B. Judul Modul : Perangkat dan Media Pembelajaran C. Kegiatan Belajar : Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Pembelajaran (KB.4) D. Refleksi : PETA KONSEP
Implementasi Kurikulum Merdeka
Dalam Pembelajaran
Rasionalitas dan konsep Modul ajar sebagai
Prinsip utama kurikulum implementasi kurikulum dasar merdeka merdeka
Meliputi Prinsip dasar Meliputi
kurikulum merdeka
Rasionalitas Konsep dasar
Profil pelajar Kriteria kurikulum merdeka kurikulum merdeka pancasila sekolah/madrasah
Manfaat dan hal
baru dalam karakteristik kurikulum merdeka kurikulum merdeka Struktur kurikulum Pengembangan merdeka perangkat ajar NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN 1. Konsep (Beberapa 1. Rasionalitas Dan Konsep Dasar, Manfaat Kurikulum Merdeka istilah dan Sebagai Paradigma Baru Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran definisi) di KB a. Rasionalitas Kurikulum Merdeka Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan karena kurikulum menjadi jembatan dan peta jalan yang jelas dan terukur proses pendidikan. Sebelum membahas lebih lanjut terkait dengan kurikulum merdeka akan dijelaskan secara singkat terkait dengan konsep pendidikan yang memerdekakan yang dijadikan dasar pijakan dalam desain, pengembangan, inovasi dan implementasi kurikulum merdeka. Kata „Pendidikan‟ dan „Pengajaran‟ itu seringkali dipakai secara bersama-sama meskipun penggunaan seperti itu seringkali kurang tepat. Ki Hajar Dewantara memberikan batasan yang berbeda antara „Pendidikan‟ dengan „Pengajaran‟ (Febriyanti, N., 2021). „Pengajaran‟ (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan, bahwa pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau sesuatu yang berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Adapun pendidikan (opvoeding) diartikan sebagai „tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak‟. Maksud pendidikanyaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. b. Konsep dasar kurikulum merdeka Dalam dunia pendidikan, kurikulum memiliki peran penting dan strategis karena sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang efektif pada satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 kurikulum sebagai seperangkat rencana serta pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran. Kurikulum juga dijadikan sebagai pedoman dasar dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai satu kesatuan program pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. 1. Pengertian Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka sebagai sebuah nama kurikulum sekolah disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi saat menyampaikankebijakan pendidikan Episode ke 15 Kebijakan dan Program Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka sebelumnya bernama kurikulum prototipe yang merupakan satu model kurikulum yang digunakan dalam program sekolah penggerak Untuk memahami kurikulum prototipe terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian kata prototipe yang berasal kata prototype sebagai kata pinjaman dan serapan dari kata bahasa Inggris, yaitu prototype. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online), prototipe mengandung arti sebagai suatu model pertama yang dijadikan contoh. Secara sederhana prototipe bermakna contoh yang posisikan sebagai model pertama atau suatu kasus uji dari kegiatan inovasi. 2. Mengapa Perlu Ada Kurikulum Merdeka Kurikulum pendidikan nasional sebagai kerangka acuan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional pada setiap jenjang dan satuan pendidikan telah hadir sejak lama. Berikut perkembangan kurikulum pendidikan diindonesia: 1) Rencana Pelajaran 1947 2) Rencana Pelajaran 1952 3) Rencana Pelajaran 1964 4) Kurikulum 1968 5) Kurikulum 1975 6) Kurikulum 1984 7) Kurikulum 1994 8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 9) Kurikulum Periode 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 10) Kurikulum Periode 2013 (K13) Kurikulum merdeka merupakan langkah inovasi yang merupakan hasil evaluasi terhadap kurikulum 2013 yang masih digunakan di satuan pendidikan. Kurikulum merdeka sebagai hasil inovasi dimaksudkan menjadi model kurikulum yang baik dan berorientasi masa depan serta visioner. Kurikulum jenis ini memberikan ruang pada guru dalam membangun iklim dan kultur pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa menjadi mandiri, pembelajar sepanjang hayat, belajar sejalan dengan minat, bakat, dan potensi peserta didik, mendapatkan pembelajaran yang inspiratif, menantang, menyenangkan, bermakna, fungsional dan produktif. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan cara “kejar tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk lebih memperhatikan kemajuan dan kualitasbelajar muridnya. c. Manfaat dan Hal-hal Baru dalam Kurikulum Merdeka Sebagai pedoman pembelajaran, ada beberapa manfaat yang didapat dari pelaksanaanKurikulum Merdeka sebagai berikut: 1. Guru tidak mengejar tujuan pembelajaran yang padat (tidak mengejar targetkurikulum), 2. Guru menitikberatkan pada kebutuhan dan materi esensial yang dibutuhkan untuk memperkuat perilaku, karakter dan pengetahuan siswa, dan penerapan metode pembelajaran lebih baik dan efektif 3. Guru diberi kesempatan untuk menggali potensi siswa secara maksimal 4. Guru diberi kesempatan untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik, kemampuan siswa. 5. Guru mendapatkan efisiensi dalam pelaksanaan pembelajaran karena tidak merasa terbebani
Selanjutnya ada beberapa hal baru yang harus dipahami para
pihak dalam Kurikulum Merdeka yang dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran di sekolah/madrasah mulai tahun ajaran 2022, yaitu : Pertama, Kerangka Kurikulum dan Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan acuan untuk mengembangkan standar isi, standar proses dan standar evaluasi. Secara umum, struktur Kurikulum Merdeka mencakup adanya interaksi pembelajaran lintas matapelajaran dan lintas guru seperti dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Kedua, hal yang penting dalam Kurikulum 2013 adanya kata KI dan KD sebagai kerangka kualifikasi yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Capaian Pembelajaran adalah rangkaian dari pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai kesatuan yang utuh dalam proses pembelajaran bagi siswa. Asesmen yang diberikan oleh guru wajib mencakup pada Capaian Pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketiga, pelaksanaan proses pembelajaran tematik yang selama ini hanya dilakukan di tingkat SD/MI, dibiarkan berlangsung di tingkat lain dalam kurikulum baru. Keempat, dari segi jumlah jam, kurikulum pawai baru tidak merinci jumlah jam per minggu seperti yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, tetapi jumlah jam per tahun diatur dalam Kurikulum Merdeka. Kelima, Sekola/Madrasah diberi kebebasan untuk menerapkan model pembelajaran kolaboratif antar topik dan membawanya dalam lintas topik, dengan menerapkan penilaian berbasis proyek atau penilaian portofolio. Keenam, untuk mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pada Kurikulum 13 tidak ada, akan kembali ada dengan nama baru yaitu informatika yang akan dimulai pada tingkat SMP/MTs. Ketujuh, mata pelajaran IPA dan IPS digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS). 2. Menganalisis Prinsip-Prinsip Utama Yang Dijadikan Dasar Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka, Karakteristik Dalam Pembelajaran, Kriteria Sekolah/Madrasah Yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka, Dan Struktur Serta Dimensi Kurikulum Merdeka a. Prinsip dasar kurikulum merdeka Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud- Ristek, Anindito Aditomo bahwa kurikulumprototipe yang kemudian berubah nama menjadi Kurikulum Merdeka adalah bentuk langkah keseriusan pemerintah dalam mewujudkan beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional sejak dua puluh tahun silam.Paling tidak ada 3 (tiga) prinsip dasar dalam Kurikulum Merdeka yaitu: 1) Kurikulum Merdeka Bukan Berbasis Konten, Tetapi Berbasis Kompetensi. Prinsip dasar ini merupakan penegasan dan kelanjutan dari prinsip yang ada pada kurikulum sebelumnya (terutama sejak Kurikulum 2004- Kurikulum 2006, dan Kurikulum 2013 sudah berbasis kompetensi). Artinya, Kurikulum Merdeka didesain dan dikembangkan berdasarkan penguatan kompetensi yang ingin ditumbuhkembangkan dan dicapai siswa. Yang penting bukan keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan oleh guru, melainkan pada materi esensial, relevan, bermakna, dan pada apa yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. 2) Kurikulum Merdeka Berorientasi pada Pencapaian Kompetensi secara Holistik Tujuan pendidikan sebagaimana dalam pandangan Ki Hajar Dewantara diarahkan untuk membentuk manusia merdeka segala- galanya; merdeka pikirannya, merdeka batinnya, dan merdeka pula tenaganya, supaya dapat bermanfaat bagi bangsa dan tanah air (h. 12). Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa kemerdekaan itu memiliki tiga macam, yaitu berdiri sendiri (zelfstanding), tidak tergantung pada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, selfbeschikking) (h. 4). Dengan demikian proses pendidikan harus mengarah pada proses yang memerdekakan dan memberdayakan dalam pembentukan manusia- manusia merdeka berkarakter yang diikuti dengan penuh tanggung jawab dalam segala hal dan kecakapan hidup. 3) Kurikulum Merdeka Memberi Ruang bagi Kontekstualisasi Belajar (contextual teaching learning) di Satuan Pendidikan. Prinsip kontekstualisasi dalam kurikulum artinya adanya penyesuaian kurikulum dengan visi-misi sekolah/madrasah dan juga kebutuhan belajar para siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib dalam kurikulum memberi ruang untuk adanya kreasi dan inovasi secara merdeka kepada guru dalam mengajar yang didasarkan pada rasionalitas dan akuntabilitas serta relevansi materi dengan kehidupan saat ini dan ke depan. Hal ini menjadi ruang yang harus difasilitasi secara lebih serius dalam Kurikulum Merdeka seperti jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, melainkan per tahun. Ketentuan ini memungkinkan sekolah/madrasah dan guru untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel, terarah, tepat dan akuntabel. Selain itu, capaian belajar juga tidak lagi menjadi "tagihan atau ditagih" setiap tahun, melainkan tagihan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini memungkinkan adanya variasi kecepatan dan sekuens materi dan pembelajaran antar sekolah/madrasah juga pada pada diri peserta didik yang diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajarsesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan siswa. Pola pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu alternatif yang patut diperhatikan dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di satuan Pendidikan. b. Karakteristik kurikulum merdeka Kurikulum Merdeka memiliki sejumlah karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran dan respon masa depan, yaitu: a. Berfokus pada pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika, kolaborasi, keragaman, kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima komponen khusus pembelajaran berbasis proyek; b. Berfokus pada materi esensial yang diperlukan agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan literasi dasar abad 21; c. Adanya fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa (mengajar pada tingkat yang tepat) dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan. Dengan demikian Kurikulum Merdeka berfokus pada hal yang penting seperti berfokus pada materi yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran, menyediakan tempat bagi pengembangan profesional, dengan keterampilan mendalam seperti membaca dan menulis dan berhitung. 1) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Pengembangan Kemampuan Non- Teknis (soft skill) selain Teknis Keterampilan non-teknis adalah pengembangan kemampuan terkait dengan kemampuan untuk mensosialisasikan siswa. Dalam kurikulum merdeka, itu tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang telah ditekuni murid, tetapi juga lintas minat murid di sekolah/madrasah. Dalam pembelajaran guru diminta untuk menyediakan sejumlah tugas atau proyek kepada siswa yang bisa lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan murid atau siswa. Sebagai contoh dalam Kurikulum Merdeka, siswa SD/MI paling tidak dapat melakukan dua pembelajaran model proyek dalam satu tahun pelajaran. Sementara siswa SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK paling tidak dapat melakukan tiga pembelajaran model proyek. Namun demikian, sekolah/madrasah masih diberi ruang kebebasan untuk mengembangkan program kerja terkait dengan penerapan pembelajaran model proyek.
2) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Materi Esensial
Dengan pembelajaran berfokus pada materi penting atau esensial, maka ada waktu yang cukup dan leluasa untuk terwujudnya pembelajaran mendalam (deep learning) dalam rangka penguatan kompetensi dan literasi dasar sehingga siswa tidak tertinggal terkait dengan kemampuan dan literasi dasar. Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka tidak adanya jurusan dalam ilmu sosial (IPS), Alam (IPA), dan bahasa di tingkat pendidikan menengah, tetapi siswa diberi kesempatan untuk menentukanberdasarkan pilihan, minat dan bakat yang relevan. Siswa juga bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan yang ada dalam pikiran dan potensi mereka. Hal ini didasarkan pada orientasi Kurikulum Merdeka yang memprioritaskan pada pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa secara holistik dan utuh. Berbeda dengan kurikulum 2013 yang didalamnya ada istilah KI dan KD sebagai gambaran kompetensi yang dikesankan secara parsial, sedangkan dalam Kurikulum Merdeka gambaran prestasi dan hasil belajar digunakan istilah Capaian Pembelajaran (CP) sebagai satu bangunan kompetensi yang menjadi satu kesatuan terkait, holistik, dan utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil belajar sehingga dapat membangun kompetensi yang utuh. 3) Kurikulum Merdeka Memberikan Fleksibilitas Bagi Guru Guru, dalam pembelajaran diberikan ruang fleksibilitas sehingga ketika melaksanakan tugas keprofesiannya dapat mengajarkan materi ajar berangkat dari masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk adanya pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa dan melakukan penyesuaian pada konteks dan konten lokal. Selain itu, rancangan kurikulum untuk sekolah/madrasah juga dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam Kurikulum Merdeka, tujuan pembelajaran ditetapkan per fase, yaitu dua hingga tiga tahun untuk memberikan fleksibilitas bagi guru dan sekolah. Dalam implementasinya bagi satuan pendidikan (sekolah/madrasah) yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan memperhatikan tahapan dan langkah kerja operasional sebagai berikut : Langkah 1 kompleksitas sederhana, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan mengikuti contoh yang diberikan sebagai role model; Langkah 2 kompleksitas dasar, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan menyesuaikan contoh yang diberikan; Tahap 3 kompleksitas sedang, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan keterlibatan sekolah/madrasah dan anggota masyarakat tergantung pada situasi sekolah; Tahap 4 sangat kompleks, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan warga sekolah/madrasah tergantung situasi sekolah/madrasah. 3. Mengembangkan Modul Ajar Sebagai Pedoman Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Analisis Dimensi Dan Elemen Profil Pelajar Pancasila a. Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka Dalam dokumen Kurikulum Merdeka sebagai contoh, ada 7 (tujuh) tema utama dalam proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang mana para guru dapat mengembangkan ketujuh topik tersebut dan dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang lebih spesifik ke dalam modul ajar sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Ketujuh topik tersebut yaitu: ● Membangun jiwa dan raga; ● Rekayasa dan teknologi untuk membangun NKRI; ● Bhineka Tunggal Ika; ● Gaya hidup yang berkelanjutan; ● Seni lingkungan; ● Kewirausahaan; dan ● Suara Demokrasi b. Kriteria Sekolah/Madrasah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka Agar pelaksanaan Kurikulum Merdeka berjalan baik dan sesuai dengan maksud dan tujuan, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka sebagai berikut : Warga sekolah/madrasah menunjukkan minat tinggi dan kesiapan menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta terlebih dahulu untuk mempelajari materi yang dikembangkan dari pusat. Setelah mempelajari materi tersebut sekolah/madrasah memutuskan untuk melaksanakan dengan cara mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan survei singkat. Adanya proses pendaftaran dan pendataan pada sekolah/madrasah bukan sebagai arena seleksi satuan penyelenggara pembelajaran yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka. Kesiapan dan kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru dalam penerapan Kurikulum Merdeka untuk memahami dan mengadaptasi kurikulum tersebut di konteks masing-masing. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah bukan hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitasbagus atau yang berada di kota saja. Perlunya ada pemetaan potensi diri sekolah/madrasah dalam menyiapkan skema tingkat penerapan Kurikulum Merdeka berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah/madrasah ketika satuan pendidikan tersebut mendaftarkan diri sebagai pelaksana Kurikulum Merdeka. Sekolah/madrasah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka Kurikulum Merdeka akan disarankan untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka secara penuh. Sekolah/madrasah seperti ini sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin didorong melalui Kurikulum Merdeka. Sekarang mereka diberi penguatan dan rekognisi formal. Sekolah/madrasah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba menerapkan Kurikulum Merdeka secara parsial. Di tahun pertama, mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari Kurikulum Merdeka. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mata pelajaran tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi, atau menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk tema-tema tertentu. Tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Perlunya melakukan survey atau pemetaan untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan sekolah/madrasah dan menyiapkan bantuan yang diperlukan sesuai kebutuhan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sekolah/madrasah menyusun kurikulum operasional menjadi tugas dan kewenangan sekolah/madrasah secara mandiri. Dengan demikian kurikulum antar sekolah/madrasah bisa berbeda sesuai dengan karakteristik murid dan kondisi sekolah/madrasah asalkan tetap mengacu pada kerangka yang sama sebagaimana dalam kerangka umum kurikulum merdeka. Penyusunan kurikulum operasional sekolah/madrasah merupakan bagian dari otonomi keilmuan dan keprofesionalan guru. Sebagai profesional, guru memiliki tugas dan kewenangan untuk bekerja secara otonom, mandiri, dan akuntabel berlandaskan norma profesi dan keilmuan yang relevan termasuk dalam penyusunan kurikulum. c. Struktur Kurikulum Merdeka Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah yang menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah, secara fleksibel dapat mengelola kurikulum muatan lokal. Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut: a. Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menentukan capaian pembelajaran untuk muatan lokal, kemudian memetakannya ke dalam mata pelajaran lain. Sebagai contoh, tentang batik diintegrasikan dalam mata pelajaran Seni Rupa, sejarah lokal suatu daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPS, dan sebagainya. b. Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema proyek penguatan Profil pelajar Pancasila. Sebagai contoh, proyek dengan tema wirausaha dilakukan dengan mengeksplorasi potensi kerajinan lokal, proyek dengan tema perubahan iklim dikaitkan dengan isu- isu lingkungan di wilayah tersebut, dan sebagainya. c. Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Sebagai contoh, mata pelajaran bahasa dan budaya daerah, kemaritiman, kepariwisataan, dan sebagainya sesuai dengan potensi masing-masing daerah. d. Pengembangan Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka pada hakikatnya memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), berbagai materi pembelajaran, lembar aktivitas peserta didik, dan asesmen untuk mengecek apakah tujuan pembelajaran dicapai peserta didik. Dalam penyusun modul ajar, terdapat beberapa istilah baru yang tidak ada sebelumnya di kurikulum 2013, diantaranya seperti: Capaian pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila; pemahaman bermakna; pertanyaan pemantik; bahan bacaan guru dan peserta didik; serta glosarium. Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana, media, metode, petunjuk dan pedoman pembelajaran yang dirancang secara sistematis dan menarik sebagai perangkat ajar yang di dalamnya memuat alur tujuan pembelajaran yang dikembangkan dari capaian pembelajaran. Dengan demikian satuan pendidikan 199 dapat menyusun, membuat, memilih, dan memodifikasi modul ajar tersebut sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Komponen modul ajar pada Kurikulum Merdeka meliputi tiga komponen pokok yaitu informasi umum, komponen inti, dan lampiran.
2. Daftar materi pada KB yang sulit dipahami 3. Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran