Anda di halaman 1dari 9

Medico-Legal Autopsy & Forensic Science Laboratory: Vital

Tools of Criminal Justice System

Abstract
Ilmu forensik adalah aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk deteksi dan
investigasi kejahatan. Ilmu forensik telah membentuk dunia keadilan, menandakan pemeriksaan
kejahatan dengan bantuan kemajuan teknologi modern. Dalam studi retrospektif ini, viscera yang
dikirim ke bagian toksikologi dan DNA FSL selama otopsi di kamar mayat Adichunchanagiri
Institute of Medical Sciences, distrik Mandya, Karnataka, India, antara Januari 2013 hingga
Desember 2017 telah dianalisis. Selama penelitian ini, beberapa pengamatan epidemiologis dan
hasilnya telah dipertimbangkan. Dari 748 kasus autopsi, dalam 256 kasus viscera telah
dikirimkan ke bagian laboratorium toksikologi ilmu forensik dan pada 43 jenazah tidak dikenal
baik tulang paha atau jaringan hati telah dikirimkan ke bagian DNA. Dalam semua 256 kasus
viscera telah menjadi sasaran pemeriksaan toksikologi di laboratorium ilmu forensik, dalam 211
kasus kami menerima hasil positif, menyatakan jenis dan jumlah racun yang terdapat pada saat
kematian. Dalam 43 kasus viscera yang telah dikirimkan ke bagian DNA, dan laporannya telah
dikirimkan ke pengadilan terhormat. Dengan meningkatnya populasi dikombinasikan dengan
inflasi dan penurunan ekonomi, adanya peningkatan tingkat kejahatan dari semua sifat di
masyarakat. Untuk memastikan keadilan yang memadai dan tepat waktu bagi para korban
pelanggaran, otopsi yang tepat ditambah dengan dukungan laboratorium akan sangat membantu
dalam melengkapi pekerjaan penyelidikan polisi untuk mengubah kecurigaan menjadi kepastian
yang masuk akal baik bersalah maupun tidak bersalah.

Pengantar
Kedokteran forensik adalah cabang ilmu; yang berkaitan dengan penerapan pengetahuan
medis untuk membantu dalam administrasi peradilan. Ilmu forensik adalah penerapan
pengetahuan medis, pengetahuan ilmiah dan aspek teknis untuk memecahkan kejahatan dan
untuk membantu peraadilan.
Laboratorium Ilmu Forensik berlokasi di semua kantor pusat distrik di seluruh India.
Ilmuwan dari laboratorium ilmu forensik, mereka mengajar petugas investigasi mengenai metode
pengumpulan bukti yang benar di TKP dan mereka menganalisis semua bukti dengan ini mereka
membantu proses penyelidikan.
Laboratorium Ilmu Forensik adalah sistem multi-disiplin, dilengkapi dengan infrastruktur
standar internasional yang sangat terspesialisasi dan dirasionalisasi. Ini kompeten untuk
melakukan pekerjaan ilmiah yang menantang terkait dengan kejahatan. Direktorat ini
menganalisis berbagai kasus kriminal di bawah undang-undang yang berbeda seperti IPC, Cr.PC,
UU Senjata India, UU NDPS, UU Bahan Peledak, UU Perminyakan, UU Kepolisian Mumbai,
UU Komoditas Esensial, UU Larangan Bombay, UU Kendaraan Bermotor, ITAct, Wild Life
Protection Act, TADA, MCOCA dll dan memberikan laporan analitik ilmiah [1].
Bagian Toksikologi
Analisis sistematis dan kuantisasi tingkat racun dilakukan dengan menggunakan teknik
instrumental canggih seperti Gas Chromatography, Spectrophotometer, dan High Performance
Thin Layer Chromatography (HPTLC) dengan Scanner untuk memastikan keberhasilan
penuntutan. Di divisi ini, viscera, stomach wash/aspirasi, muntah, darah dan bahan biologis/non-
biologis lainnya yang diajukan oleh petugas Medis dan Polisi dalam kasus-kasus keracunan,
pembunuhan dan bunuh diri diperiksa untuk mendeteksi racun, jika ada, terdapat di dalamnya(1).

Bagian DNA
Selama 25 tahun terakhir ilmu forensik telah memperoleh dasar yang luar biasa selama
nilai-nilai pembuktian berkaitan dengan satu alat biologis tertentu yaitu analisis DNA. Ini telah
merevolusi penyelidikan forensik. Bagian DNA dari laboratorium ini dilengkapi dengan
instrumen modern. Analisis DNA memiliki aplikasi luas dalam forensik seperti pengujian
paternitas yang dipersengketakan, pembunuhan, pemerkosaan, individualisasi dll. Penggunaan
konvensional sistem enzim imunologis dan polimorfik, bekerja paling baik dalam kasus
pengecualian, tetapi kemungkinan inklusi tidak melebihi di atas 99,7%. Dalam pembuatan profil
DNA, kemungkinan pola yang identik antara dua individu yang dipilih secara acak adalah dalam
urutan 1 banding 1014 hingga 1030, mengingat populasi dunia sekitar 5 × 1016. Dengan
demikian profil DNA dapat dianggap sangat unik (kecuali kembar monozigot) (1).

Bahan dan Metode

Dalam studi retrospektif ini, viscera dikirim ke bagian toksikologi dan DNA FSL selama
otopsi di kamar mayat Institut Ilmu Kedokteran Adichunchanagiri, distrik Mandya, Karnataka,
India, antara Januari 2013 hingga Desember 2017 dianalisis. Visera yang akan dikirimkan dalam
semua kasus yang diduga keracunan dan alkohol adalah:
1. lambung and isi (preservative-common salt solution).
2. Potongan hati dan ginjal (preservative-common salt solution).
3. Darah (preservative-sodium fluoride).
4. Common salt solution sebagai control.
Visera yang akan dikirimkan untuk semua jenazah yang tidak diketahui untuk analisis
DNA adalah:
1. Tulang femur (no preservative).
2. Potongan hati (preservative-normal saline).
Metode pengambilan sampel di laboratorium ilmu forensik:
1. Sampel jaringan yang dicincang halus, darah, bahan pengawet yang digunakan dilakukan
tindakan steam destilation dan hasil penyulingan (destilate) dikumpulkan.
2. Sampel jaringan yang dicincang halus, darah, pengawet dilakukan tindakan Liquid-Liquid
Extraction (LLE) dengan diklorometana / dietil eter / etil asetat pada pH asam, netral dan basa.
Setelah pemisahan fase, lapisan organik dimurnikan, diuapkan sampai kering dan disusun
kembali dengan metanol.
3. Sampel jaringan yang dicincang halus, darah, pengawet ditambahkan dengan butiran seng dan
diasamkan. Asap yang dihasilkan dilewatkan melalui reagen SDDC-morpholine.
4. Sampel jaringan yang dicincang halus, darah, pengawet yang digunakan untuk wet
digestion/protein presipitat dan disaring.
Metode analisis & identifikasi di laboratorium sains forensik:
1. Hasil penyulingan (distillate) dari metode pengambilan sampel 1 dianalisis untuk alkohol
dengan tes warna dan volumetric titration/gas chromatography.
2. Ekstrak dari metode pengambilan sampel 2 dianalisis untuk pestisida, obat-obatan dan alkaloid
dengan uji warna dan metode thin-layer chromatography/high-performance thin-layer
chromatography.
3. Distilate dari metode pengambilan sampel 1 dianalisis untuk sianida dengan uji warna.
4. Filtrasi dari metode pengambilan sampel 4 dianalisis untuk ion logam beracun dan anion
dengan tes warna.
5. Pereaksi dari metode pengambilan sampel 3 dianalisis untuk ion phospide dengan tes warna
dan UV-visible spectrophotometry.
(TABEL)

Hasil
Dari 748 kasus autopsi, dalam 256 kasus viscera telah dikirimkankan ke bagian
laboratorium toksikologi ilmu forensik dan pada 43 jenazah tidak dikenal baik tulang paha atau
jaringan hati telah dikirimkan ke bagian DNA.
Dalam semua 256 kasus vicsera telah menjadi sasaran pemeriksaan toksikologi di
laboratorium ilmu forensik, dalam 211 kasus kami menerima hasil positif, menyatakan jenis dan
jumlah racun yang ada pada saat kematian. Dalam 43 kasus viscera telah dikirimkan ke bagian
DNA, dan laporan tersebut telah dikirimkankan ke pengadilan terhormat. (table 1)

Diskusi
Fungsi utama laboratorium ilmu forensik adalah (2):
1. Untuk merekonstruksi kejahatan.
2. Untuk menganalisis jejak bukti (darah, rambut, fiber, dll dari korban, terdakwa dan tempat
kejadian perkara dan untuk menghubungkan ketiganya bersama-sama), pekerjaan ini
dilakukan oleh bagian yang berbeda.

Laboratorium ilmu forensik menyediakan layanan untuk pemeriksaan ilmiah dan evaluasi
bukti. Dokter yang menyediakan layanan medikolegal harus menyerahkan barang bukti/bukti
yang dikumpulkan selama pemeriksaan medis ke laboratorium ilmu forensik untuk analisis dan
evaluasi barang bukti. Oleh karena itu, perlu bagi para dokter bahwa mereka harus memiliki
beberapa gagasan mengenai pengaturan, fungsi dan layanan yang disediakan oleh laboratorium-
laboratorium ini (3).
The Census of Publicly Funded Forensic Crime Laboratories (CPFFCL) diarahkan ke
laboratorium kejahatan federal, negara bagian, kabupaten, dan kota yang didanai semata-mata
oleh pemerintah atau organisasi induknya adalah agen pemerintah. CPFFCL mencakup agen
yang mempekerjakan satu atau lebih ilmuwan full-time dengan minimal gelar sarjana dalam
bidang kimia, fisika, biologi, kriminalitas, atau bidang ilmu forensik yang terkait, dan yang
fungsi utamanya memeriksa bukti fisik dalam masalah pidana dan menyediakan laporan dan
kesaksian ke pengadilan tentang bukti tersebut (4).
Di Amerika Serikat, laboratorium kriminal (laboratorium forensik) dapat dioperasikan secara
publik atau swasta, meskipun laboratorium swasta biasanya tidak menanggapi TKP untuk
mengumpulkan bukti. Laboratorium kejahatan publik diselenggarakan di tingkat kota,
kabupaten, negara bagian, atau nasional. Lembaga penegak hukum yang tidak mengoperasikan
lab kriminalnya sendiri biasanya memiliki akses gratis ke laboratorium tingkat yang lebih tinggi
untuk analisis bukti mereka. Sebagian besar negara bagian memiliki laboratorium kejahatan
sendiri, misalnya Oklahoma memiliki OSBI, dan banyak tempat lain memiliki laboratorium
kejahatan yang lebih kecil namun masih mencukupi. Departemen Kepolisian Los Angeles
mendirikan laboratorium kejahatan pertama di Amerika Serikat (1923), diikuti oleh Biro
Investigasi (1926), cikal bakal Biro Investigasi Federal. ((Every Contact Leaves a Trace, Connie
Fletcher, St Martin's Press, New York, 2006, wawancara dengan direktur lab kriminal) (5).
Menurut sebuah studi oleh Pelicao (6), analisis laboratorium toksikologi forensik dari kedua
kasus menunjukkan konsentrasi tinggi dalam darah, isi lambung dan dalam eksudat hepatik
(hanya Kasus 2), memungkinkan kesimpulan bahwa kematian ini terjadi karena keracunan akut
sianida. . Kasus 1 memiliki cara kematian yang dicirikan dengan baik sebagai bunuh diri,
terutama karena temuan di TKP, seperti posisi tubuh, indikasi pemberian garam sianida secara
mandiri dan catatan bunuh diri. Untuk kasus 2, cara kematian belum ditentukan, menunggu
investigasi (kematian karena kecelakaan dan bunuh diri adalah hipotesis utama).
Dalam sebuah studi oleh Roya (7), sampel Postmortem dianalisis di laboratorium
toksikologi forensik untuk mengkonfirmasi keberadaan obat dalam mayat kasus bunuh diri. Obat
dan racun dianalisis thin layer chromatography, high performance liquid chromatography, gas
chromatography/mass spectrometry, headspace gas chromatography dan gas chromatography
yang dilengkapi dengan detektor fosfor nitrogen. Data demografis dikumpulkan dari laporan
otopsi dari semua kasus dengan penyebab kematian bunuh diri akibat keracunan yang
dikonfirmasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 674 kasus kematian karena meracuni diri
sendiri diselidiki selama masa studi lima tahun, di mana 68,55% adalah laki-laki. Metode bunuh
diri yang paling sering digunakan adalah meracuni diri pada populasi muda. Gas fosfat yang
dibebaskan dari tablet aluminium fosfida adalah zat yang paling beracun yang terdeteksi dalam
sampel postmortem (619 kasus) diikuti oleh opioid, metamfetamin, organofosfat, sianida, dan
strychnine.
Dalam sebuah studi oleh Sharma (8), laboratorium ilmu forensik mendeteksi Endosulfan,
Pentazocine, Phenargan dan Ketamine dalam viscera dan sampel darah dari semua orang yang
meninggal. Endosulfan juga terdeteksi dalam sampel urin Mr. Chitarmal, bahan makanan
(Rabdee) dan dalam satu jarum suntik. Ketamine terdeteksi pada jarum suntik lain. Pemeriksaan
Postmortem, pemeriksaan laboratorium viscera dan darah almarhum, bahan makanan dan barang
bukti yang ditemukan dari tersangka juga mengkonfirmasi keberadaan racun Pentazocine,
Phenargan, Ketamine dan Endosulfan yang mengindikasikan keracunan pembunuhan.

Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi dikombinasikan dengan inflasi dan penurunan ekonomi,
ada peningkatan tingkat kejahatan dari semua golongan di masyarakat. Untuk memastikan
keadilan yang memadai dan tepat waktu bagi para korban pelanggaran, otopsi yang tepat
ditambah dengan dukungan laboratorium akan sangat membantu dalam melengkapi pekerjaan
penyelidikan polisi untuk mengubah kecurigaan menjadi kepastian yang masuk akal baik
bersalah maupun tidak bersalah.
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semua kejahatan/TKP akan
meninggalkan jejak kaki dalam bentuk bukti fisik barang bukti yang perlu ditangani oleh dokter
di tingkat otopsi dan menganalisis lebih lanjut, dievaluasi dan berpendapat dengan bantuan
laboratorium ilmu forensi, sehingga sistem peradilan pidana dilayani secara memadai tanpa
prasangka dan prasangka, hanya berdasarkan fakta.
Dokter yang melakukan otopsi atas kasus rumit kematian tidak wajar sering
mengandalkan Laboratorium Ilmu Forensik untuk pendapat mereka yang berharga, sehingga
pelanggar berbagai kejahatan atau yang tidak bersalah dilindungi dari tuduhan palsu.
Studi ini menunjukkan bahwa, dalam sebagian besar otopsi yang dilakukan, layanan
Laboratorium ilmu Forensik dibutuhkan dan keduanya memainkan peran penting dalam
membantu proses penyelidikan kriminal yang pada akhirnya memperkuat sistem peradilan
pidana.

References
1. https://dfsl.maharashtra.gov.in/1035/Home.
2. Anil A (2016) Forensic medicine and toxicology. Edition 1. Delhi: Avichal publishing
company.Forensic science laboratory.
3. Rajesh B (2011) Principles of forensic medicine & toxicology. Edition 1. Delhi: Jaypee
brother’s medical publishers. Forensic science laboratory.
4. https://www.bjs.gov/index.cfm?ty=dcdetail&iid=244
5. https://en.wikipedia.org/wiki/Crime_lab
6. Pelicao FS, De-Paula DML, Botelho ED, Hampel G, Pissinate JF, et al. (2018) Forensic
toxicological analysis in cyanide poisoning: Two case reports. J Toxicol Anal 1: 1-5.
7. Roya K, Maryam A, Maryam A, Masoud G, Kamran A. (2017) Forensic toxicology analysis
of self-poisoning suicidal deaths in Tehran, Iran; trends between 2011-2015. DARU J Pharm
Sci 25:15.
8. Sharma M, Khajja BS, Vashistha KN, Bairwa T, Sharma S, et al. (2010) Trace evidence crack
a suicide proved homicide: A case study. J Forensic Res 1: 103.
CRITICAL APPRASIAL

1. Judul :
 “Medico-Legal Autopsy & Forensic Science Laboratory: Vital Tools of Criminal
Justice System”
 Judul jurnal dibuat dengan jelas, menarik, singkat dan mengambarkan isi utama
penelitian.
2. Pengarang :
Vijay Kumar AG*, Kumar U, Shivaramu MG and Vinay. Dari Department of Forensic
Medicine and Toxicology,Adichunchanagiri Institute of Medical Sciences, Karnataka,
India
3. Abstrak :
Singkat, padat dan jelas, sekitar 210 kata, namun tidak dijabarkan berdasarkan:
Tujuan, Metode dan Hasil. Abstrak disertai kata kunci
4. Desain Penelitian :
Studi Kohort Retrospektif
5. Tempat Penelitian :
Institut Ilmu Kedokteran Adichunchanagiri, distrik Mandya, Karnataka, India
6. Sampel Penelitian :
748 Kasus Otopsi dalam semua kasus yang diduga keracunan ataupun karena
alkohol dan semua jenazah yang tidak diketahui
7. Hasil :
Dijelaskan tentang jumlah dan karakteristik subjek penelitian Kesimpulan dari
hasil pembahasan penelitian ditulis secara lengkap secara naratif yang informatif
penulisan bilangan dinyatakan dengan benar disajikan dalam bentuk tabel yang informatif
8. Diskusi :
Diberikan komentar tentang jalannya penelitian, dilakukan analisis hasil penelitian
9. Ucapan terima kasih :
Dalam penelitian ini tidak disebutkan adanya ucapan terimakasih pada semua
yang berperan dalam terlaksananya penelitian ini
10. Daftar Pustaka : Penulisan dilakukan dengan cermat sesuai dengan cara Vancouver
TELAAH JURNAL METODE PICO-VIA

1. Population
748 kasus otopsi di Laboratorium Ilmu Forensik di distrik seluruh India.
2. Intervention
Selama otopsi Organ viseral dianalisis ke bagian toksikologi dan DNA, seperti
lambung dengan isinya, potongan hati, potongan ginjal dan sampel darah. Sampel
jaringan dicincang halus, dilakukan analusus terhadpat darah, dan diberikan zat-zat untuk
analisis DNA maupun toksikologi
3. Comparison
Tidak dilakukan pembandingan sampel dalam penelitian ini
4. Outcome
Dari 748 kasus autopsi, Dalam semua 256 kasus dianalisis toksikologi di
laboratorium ilmu forensik, dalam 211 kasus peneliti menerima hasil positif, menyatakan
jenis dan jumlah racun yang ada pada saat kematian. 43 kasus lainnya dianalisis DNA,
dan laporan tersebut telah dikirimkankan ke pengadilan terhormat. Dukungan
laboratorium akan sangat membantu dalam melengkapi pekerjaan penyelidikan polisi

VALIDITAS
1. Ya, sesuai dengan rancangan dalam penelitian ini adanya peningkatan tingkat kejahatan
dari semua sifat di masyarakat. memastikan keadilan yang memadai dan tepat waktu bagi
para korban pelanggaran, otopsi yang tepat ditambah dengan dukungan laboratorium
akan sangat membantu dalam melengkapi pekerjaan penyelidikan polisi
2. Apakah dijelaskan cara menentukan sampel?
Ya
 Sampel merupakan semua kasus otopsi antara januari 2013 hingga desember 2017
yang berjumlah 748
 Dari total 748 kasus, 256 dianalsisi toksikologi dan 43 dianalsisi DNA
3. Apakah dijelaskan mengenai kriteria inklusi dan eksklusi?
Tidak. Dalam penelitian ini tidak menjelaskan mengenai kriteria inklusi maupun ekslusi
.
4. Apakah dijelaskan kriteria pemilihan sampel?
Ya, kriteria sampel dalam penelitian ini adalah. Kasus Otopsi mati tidak wajar yang
diduga keracunan ataupun karena alkohol dan semua jenazah yang tidak dikenali
5. Apakah dalam pemilihan sampel dilakukan randomisasi?
Tidak, dalam penelitian ini tidak dilakukan randomisasi pada sampel
6. Apakah dijelaskan jenis uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian?
Tidak, dalam penelitian ini tidak terdapat uji hipotesis

IMPORTANCE
1. Subjek Penelitian
Ya,. Subjek 256 Kasus otopsi toksikologi dan 43 kasus otopsi DNA
2. Drop-out
Tidak terdapat subjek yang keluar dari penelitian Analisis
Ya, dijelaskan jenis uji analisa dan dipaparkan secara rinci seperti dalam bentuk tabel.
3. Nilai P
Tidak terdapat analisis yang disajikan dalam jurnal maupun dalam bentuk tabel, Tidak
dicantumkan nilai p Value dalam jurnal ini
4. Interval Kepercayaan
Tidak dicamtumkan interval kepercayaan pada penelitian ini

APLIKABILITAS
1. Apakah subjek penelitian sesuai dengan karakteristik penelitian yang akan dihadapi?
Ya, dalam penelitian ini bahwa sebagai Dokter yang melakukan otopsi atas kasus
kematian tidak wajar mengandalkan Laboratorium Ilmu Forensik dapat membantu
penyelidikan.
2. Apakah setting lokasi penelitian dapat diaplikasikan di situasi kita?
Ya, dapat dilakukan karena hampir memiiliki geografis, gambaran masyarakat, gambaran
tingkat ekonomi yang mirip dengan Indonesia
3. Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan pada pasien di Institusi kita?
Ya, karena dukungan laboratorium akan sangat membantu dalam penyidikan forensic
terutama kasus kasus yang terjadi di Indonesia ataupun disekitar kita.
4. Apakah terdapat kemiripan pasien di tempat praktek/institusi dengan hasil penelitian?
Ya , karena dengan keadaan demografis yang mirip dan adanya peningkatan tingkat
kejahatan yang hampir sama dengan Indonesia. dukungan laboratorium akan sangat
membantu dalampenyelidikan forensik.

KELEBIHAN PENELITIAN
o Penelitian ini memiliki keunggulan karena memberikan gambaran jelas mengenai
kelebihan laboratorium forensik yang juga membantu penyelidikan polisi untuk
mengungkapkan kepastian kejahatan/TKP
o Sampel otopsi dalam penelitian ini juga cukup besar

KEKURANGAN PENELITIAN
o Penelitian ini memiliki keunggulan karena memberikan gambaran jelas mengenai
kelebihan laboratorium forensik yang juga membantu penyelidikan polisi untuk
mengungkapkan kepastian kejahatan/TKP
o Sampel otopsi dalam penelitian ini juga cukup besar

KESIMPULAN
 Berdasarkan telaah yang telah dilakukan diperoleh 3 jawaban YA dan 2 jawaban TIDAK
pada penelitian validitas,
 2 jawaban YA dan 2 jawaban TIDAK pada nilai kepentingan,
 dan 4 jawaban YA dari aplikabilitas.
 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penelitian ini valid, penting, dan dapat
diaplikasikan.

Anda mungkin juga menyukai