Anda di halaman 1dari 2

PEMBELAJARAN MANDIRI PADA KURIKULUM MERDEKA DALAM

MENGGALI POTENSI SISWA

PENDAHULUAN
Menurut Crow & Crow, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah. Secara umum kurikulum adalah rencana keseluruhan yang mencakup
tujuan pembelajaran, isi materi, metode pengajaran, serta penilaian yang digunakan dalam
proses pendidikan. Kurikulum mempunyai lima komponen utama yaitu tujuan, strategi
pembelajaran, organisasi kurikulum, evaluasi.

Sistem Pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum


dengan tujuan evaluasi dan penyempurnaan. Contohnya sekarang kurikulum baru yang
sedang diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia yaitu Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dan lebih optimal
agar peserta didik memiliki waktu untuk menguatkan kompetensi. Juga memberi keleluasaan
kepada guru untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan
lingkungan peserta didik. (Kemdikbud. 2023)

Adapun beberapa karakteristik Kurikulum Merdeka:

1. Pengembangan soft skills dan karakter


2. Fokus pada materi esensial
3. Pembelajaran yang fleksibel
4. Projek menguatkan pencapaian pelajar Pancasila

Selain karakteristik, Kurikulum Merdeka juga memiliki tiga implementasi yaitu mandiri
belajar, mandiri berubah, mandiri berbagi. Dari ketiga implementasi tersebut, yang akan
difokuskan pada pembahasan ini adalah mandiri belajar yang bertujuan untuk menggali
potensi peserta didik. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar untuk mengingat
fakta, melainkan juga untuk memahami, menerapkan, dan menciptakan pengetahuan. Mereka
didorong untuk mengatur dan mengelola proses belajar mereka, sehingga membentuk
kemandirian dan tanggung jawab atas pembelajaran mereka.

ISI

Dalam merdeka belajar bukan hanya tentang memberi siswa kemerdekaan dalam
mengeksplorasi minat mereka, tetapi juga memberikan alat untuk menjadi inisiator dalam
pendidikan mereka. Dalam lingkungan ini, guru bertindak sebagai fasilitator, bukan hanya
sebagai sumber pengetahuan. Tetapi mengajak peserta didik untuk lebih bertanggung jawab
pada proses belajar mereka, menumbuhkan kemandirian dan motivasi intrinsik. Pembelajaran
mandiri memungkinkan siswa untuk menemukan potensi tersembunyi mereka. Dengan
memperkenalkan kerangka kerja yang mendukung eksplorasi dan penemuan, siswa dapat
mengeksplorasi minat mereka, mengembangkan keterampilan, dan menemukan bakat yang
mungkin sebelumnya tidak mereka sadari.

Dalam mandiri belajar bukan berarti tidak adanya tantangan, justru di era digital dan era
industri 4.0 seperti saat ini sangat memungkinkan peserta didik untuk bisa belajar mandiri
dimanapun dan kapanpun. Hal itu berpengaruh pada peran guru, sekolah, dan orang tua.
Sehingga membutuhkan penyesuaian dalam pola pikir siswa, guru, dan bahkan sistem
pendidikan secara keseluruhan. Guru harus mampu membimbing, memberikan umpan balik,
dan menginspirasi siswa untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka. Juga
mengajarkan siswa bagaimana cara mengatur waktu serta memprioritaskan tugas-tugas
mereka. Dengan cara lain bisa memberikan umpan balik yang jelas dan konstruktif yang
membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu diperbaiki dalam proses
pembelajaran mandiri mereka, sehingga pembelajaran mandiri bisa dikembangkan dengan
baik dan dapat lebih tergali.

Dengan menanamkan nilai kemandirian, kreativitas, dan keingintahuan, kemampuan


untuk terus belajar sepanjang hidup. Di situlah kekuatannya berada: dalam membebaskan
potensi siswa untuk menggapai apa pun yang mereka impikan. Hingga nanti saat sudah pada
gilirannya akan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dengan percaya diri dan
kompetensi yang kuat.

KESIMPULAN

Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran intrakurikuler yang beragam dan optimal


untuk memperkuat kompetensi peserta didik. Salah satu implementasinya adalah mandiri
belajar, yang memungkinkan siswa menggali potensi mereka melalui pemahaman, penerapan,
dan penciptaan pengetahuan. Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator yang
memungkinkan siswa menemukan potensi tersembunyi mereka dan siap menghadapi
tantangan dengan percaya diri dan kompetensi yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai