NIM : 1704122886
JURUSAN : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
MATKUL : BIOTOKSIKOLOGI
Merusak sistem pernafasan Paralytic Shellfish Poison Senyawa toksik utama dari ”paralytic
shellfish poison” adalah ”saxitoxin” yang bersifat ”neurotoxin”. Keracunan toksin ini dikenal
dengan istilah ”Paralytic shellfish poisoning” (PSP). Keracunan ini disebabkan karena
mengkonsumsi kerang-kerangan yang memakan dinoflagelata beracun. Dinoflagelata adalah
agen saxitoxin dimana zat terkonsentrasi di dalamnya. Kerang-kerangan menjadi beracun di saat
dinoflategelata sedang melimpah karena laut sedang pasang merah atau ‘red tide’.
Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus), hewan ini
mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin. Dan dilaporkan menyebabkan kematian pada
manusia yang mengkonsumsinya. Jenis plankton yang memproduksi saxitoxin adalah
Alexandrium catenella dan A. tamarensis, Pyrodinium bahamense.
Keracunan Saxitoxin menimbulkan gejala seperti rasa terbakar pada lidah, bibir dan mulut yang
selanjutnya merambat ke leher, lengan dan kaki. Kemudian berlanjut menjadi mati rasa sehingga
gerakan menjadi sulit. Dalam kasus yang hebat diikuti oleh perasaan melayang-layang,
mengeluarkan air liur, pusing dan muntah. Toksin memblokir susunan saraf pusat, menurunkan
fungsi pusat pengatur pernapasan dan cardiovasculer di otak, dan kematian biasanya disebabkan
karena kerusakan pada sistem pernapasan.
Pada tahun 1987, suatu jenis penyakit baru pada manusia yang terkait dengan
fitoplankton ditemukan di Kanada, disaat 107 orang menjadi sakit setelah mengkonsumsikerang.
Kemudian dari hasil penelusuran, kerang-kerang tersebut berasal dari hasil pembudidayaan di
beberapa wilayah estuarin Pulau Prince Edward. Asam Domoat (Domoic acid) yang dapat
memicu timbulnya aksineurotransmitterpada syaraf manusia, teridentifikasi pada kerang-kerang
yang tersisa tidak termakan oleh para korban dan yang dikoleksi dari hamparan budidaya di
wilayah-wilayah estuarin tadi. Asam domoat kemudian diketahui diproduksi oleh sejenis diatom
Nitzchia pungensyang terdapat melimpah dalam gastrointestin kerang-kerang yang dikonsumsi
para korban.
Para korban diketahui menderita gejala-gejala yang terkait dengan gastrointestin (muntah,
kram pada perut dan diarrhea) dan gejala-gejala neurologis (sakit kepala yang dahsyat dan
kehilangan memori jangka pendek). Sekitar 90 korban yang diopname, ada yang mengalami
koma, tekanan darah yang tidak stabil, lendir yang yang terus mengucur pada hidung dan hilang
daya ingat sementara.
Asam domoat ditemukan pada burung-burung laut Pelicant dan Cormorant yang
memakan ikan teri yang terkontaminasi, demikian juga pafa singa laut, kepting dan kerang
pecten di Florida, Washington, Oregon dan Kanada. Di Oregon dan Washington, ditemukan
kasus keracunan pada 25 orang yang mengkonsumsi kerang pecten pada tahun 1993
(Washington Department of Health, 1994).
Biasanya dihasilkan dari bakteri yang bersimbiosis Tetrodotoxin adalah toksin yang
ditemukan pada beberapa spesies ikan buntal ”puffer” (Fugu sp). Lebih dari 100 spesies ”puffer
fish” (famili Tetraodontidae) menyebar dari perairan sedang hingga tropis, tetapi hanya sekitar
10 spesies yang dikonsumsi, khususnya di Jepang. Jenis ikan buntal beracun yang terdapat di
Indonesia, antara lain: Buntal Duren (Diodon hytrix) dari famili Diodontidae bergigi lempeng
dan kuat. Buntal Landak (Diodon holacanthus) bersirip 14, berduri lemah pada punggung, dada,
pada sirip dubur terdapat 23 duri lemah. Buntal Kotak (Rhynchostrcion nasus) dan Buntal
Tanduk (Tetronomus gibbosus) berduri di kepalanya termasuk famili Ostraciontidae. Buntal
Kelapa (Arothron reticularis), berciri duri lemah antara 10 – 11 pada sirip punggung, 9 – 10 pada
sirip dubur dan 18 pada sirip dada. Buntal Pasir (Arthron immaculatus), Buntal Tutul (A.
aerostaticus) dan Buntal Pisang (Gastrophysus lunaris).
Semua jenis ikan buntal tersebut beracun, akan tetapi tingkat toksisitas diantara spesies tersebut
berbeda. Ikan buntal biasanya hidup di daerah terumbu karang. Daging segar dan beberapa
bagian dari tubuh ikan buntal mungkin aman dimakan dalam keadaan mentah atau dimasak.
Tetapi bagian lainnya seperti kandung telur (ovari) (tertinggi, sebagai alat perlindungan diri dari
pemangsa) dan hati sangat beracun, juga mata, kulit, saluran pencernaan dan jeroan lainnya.
Gejala keracunan, diawali rasa mual, muntah, mati rasa dalam rongga mulut, selanjutnya muncul
gangguan fungsi saraf yang ditandai dengan rasa gatal di bibir, kaki, tangan. Gejala selanjutnya,
terjadi kelumpuhan dan kematian akibat sulit bernapas dan serangan jantung. Gejala tersebut
timbul selama 10 menit hingga 3 jam setelah mengkonsumsinya.
9. Ciguatera
Kemungkinan yang paling membahayakan dari bentuk racun pada ikan adalah Ciguatera
Fish Poisoning (Ciguatoxic). Ini adalah racun yang bisa berada pada semua ikan, tetapi
mencapai konsentrasi yang paling tinggi pada ikan pemakan segala yang merupakan struktur
rantai makanan tertinggi. Racun ini tidak mengakibatkan apa-apa pada ikan itu sendiri, tetapi
dapat menyebabkan sakit luar biasa atau bahkan kematian pada manusia atau hewan lainnya.
Racun ini diproduksi oleh dinoflasgelata berukuran kecil yang dinamakan Gambierdiscus
toxicus yang hidupnya berkoloni pada permukaan batu, dermaga, bangkai kapal ataupun pada
alga (blades of algae).
Dinoflagellata ini juga dapat memenuhi karang, ganggang dan rumput laut yang kemudian
dimakan oleh ikan karang. Terumbu karang dilaut berubah akibat kenaikan suhu, polusi dan lain-
lain. Sejenis alga Halymenia, Portieria sp, Turbinaria dan Sargassum sp. adalah tempat untuk
mikroorganisme Dinoflagellata yang menghasilkan toxin yg disebut Ciguatoxin atau Ciguatera.
Ikan-ikan Herbivora memakan organisme tersebut dan ikan karnivora besar pemakan ikan
karang ikut terinfeksi toxin tersebut. Toxin ini tidak dapat hilang karena dimasak, dagingnya
tidak berubah rasa dan tidak mempengaruhi kwalitas ikan. Dan Ciguatera ditularkan kepada
manusia melalui konsumsi ikan-ikan tersebut. Gejala awal keracunan terjadi setelah beberapa
jam mengkonsumsi ikan, seperti halnya keracunan biasa : diare, muntah, sakit kepala. Disertai
menurunnya tekanan darah dan menjadi lemah untuk beberapa hari. Gejala gatal yg terus
menerus juga bisa terjadi. Beberapa orang yg sensitif terhadap racun mungkin mengalami
gangguan lebih serius (anafilaksis). Gejala dapat berlangsung selama 2-3 bulan.
Beberapa contoh ikan yang mengandung Ciguatoxic:
Amber Jacks
Black Grouper
Blackfin Snapper
Cubera Snapper
Dog Snapper
Great Barracuda
Hogfish
Horse Eye Eacks
King Mackerel
Yellowfin Grouper
Neurotoxic shellfish poisoning (NSP) telah dikenal sejak tahun 1990-an yang berasal dari
laporan kejadian di bagian Tenggara USA (Gold Coast) dan sebelah Timur Meksiko. Peledakan
penyakit NSP terkait dengan konsumsi kerang hijau dan Oyster dan beberapa jenis
‘filterfeeders’lainnya. Penyakit ini muncul selalu bersamaan dengan terjadinya red-tides. Jenis
toksin ini terutama terakumulasi pada bagian otot kaki kerang (adductor muscles) yang disenangi
dan enak dimakan. Karena pihak pemerintah AS secara rutin melakukan pemantauan terhadap
Gonyaulaxbreve dan kandungan brevetoxins dalam seafood, maka respon darurat dalam bentuk
pelarangan pengumpulan kerang sering dilakukan, sehingga insiden NSP sangat rendah.
Brevetoksin dan ciguatoksin adalah polyethers yang mengikatkan diri pada reseptor yang sama
yang mengandung ion Na+, dan menyebabkan sakit pada bagian abdomen, nausea, diarrhea, rasa
terbakar pada rectum, sakit kepala, vertigo dan gangguan pada pupil mata/iritasi mata.