitu sasaran harus jelas dan spesifik, prinsip measurable yaitu
sasaran dapat diukur, achievable yaitu sasaran dapat dicapai, realistic yaitu sasaran
harus realistis, prinsip time-oriented yaitu sasaran dapat dicapai dalam waktu yang
telah ditentukan. Perencanaan keperawatan yang dilakukan berpedoman pada lima
tugas kesehatan keluarga. Lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009),
memiliki tujuan khusus diantaranya keluarga mampu mengenal masalah dalam
keluarga, keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang sakit,
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga yang sakit, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga yang sakit.

Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi lansia dengan


hipertensi dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan
primer, sekunder, dan tersier (Allender, Rector, & Warner, 2010). Tiga tingkat
pencegahan masalah hipertensi pada lansia yaitu sebagai berikut, (1) pencegahan
primer merupakan pencegahan dengan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk
menjaga lansia agar tetap sehat, kegiatan yang dilakukan diantaranya edukasi
kesehatan, pemeriksaan rutin, dan penjadwalan imunisasi yang sesuai, serta

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


21

memastikan lansia melakukan aktivitas yang dapat mempertahankan kesehatannya,


(2) pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan pengobatan
segera, dan (3) pencegahan tersier diantaranya menindaklanjuti dan rehabilitasi
setelah sakit atau kondisi setelah sembuh atau kondisi baru saja terdiagnosa dan
mendapatkan pengobatan.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah
dibuat. Implementasi keperawatan keluarga untuk mengatasi masalah hipertensi
pada lansia menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga yang memiliki
tujuan khusus keluarga mampu mengenal masalah, mampu memutuskan untuk
mengatasi masalah, mampu merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan, mampu memodifikasi lingkungan, dan mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia (Maglaya, 2009). Implementasi yang dilakukan dalam
asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah
keluarga dan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan lansia
hipertensi. Selain itu, implementasi yang dilakukan yaitu mendemonstrasikan cara
perawatan sederhana bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada keluarga terkait dengan masalah


kesehatan yang ditemukan dalam keluarga, yaitu terkait dengan hipertensi meliputi
pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta cara pencegahan dan
perawatan yang dapat dilakukan. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
keluarga menggunakan media berupa lembar balik kemudian keluarga diberikan
leaflet setelah selesai dilakukan pendidikan kesehatan. Sedangkan demonstrasi
perawatan sederhana untuk masalah hipertensi yang dapat dilakukan diantaranya
yaitu teknik relaksasi napas dalam, diet rendah garam, kompres air hangat, dan diet
makanan untuk penderita hipertensi. Demonstrasi dilakukan oleh mahasiswa terlebih
dahulu dengan diperhatikan oleh keluarga, kemudian keluarga mendemonstrasikan
kembali perawatan sederhana yang telah diajarkan.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


22

Demonstrasi teknik relaksasi napas dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang


tenang dan rileks terlebih dahulu. Teknik relaksasi napas dalam adalah sebuah teknik
yang telah lama diperkenalkan untuk mengatasi nyeri terutama pada klien yang
mengalami nyeri kronik (Robert, 1993 dalam Dewi, Setyoadi, & Widastra, 2009).
Menurut Smeltzer & Bare (2002), hal yang mendasari penurunan nyeri setelah
dilakukannya teknik relaksasi terletak pada fisiologi bagian sistem saraf otonom
yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang bertugas mempertahankan
homeostatis lingkungan internal individu. Teknik relaksasi napas dalam dilakukan
dengan menarik napas dari hidung, tahan 2-3 detik kemudian keluarkan secara
perlahan melalui mulut. Teknik relaksasi napas dalam dapat dilakukan beberapa kali
hingga merasa lebih tenang atau nyeri berkurang.

Diet rendah garam dilakukan dengan pembatasan penggunaan garam pada makanan.
Seseorang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tingginya konsumsi garam juga dinilai
sebagai penyebab terjadinya penyakit jantung (Strazzullo, D’Elia, Kandala,
Cappuccio, 2009 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Mengurangi jumlah asupan garam direkomendasikan sebagai
salah satu intervensi pada pengobatan pasien hipertensi (ESH, 2007; NICE, 2010;
WHO, 2010, Chobanian, Bakris, Black, Cushman, Green, Izzo, et.al, 2003; CHEP,
2010 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Pada seseorang yang mengalami hipertensi dilakukan
pembatasan penggunaan garam yaitu, 1/2 sendok teh per hari jika tekanan darah
140-159/90-00 mmHg, 1/4 sendok teh per hari jika tekanan darah 160/179/100-109
mmHg, dan tidak menggunakan garam jika tekanan darah >180/110 mmHg.

Penelitian INTERSALT yang melibatkan lebih dari 10.000 responden dari berbagai
negara menunjukkan bahwa konsumsi garam berhubungan dengan kondisi tekanan
darah pada populasi usia 25-55 tahun. Individu yang mengalami hipertensi
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam menjadi 3 gram per hari atau setara
dengan setengah sendok teh garam per harinya. Berdasarkan hasil penelitian,
pengurangan konsumsi garam ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


23

mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2.5 mmHg (Temple, Wilson, & Jacobs,
2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, & Grobbee (2003), didapatkan
hasil bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah sistolik sekitar -2.54 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar -1.96 mmHg.
Pembatasan penggunaan natrium ini berhubungan dengan perubahan secara
signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang responnya lebih efektif
pada klien yang lebih tua daripada yang lebih muda (cut off point 45 tahun). Hasil
penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pengurangan natrium dapat
berkontribusi pada pencegahan hipertensi, terutama pada populasi dimana tekanan
darah sudah mengalami peningkatan.

Kompres air hangat biasanya dilakukan pada bagian tengkuk yang terasa berat
akibat sirkulasi darah yang kurang baik. Kompres air hangat dilakukan dengan
menggunakan air hangat dengan perbandingan air panas dan air keran yaitu 1:3.
Kompres air hangat biasanya dilakukan dengan menggunakan waslap yang
dicelupkan pada air hangat kemudian ditempelkan pada tengkuk yang sakit.
Kompres air hangat dapat diulangi ketika waslap sudah tidak terasa hangat di kulit.
Secara umum, dengan melakukan kompres air hangat terjadi peningkatan aliran
darah pada bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan
dinding pembuluh darah, selain itu panas juga baik untuk meningkatkan fleksibilitas
(Anderson, 2007).

Menurut Smeltzer (2001), kompres panas dapat membantu meredakan rasa nyeri,
kaku, dan spasme otot. Panas superfisial dapat diberikan dalam bentuk kompres
basah hangat dan manfaat maksimal dari kompres dapat dicapai dalam waktu 20
menit. Efektivitas kompres panas juga dibuktikan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Smith (2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompres
panas dapat mengurangi nyeri hebat pada nyeri menstruasi, sama baiknya seperti
ibuprofen, dan bahkan lebih baik dari ibuprofen dalam mengurangi ketegangan otot
yang hebat.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


24

Penerapan diet makanan bagi penderita hipertensi perlu melibatkan keluarga saat
demonstrasi maupun pada penerapan sehari-harinya, karena hal ini terkait dengan
kepatuhan dalam penerapannya. Diet makanan dilakukan dengan memberikan
informasi kepada keluarga terkait makanan yang masih boleh dikonsumsi, yang
harus dibatasi, dan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi. Diet makanan
juga dapat dilakukan dengan menyusun menu makanan bagi penderita hipertensi.

Diet yang biasanya dilakukan bagi penderita hipertensi yaitu diet rendah kolesterol
dan lemak. Kolesterol dan lemak dapat berbahaya apabila dikonsumsi secara
berlebihan karena dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan memicu
terjadinya hipertensi (Amir, 2002). Penyusunan menu makanan yang dilakukan
bersama dengan keluarga diharapkan dapat menjadikan makanan yang dikonsumsi
lebih terkontrol.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan berpedoman pada kriteria yang telah dibuat pada
perencanaan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan cara
membandingkan implementasi yang telah dilakukan dengan kriteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk hasil pencapaian implementasi yang telah diberikan
kepada keluarga (Harahap, 2013). Evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi subjektif,
objektif, analisis, dan perencanaan atau dikenal dengan evaluasi SOAP (Suprajitno,
2004). Selain itu, dilakukan juga evaluasi sumatif yang berpedoman pada lima tugas
kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009), dan tingkat kemandirian keluarga
menurut Depkes RI (2006).

Berdasarkan evaluasi tingkat kemandirian keluarga menurut Depkes RI (2006),


berorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai
dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi
dengan menggunakan 7 kriteria evaluasi, diantaranya (1) keluarga menerima perugas
perawatan kesehatan masyarakat, (2) keluarga menerima pelayanan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, (3) keluarga mengungkapkan masalah

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


25

kesehatan yang dialami secara benar, (4) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
sesuai anjuran, (5) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (6)
keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, dan (7) keluarga
melakukan promosi kesehatan secara aktif. Keluarga berada pada tingkat kemadirian
I apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 dan 2, keluarga berada pada tingkat
kemandirian II apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 sampai dengan 5, keluarga
berada pada tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria evaluasi 1 sampai
dengan 6, dan keluarga berada pada tingkat kemandirian IV apabila memenuhi
kriteria evaluasi 1 sampai dengan 7.

2.4 Peran Perawat Keluarga


Definisi keperawatan keluarga berdasarkan Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly,
Coehlo, & Hanson, 2010) adalah suatu proses penyediaan kebutuhan perawatan
kesehatan yang di dalamnya mencakup praktik keperawatan. Keperawatan keluarga
yang dilakukan dapat menggunakan pendekatan kepada keluarga sebagai konteks,
keluarga sebagai kesatuan yang utuh, keluarga sebagai sebuah sistem atau keluarga
sebagai bagian dari masyarakat.

Pendekatan keluarga sebagai konteks yaitu pendekatan yang pertama kali dilakukan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dan berfokus pada pengkajian
dan perawatan secara individual. Keluarga dalam hal ini secara konteks dapat
berfungsi sebagai sumber ataupun pencetus kesehatan ataupun masalah kesehatan
dalam keluarga. Pendekatan kedua yaitu keluarga sebagai klien, maksudnya yaitu
keluarga sebagai pusat dalam melakukan pengkajian terhadap semua anggota
keluarga. Pendekatan keluarga sebagai klien berfokus pada perawatan semua
anggota keluarga dan tidak dikhususkan, artinya semua anggota keluarga dilakukan
pengkajian dan perawatan.

Pendekatan keluarga sebagai sebuah sistem adalah pendekatan ketiga dalam


perawatan keluarga. Fokusnya yaitu keluarga sebagai klien dan keluarga dilihat
sebagai sebuah sistem interaksi, dengan kata lain fokus intervensi keperawatan yaitu
pada interaksi antara anggota keluarga. Pendekatan keluarga sebagai sistem berfokus

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


26

pada individu dan keluarga secara bersamaan. Pendekatan yang keempat yaitu
keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Pada pendekatan ini keluarga dilihat
sebagai satu dari banyak lembaga yang ada di masyarakat. Keluarga adalah dasar
dan unit yang utama dari masyarakat dan merupakan bagian dari sistem masyarakat
yang besar. Keperawatan kesehatan masyarakat digambarkan dengan banyaknya
prinsip dari pandangan dan berfokus pada komunikasi antara keluarga dengan agen
yang ada di masyarakat (Hanson, 2005 dalam Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson,
2010).

Peran perawat kesehatan keluarga semakin lama semakin berkembang. Terdapat tiga
belas peran perawat kesehatan keluarga dan peran yang dijalankan tergantung pada
setting tempat. Peran perawat kesehatan keluarga diantaranya, sebagai pengajar
kesehatan kepada keluarga baik terkait kesejahteraan keluarga, penyakit, hubungan
dengan orang lain, terkait pengasuhan ataupun hal-hal lain. Perawat kesehatan
keluarga berperan sebagai koordinator, kolaborator, dan sebagai penghubung dalam
melakukan perawatan kepada keluarga, misalnya terdapat anggota keluarga yang
sakit maka perawat dengan keluarga berkolaborasi dengan penyedia pelayanan
kesehatan lain dalam perawatan atau pengobatannya. Perawat kesehatan keluarga
berperan sebagai pengawas kesehatan dan tenaga ahli, hal ini terkait dengan
kemampuan perawat dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit. Perawat pada peran ini dituntut untuk memiliki cukup pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan perawatan.

Selain itu, perawat kesehatan keluarga berperan sebagai advokator keluarga, sebagai
konsultan, dan konselor. Perawat kesehatan keluarga juga berperan sebagai penemu
masalah dan epidemiologis, apabila masalah dapat ditemukan maka pencegahan dan
perawatan dapat dilakukan. Perawat kesehatan keluarga berperan sebagai ahli
lingkungan, maksudnya yaitu perawat membantu memodifikasi lingkungan yang
baik dan sehat bagi keluarga. Perawat kesehatan keluarga berperan sebagai penjelas
dan penafsir. Peran ini maksudnya adalah ketika salah satu anggota keluarga
mengalami penyakit yang sebelumnya belum pernah diketahui oleh keluarga, maka
perawat mencari informasi terkait dengan penyakit tersebut dan memberikan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


27

penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga. Peran perawat kesehatan keluarga
sebagai pengganti, maksudnya adalah perawat dapat menjadi pengganti orang lain
saat dibutuhkan. Misalnya, pada saat seorang remaja sedang menghadapi proses
persalinan maka perawat dapat menjadi pengganti orang tua remaja dalam
menemani proses persalinan.

Selanjutnya, perawat kesehatan keluarga sebagai peneliti, maksudnya adalah ketika


perawat menemukan suatu kasus maka perawat mencari solusi yang tepat. Perawat
kesehatan keluarga sebagai role model, maksudnya adalah hal yang dilakukan oleh
perawat menjadi contoh bagi orang lain sehingga perawat harus menjadi role model
yang baik. Perawat sebagai pengelola kasus, dalam melakukan peran ini perawat
melakukan koordinasi dan kolaborasi antara keluarga dengan penyedia pelayanan
kesehatan (Bomar, 2004; Friedman, Bowden, & Jones, 2003; Hanson, 2005 dalam
Kaakinen, Gedaly, Coehlo, & Hanson, 2010).

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini menguraikan asuhan keperawatan keluarga pada kasus keluarga kelolaan.
Asuhan keperawatan yang diuraikan meliputi pengkajian keperawatan keluarga,
diagnosis keperawatan, perencanaan intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga


Keluarga kelolaan utama yaitu keluarga Ibu A (48 tahun) dengan tahap
perkembangan keluarga yaitu tahap perkembangan usia pertengahan yang dimulai
saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah
satu pasangan meninggal. Bapak N dua bulan yang lalu baru saja meninggal.
Keluarga Ibu A merupakan tipe keluarga multigenerational family, yaitu keluarga
dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah. Ibu A dan Alm. Bapak N tidak memiliki anak. Namun, dari pernikahan
Alm. Bapak N sebelumya dengan Alm. Ibu M dikaruniai delapan orang anak.
Anggota keluarga yang tinggal di rumah yaitu Nenek K (90 tahun) adalah bibi
dari Alm. Bapak N, Ibu N (30 tahun) dan Ibu An (38 tahun) adalah anak dari Alm.
Bapak N, Bapak K (34 tahun) adalah menantu dari Alm. Bapak N, dan An. N (11
tahun) adalah cucu dari Alm. Bapak N.

Keluarga Ibu A menganut agama Islam dan tidak ada perbedaan agama diantara
anggota keluarga. Ibu A berasal dari suku Betawi, begitupula dengan Alm. Bapak
N yang berasal dari suku Betawi. Keluarga Ibu A menjalankan ibadah wajib
dalam agama, seperti sholat dan puasa dengan baik. Baik Ibu A maupun Alm.
Bapak N sudah tinggal sejak kecil di Kelurahan Sukatani ini, sehingga pertemuan
keduanya juga di wilayah Kelurahan Sukatani ini. Kemudian Alm. Bapak N dan
Ibu A memutuskan untuk menikah 6 tahun yang lalu. Ibu A mengatakan bahwa
Alm. Bapak belum pernah berpindah rumah semenjak tinggal di rumah yang
sekarang ini ditempati.

28 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


29

Ibu A bekerja sebagai buruh cuci di rumah salah satu tetangga. Ibu A mengatakan
penghasilan perbulannya jauh di bawah UMR, tetapi karena di dalam keluarga Ibu
A anggota keluarga yang lain juga membantu keuangan keluarga, sehingga
kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Keluarga Ibu A memiliki jamkesmas, namun
Ibu A mengatakan jarang digunakan. Ibu A mengatakan tidak mengetahui
penghasilan per bulan anggota keluarga yang lain. Rumah keluarga Ibu A
merupakan rumah tipe permanen terdiri dari satu lantai yang termboknya terbuat
dari batu bata, lantai sudah berubin, dan atapnya dari genteng. Kondisi selokan di
sekitar rumah Ibu A tambak bersih dan airnya mengalir dengan lancar.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada Nenek K didapatkan bahwa


tekanan darah Nenek K 160/100 mmHg. Ibu A mengatakan tidak mengetahui
bahwa tekanan darah Nenek K 160/100 mmHg, karena belum pernah dilakukan
pemeriksaan. Saat dilakukan pengkajian lebih lanjut dengan melakukan
wawancara kepada Nenek K dan Ibu A, Nenek K mengatakan bahwa dirinya
menyukai makanan yang asin. Ibu A juga mengatakan bahwa Nenek K menyukai
ikan asin dan biasanya keluarga memasak ikan asin 1-2 kali dalam seminggu. Ibu
A mengatakan bahwa Nenek K sering mengeluhkan pusing setelah makan ikan
asin >1 potong.

Selain itu, Ibu A mengatakan bahwa Nenek K mempunyai kebiasaan minum kopi
2 gelas/hari. Nenek K mengatakan minum kopi sudah menjadi kebiasaannya sejak
masih muda dan sulit untuk dihilangkan, namun Nenek K mengatakan bahwa
frekuensi minum kopinya sudah berkurang dibandingkan dengan waktu masih
muda. Nenek K mengatakan apabila frekuensi minum kopinya dikurangi menjadi
1x/hari kepalanya akan terasa sakit. Nenek K mengatakan tidak terlalu menyukai
makanan yang bersantan dan yang digoreng. Nenek K juga mengatakan bahwa
dirinya tidak pernah merokok dan saat ini tidak ada masalah yang sedang
dipikirkannya. Nenek K mengatakan kegiatan sehari-harinya yaitu membantu
membersihkan rumah dan terkadang membantu Ibu A memasak. Nenek K
mengatakan memiliki kegiatan merawat tanaman yang berada di depan rumahnya.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


30

Nenek K mengatakan bahwa pernah mengalami jatuh karena lantai licin terkena
air hujan dan saat itu hanya diurut.

Ibu A mengatakan tidak pernah mengetahui tekanan darah yang dikategorikan


tinggi. Ibu A mengatakan bahwa pernah mendengar bahwa tanda dan gejala
hipertensi yaitu sakit kepala, namun keluhan keluhan sakit kepala pada Nenek K
biasanya hilang dengan minum obat warung. Ibu A mengatakan bahwa pernah
mendengar penyebab hipertensi yaitu akibat terlalu banyak makan ikan asin.
Keluarga mengatakan bahwa akibat penyakit hipertensi yaitu stroke. Ibu A
mengatakan cara perawatan hipertensi yaitu dengan membatasi makan makanan
yang asin. Ibu A mengatakan tidak pernah melakukan modifikasi lingkungan bagi
anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Ibu A mengatakan belum pernah
membawa Nenek K ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya karena
jaraknya yang cukup jauh dengan rumah dan Nenek K mengatakan malas untuk
mengantri jika berobat ke puskesmas.

Nenek K mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 3/4 centong nasi. Nenek K
mengatakan tidak bisa makan dengan porsi yang banyak. Ibu A mengatakan
sehari-harinya memasak sayur dan lauk pauk. Lauk pauk yang biasanya dimasak
oleh Ibu A yaitu tempe, tahu, terkadang ikan, dan telur. Sayur yang biasa dimasak
oleh Ibu A yaitu sayur bayam, sayur asem, dan sayur lodeh. Ibu A mengatakan
bahwa untuk sarapan terkadang membeli nasi uduk dan makanan yang dimasak
oleh Ibu A biasanya untuk dimakan pada siang atau sore hari. Nenek K
mengatakan makan sayur dan lauk pauk yang dimasak oleh Ibu A. Ibu A
mengatakan bahwa Nenek K tidak pernah memilih-milih makanan yang dimakan.
Nenek K mengatakan memiliki kebiasaan minum 8-10 gelas ukuran sedang.
Nenek mengatakan memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 gelas/hari.

Nenek K mengatakan kebiasaan BAK nya yaitu 5-6 kali/hari dan di malam hari
biasanya 1-2 kali. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan untuk BAK.
Sedangkan, untuk kebiasaan BAB Nenek K mengatakan memiliki kebiasaan BAB
1 kali/hari dan biasanya di pagi hari dan terkadang 2 kali/hari apabila makan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


31

makanan yang pedas. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan ketika buang
air besar. Nenek K mangatakan bahwa konsistensi fesesnya agak lunak dan
berwarna coklat gelap. Nenek K mengatakan bahwa sering tidur pada pukul 21.00
dan bangun pada pukul 04.00 dan apabila terbangun di malam hari tidak
mengalami kesulitan untuk tidur kembali.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada Nenek K didapatkan TD: 160/100


mmHg, Nadi: 82x/menit, RR: 20x/menit, dan suhu: 36.7oC. Hasil pemeriksaan
fisik pada bagian kepala didapatkan bahwa tidak ada benjolan/luka, bentuk kepala
simetris, warna rambut putih, lurus dan agak tipis. Hasil pemeriksaan fisik pada
bagian mata didapatkan konjungtiva mata tidak anemis, sklera tidak ikterik,
bentuk mata simetris, dan mata tidak cekung. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian
hidung didapatkan tidak ada sumbatan dan tidak ada cairan yang keluar dari
hidung. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian telinga didapatkan bersih, tidak ada
serumen, tidak ada bengkak, luka ataupun adanya kemerahan, dan bentuk hidung
simetris. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian mulut didapatkan bahwa gigi sudah
berwarna kehitaman, tampak adanya karang gigi, mulut tampak lembab, tidak ada
sariawan, jumlah gigi yang masih utuh yaitu 2 buah gigi bagian atas dan dua buah
gigi bagian bawah.

Hasil pemeriksaan fisik pada bagian leher dan tenggorokan didapatkan tidak ada
kesulitan untuk menelan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ditemukan tanda-tanda radang, dan tidak ada distensi vena jugularis. Hasil
pemeriksaan fisik pada bagian dada didapatkan dada simetris, suara napas
bronkovesikuler, dan tidak ditemukan adanya suara wheezing ataupun ronkhi.
Hasil pemeriksaan fisik pada bagian abdomen didapatkan bahwa tidak ada nyeri
tekan dan Nenek K juga mengatakan tidak mengalami keluhan pada bagian
abdomen. Hasil pemeriksaan fisik pada bagian ekstremitas didapatkan gerakan
ekstremitas Nenek K agak terbatas, Nenek K tidak merasakan adanya nyeri, tidak
terdapat benjolan, tidak ada bengkak dan kemerahan, serta kekuatan otot Nenek K
yaitu 5555 5555. Berat badan Nenek K 45 kg dengan tinggi badan 150 cm.
4444 4334

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


32

3.2 Diagnosis Keperawatan


Hasil pengkajian keluarga dilakukan oleh mahasiswa dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan hasil
pengkajian diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan diantaranya
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K, risiko jatuh pada Nenek
K, dan kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: usia lanjut pada Nenek K.
Selanjutnya dilakukan skoring pada diagnosis yang ditegakkan. Hasil skoring
terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Ibu
A adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K.

Definisi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan


mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini
diantaranya terdapat satu diantara tanda NANDA berikut, yaitu (1) menunjukkan
kurang perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan, (2) menunjukkan kurang
pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, (3) riwayat kurang perilaku mencari
bantuan kesehatan, (4) ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi
praktik kesehatan dasar, (5) hambatan sistem pendukung, (6) kurang menunjukkan
minat pada perbaikan perilaku sehat.

Sebelum menegakkan diagnosis, dilakukan terlebih dahulu pengumpulan data-


data hasil pengkajian baik data subjektif maupun data objektif. Data subjektif
yang didapatkan yaitu Nenek K mengatakan kepalanya akan terasa sakit setelah
makan ikan asin >1 potong, Nenek K mengatakan mengkonsumsi ikan asin <2
kali dalam seminggu. Nenek K mengatakan memiliki kebiasaan minum kopi
2x/hari dan sulit untuk mengurangi kebiasaan ini karena apabila dikurangi
kepalanya akan terasa sakit. Nenek K mengatakan menyukai makanan yang asin,
namun tidak terlalu menyukai makanan yang bersantan dan digoreng. Ibu A
mengatakan tidak mengetahui bahwa tekanan darah Nenek K tinggi karena tidak
pernah dilakukan pemeriksaan. Ibu A mengatakan tidak mengetahui tekanan
darah yang dikategorikan tinggi. Ibu A mengatakan penyebab hipertensi, yaitu
terlalu banyak makan ikan asin. Ibu A mengatakan tanda gejala seseorang yang

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


33

mengalami hipertensi yaitu sakit kepala. Ibu A mengatakan akibat penyakit


hipertensi yaitu stroke.

Selain itu, Ibu A mengatakan cara perawatan hipertensi yaitu dengan membatasi
makanan yang asin-asin, namun hal ini menurut Ibu A agak sulit untuk dilakukan
karena Nenek K menyukai makanan asin. Nenek K mengatakan aktivitas sehari-
harinya yaitu membantu membersihkan rumah, berkebun, dan terkadang
membantu Ibu A memasak. Nenek K mengatakan tidak memiliki kesulitan untuk
tidur. Ibu A mengatakan tidak mengetahui modifikasi lingkungan bagi anggota
keluarga yang mengalami hipertensi. Ibu A mengatakan selama ini keluarga
belum pernah membawa Nenek K ke fasilitas kesehatan untuk melakukan
perawatan dan pencegahan hipertensi.

Data objektif terkait dengan hipertensi berdasarkan hasil pemeriksaan pada Nenek
K yaitu TD: 160/100 mmHg, Nadi: 82x/hari, Napas: 20x/menit, dan suhu: 36.7 oC.
Berat badan Nenek K yaitu 45 cm dan tinggi badannya 150 cm. Menurut
perhitungan sesuai indeks massa tubuh, IMT Nenek K dalam kategori normal
(20). Selain itu, didapatkan data bahwa skala nyeri ketika Nenek K merasakan
sakit kepala yaitu pada skala nyeri 3.

Berdasarkan hasil observasi ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah kurang.


Pencahayaan kurang terutama di dalam kamar. Perabotan di dalam rumah cukup
tertata dengan rapi, namun terdapat beberapa barang-barang milik An. N yang
berserakan di lantai. Di dalam rumah tidak terdapat undak-undakan dan lantai di
depan kamar mandi agak licin karena terkena percikan air dari kamar mandi. Alas
untuk mengeringkan kaki yang diletakkan di lantai tidak licin atau mudah
bergeser. Kondisi rumah dan halaman rumah cukup bersih. Selokan yang terletak
di depan dan samping rumah juga bersih dan airnya mengalir dengan lancar.
Tidak ada sampah yang berserakan di depan rumah dan tidak ada tempat
pembuangan sampah, sehingga sampah dibakar.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


34

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan


Rencana keperawatan yang dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas
kesehatan keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan ini adalah setelah
dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali, keluarga mampu merawat anggota
keluarganya yang mengalami hipertensi/pemeliharaan kesehatan pada Nenek K
menjadi efektif yang ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah Nenek K.
Tujuan khusus dari intervensi yang dilakukan, diantaranya (1) Tujuan khusus 1
setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal
masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan pengertian hipertensi,
menyebutkan 5 dari 10 penyebab timbulnya hipertensi, menyebutkan 4 dari 7
tanda dan gejala hipertensi, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang
mengalami hipertensi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu
menyebutkan 3 dari 4 akibat hipertensi dan memutuskan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga
dengan hipertensi.

Tujuan khusus selanjutnya dari intervensi yang dilakukan, yaitu (3) Tujuan khusus
3 setelah dilakukan kunjungan selama 2x45 menit keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan 5 dari 7
cara pencegahan hipertensi dan menyebutkan 4 dari 6 cara perawatan hipertensi,
mendemonstrasikan cara perawatan hipertensi dengan cara teknik relaksasi napas
dalam, diet rendah garam, kompres air hangat dan diet makanan. (4) Tujuan
khusus 4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
hipertensi dengan menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
hipertensi dan menunjukkan perubahan lingkungan yang tepat bagi anggota
keluarga yang mengalami hipertensi. (5) Tujuan khusus 5 keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pencegahan dan
perawatan hipertensi dengan mampu menyebutkan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat dikunjungi, menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


35

kesehatan, dan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan


penyakit hipertensi.

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan atau menjelaskan kepada keluarga mengenai
pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta
akibat hipertensi. Selain itu, mahasiswa juga membantu keluarga dalam
mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami hipertensi berdasarkan tanda
dan gejala yang dikeluhkan oleh anggota keluarga. Mahasiswa juga memberikan
motivasi kepada keluarga untuk merawat dan mengatasi masalah hipertensi yang
dialami oleh anggota keluarga. Mahasiswa menjelaskan kepada keluarga
mengenai pencegahan hipertensi dan mendiskusikan cara perawatan hipertensi.

Cara perawatan hipertensi yang didiskusikan dengan keluarga, diantaranya teknik


relaksasi napas dalam, diet rendah garam, kompres air hangat, dan diet makanan
bagi penderita hipertensi. Mahasiswa bersama dengan keluarga juga
mendiskusikan modifikasi lingkungan yang sesuai bagi penderita hipertensi,
mendiskusikan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, dan manfaat dari
fasilitas pelayanan kesehatan. Motivasi diberikan kepada keluarga terkait dengan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat memberikan motivasi kepada
keluarga untuk membawa Nenek K ke posbindu setiap bulannya guna
memeriksakan tekanan darah.

Mahasiswa menggunakan media lembar balik dan leaflet selama memberikan


pendidikan kesehatan kepada keluarga. Lembar balik digunakan saat memberikan
penjelasan terkait dengan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, cara
pencegahan, dan cara perawatan hipertensi. Sementara itu, leaflet diberikan
kepada keluarga setelah mahasiswa selesai menjelaskan materi terkait hipertensi.
Leaflet yang diberikan kepada keluarga diharapkan dapat dibaca kembali dan
menjadi pengingat apabila keluarga lupa materi terkait hipertensi. Pemberian

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


36

pendidikan kesehatan ini dilakukan dalam satu kali pertemuan atau selama 45
menit.

Intervensi berupa demonstrasi perawatan sederhana didemonstrasikan terlebih


dahulu oleh mahasiswa dengan diperhatikan oleh keluarga, setelah itu keluarga
mendemonstrasikannya kembali. Perawatan sederhana yang diajarkan kepada
keluarga diantaranya teknik relaksasi napas dalam, diet rendah garam, kompres air
hangat, dan diet makanan bagi penderita hipertensi. Intervensi-intervensi ini
diajarkan kepada keluarga dalam dua kali pertemuan atau selama 2x45 menit.
Pada pertemuan pertama mahasiswa mendemonstrasikan intervensi teknik
relaksasi napas dalam dan diet rendah garam, sedangkan pada pertemuan kedua
mahasiswa mendemonstrasikan intervensi kompres air hangat dan diet makanan
bagi penderita hipertensi.

Penjelasan terkait modifikasi lingkungan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan


dilakukan dalam satu kali pertemuan atau selama 45 menit. Penjelasan tersebut
diantaranya modifikasi lingkungan yang sesuai bagi anggota keluarga yang
mengalami hipertensi, jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, dan
manfaat fasilitas kesehatan. Selama memberikan penjelasan mahasiswa juga
menggunakan lembar balik sebagai medianya. Selama memberikan pendidikan
kesehatan ataupun mendemonstrasikan cara perawatan, keluarga aktif dan
kooperatif sehingga tampak bahwa keluarga berkeinginan untuk melakukan
perawatan dan pencegahan terhadap anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

Implementasi yang fokus terhadap hipertensi dilakukan dalam 4 kali pertemuan.


Tetapi, mahasiswa terus melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah
diberikan baik yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor terkait hipertensi
pada pertemuan-pertemuan selanjutnya walaupun intervensi yang diberikan bukan
lagi terkait hipertensi. Mahasiswa melakukan total kunjungan keluarga sebanyak
12 kali pertemuan, 4 kali kunjungan melakukan intervensi terkait dengan
hipertensi dan sisanya yaitu 8 kali kunjungan melakukan intervensi untuk masalah
kesehatan yang lain, namun tetap mengevaluasi intervensi terkait hipertensi.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


37

Implementasi yang merupakan intervensi yang efektif dalam mengontrol tekanan


darah pada Nenek K adalah dengan diet rendah garam. Hal ini dikarenakan selama
melakukan kunjungan keluarga dengan menerapkan beberapa intervensi
keperawatan, ternyata intervensi diet rendah garam yang lebih efektif dalam
mengontrol tekanan darah. Diet rendah garam adalah pengaturan penggunaan
garam berdasarkan pengukuran tekanan darah. Takaran penggunaan garam
berdasarkan tekanan darah, yaitu penggunaan 1/2 sendok teh garam perhari jika
tekanan darah 140-159/90-99 mmHg. 1/4 sendok teh perhari jika tekanan darah
160-179/100-109 mmHg, dan tidak menggunakan garam jika tekanan darah
>180/110 mmHg. Pada Nenek K takaran garam yang diperbolehkan yaitu 1/2
sendok teh/hari dengan tekanan darah Nenek K yaitu 150/100 mmHg.

Selama menerapkan pembatasan garam pada makanan Nenek K, keluarga


mengalami hambatan yaitu berkurangnya nafsu makan pada Nenek K karena rasa
makanan yang hambar. Selama intervensi ini dilakukan mahasiswa mencoba
memodifikasinya dengan penggunaan bumbu dapur alami yang direkomendasikan
oleh Depkes (2011) untuk mensiasati rasa hambar pada makanan bagi penderita
hipertensi. Bumbu dapur alami tersebut, seperti gula merah, gula pasir, bawang
merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang mengandung
sedikit atau tidak mengandung garam. Selain itu, Depkes (2011) juga menyatakan
bahwa makanan akan tetap enak tanpa garam ketika di tumis, digoreng, ataupun
dipanggang.

Awal mula penerapan diet rendah garam ini Nenek K memang mengalami
penurunan nafsu makan dan keluarga cukup khawatir dengan hal tersebut.
Namun, modifikasi makanan dengan penggunaan bumbu dapur alami cukup
membantu dalam mempertahankan nafsu makan Nenek K. Selain itu, selama
penerapannya Nenek K memiliki semangat yang kuat untuk menurunkan tekanan
darahnya, sehingga Nenek K berusaha membiasakan secara perlahan-lahan
takaran garam yang masih diperbolehkan dan memadukannya dengan penggunaan
bumbu dapur alami dalam makanan.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


38

Selama mahasiswa melakukan kunjungan, takaran garam yang digunakan pada


Nenek K pun tidak secara langsung menjadi 1/2 sendok teh per hari, melainkan
dikurangi secara bertahap. Mulanya digunakan takaran 1 sendok teh per hari
kemudian dikurangi sedikit demi sedikit menjadi 3/4 sendok teh per hari hingga
pada akhirnya menjadi 1/2 sendok teh per hari. Modifikasi makanan dengan
penggunaan bumbu dapur alami sudah mulai diterapkan dalam keluarga ketika
takaran penggunaan garam pada Nenek K 3/4 sendok teh per hari.

Mahasiswa melakukan implementasi juga dengan memberikan motivasi kepada


keluarga. Motivasi yang diberikan oleh mahasiswa yaitu bersama-sama dengan
keluarga mengevaluasi kembali takaran garam dan diet makanan pada Nenek K.
Kemudian mahasiswa memberikan reinforcement positif atas hasil yang telah
dicapai oleh keluarga dan tetap memberikan motivasi untuk tetap melanjutkan
intervensi yang telah diajarkan.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan intervensi yang telah dilakukan. Evaluasi keperawatan dilakukan
dengan cara membandingkan implementasi yang dilakukan dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
dengan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian
keluarga.

Berdasarkan evaluasi SOAP didapatkan hasil keluarga mengatakan bahwa


hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang ditunjukkan dengan tekanan darah atas lebih dari 140
mmHg dan/atau tekanan darah bawah lebih dari 90 mmHg dalam waktu yang
lama. Keluarga mengatakan bahwa penyebab timbulnya hipertensi yaitu
penggunaan garam yang berlebihan, stres yang berlebihan, terlalu banyak makan
makanan yang berlemak, kurang olahraga, dan terlalu banyak minum kopi.
Keluarga mengatakan bahwa tanda dan gejala hipertensi diantaranya, sakit
kepala/pusing, nyeri pada tengkuk, sulit tidur, dan telinga berdengung. Keluarga

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


39

mengatakan bahwa Nenek K sering mengeluhkan sakit kepala terutama setelah


mengkonsumsi ikan asin >1 potong. Keluarga mengatakan akibat dari hipertensi
yaitu serangan jantung, stroke, dan kematian. Keluarga mengatakan akan merawat
dan mengatasi masalah hipertensi pada Nenek K.

Keluarga mengatakan cara mencegah penyakit hipertensi, yaitu dengan rutin


memeriksakan tekanan darah minimal satu bulan sekali, mengurangi makan
makanan berlemak, menghindari terlalu banyak minum kopi, menghindari
penggunaan garam secara berlebihan dan menghindari stres yang berlebihan.
Keluarga mengatakan cara perawatan bagi anggota keluarga dengan hipertensi,
yaitu dengan teknik relaksasi napas dalam, kompres air hangat, diet rendah garam,
dan diet makanan. Keluarga mengatakan takaran garam yang masih diperbolehkan
untuk Nenek K yaitu 1/2 sendok teh perhari. Keluarga mengatakan cara
menyiapkan makanan untuk Nenek K adalah dengan memisahkan dari makanan
untuk anggota keluarga lain kemudian memberi garam sesuai takaran perhari yang
masih di perbolehkan bagi Nenek K.

Keluarga juga mengatakan cara lain untuk mengurangi konsumsi garam pada
Nenek K, yaitu tidak meletakkan makanan jenis olahan ataupun makanan dengan
kandungan garam yang tinggi di tempat yang dapat terlihat oleh Nenek K.
Keluarga mengatakan cara memodifikasi makanan bagi Nenek K yang terasa
hambar yaitu dengan penggunaan bumbu dapur alami, seperti bawang merah,
jahe, ataupun gula. Keluarga mengatakan bahwa makanan yang harus dihindari
oleh Nenek K yaitu makanan yang kandungan lemak dan garamnya tinggi, seperti
makanan yang bersantan, makanan olahan seperti ikan asin, sarden. Keluarga
mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu puskesmas, rumah
sakit, dan klinik dokter. Keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas
kesehatan adalah untuk mendapatkan pemeriksaan, perawatan dan pengobatan,
serta informasi terkait kesehatan.

Implementasi yang diberikan oleh mahasiswa selalu di respon positif oleh


keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan keluarga pada setiap

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


40

implementasi yang diberikan baik berupa pendidikan kesehatan maupun


demonstrasi. Keluarga juga aktif dan antusias untuk bertanya lebih lanjut pada
setiap penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa, sehingga diskusi dengan
keluarga menjadi lebih efektif.

Hasil evaluasi berdasarkan implementasi yang diberikan, yaitu keluarga dapat


menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta akibat
hipertensi. Keluarga juga dapat menyebutkan kembali takaran garam yang masih
diperbolehkan untuk digunakan bagi Nenek K. Keluarga dapat menyebutkan
kembali cara untuk mengolah makanan bagi Nenek K dengan takaran garam yang
masih diperbolehkan. Keluarga dapat menyebutkan cara memodifikasi makanan
agar nafsu makan Nenek K tetap baik.

Selain itu, keluarga mampu menyebutkan dan memilih makanan yang masih
diperbolehkan untuk dikonsumsi, yang harus dibatasi, dan yang harus dihindari
oleh Nenek K. Keluarga juga mampu mempraktikan kembali teknik relaksasi
napas dalam dan kompres air hangat sebagai cara untuk mengurangi nyeri. Pada
kunjungan yang tidak direncanakan antara keluarga dengan mahasiswa, keluarga
dapat menyediakan makanan dengan menggunakan takaran garam yang masih
diperbolehkan bagi Nenek K.

Keluarga mengatakan bahwa pada awal penerapan takaran garam, nafsu makan
Nenek K berkurang karena rasa makanan hambar, sehingga keluarga kembali lagi
menyamakan takaran garam bagi Nenek K sesuai ukuran keluarga. Namun,
keluarga mengatakan bahwa Nenek K memiliki keinginan untuk menurunkan
tekanan darahnya, sehingga ingin mencoba membiasakan dengan makanan yang
dirasakan hambar. Keluarga mengatakan memodifikasi makanan yang hambar
dengan penggunaan bumbu dapur alami. Pada saat kegiatan posbindu, Nenek K
yang sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan posbindu datang untuk
memeriksakan tekanan darah. Keluarga mengatakan setelah diberikan penyuluhan
oleh mahasiswa Nenek K menjadi lebih semangat untuk memperhatikan
kesehatannya.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


41

Hasil evaluasi yang telah didapatkan kemudian dilakukan analisa dengan


berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan intervensi
keperawatan. Berdasarkan analisa tersebut tujuan dari TUK 1 sampai dengan
TUK 5 telah dicapai oleh keluarga. Masalah hipertensi pada Nenek K dapat
teratasi yang ditunjukkan dengan penurunan tekanan darah, yaitu pada awal
pengukuran 160/100 mmHg dan pada akhir kunjungan keluarga tekanan darah
Nenek K dapat turun menjadi 130/90 mmHg. Namun, tekanan darah Nenek K
memang tidak selalu stabil pada setiap kali pengukuran. Berdasarkan hasil yang
telah dicapai mahasiswa memberikan motivasi kepada keluarga untuk tetap
menerapkan takaran garam pada makanan Nenek K dan memotivasi keluarga
dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan tekanan
darah Nenek K secara rutin. Mahasiswa juga memberikan reinforcement positif
kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan dan hasil yang telah dicapai.

Evaluasi yang selanjutnya dilakukan yaitu evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif


dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada keluarga terkait dengan lima
tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
Hasil evaluasinya, yaitu keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian
hipertensi. Keluarga mampu menyebutkan kembali 5 dari 10 penyebab hipertensi.
Keluarga mampu menyebutkan kembali 4 dari 7 tanda dan gejala hipertensi.
Keluarga mampu menyebutkan kembali 3 dari 4 akibat hipertensi. Keluarga
mampu menyebutkan kembali 5 dari 7 cara pencegahan hipertensi. Keluarga
mampu menyebutkan kembali 4 dari 6 cara perawatan hipertensi.

Selain itu, keluarga juga mampu menyebutkan kembali takaran garam sesuai
dengan kategori tekanan darah. Keluarga mampu menyebutkan kembali takaran
garam yang masih boleh digunakan bagi Nenek K. Keluarga mampu
mendemonstrasikan kembali teknik relaksasi napas dalam dan kompres air hangat.
Keluarga mampu menunjukkan kembali takaran garam yang masih boleh
digunakan bagi Nenek K. Keluarga juga mampu menyebutkan dan memilih
makanan yang masih diperbolehkan, yang harus dibatasi, dan yang harus dihindari
oleh Nenek K dengan menggunakan kartu makanan. Keluarga mampu

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


42

menyebutkan kembali modifikasi lingkungan yang sesuai untuk Nenek K dengan


hipertensi. Keluarga mampu menyebutkan kembali fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat dikunjungi. Keluarga mampu menyebutkan kembali manfaat fasilitas
pelayanan kesehatan.

Sebelum dilakukan intervensi oleh mahasiswa, keluarga mengatakan tidak pernah


melakukan pembatasan garam bagi Nenek K karena keluarga tidak mengetahui
pembatasan penggunaan garam bagi Nenek K. Pembatasan penggunaan garam
dilakukan guna mengontrol tekanan darah pada Nenek K. Setelah 12 kali
kunjungan dan dilakukan implementasi, keluarga dapat menyebutkan kembali
takaran garam yang masih diperbolehkan digunakan bagi Nenek K. Keluarga
mulai melakukan pembatasan penggunaan garam bagi Nenek K.. Keluarga juga
sudah memisahkan antara makanan yang dikonsumsi oleh keluarga dan Nenek K
dengan hipertensi. Keluarga juga terlihat tidak menyediakan jenis makanan yang
mengandung kadar garam yang tinggi dan keluarga dapat memodifikasi makanan
dengan penggunaan bumbu dapur alami.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga berorientasi pada lima tugas kesehatan


keluarga (Depkes RI, 2006). Lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya
(2009), diantaranya keluarga mampu mengenal masalah, mampu memutuskan
untuk mengatasi masalah, mampu merawat anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan, mampu memodifikasi lingkungan, dan mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 4x45 menit, keluarga Ibu A termasuk ke dalam keluarga
mandiri tingkat III dengan tingkat kemandirian keluarga sebelumnya yaitu pada
tingkat II. Tingkat kemandirian keluarga tingkat III ditunjukkan oleh data bahwa
keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima
pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga
mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami secara benar, keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran, keluarga melaksanakan
perawatan sederhana sesuai anjuran, dan keluarga melaksanakan tindakan
pencegahan secara aktif.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini menguraikan analisis situasi pada keluarga kelolaan. Hal yang ditemui
pada keluarga kelolaan kemudian dihubungkan dengan penelitian yang terkait.
Selain itu, pada bab ini juga diuraikan profil lahan praktik, analisis masalah
keperawatan dengan konsep dan penelitian terkait keperawatan masyarakat
perkotaan, analisis intervensi diet rendah garam dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

4.1 Profil Lahan Praktik


Kecamatan Tapos terdiri dari enam kelurahan. Kelurahan yang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Tapos yaitu Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung,
Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Cilangkap, dan
Kelurahan Cimapeun. Diantara kelurahan tersebut, Kelurahan Sukatani
merupakan kelurahan yang digunakan oleh mahasiswa sebagai lahan praktik
selama tujuh minggu.

Luas wilayah Kelurahan Sukatani berdasarkan Bappeda (2009), yaitu 508.60 km2
dengan jumlah penduduknya yaitu 42.631 jiwa. Jumlah penduduk yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22.219 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 20.412 jiwa. Kelurahan Sukatani terdiri atas
26 rukun warga (RW) dan 182 rukun tetangga (RT). Batas wilayah Kelurahan
Sukatani sebelah utara yaitu Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok.
Batas wilayah Kelurahan Sukatani sebelah Timur yaitu Desa Cimatis Kabupaten
Bekasi dan Kelurahan Tapos Kecamatan Tapos Depok. Batas wilayah Kelurahan
Sukatani sebelah selatan yaitu Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos
Depok. Batas wilayah Kelurahan Sukatani sebelah barat yaitu Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Depok (Pemkot Depok, 2014).

Mayoritas penduduk di Kelurahan Sukatani beragama Islam dengan jumlah


penduduknya yaitu 38.484 jiwa. Agama kedua terbanyak yang dianut oleh
penduduk di Kelurahan Sukatani yaitu Protestan dengan jumlah penduduk yang
43 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


44

menganut sebanyak 1182 jiwa. Selanjutnya yaitu agama Hindu dengan jumlah
penduduk yang menganutnya yaitu sebanyak 1074 jiwa. Agama Katolik dan
Budha masing-masing dianut oleh 949 jiwa untuk agama Katolik dan 942 jiwa
untuk agama Budha. Faslititas pelayanan kesehatan milik pemerintah yang
terdapat di Kelurahan Sukatani, yaitu posyandu, puskemas, dan pos KB. Terdapat
28 buah posyandu yang tersebar di wilayah Kelurahan Sukatani, 1 buah
puskesmas, dan 1 buah pos KB (Bappeda, 2009).

Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW). RW 22 merupakan wilayah


yang digunakan oleh mahasiswa untuk dijadikan lahan praktik. Wilayah RW 22
terdiri atas 11 RT, yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, dan 12. Wilayah
RW 22 ini terbagi menjadi dua dan dipisahkan oleh Jalan Raya Perkapuran. RT
yang berada di sebelah timur Jalan Raya Perkapuran yaitu RT 03, 04, 06, 08, 10,
dan 12. Sedangkan RT yang berada di sebelah barat Jalan Raya Perkapuran yaitu
RT 01, 02, 05, 07, dan 09. Jumlah lansia yang berada di RW 22 ini yaitu sebanyak
33 lansia. Mayoritas penduduk di RW 22 beragama Islam dan berasal dari suku
Betawi.

Keadaan pemukiman di RW 22 ini cukup padat dengan mayoritas rumah


merupakan bangunan permanen yang temboknya terbuat dari batu bata dan
atapnya dari genteng. Mayoritas rumah juga sudah menggunakan ubin, namun
masih terdapat beberapa rumah dengan alas semen. Jarak antara satu rumah
dengan rumah yang lain mayoritas berdekatan dan hanya dibatasi oleh tembok
rumah, namun terdapat pula rumah yang jarak antara rumah yang lain cukup jauh
karena dibatasi oleh kebun. Di wilayah RW 22 ini masih terdapat rawa dan kebun
yang masih aktif dikelola oleh masyarakat setempat. Tidak terdapat tempat
pembuangan sampah umum yang dikelola dengan baik. Sampah di RW 22
biasanya dikelola dengan cara dibakar dan tidak ada petugas pengangkut sampah
yang bertugas di wilayah RW 22 ini.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah RW 22 yaitu


posyandu/posbindu dan praktik dokter. Pelaksanaan posyandu/posbindu RW 22

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


45

yaitu setiap tanggal 22. Apabila tanggal 22 ini jatuh pada hari minggu, maka
biasanya pelaksanaan posyandu akan dimajukan menjadi tanggal 21.
Posyandu/posbindu yang ada di wilayah RW 22 ini bernama Posyandu/posbindu
Mawar 22, terletak di wilayah RT 01. Posyandu/posbindu ini menerapkan sistem
lima meja untuk pelayanan posyandu pada balita. Pelaksanaan posyandu setiap
bulannya berjalan dengan baik dan masyarakat aktif dalam kegiatannya, namun
untuk kegiatan posbindu ternyata kurang aktif pelaksanaannya. Salah satu kader
mengatakan bahwa lansia di RW 22 ini memang kurang aktif mengikuti posbindu,
sehingga kader menetapkan bahwa kegiataan posbindu ini diperuntukan untuk
individu yang berusia ≥45 tahun. Saat pelaksanaan posbindu, kegiatan yang
dilakukan biasanya mengukur tekanan darah, apabila tekanan darah tinggi dan
memerlukan obat maka bidan yang bertugas saat berlangsungnya posbindu yang
memberikan obat. Program posbindu lain yang saat ini rutin dilaksanakan yaitu
senam yang biasanya dilaksanakan setiap hari minggu.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait


Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Perkotaan menjadi sasaran banyak masyarakat untuk menetap, sehingga banyak
masyarakat dari pedesaan melakukan urbanisasi akibatnya dari tahun ke tahun
jumlah penduduk di perkotaan semakin lama semakin meningkat. Hal ini ternyata
menjadi suatu masalah terkait kesehatan. Saat ini masalah kesehatan tidak hanya
pada penyakit menular tetapi juga penyakit tidak menular salah satunya hipertensi
(Rahajeng & Tuminah, 2009).

Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu gaya hidup yang kurang sehat.
Masyarakat yang lebih menyukai makanan olahan dengan kandungan garam yang
tinggi, tingginya konsumsi makanan yang berlemak, kurangnya aktivitas fisik,
tingginya tingkat stres, kebiasaan merokok, dan lain sebagainya diduga menjadi
menyebab seseorang mengalami hipertensi. Selain itu kurangnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan dapat pula menjadi penyebab
munculnya masalah kesehatan.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


46

Prevalensi kasus hipertensi di Depok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal
ini menunjukkan perlu adanya penanganan lebih lanjut agar kondisi kesehatan
masyarakat tidak semakin memburuk. Upaya perawatan dan pencegahan terhadap
masalah kesehatan ini seharusnya dilakukan. Upaya perawatan ditujukan agar
penderita hipertensi tidak mengalami komplikasi ke arah yang lebih buruk.
Sedangkan upaya pencegahan dilakukan agar masyarakat yang belum mengalami
hipertensi terhidar dari penyakit ini.

Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kota
Depok dan menjadi tempat mahasiswa melakukan praktik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan dan RW 22 merupakan RW yang digunakan oleh penulis
untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada beberapa keluarga.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada seluruh lansia yang ada di
wilayah RW 22, teridentifikasi bahwa masalah hipertensi dialami oleh 23 dari 33
lansia yang tinggal di RW 22. Wilayah RW 22 termasuk pada wilayah perkotaan
yang ditandai dengan adanya pasar dan terdapat batas-batas wilayah yang jelas
(Weber, 1992). Besarnya persentase kejadian hipertensi di wilayah RW 22 ini
dapat disebabkan oleh gaya hidup masyarakat yang tidak sehat dan kurangnya
kesadaran masyarakat terutama lansia terkait dengan kesehatan. Dari beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, faktor risiko
yang berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah pada lansia yang dikelola
yaitu terkait dengan usia dan konsumsi garam yang berlebihan.

Seiring dengan bertambahnya usia tentu terjadi penurunan struktur dan fungsi
tubuh. Hal inilah yang terjadi pada lansia, semakin bertambahnya usia terjadi
akumulasi plak aterosklerosis, fragmentasi elastin arteri, peningkatan endapan
kolagen, dan gangguan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan elastisitas pada
pembuluh darah arteri besar. Hal tersebut mengakibatkan kekakuan dan ketebalan
pada dinding, maka sebagai mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah
(Gerber, 1990 dalam Stanley & Beare, 2006). Hal tersebutlah yang memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


47

Nenek K yang telah berusia 90 tahun tentunya sudah mengalami perubahan


struktur dan fungsi pada sistem kardiovaskular. Pembuluh darah pada Nenek K
mengalami kekakuan dan mengalami penurunan elastisitas, sehingga sebagai
mekanisme kompensasi pembuluh darah yang lebih besar mengalami dilatasi dan
menerima volume darah dan mengakibatkan peningkatakan tekanan darah.
Menurut American Heart Association merekomendasikan bahwa nilai sistolik 160
mmHg dianggap sebagai batas normal tertinggi untuk lansia (Kane, et al, 1989).
Sedangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Seventh Report of
The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), World Organization/International
Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, British Hypertension Society, Europe
Society of Hypertension/European Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi
hipertensi sama untuk semua golongan umur, yaitu ketika tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Sudoyo, Setiyohadi,
Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2009).

Selain itu, faktor gaya hidup yaitu konsumsi garam yang berlebihan juga memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah. Seperti yang sudah diketahui bahwa terjadi
perubahan struktur dan fungsi dengan semakin bertambahnya usia. Penyebab
lansia lebih menyukai makanan yang lebih asin atau lebih terasa bumbu berkaitan
dengan hal ini. Lansia menurut Stanley & Beare (2006), mengalami penurunan
dan kerusakan pada kuncup-kuncup perasa lidah sehingga menurunkan
sensitivitas terhadap rasa. Blair (1990 dalam Stanley & Beare, 2006), menyatakan
bahwa kuncup-kuncup perasa mengalami regenerasi sepanjang kehidupan
manusia, tetapi lansia mempunyai suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa
manis, asam, asin, dan pahit.

Kondisi lansia yang mengalami penurunan sensitivitas perasa biasanya diimbangi


dengan konsumsi makanan yang lebih terasa di lidah. Akibatnya lansia seringkali
mengkonsumsi makanan yang terlalu manis atau terlalu asin. Biasanya apabila
makanan yang dikonsumsi oleh lansia dirasakan kurang memiliki rasa, maka
lansia akan mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini pula yang menjadi alasan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


48

Nenek K menyukai makanan yang asin. Nenek K mengatakan bahwa jika


makanan yang dimakannya kurang terasa asin atau bumbu, Nenek K menjadi
kurang nafsu makan, tetapi Nenek K juga mengatakan bahwa tidak mengetahui
persepsi rasa asin menurutnya sama atau tidak dengan orang lain. Akibatnya,
Nenek K tidak mengetahui penggunaan garam untuk makanannya berlebihan atau
tidak.

Perawat komunitas dalam hal ini memiliki peranan yang penting dalam upaya
meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya masalah kesehatan baik pada
individu, keluarga, maupun kelompok. Asuhan keperawatan dengan pendekatan
keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah hipertensi pada lansia.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
perawatan dan pencegahan terhadap lansia yang mengalami hipertensi.
Keterlibatan keluarga sangat penting selama tahap asuhan keperawatan. Keluarga
diharapkan dapat menjadi pihak yang dapat mempertahankan kondisi kesehatan
lansia dengan melakukan perawatan dan pencegahan terhadap masalah hipertensi.

4.3 Analisis Intervensi Diet Rendah Garam dengan Konsep dan Penelitian
Terkait
Hipertensi merupakan suatu kondisi kronik yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. Tekanan darah
yang tinggi dinilai menjadi penyebab meninggalnya lebih dari tujuh juta jiwa
setiap tahunnya, dan sekitar 13% dari total kematian di seluruh dunia (WHO,
2002 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan
Siebenhofer, 2011). Hal ini seperti yang juga dinyatakan oleh Reddy & Katan,
2004), bahwa tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko utama penyakit jantung
dan dapat juga menjadi penyebab terjadinya stroke baik iskemik maupun
hemoragik.

Hipertensi yang terjadi di masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa hal,


diantaranya kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam, tinggi lemak,
kurangnya aktivitas fisik, stress yang berlebihan, ataupun kebiasaan merokok.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


49

Diantara hal yang menyebabkan hipertensi tersebut, intervensi terkait dengan diet
rendah garam menjadi yang paling banyak diteliti pengaruhnya. Hal ini
dikarenakan masyarakat terutama di perkotaan cenderung mengkonsumsi
makanan olahan dengan kandungan garam yang tinggi.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Ibu A berfokus pada Nenek K
dengan hipertensi. Intervensi yang diberikan kepada Nenek K dengan hipertensi,
diantaranya teknik relaksasi napas dalam, diet rendah garam, kompres air hangat
dan diet makanan bagi penderita hipertensi. Selama dilakukan intervensi kepada
Nenek K selama enam minggu, intervensi diet rendah garam merupakan
intervensi yang lebih efektif dalam mengontrol tekanan darah pada Nenek K
dengan hipertensi. Nenek K menyukai makanan yang asin, sehingga sehari-
harinya Nenek K makan makanan yang tinggi garam. Menurut Reddy & Katan
(2004), Konsumsi garam atau natrium secara langsung berhubungan dengan nilai
MAP (Mean Arterial Pressure) dan prevalensi di berbagai populasi. pembatasan
konsumsi garam dinilai dapat mencegah terjadinya pembesaran jantung.

Tingginya konsumsi garam juga dinilai sebagai penyebab terjadinya penyakit


jantung (Strazzullo, D’Elia, Kandala, Cappuccio, 2009 dalam Matyas, Jeitler,
Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan Siebenhofer, 2011). Mengurangi
jumlah asupan garam direkomendasikan sebagai salah satu intervensi pada
pengobatan pasien hipertensi (ESH, 2007; NICE, 2010; WHO, 2010, Chobanian,
Bakris, Black, Cushman, Green, Izzo, et.al, 2003; CHEP, 2010 dalam Matyas,
Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignitter, dan Siebenhofer, 2011). Pada
intervensi yang dilakukan oleh mahasiswa, keluarga Ibu A mampu melakukan
pembatasan penggunaan garam pada makanan Nenek K, yaitu 1/2 sendok teh
garam. Berdasarkan penelitian terbaru terkait hubungan pembatasan konsumsi
garam dengan tekanan darah, direkomendasi bagi negara berkembang untuk
mengurangi konsumsi garam yaitu sekitar -10 sampai 5 gram per harinya (NICE,
2010; Whelton, et. al., 1882-1888; He & MacGregor, 2010; He & Whelton, 2002
dalam Taylor, Ashton, Moxham, Hooper, & Ebrahim, 2011).

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


50

Penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, & Grobbee (2003), didapatkan
hasil bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah sistolik sekitar -2.54 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar -1.96
mmHg. Pembatasan penggunaan natrium berhubungan dengan perubahan secara
signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang responnya lebih efektif
pada klien yang lebih tua daripada yang lebih muda (cut off point 45 tahun). Hasil
penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pengurangan natrium dapat
berkontribusi pada pencegahan hipertensi, terutama pada populasi dimana tekanan
darah sudah mengalami peningkatan.

Penurunan tekanan darah pada Nenek K selama diterapkannya diet rendah garam
ternyata dapat mencapai 130/90 mmHg pada akhir kunjungan keluarga. tekanan
darah Nenek K saat pertama kali dilakukan pengukuran yaitu 160/100 mmHg. Hal
ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg. Penurunan ini dinilai lebih besar jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Geleijnse, Kok, dan Grobbee
terkait dengan pembatasan konsumsi garam hubungannya dengan penurunan
tekanan darah.

Penelitian INTERSALT yang melibatkan lebih dari 10.000 responden dari


berbagai negara menunjukkan bahwa konsumsi garam berhubungan dengan
kondisi tekanan darah pada populasi usia 25-55 tahun. Individu yang mengalami
hipertensi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam menjadi 3 gram per hari
atau setara dengan setengah sendok teh garam per harinya. Berdasarkan hasil
penelitian, pengurangan konsumsi garam ini dapat menurunkan tekanan darah
sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2.5 mmHg (Temple,
Wilson, & Jacobs, 2006). Perbedaan penelitian yang dilakukan INTERSALT dan
Geleijnse, Kok, & Grobbee (2003), yaitu terletak pada usia populasi yang rentan
terhadap hipertensi.

Hasil analisis penurunan tekanan darah pada Nenek K dengan penelitian


INTERSALT menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah pada Nenek lebih

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


51

besar dibandingkan dengan penelitian INTERSALT. Selain itu, hasil penelitian


INTERSALT juga menyebutkan bahwa usia populasi yang rentan mengalami
hipertensi yaitu pada rentang 25-55 tahun. Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dhianningtyas & Hendrati (2006 dalam Anggara
& Prayitno, 2013), bahwa sebagian besar hipertensi terjadi pada usia 25-45 tahun
dan hanya pada 20% terjadi dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini dapat
disebabkan karena orang pada usia tersebut jarang memperhatikan kesehatan dan
mempunyai pola makan serta gaya hidup yang kurang sehat.

Asuhan keperawatan dengan intervensi diet rendah garam pada Nenek K awalnya
juga mengalami hambatan karena diet rendah garam yaitu melakukan pembatasan
konsumsi garam. Prinsip diet pada penderita hipertensi secara umum diantaranya
adalah makanan beraneka ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan
disesuaikan dengan kondisi penderita hipertensi, dan jumlah garam dibatasi sesuai
dengan tekanan darah (Kurniawan, 2002). Pembatasan penggunaan garam pada
Nenek K yang menyukai makanan yang asin menjadikan Nenek K kurang nafsu
makan. Hal ini kemudian disiasati dengan pengaturan menu diet menggunakan
bumbu dapur alami sebagai penambah rasa.

Pengaturan menu diet ini dikeluarkan oleh Depkes (2011) guna mensiasati
makanan bagi penderita hipertensi yang mengandung sedikit garam. Cara
mensiasatinya diantaranya, rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula
merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu
lain dengan kandungan garam yang sedikit atau tidak mengandung garam. Rasa
makanan akan tetap enak ketika ditumis, digoreng, ataupun dipanggang walaupun
tanpa menggunakan garam. Tidak menggunakan garam lebih dari 1/2 sendok teh
per hari. Jika ingin menggunakan garam disarankan yang kandungan natriumnya
rendah.

Setelah menerapkan modifikasi makanan pada Nenek K dengan penggunaan


bumbu dapur alami, nafsu makan Nenek K tetap baik walaupun dengan
menggunakan sedikit garam dalam makanannya. Selain modifikasi terhadap

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


52

makanan, selama kunjungan Nenek K memang memiliki semangat untuk


menurunkan tekanan darah agar tetap sehat dimasa tuanya dan yang tak kalah
penting adalah dukungan dari keluarga selama dilakukannya intervensi.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan


Asuhan keperawatan yang dilakukan seharusnya berkelanjutan. Dalam hal ini
peran perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas haruslah aktif. Peran perawat
di masyarakat yaitu dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Keaktifan dan keberlanjutan peran
ini menentukan terpantaunya dan terkelolanya masalah kesehatan terutama
hipertensi pada lansia. Intervensi yang diberikan oleh perawat kesehatan
masyarakat dalam mengatasi masalah hipertensi di masyarakat salah satunya
adalah dengan melaksanakan pendidikan kesehatan.

Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan dalam lingkup masyarakat, keluarga,


dan individu. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan oleh perawat dengan
melibatkan keluarga dan dalam intervensinya menggunakan pendekatan lima
tugas kesehatan keluarga. Agar upaya perawatan dan pencegahan yang dilakukan
oleh keluarga terus berlanjut, maka perlu adanya pengawasan dan bimbingan dari
tenaga kesehatan dan kader di wilayah setempat. Peningkatan kualitas kader
wilayah pun seharusnya terus ditingkatkan dengan dilakukannya pemberdayaan
terhadap kader berupa diadakannya pelatihan kader.

Asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh mahasiswa untuk


selanjutnya diharapkan dapat terus-menerus dipantau oleh kader wilayah
setempat. Mahasiswa sebelumnya memberikan informasi kepada kader terkait
dengan hasil pengkajian, masalah kesehatan dalam keluarga, intervensi yang telah
dilakukan, dan evaluasi dari intervensi yang dilakukan. Diharapkan kader dapat
terus melakukan pemantauan terhadap masalah hipertensi yang dialami oleh
anggota keluarga dengan melibatkan keluarga selama prosesnya.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


53

Selain melibatkan tenaga kesehatan dan kader, keluarga merupakan bagian


terpenting selama melakukan asuhan keperawatan keluarga. Untuk itu, keluarga
perlu diberikan motivasi dan bimbingan selama melakukan perawatan dan upaya
pencegahan terhadap anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Hal ini
bertujuan agar status kesehatan dapat dipertahankan dan/atau bahkan ditingkatkan.
Motivasi dan bimbingan yang dilakukan kepada keluarga pun haruslah
berkelanjutan, agar keluarga dapat menerapkan secara terus-menerus.

Keluarga Ibu A yang memiliki lansia dengan hipertensi yaitu Nenek K, maka
keluarga perlu melakukan pemantauan secara terus-menerus terkait penggunaan
garam pada makanan dan memodifikasi makanan yang hambar dengan
penggunaan bumbu dapur alami. Selain itu, keluarga juga harus memisahkan
makanan yang dimakan oleh keluarga dan Nenek K sebagai cara untuk
menerapkan diet rendah garam Nenek K dan keluarga juga harus memotivasi
Nenek K untuk rutin mengontrol tekanan darah ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


BAB 5
PENUTUP

Bab penutup ini menguraikan simpulan dan saran dari hasil asuhan keperawatan
keluarga yang dilakukan oleh penulis serta hasil analisis situasinya. Uraian
simpulan menguraikan secara keselurahan inti dari hasil penulisan karya ilmiah
akhir ini. Selain itu, pada bab ini juga diuraikan saran untuk pendidikan
keperawatan, pelayanan keperawatan, keluarga, dan penelitian selanjutnya terkait
lansia dengan hipertensi agar perawatan dan pencegahan terhadap masalah
kesehatan ini semakin baik.

5.1 Simpulan
Salah satu dampak semakin bertambahnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan
adalah terkait masalah kesehatan. Masalah kesehatan di perkotaan umumnya
menjadi lebih kompleks, yang ditandai dengan tidak hanya munculnya penyakit
infeksi atau penyakit menular, tetapi juga penyakit tidak menular seperti penyakit
degeneratif. Salah satu penyakit menular yang prevalensinya semakin meningkat
dari tahun ke tahun yaitu hipertensi.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia dan gaya hidup.
Semakin bertambahnya usia, maka semakin rentan individu mengalami hipertensi
yang diakibatkan oleh perubahan struktur dan fungsi jantung dan pembuluh darah.
Sedangkan gaya hidup sebagai faktor risiko terkait dengan kebiasaan masyarakat
perkotaan yang kurang aktivitas, memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi
makan makanan yang berlemak, mengkonsumsi minuman beralkohol, mengalami
stres yang berlebihan, dan sebagainya.

Praktik keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di Kelurahan Sukatani


khususnya di RW 22 bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan yang
berfokus pada keluarga terutama keluarga Ibu A dengan lansia hipertensi.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada lansia di RW 22, persentase
lansia yang mengalami hipertensi didapatkan lebih dari lima puluh persen lansia
yang berada di RW 22 memiliki tekanan darah yang tinggi. Pengukuran dilakukan
54 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


55

pada 33 lansia yang berada di wilayah RW 22 dan pengukuran ini menjadi dasar
dalam menentukan keluarga yang dikelola oleh mahasiswa.

Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa berfokus pada asuhan


keperawatan keluarga dimana pendekatannya keluarga sebagai klien, yaitu
keluarga sebagai pusat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap semua
anggota keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa
pada keluarga Ibu A, khususnya pada Nenek K dengan hipertensi. Tanda dan
gejala pada Nenek K yang mengalami hipertensi yaitu tekanan darah Nenek K
berdasarkan hasil pengukuran yaitu 160/100 mmHg, Nenek K juga sering
mengelukan sakit kepala terutama akan langsung terasa setelah makan ikan asin
>1 potong.

Intervensi keperawatan yang dilakukan melibatkan keluarga dan berpedoman


pada lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009). Asuhan
keperawatan keluarga kepada keluarga Ibu A dilakukan oleh mahasiswa selama
enam minggu. Intervensi yang lebih efektif dalam mengontrol tekanan darah pada
Nenek K dengan hipertensi yaitu diet rendah garam. Intervensi ini dilakukan
dengan menerapkan pembatasan penggunaan garam yang masih diperbolehkan
bagi Nenek K per harinya. Intervensi juga dilakukan dengan menerapkan
penggunaan bumbu alami dapur untuk menambah rasa pada makanan dan
mensiasati rasa hambar karena penggunaan garam yang dengan takaran yang
sedikit pada Nenek K. Setelah dilakukan intervensi keluarga diharapkan dapat
menerapkan dan memantau pelaksaan diet rendah garam pada Nenek K.

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan masalah hipertensi pada Nenek K yaitu
dengan melakukan pengukuran tekanan darah setiap kali kunjungan,
mengevaluasi adanya tanda dan gejala hipertensi yang mungkin dirasakan oleh
Nenek K, serta upaya keluarga dalam menerapkan diet rendah garam untuk Nenek
K. Selama dilakukan pengukuran tekanan darah pada Nenek K, hasilnya tidak
selalu stabil namun tekanan darah pernah mencapai 130/90 mmHg yang pada
awal pengukuran 160/100 mmHg. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


56

darah sistolik sebesar 30 mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg. Keluarga
juga sudah melakukan diet rendah garam atau pembatasan penggunaan garam
pada makanan Nenek K dan menerapkan penggunaan bumbu dapur untuk
mensiasati rasa hambar pada makanan Nenek K.

Evaluasi juga dilakukan dengan menilai tingkat kemandirian keluarga Ibu A.


Hasil evaluasi berdasarkan tingkat kemandirian keluarga, yaitu keluarga berada
pada tingkat kemandirian III yang sebelumnya berada pada tingkat kemandirian
keluarga II. Kriteria pada tingkat kemandirian III yaitu keluarga sudah pada tahap
mampu melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan Keperawatan
Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan masyarakat
perkotaan dalam lingkup keluarga sebagai usaha dalam meningkatkan asuhan
keperawatan terutama pada keluarga dengan lansia hipertensi. Salah satu
intervensi yang dapat dikembangkan yaitu diet rendah garam sebagai salah satu
intervensi untuk mengontrol tekanan darah. Pendidikan keperawatan juga dapat
bekerjasama dengan pihak lain dalam mengembangkan asuhan keperawatan
keluarga, misalnya bekerja sama dengan pihak puskesmas karena asuhan
keperawatan keluarga merupakan program perkesmas yang dijalankan oleh
puskesmas.

5.2.2 Pelayanan Keperawatan


Perawat perlu melakukan kunjungan secara rutin pada keluarga dengan lansia
hipertensi, agar kesehatan lansia dengan hipertensi dapat terpantau. Selain itu,
dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga perlu dikembangkan
media yang sesuai kebutuhan keluarga dengan memperhatikan tingkat pendidikan
keluarga sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan kepada keluarga dapat
efektif. Perawat juga perlu melakukan modifikasi terhadap diet rendah garam
yang diterapkan agar nafsu makan lansia tetap baik, salah satunya yaitu dengan
penggunaan bumbu alami dapur. Pengoptimalan peran perawat juga dibutuhkan

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


57

dalam penemuan kasus di masyarakat terkait dengan lansia yang berisiko


hipertensi. Perawat berperan dalam melakukan usaha promotif dan preventif pada
masalah kesehatan yang banyak dialami oleh kelompok yang rentan yaitu salah
satunya lansia.

5.2.3 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan terutama dalam merawat lansia dengan
hipertensi. Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, yaitu dengan mencari informasi terkait kesehatan dengan
mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada dan memanfaatkan media cetak ataupun
elektronik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan.
Keluarga juga berperan penting dalam perawatan dan pencegahan hipertensi pada
lansia, untuk itu keluarga perlu melakukan pemantauan terkait dengan diet rendah
garam sebagai usaha untuk mengontrol tekanan darah. Selain itu, keluarga perlu
memberikan motivasi kepada lansia dengan hipertensi untuk memeriksakan
tekanan darah secara rutin ke fasilitas kesehatan yang tersedia, misalnya posbindu.

5.2.4 Penelitian Selanjutnya


Penelitian selanjutnya dapat memberikan informasi lebih mendalam dan lebih
baik terkait dengan hipertensi terutama pada lansia, faktor penyebab hipertensi,
keperawatan dengan menggunakan pendekatan keluarga, dan keefektifan diet
rendah garam untuk mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Penelitian selanjutnya dapat memberikan lebih banyak variasi metode ketika
melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga, agar asuhan keperawatan
keluarga yang diberikan menjadi lebih efektif.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Acelajado, M. C. (2010). Optimal management of hypertension in elderly patients.


Dove Press Journal: Integrated Blood Pressure Control, 3, 145-153.

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community health nursing:
Promoting and protecting the public’s health. 7th Ed. China: Lippincott
Williams & Wilkins.

Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2004). Community as partner: Theory and


practice in nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Badan Pusat Statistik. (2010). Peraturan kepala badan pusat statistik nomor 37
tahun 2010 tentang klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia.
Cetakan II. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta. Pengembangan kesehatan perkotaan.


Juli 9, 2014. http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/pkp.html

Balitbangkes. (2006). Operational study an integrated community-based


intervention program on common risk factors of major non-communicable
disease in Depok-Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Balitbangkes. (2007). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2007. Kementrian


Kesehatan RI.

Balitbangkes. (2013). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. Kementrian


Kesehatan RI.

BAPPEDA. (2009). Kelurahan Sukatani. Juli 10, 2014.


http://bappeda.depok.go.id/?pg=kelurahan.html&id=45

Bintarto, R. (1989). Interaksi desa-kota dan permasalahannya. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Carpenito-Moyet, L. J. (2000). Nursing diagnosis: Application to clinical


practice. 13th Ed. United State of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Carpenito-Moyet, L. J. (2010). Nursing diagnosis: Application to clinical


practice. 13th Ed. United State of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Darmojo. R. B. & Mariono, H. H. (2004). Geriatri (Ilmu kesehatan usia lanjut).


Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dao, H. H., Essalihi, R., Bouvet, C., & Moreau, P. (2005). Evolution and
modulation of age-related medial elastocalcinosis: Impact on large artery
stiffness and isolated systolic hypertension. Cardiovasc Res, 66, 307-317.
58 Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


59

Dewi, D., Setyoadi, & Widastra, N. M. (2009). Pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan persepsi nyeri pada lansia dengan artritis
rheumatoid. Jurnal Keperawatan Soedirman. 4.

Friedman, M. M., Bowden, V. R. & Jones, E. G. (2003). Family nursing:


research, theory and practice. 4th Ed. California: Appleton and Lange.

Geleijnse, J. M., Kok, F. J., & Grobbee, D. E. (2003). Blood pressure response to
change in sodium and potassium intake: A metaregression analysis of
randomized trials. Journal of Human Hypertension. 17, 471-480.

Gusmira, S. (2012). Evaluasi penggunaan antihipertensi konvensional dan


kombinasi konvensional-bahan alam pada pasien hipertensi di Puskesmas
wilayah Depok. Makara Kesehatan, 10, 77-83.

Harahap, F. A. (2013). Asuhan keperawatan keluarga Bapak S dengan masalah


ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak balita
di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok. Karya ilmiah akhir ners –
tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.

He, F. J., Campbell, N. R. C., & MacGregor, G. A. (2012). Reducing salt intake to
prevent hypertension and cardiovascular disease. Rev Panam Salud Publica,
32, 293-300.

Kaakinen, J. R, Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S. M. H. (2010).


Family health care nursing: Theory, practice, and research. 4th Ed.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Maglaya, A. S. (2009). Nursing practice in the community. 5th Ed. Philippine:


Argonauta Corporation.

Matyas, E., Jeitler, K., Horvath, K., Semlitsch, T., Hemkens, L. G., Pignitter, N.,
& Siebenhofer, A. (2011). Benefit assessment of salt reduction in patients
with hypertension: Systematic overview. Journal of Hypertension, 29, 821-
828.

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.

Pemerintah Kota Depok Kecamatan Tapos. Geografis: Letak geografis


Kecamatan Tapos. Juli 10, 2014. http://tapos.depok.go.id/profil/geografis

Pestana, M. (2002). Hypertension in the elderly. International Urology and


Nephrology, 33, 563-569.

Pusat Jantung Nasional (2011, November 01). Hipertensi: Mengapa tidak boleh
makan garam?. Juli 9, 2014. http://www.pjnhk.go.id/content/view/4042/31/
Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


60

Rahajeng, E. & Tuminah, S. (2009). Prevalensi hipertensi dan determinannya di


Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 59.

Reddy, K. S. & Katan, M. B. (2004). Diet, nutrition and the prevention of


hypertension and cardiovascular disease. Public Health Nutrition, 7, 167-
186.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. (2004). Brunner & Suddarth’s textbook of medical-


surgical nursing. 10th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. 5th Ed. St. Louis
United States: Mosby Inc.

Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.

Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor risiko hipertensi grade III pada masyarakat


(Studi kasus di Kabupaten Karanganyar). Thesis magister – tidak
dipublikasikan. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi
Universitas Diponegoro.

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.

Taylor, R. S., Ashton, K. E., Moxham, T., Hooper, L., & Ebrahim, S. (2011).
Reduced dietary salt for the prevention of cardiovascular disease: A meta-
analysis of randomized controlled trials (Cochrane review). American
Journal of Hypertension, 24, 843-853.

Temple, N. J., Wilson, T., & Jacobs, D. R. (2006). Nutritional health: Strategies
for disease prevention. 2nd Ed. New Jersey: Humana Press.

WHO. (2014). Definition of an older or elderly person: Proposed working


definition of an older person in Africa for the MDS project. Juli 9, 2014.
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/

Zuraidah, Maksuk, & Apriiliadi, N. (2012). Analisis faktor risiko penyakit


hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota Palembang
tahun 2012. Riset pembinaan tenaga kesehatan – tidak dipublikasikan.
Palembang: Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan
Palembang.

Universitas Indonesia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 1

PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama keluarga (KK) : Ibu A
2. Usia : 48 tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Buruh
5. Alamat dan telepon : Kampung Babakan RT 05/22 Kel. Sukatani,
Kec. Tapos, Depok
6. Komposisi keluarga
No. Nama Jenis Hubungan TTL/Umur Pendidikan
Kelamin dengan KK
1. Nenek K P Bibi 90 tahun Tidak Sekolah
2. Ibu N P Anak 30 tahun SMA
3. Bapak K L Anak 34 tahun SMA
4. Ibu An P Anak 38 tahun SMP
5. An. N P Cucu 11 tahun SD
Genogram

Kakek Ibu Bp. Ibu


Nenek
M A N M
K

An. M
Bp. Bp. Bp. Bp. Bp.
Ibu Ibu Ibu Ibu
S J D B K
F An B N

An.
N

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
atau : Meninggal
: Entry point
: Anggota Keluarga yang tinggal serumah

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

7. Tipe keluarga
Tipe keluarga Ibu A adalah multigenerational family, yaitu keluarga
dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.. Pada keluarga Ibu A, Nenek K merupakan bibi dari
Alm. Bapak N. Ibu N dan Ibu An merupakan anak dari Alm. Bapak N,
dan An. N merupakan anak dari Ibu N dengan Bapak K.
8. Suku
Ibu A dan Alm. Bapak N sama-sama berasal dari suku Betawi. Ibu A
mengatakan bahwa dirinya dan anak-anaknya tidak ada kebiasaan
tertentu dari suku Betawi hubungannya dengan kesehatan. Namun,
Nenek K mempunyai kebiasaan menggunakan daun menahong untuk
menghilangkan pusing dan nyeri pada bagian kaki. Nenek K mengatakan
bahwa dirinya mengetahui khasiat daun ini dari tetangga sekitar rumah
yang mayoritas adalah suku Betawi.
9. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Ibu A adalah islam, tidak ada
perbedaan agama dalam keluarga Ibu A. Ibu A mengatakan bahwa
dirinya terkadang mengikuti pengajian yang diadakan di salah satu
rumah warga yang terletak di RT 05 setiap minggunya. Ibu A
mengatakan bahwa kebiasaan ibadah keagamaan seperti sholat dan puasa
rutin dilakukan oleh keluarga. Selain itu, Ibu A juga mengatakan bahwa
oleh almarhum suaminya sudah sering dinasehati selain menjalankan
ibadah wajib jangan melupakan ibadah sunnah. Menurut Ibu A,
almarhum Bapak N sangat menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
10. Status sosek keluarga
Anggota keluarga yang bekerja yaitu Bapak K, Ibu A, Ibu N dan Ibu An.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari keluarga, anggota keluarga
yang bekerja saling mencukupi kebutuhan. Namun, karena Bapak K, Ibu
N dan Ibu An sudah memiliki keluarga sendiri maka sebagian besar
penghasilan yang di dapatkan digunakan untuk keluarga kecil mereka.
Ibu A mengatakan tidak pernah mengetahui berapa penghasilan dari

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

anggota keluarga yang sudah bekerja. Sedangkan untuk Ibu A yang


bekerja sebagai buruh, Ibu A mengatakan penghasilannya kurang dari
UMR Depok. Ibu A mengatakan penghasilan yang didapatkan biasanya
digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti
sayuran untuk dimasak. Selain itu penghasilan yang didapatkan juga
digunakan untuk membayar biaya listrik setiap bulannya. Ibu A
mengatakan jarang menggunakan uang penghasilannya untuk membeli
kebutuhan yang sifatnya tidak utama, seperti membeli baju. Barang-
barang elektronik yang dimiliki oleh keluarga diantaranya, televisi,
kulkas, setrika, penghangat nasi dan kipas angin. Ibu A mengatakan
dengan kondisi ekonomi keluarga saat ini bersyukur karena masih dapat
makan setiap hari. Ibu A mengatakan tidak ada dana khusus yang
disimpan sebagai dana kesehatan apabila salah satu anggota keluarga
sakit.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Ibu A mengatakan dalam hal kegiatan rekrasi keluarga tidak pernah ada
waktu khusus untuk bepergian ke suatu tempat rekreasi. Bagi Ibu A dan
keluarga berinteraksi dengan tetangga di sekitar rumah merupakan
rekreasinya. Bagi Nenek K berkunjung ke rumah saudaranya yang
kebetulan dekat dengan rumahnya kemudian berbagi cerita juga sudah
merupakan rekreasi. Begitupula bagi An. N, Ibu A mengatakan An. N
biasanya bermain dengan teman sebayanya setelah pulang sekolah. Ibu
A mengatakan dalam keluarganya tidak pernah menuntut untuk harus
bepergian atau berekreasi secara rutin. Ibu A mengatakan kondisi
ekonomi yang juga sudah berkurang sepeninggal Bapak N menjadikan
keluarga lebih memahami dan tidak terlalu banyak menuntut.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


12. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ibu A saat ini yaitu berada pada tahap ke-
7, yaitu keluarga dengan usia pertengahan yang dimulai saat anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

pasangan meninggal. Berdasarkan tugas perkembangan keluarga dengan


usia pertengahan ini Ibu A belum dapat mempertahankan kesehatan
dalam keluarga yang ditunjukkan dengan kondisi dari Nenek K yang
mengeluhkan sakit pada kakinya namun belum ke fasilitas pelayanan
kesehatan karena Nenek K seringkali menolak untuk dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Ibu A mengatakan hubungannya dengan anggota
keluarga baik, hingga saat ini belum pernah terjadi perselisihan dalam
keluarga. Hal ini menunjukkan tugas Ibu A dalam mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan anak-anaknya sudah terpenuhi.
Sedangkan tugas perkembangan Ibu A dalam meningkatkan keakraban
pasangan tidak dapat dilakukan karena Bapak N sudah meninggal.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasarkan tugas perkembangan keluarga pada keluarga Ibu A, tugas
perkembangan mempertahankan kesehatan dalam keluarga belum dapat
terpenuhi.
14. Riwayat keluarga inti
Almarhum Bapak N dan Ibu A menikah enam tahun yang lalu dan tidak
dikarunia anak dari hasil pernikahannya. Sebelumnya almarhum Bapak
N sudah pernah menikah dengan almarhum Ibu M yang dikarunia
delapan anak. Saat ini semua anak almarhum Bapak N dengan almarhum
Ibu M sudah menikah dan 2 orang anaknya tinggal di rumah yang
ditinggali oleh keluarga Ibu A saat ini. Bapak N dan Ibu M meninggal
karena sakit. Ibu N mengatakan tidak mengetahui secara jelas penyakit
apa yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal.
15. Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat penyakit dari keluarga almarhum Bapak N, Ibu A tidak
mengetahuinya. Sedangkan riwayat penyakit dari keluarga Ibu A, Ibu A
mengatakan tidak ada riwayat penyakit tertentu dalam keluarganya.

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

III. Lingkungan
16. Karakteristik rumah
Rumah Ibu A merupakan rumah permanen. Terdiri 8 ruangan, yaitu satu
ruang tamu, satu ruang keluarga, satu ruang makan, satu dapur, satu
kamar mandi, dan 3 kamar tidur. Ventilasi dan pencahayaan di dalam
rumah kurang. Terdapat 8 buah jendela, namun yang bisa dibuka hanya
3 buah. Ibu A mengatakan jendela yang lainnya rusak sehingga tidak
bisa dibuka. Rumah menggunakan lantai ubin dan atap rumah terbuat
dari genteng. Untuk jamban sudah baik keadaannya, kamar mandi sudah
berubin. Sumber air bersih berasal dari air sumur yang jaraknya sekitar
12 meter dari septic tank. Air bersih digunakan untuk mencuci, mandi
(MCK), sedangkan untuk memasak dan minum keluarga Ibu A
menggunakan air isi ulang. Terdapat selokan di samping dan belakang
rumah Ibu A. Selokan biasanya dibersihkan oleh Ibu A bersama dengan
Nenek K setiap harinya, sehingga air tampak selalu mengalir dengan
lancar. Pembuangan sampah pada rumah Ibu A dilakukan dengan
membakarnya.
Denah Rumah Keluarga Ibu A

Kamar
Ruang Ruang Mandi
Tidur Makan
Dapur
Pintu Samping
Ruang Ruang
Tidur Keluarga
Ruang
Tamu
Ruang Tidur

Pintu Depan

17. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Mayoritas tetangga keluarga Ibu A berasal dari suku betawi dengan
mayoritas pekerjaan yaitu sebagai buruh. Hubungan keluarga Ibu A
dengan tetangga sekitar rumah cukup baik. Ibu A mengatakan baik
dirinya maupun anggota kelurga yang lain sering berkomunikasi dengan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

tetangga sekitar rumah, terlebih jarak rumah keluarga Ibu A dengan


tetangga disekitar rumahnya hanya dipisahkan oleh halaman. Ibu A
mengatakan bahwa selama ini baik dirinya maupun anggota keluarganya
belum pernah berselisih dengan tetangga sekitar rumahnya. Menurut Ibu
A tetangga dilingkungan rumahnya sudah layaknya keluarga sendiri.
18. Mobilitas geografis keluarga
Almarhum Bapak N belum pernah pindah rumah sejak tinggal di RT 05
RW 22 Kelurahan Sukatani ini. Sedangkan Ibu A sebelum menikah
dengan almarhum Bapak N tinggal di RW 02 RW 22.
19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga biasanya berkumpul pada hari besar agama, karena pada hari
ini adik-adik dari Nenek K datang berkunjung. Selain itu, keluarga besar
dari almarhum Bapak N juga datang untuk bersilaturahmi. Untuk
interaksi dengan masyarakat di lingkungan rumah, keluarga Ibu A
terkadang mengikuti pengajian yang diadakan di rumah salah satu warga
setiap minggunya, biasanya pengajian diadakan pada hari jumat. Selain
itu, karena Nenek K sudah sepuh di lingkungan RW 22 maka pada hari
besar agama banyak tetangga yang datang berkunjung untuk mengetahui
kabar Nenek K. Adanya kegiatan ronda di lingkungan RW 22 ini juga
menjadi salah satu wadah perkumpulan dengan tetangga, terutama bagi
Bapak K yang setiap minggunya mendapat giliran untuk ronda.
20. Sistem pendukung keluarga
Ibu A mengatakan tetangga di sekitar rumahnya umumnya siap
membantu keluarganya ketika membutuhkan bantuan. Namun, sampai
saat ini jika terdapat masalah di keluarga Ibu A, sebisa mungkin
menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga terlebih dahulu.
Keluarga Ibu A memiliki kartu jaminan kesehatan, hal ini menurut Ibu A
memudahkan dalam mendapatkan pengobatan ketika ada salah satu
anggota keluarga yang sakit.

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

IV. Struktur Keluarga


21. Pola komunikasi keluarga
Ibu A mengatakan jika ada keluh kesah yang dirasakan oleh anggota
keluarga atau apapun biasanya akan dibicarakan bersama-sama dengan
anggota keluarga yang lain untuk mencari jalan keluar yang baik.
Biasanya Ibu A bersama dengan Ibu An yang meminta anggota keluarga
untuk berkumpul apabila sedang ada masalah dalam keluarga. Ibu A
mengatakan hingga sekarang memang dalam keluarga terkadang
terdapat hal yang mungkin saling menyinggung hingga menimbulkan
rasa tidak nyaman, namun karena anggota keluarga juga tidak sulit untuk
diajak menyelesaikan masalah secara baik-baik, sehingga sampai saat ini
belum sampai menemukan kesulitan ketika menyelesaikan masalah di
dalam keluarga.
22. Struktur kekuatan keluarga
Semenjak Bapak N meninggal, yang memiliki peranan lebih dalam
menetapkan keputusan dalam keluarga adalah Ibu A dan Ibu An. Tetapi
dalam menetapkan keputusan Ibu A dan Ibu An juga menanyakan
pendapat dari anggota keluarga lainnya.
23. Struktur peran
Semenjak Bapak N meninggal, Ibu A yang menggantikan peran sebagai
kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga Ibu A memegang peranan
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, sebagai ibu dan
membantu mencari nafkah. Selain Ibu A yang bekerja, dalam keluarga
Ibu N, Bapak K dan Ibu An juga bekerja sehingga Ibu A bukan sumber
pendapatan utama keluarga. Sebagai anak, Ibu N, Bapak K dan Ibu An
menghormati dan menyayangi Ibu A, begitu pula An. N sebagai cucu
Ibu A. An. N mengatakan menyanyangi semua anggota keluarga yang
tinggal di dalam rumah. Anggota keluarga yang biasanya menyiapkan
makanan yaitu Ibu A dan terkadang dibantu oleh Nenek K, sedangkan
anggota keluarga yang membersihkan rumah yaitu Ibu N, Ibu An dan
terkadang Nenek K dan Ibu A. Ibu A mengatakan tidak ada pembagian

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

tugas memasak ataupun membersihkan rumah yang benar-benar harus


ditaati oleh anggota keluarga.
24. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma yang diterapkan di dalam keluarga Ibu A yaitu, ketika
berbicara dengan orang lain terutama dengan orang yang lebih tua harus
menghadap lawan bicara dan berbicara dengan nada dan kata-kata yang
baik, tidak boleh memotong sebelum yang berbicara selesai. Selain itu,
di dalam keluarga Ibu A juga mengajarkan sopan santun ketika bertamu
ke rumah orang lain dan dalam berpakaian. Ibu A mengatakan bahwa
almarhum Bapak N menjaga nama baik keluarga, sehingga anak-
anaknya diajarkan agar baik dalam berperilaku, bertutur kata, dan
berpakaian.

V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi afektif
Anggota keluarga Ibu A saling menyayangi dan menghormati satu sama
lain. Walaupun semua anak almarhum Bapak N sudah menikah, namun
Ibu A selalu menyayangi dan memperhatikan anak-anaknya. Ibu N dan
Bapak K juga memperhatikan kebutuhan dari An. N yang masih
bersekolah pada tingkat sekolah dasar. Ibu A mengatakan bahwa semua
anggota keluarga selalu berusaha untuk diperhatikan.
26. Fungsi sosialisasi
Ibu A biasanya mengingatkan anggota keluarganya untuk bersosialisasi
dengan tetangga sekitar, meskipun hanya dengan menanyakan kabar. Ibu
An mengatakan bahwa sejak kecil almarhun Bapak N sudah
mengajarkan pentingnya sosialisasi denga tetangga, sehingga sampai
saat ini tidak terdapat masalah terkait sosialisasi dengan tetangga sekitar
rumah.
27. Fungsi perawatan keluarga
Setiap satu bulan sekali terdapat posbindu di dekat rumah. Namun,
Nenek K tidak pernah melakukan pemeriksaan karena Nenek K mengira
kegiatan posbindu yang dilakukan bersamaan dengan posyandu

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

diselenggarakan untuk balita. Ibu A mengatakan apabila anggota


keluarga ada yang sakit biasanya minum obat warung terlebih dahulu,
apabila dengan minum obat warung tidak sembuh barulah dibawa ke
puskesmas atau klinik dokter, atau rumah sakit. Ibu A mengatakan jika
ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga lain memberi
perhatian. Ibu A mengatakan bahwa menjaga kesehatan penting bagi diri
dan keluarganya. Menurut Ibu A sehat adalah keadaan dimana badan
terasa enak dan nyaman ketika melakukan berbagai aktivitas.
Sedangkan, sakit merupakan keadaan dimana badan tidak enak dan
nyaman ketika beraktivitas dan lebih baik untuk beristirahat ketika sakit.
Ibu A mengatakan senang apabila mendapat kunjungan keluarga seperti
ini karena bisa mendapatkan informasi terkait kesehatan.

Terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi, anggota keluarga yang


biasa memasak yaitu Ibu A yang terkadang dibantu oleh Nenek K. Ibu A
memasak untuk dimakan pada siang hari dan sore hari oleh anggota
keluarga. Pada pagi harinya biasanya Ibu A menyediakan nasi uduk yang
dibeli di warung dekat rumah. Makanan yang biasa dimasak oleh Ibu A
terdiri dari sayur bayam, tempe, tahu dan terkadang ikan. Ibu A
mengatakan selalu memasak sayur setiap harinya.

VI. Stress dan Koping Keluarga


28. Stresor jangka pendek
Stressor jangka pendek yang dirasakan oleh keluarga Ibu A yaitu
meninggalnya Bapak N 2 bulan yang lalu. Meninggalnya Bapak N
meninggalkan kesedihan bagi keluarga Ibu A, keluarga Ibu A kehilangan
kepala keluarga dan perannya Bapak N dalam keluarga.
29. Stresor jangka panjang
Menurut Ibu A stresor jangka panjang dalam keluarga yaitu terkait
dengan ekonomi keluarga. Ibu A mengatakan bahwa stresor ini memang
sudah sejak lama dirasakan, namun keluarga juga sudah dapat
beradaptasi dengan keadaan ekonomi yang dirasakan masih kurang.

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Keluarga menerima dengan ikhlas atas meninggalnya Bapak N sebagai
takdir yang telah ditentukan oleh Allah swt. Keluarga saat ini
memfokuskan bagaimana untuk tetap mempertahankan hubungan yang
baik sesama anggoota keluarga. Sedangkan untuk masalah ekonomi,
karena keluarga sudah beradaptasi dengan keadaan maka keluarga lebih
memikirkan keterpenuhan kebutuhan primer.
31. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mendoakan almarhum Bapak N agar mendapatkan tempat yang
baik di sisi-Nya. Sesama keluarga juga saling menguatkan sepeninggal
Bapak N. Sedangkan terkait dengan ekonomi keluarga, keluarga Ibu A
berencana untuk membuat tabungan bersama yang nantinya dapat
digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya mendesak.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Nenek K terkadang marah apabilan An. N membuat rumah menjadi
berantakan. Nenek K mengatakan bahwa dirinya sudah tidak kuat seperti
dahulu dan mudah lelah dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi Ibu
A mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sering marah-marah
karena menurut Ibu A tidak ada watak keras dalam keluarga.

VII. Harapan Keluarga


Harapan keluarga Ibu A yaitu dengan adanya kunjungan keluarga selama
tujuh minggu, keluarga dapat mengetahui masalah kesehatan yang mungkin
dialami oleh anggota keluarga. Selain itu, keluarga Ibu A berharap
mendapatkan informasi terkait penyakit tersebut dan mengetahui cara
pencegahan dan perawatannya.

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

VIII. Pemeriksaan Fisik


Komponen Ibu A Nenek K Ibu N Bapak K Ibu An An. N
Kepala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan/luka, benjolan/luka, benjolan/luka, benjolan/luka, benjolan/luka, benjolan/luka,
simetris, warna simetris, warna simetris, warna simetris, warna simetris, warna simetris, warna
rambut hitam, rambut putih, rambut hitam, rambut agak rambut hitam, rambut hitam,
lurus, agak tipis lurus, agak tipis lurus, tebal kecoklatan, lurus, lurus, tebal tebal
agak tipis
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera anemis, sklera tidak anemis, sklera anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, ikterik, simetris, tidak ikterik, tidak ikterik,
simetris, mata simetris, mata simetris, mata mata tidak cekung simetris, mata simetris, mata
tidak cekung tidak cekung tidak cekung tidak cekung tidak cekung
Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
sumbatan, cairan sumbatan, cairan sumbatan, cairan sumbatan, cairan (-) sumbatan, cairan sumbatan, cairan
(-) (-) (-) (-) (-)
Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
serumen, tidak serumen, tidak ada serumen, tidak ada serumen, tidak ada serumen, tidak ada serumen, tidak ada
ada bengkak, luka bengkak, luka dan bengkak, luka dan bengkak, luka dan bengkak, luka dan bengkak, luka dan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Komponen Ibu A Nenek K Ibu N Bapak K Ibu An An. N


dan kemerahan, kemerahan, kemerahan, kemerahan, simetris kemerahan, kemerahan,
simetris simetris simetris simetris simetris
Mulut Gigi putih, karang Gigi kehitaman, Gigi putih, karang Gigi putih, karang Gigi putih, karang Gigi putih, karang
gigi (+), tampak karang gigi (+), gigi (-), tampak gigi (-), tampak gigi (+), tampak gigi (-), tampak
lembab, sariawan tampak lembab, lembab, sariawan lembab, sariawan lembab, sariawan lembab, sariawan
(-) gigi yang masih (-) (-) (-) (-)
utuh yaitu 2 buah
gigi atas dan 2
buah gigi bawah,
sariawan (-)
Leher dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada kesulitan Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan kesulitan kesulitan menelan, kesulitan menelan, menelan, tidak ada kesulitan menelan, kesulitan menelan,
menelan, tidak tidak ada tidak ada pembesaran tidak ada tidak ada
ada pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar getah pembesaran pembesaran
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah bening, tidak ada kelenjar getah kelenjar getah
bening, tidak ada bening, tidak ada bening, tidak ada tanda radang, bening, tidak ada bening, tidak ada
tanda radang, tanda radang, tanda radang, distensi vena tanda radang, tanda radang
distensi vena distensi vena distensi vena jugularis (-) distensi vena

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Komponen Ibu A Nenek K Ibu N Bapak K Ibu An An. N


jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-) jugularis (-)
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler, bronkovesikuler,
RR 18x/menit RR 20x/menit RR 18x/menit RR 19x/menit RR 20x/menit RR 22x/menit
Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Ekstremitas Gerakan bebas, Gerakan agak Gerakan bebas, Gerakan bebas, Gerakan bebas, Gerakan bebas,
tidak ada nyeri, terbatas, tidak ada tidak ada nyeri, tidak ada nyeri, tidak ada nyeri, tidak ada nyeri,
tidak ada nyeri, tidak ada tidak ada benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada benjolan,
benjolan, tidak benjolan, tidak ada tidak ada bengkak, tidak ada bengkak, tidak ada bengkak, tidak ada bengkak,
ada bengkak, bengkak, tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada kemerahan, kemerahan, kemerahan, kemerahan, kemerahan,
kemerahan, kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
kekuatan otot 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555 4444 4334 5555 5555 5555 5555 5555 5555
5555 5555

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Komponen Ibu A Nenek K Ibu N Bapak K Ibu An An. N


Kulit Turgor kulit baik, Turgot kulit baik, Turgor kulit baik, Turgor kulit baik, Turgor kulit baik, Turgor kulit baik,
warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo warna kulit sawo
matang matang matang matang matang matang
Kuku Tidak ada yang Kuku bagian ibu Tidak ada yang Tidak ada kuku Tidak ada kuku Beberapa kuku
panjang, kuku jari panjang, kuku panjang, kuku yang panjang, kuku yang panjang, terlihat panjang
terawat dan cukup bersih, tidak bersih dan terawat, bersih dan terawat, kuku bersih dan dan agak kotor,
bersih, tidak sianosis tidak ada sianosis tidak ada sianosis terawat, tidak ada tidak ada sianosis
sianosis sianosis
Suhu tubuh 37.2oC 36.7oC 36.5oC 36.5oC 36.9oC 36.2oC
Berat Badan 60 kg 45 kg 54 kg 58 kg 65 kg 25 kg
Tinggi 160 cm 150 cm 158 cm 163 cm 155 cm 140 cm
Badan
Tekanan 130/70 mmHg 160/100 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg 120/70 mmHg -
Darah

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 2

ANALISIS DATA

Data Masalah Keperawatan


Data subjektif: Ketidakefektifan pemeliharaan
- Nenek K mengatakan kepalanya kesehatan pada Nenek K dengan
sering terasa pusing apabila hipertensi
mengkonsumsi >1 potong ikan asin
- Nenek K mengatakan
mengkonsumsi ikan asin <2 dalam
seminggu
- Nenek K mengatakan
mengkonsumsi kopi 2x/hari
- Nenek K mengatakan sulit untuk
mengurangi konsumsi kopi, karena
jika dikurangi kepalanya akan terasa
sakit
- Nenek K mengatakan tidak terlalu
suka dengan makanan yang
bersantan
- Nenek K mengatakan suka dengan
makanan yang asin
- Keluarga mengatakan bahwa
masakan untuk keluarga dimasak
oleh Ibu A
- Keluarga Nenek K mengatakan tidak
mengetahui kalau Nenek K
mengalami hipertensi
- Keluarga Nenek K mengatakan tidak
mengetahui tekanan darah yang
dikategorikan tinggi
- Keluarga Nenek K mengatakan
penyebab terjadinya hipertensi, yaitu
mengkonsumsi terlalu banyak ikan
asin
- Keluarga Nenek K mengatakan
tanda gejala seseorang yang
mengalami hipertensi, yaitu sakit
kepala
- Keluarga Nenek K mengatakan
akibat penyakit hipertensi, yaitu
stroke
- Keluarga Nenek K mengatakan cara
perawatan hipertensi, yaitu dengan
membatasi makan makanan yang
asin
- Nenek K mengatakan aktivitas
sehari-harinya, yaitu membantu Ibu

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Data Masalah Keperawatan


A memasak dan membersihkan
rumah
- Nenek K mengatakan tidak memiliki
masalah kesulitan untuk tidur
- Keluarga Nenek K mengatakan tidak
mengetahui modifikasi lingkungan
bagi anggota keluarga dengan
hipertensi
- Keluarga mengatakan belum pernah
membawa Nenek K ke fasilitas
pelayanan kesehatan

Data objektif:
- Tekanan darah: 160/100 mmHg,
Nadi: 82x/menit, Napas: 20x/menit,
Suhu: 36.7oC
- BB: 45 kg, TB: 150 cm, BMI: 20
(normal)
- Skala nyeri ketika sakit kepala 3
Data subjektif: Risiko jatuh pada Nenek K
- Nenek K mengatakan pernah
mengalami jatuh satu kali di
samping rumah karena lantai licin
terkena hujan
- Nenek K mengatakan bahwa bagian
kakinya sudah melemah
- Nenek K mengatakan daya
penglihatannya sudah menurun
- Nenek K mengatakan dirinya mudah
lelah jika terlalu berat melakukan
aktivitas
- Keluarga mengatakan penyebab
jatuh yaitu karena lantai yang licin
- Keluarga mengatakan akibat jatuh
yaitu kelumpuhan atau tidak bisa
berjalan
- Keluarga mengatakan faktor risiko
jatuh yaitu karena Nenek K yang
sudah mengalami penurunan daya
penglihatan, karena lantai licin
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui cara mengatasi atau
mencegah risiko jatuh pada Nenek K
- Keluarga mengatakan modifikasi
lingkungan bagi Nenek K adalah
mencegah lantai basah karena dapat
menyebabkan Nenek K terpeleset

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Data Masalah Keperawatan


- Keluarga mengatakan belum
membawa Nenek K ke fasilitas
pelayanan kesehatan sejak Nenek K
terjatuh

Data objektif:
- Tekanan darah: 160/100 mmHg,
Nadi: 82x/menit, Napas: 20x/menit,
Suhu: 36.7oC
- BB: 45 kg, TB: 150 cm, BMI: 20
(normal)
- Kekuatan otot 5555 5555
4444 4334
- Postur tubuh Nenek K membungkuk
- Pencahayaan di dalam rumah kurang
- Penataan barang-barang di rumah
cukup rapi
- Terlihat beberapa barang milik An.
N berserakan di lantai
Data subjektif Kesiapan untuk meningkatkan
- Nenek K mengatakan bahwa manajemen diri: lanjut usia pada Nenek
sekarang sudah tidak dapat K
melakukan aktivitas yang berat
- Nenek K mengatakan bahwa
pandangannya sudah kabur
- Nenek K mengatakan bahwa
pinggang terkadang sakit
- Nenek K mengatakan bahwa dirinya
saat ini ingin lebih banyak beribadah
- Nenek K mengatakan bahwa dirinya
ingin memiliki hubungan yang selalu
baik dengan keluarga dan saudara-
saudaranya
- Nenek K dan keluarga mengatakan
menyadari dan memaklumi
penurunan kondisi fisik pada Nenek
K saat ini sebagai tanda dirinya
sudah lanjut usia
- Nenek K mengatakan masih ingin
melakukan kegiataan yang masih
bisa dikerjakan
- Nenek K mengatakan walaupun
dirinya sudah tua, tetapi tidak mau
aktivitasnya hanya beristirahat

Data objektif
- Nenek K tampak antusias dalam

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Data Masalah Keperawatan


meningkatkan kesehatan dirinya
- Nenek K terlihat sering melakukan
beberapa pekerjaan rumah, seperti
menyapu dan memasak

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 3

SKORING MASALAH

Diagnosis keperawatan:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K dengan hipertensi
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah hipertensi
masalah: sudah terjadi pada
Aktual Nenek K, namun
Nenek K tidak
mengetahui
sebelumnya jika
mengalami hipertensi
Kemung- 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan
kinan dalam keluarga SMP
masalah dan SMA. Terdapat
untuk fasilitas pelayanan
diubah: kesehatan yang dekat
Mudah dengan rumah, yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Keluarga juga
memiliki motivasi
untuk melakukan
perawatan kepada
Nenek K ketika
mengetahui Nenek K
mengalami hipertensi
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Nenek K tidak
masalah memiliki kebiasaan
untuk makan makanan yang
dicegah: berlemak namun
Cukup senang
mengkonsumsi kopi
dan makanan yang
asin. Nenek K
mengatakan ingin
mengurangi makanan
atau minuman yang
menyebabkan tekanan
darah tinggi
Menonjol- 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
nya bahwa masalah
masalah: hipertensi pada Nenek
Segera K harus segera diatasi
diatasi agar tidak

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran


Tertinggi
menyebabkan kondisi
yang lebih buruk
Total
4 2/3
Skor

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis keperawatan:
Risiko jatuh pada Nenek K
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Nenek K mengatakan
masalah: sudah pernah
Risiko mengalami jatuh
tinggi sebanyak satu kali
akibat lantai yang
licin. Nenek K juga
mengatakan bahwa
kekuatan kakinya
sudah melemah dan
kemampuan
penlihatannya sudah
menurun
Kemung- 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Tingkat pendidikan
kinan anggota keluarga
masalah SMP dan SMA.
untuk Fasilitas pelayanan
diubah: kesehatan yang dekat
Sebagian dengan rumah yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Keluarga memiliki
kartu jaminan
kesehatan masyarakat.
Namun, kondisi
Nenek K sudah
mengalami perubahan
sebagai sesuatu yang
wajar dialami oleh
lansia
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Kondisi fisik Nenek
masalah K sudah mengalami
untuk penurunan. Namun,
dicegah: keluarga mengatakan
Cukup akan memperhatikan
lingkungan sekitar
rumah agar tidak
menyebabkan jatuh
pada Nenek K
Menonjol- 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
nya bahwa masalah risiko
masalah: jatuh pada Nenek K
Segera harus segera diatasi
diatasi karena akibat yang

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran


Tertinggi
ditimbulkan jika
Nenek K jatuh yaitu
bisa saja nyeri,
kelumpuhan, ataupun
kematian
Total
3 1/3
Skor

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis keperawatan:
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: usia lanjut pada Nenek K
Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah ini
masalah: merupakan masalah
Potensial yang sifatnya
potensial karena
berdasarkan
pengkajian Nenek K
sudah dapat
melakukan
manajemen diri
terkait dengan usia
lanjut dengan baik
Kemung- 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan
kinan dalam keluarga yaitu
masalah SMP dan SMA.
untuk Fasilitas kesehatan
diubah: yang dapat
Mudah dimanfaatkan dan
letaknya tidak jauh
dari rumah yaitu
posbindu, puskesmas
dan klinik dokter.
Selain itu, keluarga
memiliki kartu
jaminan kesehatan.
Keluarga juga
memiliki motivasi
untuk meningkatkan
kesehatan pada Nenek
K
Potensi 2 3 1 2/3 x 1 = 1 Nenek K sudah dapat
masalah melakukan
untuk manajemen diri
dicegah: terkait dengan usia
Cukup lanjut, sehingga
Nenek K dan keluarga
bertugas untuk
meningkatkan atau
paling tidak
mempertahankan
kondisi yang sekarang
ini sudah baik
Menonjol- 0 2 1 0/2 x 1 = 0 Masalah ini tidak
nya dirasakan oleh Nenek

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran


Tertinggi
masalah: K dan keluarga
Tidak karena manajemen
dirasakan diri Nenek K terkait
dengan lanjut usia
sudah baik, sehingga
bukan dijadikan
sebagai masalah
Total
2 2/3
Skor

Berdasarkan skoring, urutan prioritas diagnosis keperawatan pada keluarga Ibu A


adalah:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K dengan hipertensi
2. Risiko jatuh pada Nenek K
3. Kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: lanjut usia pada Nenek K

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 4

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Keluarga (KK) : Ibu A (48 tahun)


Alamat : Kampung Babakan RT 05/22 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok
Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi
No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah dilakukan
pemeliharaan dilakukan pertemuan ke 2
kesehatan pada intervensi selama 1x45
Nenek K dengan selama 4x45 menit, keluarga
hipertensi menit mampu mengenal
keluarga masalah
mampu hipertensi, dengan
merawat mampu:
anggota 1.1. Menyebutkan Respon Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
keluarganya definisi verbal bahwa hipertensi adalah keluarga mengenai pengertian hipertensi (darah
yang hipertensi keadaan dimana tinggi)
mengalami (darah tinggi) seseorang mengalami b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi/pe peningkatan tekanan pemahaman keluarga yang benar
meliharaan darah diatas normal yang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
kesehatan ditunjukkan dengan pengertian hipertensi (darah tinggi) dengan
pada Nenek tekanan darah sistolik menggunakan media lembar balik
K menjadi lebih dari 140 mmHg d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
efektif dan diastolik lebih dari bertanya tentang materi yang disampaikan
90 mmHg dalam periode e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
yang panjang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan 5 dari 10 keluarga mengenai penyebab timbulnya hipertensi
timbulnya penyebab hipertensi, b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi yaitu: pemahaman keluarga yang benar
1) Keturunan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
2) Usia penyebab hipertensi dengan menggunakan media
3) Penggunaan garam lembar balik
4) Kolesterol d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
5) Obesitas/kegemukan bertanya tentang materi yang disampaikan
6) Stres e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
7) Rokok belum dimengerti
8) Kopi f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
9) Alkohol telah dijelaskan
10) Kurang olahraga g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
tanda dan gejala verbal menyebutkan 4 dari 7 keluarga mengenai tanda dan gejala hipertensi
hipertensi tanda dan gejala b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi, yaitu: pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala
1) Sakit kepala hipertensi yang benar
2) Sulit tidur c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda
3) Nyeri tengkuk dan gejala hipertensi dengan menggunakan media

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
4) Kelelahan lembar balik
5) Sesak napas d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
6) Telinga berdengung bertanya tentang materi yang disampaikan
7) Mual muntah e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.4. Mengidentifika- Respon Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
si anggota afektif bahwa Nenek K keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
keluarga yang mengalami hipertensi hipertensi
mengalami b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
hipertensi dikemukan keluarga yang tepat

2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah
kesehatan
hipertensi
2.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
akibat dari verbal menyebutkan 3 dari 4 keluarga mengenai akibat hipertensi apabila tidak
hipertensi akibat hipertensi apabila ditangani
apabila tidak tidak ditangani, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
ditangani 1) Cedera/jatuh pemahaman akibat hipertensi yang benar
2) Stroke c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
3) Serangan jantung akibat hipertensi dengan menggunakan media
4) Kematian lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

2.2. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan mengatasi penyakit akan adanya masalah sesuai dengan materi yang
mengatasi hipertensi telah diberikan
masalah b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
kesehatan anggota keluarga dengan hipertensi
hipertensi c. Berikan reinforcement positif atas keputusan yang
telah diambil

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
masalah
kesehatan
hipertensi
3.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
cara pencegahan verbal menyebutkan 5 dari 7 keluarga mengenai cara pencegahan hipertensi
hipertensi cara pencegahan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
hipertensi, yaitu: pemahaman pencegahan hipertensi yang benar
1) Rutin memeriksakan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara
tekanan darah pencegahan hipertensi dengan menggunakan
2) Menghidari media lembar balik
kegemukan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
3) Kurangi makan bertanya tentang materi yang disampaikan
makanan berlemak e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
4) Hindari merokok dan belum dimengerti
konsumsi kopi f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
berlebihan telah dijelaskan
5) Hindrari stres yang g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
berlebihan
6) Hindari konsumsi
garam berlebihan
7) Hindari konsumsi
makanan olahan
berlebihan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara perawatan verbal menyebutkan 4 dari 6 dilakukan saat Nenek K merasakan tanda dan
hipertensi cara perawatan gejala hipertensi dan bagaimana hasilnya
hipertensi, yaitu: b. Diskusikan cara perawatan hipertensi dengan
1) Olahraga secara menggunakan lembar balik
teratur c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
2) Cukup istirahat bertanya tentang materi yang disampaikan
3) Melakukan teknik d. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
relaksasi: napas belum dimengerti
dalam e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
4) Melakukan kompres telah dijelaskan
air hangat ketika f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
nyeri
5) Diet rendah garam
6) Diet makanan

Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemonstrasi Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi yaitu dengan cara

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
perawatan perawatan hipertensi, teknik relaksasi napas dalam
hipertensi yaitu teknik relaksasi b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara
napas dalam sebagai perawatan hipertensi dengan teknik relaksasi napas
salah satu cara untuk dalam
mengurangi nyeri. c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
Langkah-langkahnya: kembali cara perawatan hipertensi dengan teknik
1) Ciptakan lingkungan relaksasi napas dalam
yang tenang dan d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
rileks yang dicapai oleh keluarga
2) Tarik napas dari
hidung, tahan 2-3
detik kemudian
keluarkan secara
perlahan melalui
mulut
3) Ulangi beberapa kali
sampai merasa lebih
tenang atau pusing
berkurang

Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara


psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi yaitu dengan diet
perawatan hipertensi, rendah garam
yaitu diet rendah garam b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara
dengan menunjukkan perawatan hipertensi dengan diet rendah garam.

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
penggunaan garam bagi Tunjukkan dengan menggunakan takaran sendok
anggota keluarga yang teh garam yang masih boleh dikonsumsi oleh
mengalami hipertensi. Nenek K
1) ½ sendok teh perhari c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
jika tekanan darah kembali cara perawatan hipertensi dengan diet
140-159/90-99 rendah garam. Minta kepada keluarga untuk
mmHg menunjukkan takaran garam yang masih boleh
2) ¼ sendok teh perhari dikonsumsi oleh Nenek K
jika tekanan darah d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
160-179/100-109 yang dicapai oleh keluarga
mmHg
3) Makanan tanpa
garam jika tekanan
darah >180/110
mmHg

Setelah dilakukan
pertemuan ke 4
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemonstrasi Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi yaitu dengan cara

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
perawatan perawatan hipertensi, kompres air hangat
hipertensi yaitu kompres air hangat b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara
sebagai salah satu cara perawatan hipertensi dengan kompres air hangat
untuk mengurangi nyeri c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
pada tengkuk. Langkah- kembali cara perawatan hipertensi dengan kompres
langkahnya: air hangat
1) Sediakan air hangat d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
dalam baskom dan yang dicapai oleh keluarga
waslap
2) Basahkan waslap
kemudian peras dan
tempelkan pada
bagian tengkuk yang
sakit
3) Basahkan kembali
waslap ketika sudah
tidak terasa hangat
dikulit
4) Lakukan hingga nyeri
dibagian tengkuk
berkurang atau
mereda

Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara


psikomotor mendemonstrasikan cara perawatan untuk hipertensi dengan cara diet

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
perawatan hipertensi, makanan yang tepat bagi penderita hipertensi
yaitu dengan diet b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara
makanan yang tepat bagi perawatan hipertensi dengan cara diet makanan
penderita hipertensi dan yang tepat bagi penderita hipertensi (makanan yang
dapat menyusun menu masih boleh dikonsumsi, yang harus dibatasi dan
makanan sehari untuk yang harus dihindari oleh penderita hipertensi)
penderita hipertensi. dengan menggunakan kartu makanan
Keluarga diminta untuk c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
memilih makanan yang kembali cara perawatan hipertensi dengan diet
masih boleh dikonsumsi, makanan. Keluarga diminta untuk
yang harus dibatasi dan mengelompokkan makanan yang masih boleh
yang harus dihindari oleh dikonsumsi, yang harus dibatasi dan yang harus
Nenek K dihindari oleh penderita hipertensi
d. Motivasi keluarga untuk bersama-sama menyusun
makanan dalam sehari untuk Nenek K
e. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga

4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 5
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan yang

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
sesuai untuk
penderita
hipertensi, dengan
mampu:
4.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
cara verbal menyebutkan modifikasi penderita hipertensi
memodifikasi lingkungan yang sesuai b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
lingkungan untuk penderita memodifikasi lingkungan untuk penderita
untuk penderita hipertensi, yaitu: hipertensi dengan menggunakan lembar balik
hipertensi 1) Menciptakan c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
lingkungan yang memodifikasi lingkungan untuk penderita
tenang hipertensi
2) Bila penderita sudah d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang
mengalami belum dimengerti
pandangan kabur, e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang
ciptakan lingkungan belum dimengerti
rumah yang aman f. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
dengan pencahayaan yang dicapai oleh keluarga
cukup, lantai tidak
licin, sediakan
pegangan untuk
berjalan, barang di
dalam rumah tertata
dengan baik

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
4.2. Menunjukkan Kunjungan Keluarga melakukan a. Lakukan kunjungan di luar jadwal/kontrak
perubahan ke rumah modifikasi lingkungan b. Berikan reinforcement positif pada perubahan
lingkungan keluarga yang tepat untuk anggota lingkungan yang sudah dilakukan oleh keluarga
yang tepat bagi tanpa keluarga dengan
anggota direncanakan hipertensi
keluarga yang
mengalami
hipertensi

5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
melakukan
pengobatan dan
perawatan
hipertensi, dengan
mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan untuk kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dirujuk dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
5.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
manfaat fasilitas verbal menyebutkan manfaat keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
pelayanan fasilitas kesehatan, yaitu: kesehatan
kesehatan 1) Sarana untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemeriksaan pemahaman yang benar
2) Sarana perawatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
atau pengobatan manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
3) Sarana mendapatkan d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
informasi manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk pemeriksaan dan b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk pengobatan penyakit untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
memeriksakan hipertensi
penyakit
hipertensi

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
2. Risiko jatuh Setelah 1. Setelah dilakukan
pada Nenek K dilakukan pertemuan ke 6
intervensi selama 1x45
selama 3x45 menit, keluarga
menit mampu mengenal
keluarga masalah risiko
mampu jatuh, dengan
mengatasi mampu:
dan 1.1. Menyebutkan Respon Jatuh adalah kondisi a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
mencegah pengertian jatuh verbal seseorang yang tiba-tiba oleh keluarga mengenai pengertian jatuh
masalah dan tidak sengaja b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
risiko jatuh terbaring atau terduduk pemahaman keluarga yang benar
pada Nenek di lantai c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
K pengertian jatuh dengan menggunakan media
lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab verbal menyebutkan penyebab keluarga mengenai penyebab terjadinya jatuh

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
terjadinya jatuh terjadinya jatuh, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Kecelakaan pemahaman keluarga yang benar
2) Obat-obatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
3) Penyakit akut penyebab jatuh dengan menggunakan media lembar
balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
faktor risiko verbal menyebutkan faktor keluarga mengenai faktor risiko jatuh
jatuh risiko jatuh, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Faktor intrinsik atau pemahaman keluarga mengenai faktor risiko jatuh
faktor penuaan, yang benar
seperti penurunan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai faktor
fungsi penglihatan, risiko jatuh dengan menggunakan media lembar
kekuatan otot yang balik
melemah d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
2) Faktor ekstrinsik atau bertanya tentang materi yang disampaikan
lingkungan, seperti e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
lantai yang tidak belum dimengerti

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
datar dan licin, f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
penerangan yang telah dijelaskan
kurang, tempat tidur g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
yang tidak stabil,
benda-benda yang di
jadikan alas mudah
tergeser dan licin

1.4. Mengidentifikasi Respon Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
anggota keluarga afektif bahwa Nenek K berisiko keluarga yang mempunyai faktor risiko jatuh
yang berisiko jatuh b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah
jatuh dikemukan keluarga

2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang
berisiko jatuh
2.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
akibat jatuh verbal menyebutkan akibat keluarga mengenai akibat jatuh
jatuh, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Nyeri pemahaman akibat jatuh yang benar
2) Kelumpuhan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3) Kematian akibat jatuh dengan menggunakan media lembar
balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

2.2. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan mengatasi masalah akan adanya masalah sesuai dengan materi yang
mengatasi risiko jatuh pada Nenek telah diberikan
masalah risiko K b. Bantu keluarga untuk memutuskan mengatasi
jatuh pada Nenek masalah risiko jatuh pada anggota keluarga
K c. Berikan reinforcement positif atas keputusan yang
telah diambil

3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami
masalah risiko
jatuh

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara perawatan verbal menyebutkan cara telah dilakukan untuk mengatasi masalah risiko
sederhana untuk perawatan sederhana jatuh pada Nenek K
anggota keluarga untuk anggota keluarga b. Diskusikan cara perawatan sederhana untuk
yang mengalami yang mengalami masalah anggota keluarga yang mengalami masalah risiko
masalah risiko risiko jatuh, yaitu: jatuh dengan menggunakan lembar balik
jatuh 1) Latihan kekuatan otot c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
2) Latihan bertanya tentang materi yang disampaikan
keseimbangan d. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

Setelah dilakukan
pertemuan ke 7
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
sederhana bagi
anggota keluarga
yang mengalami

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
masalah risiko jatuh
3.2. Mendemonstrasi- Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara melakukan latihan kekuatan otot dengan benar
melakukan melakukan latihan b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara
latihan kekuatan kekuatan otot dengan melakukan latihan kekuatan otot dengan benar
otot benar c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali cara melakukan latihan kekuatan otot
dengan benar
d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga

Setelah dilakukan
pertemuan ke 8
selama 1x45 menit,
keluarga mampu
mendemonstrasikan
cara perawatan
sederhana bagi
anggota keluarga
yang mengalami
masalah risiko jatuh,
mampu memodifikasi
lingkungan dan
memanfaatkan
fasilitas kesehatan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
yang tersedia
3.3 Mendemonstrasi- Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
kan cara psikomotor mendemonstrasikan cara melakukan latihan keseimbangan dengan benar
perawatan perawatan sederhana b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai latihan
sederhana bagi bagi anggota keluarga keseimbangan dengan benar
anggota keluarga yang mengalami masalah c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
yang mengalami risiko jatuh, yaitu latihan kembali cara perawatan sederhana bagi anggota
masalah risiko keseimbangan keluarga yang mengalami masalah risiko jatuh
jatuh dengan latihan keseimbangan
d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga

4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai untuk
anggota keluarga
yang berisiko
jatuh, dengan
mampu:
4.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
cara verbal menyebutkan modifikasi anggota keluarga yang mengalami masalah risiko
memodifikasi lingkungan yang sesuai jatuh
lingkungan untuk anggota keluarga b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
untuk anggota yang mengalami masalah memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
keluarga yang risiko jatuh, yaitu: yang mengalami masalah risiko jatuh
mengalami 1) Menggunakan karpet c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
masalah risiko antislip di kamar memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga
jatuh mandi yang mengalami masalah risiko jatuh
2) Penerangan di dalam d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang
rumah cukup belum dimengerti
3) Mengatur barang- e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang
barang di dalam belum dimengerti
rumah agar tidak f. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
menghalangi jalan yang dicapai oleh keluarga
yang biasa untuk
melintas
4) Gunakan lantai yang
tidak licin
5) Pasang pegangan
tangan ditempat yang
diperlukan seperti
misalnya di kamar
mandi
6) Hindari penggunaan
furnitur yang beroda

4.2. Menunjukkan Kunjungan Keluarga melakukan a. Lakukan kunjungan di luar jadwal/kontrak


perubahan ke rumah modifikasi lingkungan b. Berikan reinforcement positif pada perubahan
lingkungan keluarga yang tepat untuk anggota lingkungan yang sudah dilakukan oleh keluarga

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
yang tepat bagi tanpa keluarga yang
anggota direncanakan mengalami masalah
keluarga yang risiko jatuh
mengalami
masalah risiko
jatuh

5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
melakukan
pencegahan dan
perawatan bagi
anggota keluarga
yang mengalami
masalah risiko
jatuh, dengan
mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan untuk kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dirujuk dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3) Klinik dokter

5.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
manfaat fasilitas verbal menyebutkan manfaat keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
pelayanan fasilitas kesehatan, yaitu: kesehatan
kesehatan 1) Sarana untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemeriksaan pemahaman yang benar
2) Sarana perawatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
atau pengobatan manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
3) Sarana mendapatkan d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
informasi manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk mengatasi risiko b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk jatuh yang dialami oleh untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
mengatasi risiko anggota keluarga
jatuh

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
3. Kesiapan untuk Setelah 1. Setelah dilakukan
meningkatkan dilakukan pertemuan ke 9
manajemen diri: intervensi selama 1x45
lanjut usia pada selama 2x45 menit, keluarga
Nenek K menit mampu mengenal
perilaku lansia, dengan
kesehatan mampu:
lansia 1.1. Menyebutkan Respon Lansia merupakan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
meningkat pengertian lansia verbal keadaan yang terjadi di keluarga mengenai pengertian lansia
dalam kehidupan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
manusia yang ditandai pemahaman keluarga yang benar
dengan kulit yang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
mengendur, rambut pengertian lansia dengan menggunakan media
memutih, gigi mulai lembar balik
tanggal, pendengaran d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
kurang jelas, penglihatan bertanya tentang materi yang disampaikan
kurang jelas, gerakan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
lambat dan tubuh tidak belum dimengerti
proporsional f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
karakteristik usia verbal menyebutkan keluarga mengenai karakteristik lansia
lansia karakteristik lansia, yaitu b. Berikan pujian kepada keluarga tentang

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
individu yang berusia pemahaman keluarga yang benar
>60 tahun c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
karakteristik lansia dengan menggunakan media
lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

1.3. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
perubahan yang verbal menyebutkan 3 tanda keluarga mengenai tanda perubahan yang terjadi
terjadi pada perubahan yang terjadi pada lansia
lansia pada lansia: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1) Perubahan fisik pemahaman keluarga mengenai tanda perubahan
(mudah lelah, mudah yang terjadi pada lansia yang benar
jatuh, nyeri pinggang, c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda
panggul, punggung, perubahan yang terjadi pada lansia dengan
keluhan pusing, menggunakan media lembar balik
gangguan tidur, d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
gangguan jantung, bertanya tentang materi yang disampaikan
berat badan menurun, e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
gangguan belum dimengerti

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
pendengaran, f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
gangguan telah dijelaskan
penglihatan, g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
gangguan eliminasi)
2) Perubahan
psikososial
(kehilangan peranan,
kehilangan pekerjaan,
kehilangan finansial,
kehilangan pasangan
dan teman)
3) Perubahan spiritual
(peningkatan ibadah)

2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
meningkatkan
kesehatan Nenek
K yang telah
lansia
2.1. Mengambil Respon Keluarga mengatakan a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari
keputusan untuk afektif akan meningkatkan pentingnya meningkatkan kesehatan Nenek K yang
meningkatkan kesehatan Nenek K yang telah lansia
kesehatan Nenek telah lansia b. Bantu keluarga untuk memutuskan meningkatkan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
K yang telah kesehatan Nenek K yang telah lansia
lansia c. Berikan reinforcement positif atas keputusan yang
telah diambil

3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan
lansia
3.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara verbal dan menyebutkan dan sudah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
meningkatkan respon mendemonstrasikan cara Nenek K
kesehatan lansia psikomotor meningkatkan kesehatan b. Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah
pada lansia: dilakukan oleh keluarga
1) Aktivitas yang sesuai c. Diskusikan cara meningkatkan kesehatan pada
2) Perhatikan nutrisi Nenek K dengan menggunakan lembar balik
makanan dan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
minuman (hindari bertanya tentang materi yang disampaikanBerikan
makanan tinggi e. penjelasan ulang terhadap materi yang belum
lemak) dimengerti
3) Kompres hangat pada f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
bagian pinggang yang telah dijelaskan
nyeri g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4) Menghindari aktivitas
yang dapat
menyebabkan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
gangguan tidur,
seperti hindari minum
teh sebelum tidur
5) Melakukan aktivitas
peningkatan spiritual,
seperti pengajian
6) Melakukan aktivitas
peningkatan
sosialisasi, seperti,
interaksi yang baik
dengan suami, anak,
cucu dan tetangga

4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 10
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan yang
sesuai untuk
meningkatkan
kesehatan lansia
4.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk
cara verbal menyebutkan modifikasi meningkatkan kesehatan pada lansia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
memodifikasi lingkungan yang sesuai b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
lingkungan untuk untuk meningkatkan memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan
meningkatkan kesehatan pada lansia, kesehatan pada lansia dengan menggunakan lembar
kesehatan lansia yaitu: balik
1) Membuat jadwal c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
kegiatan sehari-hari memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan
2) Memadamkan lampu kesehatan pada lansia
untuk meningkatkan d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang
kualitas tidur belum dimengerti
3) Menyusun menu e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang
sehat untuk lansia belum dimengerti
4) Memperhatikan lantai f. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
agar tidak licin, yang dicapai oleh keluarga
sehingga mengurangi
risiko jatuh
5) Menjauhkan benda-
benda tajam untuk
mengurangi risiko
cedera

4.2. Menunjukkan Kunjungan Keluarga melakukan a. Lakukan kunjungan di luar jadwal/kontrak


perubahan ke rumah modifikasi lingkungan b. Berikan reinforcement positif pada perubahan
lingkungan yang keluarga yang tepat untuk lingkungan yang sudah dilakukan oleh keluarga
tepat untuk tanpa meningkatkan kesehatan
meningkatkan direncanakan pada lansia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
kesehatan pada
lansia

5. Keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan
kesehatan lansia,
dengan mampu:
5.1. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
tempat pelayanan verbal menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan yang kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
dapat dikunjungi dikunjungi: fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
1) Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter

5.2. Menyebutkan Respon Keluarga mampu a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
manfaat fasilitas verbal menyebutkan manfaat keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
pelayanan fasilitas kesehatan, yaitu: kesehatan
kesehatan 1) Sarana untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemeriksaan pemahaman yang benar
2) Sarana perawatan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi


No Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
atau pengobatan manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
3) Sarana mendapatkan d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
informasi manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga

5.3. Mengunjungi Respon Keluarga mengunjungi a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas afektif pelayanan kesehatan kesehatan
pelayanan untuk memeriksakan b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
kesehatan untuk kesehatan lansia untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
memeriksakan
kesehatan lansia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 5

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Nama keluarga (KK) : Ibu A (48 tahun)
Alamat : Kampung Babakan RT 05/22 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok
Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
Sabtu  Mengucapkan salam S:
10 Mei 2014  Menanyakan keluhan keluarga saat ini  Keluarga menjawab salam
 Mengingatkan kontak waktu  Keluarga mengatakan bahwa saat ini sedang tidak
 Menjelaskan tujuan kunjungan merasakan keluhan terkait dengan kesehatan
 Melakukan pengkajian sesuai dengan
format perkesmas O:
 Respon keluarga positif terhadap kedatangan mahasiswa
 Keluarga aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh mahasiswa
 Hasil pengkajian dengan format perkesmas terlampir

A:
Pengkajian dengan menggunakan format perkesmas tercapai

P:
 Memvalidasi data here and now
 Melakukan intervensi TUK 1-3 untuk masalah kesehatan
pada Nenek K dengan hipertensi
Senin Ketidakefektifan  Mengucapkan salam S:
12 Mei 2014 pemeliharaan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
kesehatan pada  Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
Nenek K dengan  Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


hipertensi Menjelaskan dengan menggunakan  Keluarga mengatakan bahwa hipertensi adalah keadaan
lembar balik dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
TUK 1 diatas normal, yaitu lebih dari 140/90 mmHg dalam
 Melakukan pengukuran tanda-tanda periode yang panjang
vital pada Nenek K  Keluarga mengatakan bahwa penyebab timbulnya
 Menjelaskan tentang definisi hipertensi, yaitu penggunaan garam yang berlebihan, stress
hipertensi yang berlebihan, terlalu banyak makan makanan berlemak,
 Memotivasi keluarga untuk kurang berolahraga, dan minum kopi berlebihan
menyebutkan kembali tentang definisi  Keluarga mengatakan bahwa tanda dan gejala hipertensi,
hipertensi yaitu sakit kepala/pusing, nyeri pada tengkuk, sulit tidur
 Menjelaskan tentang penyebab dan mudah lelah
timbulnya hipertensi  Keluarga mengatakan bahwa Nenek K mengalami
 Memotivasi keluarga untuk hipertensi dengan tanda dan gejala yaitu mengeluhkan sakit
menyebutkan kembali penyebab kepala/pusing dan merasa mudah lelah
hipertensi pada Nenek K  Keluarga mengatakan akibat hipertensi apabila tidak
 Menjelaskan tentang tanda dan gejala ditangani, yaitu serangan jantung, stroke dan kematian
hipertensi  Keluarga mengatakan akan merawat dan mengatasi
 Membantu keluarga mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh Nenek K, yaitu
anggota keluarga yang mengalami hipertensi
hipertensi berdasarkan tanda dan  Keluarga mengatakan cara mencegah penyakit hipertensi
gejala yang ada yaitu rutin memeriksakan tekanan darah minimal satu
 Bersama dengan keluarga bulan sekali, mengurangi konsumsi makanan berlemak,
menyimpulkan masalah yang dihadapi menghindari konsumsi kopi berlebihan, menghindari
oleh keluarga konsumsi garam secara berlebihan dan menghindari stress
 Memberikan reinforcement positif atas yang berlebihan
usaha keluarga dalam menyebutkan  Keluarga mengatakan cara perawatan bagi anggota
kembali definisi, penyebab, tanda dan keluarga dengan hipertensi yaitu melakukan teknik

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


gejala hipertensi serta kemampuan relaksasi napas dalam, kompres air hangat ketika nyeri, diet
keluarga dalam mengidentifikasi rendah garam dan berolahraga
anggota keluarga yang mengalami
hipertensi O:
 Memberikan kesempatan kepada  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
keluarga untuk bertanya Tekanan darah: 160/90 mmHg, Nadi: 80x/menit,
Napas: 22x/menit
TUK 2  Pusing (-), nyeri tengkuk (-)
 Menjelaskan kepada keluarga tentang  Keluarga aktif selama diskusi
akibat hipertensi apabila tidak  Keluarga aktif bertanya
ditangani  Keluarga kooperatif selama diskusi
 Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali akibat A:
hipertensi apabila tidak ditangani  Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
 Mendiskusikan kembali dengan hipertensi yang dialami oleh Nenek K
keluarga untuk merawat anggota  TUK 1-3 (secara kognitif) tercapai
keluarga dengan hipertensi
 Memberikan reinforcement positif atas P:
jawaban keluarga dan keputusan  Melanjutkan intervensi TUK 3 secara psikomotor yaitu diet
keluarga untuk merawat anggota rendah garam dan teknik relaksasi napas dalam
keluarga yang mengalami hipertensi  Keluarga mengingat-ingat kembali materi yang telah
 Berikan kesempatan kepada keluarga disampaikan
untuk bertanya

TUK 3
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
cara pencegahan untuk penyakit

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


hipertensi
 Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara
pencegahan hipertensi
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
cara perawatan untuk anggota keluarga
dengan hipertensi
 Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara perawatan
hipertensi di rumah
 Memberikan reinforcement positif atas
usaha keluarga dalam menyebutkan
kembali cara pencegahan dan
perawatan hipertensi
 Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
 Memberikan leaflet terkait materi yang
dijelaskan
Kamis Ketidakefektifan  Mengucapkan salam S:
15 Mei 2014 pemeliharaan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
kesehatan pada  Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
Nenek K dengan  Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain
hipertensi  Mengevaluasi kembali materi yang  Keluarga mengatakan penyebab hipertensi, yaitu terlalu
telah dijelaskan kepada keluarga pada banyak mengkonsumsi garam, kopi, banyak makan
kunjungan sebelumnya makanan berlemak dan stress. Tanda dan gejala hipertensi
yaitu sakit kepala dan nyeri pada bagian tengkuk
 Keluarga mengatakan cara perawatan hipertensi, yaitu

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


Menjelaskan dengan menggunakan kompres air hangat, membatasi makan makanan berlemak,
lembar balik membatasi makan makanan yang asin-asin
TUK 3  Nenek K mengatakan akan melakukan teknik relaksasi
 Melakukan pengukuran tanda-tanda napas dalam untuk merilekskan pikirannya
vital pada Nenek K  Keluarga mengatakan salama ini tidak membatasi
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan penggunaan garam untuk Nenek K
dan takaran diet rendah garam  Keluarga mengatakan akan mencoba untuk menaati takaran
berdasarkan hasil pengukuran tekanan garam yang masih boleh dikonsumsi oleh Nenek K
darah
 Menunjukkan takaran garam sesuai O:
dengan kategori tekanan darah dan  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
menunjukkan takaran bagi Nenek K Tekanan darah: 150/100 mmHg, Nadi: 82x/menit,
sesuai dengan pengukuran tekanan Napas: 20x/menit
darah  Keluarga aktif selama diskusi
 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga aktif bertanya
keluarga menyebutkan kembali  Keluarga kooperatif selama diskusi
takaran garam sesuai dengan kategori  Nenek K dan keluarga bersedia mendemonstrasikan
tekanan darah kembali teknik relaksasi napas dalam
 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga bersedia menunjukkan kembali takaran garam
keluarga untuk menunjukkan kembali yang masih boleh dikonsumsi oleh Nenek K
takaran garam yang masih boleh
dikonsumsi oleh Nenek K berdasarkan A:
pengukuran tekanan darah  Keluarga mampu menyebutkan kembali penyebab, tanda
 Memberikan pujian atas usaha yang dan gejala, serta perawatan pada anggota keluarga yang
telah dilakukan oleh keluarga mengalami hipertensi
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan  Nenek K dan keluarga mampu mendemonstrasikan
dan cara melakukan teknik relaksasi

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


napas dalam kembali cara melakukan teknik relaksasi napas dalam
 Mendemonstrasikan cara melakukan  Keluarga mampu menunjukkan takaran garam yang masih
teknik relaksasi napas dalam boleh dikonsumsi oleh Nenek K
 Mendemonstrasikan kembali cara  TUK 3 secara psikomotor sebagian tercapai
melakukan teknik relaksasi napas
dalam bersama-sama dengan keluarga P:
 Memberikan kesempatan kepada  Melanjutkan intervensi TUK 3 secara psikomotor yaitu
keluarga untuk melakukan teknik kompres air hangat dan diet makanan untuk penderita
relaksasi napas dalam secara mandiri hipertensi
 Memberikan pujian atas usaha yang  Nenek K melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam
telah dilakukan oleh keluarga 3x sehari
 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga mematuhi takaran garam yang masih boleh
keluarga untuk bertanya dikonsumsi oleh Nenek K
 Memberikan leaflet terkait materi yang
telah disampaikan
Selasa Ketidakefektifan  Mengucapkan salam S:
20 Mei 2014 pemeliharaan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
kesehatan pada  Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga mengatakan sudah melakukan pembatasan garam
Nenek K dengan  Menjelaskan tujuan kunjungan pada makanan yang dimakan Nenek K, yaitu 1 sendok
hipertensi  Mengevaluasi kembali cara perawatan teh/hari
pada anggota keluarga dengan  Keluarga mengatakan penggunaan bumbu dapur alami
hipertensi adalah penggunaan bahan-bahan dapur alami seperti gula
merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe,
kencur, salam, dan bumbu dapur lain untuk mensiasati rasa
hambar akibat pembatasan penggunaan garam pada Nenek
K
 Keluarga mengatakan akan mencoba menggunakan bumbu

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


Menjelaskan dengan menggunakan dapur alami sebagai alternatif untuk mengurangi rasa
lembar balik hambar pada makanan Nenek K
TUK 3  Keluarga mengatakan belum pernah melakukan kompres
 Melakukan pengukuran tanda-tanda air hangat untuk mengurangi nyeri pada bagian tengkuk
vital pada Nenek K  Keluarga mengatakan akan melakukan kompres air hangat
 Melakukan evaluasi penggunaan saat Nenek K mengalami nyeri pada tengkuknya
takaran garam untuk Nenek K  Keluarga mengatakan tidak melakukan pembatasan
 Menjelaskan kepada keluarga tentang konsumsi makanan Nenek K
penggunaan bumbu dapur alami  Keluarga mengatakan akan mencoba menyiapkan makanan
sebagai alternatif untuk mengurangi sehat untuk Nenek K yang mengalami hipertensi
rasa hambar pada makanan Nenek K  Keluarga mengatakan senang mendapatkan informasi
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan tentang perawatan bagi penderita hipertensi
dan cara kompres air hangat
 Mendemonstrasikan kembali cara O:
melakukan kompres air hangat  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
 Memberikan kesempatan kepada Tekanan darah: 150/100 mmHg, Nadi: 80x/menit,
keluarga untuk mendemonstrasikan Napas: 22x/menit
kembali cara melakukan kompres air  Sakit kepala (-), nyeri tengkuk (-)
hangat  Keluarga aktif selama diskusi
 Memberikan pujian atas usaha yang  Keluarga aktif bertanya
telah dilakukan oleh keluarga  Keluarga kooperatif selama diskusi
 Memastikan keluarga untuk  Keluarga bersedia mempraktikan kembali cara melakukan
melakukan kompres air hangat bila kompres air hangat
diperlukan  Keluarga bersedia menunjukkan kembali makanan yang
 Memberikan pujian atas usaha yang masih boleh dikonsumsi, yang harus dibatasi dan yang
dilakukan keluarga harus dihindari oleh Nenek K dengan menggunakan kartu
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


diet makanan bagi penderita hipertensi makanan dan model makanan
 Menjelaskan kepada keluarga
makanan yang masih boleh A:
dikonsumsi, yang harus dibatasi dan  Nenek K dan keluarga mampu mendemonstrasikan
yang harus dihindari oleh Nenek K kembali cara melakukan kompres air hangat untuk
 Memberikan kesempatan kepada mengurangi nyeri pada bagian tengkuk
keluarga untuk memilih makanan yang  Keluarga mampu menunjukkan kembali makanan yang
masih boleh dikonsumsi, yang harus masih boleh dikonsumsi, yang harus dibatasi dan yang
dibatasi dan harus dihindari oleh harus dihindari oleh Nenek K dengan menggunakan kartu
Nenek K dengan menggunakan kartu makanan dan model makanan
makanan dan model makanan  TUK 3 secara psikomotor tercapai
 Memberikan pujian atas usaha yang
telah dilakukan oleh keluarga P:
 Menyusun menu makanan sehat untuk  Melanjutkan intervensi TUK 4-5
sehari bagi Nenek K dengan hipertensi  Keluarga menggunakan bumbu dapur alami sebagai
bersama dengan keluarga alternatif untuk mensiasati rasa hambar akibat pembatasan
 Memberikan pujian atas usaha yang penggunaan garam pada Nenek K
telah dilakukan oleh keluarga  Keluarga melakukan kompres air hangat ketika nyeri pada
 Memberikan kesempatan kepada bagian tengkuk Nenek K kembali muncul
keluarga untuk bertanya  Keluarga menerapkan diet makanan bagi Nenek K dengan
 Memberikan leaflet terkait materi yang hipertensi seperti yang telah diajarkan
telah disampaikan
Selasa Ketidakefektifan  Mengucapkan salam S:
27 Mei 2014 pemeliharaan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
kesehatan pada  Mengingatkan kontrak waktu  Nenek K mengatakan bahwa saat ini bagian tengkuknya
Nenek K dengan  Menjelaskan tujuan kunjungan terasa sakit dan kepalanya pusing sejak tadi pagi
hipertensi  Keluarga mengatakan belum melakukan kompres air

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Mengevaluasi kembali cara perawatan hangat pada Nenek K
untuk anggota keluarga yang  Nenek K mengatakan rasa sakitnya berkurang setelah
mengalami hipertensi dilakukan kompres air hangat
 Keluarga mengatakan sudah melakukan pembatasan garam
Menjelaskan dengan menggunakan pada Nenek K, yaitu 3/4 sendok teh/hari
lembar balik  Keluarga mengatakan sudah menggunakan bumbu-bumbu
TUK 4 dan 5 dapur alami dalam makanan Nenek K
 Melakukan pengukuran tanda-tanda  Keluarga mengatakan bahwa Nenek K mengkonsumsi ikan
vital pada Nenek K asin >1 potong
 Melakukan kompres air hangat pada  Keluarga mengatakan sudah melakukan diet makanan bagi
bagian tengkuk Nenek K Nenek K dengan hipertensi
 Menjelaskan cara memodifikasi  Nenek K mengatakan sudah mencoba dahulu untuk minum
lingkungan yang tepat untuk anggota kopi 1x/hari
keluarga dengan hipertensi  Keluarga mengatakan lingkungan yang aman dan nyaman
 Memotivasi keluarga untuk untuk anggota keluarga yang mengalami hipertensi yaitu
menyebutkan kembali cara dengan menciptakan lingkungan yang tenang, pencahayaan
memodifikasi lingkungan yang tepat di dalam rumah cukup, lantai tidak licin, barang di dalam
untuk anggota keluarga dengan rumah tertata dengan baik
hipertensi  Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
 Menjelaskan jenis fasilitas pelayanan dikunjungi adalah puskesmas, rumah sakit dan klinik
kesehatan yang dapat dikunjungi dokter
 Memotivasi keluarga untuk  Keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas
menyebutkan kembali jenis fasilitas kesehatan adalah untuk mendapatkan pemeriksaan,
pelayanan kesehatan yang dapat perawatan atau pengobatan dan mendapatkan informasi
dikunjungi keluarga terkait kesehatan
 Menjelaskan manfaat dari  Keluarga mengatakan akan membawa Nenek K ke fasilitas
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan jika tanda dan gejala hipertensi untuk

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


kesehatan mengetahui lebih lanjut hipertensi yang dialami oleh Nenek
 Memotivasi keluarga untuk K
menyebutkan kembali manfaat dari  Keluarga mengatakan merasa senang mendapatkan banyak
mengunjungi fasilitas kesehatan informasi terkait hipertensi
 Memberikan pujian atas kemampuan
yang dimiliki keluarga O:
 Memberikan kesempatan kepada  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
keluarga untuk bertanya Tekanan darah: 160/100 mmHg, Nadi: 80x/menit,
 Memberikan reinforcement positif Napas: 18x/menit
bahwa keluarga akan membawa  Keluarga aktif selama diskusi
anggota keluarga yang sakit ke  Keluarga aktif bertanya
fasilitas kesehatan apabila sakitnya  Keluarga kooperatif selama diskusi
bertambah parah  Keluarga bertanya apabila ada penjelasan yang belum jelas
 Memberikan leaflet sesuai dengan
materi yang telah disampaikan A:
 TUK 4 dan 5 tercapai
 Keluarga sudah mulai menerapkan cara perawatan untuk
anggota keluarga dengan hipertensi

P:
 Melakukan kunjungan tidak terencana untuk menilai
kemampuan keluarga dalam melakukan pencegahan dan
perawatan pada Nenek K dengan hipertensi
 Mempertahankan kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami hipertensi

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


Kamis Risiko jatuh pada  Mengucapkan salam S:
29 Mei 2014 Nenek K  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
 Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
 Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan nyeri pada bagian lututnya
 Mengevaluasi kembali pelaksanaan  Keluarga mengatakan sudah melakukan pembatasan
cara perawatan pada anggota keluarga penggunaan garam untuk Nenek K, yaitu 3/4 sendok
dengan hipertensi teh/hari
 Keluarga mengatakan Nenek K sudah minum kopi 1x/hari
Menjelaskan dengan menggunakan  Keluarga mengatakan bahwa jatuh merupakan kondisi
lembar balik seseorang yang tiba-tiba dan tidak sengaja terbaring atau
TUK 1 terduduk di lantai
 Melakukan pengukuran tanda-tanda  Keluarga mengatakan bahwa penyebab terjadinya jatuh,
vital pada Nenek K yaitu kecelakaan, obat-obatan dan penyakit akut
 Menjelaskan tentang definisi jatuh  Keluarga mengatakan faktor risiko jatuh, yaitu faktor
 Memotivasi keluarga untuk penuaan, seperti penurunan fungsi penglihatan dan
menyebutkan kembali tentang definisi kekuatan otot yang melemah dan faktor lingkungan, seperti
jatuh lantai yang licin, penerangan dalam rumah yang kurang
 Menjelaskan tentang penyebab  Keluarga mengatakan bahwa Nenek K berisiko mengalami
terjadinya jatuh jatuh
 Memotivasi keluarga untuk  Keluarga mengatakan akibat dari jatuh apabila tidak
meyebutkan kembali penyebab jatuh dicegah, yaitu nyeri, kelumpuhan dan kematian
 Menjelaskan faktor risiko jatuh  Keluarga mengatakan akan mencegah dan mengatasi
 Memotivasi keluarga untuk masalah risiko jatuh yang dialami oleh Nenek K
menyebutkan kembali faktor risiko  Keluarga mengatakan cara perawatan untuk anggota
jatuh keluarga yang mengalami masalah risiko jatuh, yaitu
 Membantu keluarga mengidentifikasi latihan kekuatan otot dan latihan keseimbangan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


anggota keluarga yang berisiko jatuh O:
 Bersama keluarga menyimpulkan  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
masalah yang dihadapi oleh keluarga Tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 80x/menit,
 Memberikan reinforcement positif atas Napas: 20x/menit
usaha keluarga dalam menyebutkan  Keluarga aktif selama diskusi
kembali definisi, penyebab dan faktor  Keluarga aktif bertanya
risiko jatuh serta kemampuan keluarga  Keluarga kooperatif selama diskusi
dalam mengidentifikasi anggota
keluarga yang berisiko jatuh
 Memberikan kesempatan kepada A:
keluarga untuk bertanya  TUK 1-3 (secara kognitif) tercapai
 Keluarga mampu mengidentifikasi risiko jatuh yang
TUK 2 dialami oleh anggota keluarga
 Menjelaskan kepada keluarga tentang  Keluarga menerapkan cara perawatan hipertensi pada
akibat jatuh apabila tidak dilakukan Nenek K
pencegahan
 Memotivasi keluarga untuk P:
menyebutkan kembali akibat jatuh  Melanjutkan intervensi TUK 3 secara psikomotor yaitu
apabila tidak dilakukan pencegahan latihan kekuatan otot
 Mendiskusikan kembali dengan  Keluarga mengingat-ingat kembali materi yang telah
keluarga untuk mengatasi risiko jatuh disampaikan
pada anggota keluarga  Keluarga menerapkan cara perawatan untuk masalah yang
 Memberikan reinforcement positif atas telah didiskusikan sebelumnya
jawaban keluarga dan keputusan
keluarga untuk mengatasi risiko jatuh
pada anggota keluarga
 Memberi kesempatan kepada keluarga

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


untuk bertanya

TUK 3
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
cara perawatan untuk anggota keluarga
yang memiliki risiko jatuh
 Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara perawatan
untuk anggota keluarga yang memiliki
risiko jatuh
 Memberikan reinforcement positif atas
usaha keluarga untuk menyebutkan
kembali cara perawatan yang dapat
dilakukan bagi anggota keluarga yang
memiliki risiko jatuh
 Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
 Memberikan leaflet terkait materi yang
telah disampaikan
Rabu Risiko jatuh pada  Mengucapkan salam S:
4 Juni 2014 Nenek K  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
 Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
 Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain
 Mengevaluasi kembali materi terkait  Keluarga mengatakan faktor risiko jatuh, yaitu faktor
risiko jatuh yang telah disampaikan penuaan dan faktor lingkungan, seperti lantai yang licin,
penerangan dalam rumah yang kurang
 Keluarga mengatakan cara perawatan untuk anggota

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


Menjelaskan dengan menggunakan keluarga dengan pengapuran, yaitu dengan latihan
lembar balik kekuatan otot dan latihan keseimbangan
TUK 3  Keluarga mengatakan akan mempraktikkan latihan
 Melakukan pengukuran tanda-tanda kekuatan otot
vital pada Nenek K
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan O:
dan cara melakukan latihan kekuatan  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
otot Tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 78x/menit,
 Mendemonstrasikan cara melakukan Napas: 20x/menit
latihan kekuatan otot  Keluarga aktif selama diskusi
 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga aktif bertanya
keluarga untuk mendemonstrasikan  Keluarga kooperatif selama diskusi
kembali latihan kekuatan otot  Nenek K dan keluarga bersedia mendemonstrasikan
 Memberikan pujian atas usaha yang kembali gerakan latihan kekuatan otot
telah dilakukan oleh keluarga
 Memberikan kesempatan kepada A:
keluarga untuk bertanya  Nenek K dan keluarga mampu mendemonstrasikan
 Memberikan leaflet terkait dengan kembali gerakan latihan kekuatan otot
materi yang telah disampaikan  TUK 3 secara psikomotor sebagian tercapai
 Keluarga mampu menyebutkan kembali faktor risiko dan
cara perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
risiko jatuh

P:
 Melanjutkan intervensi TUK 3 secara psikomotor yaitu
latihan keseimbangan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Nenek K melakukan latihan kekuatan otot setiap hari
dengan didampingi oleh keluarga
Selasa Risiko jatuh pada  Mengucapkan salam S:
10 Juni 2014 Nenek K  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
 Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga dan Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang
 Menjelaskan tujuan kunjungan tidak merasakan keluhan kesehatan lain
 Mengevaluasi kembali pelaksanaan  Keluarga mengatakan bahwa Nenek K minum kopi 1x/hari
latihan kekuatan otot  Keluarga mengatakan belum mencoba kembali latihan
kekuatan otot
Menjelaskan dengan menggunakan  Keluarga mengatakan agar latihan kekuatan otot yang telah
lembar balik diajarkan di demonstrasikan kembali
TUK 3  Keluarga mengatakan akan mempraktikkan latihan
 Melakukan pengukuran tanda-tanda keseimbangan yang telah diajarkan
vital pada Nenek K  Keluarga mengatakan lingkungan yang aman dan nyaman
 Mendemostrasikan kembali latihan untuk anggota keluarga yang mengalami hipertensi yaitu
kekuatan otot dengan menciptakan lingkungan yang tenang, pencahayaan
 Menjelaskan kepada keluarga tujuan di dalam rumah cukup, lantai tidak licin, barang di dalam
dan cara melakukan latihan rumah tertata dengan baik
keseimbangan  Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
 Mendemonstrasikan cara melakukan dikunjungi adalah puskesmas, rumah sakit dan klinik
latihan keseimbangan dokter
 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas
keluarga untuk mendemonstrasikan kesehatan adalah untuk mendapatkan pemeriksaan,
kembali latihan keseimbangan perawatan atau pengobatan dan mendapatkan informasi
 Memberikan pujian atas usaha yang terkait kesehatan
telah dilakukan oleh keluarga  Keluarga mengatakan akan membawa Nenek K ke fasilitas

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Memberikan kesempatan kepada kesehatan untuk mengetahui lebih lanjut hipertensi yang
keluarga untuk bertanya dialami oleh Nenek K
 Keluarga mengatakan merasa senang mendapatkan banyak
TUK 4 dan 5 informasi terkait hipertensi
 Menjelaskan cara memodifikasi
lingkungan yang tepat untuk anggota O:
keluarga dengan risiko jatuh  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
 Memotivasi keluarga untuk Tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 78x/menit,
menyebutkan kembali cara Napas: 20x/menit
memodifikasi lingkungan yang tepat  Keluarga aktif selama diskusi
untuk anggota keluarga dengan risiko  Keluarga aktif bertanya
jatuh  Keluarga kooperatif selama diskusi
 Menjelaskan jenis fasilitas pelayanan  Nenek K dan keluarga bersedia mendemonstrasikan
kesehatan yang dapat dikunjungi kembali gerakan latihan kekuatan otot dan keseimbangan
 Memotivasi keluarga untuk  Keluarga bertanya apabila ada penjelasan yang belum jelas
menyebutkan kembali jenis fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat A:
dikunjungi keluarga  TUK 3 secara psikomotor tercapai
 Menjelaskan manfaat dari  Keluarga belum menerapkan cara perawatan untuk anggota
mengunjungi fasilitas pelayanan keluarga dengan risiko jatuh
kesehatan
 Memotivasi keluarga untuk P:
menyebutkan kembali manfaat dari  Melakukan kunjungan tidak terencana untuk menilai
mengunjungi fasilitas kesehatan kemampuan keluarga dalam melakukan pencegahan dan
 Memberikan pujian atas kemampuan perawatan pada Nenek K dengan risiko jatuh
yang dimiliki keluarga  Mempertahankan kemampuan keluarga dalam merawat
 Memberikan kesempatan kepada

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


keluarga untuk bertanya anggota keluarga dengan risiko jatuh
 Memberikan reinforcement positif
bahwa keluarga akan membawa
anggota keluarga yang sakit ke
fasilitas kesehatan untuk mengatasi
risiko jatuh yang dialami oleh anggota
keluarga
 Memberikan leaflet sesuai dengan
materi yang telah disampaikan
Kamis Ketidakefektifan  Mengucapkan salam S:
12 Juni 2014 pemeliharaan  Menjelaskan tujuan kunjungan  Keluarga menjawab salam
kesehatan pada  Melakukan kontrak waktu dengan  Keluarga mengatakan senang sudah dilakukan kunjungan
Nenek K dengan keluarga  Keluarga mengatakan hari ini memasak tahu, tempe, dan
hipertensi  Melakukan pengukuran tanda-tanda sayur bayam
vital pada Nenek K  Nenek K mengatakan hari ini tidak mengkonsumsi kopi
Risiko jatuh pada  Melakukan kunjungan tidak terencana  Keluarga mengatakan telah mengurangi penggunaan garam
Nenek K untuk menilai kemampuan keluarga pada makanan Nenek K
dalam melakukan pencegahan dan  Keluarga mengatakan hari ini sudah melakukan
perawatan pada Nenek K dengan pembatasan konsumsi garam pada makanan Nenek K, yaitu
hipertensi dan risiko jatuh 3/4 sendok teh/hari
 Memberikan pujian atas usaha yang  Keluarga mengatakan sudah menggunakan bumbu-bumbu
telah dilakukan oleh keluarga dapur alami untuk mensiasati rasa hambar pada makanan
Nenek K
 Keluarga mengatakan telah melakukan latihan
keseimbangan untuk Nenek K, namun belum semua
gerakan dipraktikan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


O:
 Tekanan darah Nenek K: 140/80 mmHg
 Keluarga tidak menghidangkan ikan asin di meja makan
untuk dikonsumsi oleh Nenek K
 Keluarga memberikan respon positif terhadap kunjungan
tidak terencana yang dilakukan oleh mahasiswa

A:
 Keluarga mulai melakukan perawatan untuk anggota
keluarga dengan hipertensi
 Keluarga mulai melakukan perawatan untuk anggota
keluarga dengan risiko jatuh

P:
 Melanjutkan intervensi untuk diagnosa keperawatan
selanjutnya
 Memotivasi keluarga untuk melakukan pencegahan dan
perawatan sesuai dengan yang sudah diajarkan
Selasa Kesiapan untuk  Mengucapkan salam S:
17 Juni 2014 meningkatkan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
manajemen diri:  Mengingatkan kontrak waktu  Keluarga mengatakan bahwa saat ini sedang merasakan
lanjut usia pada  Menjelaskan tujuan kunjungan keluhan nyeri pada bagian tengkuk
Nenek K  Keluarga mengatakan kemarin Nenek K mengeluhkan sakit
pada tengkuknya dan keluarga melakukan kompres air
hangat
 Nenek K mengatakan nyeri pada bagian tengkuknya

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


Menjelaskan dengan menggunakan berkurang
lembar balik  Keluarga mengatakan bahwa lansia merupakan keadaan
TUK 1 yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang ditandai
 Melakukan pengukuran tanda-tanda dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
vital pada Nenek K tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan kurang
 Meminta keluarga untuk melakukan jelas, gerakan lambat dan tubuh tidak proporsional
kompres air hangat pada bagian  Keluarga mengatakan bahwa karekateriktik lansia yaitu
tengkuk Nenek K individu yang berusia >60 tahun
 Menjelaskan tentang definisi lansia  Keluarga mengatakan bahwa tanda perubahan yang terjadi
 Memotivasi keluarga untuk pada lansia yaitu perubahan fisik (nyeri pinggang,
menyebutkan kembali tentang definisi gangguan penglihatan dan pendengaran), perubahan
lansia psikososial (kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan),
 Menjelaskan tentang karakteristik usia perubahan spiritual (peningkatan dalam beribadah)
lansia  Keluarga mengatakan akan meningkatkan kesehatan pada
 Memotivasi keluarga untuk Nenek K yang telah lansia
meyebutkan kembali karakteristik usia  Keluarga mengatakan cara meningkatkan kesehatan pada
lansia lansia yaitu melakukan aktivitas yang sesuai,
 Menjelaskan tentang perubahan yang memperhatikan nutrisi lansia, melakukan kompres air
terjadi pada lansia hangat pada pinggang yang nyeri, tidak melakukan
 Memotivasi keluarga untuk aktivitas yang dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti
menyebutkan kembali perubahan yang minum teh, membantu lansia dalam melakukan kegiatan
terjadi pada lansia spiritual dan sosialisasi
 Memberikan reinforcement positif atas
usaha keluarga dalam menyebutkan O:
kembali definisi lansia, karakteristik  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
usia lansia dan perubahan yang terjadi Tekanan darah: 150/90 mmHg, Nadi: 80x/menit,
pada lansia Napas: 18x/menit

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Memberikan kesempatan kepada  Keluarga aktif selama diskusi
keluarga untuk bertanya  Keluarga aktif bertanya
 Keluarga kooperatif selama diskusi
TUK 2  Keluarga melakukan kompres air hangat pada tengkuk
 Mendiskusikan kembali dengan Nenek K
keluarga untuk meningkatkan  Nyeri pada bagian tengkuk menjadi skala 2 yang pada
kesehatan anggota keluarga yang awalnya pada skala 3
sudah lansia
 Memberikan reinforcement positif atas A:
jawaban keluarga dan keputusan  TUK 1-3 tercapai
keluarga untuk meningkatkan  Keluarga menerapkan cara perawatan hipertensi dan risiko
kesehatan anggota keluarga yang jatuh pada Nenek K
sudah lansia
P:
TUK 3  Melanjutkan intervensi TUK 4-5
 Menjelaskan kepada keluarga tentang  Keluarga mendemonstrasikan cara meningkatkan
cara meningkatkan kesehatan pada kesehatan pada Nenek K seperti yang telah diajarkan
lansia
 Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara
meningkatkan kesehatan pada lansia
 Mendemostrasikan kepada keluarga
tentang cara meningkatkan kesehatan
pada lansia
 Memotivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali cara
meningkatkan kesehatan pada lansia

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Memberikan reinforcement positif atas
usaha keluarga untuk menyebutkan
dan mendemonstrasikan kembali cara
meningkatkan kesehatan pada lansia
 Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
 Memberikan leaflet terkait materi yang
telah disampaikan
Kamis Kesiapan untuk  Mengucapkan salam S:
19 Juni 2014 meningkatkan  Memvalidasi data here and now  Keluarga menjawab salam
manajemen diri:  Mengingatkan kontrak waktu  Nenek K mengatakan bahwa saat ini sedang tidak
lanjut usia oada  Menjelaskan tujuan kunjungan merasakan keluhan kesehatan
Nenek K  Keluarga mengatakan lingkungan yang tepat untuk
Menjelaskan dengan menggunakan meningkatkan kesehatan pada Nenek K, yaitu membuat
lembar balik jadwal kegiatan sehari-hari, memadamkan lampu untuk
TUK 4 dan 5 meningkatkan kualitas tidur, menyusun menu sehat untuk
 Melakukan pengukuran tanda-tanda lansia, memperhatikan lantai agar tidak licin untuk
vital pada Nenek K mengurangi risiko jatuh, menjauhkan benda-benda tajam
 Menjelaskan cara memodifikasi untuk mengurangi risiko cedera
lingkungan yang tepat untuk  Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
meningkatkan kesehatan Nenek K dikunjungi adalah puskesmas, rumah sakit dan klinik
 Memotivasi keluarga untuk dokter
menyebutkan kembali cara  Keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas
memodifikasi lingkungan yang tepat kesehatan adalah untuk mendapatkan pemeriksaan,
untuk meningkatkan kesehatan Nenek perawatan atau pengobatan dan mendapatkan informasi
K terkait kesehatan
 Keluarga mengatakan akan membawa Nenek K ke fasilitas

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


 Menjelaskan jenis fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pengontrolan kesehatan
kesehatan yang dapat dikunjungi  Keluarga mengatakan merasa senang dengan kedatangan
 Memotivasi keluarga untuk mahasiswa untuk berbagi informasi tentang kesehatan
menyebutkan kembali jenis fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat O:
dikunjungi  Hasil pengukuran tanda-tanda vital Nenek K
 Menjelaskan manfaat dari Tekanan darah: 140/90 mmHg, Nadi: 80x/menit,
mengunjungi fasilitas pelayanan Napas: 18x/menit
kesehatan  Keluarga aktif selama diskusi
 Memotivasi keluarga untuk  Keluarga aktif bertanya
menyebutkan kembali manfaat  Keluarga kooperatif selama diskusi
fasilitas pelayanan kesehatan yang  Keluarga bertanya apabila ada penjelasan yang belum jelas
dapat dikunjungi
 Memberikan pujian atas kemampuan A:
yang dimiliki keluarga  TUK 4 dan 5 tercapai
 Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya P:
 Memberikan leaflet sesuai dengan  Melakukan kunjungan tidak terencana untuk menilai
materi yang telah disampaikan kemampuan keluarga dalam meningkatkan kesehatan
Nenek K
 Mempertahankan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan kesehatan Nenek K
Sabtu Kesiapan untuk  Mengucapkan salam S:
21 Juni 2014 meningkatkan  Melakukan pengukuran tanda-tanda  Keluarga menjawab salam
manajemen diri: vital pada Nenek K  Keluarga mengatakan senang sudah dilakukan kunjungan
lanjut usia oada  Melakukan kunjungan tidak terencana oleh mahasiswa
Nenek K

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


untuk menilai kemampuan keluarga  Keluarga mengatakan Nenek K sudah mengurangi
dalam meningkatkan kesehatan Nenek kebiasaan minum kopi dan makan makanan yang asin asin
K  Keluarga mengucapkan terima kasih
 Memberikan pujian atas kemampuan  Keluarga mengatakan sudah melakukan usaha untuk
yang dimiliki keluarga meningkatkan kesehatan pada Nenek K yaitu dengan
 Memberikan reinforcement positif memperhatikan nutrisi pada Nenek K dan mendukung
agar keluarga membawa Nenek K ke Nenek K dalam aktivitas spiritual dan sosialisasi
fasilitas kesehatan
 Melakukan evaluasi sumatif untuk tiga O:
diagnosa keperawatan, yaitu  Tekanan darah Nenek K: 130/90 mmHg
ketidakefektifan pemeliharaan  Keluarga memberikan respon positif terhadap kunjungan
kesehatan pada Nenek K dengan tidak terencana yang dilakukan oleh mahasiswa
hipertensi, risiko jatuh pada Nenek K  Penerangan di dalam rumah cukup dan lantai tidak licin
dan kesiapan untuk meningkatkan  Evaluasi sumatif dan penilaian tingkat kemandirian
manajemen diri: lanjut usia pada keluarga terlampir
Nenek K
 Melakukan penilaian tingkat A:
kemadirian keluarga untuk tiga  Keluarga sudah melakukan perawatan untuk anggota
diagnosa keperawatan, yaitu keluarga dengan hipertensi
ketidakefektifan pemeliharaan  Keluarga sudah melakukan perawatan anggota keluarga
kesehatan pada Nenek K dengan dengan risiko jatuh
hipertensi, risiko jatuh pada Nenek K  Keluarga sudah melakukan usaha untuk meningkatkan
dan kesiapan untuk meningkatkan kesehatan pada Nenek K
manajemen diri: lanjut usia pada
Nenek K P:
 Melakukan fase terminasi kepada  Memotivasi keluarga untuk melakukan pencegahan dan
keluarga

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hari/Tanggal Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi


perawatan sesuai dengan yang sudah diajarkan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

DAFTAR HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA NENEK K

Tanggal 10/05/14 12/05/14 15/05/14 20/05/14 27/05/14 29/05/14 04/06/14 10/06/14 12/06/14 17/06/14 19/06/14 21/06/14
TD 160/100 160/90 150/100 150/100 160/100 140/90 140/90 140/90 140/80 150/90 140/90 130/90

Nadi 82x/min 80x/min 82x/min 80x/min 80x/min 80x/min 78x/min 78x/min - 80x/min 80x/min -

Napas 20x/min 22x/min 20x/min 22x/min 18x/min 20x/min 20x/min 20x/min - 18x/min 18x/min -

Kepala
pusing Nyeri
dan nyeri pada
Keluhan
pada bagian
bagian tengkuk
tengkuk
Tidak
Kopi 2x/hari 2x/hari 2x/hari 2x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari 1x/hari minum 2x/hari 1x/hari 1x/hari
kopi
Tidak Tidak 3/4 3/4 3/4 3/4 1/2 1/2 1/2
Tidak ada 1 sendok 1 sendok
Garam ada ada sendok sendok sendok sendok sendok sendok sendok
takaran teh/hari teh/hari
takaran takaran teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari teh/hari
Tanggal Tanggal
26/05/14 09/06/14
Diet makan makan
ikan asin ikan asin
>1 potong 1 potong

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Tanggal 10/05/14 12/05/14 15/05/14 20/05/14 27/05/14 29/05/14 04/06/14 10/06/14 12/06/14 17/06/14 19/06/14 21/06/14
Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Membantu Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Berkebun Membantu Berkebun
dan dan Member- dan dan dan dan member-
membantu membantu sihkan membantu membantu membantu membantu sihkan
Aktivitas
Ibu A Ibu A rumah Ibu A member- Ibu A member- rumah
memasak memasak memasak sihkan memasak sihkan
rumah rumah

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 6

FORMAT EVALUASI SUMATIF


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis keperawatan:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Nenek K dengan hipertensi

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
bahwa hipertensi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas
normal, yaitu lebih dari 140/90
mmHg dalam periode yang panjang
2. Keluarga mampu menyebutkan 5
dari 10 penyebab hipertensi, yaitu:
1) Keturunan
2) Usia
3) Penggunaan garam
4) Kolesterol

5) Obesitas/kegemukan
6) Stres
7) Rokok
8) Kopi
9) Alkohol
10) Kurang olahraga
3. Keluarga mampu menyebutkan 4
dari 7 tanda dan gejala hipertensi,
yaitu:
1) Sakit kepala
2) Sulit tidur

3) Nyeri tengkuk
4) Kelelahan
5) Sesak napas
6) Telinga berdengung
7) Mual muntah
4. Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 akibat hipertensi apabila
tidak ditangani, yaitu:
1) Cedera/jatuh √
2) Stroke
3) Serangan jantung
4) Kematian
5. Keluarga mampu 5 dari 7 cara

pencegahan hipertensi, yaitu:

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1) Rutin memeriksakan tekanan
darah
2) Menghidari kegemukan
3) Kurangi makan makanan
berlemak
4) Hindari merokok dan konsumsi
kopi berlebihan
5) Hindrari stes yang berlebihan
6) Hindari konsumsi garam
berlebihan
7) Hindari konsumsi makanan
olahan berlebihan
6. Keluarga mampu menyebutkan 4
dari 6 cara perawatan hipertensi,
yaitu:
1) Olahraga secara teratur
2) Cukup istirahat
3) Melakukan teknik relaksasi: √
napas dalam
4) Melakukan kompres air hangat
ketika nyeri
5) Diet rendah garam
6) Diet makanan
7. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu teknik relaksasi √
napas dalam sebagai salah satu cara
untuk mengurangi nyeri
8. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu diet rendah garam
dengan menunjukkan takaran

penggunaan garam bagi anggota
keluarga yang mengalami
hipertensi sesuai dengan tekanan
darah
9. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan
hipertensi, yaitu kompres air hangat

sebagai salah satu cara untuk
mengurangi nyeri pada bagian
tengkuk
10. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan

hipertensi dengan memilih
makanan yang masih boleh

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
dikonsumsi, yang harus dibatasi
dan yang harus dihindari oleh
Nenek K
11. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk penderita hipertensi, yaitu:
1) Menciptakan lingkungan yang
tenang
2) Bila penderita sudah mengalami
pandangan kabur, ciptakan √
lingkungan rumah yang aman
dengan pencahayaan cukup,
lantai tidak licin, sediakan
pegangan untuk berjalan,
barang di dalam rumah tertata
dengan baik
12. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk √
anggota keluarga dengan hipertensi
13. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi:

1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
14. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan

2) Sarana perawatan atau
pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
15. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk √
penanganan hipertensi

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis keperawatan:
Risiko jatuh pada Nenek K

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
pengertian jatuh adalah kondisi
seseorang yang tiba-tiba dan tidak √
sengaja terbaring atau terduduk di
lantai
2. Keluarga mampu menyebutkan
penyebab terjadinya jatuh, yaitu:
1) Kecelakaan √
2) Obat-obatan
3) Penyakit akut
3. Keluarga mampu menyebutkan
faktor risiko jatuh, yaitu:
1) Faktor intrinsik atau faktor
penuaan, seperti penurunan
fungsi penglihatan, kekuatan
otot yang melemah
1) Faktor ekstrinsik atau √
lingkungan, seperti lantai yang
tidak datar dan licin,
penerangan yang kurang,
tempat tidur yang tidak stabil,
benda-benda yang di jadikan
alas mudah tergeser dan licin
4. Keluarga mampu menyebutkan
akibat jatuh, yaitu:
1) Nyeri √
2) Kelumpuhan
3) Kematian
5. Keluarga mampu menyebutkan
cara perawatan sederhana untuk
anggota keluarga yang mengalami

masalah risiko jatuh, yaitu:
1) Latihan kekuatan otot
2) Latihan keseimbangan
6. Keluarga mampu
mendemonstrasikan cara

melakukan latihan kekuatan otot
dengan benar
7. Keluarga mampu Keluarga
mendemonstrasikan cara perawatan mengatakan

sederhana bagi anggota keluarga jarang melatih
yang mengalami masalah risiko kembali gerakan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
jatuh, yaitu latihan keseimbangan latihan
keseimbangan
sehingga banyak
gerakan yang
lupa. Untuk itu
mahasiswa
mendemonstrasi-
kan kembali
gerakan latihan
keseimbangan
kepada keluarga,
kemudian
mengajak
keluarga untuk
bersama-sama
melakukan
gerakan latihan
keseimbangan
8. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk anggota keluarga yang
mengalami masalah risiko jatuh,
yaitu:
1) Menggunakan karpet antislip di
kamar mandi
2) Penerangan di dalam rumah
cukup
3) Mengatur barang-barang di

dalam rumah agar tidak
menghalangi jalan yang biasa
untuk melintas
4) Gunakan lantai yang tidak licin
5) Pasang pegangan tangan
ditempat yang diperlukan
seperti misalnya di kamar
mandi
6) Hindari penggunaan furnitur
yang beroda
9. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk

anggota keluarga yang mengalami
masalah risiko jatuh
10. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat

dikunjungi:
1) Puskesmas

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
11. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan

2) Sarana perawatan atau
pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
12. Keluarga mampu memanfaatkan Memotivasi
fasilitas kesehatan untuk mengatasi kembali keluarga
masalah risiko jatuh untuk
menggunakan
fasilitas
pelayanan

kesehatan untuk
mengatasi dan
mencegah
masalah risiko
jatuh pada Nenek
K

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Diagnosis keperawatan:
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen diri: lanjut usia pada Nenek K

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menyebutkan
pengertian lansia, yaitu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan
manusia yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, √
gigi mulai tanggal, pendengaran
kurang jelas, penglihatan kurang
jelas, gerakan lambat dan tubuh
tidak proporsional
2. Keluarga mampu menyebutkan
karakteristik lansia, yaitu individu √
yang berusia >60 tahun
3. Keluarga mampu menyebutkan 3
tanda perubahan yang terjadi pada
lansia:
1) Perubahan fisik (mudah lelah,
mudah jatuh, nyeri pinggang,
panggul, punggung, keluhan
pusing, gangguan tidur,
gangguan jantung, berat badan
menurun, gangguan
pendengaran, gangguan √
penglihatan, gangguan
eliminasi)
2) Perubahan psikososial
(kehilangan peranan,
kehilangan pekerjaan,
kehilangan finansial, kehilangan
pasangan dan teman)
3) Perubahan spiritual
(peningkatan ibadah)
4. Keluarga mampu menyebutkan dan
mendemonstrasikan cara
meningkatkan kesehatan pada
lansia:
1) Aktivitas yang sesuai
2) Perhatikan nutrisi makanan dan √
minuman (hindari makanan
tinggi lemak)
3) Kompres hangat pada bagian
pinggang yang nyeri
4) Menghindari aktivitas yang

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

Hasil Modifikasi
No. Respon Keluarga
Ya Tidak Intervensi
dapat menyebabkan gangguan
tidur, seperti hindari minum teh
sebelum tidur
5) Melakukan aktivitas
peningkatan spiritual, seperti
pengajian
6) Melakukan aktivitas
peningkatan sosialisasi, seperti,
interaksi yang baik dengan
suami, anak, cucu dan tetangga
5. Keluarga mampu menyebutkan
modifikasi lingkungan yang sesuai
untuk meningkatkan kesehatan
pada lansia, yaitu:
1) Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
2) Memadamkan lampu untuk
meningkatkan kualitas tidur √
3) Menyusun menu sehat untuk
lansia
4) Memperhatikan lantai agar
tidak licin, sehingga
mengurangi risiko jatuh
5) Menjauhkan benda-benda tajam
untuk mengurangi risiko cedera
6. Keluarga melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat untuk √
meningkatkan kesehatan lansia
7. Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi:

1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
8. Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk pemeriksaan
2) Sarana perawatan atau

pengobatan
3) Sarana mendapatkan informasi
4) Hindari penggunaan furnitur
yang beroda
9. Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk √
meningkatkan kesehatan Nenek K

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


Lampiran 7

TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA KELOLAAN

Nama keluarga (KK) : Ibu A (48 tahun)


Alamat : Kampung Babakan RT 05/22 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos,
Depok
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengkajian, penentuan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama enam minggu oleh mahasiswa kepada keluarga Ibu A, dapat disimpulkan
bahwa keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam usaha untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dalam keluarga. Selama melakukan kunjungan rutin ke keluarga, mahasiswa
memperoleh informasi terkait masalah kesehatan yang dialami, sehingga mahasiswa dapat
mengetahui masalah kesehatan yang ada dalam keluarga untuk kemudian diberikan intervensi.
Selama kunjungan keluarga mahasiswa menemukan dua masalah kesehatan, yaitu hipertensi dan
risiko jatuh, selain itu mahasiswa juga menetapkan satu diagnosa keperawatan sejahtera yaitu
kesiapan meningkatkan manajemen diri terkait lanjut usia. Setelah melakukan evaluasi dalam
keluarga dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam keluarga mandiri tingkat III
dengan alasan:

Kriteria Ya Tidak Pembenaran


Keluarga menerima petugas perawatan Sejak pertama kali mahasiswa
kesehatan masyarakat melakukan kunjungan dan kontrak
dengan keluarga Ibu A, keluarga
menerima dengan baik dan
√ mengatakan senang apabila kesehatan
keluarga dapat dikontrol. Mahasiswa
juga tidak mengalami kesulitan setiap
kali kontrak kunjungan dengan
keluarga
Keluarga menerima pelayanan Setiap kontrak waktu kunjungan
kesehatan yang diberikan sesuai selanjutnya mahasiswa memberitahu
dengan rencana keperawatan kepada keluarga terkait kegiatan yang
akan dilakukan pada pertemuan
selanjutnya dan respon dari keluarga
√ positif. Selama mahasiswa
menyampaikan informasi terkait
kesehatan ataupun
mendemonstrasikan cara perawatan,
keluarga memperhatikan dan aktif
pada setiap kali diskusi
Keluarga mengungkapkan masalah Selama kunjungan, keluarga
kesehatan yang dialami secara benar menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh mahasiswa.

Keluarga secara terbuka memberikan
informasi terkait dengan kesehatan
dalam keluarga dan untuk

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014


(Lanjutan)

mengklarifikasi pernyataan keluarga


maka mahasiswa melakukan
pemeriksaan fisik, sehingga dapat
ditegakkan masalah kesehatan dalam
keluarga. Masalah kesehatan yang
ditemukan dalam keluarga ada dua,
yaitu hipertensi dan risiko jatuh yang
dialami oleh Nenek K
Keluarga memanfaatkan fasilitas Keluarga telah mengunjungi fasilitas
kesehatan sesuai anjuran kesehatan ketika mengalami masalah
kesehatan yang tidak dapat diatasi
dengan perawatan sederhana.
Keluarga mengatakan fasilitas yang

sudah dikunjungi yaitu posbindu dan
puskesmas. Setelah dilakukan
kunjungan keluarga, Nenek K sudah
mulai mengunjungi posbindu untuk
memeriksakan tekanan darahnya
Keluarga melaksanakan perawatan Keluarga mengatakan telah melakukan
sederhana sesuai anjuran perawatan sederhana ketika timbul
keluhan terkait kesehatan, perawatan
sederhana yang dilakukan antara lain
√ kompres air hangat, diet makanan, dan
diet rendah garam. Keluarga juga
mengatakan sudah memperhatikan
makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh Nenek K
Keluarga melaksanakan tindakan Keluarga sudah mampu melakukan
pencegahan secara aktif pencegahan terhadap masalah
kesehatan yang dialami, diantaranya:
- Memeriksakan tekanan darah ke
fasilitas kesehatan
- Mengurangi makan makanan
berlemak
- Menghindari konsumsi kopi

berlebihan
- Menghindari konsumsi garam
berlebihan
- Penerangan di dalam rumah cukup
- Mengatur barang-barang di dalam
rumah agar tidak menghalangi
jalan yang biasa untuk melintas
- Lantai tidak licin
Keluarga melakukan promosi Keluarga belum mampu melakukan

kesehatan secara aktif promosi kesehatan

Diet rendah ..., Rini Fauzia Astuti, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai