Anda di halaman 1dari 2

MERDEKA BELAJAR

Pada perayaan hari Guru Nasional, 25 November lalu, Mendikbud Nadiem Makarim
menyampaikan pidatonya. Ia menekankan bahwa isi pidatonya akan sedikit berbeda, tidak lagi
diisi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Salah satu hal yang diingat oleh masyarakat adalah
slogannya yang dilatarbelakangi oleh situasi yang dialami guru-guru di Indonesia, yaitu ‘Merdeka
Belajar’.
Dalam arahan kebijakan Merdeka Belajar yang dirilis tanggal 11 Desember 2019, pokok-
pokok kebijakan merdeka belajar yang ditekankan Mendikbud antara lain Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. Dengan adanya kebijakan baru
tersebut, diharapkan guru dan sekolah lebih merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Lantas
yang menjadi pertanyaan, guru dan sekolah ini sebenarnya merdeka dari apa? Kegiatan belajar,
sebenarnya merupakan kegiatan siapa? Guru ataukah siswa?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merdeka merupakan kata sifat yang
memiliki makna (1) bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); berdiri sendiri; (2) tidak
terkena atau lepas dari tuntutan; (3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak
tertentu; leluasa.
Biasanya, kata merdeka selalu identik kita gunakan menjelang perayaan hari kemerdekaan.
Merdeka selalu digunakan untuk merujuk pada kebebasan bangsa dari penjajahan oleh bangsa lain.
Sehingga, tidak sedikit anggapan dan pertanyaan yang ditujukan untuk slogan tersebut; apakah
guru-guru di Indonesia sedang dijajah sehingga perlu merdeka?
Tentu jika hanya memaknai kata merdeka dari satu makna saja, akan menimbulkan
ketaksaan dalam memaknainya. Jika kita menggunakan makna (2) tidak terkena atau lepas dari
tuntutan, maka kita akan mencari benang merah antara isi pidato Mendikbud dengan makna
tersebut. Para guru yang dipenuhi tuntutan aturan, tugas administratif, kurikulum yang padat, dan
lain sebagainya diharapkan dapat merdeka dari tuntutan tersebut.
Namun, slogan ini tidak hanya dibentuk oleh kata merdeka saja, melainkan juga kata
belajar. Dalam KBBI, belajar merupakan kata kerja yang memiliki makna (1) berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) berlatih; (berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman).
Slogan ‘Merdeka Belajar’ dalam pokok-pokok kebijakannya, mengacu pada situasi guru
yang menjadi latar belakang dan menekankan agar terjadi sebuah perubahan pada guru. Guru
diharapkan dapat terlepas dari berbagai tuntutan yang membuatnya menjadi terkekang saat proses
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Sedangkan seperti yang kita tahu, dalam konteks
pembelajaran, tugas guru adalah mengajar peserta didik. Belajar adalah tugas atau kewajiban yang
mesti dilakukan oleh peserta didik. Belajar merupakan usaha peserta didik untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu dari seorang guru. Sedangkan mengajar merupakan kata kerja yang
bermakna memberi pelajaran.
‘Merdeka Belajar’ diharapkan dapat memerdekakan guru untuk mengeksplorasi caranya
mengajar, bukan belajar. Meskipun memang, untuk meningkatkan kompetensinya, guru
diharapkan untuk terus belajar. Namun, jika kita lihat secara makna yang terdapat dalam KBBI,
kata mengajar rasa-rasanya lebih cocok untuk merepresentasikan situasinya.
Maka, manakah yang akan Anda gunakan? Merdeka Belajar atau Merdeka Mengajar?

Anda mungkin juga menyukai