Anda di halaman 1dari 17

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor yang penting dalam

pembangunan Indonesia, tidak hanya sebagai sumber ekonomi tetapi juga sebagai

sumber protein hewani bagi sebagian besar penduduk indonesia..

Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54

juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Dari seluruh potensi sumberdaya ikan

tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 10,03 juta ton per

tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan sebesar

6,42 juta ton pada tahun 2017 atau baru 63,99% dari JTB, sementara total

produksi perikanan tangkap (di laut dan danau) adalah 6,89 juta ton. Potensi

mikro flora-fauna kelautan juga belum tereksplorasi sebagai penyangga pangan

fungsional pada masa depan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018).

Ikan tongkol lebih banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi karena

dagingnya yang tebal dan durinya yang besar sehingga mudah untuk dipisahkan.

Ikan tongkol juga banyak mengandung protein 26,2 mg/100g dan kandungan

asam lemak omega-3 yang baik untuk kecerdasan anak. Namun, ikan tongkol

mudah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh kandungan lemak yang

teroksidasi, kontaminasi mikroba dan adanya kandungan asam amino bebas yang

dapat membantu metabolisme mikroorganisme, serta memproduksi ammonia,

biogenik amin, asam organik, keton dan komponen sulfur. Nelayan dan penjual

ikan tongkol biasanya memberikan es batu yang dimasukkan dalam wadah


2

penyimpanan ikan tongkol, hal ini dimasudkan untuk menghambat kerusakan ikan

tongkol, karena dengan suhu yang rendah pertumbuhan mikroba akan terhambat

(Buckle et al, dalam Hartari 2018). Namun hal itu hanya bersifat sementara,

karena kontaminasi mikroba dapat berasal dari banyak tempat dan ketahanan

mikroba untuk mengkontaminasi ikan tongkol .

Menurut (Oscar dalam Maruka et.all 2017), beberapa bakteri seperti

Salmonella sp., Shigella, Escherichia coli, Enterococci, dan Clostridium sering

mengkontaminasi ikan segar. Umumnya makanan-makanan yang menjadi sumber

infeksi dan keracunan oleh bakteri adalah makanan berasam rendah seperti

daging, telur, ikan dan produk olahannya. Escherichia coli adalah salah satu

bakteri yang mudah menyebar dengan cara mencemari air dan mengkontaminasi

bahan-bahan yang bersentuhan langsung. Dalam suatu proses pengolahan

biasanya Escherichia coli ini mengkontaminasi alat-alat yang digunakan dalam

penanganan ikan segar. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat-alat

penanganan merupakan suatu indikasi bahwa praktek sanitasi penanganan kurang

baik

Ikan sebagai komoditas yang mudah dan cepat membusuk (high

perishable food),memerlukan penanganan yang cepat, bersih, cermat dan dingin

(quick, clean, careful and cool) sehingga mutu ikan dapat tetap dipertahankan

sejak ikan diangkat dari laut hingga ikan didistribusikan atau dipasarkan ke

konsumen. Salah satu mekanisme penanganan ikan dilakukan melalui penerapan

sistem rantai dingin (Affandy dkk 2016). Untuk menghindari ikan tongkol

tercemar mikroba yang berbahaya maka dilakukannya pengujian. Adapun


3

dampak yang dapat ditimbulkan oleh ikan yang memiliki tingkat cemaran tinggi

yaitu dapat mengganggu kesehatan pencernaan yang mengkonsumsi ikan tersebut.

Salmonella sp merupakan bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan

manusia yang dapat menyebabkan salmonellosis. Salmonellosis bersifat zoonosis,

artinya penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Salmonella sp

menular ke manusia melalui berbagai makanan asal ternak yang terkontaminasi

oleh bakteri tersebut. Gejala salmonellosis diantaranya diare, mual, kedinginan

dan sakit kepala 2-7 hari akibat terinfeksinya saluran pencernaan (gastroenteritis)

oleh bakteri Salmonella sp. Maka dengan alasan dicanangkannya "zero tolerance"

inilah, bakteri Salmonella sp bertanggung jawab sebagai penyebab gastroenteritis

(Lindquist, 1998).

Salah satu badan yang bertanggung jawab dalam hal keamanan sebuah

produk olahan adalah Balai Karantina Ikan Tanjungpinang. Balai Karantina Ikan

Tanjungpinang merupakan salah satu instansi pemerintah yang bertugas dalam

menyeleksi kelayakan sebuah produk perikanan baik yang akan di ekspor maupun

dijual di masyarakat luas. Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Hasil

Perikanan Tanjungpinang merupakan salah satu Instansi pemerintah yang

berlokasi di Jl. Yos Sudarso-batu hitam Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau

Ada beberapa bidang pengujian yang dilakukan di balai tersebut,

diantaranya bidang mikro dan bidang kimia. Bakteri yang sering diuji di balai ini

adalah bakteri Salmonella sp, Escherichia coli dan pengujian angka lempeng total.

Sedangkan untuk bidang kimia ada pengujian boraks dan formalin.


4

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan praktek

magang di Balai Karantina Ikan Tanjungpinag dengan judul ”Deteksi Cemaran

Bakteri Salmonella sp Dan Escherichia coli Pada Ikan Tongkol (Euthynnus sp) di

Balai Karantina Ikan Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.

1.2. Tujuan Praktek Magang

Tujuan praktek magang ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara

langsung proses pendeteksi cemaran Bakteri Salmonella sp dan Escherichia coli

pada ikan tongkol yang dilaksanakan di Balai Karantina Ikan dan Pengendallian

Mutu Hasil Perikanan, serta mempelajari karakteristik bakteri ini agar dapat

meminimalisir penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini nantinya.

1.3. Sasaran Kompetensi yang ditargetkan

a. Sasaran dari praktek magang adalah untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan dan menambah wawasan penulis mengenai cemaran

bakteri Salmonella sp dan Escherichia coli.

b. Membandingkan dasar teori yang telah dipelajari dengan penerapan yang

ada di lapangan, sehingga dapat memahami dan mengatasi permasalahan

yang terjadi nantinya.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Tongkol

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan tongkol adalah berikut:

kingdom:Animalia; phylum:Chordata; sub phylum:Vertebrata; class:Pisces; sub

class:Teleostei; ordo:Percomorphi; family:Scombridae; genus:Euthynnus;

species:Euthynnus affinis.

Gambar 1. Ikan tongkol (Euthynnus affinis)

Ikan tongkol memiliki nama latin Euthynnus affinis, merupakan jenis golongan

ikan tuna yang berukuran kecil. Badan ikan tongkol memanjang sampai 50-60 cm

dan tidak memiliki sisik, kecuali pada bagian garis rusuk. Kulit ikan tongkol

berwarna abu-abu dengan daging berwarna merah, dan dapat mencapai berat 13,6

kg (Bahar dalam Hartari 2018). Sirip punggung pertama berjari-jari keras 15,

sedangkan yang kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan.

Ikan ini merupakan predator yang rakus memakan berbagai ikan kecil, udang dan

cephalopoda sebaliknya juga memakan mangsa dari hiu dan marlin ().
6

2.2 Habitat Ikan Tongkol

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu

spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung

perkembangbiakan organisme yang hidup didalamnya secara normal (Nggajo,

2009)

Ikan tongkol terdapat di perairan hangat indo-pasifik barat, termasuk laut

kepulauan dan laut nusantara. Hidup di perairan epilegik merupakan spesies

neuritik yang mendalami perairan dengan kisaran suhu antaea 18-29oC. Ikan ini

cenderung membentuk kelompok (school) multi spesies berdasarka ukuran antara

lain Thunnus Ibaceres kecil, Katsuwanus Pelamis, Auxis Sp terdiri dari 100-5000

individu.

2.3 Kandungan Gizi Ikan Tongkol

Ikan tongkol mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi terutama protein

yaitu antara 22,6-26,2 g/100 g daging, lemak antara 0,2-2,7 g/100 g daging, dan

beberapa mineral (kalsium, fosfor, besi, sodium), vitamin A (retinol), dan vitamin

B (thiamin, riboflavin dan niasin). Struktur daging ikan tongkol terdiri atas daging

yang berwarna merah dan putih. Daging merahnya mengandung air 66,7%,

protein 27,6%, dan lemak 2,6%, sedangkan Daging putihnya mengandung air

67,1%, protein 31%, lemak 0,7%. Berikut tabel kandungan gizi pada ikan tongkol

setiap 100 gram.


7

Tabel 1. Kandungan Gizi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Zat Gizi Satuan Kadar Air


Protein g 26
Energi Kalori 180
Air g% 68
Karbohidrat g 0
Serat Kasar g 0
Lemak g 6
Kolestrol mg 43
Kalium mg 9
Besi mg 1,57
Mangan mg 57
Sodium mg 44
Zink mg 0,68
Vitamin A Re 740
Thiamin mg 0,27
Vitamin E Te 0,13
Riboflavin mg 0,28
Niasin mg 9,28

2.4 Bakteri

Bakteri berasal dari kata “bakterion” bahasa (yunani) yang berarti tongkat atau

batang. Sekarang nama ini dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme

yang bersel satu, berkembang biak dengan pembelahan sel, serta berukuran sangat

kecil yang hanya terlihat menggunakan mikroskop. Secara umum sifat hidup

bakteri ialah saprofitik pada sisa atau buangan hewan ataupun tanaman yang

sudah mati, tetapi banyak juga yang parasitik pada hewan, manusia dan tanaman

yang menyebabkan banyak jenis penyakit. Bakteri termasuk kedalam divisi


8

Schizophyta yang terbagi dalam beberapa kelas antara lain Pseoudomonadales,

Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinimycetales dan Rickettsiales.

Berdasarkan bentuk morfologinya bakteri dapat dibagi atas tiga golongan,

yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiril.

a. Basil

Basil berbentuk serupa tongkat pendek dan silindris. Sebagian besar

bakteri berupa basil. Basil dapat bergandengan panjang disebut streptobasil,

bergandengan dua disebut diplobasil.

b. Kokus

Baktei yang bentuknya serupa bola – bola kecil. Golongan bakteri ini tidak

sebanyak seperti basil. Kokus ada yang bergandeng panjang yang disebut

streptokokus, ada yang bergandeng dua disebut diplokokus, ada yang

mengelompok empat yang disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok berupa

suatu untaian disebut stafilokokus dan yang mengelompok serupa kubus disebut

sarsina.

c. Spiril

Bakteri yang bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral tidak

banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil jika

dibandingkan dengan golongan basil dan kokus.

makanan itu sendiri (pH, kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari

mana makanan tersebut diperoleh, serta kondisi pengolahan ataupun

penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah karakter

organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi / nilai gizi atau bahkan merusak

makanan tersebut (BADAN POM RI, 2008).


9

Banyak faktor mempengaruhi jumlah serta jenis bakteri yang terdapat

dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban,

nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta

kondisi pengolahan atau penyimpanan (Wibowo, 2012). Jumlah bakteri atau

mikroba yang terlalu tinggi dapat merubah karakter organoleptik, mengakibatkan

perubahan nutrisi/nilai gizi atau bahkan merusak makanan tersebut (BPOM RI,

2008).

2.5 Uji Salmonella sp

Menurut Jawetz (2009), bakteri Salmonella sp memiliki taksonomi sebagai

berikut. Sama seperti kebanyakan bakteri, Salmonella sp memiliki kingdom

Bacteria dengan divisi Proteobacteria, sedangkan kelasnya adalah

Gammaproteobacteria. Ordo bakteri ini adalah Enterobacteriales dengan

kelompok family Enterobacteriales. Beberapa spesies Salmonella sp yaitu,

Samonellathypi, Salmonella paratyphi, Salmonella choleraesuis, Salmonella

enteriditis.

Bakteri Salmonella sp memiliki tiga struktur antigen yaitu antigen O

(somatik), H (flagel), dan Vi (kapsul). Antigen O merupakan antigen somatik

yang tahan terhadap pemanasan dengan suhu 1000C, alkohol, dan asam. Antigen

H merupakan antigen flagel yang rusak pada pemanasan dengan suhu diatas 60 0C,

alkohol, dan asam. Sedangkan, antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang

bersifat asam dan terdapat pada bagian luar bakteri, antigen Vi dapat rusak pada

pemanasan 600C selama 1 jam pada penambahan fenol dan asam.

Mikroorganisme yang memiliki antigen Vi lebih virulen terhadap manusia

maupun hewan.
10

Bakteri Salmonella sp merupakan bakteri anaerob fakultatif yang

mempunyai sifat gram negatif, berbentuk batang, mempunyai flagel peritrik untuk

bergerak, motil, tidak berspora, dan memiliki ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm.

Bakteri. Salmonella sp tumbuh pada suasana aerob dan anaerob fakultatif pada

suhu 15-410C dengan suhu pertumbuhan optimum 37,50C. Berikut ini merupakan

contoh penampakan bakteri Salmonella sp.

Gambar 2. Morfologi pewarnaan gram Salmonella sp.

Salmonella sp. merupakan penyebab salmonelosis dengan kasus klinis

yang berbeda seperti typhoid like disease, dengan agen infeksinya Salmonella

Typhi dan Salmonella Paratyphi, dan dapat menyebabkan kematian manusia.

Non-typhoid disease terbatas pada infeksi pada lapisan usus kecil yang

menyebabkan gastroenteritis terutama oleh Salmonella Enteritidis dan Salmonella

Typhimurium (Raffatellu et al., 2008).

Salmonelosis non-typhoid adalah penyebab utama infeksi asal makanan

yang mematikan di Amerika Serikat. Media yang paling umum dalam

menginfeksi manusia adalah produk asal hewan termasuk daging, produk daging,

telur dan produk telur. Makanan dan penyedia makanan berperan penting sebagai

faktor yang berpengaruh terjadinya kontaminasi silang dari sumber hewan seperti

unggas (Nutt et al., 2003).


11

WHO (2014) menyatakan salmonella adalah genus bakteri yang

merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan diseluruh dunia. Sampai

saat ini masih terbatasnya studi dilaboratorium dan kurangnya penyelidikan

salmonellosis dinegara berkembang membuat resiko penyakit akibat infeksi

salmonella sp. Ini semakin besar. Hal ini yang membuat perlu dilakukannya studi

penelitian mengenai cemaran bakteri salmonella sp.

2.6 Uji Echerichia Coli

Escherichia coli merupakan bakteri jenis gram negatif, dengan bentuk

batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan

diameter 0,7 μm. E. coli hidup secara berkoloni dengan membentuk koloni yang

bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata dan bersifat aerob fakultatif

(Smith-Keary, 1988 ; Jawetz et al., 1995 dalam Hartari 2018).

Menurut Salle (1961), Klasifikasi dari Escherichia coli adalah sebagai berikut :

Divisio : Protophyta

Subdivisio : Schizomycetea

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli


12

Gambar 3. Morfologi pewarnaan gram Eschericia coli

Escherichia coli merupakan bakteri non patogen yang secara normal

berada pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa

jenis strain bakteri Escherichia coli yang patogen dapat memproduksi toksin

berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Escherichia coli tipe

enteropatogenik dapat menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak di

negara-negara sedang berkembang (Pelczar, and chan, dalam Hartari 2018).

Penyakit yang disebabkan E. Coli antara lain adalah sebagai berikut:

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih akibat E. Coli kira-kira 90 % pada wanita muda. Gejalanya

antara lain sering kencing, hematuria, disuria, dan piuria serta nyeri pada

pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.

2. Diare

E. coli diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap kelompok

menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda.

3. Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. coli dapat memasuki aliran

darah dan menyebabkan sepsis.


13

4. Meningitis

E. coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. E. Coli

merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal (Jawetz et al.,

1996 dalam Hartari 2018).

E. coli berperan penting dalam konversi pigmen-pigmen empedu, asam-

asam empedu, sintesis vitamin K dan penyerapan zat-zat makanan. E. coli

termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat

oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang

dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini

menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O,

energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai

pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna dalam Hartari 2018).
14

III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan

Februari 2020, bertempat di Balai Karantina Ikan Tanjungpinang, Provinsi

Kepulauan Riau.

3.2. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey

yaitu pengamatan dan praktek langsung dibawah bimbingan pihak SKIPM,

dengan prosedur kerja yang mengacu pada SNI 01-2332.1-2006 dan SNI 01-

2332.3-2006.

Data yang diperoleh yaitu: data primer, diperoleh langsung dengan

melakukan prosedur pengujian secara langsung, disertai dengan pengambilan

gambar pada saat pengujian sedang berlangsung. Data sekunder, diperoleh dari

lembaga, terdiri dari profil lembaga yang meliputi lokasi lembaga dan sejarah

pendirian lembaga, struktur organisasi tata kerja, sarana, fasilitas lembaga dan

beberapa literatur-literatur yang mendukung kebenarannya.

3.3. Analisis Data

Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder, ditabulasikan

dalam bentuk table dan skema, selanjutnya dianaliaisis secara deskriftif sehingga

dapat ditarik kesimpulan tentang permasalahan yang dihadapi, kemudian dicoba

dicari alternativ pemecahan masalah tersebut.


15

3.3.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari proses

pendeteksian Salmonella sp dan Escherichia coli pengamatan dan wawancara

yang dilakukan di Stasiun Karantina Ikan, Kepulauan Riau, Tanjung Pinang.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang akan dikumpulkan dari SKIPM terdiri dari profil

Instansi tersebut yang meliputi lokasi dan sejarah pendirian, struktur dan

organisasi tata kerja, sarana dan fasilitas yang ada, struktur dan organisasi tata

kerja, prosedur pengujian yang sesuai dengan standar yang berlaku , sumber

sampel yang digunakan, jenis-jenis sampel yang ada, kendala yang terjadi

berkaitan dengan dilakukannya pengujin dan hal lainnya yang berkaitan dengan

praktek magang ini.


16

DAFTAR PUSTAKA

Affandy, R P, Ferasyi, T R, dan Karina, S. 2016. Uji Mikrobiologi Ikan Tongkol


(Euthynnus affinis) Yang Didistribusikan Di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Lampulo Dan Oleh Pedagang Ikan Keliling (PIK) Di Kota Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsiyah.

BPOM. 2008. Pngujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pusat Pengujian Obat Dan
Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia.

Hartari, W R. 2017. Pemanfaatan Singkong Dan Duun Singkong Karet Sebagai


Antimikroba Alami Untuk Menurunkan Cemaran Staphylococcus Aureus,
Salmonella sp, Vibrio sp dan Escherichia Coli Pada Ikan Tongkol
(Euthynnus Affinis) .[Tesis]. Bandar Lampung . Universitas Lampung.,

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2018. Laporan tahunan. Kementerian


Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 113 hal

Wibowo, M. S. 2012. Pertumbuhan dan Kontrol Bakteri. Jurnal Penelitian


Bakteri.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2018. Laporan tahunan. Kementerian


Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 113 hal.

Hartari, W R. 2017. Pemanfaatan Singkong Dan Duun Singkong Karet Sebagai


Antimikroba Alami Untuk Menurunkan Cemaran Staphylococcus Aureus,
Salmonella sp, Vibrio sp dan Escherichia Coli Pada
Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) .[Tesis]. Bandar Lampung . Universitas
Lampung.,

Jawetz E. 2009. Medical Mikrobiology 24th ed. USA: Mc Graw hill. 223-36P.

Lindquist, J. 1998. Salmonella-general aspect and nomenclature. Laboratory


Manual for the Food Microbiology Laboratory at University of Wisconsin-
Mandison Irianto, K. Dr. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta.
17

Maruka, Safriyanto S. Dkk. 2017. Identifikasi Cemaran Bakteri Escherichia coli


Pada Ikan Layang (Decapterus russelli) Segar Di Berbagai Pasar Kota Palu.
e-Jurnal Mitra Sains. Vol. 5 No. 2 hlm 84-89.

Nggajo, R. 2009. Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning)


dengan Karakteristik Habitat pada Ekosistem Terumbu Karang di pulau
seribu. Tesis. Program pasca sarjana. Institut pertanian bogor. Bogor. 120
hal

Nutt JD, Li X, Woodward CL, Diaz IBZ, Ricke SC. 2003. Growth kinetics
response of a Salmonella Typhimurium poultry marker strain to fresh
produce extracts. Bioresource Technology 89: 313-316.

Raffatellu M, Wilson RP, Winter SE, Baumler AJ. 2008. Clinical pathogenesis of
typhoid fever. Journal Infection in Developing Countries 2:260–266.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Binacipta.

[WHO] World Health Organization. 2014. Salmonella.


http://www.who.int.topics/salmonella/en/ [22 November
2019].ummmk

Anda mungkin juga menyukai