Anda di halaman 1dari 1

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang mayoritas beragama islam.


Dalam agama islam terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku dan berpengaruh
dalam keamanan suatu produk. Salah satunya mengenai masalah kehalalan suatu
produk. Kehalalan suatu produk ditentukan oleh peraturan pemerintah yang telah
ditetapkan. Di indonesia sendiri, lembaga pemerintah yang mengatur terkait
masalah kehalalan produk baik dari dalam negeri atau produk dari luar negri
adalah LPPOM MUI.

Kehalalan suatu produk menjadi syarat utama bagi konsumen beragama muslim.
Oleh karena itu, terdapat sistem pemerintah yang memfasilitasi tentang legalitas
status kehalalan suatu produk. Kelegalitasan ini diperoleh dengan mengajukan
permohonan pengeluaran status produk dan memenuhi persyaratan yang telah
diajukan oleh LPPOM MUI yang biasanya terbentuk dalam sertifikat halal
LPPOM MUI. Dalam hal ini, perusahaan harus memberikan kepastian status
kehalalan dalam suatu produk dengan mengurus segala persyaratan pemerintah
terkait status produknya untuk mendapat sertifikat halal maupun pencantuman
label halal dalam kemasan produk.

Sesuai ketentuan MUI, masa berlaku sertifikat halal adalah dua tahun. Selama
masa tersebut, perusahaan harus dapat memberikan jaminan kepada MUI dan
masyarakat muslim terkait perusahaan yang senantiasa menjaga konsistensi
kehalalan produknya. Oleh karena itu, LPPOM MUI mewajibkan perusahaan
untuk menyusun sistem yang disebut Sistem Jaminan Halal (SJH) dan
terdokumentasi sebagai manual SJH. Manual ini disusun oleh produsen sesuai
dengan kondisi perusahaannya.

2. Tujuan

Tujuannya dari sertifikasi halal untuk memberikan kepastian status kehalalan


suatu produk produsen dan juga mengetahui tatanan cara perusahaan dalam
memperoleh sertifikasi kehalalan.

Anda mungkin juga menyukai