Anda di halaman 1dari 10

Wanita dan Katalisnya

Aku Karina,
Perempuan biasa yang sering dianggap aneh oleh orang orang. Perempuan yang murah
senyum, tapi mereka bilang aku aneh. Perempuan bahagia, tapi kebahagianku hanya
membuat mereka menderita. Aku hanya ingin menjadi diriku. Apakah memang ini
sulit?

Saya Yudha Pratama,


Panggil saja Yudha. Hobi bersih – bersih. Saya suka menjaga makhluk yang langka dan
aneh, dan saya senang berada di dekat mereka. Seperti makhluk aneh yang sedang saya
jaga sekarang ini adalah perempuan unik yang ada di dunia. Dan jika aku sudah tiada,
tolong tetap jada dia.

Saya Jhonson,
Saya hanya bisa bilang saya suka Karina!

...
Di pagi yang sangat indah, terlihat seorang wanita cantik terduduk malas di
bangkun kelasnya, namanya Karina.
Karina adalah seoarang perempuan yang sangat sulit dimengerti. Disekolah ia
tidak memiliki teman, mereka menganggapnya aneh dan gila. bahkan ayah dan ibunya
megakui itu Karina selalu mengikuti apa yang hatinya katakan. Bahkan, ia suka
melakukan hal – hal yang aneh dan tidak masuk akal. Namun, Karina memiliki satu
bakat yaitu melukis, dengan melukis Karina bisa mengekspresikan apa yang sedang
terjadi dalam dirinya dengan baik bahkan ia rela menghabiskan waktunya berhari – hari
hanya untuk melukis dibandingkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sampai suatu
hari, ada anak pindahan dari Kota Bandung masuk ke kelas Karina.
“Halo perkenalkan nama saya Yudha Pratama, panggil saja Yudha. Umur saya 16, saya
pindahan dari Kota Bandung, saya single, rajin shalat, dan pandai bersih – bersih rumah.
Insya Allah, kalau berteman sama saya nggak bakal rugi, soalnya saya juga hobi
bersihin rumah orang. Salam kenal!” Suaranya terdengar keras dan melengking.
Sontak seisi kelas tertawa kegelian mendengar perkenalan anak baru pindahan
ini, hanya Karina yang mencibirkan bibir kepadanya. Cibiran itu rupanya tertangkap
olehnya, dan anak itu menganggukan kepalanya kepadaku sambil terus tersenyum,
“Terima kasih buat Teteh cantik diujung sana, bibirnya seksi sekali apalagi kalua
sedang mencibir seperti itu. Salam kenal Teteh Cantik!”
Yudha yang udik, entah bagaimana berhasil menjadi sahabat baik Karina. Yudha
selalu bersama Karina saat dimanapun dan kapanpun., bahkan, ketika Yudha yang yatim
piatu harus kehilangan pamannya yang meninggal dunia, Karina dengan suka rela
mengjak Hanan untuk tinggal di pavilion rumahnya. Sejak saat itu Karina dan Yudha
tak terpisahkan lagi bak saudara.

...
Sudah hampir enam tahun Karina bersahabat dengan Yudha. Namun, tak ada
yang berubah dari Karina, begitu juga dengan Yudha. Karina masih tetap wanita aneh,
dan Yudha masih menjadi seorang lelaki udik.Karina sempat merasakan bangku kuliah.
Namun sayang, hanya satu tahun Karina bertahan mempelajari seni murni. Akhirnya
Karina kembali pada kebiasaannya, tak suka diatur oleh banyak peraturan yang tak
masuk akal.
Akhirnya Karina memutuskan untuk menekuni profesi melukisnya. Meski
sebagian besar pelukis lain memandang sebelah mata terhadapnya karena latar
pendidikannya yang tidak jelas, tetapi Yudha selalu memberi Karina motivasi untuk
selalu tetap percaya terhadap hasil karyanya. Yudha juga berupaya untuk menjual hasil
karya Karina, dan terbukti banyak yang minat pada hasil karya Karina.
Walaupun banyak yang minat pada karyanya, Karina tidak mau menjual
karyanya kepada sembarang orang, hanya orang yang dapat memenuhi persyaratannya
yang bias memiliki hasil karyanya.

...
Hari demi hari pun berlalu, kala itu Karina hanya sedang terbaring di atas tempat
tidurnya. “Teh bangun teh bangun.” Suara Yudha terdengar dari luar kamar Karina.
“Ada apa Yudha? Ini masih pagi!” jawab Karina sambal berteriak dari kamarnya.
Setelah itu Yudha masuk ke kamar Karina dan memberitahu bahwa akan ada
yang membeli lukisan karyanya. “Baiklah aku ingin bertemu denan pembeli itu besok
siang!” kata Karina.

...
Ting….Tong…. Suara bel rumah terdengar, dan Yudha segera membuka pintu
dan menemui orang yang ada di luar. Setelah membuka pintunya terlihat seorang lelaki
tampan blasteran Belanda bertubuh tinggi besar, berkulit putih, dan hidung mancung,
tanpa piker lama Yudha lansung mempersilakannya masuk dan menunggu di ruang
tamu.
Karina pun menemui tamunya dan berbincang – bincang dengan orang itu, dan
rupanya orang itu adalah orang yang ingin membeli lukisan Karina. “Baiklah kalu
begitu boleh saya minta nomor teleponnya?” tanya lelaki itu. Karina tak memberikan
nomornya karena dia tidak sembarangan memberikan nomor telepon kepada orang yang
belum dikenalnya. Lelaki itu hanya tersenyum lalu pamit untuk pulang.
Tak lama kemudian, waktu menunjukan pukul 4 sore dan Karina sedang
melamunkan apa yang akan dia lukis. Kanvas putis yang sejak tadi berdiri tegap dan
siap tepat di depannya tak sedikitpun disentuh olehnya. Tiba – tiba saja satu ide muncul
dalam lamunannya, dia pikir dia harus melukis sosok Yudha, sosok sahabat yang
konyol yang memenuhi pikirannya. Karina mulai teringat coretannya di kanvas kecil
saat tak sengaja melukis Hanan yang tengah melamun tempo hari, dia mengambil
kanvas kecil itu lalu memindahkan apa yang dia gambar di atas kanvas kecil itu kea ta
kanvas yang lebih besar.
Saat tengah asyik melukis, tiba – tiba telepon genggam miliknya berbunyi
menandakan sebuah pesan masuk. Karina tak menghiraukan pesan itu. 15 menit
kemudian berbunyi lagi, menandakan pesan kedua masuk. Namun, Karina tetap tak
menghiraukannya karena dia terus berkonsentrasi pada kanvas yang sedang dilukisnya.
Lima belas menit selanjutnya bunyi itu terdengar lagi, kali ini terasa mengganggunya
karena sepertinya ada dua pesan baru yang masuk. Itu artinya ada 4 pesan yang telah
diabaikannya saat itu. Karina melemparkan kuasnya dengan sedikit kesal, mengambil
telepon genggamnya dan mulai membaca pesan demi pesan.

Pesan 1 : +62813247776

“Hi Karina, are you okay?”

-Jhonson-

Hatinya berdebar kencang saat membaca pesan itu. Ia yakin, pasti Hanan yang
memberikan nomernya kepada lelaki itu. Karena seblumnya dia tak pernah memberikan
nomor telepon genggamnya secara sembarangan kepada orang lain. Lalu dia membuka
pesan selanjutnya…..

Hatinya berdebar kencang saat membaca pesan itu. Karina yakin, pasti Yudha
yang memberikan nomor telepon genggamnya kepada lelaki itu, karena sebelumnya dia
tidak pernah memberikan nomor telepon genggamnya kepada orang yang belum ia
kenal.

Pesan 2 : +62813247776

“Saya yang tadi siang datang ke rumahmu, apakah kamu baik baik
saja?”

-Jhonson-

Pesan 3 : +62813247776

“Just reply this msg ‘YES or NO’ to answer my question. Is it


Karina’s number?”

-Jhonson-

Pesan 4 : +62813247776

“Tolong jawab ‘YA atau TIDAK’ apakah benar ini number


telephone Karina?”

-Jhonson-
Untuk sesaat dia terdiam memikirkan apa yang barusan di baca. Dia merasa
kebingungan dia harus menjawab apa, taka da Hanan yang biasa membantunya.
Kemudian dia balas pesan itu dengan satu kata “TIDAK”. Sebelum menutup telepon
genggamnya Karina menyimpan nomor telepon tersebut. Matanya terpejam, meragukan
dirinya sendiri yang terus memikiran wajah tampan Jhonson. Tak lama kemudian
terdengar suara pesan masuk di telepon genggam Karina.

Pesan baru : Jhonson

“Ok, maaf mengganggu. Terima kasih” 

Karina merentangkan tubuhnya diatas tempat tidur sambal menghela napas


panjang, seolah – olah habis melakukan hal yang sangat berat. Dia terus memikirkan
pesan – pesan itu, ada banyak pertanyaan tidak penting di dalamnya. “Kenapa dia
mencariku?” , “Jangan – jangan sebenarnya dia suka padaku?”, “Bisa jadi ini
benar.”.

Dia mengangkat telepon genggamnya dan mulai mencari nomor Yudha, dia
bermaksud untuk menyuruhnya segera pulang, tapi Hanan tidak mengangkat
teleponnya. Karina hanya berpikir positif. “Mungkin dia sedang sibuk.”.

...
Hari demi hari telah terlewati. Hubungan Karina dan Jhonson masih
berhubungan baik sampai sekarang dan mungkin sudah makin serius, namun hatinya
merasa resah, dia belum melihat Yudha pulang selama seminggu ini. Dia hanya diam
terbaring diatas tempat tidurnya. Tak lama kemudian terdengar suara pesan masuk di
telepon genggam Karina.

Pesan 1 : Jhonson

“Hallo Karina, good morning.”

Pesan 2 : Jhonson

“Akum mau ngomong serius sama kamu boleh?”


Karina hanya diam dan berpikir apa maksud dari pesan itu. Tak lama kemudian
satu pesan baru masuk di telepon genggam Karina.

Pesan 3 : Jhonson

“Will you marry me?”

Karina kaget saat membaca pesan itu. Jhonson mengajaknya untuk menikah.
Hatinya berbunga – bunga saat sadar bahwa Jhonson serius kepadanya, lalu dia
menjawab dengan satu kata “YES”.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka dan masuk seorang lelaki
dengan muka yang pucat dan mata yang lelah seperti orang yang sakit. Dan ternyata
lelaki itu adalah Yudha. Karina langsung mengampiri Yudha dan memberitahukan
kabar bahagianya.
“Yudha kamu kemana aja sih, aku takut kamu kenapa – napa” sapa Karina.
“Aku ada kerjaan Teh makannya aku gak pulang kesini. Maaf ya Teh.” Jawab Yudha
“Yaudah gak apa-apa, aku mau ngasih kabar gembira nih. Aku mau nikah sama Jhonson
cowok yang waktu itu datang kesini.”
“Wah selamat ya Teh, dia itu memang jodoh terbaik buat teteh. Tapi maaf ya
sebelumnya Yudha kasih nomor teteh ke lelaki itu hehehe…”
“Iya gak apa-apa. Eh tapi kenapa kok muka kamu pucet gitu? Kamu sakit?”
“Enggak kok Teh, aku baik baik aja.”.

...
Beberapa bulan kemudian, tibalah hari pernikahan Karina dan Jhonson. Mereka
terlihat sangat bahagia saat hari pernikahannya. Tapi lain dengan Yudha yang terlihat
begitu pucat dan lesu tak seperti Yudha pada biasanya. “Selamat ya teh semoga kalian
selalu bahagia, aku mau izin pulang kampong dulu ya, soalnya kangen kampung
halaman. Hehehe.”. Dan Yudha pun pulang ke kampungnya pada hari itu juga.
Setelah beberapa minggu hidup bersama, Karina dan Jhonson hidup bahagia,
mereka berencana untuk pergi ke kampung halaman Jhonson yaitu di Belanda. Mereka
berencana akan pergi bulan depan.

...
Karina sedang diam sendirian dirumah, karena suaminya sedang pergi bekerja.
Dia tiba – tiba teringat Yudha sahabat konyolnya yang telah sebulan tidak menemuinya.
Karina merasa rindu dengan kebersamaan mereka. Tak lama kemudian telepon
genggam Karina berbunyi tanda pesan masuk.

Pesan 1 : +628135267990

“Maaf teteh, apakah benar ini teh Karin teman Yudha?”

Pesan 2 : +628135267990

“Yudha sudah pergi teh.”

Karina kaget membaca pesan itu dan air matanya menetes tak terbendung , tak
menunggu lama ia langsung menelpon suaminya dan pergi ke kampung halaman Yudha
yaitu di Bandung.
Beberapa jam kemudian Karina sampai di lokasi rumah peninggalan Abah dan
Ambu Yudha , disana hanya ada seorang wanita. Lalu Karina menghampirinya.
“Dimana Yudha?”. Wanita itu hanya meberikan telepon genggam. “Yudha menitipkan
video ini untuk teteh.”. Lalu Karina memutar videonya.
“Halo Teteh Karina kesayangan Yudha. Alhamdulillah akhirnya Teteh datang juga ke
kampung halaman Yudha. Lumayan ya Teh disini agak panas, tapi di rumah ini dulu
Yudha pernah tumbuh menjadi anak yang menyenangkan. Dirumah ini pula
Yudhabertekad untuk mengadu nasib menjadi orang bener ke Jakarta. Nuhun Teteh
sudah menyempatkan datng kesini…,” Yudha berbicara dengan gaya khasnya.
“Teteh maafkan Yudha yang selama ini membohongi teteh Yudha sibuk dengan kerjaan
padahal Yudha sakit Teh, tapi Yudha gak mau ngerepotin teteh, Yudha mau teteh hidup
bahagia tanpa beban,”
“Teteh ingat waktu Yudha pergi seminggu itu Yudha sakit teh, dokter bilang Yudha
kanker darah, dan dokter juga bilang Yudha gak bakal bertahan lama lagi.”
Air mata Karina mengalir deras di pipinya, Jhonson tak henti coba
menenangkannya.
“Teh, dalam video ini, Yudha ingin mengucapkan banyak terima kasih buat segalanya.
Terimakasih telah membuat hidup Yudha yang singkat ini menjadi sanagt berwarna,
Yudha harap teteh hidup bahagia bersama malaikat teteh, Jhonson,” Dalam video
terlihat Yudha mulai menangis.
“Jika teteh sudah melihat video ini, berarti Yudha memang sudah tidak ada. Jika teteh
melihat video ini berarti praduga dokter benar, dan Yudha tak bisa mempertahankan
hidupYudha,” Yudha semakin tertunduk menangis. Karina tak bias menahan mendengar
kata – kataYudha, sambil terus menangis dia bersimpuh jatuh.
“Teteh terus melukis ya, berkarya mengisi hari – hari dengan imajinasi teteh yang
sangat luar biasa. Teh, Yudha selalu ada untuk teteh, bahkan saat Yudha tak ada pun…
jangan pernah merasa sendirian, karena Yudha selalu ada. Teteh harus selalu tersenyum
dan teruslah berpikiran positif tentang hidup. Semesta tidak sejahat yang Teteh
pikirkan…..”
Yudha berhenti berbicara, videonya tak bergerak lagi. Kata – kata terakhirnya
membuatku semakin jatuh, bersimpuh, dan menangis keras
“Dimana sekarang dia berada?” tanya Karina kepada wanita tersebut.

...
Karina bersimpuh diatas gundukan tanah kuburan dengan nisan bertuliskan
“Yudha Pratama” di atasnya. Sahabat pertamanya, yang selama ini menuntunnya
menjadi wanita seperti sekarang ini. Air mata terus bercucuran mengingat semua yang
pernah mereka alami berdua.
Hati kecil Karina menjerit hebat mengingat betapa bodohnya dia tak peka pada
keadaan sahabatnya. Terjawab sudah kenapa Yudha menjadi sosok yang aneh akhir –
akhir ini.
Karina meminta waktu untuk sendiri kepada Jhonson, bersimpuh disamping
rumah terakhir sahabatnya, berbicara empat mata.
“Aku akan selalu ingat pesanmu, demi hidupku… demi kamu… demi segala cita – cita
kita.”
Karina melangkahkan kakinya meninggalkan desa itu, membawa sejuta
kesedihan sekaligus ketenangan yang tak bias tergambarkan dengan kata – kata.

...

“Yudha, terima kasih telah mengenalkanku dengan Jhonson. Terima kasih telah
mengajariku banyak hal… Baik – baik disana ya, Yudha. Kita berada di bawah langit
yang sama, tak ada yang bisa memisahkan kita…”

...
BIODATA
Nama : Azis Taufik Fadillah

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 7 Mei 2003

Kelas : XI - 8

Sekolah : SMA Negeri 1 Ciparay

Cita – cita : Profesor

Alamat : Jl. Raya Pacet Kp. Andir Rt 04/10 Desa Pakutandang


Kec. Ciparay Kab. Bandung 40381

Anda mungkin juga menyukai