Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

TERAPI BERMAIN TENTANG MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK


USIA PRA SEKOLAH 3 – 6 TAHUN DI RUANG DAHLIA
RSD BALUNG JEMBER

disusun guna memenuhi tugas praktik profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Oleh:
Yulda Rachmi Shabrina, S.Kep. NIM 192311101019
Norma Mey Intan P., S.Kep. NIM 192311101117
Nur Afif Abdullah, S.Kep. NIM 192311101154
M. Cholillurohman H., S.Kep. NIM 192311101160
Putri Hidayatur R., S.Kep. NIM 192311101111
Riska Indah Permatasari, S.Kep. NIM 192311101124
Oktalia Rahmawati, R., S.Kep. NIM
Eka Aprilia, S.Kep. NIM 192311101161
Ilya Farida, S.Kep. NIM 192311101058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong,
2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah
anak usia toddler (1-4 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-
anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta
senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai
gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Menurut
Lustyawati (2018) bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia 3-6
tahun yaitu mewarnai gambar. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu
media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang
memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan
perasaannya dengan cara menggambar, ini berarti menggambar bagi anak
merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata
(Suparto, 2003, dalam Paat, 2010 ). Dengan menggambar atau mewarnai
gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia
pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap
dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan
menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit
(Wowiling dkk., 2014).
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak
bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon
atau pensil warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya
secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat
pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk
mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi
bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena penyakit dan dirawat
3. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap/konsentrasi anak.
4. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
6. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN BERMAIN


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada
orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak . Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Erlita, 2006). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan
dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah
cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan
mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang
merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan
atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan
yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005). Terapi bermaian ini
bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan
stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim,
2010).

2.2 TUJUAN TERAPI BERMAIN


Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Menurut Santrock (2007) dalam Saputro dan Fazrin (2017), terapi bermain
dapat membantu anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegangan
mengendor dalam permaianan, anak dapat menghadapi masalah kehidupan,
memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan
emosi yang tertahan. Permainan juga sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu diantaranya :
1. Untuk perkembangan kognitif
a. Anak mulai mengerti dunia
b. Anak mampu mengembangakan pemikiran yang fleksibel dan berbeda
c. Anak memiliki kesempatan untuk menemui dan mengatasi
permasalahan–permasalahan yang sebenarnya
2. Untuk perkembangan sosial dan emosional
a. Anak mengembangakan keahlian berkomunikasi secara verbal maupun
non verbal melalui negosiasi peran, mencoba untuk memperoleh akses
untuk permainan yang berkelanjutan atau menghargai perasaan orang
lain
b. Anak merespon perasaan teman sebaya sambil menanti giliran bermain
dan berbagi pengalaman
c. Anak bereksperimen dengan peran orang–orang dirumah, di sekolah,
dan masyarakat di sekitarnya melalui hubungan langsung dengan
kebutuhan–kebutuhan dan harapan orang–orang disekitarnya
d. Anak belajar menguasai perasaanya ketika ia marah, sedih atau
khawatir dalam keadaan terkontrol
3. Untuk perkembangan bahasa
a. Dalam permainan dramatik, anak menggunakan pernyataan–pernyataan
peran, infleksi (perubahan nada/suara) dan bahasa komunikasi yang
tepat
b. Selama bemain, anak belajar menggunakan bahasa untuk tujuan–tujuan
yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda dengan orang–orang yang
berbeda pula
c. Anak menggunakan bahasa untuk meminta alat bermain, bertanya,
mengkspresikan gagasan atau mengadakan dan meneruskan permainan
d. Melalui bermain, anak bereksperimen dengan kata–kata, suku kata
bunyi, dan struktur bahasa
4. Untuk perkembangan fisik (jasmani)
a. Anak terlibat dalam permainan yang aktif menggunakan keahlian–
keahlian motorik kasar
b. Anak mampu memungut dan menghitung benda–benda kecil
menggunakan keahlian motorik halusnya
5. Untuk perkembangan pengenalan huruf (literacy)
a. Proses membaca dan menulis anak seringkali pada saat anak sedang
bermain permainan dramatik, ketika ia membaca cetak yang tertera,
membuat daftar belanja atau bermain sekolah–sekolahan
b. Permainan dramatik membantu anak belajar memahami cerita dan
struktur cerita
c. Dalam permainan dramatik, anak memasuki dinia bermain seolah–olah
mereka adalah karakter atau benda lain. Permainan ini membantu
mereka memasuki dunia karakter buku.

2.3 FUNGSI BERMAIN


Menurut Saputro & Fazrin (2017), dunia anak tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan bermain. Diharapkan dengan bermain, anak akan mendapatkan
stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal. Adapun
fungsi bermain pada anak yaitu:
1. Perkembangan sensoris-motorik: aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembanga fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain,
anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan
belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja
4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga
akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan
orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-nilai
moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
6. Bermain Sebagai Terapi, pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti:
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi).

2.4 PRINSIP PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN


Prinsip pelaksanaan terapi bermain menurut Saputro & Fazrin (2017)
sebagai berikut:
a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih
singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih
sederhana. Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi
bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu
15-20 menit dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta
tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan
Adriana, 2011, yang menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35
menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit,
tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit. Lama pemberian
terapi bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan 15-30 menit dalam
sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi ini dapat memberikan
mekanisme koping dan menurunkan kecemasan pada anak.
b. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan
harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa
nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka
yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur
di malam hari, mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung
bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan
lama serta ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan anak.
c. Sesuai dengan kelompok usia, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan
dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan bermain berlainan antara
usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
d. Tidak bertentangan dengan terapi, bila program terapi mengharuskan anak
harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat
tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan
yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain
dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
e. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga, namun menurut Wong (2009),
keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat si rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit
seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam perawatan
anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi.
Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga tidak hanya mendorong
perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial anak, namun juga akan
memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian
yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini juga dapat
membangun kesadaran buat anggota keluarga lain untuk dapat menerima
kondisi anak sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bratton, 2005, keterlibatan orangtua dalam pelaksanaan terapi bermain
memberikan efek yang lebih besar dibandingkan pelaksanaan terapi
bermain yang diberikan oleh seorang profesional kesehatan mental.

2.5 TIPE PERMAINAN


a. Permainan pengamat
Tipe dari permainan pengamat adalah anak memperhatikan apa yang
dilakukan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk terlibat dalam aktivitas
dalam bermain tersebut. Anak memiliki keinginan dalam memperhatikan
interaksi anak lain, tetapi tidak bergerak untuk berpartisipasi. Anak
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang
sedang dilakukan temannya.
b. Permainan tunggal
Tipe permainan tunggal adalah anak bermain sendiri dengan mainan yang
berbeda dengan mainan yang digunakan oleh anak lain di tempat yang
sama. Anak menikmati adanya anak lain tetapi tidak berusaha untuk
mendekati mereka. Keinginan anak dipusatkan pada aktivitas mereka
sendiri, yang mereka lakukan tanpa terkait dengan aktivitas anak lain.
c. Permainan paralel
Tipe permainan paralel adalah anak bermain secara mandiri tetapi diantara
anak-anak lain. Mereka bermain dengan mainan yang sama seperti mainan
yang digunakan anak lain disekitarnya, tetapi ketika anak tampak
berinterkasi, mereka tidak saling mempengaruhi. Masing-masing anak
bermain berdampingan, tetapi tidak bermain bersama-sama.

d. Permainan asosiatif
Tipe permainan asosiatif adalah bermain bersama dan mengerjakan
aktivitas serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian
kerja, penetapan kepemimpinan atau tujuan bersama. Anak saling pinjam
meminjam mainannya, saling mengikuti, bertindak sesuai dengan
harapannya sendiri dan tidak ada tujuan kelompok. Terdapat pengaruh
perilaku yang sangat besar ketika satu anak memulai aktivitas, seluruh
kelompok mengikuti.
e. Permainan kooperatif
Tipe permainan kooperatif (kerjasama) adalah permainan bersifat teratur,
dan anak bermain dalam kelompok dengan anak lain. Anak akan
berdiskusi dan merencanakan aktivitas untuk tujuan pencapaian akhir.
Kelompok terbentuk secara renggang, tetapi terdapat rasa memiliki atau
tidak memiliki yang nyata. Aktivitas permainan dikontrol oleh satu atau
dua anggota yang memerankan peran dan mengarahkan aktivitas orang
lain. Aktivitas diatur untuk memungkinkan satu anak menambah fungsi
anak lain dalam mencapai tujuan. Pada permainan ini terdapat aturan
permainan dalam kelompok, tujuan dan pemimpin permainan.

2.6 KATEGORI BERMAIN


1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

2.7 CIRI-CIRI BERMAIN


1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
2.8 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya
bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.

2.9 KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak
usia sekolah Adolesen.

2.10 TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya

2.11 BERMAIN MEWARNAI GAMBAR


a. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif
untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi
pada anak.
b.Manfaat
1)Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
2)Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan
motorik halus.
3)Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4)Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak
suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5)Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative.
6)Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman
dari rasa marah dan benci.
7) Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.
BAB 3. RENCANA KEGIATAN

3.1 Sasaran
a. Anak usia 3 – 6 tahun.
b. Anak yang dirawat di Ruang Dahlia.
c. Anak tidak memiliki keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain.
d. Anak yang kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan dari awal
hingga akhir.
e. Anak yang mau berpartisipasi dalam kegiatan terapi bermain mewarnai
gambar.

3.2 Jadwal Pelaksanaan


a. Hari / Tanggal :
b. Waktu :
c. Tempat : Ruang Dahlia RSD Balung Jember

3.3 Media
a. Kertas bergambar
b. Pensil warna

3.4 Metode (Proses Pelaksanaan)


a. Anak diberikan penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain
yang meliputi waktu kegiatan, tahapan permainan, serta hal-hal lain yang
terkait dengan program terapi bermain.
b. Di awal permainan, anak diperkenalkan dengan kertas bergambar dan
macam-macam warna, lalu diberikan penjelasan mengenai cara mewarnai
gambar.
c. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih
dahulu gambar yang ada di kertas, memilih warna yang dikehendaki, dan
kemudian mewarnai kertas bergambar tersebut.
d. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama kegiatan
mewarnai gambar berlangsung.
e. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam
kegiatan mewarnai gambar.
f. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak
selama terapi bermain berlangsung.
g. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
h. Setelah anak selesai mewarnai gambar, anak diharapkan untuk
menyebutkan nama objek yang telah diwarnai tersebut.
i. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan
memberikan bangun tersebut sebagai reward.
j. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan
pujian kepada semua peserta sebagai reward.

3.5 Kegiatan Permainan


No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam dan 1. Mendengarkan kontrak.
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan tujuan
2. Menyampaikan tujuan dan dari penyuluhan.
maksud dari kegiatan 3. Mendengarkan kontrak.
3. Menjelaskan kontrak waktu dan 4. Mendengarkan instruksi.
mekanisme kegiatan bermain.
4. Menjelaskan cara bermain
mewarnai gambar.
2. 30 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak bermain Bermain bersama dengan
mewarnai gambar. antusias.
2. Fasilitator mendampingi anak
dan memberikan motivasi
kepada anak.
3. Menanyakan kepada anak
apakah sudah selesai dalam
mewarnai gambar.
4. Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
selesai.
5. Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu menyusun
sampai selesai.
4. 10 Menit Evaluasi :
1. Melakukan review Anak mendengarkan dan
pengalaman bermain merespon dengan menjawab
mewarnai gambar. kesan dan pengalamannya
2. Mengidentifiasi kejadian yang selama bermain mewarnai
berkesan selama bermain. gambar.
3. Menganalisis kesan yang
didapat oleh anak.
4. Menyimpulkan kegiatan acara.

3.6 Pengorganisasian
Leader : M. Cholillurohman H., S.Kep.
Co Leader : Putri Hidayatur R., S.Kep.
Fasilitator : Yulda Rachmi Shabrina, S.Kep.
Riska Indah Permatasari, S.Kep.
Oktalia Rahmawati, R., S.Kep.
Nur Afif Abdullah, S.Kep.
Norma Mey Intan P., S.Kep.
Eka Aprilia, S.Kep.
Observer : Ilya Farida, S.Kep.

3.7 Job Description


1) Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain.
2) Co-Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain
dalam terapi bermain.
3) Fasilitator
a. Memfasilitasi anak untuk bermain.
b. Membimbing anak bermain.
c. Memperhatikan respon anak saat bermain.
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
4) Observer
a. Mengawasi jalannya permainan.
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan
Leader dan fasilitator.

3.8 Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa mampu mengarahkan anak sesuai istruksi dan anak
mampu mengikuti
b. Acara berdurasi 30 menit
c. Mahasiswa bertugas sesuai struktur organisasi dan acara yang
dibuat
2) Evaluasi Proses
a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Orang tua kooperatif selama proses bermain
3) Evaluasi Hasil
a. Anak merasa senang dan menjadi lebih terbuka dengan perawat
b. 80% anak dapat menebak gambar
c. 70% anak dapat mewarnai gambar yang dipilih
d. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktivitas bermain
BAB 4. PENUTUP

A. Kesimpulan
Hospitalisasi merupakan keadaan yang tidak menyenangkan untuk anak-
anak. Proses hospitalisasi membuat anak kehilangan waktu bermain dengan
teman-temannya. Selain itu, hospitalisasi juga menyebabkan kebosanan untuk
anak-anak. Kebutuhan bermain yang terganggu selama proses hospitalisasi dapat
diatasi dengan pemberian terapi bermain sesuai dengan usia dan karakteristik
anak. Pemberian terapi bermain ini dapat mengurangi kebosanan dan
meningkatkan kooperatif anak. Selain itu terapi bermain dapat mengalihkan
perhatian anak dari sakitnya.

B. Saran
1. Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter dan usia anak.
2. Alat-alat permainan yang disediakan di RS sebaiknya yang beragam
sehingga anak dapat menentukan sendiri permainannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada
http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 25 Desember 2016.

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company, Philadelpia USA.

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta.

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC:


Jakarta www.Pediatrik.com Minggu 25 Desember 2016.

Lustyawati, S. 2018. Penerapan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Untuk


Menurunkan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah (3-
6 Tahun). Jurnal Lentera, 3(1), 83-92.

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Paat, T. C. (2010). Analisis Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Prilaku


Kooperatif Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani
Perawatan Di Ruangan Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado. Skripsi. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Saputro, H. & Fazrin, I. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit :
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat, dan
Pelaksanaannya. Forum Ilmiah Kesehatan.

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta.

Wong, D. L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Wowiling, F. E., Ismanto, A. Y., & Babakal, A. (2014). Pengaruh Terapi Bermain
Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia PRA
Sekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. RD
Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 2(2).
Lampiran 1 Berita acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat tanggal bulan Desember 2019 pukul WIB-selesai di
Ruang Dahlia RSD Balung Jember telah dilaksanakan Kegiatan terapi bermain
tentang mewarnai gambar pada anak usia pra sekolah 3 – 6 tahun.

Jember, Desember 2019

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Tri Ratna Cahyani, S.Kep.) (Ns. Peni Perdani Juliningrum, M.Kep.)
NIPTT. 1110208 NIP. 19870719 201504 2 002
Lampiran 2 Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2019/2020
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450

DAFTAR HADIR

Kegiatan terapi bermain tentang mewarnai gambar pada anak usia pra sekolah 3 –
6 tahun, pada Hari ini tanggal bulan Desember tahun 2019 pukul
WIB-selesai di Ruang Dahlia Rumah Sakit Daerah Balung dihadiri oleh:.
NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jember, Desember 2019

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

(Ns. Tri Ratna Cahyani, S.Kep.) (Ns. Peni Perdani Juliningrum, M.Kep.)
NIPTT. 1110208 NIP. 19870719 201504 2 002
Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 1. Proses Pelaksanaan Terapi Bermain pada Anak Usia 3-6 Tahun di
Ruang Dahlia (Ruang Anak) RSD Balung Kabupaten Jember

Gambar 2. Proses Pelaksanaan Terapi Bermain pada Anak Usia 3-6 Tahun di
Ruang Dahlia (Ruang Anak) RSD Balung Kabupaten Jember

Anda mungkin juga menyukai