Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk Allah
yang lain, struktur manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani atau unsur fisiologis dan
psikis. Manusia dilahirkan dengan membawa fitrah-fitrah tertentu. Fitrah berarti kekuatan
terpendam yang ada dalam diri manusia, dibawa semenjak lahir dan akan menjadi daya
pendorong bagi kepribadianya. Seperti yang tercantum didalam firman Allah SWT:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan


kecenderungan yang aslinya) itulah fitrah Allah yang Allah mencepatkan manusia di atas
fitrah itu. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya” .( QS ar-
Rum :30)
Rasullah SAW Bersabda:
‫كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه‬
“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka ibu dan ayahnya lah yang mendidiknya
menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani, dan majusi” (HR, Bukhari).
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai
akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk
mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah telah membekali manusia
dengan berbegai keutamaan sebagai ciri khas yang membedakan dengan makhluk yang
lainnya.

Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang dikenal


dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga kadang melenceng
dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang dimaksudkan dalam al Qur’an dan Hadis Nabi.
B. Perumusan Masalah
Didalam Makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Hakikat Manusia Menurut Islam?
2. Apa Pengertian Fitrah Manusia?
3. Apa Macam-Macam Fitrah?
4. Bagaimana Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan?
5. Bagaimana Manusia Menurut Konsep Fitrah?
6. Bagaimana Pengembangan Fitrah?
7. Bagaimana Implikasi Pendidikan Yang Mengacu Kepada Fitrah Manusia?
8. Bagaimana Manusia Sempurna (Insan Kamil) Menurut Islam?
BAB II
KONSEP FITRAH DAN
IMPLIKASI KEPENDIDIKANNYA

A. Hakikat Manusia Menurut Islam


Menurut Islam,Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT,Ia tidak muncul dengan
sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri.1[1]
Dalam Q.S Ar-Rahman ayat 3, Allah Berfirman:

“Dia menciptakan manusia”.


Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Alaq ayat 2:

“Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.


Dalam Q.S At-Thariq ayat 6 dijelaskan pula:

“ Dia diciptakan dari air yang dipancarkan”.

Jadi bisa disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.


Ada beberapa Teori yang menjelaskan tentang Hakikat Wujud Manusia,yaitu:
1. Teori Nativisme
Teori ini Mengatakan Bahwa perkembangan Manusia dipengaruhi oleh faktor
Pembawaan.

2. Teori Empirisme
Teori ini Mengatakan Bahwa perkembangan Manusia dipengaruhi oleh faktor
Lingkungan.
3. Teori Konveregensi
Teori ini Mengatakan Bahwa perkembangan Manusia dipengaruhi oleh faktor
Pembawaan dan faktor Lingkungan.2[2]

1[1] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) h. 42

2[2] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan AL Qur’an, H. 68


Jadi bisa disimpulkan bahwa Menurut Islam Hakikat perkembangan manusia itu
dipengaruhi oleh faktor Pembawaan dan faktor Lingkungan.Sebagaimana yang dijelaskan
dalam Hadits Rosullulah SAW:
‫كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه‬
“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka ibu dan ayahnya lah yang mendidiknya
menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani, dan majusi” (HR, Bukhari).
B. Pengertian Fitrah Manusia
Secara bahasa, kata fitrah berasal dari kata fathara ( ‫ ) فطر‬yang berarti “menjadikan”.
Kata tersebut berasal dari akar kata al-fathr ( ‫ ( الفطر‬yang berarti “belahan atau pecahan”.
Fitrah mengandung arti “yang mula-mula diciptakan Allah”, “keadaan yang mula-mula”,
“yang asal”, atau “yang awal”.3[3]
Kata fitrah disebut dalam al-Qur’an, surat Ar-Rum ayat 30, yang artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.
Secara umum, para pemikir muslim cenderung memaknainya sebagai potensi manusia
untuk beragama (tauhid). , Menurut Al-Jarkasyi mendefinisikan fitrah sebagai iman bawaan
yang telah diberikan Allah sejak manusia dalam alam rahim. Menurut pandangan Islam, pada
dasarnya manusia itu dilahirkan dalam keadaan suci. Kesucian manusia itu dikenal dengan
istilah fitrah.Sebagaimana Sabda Rosulullah SAW:
‫كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه‬
“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka ibu dan ayahnya lah yang mendidiknya
menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani, dan majusi” (HR, Bukhari).
Muhammad bin Asyur, seperti dikutip Quraish Shihab mendefinisikan fitrah sebagai
berikut:
‫ِي َما َخلَقَهُ هللاُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ان ه‬
ِ ‫س‬َ ‫ع اْ ِإل ْن‬
َ ‫ص ن َْو‬ ْ ‫ َواْل ِف‬،‫ق‬
ُّ ‫ط َرة ُ الَّتِ ْي ت َ ُخ‬ ٍ ‫ظا ُم الَّذِي أ َ ْو َجدَهُ هللاُ فِى ُك ِِّل َم ْخلُ ْو‬
َ ِِّ‫ِي الن‬
َ ‫ط َرة ُ ه‬ ْ ‫ا َ ْل ِف‬
ً‫سدًا أ َ ْو َع ْقل‬
َ ‫َج‬

3[3] Ibid. h.44


“Fitrah (makhluk) adalah bentuk lain dari sistem yang diwujudkan Allah pada setiap
makhluk. Sedangkan fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah
pada manusia yang berkaitan dengan kemampuan akal dan jasmaninya”.
Dalam batasan ini fitrah diartikan sebagai potensi jasmaniah dan akal yang diberikan
Allah kepada manusia. Dengan potensi tersebut, manusia mampu melaksanakan “amanat”
yang dibebankan oleh Allah kepadanya.4[4]
Berdasarkan uraian di atas Penulis dapat menyimpulkan bahwa fitrah manusia adalah
semua bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia semenjak proses
penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia serta menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai makhluk terbaik yang diciptakan oleh Allah swt .

C. Macam-Macam Fitrah
1. Potensi Fisik (Psychomotoric)
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk
berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.
2. Potensi Mental Intelektual (IQ)
Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu
untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut.
3. Potensi Mental Spritual Question (SP)
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.
4. Potensi Sosial Emosional
Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah,
serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.5[5]
Menurut H.M . Arifin komponen-komponen potensi tersebut adalah:
a. Kemampuan dasar untuk beragama islam
b. Bakat
c. Insting atau naluri
d. Nafsu

4[4] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,h. 158

5[5] Ibid.h.43
e. Hereditas atau sifat turun temurun
f. Karakter
D. Hubungan Fitrah Dengan Pendidikan
Sebelum kita melihat hubungan fitrah dengan pendidikan maka dilihat dulu dari segi
pengertian.
a. Fitrah adalah : kemampuan dasar yang ada pada diri seseorang yang harus dikembangkan
secara optimal.
b. Pendidikan adalah : usaha sadar orang dewasa untuk mengembangkan kemampuan hidup
secara optimal, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-
nilai religius dan sosial sebagai pengarah hidupnya.6[6]
Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan fitrah dengan pendidikan adalah potensi yang
ada atau kemampuan jasmani dan rohaniah yang dapat dikembangkan tersebut dalam
pendidikan. Pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana tiitk
optimal kemampuan-kemampuan tersebut untuk mencapainya.
Dalam sebuah hadits dapat juga dijelaskan yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu :
‫كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه‬
Artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang
menjadikan dirinya beragama Yahudi atau Nasrani dan Majusi.
Keutuhan terhadap pendidikan bukan sekedar untuk mengembangkan aspek-aspek
individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan
dasar tersebut kepada pola hidup yang ukhawi. Oleh karena itu diperlukan atau keharusan
pendidikan.
E. Manusia Menurut Konsep Fitrah
Konsep fitrah terhadap pendidikan islam menyatakan bahwa seluruh aspek dalam
menunjang seseorang menjadi manusia secara manusiawi adanya penyesuain secara
aktualisasi fitarahnya,yg diharapkan yakni :
1. Konsep fitrah mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara
jasadi, dan ruhani (sepiritual).
2. Mengakui bahwa komponen terpenting manusia adalah Qolbu (Aqidah).
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa keimanan kepada Allah merupakan fitrah pada
jiwa manusia, dan fitrah tersebut berawal sejak kita mengambil perjanjian dengan Allah
dalam kandungan.7[7]

6[6] Ahmad Tafsir, Drs. Ilmu Pendidikan Islam.hal.45


F. Pengembangan Fitrah
Fitrah manusia sebagai anugerah Allah yang tidak ternilai harganya itu harus
dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). M Natsir
menyebutkan bahwa pengembanga fitrah adalah salah satu tugas risalah yang diemban untuk
nabi Muhammad SAW.8[8]
Setiap usaha pengembangan fitrah itu harus dilaksanakan secara sadar, berencana dan
sistematis.
Berkembang atau tidaknya fitrah itu tergantung kepada dua faktor:
1. Usaha manusia sendiri.
2. Hidayah (petunjuk) Allah SWT
Hidayah Allah dalam rangka pengembangan fitrah ada beberapa macam:
1. Hidayah Al- Aqlu (akal)
2. Hidayah Al- Qalbu (hati)
3. Hidayah Ad- Dinu (agama)

G. Implikasi pendidikan yang mengacu kepada fitrah manusia


Dalam Rangka membina dan mengembangkan seluruh potensi, baik potensi jasmani
maupun rohani, secara efektif dapat dilakukan pendidikan. Dalam proses pendidikan,
manusia mampu membentuk kepribadiannya, mentransfer kebudayaannya dari suatu
komunitas kepada komunitas yang lain, mengetahui nilai baik dan buruk sesuatu hal, dan lain
sebagainya.
Implikasi-implikasi kehendak bebas manusia telah melibatka proses pendidikan.
Pendidikan menjaidi titik perhatian dengan sumber bantuan kepada pelajar yang
mengevaluasi alternatif-alternatif dan menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk.
Pendidikan tidak dipandang sebagai proses pemaksaan dari seorang pendidik untuk untu
menentukan setiap langkah yang harus diterimaoleh anak didiknya secara individu. Maka
bimbingan merupakan kompulasi yang mana karakteristik pendidikan yang utama harus
memperhatikan kebebasan ini. Dengan demikian, muncul tingkatan hidayah, dimana hidayah
kedua diperoleh dari pendidik sedangkan hidayah pada tingkatan ketiga diperoleh oleh anak
didiknya.9[9]

7[7] Ibid.h.50

8[8] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,h. 47

9[9] Prof. Dr. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,hal.63


H. Manusia sempurna (Insan Kamil) menurut islam
Ciri-ciri manusia sempurna (insan kamil) adalah sebagai berikut :
1. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan
Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat dan kuat, terutama berhubungan dengan
penyiaran dan pembelaan serta penegakan agama islam. Dilihat dari sudut ini maka islam
mengidealkan muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.
2. Cerdas serta pandai
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akala yang berkembang
secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan
cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi.
3. Rohani yang berkualitas tinggi
Rohani yang dimaksud disini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal, yaitu
manusia yang hatinya penuh iman kepada Allah.10[10]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut Islam Manusia itu adalah Ciptaan Tuhan serta Hakikat perkembangan manusia itu
dipengaruhi oleh faktor Pembawaan dan faktor Lingkungan.
2. Fitrah manusia adalah semua bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada
manusia semenjak proses penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas
dunia serta menjalankan tugas dan fungsinya sebagai makhluk terbaik yang diciptakan oleh
Allah swt.
3. Macam-macam Fitrah manusia adalah sebagai berikut:
a. Potensi Fisik (Psychomotoric)
b. Potensi Mental Intelektual (IQ)

10[10] Ibid.h.48
c. Potensi Mental Spritual Question (SP)
d. Potensi Sosial Emosional
4. Hubungan fitrah dengan pendidikan adalah potensi yang ada atau kemampuan jasmani dan
rohaniah yang dapat dikembangkan tersebut. Pendidikan merupakan sarana (alat) yang
menentukan sampai dimana tiitk optimal kemampuan-kemampuan tersebut untuk
mencapainya.
5. Konsep Fitrah adalah sebagai berikut:
a. Konsep fitrah mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara
jasadi, dan ruhani (sepiritual).
b. Mengakui bahwa komponen terpenting manusia adalah Qolbu (Aqidah).
6. Perkembangan Fitrah ditentukan oleh dua faktor,yaitu:
a. Usaha manusia sendiri
b. Hidayah (Petunjuk) Allah SWT
7. Dalam Rangka membina dan mengembangkan seluruh potensi manusia, baik potensi
jasmani maupun rohani, secara efektif dapat dilakukan melalui pendidikan.
8. Ciri-ciri Manusia Sempurna (Insan Kamil) adalah sebagai berikut:
a. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan
b. Cerdas serta pandai
c. Rohani yang berkualitas tinggi
B. Saran
Sebagai Manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, penulis sadar akan
kekurangan dalam pembuatan Makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan Makalah selanjutnya, untuk kritik dan
sarannya diucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murip Yahya,Drs. MPd. Pengantar Pendidikan, Bandung, Prospect, 2008.


2. Dr. Ramayulis,Prof., Ilmu Pendidikan Islam, Jakrta Pusat, Kalam Mulia, 1998.
3. Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara.
4. Ahmad Tafsir, Drs. Ilmu Pendidikan Islam. PT Temprint 2011.
5. Muhammad Alim,Drs.Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006.
6. Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al
Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Diposting oleh Unknown di 19.02

FITRAH MANUSIA
Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam

Yang Diampu Oleh: Dr. Darmuin, M.Ag.

Diedit Oleh,
Baihaqi (133111013)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akal adalah salah satu potensi rohani yang dimiliki oleh manusia. Di samping
akal manusia mempunyai potensi rohani lain yang disebut dengan fitrah. Secara fitri, Allah
SWT sebagai sang khalik telah menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang istimewa,
yaitu makhluk yang memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan dengan makhluk-
makhluk yang lainnya, baik itu kelebihan dari segi jasmani maupun rohani.
Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat
kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, dan menurut aliran behaviourisme disebut prepotence reflexes
(kemampuan dasar yang dapat berkembang). Oleh sebab itu, untuk mengatur fitrah atau
potensi yang ada dan agar dapat menggunakannya secara optimal, manusia dirasa perlu
mengetahui hakekat dari fitrah itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fitrah manusia?
2. Apa saja macam-macam fitrah manusia?
3. Apa faktor yang memengaruhi fitrah manusia?
4. Bagaimana fitrah manusia dari perspektif beberapa agama?
C. Landasan Teori
Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30 dijelaskan, bahwa: Maka hadapkanlah
wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli) itulah
fitrah Allah yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah
ciptaannya. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang diberikan
oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut
dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling tinggi, yaitu
memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang membedakannya dengan makhluk lain.
Rasulullah SAW menegaskan dengan sabdanya, bahwa: Tidak ada orang yang
dilahirkan (di dunia) kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orang tualah yang akan
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak yang telah
melahirkan anak-anaknya, apakah engkau membersihkan unta yang termasuk binatang
ternah? Kemudian Abu Hurairah RA mengatakan: bacalah jika kalian semua
menghendakinya; (tetaplah atas) fitrah Allah SWT yang menciptakan manusia menurut fitrah
itu. (HR. Bukhari)
Menurut Shanminan Zain (1986), bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan
yang terpendam yang ada dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Al Auzal (1976),
fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani. Sedangkan menurut Ramayulis, fitrah
adalah kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT.
yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat
kesempurnaan.
Secara lebih komprehensif, Muhammad bin Asyur, seperti dikutip Quraish Shihab
mendefinisikan fitrah (makhluk) adalah bentuk lain dari sistem yang diwujudkan Allah pada
setiap makhluk. Sedangkan fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan
Allah pada manusia yang berkaitan dengan kemampuan jasmani dan akalnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fitrah Manusia
Ditinjau dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti
belahan. Dan dari makna ini, lahir makna-makna lain, seperti “penciptaan” dan “kejadian”.
Dengan demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula atau
bawaannya sejak lahir.11[1]
Dari pernyataan tersebut, bahwasannya fitrah merupakan karakter atau sifat tertentu
yang telah dimiliki oleh manusia sejak dalam kandungan ibunya. Dengan kata lain,
sesungguhnya telah memiliki potensi jauh sebelum ia diahirkan. Dimana penciptaan potensi
tidak diciptakan pada waktu masa kanak-kanak, hanya saja pada masa ini merupakan masa
pengenalan potensi atau masa penggalian potensi dari dalam individu dan setelah itu potensi
selanjutnya akan diarahkan dan dikembangkan sesuai dengan potensinya.
Setelah diketahui arti etimologis fitrah, maka dapat dibuat uraian definisi mengenai
makna fitrah secara terminologi yaitu sifat dasar atau karakter manusia yang telah
ditanamkan dalam diri manusia sejak berada dalam kandungan oleh Allah untuk menghadapi
kehidupan dan sebagai sarana untuk mengenal_Nya.
Selain dari definisi yang telah di uraikan,di dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30
juga di sebutkan kata fitrah,sebagai berikut:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam), (sesuai) fitrah Allah di
sebabkan Diatelah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

11[1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudlu’l atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996), cet. III, hlm. 284.
Ayat di atas menjelaskan tentang hubungan makna fitrah dengan agama Allah.
Hubungan fitrah dengan agama Allah tidak bertentangan akan tetapi saling melengakapi.
Di samping itu,dalil-dalil lain yang dapat diinterprestasikan untuk mengartikan fitrah yang
mengandung kecenderungan yang netral, ialah yang artinya sebagai berikut:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui sesuatu apapun
dan ia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati.” (Al Qur’an Al Karim surat
An-Nahl ayat 78).
Dalam suatu hadis sahih yang di riwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim yang
terjemahannya sebagai berikut:
“Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah
(beragama Islam) maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani,
atau Majusi”. (H.R Muslim dari Abu Hurairah).

Dari hadis tersebut,di jelaskan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Kedua
orang tuanyalah yang memungkinkan ia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi. Hadis itu
mengisyaratkan bahwa sejak lahir manusia sudah di bekali potensi yang di sebut fitrah. Fitrah
adalah istilah dari bahasa arab yang berarti tabiat suci/baik yang khusus di ciptakan oleh
Tuhan untuk manusia.
Selain dalil-dalil dari Al-Qur’an di sebutkan juga beberapa pendapat tentang
pengertian fitrah menurut beberapa ahli.Menurut Dr. Moh. Fadhil Al-Djamaly, firman Allah
di atas menjadi petunjuk bahwa kita harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal. Dan
dengan kemampuan yang ada dalam diri manusia yang menumbuhkan dan mengembangkan
keterbukaan diri terhadap pengaruh eksternal yang bersumber dari fitrah itulah maka
pendidikan secara operasional adalah bersifat hidayah (menunjukkan).
Menurut Al-Auza’iy, fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani.12[2] Pendapat
ini di dukung dengan adanya hadist nabi yang terjemahannya sebagai berikut:
“Lima macam dalam kategori kesucian yaitu khitanan, memotong rambut, mencukur kumis,
memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak”. (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah).13[3]
Sedangkan pengertian fitrah menurut Al Ghazali adalah suatu sifat dari dasar manusia
yang di bekali sejak lahirnya dengan memiliki keistimewaan sebagai berikut14[4]:

12[2] Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad Anshori Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qutubi, (Cairo:
Darus Sa’ab), hlm. 5106.

13[3] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,
1993), hlm. 13.
1. Beriman kepada Allah
2. Kemampuan dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan keburukan atas dasar kemampuan
untuk menerima pendidikan dan pengajaran.
3. Dorongan ingin tau untuk mencari hakikat kebenaran yang merupakan daya untuk berpikir.
4. Dorongan biologis yang berupa syahwat dan insting
5. Kekuatan-kekuatan lain dan sifat-sifat manusia yang dapat di kembangkan dan di
sempurnakan.

Secara umum pemaknaan fitrah dalam al Qur’an dapat dikelompokkan setidaknya dalam
empat makna: 15[5]
1. Proses penciptaan langit dan bumi.
2. Proses penciptaan manusia.
3. Pengaturan alam semesta dan isinya secara serasi dan seimbang.
4. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasa dan pedoman bagi manusia dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa fitrah merupakan semua bentuk potensi
yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia semenjak proses penciptaannya di alam
rahim guna kelangsungan hidupnya di atas dunia yang perlu dikembangkan untuk mencapai
perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
B. Macam-Macam Fitrah
Sebagai mana telah dijelaskan diatas bahwa fitrah mengacu kepada potensi yang dimiliki
manusia. Potensi itu diantaranya yaitu,
1. Potensi beragama
Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika manusia
dilahirkan. Manusia memerlukan keimanan kepada zat tertinggi yang Maha Unggul di luar
dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati olehnya. Naluri beragama mulai tumbuh
apabila manusia dihadapkan pada persoalan persoalan yang melingkupinya.
Akal akan menyadari kekerdilannya dan mengakui akan kudratnya yang terbatas. Akal
akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi pencipta alam jagat raya ini, yaitu Allah.
Islam bertujuan merealisasikn penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja.

14[4] Imam Banawi, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1987), hlm. 216-217.

15[5] Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikira Pendidikan Islam, (Jakarta: Media
Pratama,2001), hlm. 73.
Memberantas perhambaan sesame hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat Allah
penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuannya.

2. Kecenderungan moral
Kecenderungan moral erat kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu untuk
membedakan yang baik dan buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat mengarahkan
kehendak dan akal. Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti di atas, maka
kecenderungan moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana terdapat dalam surat
Asy-Syam ayat 7 yang artinya sebagai berikut:
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) dan ketakwaannya.

3. Manusia bersifat luwes, lentur (fleksible).


Manusia mampu dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan,
menghayati adatadat, nilai, tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat, nilai dan aliran
lama, dengan cara interaksi social baik dengan lingkungan yang bersifat alam atau
kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia yang mudah lentur, terdapat
dalam surat Al Insan ayat 3 yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada
pula yang kafir.

4. Kecenderungan bermasyarakat
Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan bermasyarakat.
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga potensi (fitrah), yaitu:
a. Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat
membedakan nilai baik dan buruk. Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui
dan meng-Esakan Tuhannya.
b. Daya ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi obyek-
obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.
c. Daya defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia
dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara ketiga potensi
tersebut, di samping agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat kendali
(kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya seluruh potensi
yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir oleh Allah dalam kitab dan ajaran-
ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan manusia akan posisi potensi yang dimilikinya itulah
yang akan menyebabkannya melakukan perbuatan amoral.
Menurut Ibnu Taimiyah membagi fitrah manusia kepada dua bentuk, yaitu:
a) Fitrah al gharizat
Merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir. Bentuk fitrah ini berupa
nafsu, akal, dan hati nurani. Fitrah (potensi) ini dapat dikembangkan melalui jalan
pendidikan.
b) Fitrah al munazalat
Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah wahu ilahi yang diturunkan Allah
untuk membimbing dan mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya
yang hanif. Semakin tinggi interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi
pula kualitas manusia.

Dari semua penjelasan mengenai potensi manusia, tampak jelas bahwa lingkungan
sebagai faktor eksternal. Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan arah
pertumbuhan fitrah manusia. Semakin baik penempaan fitrah yang dimiliki manusia, maka
akan semakin baiklah kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, penempaan dan
pembinaan fitrah yang dimiliki tidak pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir dari
tujuan hidupnya. Untuk itu salah satu pembinaan fitrah dengan pendidikan.
C. Faktor yang Memengaruhi Fitrah
Aspek-aspek fitrah merupakan komponen dasar bersifat dinamis, responsive terhadap
pengaruh linkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan. Komponen- komponen dasar
tersebut meliputi :
1. Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada
perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesionla) dalam berbagai
bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kopmisi (daya cipta), konasi
(kehendak), dan emosi yang disebut dengan tri kotomi (tiga kekuatan kemampuan rohani
manusia). Masing-masing kekuatan rohani berperan.
2. Insting (ghorizah), adalah kemampuan berbuat atau bertingkah tanpa melalui proses belajar.
Kemampuan insting tersebut merupakan pembawaan sejak lahir juga. Dalam psikologi
pendidikan kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan
melalui proses belajar. Jenis-jenis tingkah laku manusia :
a. Melarikan diri karena perasaan takut
b. Menolak Karena jijik
c. Ingin tahu karena takjub sesuatu
d. Melawan karena kemarahan
e. Menonjolkan diri karena adanya harga diri.

3. Nafsu dan dorongan-dorongannya. Nafsu dalam kajian tasawuf dibagi menjadi 4 poin :
a. Nafsu Mutmainnah yang mendorong kepada taat kepada allah;
b. Nafsu Lawwamah yang mendorog kearah perbuatan merendahkan orang lain;
c. Nafsu Amarah yang mendorong kearah perbuatan yang merusak;
d. Nafsu Birahi yang mendorong kearah perbuatan seksual.

4. Karakter atau tabiat manusia merupakan kemampuan psikologi yang dibawa sejak
kelahirannya. Karakter ini berkaitan dengan tingkah laku moral dan social serta etis
seseorang. Karakter terbentuk kekuatan dalam diri manusia, bukan terbentuk dari dunia luar.
Karakter erat hubungannya degan personalits (kepriadian seseorang). Oleh karena itu tidak
bisa dibedakan dengan jelas.

5. Hereditas atau keturunan merupakan factor kemampuan dasar yang mengandung cirri-ciri
psikologis dan fisiologis yang diturunkan atau diwariskan oleh orang tua baik dalam garis
yang telah jauh.

6. Intuisi adalah kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham tuhan. Intuisi
menggerakkan hati nurani manusia yang membimbingnya kearah perbuatan dalam situasi
khusus diluar kesadaran akal pikirannya. Namun mengandung makna yang bersifat
konstruktif bagi kehidupannya. Intuisi biasanya diberikan tuhan kepada orang yang bersih
jiwanya. Intuisi lebih banyak dirasakan sebagai getaran hati nurani yang untuk berbuat
sesuatu yang amat khusus.
D. Fitrah Manusia dari Perspektif Beberapa Agama
1. Agama Islam
Manusia pertama yang dihidupkan di atas muka bumi ini oleh Allah SWT ialah Adam
AS. Dalam Islam, manusia dikatakan berasal daripada tanah dan roh di mana unsur
jasad dan roh telah disatukan untuk memberi nyawa kepada Adam AS. Zuriat bagi
keturunan Adam AS pula bermula daripada nutfah. Nutfah bermaksud percantuman air mani
lelaki di dalam rahim wanita. Iaitu percantuman daripada ovum dan sperma dimana dalam
berjuta-juta sperma lelaki, sperma yang terkuat sahaja akan dapat memasuki ke dalam ovum
wanita. Proses ini juga juga di kenali sebagai survival of the fittest. Dengan demikian
dari pendapat di atas, dapat di ketahui bahwa agama islam lebih menekankan pada proses
penciptaan manusia.

2. Agama Hindu
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme.
Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang bererti "tak ada duanya".
Konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap
bahawa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama
Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman. Brahman merupakan pencipta sekaligus
pelebur alam semesta. Brahman berada dimana-mana dan mengisi seluruh alam semesta.
Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu
yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Menurut pendapat dari
agama hindhu, fitrah lebih menekankan pada proses pengaturan alam semesta dan Tuhan
(Brahman) yang mengaturnya.

3. Agama Budha:
Konsep tentang kejadian bumi dan manusia menurut Buddha Dhamma agak unik.
Di alam semesta ini bukan hanya ada bumi ini. Telah banyak bumi yang muncul dan hancur
(kiamat). Manusia yang muncul pertama kali di bumi kita ini tidak seorang, tetapi
banyak, dan mereka muncul bukan kerana kemahuan satu makhluk tertentu. Di dalam
Agama Sutta, Digha Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka, dapat dibaca bahawa bumi kita ini
semuanya terdiri dari air dan gelap gelita.

4. Buddha
Makhluk-makhlukpun tidak dibedakan lelaki atau perempuan. Namun, mereka memiliki
tubuh yang bercahaya dan hidup melayang-layang di angkasa. Setelah waktu lama sekali,
tanah dengan sarinya muncul dari dalam air dan rasanya seperti madu tawon mumi.
Makhluk-makhluk yang serakah (tamak) mulai mencicipi tanah itu, dan tergiur akan sari
tersebut. Makhluk-makhluk yang lain juga mengikuti. Akibat kelakuannya itu, maka cahaya
tubuh mereka lenyap, dan tampaklah matahari, bulan, bintang.
Setelah masa yang lama sekali, tubuh mereka memadat dan bentuknya ada yang
indah dan ada yang buruk sesuai dengan takaran mereka makan sari tanah. Mereka yang
indah memandang rendah kepada orang yang bentuk tubuhnya jelek. Lama kelamaan sari
tanah pun lenyap dan muncullah tumbuhan dari tanah. Sementara mereka sombong dan
bongkak, tumbuhan ini lenyap dan muncul tumbuhan menjalar, dan demikian seterusnya
setelah tumbuhan menjalar lenyap, muncullah tanaman padi. Setelah waktu yang lama sesuai
dengan takaran mereka makan, maka tubuh mereka lebih memadat dan perbedaan bentuknya
tampak lebih jelas. Dari kaca mata agama budha,lebih menjelaskan tentang proses kejadian
langit dan bumi serta proses kejadian manusia.

5. Agama Kristianai:
Kejadian manusia (Adam) menurut Pentateuch (Torah) Dalam Kitab Genesis, didapati
manusia bukan ciptaan Tuhan yang pertama. Jika dirujuk teliti di dalam Kitab Genesis,
didapati manusia bukan ciptaan Tuhan yang pertama. Secara umum, proses kejadian
makhluk sebagaimana yang diuraikan dalam Kitab Genesis merangkumi enam hari.
Hari pertama Tuhan mencipta siang dan malam. Hari kedua tuhan mencipta air. Hari
ketiga Tuhan mencipta tumbuhan. Hari keempat Tuhan mencipta makhluk-makhluk di
daratan dan juga di lautan. Hari kelima Tuhan mencipta bintang di angkasa. Pada hari
keenam, Tuhan mencipta manusia sebagaimana yang diungkapkan di dalam Genesis (1:26):
“The God said, “Let Us make humankind in our image, according to our likeness and let
them have dominion over the fish of the sea and over the birds of the air and over the cattle
and over all the wild animals of the earth and over every creeping things that creeps upon
earth”. Sedangkan pendapat dari agama kristiani, lebih menekankan pada penciptaan
manusia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fitrah merupakan semua bentuk potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada
manusia semenjak proses penciptaannya di alam rahim guna kelangsungan hidupnya di atas
dunia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui
bimbingan dan latihan.

B. Saran
Sesungguhnya setiap orang mempunyai potensi yang berbeda, tinggal bagaimana diri
kita mengaplikasikan potensi tersebut agar menjadi hal yang bermanfaat bagi perkembangan
diri kita dan lingkungan sekitar.

Posted in: Fitrah Manusia,Ilmu Pendidikan Islam,Makalah


KONSEPSI ISLAM TENTANG FITRAH MANUSIA

MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Kelas H smester III
Oleh :

IKA ULFIANA (112222)

KASDURI (112223)

SUWARNI (112024)

SULISTIYANI (112241)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dilimpahkan kepada Allah swt., yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya karena tugas penyusunan makalah ini terselesaikan.
Teriring sholawat dan salam kepada Nabi Agung Muhammad saw., yang dinantikan
syafa’atnya besok diyaumil qiyamah. Amin
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam dengan judul “Konsepsi Islam Tentang Fitrah Manusia“
Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Bapak Abd. Azis, M.Ag. Selaku pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di STAI Pati.
2. Kelompok I yang telah berupaya menyusun makalah ini semaksimal mungkin.
3. Mahasiswa STAI Pati khususnya kelas H semester III.
Disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh para
pembaca.
Pati, 13 Oktober 2013
Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
2007.
Dr. Al-Rasyidin & Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, Ciputat Press: Jakarta. 2005.
http://sapanmaluluang.wordpress.com/2011/07/14/fitrah-dan-potensi-manusia-dalam-pendidikan-
islam/ 09/10/2013
http://hendri-ippm-bw.blogspot.com/2009/08/kata-pengantar-puji-syukur-kami.html. 09/10/2013
http://darussalambengkulu.wordpress.com/2012/08/24/makna-fitrah-dalam-islam/ 09/10/2013
Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta. 1996.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah Agama yang paling mulia dan Agama yang paling haq dibumi ini. Dalam
Islam pendidikan sangat diperhatikan dan sangat dianjurkan diberikan dan dicari oleh
umatnya. Jangankan pendidikan yang sangat penting sekali, hal yang terkecil pun
diperhatikan oleh Islam.
Pendidikan dipandang sangat penting karena dengan pendidikan manusia dapat
menggapai langit dan merangkul bulan. Nabi Agung Muhammad saw menerima wahyu yang
pertama juga menjurus pada ruang lingkup pendidikan, yaitu surat Al-Alaq yang diawali

dengan kata Iqro’ ( ‫ ) اقرء‬yang artinya bacalah, sedangkan Nabi saja tidak dapat membaca,
mengapa demikian?. Karena dibalik membaca Allah menyimpan beribu rahasia bagi
umatnya, dengan dalil tersebut berarti pendidikan sangat penting dikehidupan manusia pada
umumnya dan umat Islam khususnya.
Sangat pentingnya ilmu pendidikan Islam pernah berjaya dalam pendidikan yaitu pada
masa Bani Abbasiyah. Pada masa ini ilmu pengetahuan berkembang pesat dan menciptakan
orang-orang yang cerdas dalam islam. Ada yang mengatakan cerdas adalah fitrah manusia
sejak lahir yang dibawa melalui keturunan akan tetapi juga ada yang berpendapat bahwa
fitrah manusia itu terlahir bagaikan kertas putih tanpa noda. Inilah hal yang menjadi menarik
untuk dicari kebenarannya. Karena dengan mengetahui fitrah seseorang itu menjadi cerdas
akan membangkitkan motivasi dalam diri seseorang agar menerbangkan sayapnya lebih
tinggi dan mencapai langit.
Fitrah memiliki bebrapa potensi yang secara inhern telah ada sejak manusia
lahir. Potensi-potensi manusia tersebut masih mentah, potensi itu dapat diaktualisasikan
sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Fitrah.
2. Bagaimana hubungan fitrah manusia dengan pendidikan serat implementasinya dalam
kehidupan.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Fitrah.
2. Mengetahui hubungan fitrah manusia dengan pendidikan serta implementasinya dlam
kehidupan.

D. Manfaat Penulisan
Dengan mengetahui makna fitrah serta hubungannya dengan pendidikan, diharapkan
pembaca mampu memotivasi dirinya untuk lebih giat belajar dan mencarai pengalaman.
Sehingga dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman seseorang diharapkan mampu
lebih dekat kepada sang Pencipta.
Dengan banyak pengetahuan dan mengetahui arti pentingnya pendidikan maka
seseorang diperintah untuk berlomba-lomba memperbanyak ilmu sehingga hidup sesorang
akan lebih tentram dan tenang dalam menghadpi ujian Allah serta dengan ilmu yang dimiliki
akan mampu mengangkat derajat manusia.

II. PEMBAHASAN
A. Makna Fitrah
Dalam dimensi pendidikan, keutamaan dan keunggulan manusia dibanding dengan
makhluk Alllah lainnya, terangkum dalam kata “fitrah”. Secara bahasa fitrah berasal dari
kata fathaha yang berarti menjadikan. Kata tersebut berasal dari akar kata al-fathr yang
berarti belahan atau pecahan.

Dalam Al-Qur’an kata-kata yang mengacu pada pemaknaan kata fitrah muncul
sebanyak 20 kali yang tersebar dalam 19 surat. Sehingga secara umum pemaknaan kata fitrah
dapat dikelompokkan kedalam empat yaitu[1]:

1. Proses penciptaan langit dan bumi


2. Proses penciptaan manusia
3. Pengaturan alam semesta beserta isinya dengan serasi dan seimbang
4. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi manusia dalam
menjalankan tugas dan fungsinya (ma’rifat al-iman)

Menurut pemikir muslim fitrah manusia itu sebagai potensi yang diberikan Allah kepada
manusia untuk beribadah. Banyak juga yang mengartikan sebagai bawaan manusia sejak
dalam kandungan.

Makna nasabi dari kata fitrah adalah[2]:


1. Fitrah berarti suci (al-thuhr).
Arti ini dijelaskan dari Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dan Abu Dawud dari Aisyah yaitu “Sepuluh macam yang termasuk dalam kategori fitrah,
yaitu : mencukur kumis, membiarkan jengggot panjang dan lebat, bersikat
gigi/bersiwak, menghirup air untuk membersihkan hidung, menggunting kuku,
membersihkan jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kelamin, membersihkan
kencing dengan air, dan berkumur-kumur.”
2. Fitrah berarti potensi dasar manusia untuk beripadah (syu’ur li al-‘ubudiyah).
Watak dan aktivitas manusialah yang menjadi tolak ukur fitrah manusia itu sendiri.
Fitrah disini ketika Allah menciptakan manusia fitrah yang telah dibawa adalah untuk
beribadah kepada Allah.
3. Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah (tauhid Allah).
Manusia lahir kedunia membawa potensi ketauhidan atau paling tidak manusia
merasakan adanya penciptanya dan mengakui ada yang menciptakan dibalik terciptanya
manusia.
Ada beberapa pendapat mengenai makna fitrah menurut para pemikir muslim
diantaranya:
a. Abdurrahman Shaleh Abdullah
Mengartikan fitrah adalah bentuk potensi yang diberikan Allah kepada manusia akan
tetapi sifat potensi tersebut belum pasti melainkan berupa proses. Beliau mengatakan
seseorang yang dilahirkan dari orang yahudi belum tentu menjadi orang yahudi, tetapi Allah
memberikannya potensi-potensi yang dapat menjadikannya muslim.
b. Al-Raghib Al-Asfahaniy
”Fitrah adalah mewujudkan dan mengadakan sesuatu menurut kondisinya yang
dipersiapkan untuk melakukan perbuatan tertentu”.
c. M. Quraish Shihab yang dikutip dari Muhammad ibn Asyur[3]
“Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh Allah pada setiap makhluk. Fitrah
yang khusus untuk jenis manusia adalah apa yang diciptakan Allah padanya yang berkaitan
dengan jasad dan akal (ruh).” Pendapat ini diperkuat oleh ayat Al-quran pada surat An-Nahl
ayat 78 yang bunyinya sebagia berikut :

‫وجعل لكم السمع واآلبصار واالفئدة لعلكم تشكرون‬,‫وهللا أخرجكم من بطون أمهاتكم التعلمون شيئا‬

) 78 : ‫(النحل‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran dan penglihatan dan hat, agar kamu
bersyukur”(Q.S An-Nahl : 78 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fitrah adalah potensi-potensi yang
diberikan Allah kepada manusia sejak dalam kandungan sebagai bekal hidup janin tersebut
didunia. Potensi-potensi tersebut dapat berkembang dan diaktualisasikan melalui usaha-usaha
yang dilakukan manusia, artinya bahwa potensi-potensi tersebut belum dapat dikatakan pasti
sebelum manusia melakukan bebrapa usaha untuk mengaktualisasikan potensinya tersebut.

B. Hubungan Fitrah Manusia Dengan Pendidikan Islam serta Implementasinya


dalam Kehidupan
Pada dasarnya alquran tidak mengacu pada aliran nativisme, empirisme dan
konvergensi yang dikembangkan dalam dunia barat. Akan tetapi konsep tersebut bentuk
pengembangan dan penelitian dari apa yang diterangkan dalam Alquran, intinya Alquran
telah memberikan konsep dari aliran tersebut.
Tabiat manusia adalah sebagai homo religious (makhluk beragama) yang dibawa sejak
lahir. Dalam Alquran surat Al-Rum Allah berfirman :

ِ َّ‫ِين ْالقَ ِيِّ ُم َولَ ِك َّن أ َ ْكثَ َر الن‬


‫اس َال‬ ُ ِّ‫َّللاِ ذَ ِل َك الد‬
َّ ‫ق‬ ِ ‫علَ ْي َها َال ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ ‫َّللا الَّتِي َف‬
َ َّ‫ط َر الن‬
َ ‫اس‬ ْ ِ‫ِين َح ِنيفًا ف‬
ِ َّ َ ‫ط َرة‬ ِ ِّ‫فَأَقِ ْم َو ْج َه َك ِللد‬
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Fitrah pada ayat diatas menyatakan bahwa manusia diciptakan membawa naluri
beragama. Naluri dan potensi yang dimiliki manusia mendorong manusia untuk mencari
pengetahuan yang mutlak dan logis. Dorongan potensi tersebut diekspresikan melalui
besikap, berpikir dan bertingkah laku. Selain menjadi makhluk beragama, manusia juga
memiliki naluri sebagai homo educandum (makhluk yang dapat dididik) dan sebagai makhluk
homo education (makhluk bependidikan). Karena bagi manusia pendidikan dan pengetahuan
adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Fitrah manusia adalah potensi yang dimiliki untuk mengembangkan pendidikannya.
Menurut para pemikir pendidikan muslim sependapat bahwa teori dan praktek pendidikan
islam harus didasarkan pada konsepsi dasar terciptanya manusia, ada dua implikasi penting
dalam hubungannya dengan pendidikan islam, yaitu [4]:
1. Manusia tercipta dari dua komponen yaitu material dan immaterial, konsepsi ini
mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan antara immaterial dan material, sehingga
pendidikan islam mendidik manusia untuk meraih kebutuhan dengan baik dan benar meurut
islam.
2. Hakikat manusia diciptakan adalah sebagi kholifah dibumi, ini sesuai yang dijelaskan
Alquran, untuk menjalankan misi sebagai kholifah manusia dibekali dengan potensi yang
dapat membuat manusia menjalankan misinya dengan baik. Oleh sebab itu pendidikan
diharapkan mampu mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki manusia,
supaya manusia dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu meninginkan
dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Dengan potensi yang dimiliki yang
kemudian dikembangkan melaui pendidikan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohaninya saja akan tetapi juga mampu bermanfaat bagi orang lain.
Menurut Prof. DR. Hasan Langgulung Ada pun macam-macam fitrah (potensi) dapat kita
ketahui:
1. Potensi Fisik (Psychomotoric).

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk
berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Semisal tangan
dapat melakukan pekerjaan dengan mudah.

2. Potensi Mental Intelektual (IQ).


Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu
untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut, tidak hanya itu
dengan intelektual manusia dapat membawanya kepada Tuhannya.

3. Potensi Mental Spritual Question (SP).


Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.

4. Potensi Sosial Emosional (SQ).


Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah,
serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.

Ternyata hubungan fitrah manusia dengan pendidikan sangat rekat sekali. Dengan fitrah
dan potensi yang dibawa manusia, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup dunia akhirat
dan dapat bermanfaat bagi dirinya dan oaring lain.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Fitrah menurut bahasa berasal dari kata fathaha yang berarti menjadikan. Kata tersebut
berasal dari akar kata al-fathr yang berarti belahan atau pecahan.

Sedangkan menurut istilah adalah potensi yang dibekalkan Allah kepada manusia untuk
menjalankan misinya sebagai kholifah didunia ini. Fitrah atau potensi-potensi manusia dapat
berkembang melalui usaha-usaha yang diaktualkan manusia itu sendiri.

Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan secara maksimal potensi-potensi yang


dimiliki manusia tersebut. Dengan pendidikan diharapkan manusia dapat mengoptimalkan
potensi yang dimiliki sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan material dan immaterial,
juga dapat diharapkan potensi-potensi yang dimiliki dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan orang lain. Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan ketika peserta
didik masih kecil diajarkan dengan yang baik-baik semisal makan menggunakan tangan
kanan, membaca doa disetiap kegiatan apapun serta berbicara yang baik, melihat dan
mendengan yang baik-baik pula. Dengan demikian bangunan watak dan pendidikan pada
peserta didik akan berpondasi pada suatu hal yang baik serta sesuai petunjuk agama.

B. Saran
Diperuntukan bagi pembaca agar mencari pengetahuan mengenai fitrah dan hubungan
fitrah manusia dengan pendidikan lebih rinci. Makalah ini hanya mengantarkan kepada pintu
gerbang bahasan fitrah manusia dengan pendidikan dalam islam.

[1] http://sapanmaluluang.wordpress.com/2011/07/14/fitrah-dan-potensi-manusia-
dalam-pendidikan-islam/ 09/10/2013
[2] http://hendri-ippm-bw.blogspot.com/2009/08/kata-pengantar-puji-syukur-
kami.html. 09/10/2013
[3] http://darussalambengkulu.wordpress.com/2012/08/24/makna-fitrah-dalam-islam/
09/10/2013
[4] Dr. Al-Rasyidin & Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam:
Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat Press: Jakarta. 2005.hal: 21-23
Diposting oleh Unknown di 05.02.00

Anda mungkin juga menyukai