Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS
RSJ. PROF. HB SAANIN PADANG
2016-2019

DELIRIUM
DITETAPKAN DIREKTUR

TGL TERBIT
NOVEMBER 2016

Dr. Lily Gracediani,M.Kes


NIP : 19640728 199101 2002
Suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan
1. Pengertian
kognisi yang terjadi secara akut dan berfluktuasi.
1. Berkurangnya atensi (kemampuan memfokuskan dan
mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Defisit memori, disorientasi, dan gangguan berbahasa
3. Agitasi psikomotor
4. Gangguan persepsi
2. Anamnesis
5. Gangguan emosi
6. Kekacauan arus dan isi pikir
7. Gangguan siklus tidur-bangun
8. Terjadi dalam periode waktu yang pendek dan cenderung
berfluktuasi dalam sehari
1. Kesadaran : kualitatif berubah
2. Ditemukan kelainan fisik sesuai dengan gejala fisik yang
timbul akibat kelainan yang tersebut di bawah ini:
a. Penyakit SSP (trauma kepala, tumor, perdarahan,
hematoma, abses, nonhemoragik stroke, transien
iskemia, kejang dan migrain)
3. Pemeriksaan fisik
b. Penyakit sistemik (misalnya, infeksi, perubahan status
cairan tubuh, defisiensi nutrisi, luka bakar, nyeri yang
tidak dapat dikontrol, stroke akibat panas, dan di
tempat tinggi (>5000 meter)
c. Penyakit jantung (misalnya, gagal jantung, aritmia,
infark jantung, bedah jantung)
d. Gangguan metabolik (misalnya, ketidakseimbangan
elektrolit, diabetes, hipo/hiperglikemia)
e. Paru (misalnya, COPD, hipoksia, gangguan asam
basa)
f. Obat yang digunakan (misalnya, steroid, medikasi
jantung, antihipertensi, antineoplasma, antikolinergik,
SNM, sinrom serotonin)
g. Endokrin (misalnya, kegagalan adrenal, abnormalitas
tiroid atau paratiroid)
h. Hematologi (misalnya, anemia, leukemia, diskrasia)
i. Renal (misalnya, gagal ginjal, uremia)
j. Hepar (misalnya, gagal hepar, sirosis, hepatitis)
3. Kelainan fisik yang terjadi karena intoksikasi zat atau
penggunaan medikasi.
4. Kelainan fisik yang terjadi karena putus zat.
5. Kelainan fisik yang terjadi karena suatu penyakit, sindrom,
intoksikasi zat, penggunaan medikasi, dan putus obat.
6. Tidak ditemukan kelainan fisik yang spesifik.
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan
kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan
berkurangnya kemampuan memfokuskan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian
2. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori,
disorientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi
yang tidak dikaitkan dengan demensia)
3. Gangguan Psikomotor berupa hipoaktivitas atau
hiperaktivitas, pengalihan aktivitas yang tidak terduga,
waktu bereaksi yang lebih panjang, arus pembicaran yang
4. Kriteria diagnosis
bertambah atau berkurang, reaksi terperanjat yang
meningkat
4. Gangguan siklus tidur berupa insomnia, atau pada kasus
yang berat tidak dapat tidur sama sekali atau siklus
tidurnya terbalik yaitu mengantuk siang hari. Gejala
memburuk pada malam hari dan mimpi yang mengganggu
atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi halusinasi
setelah bangun tidur
5. Gangguan emosional berupa depresi, ansietas, takut, lekas
marah, euforia, apatis dan rasa kehilangan akal
5. Diagnosis kerja 1. Delirium Akibat Kondisi Medis Umum (KMU) jika
memenuhi kriteria diagnosis, pemeriksaan fisik nomor 1
dan 2 serta pemeriksaan penunjang.
2. Delirium Akibat Intoksikasi Zat jika memenuhi kriteria
diagnosis, pemeriksaan fisik nomor 1 dan 3.
3. Delirium Akibat Putus Zat jika memenuhi kriteria
diagnosis, pemeriksaan fisik nomor 1 dan 4.
4. Delirium Akibat Etiologi Beragam jika memenuhi kriteria
diagnosis, pemeriksaan fisik nomor 1 dan 5.
5. Delirium yang Tidak Spesifik jika memenuhi kriteria
diagnosis, pemeriksaan fisik nomor 1 dan 6.
1.Stadium dini: influenza, gastroenteritis, bronkitis,
bronkopneumonia.
2. Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria.
3. Demam tifoid berat: sepsis, leukemia, limfoma.
4. Pada delirium yang tidak spesifik:
5. Demensia
6. Diagnosis banding
6. Gangguan psikotik singkat
7. Skizofrenia
8. Skizofreniform
9. Gangguan psikotik lainnya
10.Mood dengan gambaran psikotik
11.Gangguan stress akut
1. Pemeriksaan Laboratorium (pemeriksaan darah tepi)
a. Anemia, pada umumnya terjadi karena karena supresi
sumsum tulang, defisiensi besi, atau perdarahan usus
b. Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
c. Limfositosis relatif
d. Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
a. Pemeriksaan Serologi
7. Pemeriksaan b. Serologi Widal: kenaikan titer S. typhi titer O 1:200
penunjang atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalesens.
c. Kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)
d. Biakan Salmonela
e. Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari
perjalanan penyakit
f. Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu
ke-4.
g. Pemeriksaan radiologis
h. Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi
pneumonia
i.Foto abdomen, digunakan apabila diduga terjadi
komplikasi intra-intestinal seperti perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna. Pada perforasi usus tampak
distribusi udara tak merata, tampak air -fluid level,
bayangan radiolusen di daerah hepar, dan udara
bebas pada abdomen.
1. Mencari dan mengobati penyebab delirium.
Dirujuk jika tidak dapat ditangani dan memerlukan
penanganan spesialis lain.
2. Memastikan keamanan pasien.
3. Mengobati gangguan perilaku terkait dengan delirium,
misalnya agitasi psikomotor.
Terapi Farmakologik :
a. Jika delirium dengan psikomotor agitasi atau
8. Terapi hiperaktif diberikan Haloperidol per IM.
b. Dosis haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM dan dapat
diulang setiap 30 menit (maksimal 20 mg/hari).
c. Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat
terjadi.
4. Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan antipsikotika
(misalnya, pasien dengan Syndrome Neuroleptic
Malignance) atau bila tidak berespons bisa ditambahkan
benzodiazepin yang tidak mempunyai metabolit aktif,
misalnya lorazepam tablet 1–2 mg peroral. Kontraindikasi
untuk pasien dengan gangguan pernafasan.
Prognosis tergantung kepada tatalaksana penyakit yang
9. Prognosis mendasari.

1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen


Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Ganguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 1993.
10. Kepustakaan 2. American Psikiatri Assosiation : Delirium. Dalam :
Diagnostic and Statistical Manual of mental Disorder, 4th
Edition, Text Revision, Washington , DC, American
Psychiatric Assosiation, 2000, hal. 136-147
3. Samuel SC, Neugroschl JA.Delirium . Kaplan &
sadock’s Comphrehensive Text Book of Psychiatry,
Sadock BJ, Sadock VA, edit seventh ed. Lippincott.
4. Attar A, ranjith G, Taylor D, Delirium and its Treatment.
CNS Drugs 2008; 22 (8): 631-644.

Anda mungkin juga menyukai