Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK II
KASUS 3

Di susun oleh
TITIS YULIA EKA WAHYUNINGTYAS (201702045)
Keperawatan 5A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Glomerulonefritis akut (GNA) mempunyai karakteristik berupa trias gejala klasik
yaitu edema yang terjadi secara tiba-tiba, hematuria, dan hipertensi. Meskipun gambaran
klinisnya cukup jelas, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium dapat memberikan tambahan
untuk mendukung diagnosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran
klinis dan komplikasi dari GNA yang terjadi pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jenis penelitian ialah retrospektif pada pasien-pasien dari periode Desember
2009-Desember 2014.

Sebanyak 45 pasien yang didiagnosis GNA dengan rentang usia mulai dari 1-15
tahun yang dirawat di bangsal anak rumah sakit Prof. Dr. R. D. Kandou dimasukkan ke
dalam penelitian ini. Data mengenai gambaran klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium
pasien diperoleh dari rekam medik. Hasil peneltiian mendapatkan bahwa sebagian besar
pasien (88,8%) berusia 5-12 tahun, hanya 5 pasien dengan usia kurang dari 5 tahun. Anak
laki–laki dua kali lebih sering terkena daripada anak perempuan. Penyakit ini ditandai
dengan edema yang terjadi secara tiba-tiba (64,4%), hipertensi (46,6%), urin berwarna
seperti teh (33,3%), dan demam (28,8%).

Peningkatan titer ASTO di atas 250 Todd unit dijumpai pada 68,8% kasus. Dari
45 pasien, hanya 18 pasien yang diperiksakan nilai C3 dan hasilnya memperlihatkan
bahwa 18 pasien tersebut memiliki hasil C3 <50 mg/dL. Komplikasi yang sering terjadi
ialah hipertensi ensefalopati (8,9%) dan krisis hipertensi (4,4%). Simpulan: Gambaran
klinis GNA pada anak di penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dijumpai di
negara berkembang lainnya. Hal ini dapat membantu dalam mendiagnosis pasien dengan
glomerulonefritis akut.

2. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui angka kejadian penyakit Glomerulonefritis akut pada anak
3. Pertanyaan klinis

P: Penelitian ini dilakukan terhadap pa-sien anak yang didiagnosis dengan GNA dan
dirawat di bangsal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.

Hasil penelitian memperlihatkan seba-nyak 45 pasien anak dengan gejala klinis dan
hasil laboratorium yang memenuhi kriteria GNA telah dianalisis. Mayoritas pasien (88%)
bersia 5-12 tahun; hanya 5 pasien di bawah usia 5 tahun. Penyakit ini didapatkan dua kali
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
Edema (64,4%) dengan tingkat kepa-rahan yang berbeda, hipertensi (46,6%), urin
berwarna teh (33,3%) dan demam (28,8%) merupakan gejala yang paling sering
ditemukan (Gambar 1). Terdapat 4 pasien berkembang menjadi hipertensi ensefalopati
selama dirawat di rumah sakit. Urin berwarna seperti teh/gelap menjadi keluhan dari 15
orang pasien. Intensitas demam ringan sampai sedang, naik turun, tidak dijelaskan pada
mayoritas pasien. Lebih dari 1 saudara di keluarga terkena GNA terdapat pada tiga
keluarga. Proteinuria (71,1%), hematuria (97%), dan silinder (40%) dari berbagai tipe
terdapat pada mayoritas pasien. Titer ASTO meningkat di atas 250 Todd unit pada 31
pasien (68,8%). Dari 45 pasien, hanya 18 pasien yang diperiksa nilai C3 dan hasil
menunjukkan bahwa seluruh 18 pasien tersebut mempunyai C3 <50 mg/dL (Gambar 2).
Pada 4 pasien (8,9%) dengan hipertensi ensefalopati terdapat muntah, penurunan
kesadaran, dan kejang yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Terdapat
krisis hipertensi pada 2 pasien (4,4%). Tidak ada pasien yang me-ninggal karena
komplikasi dari GNA pada penelitian ini.

I : Secara umum, komplikasi yang sering dijumpai pada GNA ialah hipertensi ense-
falopati, edema paru, posterior leuko-encephalopathy syndrome, dan gangguan ginjal
akut. Krisis hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi emergensi
(darurat) dan hipertensi urgensi (mendesak). Membedakan kedua golongan krisis
hipertensi bukan berdasarkan dari tingginya tekanan darah, tetapi dari keru-sakan organ
sasaran. Penurunan tekanan darah harus dilakukan secara bertahap. Bila tekanan darah
telah turun sampai 25%, seterusnya ditambahkan kaptopril dan dipantau hingga normal

C:

1. Jurnal “Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di RSUP Prof.Dr.R.D


Kondou Manado”

Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 45 pasien anak dengan gejala klinis dan
hasil laboratorium yang memenuhi kriteria GNA telah dianalisis. Mayoritas pasien
(88%) bersia 5-12 tahun; hanya 5 pasien di bawah usia 5 tahun. Penyakit ini
didapatkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Edema
(64,4%) dengan tingkat keparahan yang berbeda, hipertensi (46,6%), urin
berwarna teh (33,3%) dan demam (28,8%) merupakan gejala yang paling sering
ditemukan .Terdapat 4 pasien berkembang menjadi hipertensi ensefalopati selama
dirawat di rumah sakit.Urin berwarna seperti teh/gelap menjadi keluhan dari 15
orang pasien. Intensitas demam ringan sampai sedang, naik turuntidak dijelaskan
pada mayoritas pasien. Lebih dari 1 saudara di keluarga terkenaGNA terdapat pada
tiga keluarga.

2. Jurnal “ Glumerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak”

Glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus dapat terjadi secara epidemik


atau sporadik,15 paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5-8
tahun.5 Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 1. Di Indonesia,
penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan 170 orang
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan, terbanyak di Surabaya (26,5%)
diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak
usia 6-8 tahun (40,6%).2,3

O: Gambaran klinis GNA pada anak di penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang
dijumpai di negara berkembang lainnya. Hal ini dapat membantu dalam mendiagnosis
pasien dengan glomerulonefritis akut.
BAB II

Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis

A. Masalah Yang lazim muncul pada klien

1. Kelebihan volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, peningkatan


permeabilitas dinding glomerulus

2. Intoleransi aktivitas b/d fatigue

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan cairan, diit,
dan hilangnya protein

B. Discharge Planning

1. Bekali keluarga dengan pengetahuan tentang penyakit anak dan rencana


pengobatannya

2. Instruksikan tentang pengobatan anak selama di rumah

3. Instruksikan orang tua dan anak tentang bagaimana memantau tekanan darah dan
berat badan, dan mendapatkan urinalisis untukebberapa bulan, pemeriksaan tindak
lanjut harus diatur

4. Minta orang tuamenghubungi dokter jika terdapat perubahan kondisi anak seperti
adanya tanda tanda infeksi, edema, perubahan kebiasaan makan, nyeri abdomen, sakit
kepala, perubahan tampilan atau jumlah urin atau letargi

5. Jelaskan batasan batasan diet pada orang tua


INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Kelebihan volume  NOC : NIC :


cairan b/d perubahan
 Electrolit and acid base balance Fluid management
mekanisme regulasi,
peningkatan  Fluid balance 1. Pertahankan catatan
permeabilitas dinding intake dan output yang
 Hydration
glomerolus. akurat
Tujuan: setelah dilakukan asuhan
2. Pasang urin kateter jika
keperawatan selama 1×24 jam diharapkan
diperlukan
kelebihan volume cairan hilang
Kriteria Hasil: 3. Monitor status
hemodinamik termasuk
 Terbebas dari edema, efusi,
CVP, MAP, PAP, dan
anaskara
PCWP
 Bunyi nafas bersih, tidak ada
4. Monitor vital sign
dyspneu/ortopneu
5. Monitor indikasi retensi /
 Terbebas dari distensi vena
kelebihan cairan (cracles,
jugularis, reflek hepatojugular (+)
CVP , edema, distensi
 Memelihara tekanan vena sentral, vena leher, asites)
tekanan kapiler paru, output
6. Kaji lokasi dan luas
jantung dan vital sign dalam batas
edema
normal
7. Monitor masukan
 Terbebas dari kelelahan,
makanan / cairan dan
kecemasan atau kebingungan
hitung intake kalori
 Menjelaskanindikator kelebihan
cairan harian

8. Kolaborasikan pemberian
diuretik sesuai indikasi

9. Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul memburuk

2 Intoleransi aktivitas NOC : Activity Therapy


b/d fatigue
 Energy conservation 1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
 Self Care : ADLs
Medik dalam
tujuan: setelah dilakukan asuhan merencanakan progran
keperawatan selama 1×24jam diharapkan terapi yang tepat.
klien dapat beraktifitas secara normal
2. Bantu klien untuk
Kriteria Hasil :
mengidentifikasi aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa disertai peningkatan
3. Bantu untuk memilih
tekanan darah, nadi dan RR
aktivitas konsisten
 Mampu melakukan aktivitas yangsesuai dengan
sehari hari (ADLs) secara mandiri kemampuan fisik,
psikologi dan social

4. Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek

5. Bantu pasien untuk


mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

6. Monitor respon fisik,


emosi, social dan spiritual

3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari
 Nutritional Status : food and Fluid 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d
Intake makanan
pembatasan cairan,
diit, dan hilangnya  Nutritional Status : nutrient Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
protein gizi untuk menentukan
 Weight control
jumlah kalori dan nutrisi
tujuan : setelah dilakukan asuhan yang dibutuhkan pasien.
keperawatan selama 1×24 jam digarapkan
3. Anjurkan pasien untuk
ketidakseimbangan nutrisi teratasi
meningkatkan intake Fe
Kriteria Hasil :
4. Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat badan
meningkatkan protein dan
sesuai dengan tujuan
vitamin C
 Beratbadan ideal sesuai dengan
5. Yakinkan diet yang
tinggi badan
dimakan mengandung
 Mampumengidentifikasi tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi

 Tidk ada tanda tanda malnutrisi 6. Berikan makanan yang


terpilih ( sudah
 Menunjukkan peningkatan fungsi
dikonsultasikan dengan
pengecapan dari menelan
ahli gizi)
 Tidak terjadi penurunan berat
7. Ajarkan pasien
badan yang berarti
bagaimana membuat
catatan makanan harian.

8. Monitor jumlah nutrisi


dan kandungan kalori

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Gambaran klinis glomerulonefritis akut pada anak dalam penelitian ini tidak berbeda
secara signifikan dengan negara berkembang lainnya. Hal ini dapat membantu para
klinisi untuk menegakkan diagnosis pasien dengan GNA.
2. SARAN
Disarankan untuk Penulis agar tidak menggunakan kata istilah medis yang terkadang
sukar untuk dimengerti oleh orang awam, untuk penulisan kalimat banyak kata kata yang
keliru.

DAFTAR PUSTAKA

Lurn G. Glomerulonephritis. In: Hay W, Levin M, Sondheimer J, editors. Current Diagnosis and
Treatment Pediatrics (19th ed). New York: McGraw Hill, 2009; p. 656-7.
Pan CG, Avner ED. Acute poststreptococcal glomerulonephritis. In: Kliegman RM, Stanton BF,
St Game lll JW, Schor NF, Berman RE, editors. Nelson Textbook of Paediatrics (19th ed).
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2011; p. 1783-94.

Rauf S, Albar H, Aras J, Umboh A, Widiasta A, Pabuti A, et al. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus. Rauf S, Albar H, Aras J, editors. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, 2012; p. 1-17.

Anda mungkin juga menyukai