Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Konsep pembelajaran dalam kurikulum merdeka


B. Kegiatan Belajar : Konsep pembelajaran dalam kurikulum merdeka(KB 1 )

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa istilah Teori Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka
dan definisi) di KB
Pengertian Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler dengan konten yang beragam agar siswa dapat
lebih optimal dan memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi.

Kurikulum Merdeka pertama diluncurkan pada tahun 2022 dan


bersifat opsional. Artinya, sekolah bisa memilih untuk
mengadopsi Kurikulum Merdeka, atau tetap pada Kurikulum
2013.
Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka mencakup


tiga tipe kegiatan pembelajaran, yaitu:

1.Pembelajaran Intrakurikuler
Pembelajaran intrakurikuler dilakukan secara terdiferensiasi
sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi.
2. Pembelajaran Kokurikuler
Pembelajaran kokurikuler berupa projek penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Dengan prinsip pembelajaran interdisipliner
yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi
umum.
3.Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler ialah pembelajaran yang
dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya
satuan pendidik.
Karakteristik Kurikulum Merdeka

Karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka yang


membedakannya dengan kurikulum lain ialah:
Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih
mendalam.Waktu lebih banyak untuk pengembangan
kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok seputar
konteks nyata (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).
Capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran
fleksibel.
Memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan
perangkat ajar serta materi pelatihan untuk
mengembangkan kurikulum satuan
pendidikan.Mengedepankan gotong royong dengan
seluruh pihak untuk mendukung implementasi Kurikulum
Merdeka.
Istilah-istilah Dalam Kurikulum Merdeka
1.Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian Pembelajaran atau sering disingkat CP adalah
istilah dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang artinya
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
pada setiap fase perkembangan.
Capaian Pembelajaran ini terdiri dari sekumpulan kompetensi
dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam
bentuk narasi. Misalnya, Capaian Pembelajaran dalam mata
pelajaran Matematika adalah siswa dapat mendeskripsikan ciri
berbagai bentuk bangun datar.
Istilah Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka
Belajar ini sama dengan istilah KI dan KD dalam Kurikulum
2013. Bedanya, format Capaian Pembelajaran dalam
kurikulum yang baru ini tidak lagi memisahkan antara aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap seperti dalam KI dan
KD. Semua aspek tersebut digabung dan diintegrasikan dalam
satu paragraf.
Capaian Pembelajaran juga dibuat berdasarkan pembagian fase
kelas. Berikut adalah fase-fase dalam Kurikulum Merdeka
Belajar.
2. Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan
pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis di
dalam fase secara utuh dan menurut urutan pembelajaran sejak
awal hingga akhir suatu fase. ATP ini memiliki fungsi yang
sama dengan silabus, yakni menjadi panduan perencanaan
pembelajaran.
ATP juga menjadi panduan guru dan murid untuk mencapai
Capaian Pembelajaran di akhir suatu fase.
Dalam penyusunannya, guru dapat menyesuaikan dengan
konteks dan kebutuhan siswa di kelas yang diampunya.
Untuk memudahkan guru dalam menyusun Alur Tujuan
Pembelajaran, pemerintah sudah menyediakan beberapa contoh
ATP yang dapat digunakan atau dimodifikasi sesuai
kebutuhan.
3.Modul Ajar (MA)
Istilah dalam Kurikulum Merdeka Belajar lainnya adalah
Modul Ajar (MA). Istilah Modul Ajar dalam Kurikulum
Merdeka Belajar ini sama dengan istilah RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dalam Kurikulum 2013. Hanya
saja, komponen Modul Ajar lebih lengkap dibandingkan RPP.
Adapun komponen yang terdapat dalam MA, antara lain tujuan
pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran,
asesmen, serta informasi dan referensi belajar lainnya.
4.Profil Pelajar Pancasila
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, Bapak dan Ibu guru
akan sering mendengar dan menggunakan istilah Profil Pelajar
Pancasila. Apa itu Profil Pelajar Pancasila?
Profil Pelajar Pancasila adalah sejumlah ciri karakter dan
kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik,
yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Istilah ini
sama dengan istilah PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)
dalam Kurikulum 2013.
kelemahan tujuan pendidikan nasional. Profil Pelajar Pancasila
berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan
kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk
para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi
peserta didik. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter Pelajar Pancasila
dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6
dimensi berikut:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia
Elemen: akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada
manusia, akhlak kepada alam, akhlak bernegara.
2. Berkebinekaan global
Elemen: mengenal dan menghargai budaya, komunikasi
dan interaksi antarbudaya, refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalaman kebinekaan, berkeadilan sosial.
3. Bergotong royong
Elemen: kolaborasi, kepedulian, berbagi.
4. Mandiri
Elemen: pemahaman diri dan situasi yang dihadapi, regulasi
diri.
5. Bernalar kritis
Elemen: memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi
dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.
6. Kreatif
Elemen: menghasilkan gagasan yang orisinal, menghasilkan
karya dan tindakan yang orisinal, memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara
utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi
pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu
mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh
sejak pendidikan anak usia dini. Profil Pelajar Pancasila
dibentuk sebagai usaha pengembangan SDM unggul yang
bersifat holistik, dan tidak berfokus pada kemampuan kognitif
saja. Karena itu, Profil Pelajar Pancasila juga merupakan
suatu capaian dari proses pembelajaran lintas disiplin.

Ada enam elemen utama yang harus dimiliki oleh Pelajar


Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

5.Teaching at the Right Level (TaRL)


Istilah dalam Kurikulum Merdeka Belajar lainnya yang
harus Bapak dan Ibu guru pahami adalah Teaching at The
Right Level (TaRL).

Teaching at the Right Level (TaRL) adalah pendekatan


pengajaran yang tidak hanya berpusat pada tingkatan kelas
saja, tapi juga kesiapan belajar siswa.

Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan setiap siswa


mendapatkan hak belajar yang sama, mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, dan memberikan waktu yang
cukup pada siswa untuk membangun serta meningkatkan
kompetensi numerasi dan literasi yang dimiliki.

6.Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP)


Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP) adalah
istilah dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang memuat
seluruh rencana proses belajar yang diselenggarakan di satuan
pendidikan, sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan
pembelajaran. Istilah KOSP ini sama saja dengan istilah KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
2 Daftar materi pada KB Ada 5 Kendala Hadapi Program Merdeka Belajar
yang sulit dipahami
Program Merdeka Belajar menjadi suatu kebijakan
yang dianggap transformatif di dunia pendidikan, tentu ada
berbagai perubahan akan dirasakan oleh guru. Perubahan
yang dirasakan guru ini menghadapkannya pada berbagai
kendala yang perlu diatasi dengan baik. Apa saja sih
kendala guru dalam menghadapi program Merdeka Belajar?

1.Tidak Memiliki Pengalaman dengan Kemerdekaan


Belajar
Pengalaman personal para guru terkait kemerdekaan
belajar masih minim. Menurut Shintia Revina, peneliti dari
SMERU Research Institute, sebuah lembaga yang bergerak
di bidang penelitian sosial-ekonomi di Indonesia,
menyebutkan telah banyak program pemerintah yang
sebenarnya bertujuan untuk mempromosikan perubahan
paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Beberapa
program di antaranya seperti Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) maupun Kelompok Kerja Guru (KKG).
Menurut Revina, alasan guru belum mampu mengadopsi
kemerdekaan belajar dipicu oleh cara dan pengalaman guru
belajar di bangku kuliah. Kurangnya rujukan penyelesaian
soal dengan variasi metode di buku teks pun diduga sebagai
penyebabnya. Minimnya pengalaman pembelajaran dengan
cara merdeka ini juga disebabkan saat guru masih menjadi
siswa, sebagai mahasiswa calon guru, maupun ketika
menjalani pelatihan sebagai guru dalam jabatan.

2. Keterbatasan Referensi
Buku teks yang ada saat ini dinilai masih berkualitas
cukup rendah. Baik buku guru maupun siswa yang
diterbitkan pusat perbukuan atau penerbit swasta belum
memberikan referensi yang dapat membantu guru dalam
memperoleh rujukan terkait bagaimana memfasilitasi
pembelajaran berpusat pada siswa dengan efektif.
Keterbatasan dalam mendapatkan referensi pelaksanaan
Merdeka Belajar inilah yang kemudian juga menjadi guru
dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai.

3. Akses yang Dimiliki dalam Pembelajaran


Adanya perbedaan akses digital dan akses internet yang
belum merata juga menjadi kendala yang dihadapi guru
dalam pelaksanaan merdeka belajar. Dalam wacana
pelaksanaan merdeka belajar yang disampaikan Mendikbud,
ada enam model pembelajaran yang dapat diterapkan. Salah
satu model belajar yang dapat dilakukan ialah daring.
Kelancaran pelaksanaan belajar secara daring pastinya
ditentukan dari akses digital dan internet yang dimiliki guru
dan siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang belum
memiliki fasilitas memadai atau guru dan siswa yang
aksesnya terbatas mengalami kesulitan. Perbedaan fasilitas,
sarana prasarana dan kemudahan akses teknologi menjadi
kendala yang terkadang dihadapi guru.

4. Manajemen Waktu
Dalam upaya transformasi proses pembelajaran, guru
mungkin membutuhkan waktu lebih untuk belajar lagi
supaya dapat adaptif dengan tuntutan perubahan yang
diharapkan. Beberapa sekolah menentukan agenda yang
cukup padat untuk melibatkan guru agar berpartisipasi aktif
dalam berbagai kegiatan.
Belum tugas-tugas dan tanggung jawab lain yang menyertai.
Guru sebisa mungkin bergerak dan menemukan cara kreatif
inovatif dalam pembelajaran. Tidak semua guru mampu
mengatur waktunya dengan baik, terutama dengan
kesibukan atau persoalan yang lain yang sekiranya dihadapi.

5. Kompetensi (Skill) yang Memadai


Minimnya pengalaman dalam implementasi
kemerdekaan belajar juga menentukan kualitas atau
kompetensi yang dimiliki guru. Beberapa guru bahkan
mengalami kesulitan untuk menguasai atau menerapkan
keterampilan dasar untuk kebutuhan belajar di era digital
seperti Ms. Word, membuat presentasi yang menarik dan
menyenangkan, dan lainnya.
Padahal, untuk melaksanakan merdeka belajar guru
dituntut untuk kreatif dan inovatif dengan melibatkan
berbagai media atau model pembelajaran yang mendorong
siswa. Kompetensi yang masih minim ini juga menjadi
kendala guru dapat menjalankan merdeka belajar dengan
cepat.

Bukan tanpa alasan adanya perubahan selalu diiringi


dengan berbagai permasalahan. Sistem pendidikan yang
dianggap usang perlu diperbaiki karena hasil evaluasi yang
dilakukan selama ini.
Guru sebagai garda terdepan dari berbagai perubahan
tersebut mau tak mau harus siap mengambil berbagai upaya
dan berani belajar maupun mencoba. Agar tidak hanya
beradaptasi, namun juga mampu menyiapkan siswa sebagai
generasi bangsa supaya mampu menjawab tantangan di
masa depan.

Daftar Materi yang Sering Mengalami


Miskonsepsi
Ada beberapa materi, yang sering
mengalami miskonsepsi dalam pengaplikasiannya. Materi
tersebut antara lain:

1. Kesulitan memahami antara kesimpulan, rangkuman dan


simpulan.
Daftar materi yang sering
3 mengalami miskonsepsi Kesimpulan: suatu kalimat yang disampaikan yang diambil
dalam pembelajaran dari beberapa aturan yang berlaku dan merupakan sebuah
gagasan yang ada pada akhir pembicaraan.

2. Membedakan antara biografi dan autobiografi.

Biografi: kisah tentang riwayat hidup seseorang yang ditulis


orang lain. Autobiografi: kisah tentang riwayat hidup
seseorang yang ditulisnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai