SAB Tebak Gambar
SAB Tebak Gambar
Disusun oleh:
KELOMPOK V
1. Rista Agus Kurdani
2. Khaerul Ruswan Hadi
3. Donnava Celia
4. Rauhil Mizky
Disusun oleh:
KELOMPOK V
(_____________ __________) (_ )
NIP: NIP:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan
lingkungan sekitarnya. Anak memerluhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
pememenuhan kebutuhan dasar serta belajar mandiri. Saat anak yang mengalami sakit dan
menjalani perawatan di rumah sakit, mereka akan terpaksa berpisah dari lingkungan yang
dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu rumah, permainan, dan
teman sepermainannya. Proses ini dikatakan sebagai proses hospitalisasi. Hospitalisasi
merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana
mengharuskan anak tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah.
Proses hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Selama
proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami beberapa pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan kecemasan, hal ini akan berdampak negatif bagi anak. Dampak
negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan
yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara
satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan
menunjukkan rekasi berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang
pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah
sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami. Sedangkan
anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang lebih tinggi. Pada
keadaan seperti ini diperlukan suatu tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah melalui
kegiatan terapi bermain. Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi
anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan
pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang
sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain
tetap ada.
Salah satu fungsi bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan bermain,
anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak, pada usia prasekolah
permainan yang cocok dilakukan antara lain menebak gambar. Bermain tebak gambar adalah
aktivitas bermain yang menyenangkan menggunakan media gambar berupa tiruan barang
(orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang tertuang di atas kertas, bermainnya
dengan cara ditebak (Astuti, 2016). Selain untuk mengatasi masalah kecemasan, manfaat
bermain tebak gambar menurut Astuti (2016) yaitu anak dapat menyelesaikan masalah yang
belum terungkap dari gambar. Berdasarkan pemeriksaan DDST menebak gambar pada anak
usia preschool dapat melatih kognitif. Kerakteristik bermain pada anak usia preschool adalah
meniru orang lain yang lebih besar, anak bermain bersama dengan jenis permainan yang
terorgainisasi dan terencana.
Ruang 7b RSUD dr. Saiful Anwar malang merupakan bangsal perawatan pasien anak
kelas tiga yang merawat pasien anak dengan katagori infeksius dan non infeksius.
Berdasarakan studi pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan jumlah pasien anak yang
dirawat di ruang 7b dalam waktu 1 minggu terakhir sebanyak 30 orang anak yang
didalamnya terdiri dari anak usia prasekolah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
dengan keluarga pasien, rata-rata mengeluh anaknya takut, cemas saat berada di rumah sakit
dan menolak saat diberikan tindakan keperwatan dan berpengaruh terhadap proses
kesembuhan anak.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan khusus
a. Mengembangkan kemampuan kognitif
b. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di
ruang yang sama
c. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang.
d. Merangsang daya imajinasi
e. Menumbuhkan sportifitas
f. Mengembangkan kepercayaan diri
g. Mengembangkan kretifitas
h. Memprekenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi bermain
Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi,
mental, intelektual, kreativitas, maupun social (Soetjiningsih. 2016). Dunia anak anak adalah
dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan
sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas. Saat bermain, anak-anak banyak
mempelajari hal-hal penting, sebagai contoh, dengan bermain bersama teman, anak-anak
akan lebih terasah rasa empatinya, mereka juga bisa mengatasi penolakan dan dominasi, serta
bisa mengelola emosi (Adriana. 2013).
B. Fungsi bermain
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan
meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga
pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka
daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang.
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba
bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada
usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek
yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari
individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah
dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang
memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar
C. Tujuan
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian,
selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit.
D. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan
sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak
mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak
dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak
Menurut Soetjiningsih (2016), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal.
3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama
dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab
F. Klasifikasi bermain
3. Skill Play
Bermain yang sifatnya membina ketrampilan Misalnya berulang kali melakukan
dan melatih kemampuan yang baru didapat, menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak,
contoh naik sepeda.
1. Bermain Anlooker/mengamati
Anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut
bermain, contoh : menonton televisi
2. Solitary/mandiri
Anak bermain sendiri, menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk
mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/permainanya sendiri.
3. Paralel Play.
Bermain sendiri di tengah anak lain, tidak ada asosiasi kelompok. Ciri bermain
anak Toddler.
4. Asosiasi Play
Bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja,
pemimpin/tujuan bersama, Anak interaksi dengan saling meminjam alat permainan, ciri
anak prasekolah
5. Kooperatif Play
Bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan/sebaliknya, terbentuk
hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai
Menurut Adriana (2013), mengajak anak bermain pada usia prasekolah telah terbukti
mampu meningkatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak bahkan jika anak tersebut
mengalami malnutrisi. Melalui kegiatan bermain, daya fikir anak terangsang untuk
mendayagunakan aspek emosional, social, serta fisik. permainan anak usia prasekolah
biasanya bersifat asosiatif (intraktif dan koporatif) serta memerlukan hubungan dengan teman
sebaya. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu: (soetjiningsih.
2016)
Permainan yang akan dimainkan adalah tebak gambar, Bermain tebak gambar adalah
aktivitas bermain yang menyenangkan menggunakan media gambar berupa tiruan barang
(orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang tertuang di atas kertas, bermainnya
dengan cara ditebak (Astuti, 2016). Selain untuk mengatasi masalah kecemasan, manfaat
bermain tebak gambar menurut Astuti (2016) yaitu anak dapat menyelesaikan masalah yang
belum terungkap dari gambar. Berdasarkan pemeriksaan DDST menebak gambar pada anak
usia preschool dapat melatih kognitif. Kerakteristik bermain pada anak usia preschool adalah
meniru orang lain yang lebih besar, anak bermain bersama dengan jenis permainan yang
terorgainisasi dan terencana.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Sasaran
C. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar yang telah dicari dan dihubungkan potongan
gambarnya.
D. Pengorganisasian
E. Setting tempat
Keterangan:
Leader Pem. Klinik
Co-leader Pem. Akadenik
Observer Anak
Fasilitator Media
F. Mekanisme kegiatan
2. Tahap kerja :
a. Menjelaskan langkah-langkah permainan tebak gambar
b. Satu buah gambar dibagi menjadi 2 potong gambar
c. Co Leader memperlihatkan 1 potongan bagian gambar yang digunakan dalam
bermain tebak gambar
d. Kemudian anak diminta untuk mencari 1 potongan gambar lagi yang sesuai dengan
potongan gambar yang diperlihatkan oleh Co-Leader.
e. Apabila potongan gambar berhasil ditemukan oleh anak, maka anak diminta untuk
menghubungkan dengan potongan gambar yang ada di Co-Leader untuk disesuaikan
f. Setelah itu anak diminta menebak gambar apa yang berhasil mereka hubungkan
g. Berikan reinforcement positif kepada anak
3. Eksplorasi perasaan :
a. Memperhatikan respon non verbal anak, apakah mau bergabung dengan temannya
atau tidak.
b. Memperhatikan respon anak, apakah dengan tenang mengikuti permainan
4. Penutup
a. Observer menyampaikan proses kegiatan permainan
b. Leader menutup acara permainan
G. Media
1. Kertas bergambar
H. Strategi kegiatan
Tahap
No. Kegiatan Kegiatan peserta Metode waktu
kegiatan
1. Pembukaan a. Membuka kegiatan a. Menjawab Ceramah 5 menit
dengan mengucapkan salam
salam
b. Menjelaskan latar b. Mendengarkan
belakang dan
memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
diberikan terapi bermain
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
2. Pelaksanaan a. Menjelaskan langkah- a. Mendengarkan Roleplay 50
langkah permainan tebak dan menit
gambar memperhatikan
b. Co Leader b. Memperhatikan
memperlihatkan 1
potongan bagian gambar
c. Kemudian anak diminta c. Melakukann
untuk mencari 1 potongan
gambar lagi yang sesuai
dengan potongan gambar
yang diperlihatkan oleh
Co-Leader
d. Apabila potongan gambar d. Melakukan
berhasil ditemukan oleh
anak, maka anak diminta
untuk menghubungkan
dengan potongan gambar
yang ada di Co-Leader
untuk disesuaikan
e. Setelah itu anak diminta e. Melakukan
menebak gambar apa
yang berhasil mereka
hubungkan
3. Evaluasi a. Menanyakan kepada anak a. Menjawab Tanya 4 menit
tentang permainan yang pertanyaan jawab
dilakukan
b. Menanyakn tentang b. Menjawab
perasaan anak setelah pertanyaan
bermain
c. memberikan c. Mendengarkan
reinforcement positif
kepada anak
4. Terminasi a. Mengucapkan terimakasih a. Mendengarkan Ceramah 1 menit
atas peran serta peserta
b. Mengucapkan salam
penutup b. Menjawab
salam
I. Kriteria Evaluasi
1. Struktural
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang 7b RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan sebelum terapi bermain
dilaksanakan
2. Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Hasil
a. Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya
c. Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar
d. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya(distraksi dan relaksasi)
e. Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardiana, D. 2013. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba
Medika
2. Soetjiningsih. 2016. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
3. Masyah. 2017. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui bermain tebak
gambar pada anak kelompok a1 di paud kemala bhayangkari bengkulu utara. Diunduh
pada tanggal 23 Oktober 2019
4. Saputro. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Penerapan Terapi Bermain
Anak Sakit; Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum Ilmiah kesehatan
(FORIKES)
Lampiran 1
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan
peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reinforcement positif kepada anak
b. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan permainan
Lampiran 2
Lembar Evaluasi Kemajuan
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteria
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan
Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri
Lampiran 3
DEKUMENTASI