Anda di halaman 1dari 107

PENERAPAN PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM DALAM

PENGELOLAAN HOTEL LATANSA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi


Dalam Bidang Ekonomi Syariah (S.E.)

OLEH:

MISLISA OKTAVIA
NIM 1611130208

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2023

|i
| ii
| iii
| iv
ABSTRAK

Peranan Prinsip Etika Bisnis Islam Dalam Pengelolaan Hotel


Latansa Oleh Mislisa Oktavia, NIM. 1611130208

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana


peranan prinsip Etika Bisnis Islam dalam pengelolaan Hotel
Latansa. Hasil penelitian ini bahwa Hotel Latansa telah
menerapkan prinsip Etika Bisnis Islam namun belum sepenuhnya,
seperti penyediaan perlengkapan untuk beribadah masih kurang
lengkap untuk setiap kamar hotel. Prinsip kesatuan hanya
disediakan mushollah yang terdapat pembatas antara laki-laki dan
perempuan. Prinsip keseimbangan yaitu berkaitan dengan
pemberian upah karyawan, BPJS, biaya penginapan dan kepuasan
pelayanan. Prinsip tanggungjawab yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas karyawan sesuai standar operasional
perusahaan (SOP), dan prinsip kehendak bebas berkaitan dengan
cara karyawan hotel mempromosikan hotel dan cara menghadapi
keluhan pengunjung.

Kata Kunci : Peranan , Etika Bisnis Islam, Hotel Latansa

|v
ABSTRACT

The Role of Islamic Business Ethical Principles in Latansa Hotel


Management By Mislisa Oktavia, NIM 1611130208

The purpose of this writing is to find out how the role of the
principles of Islamic Business Ethics in the management of Hotel
Latansa. The results of this study show that Hotel Latansa has
implemented the principles of Islamic Business Ethics but not
fully, such as the provision of equipment for worship is still
incomplete for each hotel room. The principle of unity is only
provided by the mushollah which has a barrier between men and
women. The principle of balance is related to employee wages,
BPJS, lodging costs and service satisfaction. The principle of
responsibility relate to the implementation of employee duties
according to the company’s operation standards (SOP), and the
principle of free will relate to the way hotel employees promote
the hotel and how to deal with visitor complaints.

Keywords: Role, Islamic Business Ethics, Hotel Latansa

| vi
MOTTO

    


      
”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu
sebagai penolongmu, sesunggunya Allah beserta Orang-orang
yang sabar”
(Al-baqarah: 153)

| vii
PERSEMBAHAN

Ucapan syukur dari hati terdalam saya kepada ALLAH

SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada saya

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penerapan Prinsip Etika Bisnis Islam Dalam Pengelolaan Hotel

Latansa”. Sholawat beiring salam tak lupa saya lantunkan kepada

baginda Rasul Muhammad SAW.

Karya ini ku persembahkan untuk mereka yang telah

membuat hidupku bahagia dan berharga:

1. Secara khusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai

dan saya sayangi, Bapak Muslimin dan Ibu Marlina. Berjuta

terima kasih saya sampaikan atas pengorbanan yang telah di

berikan kepada saya, telah merawat, mengasuh, mendidik,

dan mencintai saya dengan penuh kasih sayang sedari dalam

kandungan hingga sampai saat ini.

2. Kepada adek-adekku tersayang, Nia Gustina dan Umroatu

Zakiah, terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi

yang luar biasa dan kekuatan dalam penyelesaian skripsiku

dan menanti keberhasilanku.

| viii
3. Kepada dosen pembimbing Saya, bapak Dr. Nurul Hak, M. A

dan ibu Yenti Sumarni, M.M terima kasih telah membimbing

dan membina saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada temen-teman seperjuangan Ekonomi Syariah.

5. Almamater

| ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati
Sukarno Bengkulu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan segala
kritik dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini tentu saja peneliti banyak
menemui kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan,
bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak saya dapat
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya terutama
kepada:
1. Prof. Dr. H. Zulkarnain Dali, M.Pd, selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno
Bengkulu.
2. Dr.H.Supardi Mursalim,M.Ag, Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati
Sukarno Bengkulu.
3. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat dan
do’anya untuk kesuksesan peneliti.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno
Bengkulu yang telah mengajar, membimbing dan
memberikan berbagai ilmunya dengan keikhlasan.
5. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan
banyak kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membengun demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya.

|x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................iii
ABSTRAK...........................................................................................iv
ABSTRACT............................................................................................v
MOTTO................................................................................................vi
PERSEMBAHAN...............................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................7
C. Tujuan Penelitian........................................................................8
D. Kegunaan Penelitian...................................................................8
E. Penelitian Terdahulu...................................................................8
F. Metode Penelitian......................................................................15
G. Sistematikan Penulisan.............................................................21
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................23
A. Hotel ........................................................................................23
1. Pengertian Hotel..................................................................23
2. Peran, Fungsi dan Tujuan Hotel...........................................24
3. Perbedaan Karakteristik Hotel............................................25
4. Klasifikasi Hotel..................................................................27

| xi
B. Hotel Syariah............................................................................31
1. Pengertian Hotel Syariah......................................................31
2. Perbedaan Hotel Syariah dan Konvensional........................33
C. Etika Bisnis Islam.....................................................................36
1. Pengertian Etika Bisnis Islam..............................................36
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam........................................39
3. Nilai-nilai dalam Etika Bisnis Islam....................................54
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN..................................57
A. Sejarah Hotel Latansa...............................................................57
B. Visi dan Misi Hotel Latansa.....................................................58
C. Struktur Organisasi Hotel Latansa...........................................59
D. Fasilitas dan Kelas Kamar Hotel Latansa................................60
E. Prinsip dan Kriteria Hotel Latansa...........................................61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................62
A. Hasil Penelitian Penerapan Prinsip Etika Bisnis Islam
Dalam Pengelolaan Hotel Latansa..........................................62
B. Pembahasan Penerapan Prinsip Etika Bisnis Islam Dalam
Pengelolaan Hotel Latansa......................................................69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................80
B. Saran........................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA

| xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Informan ..........................................................16


Tabel 3.1 : Struktur Organisasi Hotel Latansa .........................59
Tabel 3.2 : Room Late Latansa Hotel ......................................60

| xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Wawancara Dengan Informan


Lampiran 2 : Foto Kondisi Hotel Latansa
Lampiran 3 : Halaman Persetujuan Pembimbing.
Lampiran 4 : Surat Penunjukkan SK Pembimbing.
Lampiran 5 : Form Pengajuan Judul.
Lampiran 6 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 7 : Lembar Bimbingan.
Lampiran 8 : Surat Keterangan Bebas Plagiasi.

| xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu
atau beberapa orang guna meyediakan produk dan layanan
dengan tujuan menghasilkan keuntungan, sedangkan etika
merupakan bagian yang mendukung dalam pengelolaan bisnis,
terutama dalam kaitannya dengan kepribadian, perilaku dan
tindakan. Istilah etika disebut juga mengacu pada petunjuk di
kelompok masyarakat sebagai pedoman dan pengingat
perilaku terpuji yang harus dipatuhi dan dilakukan oleh
masyarakat. Etika bisnis disebut juga sebagai prinsip etika
yang mendefinisikan mana yang baik dan mana yang buruk,
harus, benar, salah, dan sebagainya serta konsep umum yang
memungkinkan seseorang untuk menerapkannya pada apapun
di dunia bisnis.1
Membahas tentang bisnis dalam setiap aktivitas
kehidupan sehari-hari tidak dapat terpisahkan dari perilaku
organisasi dalam kehidupan masyarakat, berinteraksi dengan
pelanggan serta membangun hubungan baik bersama mitra
kerja dimana dalam prosesnya kegiatan tersebut mencakup
kelompok dan individu serta tempat kerja yang perlu
menerapkan moral, etika, norma, sopan santun dan kaidah
1
Fakhry Zamzam & Havis. Aravik, Etika Bisnis Islam, | 1
(Yogyakarta: Deepublish. 2020), h. 1.
yang berfungsi untuk membantu pebisnis menyelesaikan
masalah moral dalam kegiatan bisnisnya.2 Oleh karena itu,
setiap aktivitas perusahaan memerlukan etika yang baik.
Penerapan bisnis syariah merupakan usaha dengan
menjual produk agar memperoleh keuntungan dengan
berlandaskan pada syariat, tidak hanya befokus pada aktivitas
jual beli saja namun bisnis yang sesuai dengan syariat Islam.
Adapun prinsip etika bisnis islam secara teoritis yaitu
mempunyai Prinsip Kesatuan, Prinsip Keseimbngan, Prinsip
Kehendak Bebas dan Prinsip Tanggung jawab. Sedangkan
secara empiris prinsip syariah suatu kegiatan yang segala
konsepnya berhubungan dengan ajaran Islam dan ketentuan
Syara'.
Kini berbagai macam bisnis berdasarkan prinsip syariah
mulai bermunculan, termasuk bisnis industri perhotelan.
Meningkatnya persaingan antar hotel, menyebabkan bisnis
tersebut harus memprioritaskan kepuasan konsumen untuk
mendapatkan pelanggan. Untuk meningkatkan efektivitas
persaingan, maka bisnis perhotelan perlu terus
mengembangkan inovasi terbaru untuk memuaskan konsumen
dan mempertahankan pelanggan.
Di zaman yang modern seperti ini, banyaknya jasa
perhotelan yang menawarkan berbagai macam fasilitas
penunjang yang di jalankan tersebut menawarkan fasilitas jasa
2
` Endang Aselina Trihastuti, Etika Bisnis Islam, | 2
(Yogyakarta:Deepublish, 2012), h. 1.
kamar, makanan minuman dan aneka jasa lain yang diperlukan
oleh tamu. Pendapatan kamar memberikan kontribusi dengan
kisaran 65% dari total pendapatan Hotel. Sedangkan
pendapatan kedua terbesar yaitu makanan dan minuman, yang
mampu memberikan kontribusi sebesar 30% dari total asset
pendapatan hotel.3
Banyaknya fasilitas yang diberikan oleh pihak pehotelan
di zaman modern ini jika dilihat dengan mata kepala, fasilitas -
fasilitas yang di nilai kurang sesuai dengan norma – norma
sosial serta moral bagi generasi muda di era modern ini seperti
Bar maupun diskotik. Tak banyak yang di permasalahkan
dengan perhotelan yang menganut konsep hotel modern
seperti hal nya di zaman sekarang yang modern ini dengan
menggunakan konsep ke barat-baratan, sehingga memicu
terjadinya pelanggaran peraturan maupun undang – undang.
Minimnya pengawasan serta penegasan sanksi oleh aparat
penegak hokum mengakibatkan pelanggaran sulit untuk
terbendung atau di minimalisir.
Sudah menjadi rahasia umum jika menginap di sejumlah
hotel banyak yang menghilangkan syarat-syarat bagi
pengunjung hotel yang bukan suami-istri untuk menginap
demi keuntungan duniawi semata. Banyaknya kamar short
time yang menyediakan pekerja seks komersil, perjudian,
pesta narboka menambah deretan angka keburukan yang ada

3
I.B.M.Wiyasha, F&B Cost Control untuk Hotel dan Restoran, | 3
(Yogyakarta: Andi Offset, 2011), h. 4.
di jasa perhotelan kini. Hal ini menyebabkan pola hidup
khususnya dalam sektor pariwisata menjadi menyimpang dan
melarangkar dari norma - norma agama dan adat istiadat.4
Seperti kita ketahui bahwa dalam bisnis perhotelan
diidentikkan dengan bisnis yang gelap yang selalu terkait
dengan sega perbuatan yang menyimpang dari norma-norma
masyarakat. Dengan hadirnya bisnis perhotelan syariah ini
maka secara tidak langsung akan mengubah cara pandang
masyarakat tentang pikiran negatif dalam bisnis perhotelan.
Hotel syariah menawarkan aspek spiritualnya untuk
menjujung tinggi nilai adat istiadat, untuk menjaga moral dan
norma-norma agama yang sudah berlaku dalammasyarakat.
Bilamana mendasarkan pada Fatwa DSN-MUI
108/2016, maka yang dimaksud usaha hotel syariah adalah
penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu
bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan
dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya.
Hotel syari’ah merupakan sebuah konsep perpaduan
antara bisnis hotel konvensional dengan memasukan beberapa
prinsip (aturan-aturan/nilai-nilai) Islam di dalamnya. Konsep
semacam ini adalah satu hal yang terbilang baru, namun
banyak diminati oleh masyarakat yang mayoritas
penduduknya adalah muslim seperti Indonesia. Banyaknya

4
Siti Rahma, Penerapan Nilai-Nilai Etika Bisnis Islam Dihotel
Madani Syari’ah Di Yogyakarta, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga: | 4
2014), h.23.
tanggapan atau pandangan miring yang dialamatkan kepada
hotel pada umumnya menjadikan beberapa pelaku bisnis
berfikir dan berusaha membuat sebuah konsep baru yang
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di dalam
masyarakat dan agama.
Kehadiran Hotel dengan konsep Syariah ini mengurangi
pandangan masyarakat bahwa Hotel menjadi tujuan atau
tempat maksiat, karena dengan Hotel berkonsep Syariah maka
peraturan-peraturan yang dijadikan acuan untuk menjalankan
operasionalnya adalah Hukum Syariat Islam. Sehingga dalam
bisnis Perhotelan Syariah tidak hanya bertujuan untuk
menyediakan fasilitas penginapan melainnkan bertujuan untuk
mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang dari norma
dan syariat Islam.5
Sehingga dalam menyediakan kebutuhan konsumennya
hotel lebih mementingkan kemanfaatan, kenyamanan,
keamanan dan kebaikan bagi penggunanya dari pada
mengutamakan keuntungan saja pergi di suatu daerah dan
maslahah dalam menciptakan kondisi masyarakat yang lebih
baik dari segi perilaku serta dapat mencegah masyarakat untuk
melakukan kegiatan maksiat. Sedangkan pada hotel
konvensional tidak memiliki dampak seperti itu, memang
dalam hotel konvensional dampak positif juga dada tetapi
dampak negatif juga banyak karena dalam menjalankan bisnis

5
Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), h. | 5
42.
hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan
kenikmatan dunia saja. Para pelaku usaha Hotel Syariah perlu
bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan suasana
masyarakat yang islami dan sesuai dengan syariah baik pada
sebuah kota maupun negara secara luas. Pemerintah memiliki
peranan yang sangat penting karena pemerintah yang
mengeluarkan izin untuk pembangunan dan penggunaan
bangunan Hotel Syariah.6
Kriteria bisnis hotel syariah adalah mengembangkan
kemampuan atau karakterisasi yang mencakup semua aspek
barang, layanan, dan pelaksanaannya dengan tetap mengikuti
perkembangan kebutuhan dan kemajuan teknologi sejalan
dengan prinsip syariah. Hotel syariah dapat digunakan sebagai
suatu peluang untuk menjalankan perusahaaan sesuai dengan
system syariah dengan tetap berpegang pada peraturan
pemerintah yang berlaku dan standar syariat Islam. Dengan
demikian, kita tidak hanya mendapatkan keuntungan dari
bisnis, tetapi juga menjaga etika dan moralitas setiap saat.7
Kota Bengkulu merupakan salah satu kota yang
memiliki wisatanya tidak heran jika Bengkulu juga memiliki
banyak hotel untuk para wisatawannya yang ingin menginap

6
Sofyan, Penerapan Hotel Berbasis Syariah Dalam Menekan Perilaku
Disasosiatif Masyarakat Melalui Pemenuhan Syariah , (Skripsi: Unisi
Yogyakarta), h. 2
7
Dewi Pitriani, dkk, Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam dan
Kualitas Manajemen Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen
Sofyan Hotel Betawi Syariah, Jurnal Ekonomi Islam, 2020, Vol 13(1). h. 29- | 6
41
menikmati pariwisata kota Bengkulu. Keberadaan hotel
syariah di Bengkulu ada namun tidak begitu banyak dengan
hotel konvensional.
Hotel Latansa adalah salah satu hotel syariah yang
berada di Lingkar Barat. Letak hotel Latansa tidak begitu jauh
dari bandara Fatmawati Sukarno. Lokasi yang strategis
sehingga para pengunjung tidak susah untuk mencari hotel
Latansa ini.
Berdasarkan hasil observasi peneliti Hotel Latansa
dikategorikan hotel yang belum memenuhi persyaratan
sebagai hotel syariah, dari segi fasilitas hotel belum terdapat
musholla yang dikelola baik di hotel, tidak terdapat peralatan
sholat, dan juga tidak dibatasi tamu yang bukan mahram.
Peneliti ingin meneliti lebih lanjut bukan hanya fasilitas
namun juga pelayanan apa saja yang terdapat di hotel Latansa
jika di lihat dari Etika Bisnis Islam. Oleh karena itu peneliti
tertarik meneliti permasalahan ini dan mengangkat judul
“Penerapan Prinsip Etika Bisnis Islam dalam Pengelolaan
Hotel Latansa ”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana penerapan prinsip etika bisnis islam dalam
pengelolaan hotel Latansa?

C. Tujuan Penelitian |7
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan prinsip etika bisnis islam dalam pengelolaan hotel
Latansa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
menambahkan keilmuan dalam keislaman di bidang syariah
yang berhubungan erat dengan bisnis Islam yang sudah
ramai dan banyak terdapat di perusahaan- perusahaan kecil
maupun besar. Hasil penelitian ini juga diharapkan
menambah informasi ilmiah yang dapat dijadikan referensi
dan bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
membantu bagi instansi yang bersangkutan dalam
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bisnis syariah
yang dijalaninya dan guna memberi masukan-masukan
positif untuk lebih mengembangkan bisnis di bidang
syariah.
E. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran kajian kepustakaan yang
penulis lakukan, berikut ada beberapa penelitian yang terkait
dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Tujuan
kajian ini adalah untuk menghindari plagiasi dan tidak ada
persamaan pembahasan dengan penelitian yang lain. Maka
|8
dari itu diperlukannya penjelasan mengenai topik penelitian
yang penulis teliti berkaitan dengan penelitian yang dahulu
adalah :
1. Penelitian Widyarini, yang berjudul “Pengelolaan Hotel
Syariah di Yogyakarta”. Permasalahan yang muncul adalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Hotel Syariah dalam
pelaksanaannya telah terbebas dari tindakan haram. Hal ini
perlu dipertegas guna membedakan dengan hotel
konvensional. Sehingga “syariah” tidak hanya sekedar
label, namun benar- benar menerapkan konsep syariah
Islam di dalam menjalankan operasional hotel. Dengan
memunculkan nama syariah, tentunya ada beberapa
konsekuensi yang harus dilakukan oleh manajemen guna
mengaplikasikan larangan yang ada di dalam Al-Qur’an
dan Hadis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah pada penelitian ini membahas tentang
pengelolaan hotel syariah syariah haruslah mengacu pada
Al-Quran dan Hadis, artinya di dalam penawaran jasanya
hotel syariah harus mengedepankan kehalalan baik dalam
proses maupun hasil produk dan menerapkan pelayanan
yang syar’i. Persamaannya pada penelitian ini membahas
tentang pengelolaan Hotel Syariah Kota Bengkulu.8
2. Penelitian Eko Susanto, yang berjudul “Hotel Syariah di
Surakarta”. Dalam penelitian ini membahas cara

8
Widyarini, “Pengelolaan Hotel Syariah di Yogyakarta”( Jurnal | 9
Ekonomi dan Bisnis, Vol. VIII, No. 1, 2003)
mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan Hotel
Syariah di Surakarta yang mampu mewadahi kegiatan
pengunjung berdasarkan syariat Islam baik aturan di
dalamnya maupun ruang-ruang di dalamnya yang
memisahkan hunian laki-laki dan perempuan,dan
memisahkan ruang hunian suami istri, dan juga
memisahkan fasilitas seperti restoran yang akan membuat
perbedaan dari Hotel yang lain. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian
sebelumnya membahas tentang konsep perancangan dan
perancanaan hotel syariah di Surakarta. Persamaannya pada
penelitian ini membahas tentang pengelolaan hotel dengan
prinsip syariah di hotel syariah Kota Bengkulu.9
3. Penelitian Pitriani dkk, yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Etika Bisnis Islam dan Kualitas Manajemen Pelayanan”.
Hasil dari penelitian ini diperoleh hasil pengujian koefisien
determinasi sebesar 0,776. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh variabel etika bisnis syariah dan manajemen
pelayanan terhadap kepuasan pelanggan adalah sebesar
77,6%. Sedangkan sisanya sebesar 22,4% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Secara
bersamaan dapat dikatakan bahwa etika bisnis syariah dan
manajemen pelayanan secara bersamaan mempengaruhi
kepuasan pelanggan pada Sofyan Hotel Betawi Syariah

9
Eko Susanto, “Hotel Syariah di Surakarta”, (Skripsi: Universitas | 10
Muhammadiyah Surakarta, 2012).
Menteng, dengan nilai signifikansi 0,000 yang dapat
menjelaskan signifikansi tersebut. Artinya terdapat
pengaruh positif antara etika bisnis syariah dan manajemen
pelayanan terhadap tingkat kepuasan pelanggan pada
Sofyan Hotel Betawi Syariah Menteng. Secara parsial etika
bisnis Islami tidak berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
pelanggan Hotel Sofyan Betawi Syariah Menteng dengan
nilai signifikansi 0,316 > 0,05 (a) . Sedangkan secara
parsial manajemen pelayanan memiliki pengaruh terhadap
tingkat kepuasan konsumen Sofyan Hotel Betawi Syariah
Menteng dengan nilai signifikansi yang dihasilkan 0,000 <
0,05 (a) . Perbedaan dalam penelitian ini yaitu jenis
penelitian, lokasi dan waktu, sedangkan persamaannya
sama-sama membahas mengenai Etika Bisnis Islam.
4. Penelitian Saiful Bahri, yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Memilih
Hotel Syariah Studi Pada Hotel Syariah Walisongo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor
yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih hotel
syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
memilih hotel syariah, yaitu faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi dan faktor psikologi. Dari beberapa faktor
yang paling mempengaruhi adalah faktor budaya dan faktor
social, sedangkan faktor pribadi dan faktor psikologis tidak
| 11
berpengaruh cukup besar dalam mempengaruhi konsumen
dalam memilih hotel syariah.10 Perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian
sebelumnya membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memilih hotel syariah.
Sedangkan persamaan penelitian ini sama-sama membahas
tentang hotel syariah yang berkaitan tentang pengelolaan.11
5. Jurnal Internasional oleh Hanik Fitriani dengan judul,
“Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata Perhotelan
Dengan Konsep Syariah”. Penelitian ini bertujuan menelaah
tentang Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata
Perhotelan Dengan Konsep Syariah Di Indonesia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, hotel syariah
merupakan suatu jasa akomodasi yang beroperasi dan
menganut prinsip-prinsip dalam Memilih Hotel Syariah:
Studi Pada Hotel Syariah Walisongo”, (Skripsi: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 2015). Pedoman ajaran Islam.
Kedua, menurut penulis perkembangan hotel syariah di
Indonesia masih terlalu lambat bahkan dapat dikatakan
stagnan, meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah
mengeluarkan standarisasi label syariah kepada bisnis
perhotelan, namun bentuk dan tahapan pengurusan format
10
Pitriani, dkk, Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Islam dan Kualitas
Manajemen Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Sofyan Hotel
Betawi Syariah, (Jurnal Ekonomi Islam, Vol 13(1), 2020).
11
Saiful Bahri, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konsumen dalam Memilih Hotel Syariah: Studi Pada Hotel Syariah | 12
Walisongo”, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2015).
syariah ini masih belum jelas adanya. Dampaknya, banyak
pebisnis hotel syariah yang lebih mengimplementasikan
konsep hotel syariah mereka dengan berdasarkan aturan-
aturan Islam, sehingga kualitas pengelolaan dan
pengoperasiaannya kadang masih belum maksimal. Oleh
karena itu, hotel syariah sebaiknya didukung oleh semacam
Dewan Pengawasan Syariah (DPS).12Perbedaan antara hotel
konvensional dan hotel syariah terdapat pada penggunaan
prinsip syariah. Hotel konvensional semuanya melayani
tamunya dengan memberikan aneka macam layanan seperti
hiburan malam (night club), minuman yang beralkohol, dan
telah dikenal oleh masyarkat secara luas. Dengan adanya
pendirian hotel berbasis syariah, dapat dikatakan mampu
membawa misi untuk membersihkan jiwa masyarakat baik
secara kolektif maupun individual dari adanya fitnah,
gharar, maksiat dan sebagainya sehingga mampu
mewujudkan terciptanya ketertiban masyarakat, dan aspek-
aspek kesetiakawanan sosial. Hotel syariah adalah hotel
sebagaimana lazimnya, yang operasionalnya dan
layanannya telah menyesuaikan dengan prinsipprinsip
syariah atau pedoman ajaran Islam. Hotel syariah secara
umum tidak berbeda dengan hotel-hotel yang lain. Tetap
tunduk dengan peraturan pemerintah, tetap buka 24 jam.

12
Hanik Fitriani, Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata
Perhotelan Dengan Konsep Syariah Muslim.( Jurnal: Heritage, Vol. 3, No.1, | 13
2018).
Pemasarannya pun terbuka bagi semua kalangan baik
muslim maupun non muslim. Syariah menjalankan berbagai
pelayanannya berdasarkan prinsip syariah.Sementara itu,
hotel konvensional tidak menggunakan prinsip syariah.
Hotel konvensional secara umum dimengerti sebagai hotel
biasa. Hotel jenis ini umum ditemui di beberapa kota besar
di Indonesia. Sementara itu, hotel syariah, apabila merujuk
pada Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 108/DSN-
MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata
Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah penyediaan akomodasi
berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan yang dapat
dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,
kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang dijalankan
sesuai prinsip syariah. Menurut Arief, ada yang berbeda
dalam pengelolaan hotel syariah ketimbang hotel
konvensional. Dakwah Islam hadir ketika semua fasilitas
pelayanan hotel kesetiap tamu tanpa menggunakan unsur
kemaksiatan dan pelanggaran norma agama. “Hotelnya
sesuai konsep syari’ah memiliki pengalaman batin
tersendiri bagi setiap tamu yang datang untuk menginap.
Hotel syariah mengajarkan konsumen hidup tenang, aman
dan sehat, seperti tidak menyediakan minuman beralkohol,
hiburan di Latansa yang tersedia adalah radio, lagu pop
Islami, lagu wali yang jauh dari kemaksiatan. Sebagai satu-
| 14
satunya hotel yang menyatakan diri dikelola secara syari’ah
tanpa adanya perbandingan dari hotel lainnya dikota
Bengkulu maka sistem pengelolaannya belum dapat
diketahui apakah sudah diterapkan sesuai sistem syari’ah.
Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada prinsip syariah
hotel yang akan di teliti. Sedangkan persamaannya pada
objek yang diteliti.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis
penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang
diperoleh langsung dari responden.13 Dalam penelitian ini
akan meneliti secara langsung kepada karyawan hotel
Latansa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam
pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu obyek,
suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang dengan interprestasi yang
tepat.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini berlangsung terhitung dari tanggal 20
Februari sampai 22 Juni 2023. Lokasi penelitian dilakukan

13
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja | 15
Grafindo Persada, 1997), h. 42.
di Hotel Latansa yang beralamat di Lingkar Barat Provinsi
Bengkulu. Alasan pemilihan lokasi adalah karena hotel
Latansa merupakan hotel syariah yang terdapat di pusat
kota yang ramai penduduk.
3. Subjek / Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan subjek atau orang
yang dapat memberikan informasi tentang fenomena atau
situsasi sosial yang berlangsung di lapangan. Adapun
informan dalam penelitian ini adalah karyawan Hotel
Latansa. Adapun informan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Informan
No Nama Jabatan
1 Deki Front Office
2 Nazardi Security
3 Suharno Manager
4 Mustapa Superviser
Sumber : Data Peneliti

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


a. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
| 16
Sumber data primer yakni sumber data
yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Bahwasanya sumber data primer
ini merupakan data utama.14 Dalam penelitian ini
data primer didapat dari wawancara dan observasi
kepada karyawan Hotel Latansa.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang
diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.15
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-
buku, jurnal, skripsi dan dokumentasi.
b. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi merupakan bagian awal dalam teknik
pengumpulan data dalam penelitian lapangan.
Data-data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan selanjutnya dituangkan dalam suatu
tulisan. Peneliti menetap dan mengamati di tempat
penelitian tentang penerapan etika bisnis islam
pada pengelolaan hotel Latansa selama awal
penelitian sampai akhir penelitian yang terjadi
agar mendapat hasil yang akurat dan bisa
dipertanggungjawabkan.
14
Saipuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka
Belajar, 2015), h.91.
15
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan | 17
Aplikasinya, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2002), h. 32.
2) Wawancara
Wawancara atau interview adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan iti dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara dan
terwawancara. Bentuk wawancara yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini ialah wawancara
terstruktur yaitu wawancara yang terpaku pada
pedoman wawancara yang dibuat peneliti
sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti
mewawancarai langsung secara mendalam tentang
penerapan etika bisnis islam pada pengelolaan
hotel Latansa.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung yang
dikumpulkan sebagai penguatan data wawancara.16
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan melengkapi data-data dokumentasi
berupa laporan kegiatan, foto-foto dan
dokumentasi lainnya yang relevan. Dokumentasi
dan laporan ini digunakan untuk melengkapi apa-
apa yang dibutuhkan setelah melakukan penelitian.
5. Teknik Keabsahan Data
Dalam pengumpulan pengujian keabsahan data
yang peneliti gunakan adalah dengan mengunakan tekhnik

16
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, | 18
( Jakarta : GP Press Group, 2013). h.199.
pengumpulan data yaitu triangulasi. Triangulasi dalam
pengujian kriabilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan bebagai
waktu. Ada 2 langkah-langkah:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kriabilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber, seperti hasil
wawancara dengan manajer dan karyawan Hotel
Latansa.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreabilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,
misalnya seperti data yang diperoleh dari hasil
wawancara lalu kemudian dicek dengan hasil observasi
dan dokumentasi.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman menjelaskan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas adalam analisis data, yaitu reduksi data,
display data dan kesimpulan. Langkah-langkah analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :17

17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, | 19
Kualitatif dan R&D),(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 335.
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif
yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman
wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,
dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan
pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.
Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang
memiliki yang segnifikan.
Reduksi data dalam penelitian ini dimaksutkan
dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok,
disusun lebih sistematis sehingga data dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil
pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari
data apabila masih diperlukan.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian
hubungan antara katagori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
Menurut Miles dan Herman mengemukakan
bahwa penarikan kesimpulan, hanyalah sebagian dari
| 20
satu katagori dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran yang
penganalisis selama menulis. Suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan. Makna-makna yang muncul
dari data yang telah diperoleh harus diuji kebenarannya.
Kekokohannya dan kecocokkannya yakni yang
merupakan validitasnya. Berdasarkan dengan
pendekatan kualitatif deskriptif dalam data penelitian
ini, maka teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis data secara kualitatif yang bertujuan untuk
menjaring data tentang penerapan etika bisnis islam
pada pengelolaan hotel Latansa.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian,
rumusan masalah, batasan masalah penelitian, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kajian terhadap
penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori terdiri dari penjelasan mengenai Etika
Bisnis Islam, Hotel, dan Hotel Syariah.
BAB III Metode Penelitian terdiri dari jenis dan pendekatan
penelitian, waktu dan lokasi penelitian, | 21
subjek/informan penelitian, sumber data dan teknik
pengumpulan data, teknik keabsahan data dan teknik
analisis data.
BAB IV Hasil penelitian dan pengamatan terdiri dari
deskripsi wilayah penelitian, temuan hasil penelitian
dan pembahasan.
BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

| 22
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hotel
1. Pengertian Hotel
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada
dengan menyediakan jasa penginapan, makanan dan
minuman serta jasa penunjang lainnya, berfungsi sebagai
tempat sementara dan disediakan bagi umum, dikelola
secara komersial dengan memperhitungkan untung atau
ruginya, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
berupa uang sebagai tolak ukurnya.18
Pada prinsipnya hotel adalah salah satu bentuk
usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kepada
para tamu hotel baik secara pisik, psikologi, maupun
keamanan selama tamu mempergunakan fasilitas
atau menikmati pelayanan di hotel.19
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan
minum yang dikelola secara komersial serta memenuhi

18
Andriasan Sudarso, Manajemen Pemasaran Jasa Perhotelan
(Dilengkapi dengan Hasil Riset Pada Hotel Berbintang di Sumatera Utara,
(Yogyakarta : Deepublish, 2016), h. 20.
19
Agus Nawar, Psikologi Pelayanan, (Bandung: Alfabeta, 2002), h. | 23
54.
ketentuan persyaratan yang ditetapkan pemerintah.20
Dari pengertian diatas, secara umum terdapat
beberapa unsur pokok dari hotel:
a. Hotel adalah jenis akomodasi yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan yang ada.
b. Hotel menyediakan fasilitas pelayanan jasa berupa
jasa penginapan, pelayanan makan dan minum, serta
jasa lainnya.
c. Hotel merupakan fasilitas pelayanan jasa yang terbuka
untuk umum dalam melakukan perjalanan.
d. Suatu usaha yang dikelola secara komersial.
Hotel atau bentuk penginapan lainnya akan
berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda terhadap
produk atau jasa yang akan membuat satu hotel berbeda
dari yang lainnya, yang akhirnya menyebabkan mengapa
orang mempunyai alasan tersendiri memilih hotel tersebut.
2. Peran, Fungsi dan Tujuan Hotel
Saat ini, industri perhotelan sudah menjadi salah
satu industri inti dalam jaringan industri pariwisata. Fungsi
utama dan fungsi tradisional dari suatu hotel adalah sebagai
sarana untuk memenuhi kebutuhan menginap, makan dan
minum, mandi istirahat, dan sebagainya bagi para tamu
yang dikelola secar komersial. Fungsi dari hotel selaras
dengan tujuan bisnis dalam hospitality industri, yaitu

20
Sutanto, Hotel Proprietors Act dalam Manajemen Penyelenggara | 24
Hotel, (Jakarta:Salemba Empat, 2005), h. 6
menciptakan keuntungan melalui penciptaan dan
pemeliharaan kepuasan pelanggan. Seiring perkembangan
zaman, semakin banyak kebutuhan masyarakat yang
mampu dipenuhi oleh bidang perhotelan fungsi hotel bukan
lagi hanya sekedar tempat menginap atau istirahat bagi para
tamu, akan tetapi hotel telah memiliki banyak fungsi, di
antaranya dijadikan sebagai tempat tujuan pertemuan
pejabat-pejabat penting, konfrensi, meeting, seminar,
lokakarya, musyawarah nasional dan internasional, dan
berbagai kegiatan lainnya yang membutuhkan sarana dan
prasarana yang menunjang. Semua tuntutan ini telah
mampu dijawab oleh hotel.21
3. Perbedaan Karakteristik Hotel
Dalam buku teks pembelajaran tentang industri
perhotelan, terdapat perbedaan antara hotel dengan industri
lainnya yang menjadikan usaha perhotelan memiliki
karakteristik yang unik. Perbedaan tersebut antara lain:
a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta
padat karya yang artinya dalam pengelolaannya
memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga
pekerja yang banyak
b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi
pada sector ekonomi, politik, sosial, budaya, dan
keamanan hotel tersebut berada.

21
Ni Wayan Suwithi, Industri Perhotelan, Kementrian Pendidikan dan | 25
Kebudayaan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 16.
c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan
dengan tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan.
d. Beroperasi selama 34 jam sehari, tanpa adanya hari
libur dalam pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel
dan masyarakat pada umumnya
e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga
memperlakukan pelanggan sebagai partner dalam usaha
jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada banyaknya
pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel tersebut.22
Berdasarkan produk yang ditawarkan , produk hotel
memiliki empat karakteristik utama, yaitu:
a. Produk nyata (tangible goods) seperti penjualan kamar,
makanan, minuman, kolam renang, dan sebagainya;
b. Produk tidak nyata (intangible goods) seperti keramah
tamahan, kenyamanan, keindahan, keamanan dan
sebagainya;
c. Produk segar tidak tahan lama (perishable goods)
seperti: bahan makanan dan sayuran segar, daging ikan,
dan sebagainya;
d. Produk tahan lama (nonperishable goods) seperti: soft
drink, perlengkapan tamu dan sebagainya.23
Perbedaan karakteristik tersebut lah yang
membedakan usaha perhotelan dengan bidang usaha-bidang
22
Emmita Devi Hari Putri, Pengantar Akomodasi dan Restoran,
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 13-14.
23
Muhammad Rayhan Janitra, Hotel Syariah Konsep dan Penerapan, | 26
(Jakarta : Rajawali Persada, 2017), h.5.
usaha lainnya. Terkadang hotel menjadi tempat pertemuan,
meeting, seminar, acara pernikahan, dan event- event
lainnya. Dilihat dari ruang lingkupnya hotel dapat
diklasifikasikan sebagai “rumah‟ kedua bagi pengunjung.
Terkadang ada beberapa hotel yang menyediakan fasilitas
layaknya rumah-rumah masyarakat seperti ruang tamu,
dapur, tempat menjemur pakaian, dapur dan beberapa
fasilitas yang ada di rumah-rumah masyarakat.
4. Klasifikasi Hotel
a. Klasifikasi hotel berdasarkan tingkat tarifnya
Tarif rata-rata kamar hotel yang ditawarkan
ditentukan oleh jenis hotelnya, apakah termasuk hotel
yang mewah, superior, menengah atau ekonomi. Hotel
Mewah menunjukkan standar tertinggi dalam industri
perhotelan. Hotel mewah juga disebut dengan hotel
duluxe. Hotel-hotel dengan standar kemewahan dan
pelayanan yang sangat tinggi dikenal sebagai hotel grand
luxe. Hotel-hotel mewah menawarkan tingkat
kenyamanan yang tinggi, kebersihan dan pelayanan yang
efisien, biasanya dilayani oleh staff yang terlatih. Pada
hotel mewah tipikal, paling tidak 10 persen dari seluruh
jumlah kamar yang dipersiapkan untuk jenis suite
mewah.
Hotel Superior juga dinamakan hotel kelas satu
atau eksekutif mendekati mewah dan menyediakan
| 27
pelayanan makanan dan minuman. Hotel tipikal dalam
katagori ini paling tidak mempunyai satu suite mewah,
dua ruang makan dan sebuah cocktail lounge.
Hotel menengah, juga dinamakan hotel kelas
wisatawan adalah hotel tradisional dengan kemewahan
dan kenyamanan di atas rata-rata, serta menyediakan
makanan dan minuman. Hotel ekonomi juga dinamakan
hotel standar atau hotel murah, menyediakan kamar
pribadi pada tingkat tarif yang dapat dijangkau. Dekorasi
dan perabotannya dapat diterima oleh mayoritas pejalan
Amerika. Hampir semua hotel ekonomi tidak mempunyai
operasi pelayanan makanan dan minuman mereka sendiri.
Disamping itu jenis hotel ini biasanya berlokasi di dekat
coffee shop atau restoran fast food untuk kenyamanan para
tamu.24
b. Klasifikasi Hotel berdasarkan Tingkat Pelayanannya
Tingkat tarif hotel berhubungan erat dengan ciri-
ciri fisik bangunannya. Tarif kamar berdasarkan biaya
kontruksi dan operasi sebagai tambahan jenis bangunan
dan tingkat kamar dipengaruhi oleh tingkat pelayanan
yang ditawarkan oleh hotel tersebut untuk para tamunya.
Diklasifikasikan berdasarkan tingkat pelayanan, sebuah
hotel bisa merupakan hotel dengan pelayanan penuh atau
hotel dengan pelayanan terbatas. Sebuah hotel dengan

24
Dennis L. Foster, First Class An Introduction To Travel And | 28
Tourism, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 197.
pelayanan penuh menyediakan makanan dan minuman
serta staff yang bertugas melayani tamu, secara umum
dinamakan bell staff. Operasi pelayanan makanan berkisar
mulai dari pelayanan di ruang makan sampai dengan coffe
shop. Pelayanan minuman bisa termasuk sebuah cocktail
lounge. Jika sebuah hotel melayani kelompok, pelayanan
banquet mungkin juga disediakan.
Staf pelayan tipikal untuk tamu terdiri dari bell
boy, manajer pelayanan untuk tamu, penjaga pintu, dan
jika hotel mempunyai garasi untuk parkir, satu penjaga
parkir atau lebih. Hotel dengan pelayanan terbatas adalah
hotel yang berkonsentrasi pada penyewaan kamar, tanpa
menyediakan pelayanan makanan dan minuman atau staff
untuk pelayanan tamu. Menurut statistik industri ini, tariff
kamar hotel dengan pelayanan terbatas secara rata-rata 45
persen lebih murah dibandingkan hotel yang mempunyai
pelayanan penuh. Hampir sebagian hotel dengan
pelayanan terbatas dibangun di atas tanah yang harganya
tidak terlalu mahal. Metode konstruksi perakitan bisa
dipergunakan untuk meminimalkan biaya pembangunan.
Biaya operasi diminimumkan dengan meniadakan
pelayanan makanan dan minuman serta dengan
mempekerjakan staf yang jumlahnya relative kecil.
Di samping hotel yang terdapat di kota-kota besar
atau dikawasan obyek wisata yang luas dan terkenal,
| 29
terdapat juga jenis-jenis tempat penginapan sebagai
berikut:
1) Motel adalah gabungan motor hotel, jasa motor
biasanya dipergunakan oleh pengendara atau sopir yang
melakukan perjalanan jauh.
2) Resort adalah jasa penginapan bagi wisatawan yang
ingin melakukan istirahat atau relaksasi, lokasinya dekat
dengan obyek wisata di pantai atau di pegunungan.
3) Homestay adalah rumah tinggal disiapkan beberapa
kamar untuk melayani kebutuhan wisatawan.
4) Losmen adalah jasa penginapan fasilitasnya sederhana
sehingga biaya pun lebih murah.
5) Guest House merupakan rumah untuk tamu, pengguna
jasa hotel ini adalah orang yang melakukan perjalanan
untuk kepentingan tugas atau bisnis
6) Youth Hotel yakni hotel untuk para remaja yang
melakukan wisata secara berombongan.
7) Camping Ground merupakan bumi perkemahan,
biasanya dibuat dalam bentuk tenda-tenda di tempat
terbuka, biasanya dipergunakan untuk kegiatan
pramuka.
8) Chalet berupa pondok-pondok yang dibuatdominan dari
kayu biasanya berlokasi di pegunungan untuk wisata
pendakian.
9) Caravan yaitu jasa tempat penginapan yang bergerak
| 30
(mobile) seperti kendaraan roda empat (vehicle).
10) Villa adalah bangunan untuk penginapan dalam bentuk
rumah untuk keluarga, sehingga wisatawan pun adalah
rombongan keluarga.
11) Bungalow asalnya dari negara bagian Bengal, India
yaitu jasa penginapan ini juga biasanya untuk keluarga,
lokasinya dekat dengan obyek wisata.
12) Cottage merupakan jasa tempat penginapan berupa
rumah-rumah dua lantai, lantai dasar untuk
bercengkrama, lantai atas untuk tidur, lokasinya banyak
di pantai atau daerah pegunungan.
13) Boutique Hotel merupakan konsep baru jasa
penginapan, fasilitas dan pelayanan yang prima
sehingga disukai dan banyak diminati wisatawan
berkantung tebal.25
B. Hotel Syariah
1. Pengertian Hotel Syariah
Hotel Syariah adalah hotel yang dalam penyediaan,
pengadaan dan penggunanan produk dan fasilitas serta
dalam operasionalnya usahanya tidak melanggar aturan
syariah. Seluruh komponen kriteria teknis operasional
hotel, mulai dari hal kecil seperti informasi apa yang harus
tersedia di front office, perlengkapan istinja di toilet umum,
sampai pada penyajian dari jenis makanan dan minuman

25
I Gusti Bagus Arjana, Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, | 31
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2016), h.111-113.
yang tersedia di reception policy and prosedure, house-
rules, harus dipastikan semua memenuhi kriteria syariah.
Secara ringkas rambu-rambu usaha dalam hotel syariah
dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Tidak memproduksi, memperdagangkan, menyediakan,
menyewakan suatu produk atau jasa yang seluruh
maupun sebagian dari unsur jasa atau produk tersebut,
dilarang atau tidak dianjurkan dalam Syariah. Seperti
makanan yang mengandung unsur daging babi,
minuman beralkohol atau zat yang memabukan,
perjudian, perzinahan, pornografi, pornoaksi dan lain -
lain.
b. Transaksi harus didasarkan pada suatu jasa atau produk
yang real, benar ada.
c. Tidak ada kezaliman, kemudharatan, kemungkaran,
kerusakan, kemaksiatan, kesesatan dan keterlibatan, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
tindakan atau hal yang dilarang atau tidak dianjurkan
oleh syariah.
d. Tidak ada unsur kecurangan, kebohongan, ketidak
jelasan (gharar), resiko yang berlebihan, korupsi,
manipulasi dan ribawi atau mendapatkan suatu hasil
tanpa mau berpartisipasi dalam usaha atau menanggung
resiko.
e. Komitmen menyeluruh terhadap perjanjian yang
| 32
dilakukan. Peraturan Menteri Wisata dan Ekonomi
Kreatif Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah membuat 2
kategori yaitu kategori Hilal-1 dan kategori Hilal-2 dan 2
kriteria yaitu kriteria Mutlak dan kriteria Tidak Mutlak
dalam proses sertifikasi Usaha Hotel Syariah. Sertifikasi
Usaha Hotel Syariah adalah proses pemberian sertifikat
pada usaha hotel melalui audit untuk menilai kesesuaian
produk, pelayanan dan pengelolaan usaha hotel dengan
kriteria Usaha Hotel Syariah.26
2. Perbedaan Hotel Syariah dan Konvensional
Riyanto Sofyan, Pemilik sekaligus Komisaris
Utama Sofyan Hotel yang merupakan salah satu nama hotel
syariah di Indonesia mengatakan “pada dasarnya hotel
syariah dan konvensional adalah sama-sama sebuah bisnis
yang bergerak di bidang properti yang menyediakan
hunian sebagai tempat menginap sementara. Perbedaannya
adalah terletak pada cara penyajian dan berbagai layanan
yang diberikan”
Maka ciri khas hotel syariah yang membedakan
dengan hotel konvensional secara logika nalar, berdasarkan
syiar agama dan tuntunan dalam Al-Qur‟an dan Hadits
adalah sebagai berikut:
a. Wajib ada masjid atau mushola serta fasilitas untuk

26
Riyanto Sofyan, Bisnis Syariah Mengapa Tidak? (Jakarta: | 33
Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 46
sholat (sajadah dan mukena). Hal ini perlu ada sebagai
konsekuensi logis untuk memberikan fasilitas sholat
berjamaah baik untuk karyawan maupun tamu hotel.
b. Disediakan petunjuk arah kiblat, sajadah dan Al-Qur’an
dan informasi waktu sholat (misal:kalender yang
mencantumkan waktu sholat) di setiap kamar. Tamu
hotel perlu mendapatkan fasilitas tersebut, karena
mayoritas penghuninya kaum muslim. Al-Qur’an sangat
diperlukan untuk membedakan hotel yang berkiblat ke
“barat‟ yang selalu menyediakan kitab “injil‟ di setiap
laci atau meja kamar tidur. Akan lebih baik bila saluran
televisi juga menyediakan saluran khusus yang
acaranya berlandaskan kaidah Islam, seperti Moeslim
Channel dan sejenisnya.
c. Di kamar mandi disediakan kran untuk wudhu, bila
mungkin ada sekat pemisah dengan closet. Dengan
adanya air melalui kran, akan memberikan kemudahan
bagi tamu untuk melakukan wudhu sesuai tuntunan.
d. Wajib diperdengarkan kumandang adzan, sehingga
semua tamu hotel bias mendengarnya. Untuk sholat
subuh dan Maghrib melakukan sholat berjamaah,
terutama untuk para karyawan hotel. Ada
pemberitahuan untuk tamu waktu sholat berjamaah.
e. Disediakan kursi dan meja tamu diluar kamar tidur,
untuk menerima tamu yang bukan muhrim. Jika
| 34
kondisinya tidak memungkinkan menemui tamu
dilakukan di lobby hotel.
f. Tidak menyediakan minuman atau makanan beralkohol,
serta makanan dan minuman haram yang lain.
g. Memiliki sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama
Indonesia) khususnya yang berhubungan dengan
restoran (produk dan proses) di dalam hotel.
h. Untuk urusan perbankan, hotel syariah sebaiknya
menggunakan jasa perbankan syariah bila
dimungkinkan. Di beberapa kota yang belum ada bank
syariahnya, maka dengan terpaksa bisa digunakan jasa
bank konvensional.
i. Tidak menempatkan ornamen, hiasan, ataupun lukisan
dari makhluk bernyawa di area luar dan dalam hotel.
j. Melarang tamu berlainan jenis dalam satu kamar,
kecuali bisa dibuktikan suami-isteriatau kakak beradik
(muhrim).
k. Jika menyediakan tempat untuk berolahraga raga
(kolam renang, fitness center) agar dibedakan
tempatnya untuk kaum laki-laki dan perempuan.
l. Karyawan menggunakan busana muslim yang sopan
dan rapi.
m. Budaya salam dan senyum harus dilakukan oleh
karyawan.
n. Hotel yang menawarkan jasa laundry harus melakukan
| 35
proses pembersihan dari najis.
o. Musik dilantunkan cenderung pada musik-musik Islami
(misal: qasidah, hadroh, marawis maupun irama padang
pasir), untuk membentuk suasana Islami.27
C. Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika bisnis Islam adalah seperangkat prinsip dan
norma dimana para pelaku bisnis harus komitmen padanya
dalam bertransaksi, berperilaku dan berelasi guna mencapai
daratan atau tujuan bisnisnya dengan selamat. 28 Etika bisnis
Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al-
islamiyah) yang dibungkus dengan dhawabith syariyah
(batasan syariah) atau general guidline.29 Sedangkan
perilaku etis ialah perilaku yang mengikuti Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya.
Etika turut berperan sebagai salah satu prinsip moral
yang dapat membedakan mana yang baik maupun mana
yang salah, sedangkan bisnis merupakan satu kesatuan
kejadian yang turut andil melibatkan pelaku bisnis.30
Dengan demikian etika bisnis merupakan suatu

27
Widyarini, “Pengelolaan Hotel Syariah di Yogyakarta”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.VIII, No.1, (Desember:2013), h.2-3.
28
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Prenada Media
Grup, 2015), h.15
29
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana,2006),
h.70
30
Nur Manna Silviyah, “Pengaruh Setika Bisnis Islam Dalam
Meningkatkan Umkm”, Al-Iqtishod: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian | 36
Ekonomi Islam, Vol. 10, No.2, Tahun 2022, h.98
kumpulan nilai yang berupa baik, buruk, benar, dan salah
yang terikat dalam dunia bisnis berdasarkan dengan prinsip-
prinsi moralitas. Definisi lain yang dikemukakan oleh
Vincent barry dalam bukunya mengenai etika bisnis:
“ moral issue in business”, menyatakan bahwa business
ethnic is the study of what constitutes good and bad human
conduct, including related action and values, in a business
context. ( etika bisnis adalah ilmu tentang baik buruknya
terhadap suatu manusia, termasuk tindakan-tindakan relasi
dan nilai-nilai dalam kontak bisnis).31
Jika dilihat dari pandangan syariat Islam, etika bisnis
adalah kegiatan bisnis yang berkaitan dengan nilai-nilai
Islam didasari pada akhlak dalam menjalankan bisnis.
Sehingga dalam tindakan kegiatan bisnis tidak terjadi
ketakutan karena sudah terikat dalam nilai-nilai Islam yang
sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Bagi
seorang muslim etika bisnis terbentuk oleh iman dan takwa
yang menjadi pedoman hidupnya serta dapat membangun
segala kegiatan berdasrkan norma-norma Islam yang ada
seperti bertakwa, bermoral amanah, berilmu, cerdas, cakap,
cermat, rajin, jujur, hemat dan juga memiliki etos kerja
yang tinggi.32
Secara harfiah, etika bisnis Islam merupakan upaya
31
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam,..., h.70
32
Heri Irawan, “Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Pedagang
Sembako Di Pasar Sentral Sinjai”, Skripsi (Makassar : UIN Alaudin | 37
Makassar), h.19.
dalam suatu proses untuk mengetahui perihal mana yang
baik maupun mana yang salah dalam konteks melakukan
suatu kegiatan yang berkaitan dengan produk, pelayanan
perusahaan yang memiliki kepentingan sesuai dengan
tuntutan perusahaan.33
Dalam literatur Arab atau kajian-kajian Keislaman
terdapat pula pembahasan mengenai tentang etika bisnis
Islam secara terperinci. Telah dijelaskan didalam Al-Quran
bahwa bisnis bukanlah sesuatu yang tidak dimengerti tetapi
bisnis merupakan pembahasan utama mengenai serangkaian
kegiatan pelaku bisnis. Al-Quran telah mengatur semua hal
yang berhubungan dengan bisnis yang tertuang pada Qs.
An-Nisa’/4 :29 yang berbunyi :
    
     
      
       
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.
Ayat diatas menjelaskan bahwa terdapat
33
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam “Implementasi Etika | 38
Islam untuk Dunia Usaha”,( Bandung: Alfabeta, 2013), h. 37.
kekhawatiran karena adanya tindak spekulatif dari pelaku
bisnis sehingga dalam penyampaiannya dilarang saling
memakan harta sesama manusia dengan jalan yang batil,
seperti menipu, melanggar etika jual beli, memonopoli serta
menimbun harta. Ini menjelaskan bahwa contoh sikap yang
tidak sesuai menurut pandangan Al-Quran bahkan dalam
pandangan etika dilihat dari manusia social yang saling
melengkapi.34
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Pada zaman Nabi dan para sahabatnya, prinsip-
prinsip bisnis yang ideal pernah dilakukan pada masanya.
Kenyataan ini menjadi salah satu bukti bahwa banyak orang
yang menerapkan tata bisnis yang berlandaskan
keadilan yang pernah terjadi di Madinah dengan tuntutan
nilai spirit serta ajaran yang dibawa Nabi berguna
membangun tata kelola bisnis yang baru.35 Yang tertuang
pada aksioma etika bisnis yaitu:
a. Prinsip Kesatuan
Prinsip kesatuan menjadi pondasi utama sebagai
landasan yang sangat filosofis sehingga setiap langkah
seorang muslim yang beriman dapat berjalan sesuai
fungsi kehidupannya. Pada konsep ini merupakan salah
satu konsep yang melekat pada seorang muslim
34
Ahmad Kadir, Hukum bisnis syariah Dalam Al-Qur’an, (Jakarta:
Amzah, 2009), h. 89.
35
Khoiruddin, Etika Bisnis Dalam Islam, (Bandar Lampung: LP2M, | 39
2015), h. 53.
dikarenakan bagi seorang muslim setiap hal yang ada
didunia ini merupakan milik Allah SWT. Karena Allah
yang maha kuasa dan maha Esa, dengan demikian bagi
seorang muslim mereka percaya bahwa Allah lah yang
akan menolong mereka dan menjadi hal yang paling
berpengaruh bagi kaum muslim jika menaati dan
melaksanakan hukum Allah.36
Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik
Allah yang memiliki Kemahakuasaan (Kedaulatan)
yang sempurna atas makhluk-Nya. Konsep tauhid
mengandung makna bahwa Allah sebagai Tuhan Yang
Maha Esa menetapkan batasanbatasan tertentu tentang
cara manusia berperilaku sebagai khalifah, untuk
memberikan manfaat kepada orang-orang tanpa
membahayakan hak orang lain. Sumber utama etika
Islam adalah kepercayaan total dan murni terhadap
kesatuan (Keesaan) Allah.37
Sifat analisis etika didasarkan pada tauhid
pemahaman kesatuan sistemik seperti yang diterapkan
pada teori penerapan ekonomi dan keuangan Islam.
Kesatuan disini adalah tercermin dalam konsep tauhid
yang menyatukan seluruh aspek-aspek kehidupan

36
Naqsyaban Seidi Akbar, Ahmad Mus’if,”Analisis Etika Bisnis Isla
Terhadap Produksi Kerupuk Rajungan Di Desa Polagan”. Jurnal Qawwam:
The Leader's Writing, Vol.2, No.1, Tahun 2021. h.142.
37
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, | 40
2006), h. 89.
muslim baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik
menjadi suatu kesatuan, dan mementingkan seluruh
konsep konsentrasi dan keteraturan. Islam meletakkan
dasar untuk persaudaraan, persahabatan, dan cinta di
antara semua Muslim dengan mewajibkan orang kaya
dan berharta membayar zakat dan memberikannya
kepada kaum miskin, anak yatim, kerabat dan mereka
yang memerlukannya. Dengan cara ini, solidaritas
nasional, persatuan dan kesatuan di antara umat muslim
terwujud. Prinsip at-tauhid tidak hanya mengesakan
Allah SWT, namun juga meyakini kesatuan penciptaan,
kesatuan kemanusiaan, dan kesatuan tuntunan hidup,
yang segalanya merupakan derivasi dari kesatuan
ketuhanan. Dengan demikian prinsip at-tauhid perlu
ditopang oleh enam komitmen, yaitu :
1) Memiliki komitmen utuh kepada Allah SWT dan
melaksanakan perintahnya dengan patuh dan taat.
2) Tidak meyakini pedoman yang bukan berasal dari
Allah SWT.
3) Bersifat maju dengan selalu menilai kualitas hidup,
adat istiadat, tradisi, dan paham hidup.
4) Tujuan hidupnya jelas, yaitu seluruh aktivitasnya
hanya untuk Allah SWT semata.
5) Mempunyai visi yang jelas dengan manusia lain,
sehingga akan terjalin.
| 41
6) Keharmonisan antara manusia dan Tuhan-Nya dan
dengan lingkungan sekitarnya.38
        
       
    
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguhnya ia telah berbuat dosa yang
besar”(QS. An-Nisaa:48).
Berdasarkan konsep tauhid ini, Islam menawarkan
kesatuan agama, ekonomi, dan sosial untuk menjadi
satu kesatuan. Berdasarkan pandangan ini, etika dan
bisnis atau etika dan ekonomi menjadi terkoordinasi,
vertikal atau horizontal, membentuk suatu persamaan
yang sangat penting dalam prinsip Islam yang homogen
yang tidak melihat kebingungan dan pemutusan.
Ada beberapa penerapan pada konsep kesatuan
ini, setiap pelaku bisnis tidak akan berbuat sebagai
berikut:
7) Diskriminatif terhadap pekerja, distributor,
konsumen atau bagi siapapun yang memegang
saham pada perusahaan atas dasar ras jenis kelamin

38
Aprianto, Iwan dkk, (2020). Etika dan Konsep Manajemen Bisnis | 42
islam. (Yogyakarta:Deepublish, 2020), h. 53.
maupun agama.
8) Seseorang tidak dapat dipaksa berbuat tidak sesuai
dengan norma yang ada, karena ia masih takut
kepada Allah SWT.
9) Memperkaya diri sendiri dengan keserakahan dan
hanya memikirkan nafsu duniawi saja karena
konsep dari prinsip kesatuan yaitu amanah penting
bagi seorang muslim karena harta merupakan titipan
dari Allah yang harus digunakan dengan hal-hal
yang bermanfaat dan bijaksana.39
b. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan mencerminkan pada sudut
kehidupan pribadi yang bersifat horizontal.
Dikarenakan banyaknya hal-hal yang berkaitan pada
hubungan manusia. Dalam dunia bisnis sikap terhadap
keadilan sangat ditekankan pada setiap pelaku bisnis
dalam dunia bisnis, dengan mewujudkan setiap prinsip
keadilan mulai dari penyajian produk-produk yang
berkualitas dan bermutu, selain dari ukuran, kualitas
serta kuantitas, hal yang harus diperhatikan yaitu dari
segi takaran atau timbangan harus bener-benar sesuai
porsi standar pada produksi.40

39
Ahmad Suminto, “Etika Kegiatan Produksi: Perspektif Etika Bisnis
Islam”, Ejournal Eunida Gontor, Vol.6, No.1, h.68.
40
Gadis Arniyati Athar,” Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Pada
Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kota Binjai Sumatera Utara”, Jurnal | 43
Wahana Inovasi, Vol,9, No,1, Tahun (2020). h.127.
Konsep keseimbangan berarti dapat menyuarakan
pada setiap pengusaha muslim agar bisa menjalankan
setiap tindakan-tindakan yang bisa membuat dirinya
dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi maupun
keselamatan dalam akhirat. Setiap masing-masing
individu yang diciptakan oleh Allah SWT dengan
kemampuan keterlampilan serta intelektual dan talenta
yang berbeda-beda. Sehingga setiap manusia dapat
menjalani kehidupannya bersam-sama sesuai dengan
perintahnya dan saling mengandalkan kemampuan dari
setiap individu masing-masing.41
Dalam aktivitas kita di bidang bisnis dan kerja,
Islam mengharapkan kita untuk berperilaku adil,
termasuk kepada individu yang tidak senangi.
Pemahaman keadilan dalam Islam diarahkan sehingga
kebebasan orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam
semesta, dan hak Allah dan Rasul-Nya berperan sebagai
stakeholder dalam berperilaku adil seseorang.
Banyaknya hak tersebut harus diatur dengan benar
(sesuai aturan Syariah). Oleh karena itu, orang yang
berperilaku adil terhadap sesama akan lebih dekat
dengan ketakwaan.
    
     
41
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika | 44
Islami…, h.35.
      
        
   
Artinya: "Hai orang- orang beriman, hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan
takwa" (al-Ma’idah: 8).
Berperilaku adil akan mendekati ketakwaan, oleh
sebab itu dalam Islam dilarang untuk melakukan
kecurangan meskipun itu hanya membawa sesuatu ke
dalam situasi yang menimbulkan pertanyaan. Keadaan
sekarang ini dapat terjadi, misalnya, karena pengaruh
yang meresahkan dalam system pasar atau karena
adanya informasi penting tentang suatu transaksi yang
tidak diketahui oleh salah satu pertemuan. Gangguan
penawaran dan permintaan pada mekanisme pasar dapat
muncul.
Konsep tentang keseimbangan juga dapat
dipahami bahwa keseimbangan kehidupan di dunia ini
dan di akhirat harus disampaikan oleh seorang pebisnis
muslim. Oleh karena itu, konsep keseimbangan yang
dimaksudkan untuk menghimbau para pengusaha
muslim agar mampu melakukan perbuatan (dalam | 45
bisnis) yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain
pada kesejahteraan dunia dan keselamatan akhirat.
Khalifah atau pengemban amanat Allah umumnya
berlaku untuk seluruh umat manusia, tanpa ada
keistimewaan atau kelebihan khusus bagi individu atau
bangsa tertentu. Namun bukan berarti manusia harus
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
mendapatkan manfaat dari alam semesta. Manusia
memiliki persamaan dan keseimbangan dalam
kesempatannya, dan setiap individu dapat memperoleh
manfaat sesuai dengan kemampuannya.42
Keseimbangan merupakan prinsip yang
menghendaki tercapainya keseimbangan antara
seseorang dan masyarakat, prinsip ini mengehendaki
jalan yang lurus dengan membuat suatu tatanan sosial
yang terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak aman.
Dalam menyiapkan rencana keuangan, itu harus
disampaikan dengan adil untuk membantu kepentingan
semua kelompok masyarakat.43
Keseimbangan atau keadilan menggambarkan
dimensi horizontal pelajaran Islam yang berkaitan
dengan keselarasan alam semesta secara keseluruhan.
Aturan peradamaian dan hukum yang kita temukan di
42
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2006), h. 91-92.
43
Rahmat Hidayat dan Wijaya Candra, Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang | 46
Manajemen Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2017), h. 69.
alam semesta mencerminkan keseimbangan yang
bersahabat. Tatanan ini disebut dengan sunnatullah.44
c. Prinsip Kehendak Bebas
Setiap manusia mempunyai kebebasan dalam
melakukan setiap tindakan yang dilakukannya karena
manusia merupakan sebagai individu dan kolektif yang
mempunyai kebebasan penuh dalam melaksanakan
kegiatan bisnis. Didalam ekonomi, manusia bebas
menjelaskan setiap kaidah-kaidah yang terdapat dalam
agama Islam. Dikarena setiap permasalahan yang
terdapat pada ekonomi mengacuh pada setiap aspek
muamalah yang berarti bukan ibadah maka berlaku
adanya kaidah umum “semua bisa dilakukan oleh setiap
umat manusia kecuali hal-hal yang dilarang agama
Islam”. Hal yag tidak boleh dilakukan dalam Islam ialah
ketidak adilan dan riba.45
Kebebasan merupakan gambaran dimana manusia
bisa mengekspresikan setiap tindakan yang dilakukan
karena tidak ada batasan terhadap pendapat bagi
seseorang dalam mendorong setiap potensi yang
dimiliki manusia dalam berkarya dan bekerja.46
Kebersatuan sistem etika bisnis Islam dengan nilai
44
Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islami. Terj Muhammad,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 102.
45
Ahmad Syafiq, “Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan
Konsumen Dalam Padangan Islam”, Jurnal El-Faqih,..., h.104.
46
Abdul aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam Implementasi Etika Islami | 47
Untuk Dunia Usaha,...h.36.
moral dan spiritual merupakan salah satu keunikan dan
keunggulannya. Tanpa filter moral, aktivitas ekonomi
seringkali membawa konsekuensi negatif yang
merugikan masyarakat luas. Tanpa kontrol moral,
konsumtivisme cenderung menguat, misalnya praktik
riba, monopoli, dan penipuan akan mulai menjadi
kebiasaan. Inilah kebebasan moral dan ekonomi yang
terkendali (al-hurriyah), yang merupakan ciri dan
prinsip sistem Islam, termasuk kebebasan untuk
memiliki komponen produksi dalam menjalankan
urusan ekonomi. Meskipun kebebasan merupakan
bagian penting dari etika bisnis Islam, namun tidak
merugikan kepentingan masyarakat. Sepenuhnya
kepentingan pribadi dibuka. Manusia didorong untuk
aktif berkerja dan menggunakan semua potensi yang
dimilikinya karena tidak ada batasan ekonomi bagi
seseorang. Kecenderungan manusia yang senantiasa
memenuhi kebutuhan pribadi yang tidak terbatas
dikendalikan dengan adanya kewajiban masing-masing
individu kepada masyarakatnya melalui zakat, infaq,
dan sedekah. Perekonomian bergerak tanpa merusak
sistem sosial yang ada karena adanya keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif.47
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-

47
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, | 48
2006), h. 96.
Baqarah ayat 188 :
    
    
     
 
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu
memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui” (Qs. Al-Baqarah: 188).
Seorang Muslim harus menerima prinsip
kehendak bebas untuk percaya bahwa Allah SWT.
memiliki kebebasan yang tidak terbatas dan bahwa
Allah SWT. juga memberikan manusia kemampuan
untuk memilih antara yang baik dan yang buruk dari
dua pilihan yang disajikan kepada mereka. Menurut
pandangan Islam tentang kebebasan ekonomi,
seseorang berhak untuk mengejar kekayaan,
memilikinya, menikmatinya, dan memanfaatkannya
sesuka hatinya. Namun, Islam tidak memberikan
kebebasan ekonomi sepenuhnya karena etika bisnis
Islam mengatur hal ini.48
d. Prinsip Tanggung Jawab
48
Aprianto, Iwan dkk, (2020). Etika dan Konsep Manajemen Bisnis | 49
islam. (Yogyakarta:Deepublish, 2020), h. 56.
Didunia ini manusia diciptakan memiliki satu
peranan penting dalam mengelola kehidupnya dengan
sebaik-baik mungkin. Dan aspek-aspek kehidupan yang
dimiliki setiap umat manusia bukan sesuatu hal
yang terbebas dari setiap tanggung jawab yang ada.
Rasa tanggung jawab bukan hanya sekedar ucapan yang
berasal dari omongan belaka, melainkan harus
terealisasikan di kehidupan nyata melalui tindakan dan
perbuatan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari.49
Dalam dunia bisnis setiap pelaku usaha memiliki
rasa tanggung jawab terhadap beban yang dipikulnya
karena tanggung jawab tersebut melekat pada moral
kepada tuhan atas kegiatan berbisnis. Harta sebagai
tujuan dalam berbisnis menurut agama Islam
merupakan suatu amanah dari Allah SWT. Yang harus
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Setiap
kebebasan yang ada memiliki tuntutan terhadap tindak
pertanggung jawaban yang akan dilakukan setiap setiap
kegiatan yang akan dilakukan.50
Ajaran Islam sangat memberikan penekanan pada
prinsip tanggung jawab individu. terutama dalam hal

49
Gadis Arniyati Athar, “Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Pada
Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kota Binjai Sumatera Utara”, Jurnal
Wahana Inovasi,..., h.130.
50
Ahmad Syafiq,”Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan | 50
Konsumen Dalam Padangan Islam”, Jurnal El-Faqih,...,h.104.
kebebasan finansial. Setiap orang akan dimintai
pertanggungjawaban pribadi di akhir zaman sebagai
akibat dari penerapan konsep pertanggungjawaban
individu. Hanya dengan memohon ampunan kepada
Allah SWT. dan melakukan perbuatan baik, seseorang
dapat membersihkan dirinya dari perbuatan jahatnya.
Tidak ada yang bertanggung jawab atas kesalahan orang
lain karena Islam tidak mengenal konsep kesalahan
warisan. Kebebasan untuk memilih agama dan
kebebasan untuk membuat keputusan yang paling tegas
adalah dua kebebasan yang menjadi dasar tanggung
jawab seorang Muslim yang sempurna. 51
Tanggung jawab dijabarkan ke dalam cara
berperilaku untuk bertindak dalam dunia bisnis dan
ekonomi. Karena kita sebagai manusia telah
melepaskan tanggung jawab kita yang tegas untuk
meningkatkan kualitas lingkungan ekonomi dan sosial.
Islam memiliki pemahaman tanggung jawab yang
berlapis-lapis yang menekankan pada tingkat mikro
(individu) dan makro (organisasi dan sosial), yang
semuanya harus dipraktikkan secara bersamaan.52
Ketika sebuah perusahaan mempraktikkan nilai
tanggung jawab dalam cara menjalankan bisnisnya,
51
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2006), h. 100.
52
R Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: | 51
Pustaka Pesantren, 2006), h. 43.
maka secara otomatis akan menjaga loyalitas
pelanggan, dan bahkan pelanggan dapat membantu
perusahaan mempertahankan dan meningkatkan
reputasinya. Penerapan nilai tanggung jawab dapat
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan,
yang dapat berdampak pada strategi pemasaran bisnis
dan memungkinkan penggunaan pernyataan kepuasan
pelanggan untuk mempromosikan produk dan jasa
bisnis kepada keluarga dan teman.53
Segala kebebasan manusia dalam berbisnis tidak
lepas dari tanggung jawab yang harus diberikan kepada
aktivitas yang dilakukan sesuai dengan apa yang ada di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Mudatsir:38 :
     
Artinya: "Setiap orang bertanggung jawab atas
apa yang telah dilakukannya" (Q.S.Al-Muddasir:38).
Manusia harus mematuhi batasan-batasan tertentu
agar dapat memanfaatkan sumber daya potensial secara
bebas. Menurut hukum Islam, pembatasan ini
ditetapkan oleh hukum, norma, dan prinsip-prinsip etika
yang harus dipatuhi dan menjadi dasar untuk
memanfaatkan potensi sumber daya yang terkendali.
Kemudian tidak dimanfaatkan untuk melakukan

53
Bayu Kurniawan Dwiatma, Etika Bisnis Islam dalam Pelayanan
Haji dan Umroh. Jurnal Ilmu Dakwah dan Pembangunan. Vol XIV No. 1.
| 52
2019, h. 59-70.
kegiatan usaha yang tidak sehat atau melanggar hukum,
seperti perjudian, riba, dan kegiatan sejenis lainnya. 54

Bisa saja karena kelalaiannya, orang dapat melepaskan


diri dari tanggung jawab atas tindakannya yang
merugikan manusia, namun di kemudian hari ia tidak
akan pernah lepas dari tanggung jawab dihadapan Allah
Yang Maha Mengetahui.55

3. Nilai-nilai dalam Etika Bisnis Islam


Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa setiap pelaku
ekonomi memiliki nilai- nilai serta sikap yang dimiliki Nabi
Muhammad SAW yang berhubungan erat dengan kegiatan
bisnis yaitu:
a. Shidiq
Dalam menjalankan suatu bisnis sikap yang harus
dimiliki salah satunya adalah sifat jujur. Karena dengan
memiliki sifat Shidiq kegiatan ekonomi bisnis akan
berjalan dengan lancar dan dapat memberikan rasa percaya
antara satu individu dengan individu yang lain yang
menjalankan suatu bisnis.

54
Muslich, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Ekonosia, 2004), h. 21.
55
Yeni Muthiyatul Khasanah, Etika Bisnis Penginapan Dalam | 53
Perspektif Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:Erhaka Utama, 2020), h. 87.
Dalam Al – Qur’an dan Hadist juga sudah di
jelaskan dengan jelas betapa pentingnya kejujuran dalan
kegatan bisnis. Dengan aktivitas ekonomi yang di landasi
ekonomi yang dilandasi dengan kejujuran, manusia akan
saling mempercayai seta akan terhindar dari penipuan.
Dengan ini suatu individu akan merasa tenang dan tenteram
tanpa rasa was was yang di sebabkan adanaya
kekhawatiran hak – haknya yang diambil orang lain56
b. Amanah
Di samping sikap Shidiq, sikap amanah juga sangat
penting dalam kegiatan bisnis. Sikap shidiq dan amanah
tentu saling berhubungan satu sama lain, dimana orang
yang bersikap jujur sudah pasti amanah (terpercaya).
Perbedaan dari sikap shidiq ini terletak pada dalam diri si
pelaku usaha sedangkan amanah ini terletak pada
kepercayaan yang di berikan oleh orang lain terhadap sikap
dari pengusaha tersebut. Dalam islam sikap ini harus
tumbuh dalam diri seorang pebisnis, untuk memberikan
rasa percaya terhadap konsumen dan memberikan iktikad
baik terhadap para konsumen.
c. Tabliq
Tabligh dalam bahasa dapat diartikan sebagai
terbuka. Maksud dari terbuka ini yaitu dalam hal
komunikasi atau dalam hal pemasaran bisnis. Sifat tabligh
sudah seharusnya di aplikasikan dalam kegiatan berbisnis.
| 54
56
Idri. Hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2017),h. 10.
Dalam etika bisnis sifat tabligh sangatlah diperlukan
dimana dalam kegiatan bisnis tentu ada yang namanya
promosi produk yang di produksi dari suatu usaha. Promosi
yang baik adalah memperkenalkan produk atau barang
yang akan di tawarkan kepada calon konsumen dengan cara
yang jujur dengan artian menyampaikan apa yang ada di
dalam kandungan produk tersebut.
d. Fathonah
Fathanah dapat diartikan sebagai sifat yang cerdas
atau bijaksana. Sikap fathanah dijadikan sebagai strategi
hidup dalam setiap islam dan menjadi salah satu sikap yang
harus di miliki oleh setiap individu khususnya seorang
pebisnis. Seorang muslim di wajibkan untuk
mengoptimalkan segala potensi yang dia miliki untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Allah Awt. Memberikan
potensi yang berbeda – beda di setiap uamtnya agar mereka
(umat) dapat mencapai kesempurnaan dalam hidupnya
sesuai potensi yang mereka miliki.57

57
Mashur, Filsafat Ekonomi Islam, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2020), h. | 55
54.
BAB III

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Hotel Latansa


Ketika pertama kali dioperasionalkan pada
awal tahun 2012, awalnya berupa rumah kos
Exlusive, yang menawarkan paket kos harian,
mingguan dan bulanan. Seiring berjalannya waktu
rumah kos yang berjumlah delapan kamar ketika
itu, mulai di datangi penyewa. Tetapi persentase
50% dari jumlah kamar yang ada ketika itu sering di
sewa harian. Berawal dari sinila pada pertengahan
tahun 2012 muncul inisiatif owner untuk
mendirikan hunian publik berupa hotel. Kemudian
pada awal tahun 2013, tepatnya pada tanggal 1
Januari 2013 hotel ini resmi beroperasi dengan
berbagai izin operasionalnya. Mempertimbangkan
anggapan masyarakat bahwa hotel merupakan salah
satu tempat berbuat kemaksiatan atau pula asusila,
maka owner berkesimpulan untuk mendirikan hotel
yang mengandung unsur nuansa syariah, yang
kemudian hotel tersebut diberi nama Hotel Latansa
Nuansa Syariah. Nama Latansa berasal dari bahasa
Arab yang berarti “Jangan Lupa”, dengan harapan
agar para tamu/guest yang merupakan costumer | 57
Jangan Lupa untuk senantiasa menggunakan jasa
hotel Latansa sebagai pilihan merek dan pula nama
Latansa merupakan nama unit-unit usaha yang ada
di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor.
Karena Anak-anak dari owner pernah mengenyam
pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Gontor
tersebut. Nama Latansa tersebut dapat pula
dipergunakan bagi para alumni pada unit-unit
usaha yang dimiliki, sebagai kiprah para alumni
dalam dunia wirausaha. Adapun manajemen
pengelolahan hotel ini mulai disinergikan dengan
nilai-nilai syariah walaupun belum sepenuhnya
mencangkup seluruh aspek perusahaan. Adapun
maksud dan tujuan adalah mewujudkan dunia usaha
yang berlandaskan nilai-nilai syariah dan turut serta
mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di
Provinsi Bengkulu.58
B. Visi dan Misi Hotel Latansa
Visi hotel Latansa sebagai berikut:
Menjadi pelopor hunian public yang berlandaskan
nilai-nilai syariah di Provinsi Bengkulu.
Adapun misi hotel Latansa sebagai berikut:
1. Menawarkan akomodasi hunian dengan nuansa syariah.
2. Memberikan pelayanan kepada tamu dengan sopan, ramah
dan ikhlas (ikromdhuyuf).
58
Suharno, selaku Manager, wawancara, tanggal 22 Juni 2023 | 58
3. Menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi tamu
dengan penuh amanah.
4. Menciptakan etos kerja yang dinamis berdasarkan prinsip
jujur, ulet, dan sabar.
5. Mensinergikan aspek perusahaan dengan nilai-nilai
syariah.

C. Struktur Organisasi Hotel Latansa

Tabel 3.1
Struktur Organisasi Hotel Latansa

OWNER
H. Bunyamin

CONTROLLER
Hj. Wiji Sujiati

HRD
Arif Kusmaja

MANAGER
Suharno

SUPERVISER
Mustafa

Fron Front F Securit


| 59
t Kee & y

O ping B

ff

ic

Deki Rinaldi D Nazardi


Elvi Kessa Kust
Her rinal P anto
m di
a Relis
n Dina
Aipa Andi
n Wij
s aya
a
p
u
tr
a

D. Fasilitas dan Kelas Kamar Hotel Latansa

Fasilitas yang ada di hotel Latansa adalah sebagai berikut: | 60


1. Musholla
2. Area parkiran yang luas
3. Wifi
4. Laundry and dry cleaning
5. Kamar full AC
6. Telepon
7. TV LCD Warna
8. Kamar mandi pakai shower air panas dingin
9. Free break fast untuk segala tipe kamar
10. Ruang pertemuan
11. Ruang Tunggu
12. Taksi bandara

Tabel 3.2
Room Rate Latansa Hotel

No Jenis Kamar Harga /


Mala
m
Suite room Rp.
800.0
00
Junior sweet Rp.
600.0
00
Deluxe room Rp.
500.0 | 61
00
Standart room Rp.
220.0
00
Economy room Rp.
195.0
00
Superior room Rp.
275.0
00

E. Prinsip dan Kriteria Hotel Latansa


Prinsip dan kriteria yang diterapkan hotel
Latansa adalah sebagai berikut:
1. Karyawati yang bekerja disana menggunakan pakaian
tertutup dan berjilbab.
2. Untuk shif kerja malam di kerjakan oleh karyawan.
3. Setiap ada tamu yang menginap dalam satu kamar laki-
laki dan perempuan harus menunjukan buku nikah.
4. Tamu berkunjung hanya diperbolehkan mengobrol di
ruang tamu, bukan di dalam kamar tamu dan pukul 23.00
wib tamu kunjungan tidak diperkanankan lagi untuk
bertamu.
5. Tidak menerima tamu short time, minimal 1 malam
menginap.
| 62
| 63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti dengan mewawancarai karyawan hotel Latansa pada
beberapa waktu yang lalu didapatkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut:
1. Kesatuan

Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan


akan keesaan Allah selaku Tuhan semesta alam. Dalam
kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada
di alam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah
pemilik mutlak dan absolut atas semua yang
diciptakannya. Oleh sebab itu segala aktifitas khususnya
dalam muamalah dan bisnis manusia hendaklah
mengikuti aturan-aturan yang ada jangan sampai
menyalahi batasan-batasan yang telah diberikan.
Aplikasi etika bisnis islami yang dianut oleh hotel
syariah pada prinsip tauhid adalah dimana profit
keuntungan materi bukan menjadi salah satu kepuasan
hotel syariah tersendiri dari awal mula membangun hotel.
Konsep tauhid hotel syariah selalu mengdepankan jalan
ridha Allah SWT, dimana keuntungan materi bukan
| 62
segalanya. Walaupun pendapatan bukan menjadi prioritas
utama hotel syariah, prinsip utama hotel syariah selalu
menghendaki jalan rezeki yang benar-benar bersih dan
bermanfaat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
Mustapa terkait pengelolaan hotel Latansa didapatkan
bahwa:
“Hotel Latansa merupakan hotel bernuansa syariah
dengan mendepankan tuhan sebagai pencipta artinya
karyawan yang bekerja disini menggunakan pakaian
muslim dengan berhijab jika perempuan dan
berpakaian rapi jika laki-laki. Hotel Latansa
menyediakan perlengkapan sholat disetiap ruangan
kamar, selain itu pihak hotel juga menyediakan
mushola bagi karyawan dan pengunjung jika ingin
beribadah. “59
Selain itu Bapak Deki juga menjelaskan bahwa :
“Di hotel Latansa ini menyediakan perlengkapn
sholat. Selain itu di setiap kamar hotel di pasang arah
sholat jika pengunjung ingin sholat di ruang kamar
hotel“.60
Pendapat Bapak Suharno yang mengatakan bahwa:
“Karyawan Latansa mempunyai baju seragam di sini.
Untuk karyawan perempuan diwajibkan untuk

59
Wawancara dengan Bapak Mustapa pada tanggal 22 Juni 2023.
60
Wawancara dengan Bapak Deki pada tanggal 22 Juni 2023. | 63
mengenakan hijab jika bekerja di hotel Latansa”.61
Pendapat serupa juga disampaikan Bapak Nazardi
yang mengatakan bahwa:
“Karyawan Latansa diharuskan untuk berpakaian
rapi apalagi saat ada pengunjung yang datang.
Karyawan Latansa mempunyai seragam untuk
bekerja yang sesuai dengan syariat islam pastinya”.62
2. Keseimbangan

Konsep keseimbangan atau adil yang


menunjukkan adanya keadilan sosial bagi sesama pelaku
usaha bisnis, pada hotel Latansa masalah pengupahan
bagi setiap karyawan sesuai dengan UMP (upah
minimum provinsi.) Khususnya UMP Bengkulu. Terkait
hal ini dijelaskan oleh bapak Suharno yang mengatakan
bahwa :
“Karyawan Latansa diberi upah sesuai dengan UMP
kota ya, sekitaran 2 jtan lah ya mbak. Selain itu
karyawan di sini mendapatkan BPJS ketenagakerjaan
dan BPJS kesehatan yang pastinya sangat
mensejahterakan karyawan mbak.” 63
Adapun wawancara dengan bapak Nazardi yang
mengatakan bahwa:
“Karyawan hotel Latansa mempunyai BPJS

61
Wawancara dengan Bapak Suharno pada tanggal 22 Juni 2023.
62
Wawancara dengan Bapak Nazardi pada tanggal 22 Juni 2023.
63
Wawancara dengan Bapak Suharno pada tanggal 22 Juni 2023. | 64
ketenagakerjaan dan kesehatan ya mbak. Selain itu
gaji untuk karyawan Latansa juga lumayan besar
untuk gaji di Bengkulu”. 64
Selain itu Bapak Deki dan Bapak Mustapa juga
mengatakan terkait pelayan atau fasilitas hotel terkait
kepuasan pengunjung dan pelayan hotel. Bapak Deki
mengatakan bahwa:
“Saya rasa pengunjung puas dengan fasilitas yang
diberikan hotel karena hotel Latansa memberikan full
service kepada pengunjungnya”.65
Bapak Mustapa juga mengatakan bahwa :
“ Harga menginap di hotel Latansa sangat sesuai
dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan seperti
sarapan yang diberikan pengunjung hotel dan lain-
lain”.66
3. Tanggung Jawab

Prinsip tanggung jawab dalam menjalankan bisnis


sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi kepuasan
dan kepercayaan pelanggan dalam menggunakan jasa dan
produk yang disediakan pada suatu bisnis, termasuk
dalam bisnis perhotelan yang menawarkan jasa dan
produk yang disediakan oleh pihak hotel.
Pada hotel Latansa untuk menjaga kenyamanan

64
Wawancara dengan Bapak Nazardi pada tanggal 22 Juni 2023.
65
Wawancara dengan Bapak Deki pada tanggal 22 Juni 2023.
66
Wawancara dengan Bapak Mustapa pada tanggal 22 Juni 2023. | 65
tamu hotel yaitu salah satunya dengan tetap menjaga
kebersihan, ketika tamu hotel sudah chek out, petugas
hotel melakukan general cleaning secara menyeluruh
pada kamar tersebut sehingga ketika tamu yang masuk
kamar sudah bersih. Hal ini sesuai dengan wawancara
dengan bapak Suharno yang mengatakan bahwa :
“Karyawan hotel Latansa telah melakukan tugasnya
sesuai Standar Operasional Perusahaan atau SOP
sehingga masalah kenyamanan sudah pasti nyaman di
hotel latansa ini”. 67
Bapak Nazardi juga mengatakan bahwa :
“Karyawan hotel latansa selalu mengutamakan
kenyaman pengunjung hotel. Karyawan hotel selalu
memberikan pelayanan prima sehingga pengunjung
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan”.68
Penerimaan pada prinsip tanggung jawab individu
ini berarti setiap orang akan diadili secara personal di hari
kiamat kelak. Tanggung jawab muslim yang sempurna ini
tentu saja didasarkan atas cakupan kebebasan untuk
memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang
paling tegas yang perlu diambilnya. Selain itu tidak
melupakan akhirat ketika sedang menjalankan bisnisnya,
tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata
untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan

67
Wawancara dengan Bapak Suharno pada tanggal 22 Juni 2023.
68
Wawancara dengan Bapak Nazardi pada tanggal 22 Juni 2023. | 66
keuntungan akhirat sehingga jika datang waktu shalat,
mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktu.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak
Deki yang mengatakan bahwa:
“Di hotel Latansa ini selalu ada waktu untuk
mengingatkan waktu sholat dengan adanya adzan
setiap masuk waktu sholat, selain itu saat karyawan
sedang bekerja diberikan waktu untuk sholat. Karena
di sini sholat diwajibkan untuk semua karyawan hotel
Latansa”. 69
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Mustapa
yang mengatakan bahwa:
“ Sholat adalah kewajiban jika sudah masuk waktu
sholat semua karyawan wajib untuk sholat”.70
4. Kehendak Bebas

Kehendak bebas yang dimaksud adalah segala


sesuatu yandilakukan seseorang yang pada dasarnya
memiliki kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi dan
tentu saja kebebasan tersebut tidak menyimpang dari
aturan-aturan Islam. Kebebasan adalah bagian penting
dari etika bisnis Islam, tetapi kebebasan tersebut tidak
merugikan kepentingan banyak orang.
Pada hotel Latansa, tamu yang menginap bebas
menyampaikan saran dan keluhan yang dirasakan selama
69
Wawancara dengan Bapak Deki pada tanggal 22 Juni 2023.
70
Wawancara dengan Bapak Mustapa pada tanggal 22 Juni 2023. | 67
menginap di hotel Latansa melalui media-media yang
disediakan oleh pihak hotel atau langsung menyampaikan
kepada karyawan hotel Latansa. Berdasarkan hasil
wawancara dengan bapak Deki yang mengatakan bahwa :
“ Hotel Lantansa menyediakan kotak saran bagi para
pengnjung hotel apabila pengunjung memiliki saran
terharap pelayanan hotel Latansa namun selama saya
bekerja di sini tidak pernah di temukan saran yang
ditulis oleh pengunjung hotel di kotak saran hotel “.71
Bapak Suharno juga mengatakan bahwa:
“Jika ada saran atau keluhan dari pihak hotel
terhadap pelayanan pasti langsung kami lakukan
perbaikan. Tetapi belum pernah ada ditemukan
keluhan pengunjung yang menginap di hotel Latansa
ini. Padahal selain melalui kotak saran kami pihak
hotel Latansa juga bisa menerima secara langsung
apabila ada keluhan dari pengunjung hotel”. 72
Seseorang memiliki kebebasan untuk memutuskan
mana yang baik dan yang buruk. Dalam kehidupan bisnis
seseorang melakukan bisnis untuk menghasilkan
keuntungan namun kebebasan tersebut dibatasi dan
dikendalikan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Pada
hotel Latansa, untuk menarik minat para tamu agar
menggunakan jasa pelayanannya, pihak hotel

71
Wawancara dengan Bapak Deki pada tanggal 22 Juni 2023.
72
Wawancara dengan Bapak Suharno pada tanggal 22 Juni 2023. | 68
mempromosikan hotel baik melalui media online maupun
offline dan mengadakan promo potongan harga kamar.
Untuk media online melalui Instagram, Facebook, dan
media offline melalui brosur serta menjalin kerja sama
bisnis dengan pemasaran online seperti traveloka dan
lain-lain. Pendapat ini disampaikan oleh bapak Mustapa
yang mengatakan bahwa :
“Terkait promosi hotel pihak hotel melakukan 2 cara
yaitu secara online melalui media social facebook,
traveloka, dan lain-lain. Atau offline dengan brosur
atau promosi dari mulut ke mulut.”73
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan
hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya
berdasarkan teori pada bab sebelumnya. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi langsung pada Hotel Latansa. Data yang
dikumpulkan mengenai penerapan prinsip Etika Bisnis Islam
pada Hotel Latansa yaitu: :
1. Prinsip Kesatuan
Allah yang memiliki Kemahakuasaan
(Kedaulatan) yang sempurna atas seluruh makhluknya,
pemilik alam semesta termasuk manusia. Konsep tauhid
memiliki makna bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Esa menetapkan batasan tertentu pada cara manusia
73
Wawancara dengan Bapak Mustapa pada tanggal 22 Juni 2023. | 69
berperilaku sebagai khalifah, untuk memberi manfaat bagi
orang-orang sekaligus melindungi hak-hak orang lain .74
Keyakinan kepada Allah SWT. merupakan sumber utama
etika bisnis Islam. Dengan memadukan aspek religious
dengan berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari, maka
akan dapat membantu manusia menjadi suatu keutuhan
yang selaras dan konsisten. Dengan demikian, akan
timbul kesadaran dalam diri manusia sendiri yang
menjadi sumber kekuatan dan ketulusan dalam setiap
aktivitas, khususnya dalam kegiatan bisnis, hal ini akan
semakin kuat dan mantap apabila disertai dengan
keyakinan kepada Allah SWT. Sehingga dalam
melakukan aktivitas bisnis, tidak akan mudah
menyimpang dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai syariah
yang ditetapkan oleh Allah SWT. 75
Berdasarkan hasil penelitian, pada Hotel Latansa
telah menerapkan beberapa prinsip kesatuan seperti
tersedianya mushalla beserta tempat wudhu yang terpisah
antara pria dan wanita pada kamar tersedia fasilitas untuk
beribadah walaupun di dalam kamar hotel hanya tersedia
fasilitas sajadah saja dan terdapat arah kiblat, para
karyawan ketika sudah sampai waktunya shalat
melaksanakan shalat secara berjamaah. Hal ini sesuai
74
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2006), h. 89.
75
Jubaidi dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Tahta Media Group,
2022), h. 31. | 70
dengan firman Allah SWT. dalam surat Adz- Dzariyat
ayat 56.
      
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaku".
(Q.S. Adz- Dzariyat:56).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa semua
makhluk yang Allah ciptakan termasuk jin dan manusia
harus patuh, taat dan beribadah kepada Allah. Oleh karena
itu, tujuan semua kehidupan manusia di dunia ini hanya
mencari kesenangan dari Allah, meraih keridhaan Allah,
dan menjauhi segala larangannya.
Prinsip kesatuan lainnya yang diterapkan pada
Hotel Latansa yaitu untuk menciptakan suasana Islami
pada lingkungan hotel terdapat bingkai ayat Al-Qur'an
dan kaligrafi. Tamu hotel yang bukan muhrim dilarang
menginap dalam satu kamar, tamu yang ingin menginap
wajib menunjukkan KTP kedua pasangan atau akta nikah.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang artinya
Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri)
dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang
menyertai wanita tersebut.

2. Prinsip Keseimbangan

| 71
Dalam melakukan apapun di dunia bisnis dan
kerja, Islam mewajibkan kita berlaku adil, termasuk kepada
pihak yang tidak disukai. Konsep keseimbangan yang
dimaksudkan untuk menghimbau para pengusaha muslim
agar mampu melakukan tindakan (dalam bisnis) yang
dapat menempatkan dirinya dan orang lain pada
kesejahteraan dunia dan keselamatan akhirat.76
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 8:
     
     
       
        
 
Artinya: Hai orang- orang beriman, hendaklah
kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah karena adil itu lebih dekat dengan takwa" (al-
Ma’idah: 8).
Menurut Ibn Taymiyyah (661-728 H) keadilan
adalah memberikan sesuatu kepada setiap anggota warga
negara sesuai dengan hak-hak istimewa mereka yang
harus diperoleh tanpa meminta, tidak sepihak atau berlaku
adil kepada salah satu pihak, mengetahui hak dan
76
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2006), h. 91-92. | 72
kewajiban, memahami mana yang benar dan mana yang
salah, bertindak dengan jujur dan mematuhi prinsip-
prinsip yang telah ditetapkan. 77
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Hardiansyah & Adirestuty, 2021 yang berjudul Islamic
Business Ethics The Key to Success in Family Business
(Case Study at Green Hotel Ciamis) yang menyatakan
prinsip keseimbangan yang sudah dijalankan yaitu
kualitas produksi dan distribusi dapat mengukur
keseimbangan etika dan struktur Green Hotel Ciamis.
Standar manufaktur dan distribusi yang tinggi
berupaya memberikan produk dan layanan terbaik
kepada konsumen. Dalam penelitian ini, keadilan
terpenuhi ketika pihak hotel memberikan produk
terbaik bagi konsumen, yang menghasilkan tingkat
loyalitas konsumen tertinggi.78
Penelitan tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Moh Idil Ghufron yang berjudul Konsep
Maslahah Maximizer Pada Hotel Syariah Perspektif Etika
Bisnis Islam yang menyatakan bahwa keseimbangan
dapat dilihat dari Tingkat Kesulitan dan Laba. Islam
menghendaki adanya keseimbangan antara standar laba

77
Eko Sudarmanto dkk, Etika Bisnis. (Jakarta: Yayasan Kita Menulis,
2020), h. 52.
78
Kiki Hardiansyah dkk, Islamic Business Ethics The Key to Success
in Family Business (Case Study at Green Hotel Ciamis). Journal Islamic
Ekonomic and Finance. Vol. 4 No. 2. 2021, h. 71-84. | 73
dan tingkat kesulitan perputaran serta perjalanan modal.
Semakin tinggi tingkat kesulitan dan resiko, maka
semakin besar pula laba yang diinginkan pekerja.79
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian
terdahulu, pada penelitian ini prinsip adil yang diterapkan
pada Hotel Latansa dapat dilihat dari penerapan sistem
pengupahan yang diterapkan berdasarkan peraturan
pemerintah yaitu karyawan digaji sesuai UMP (Upah
Minimum Provinsi), terdapat BPJS kesehatan dan
ketenaga kerjaan yang diterima karyawan Hotel Latansa
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa harga
kamar dan fasilitas yang disediakan pada hotel sudah
sesuai, hal inilah yang membuat tamu nyaman ketika
berada di hotel. Dari segi pelayanan pihak hotel
mengedepankan keramahtamahan dan mengucapkan
salam ketika bertemu tamu. Hal ini sesuai dengan hadis
rasulullah yang artinya orang beriman itu bersikap ramah
dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap
ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang
paling bermanfaat bagi manusia.
3. Prinsip Tanggung Jawab
Ketika sebuah perusaaan menerapkan nilai
tanggung jawab dalam kegiatan bisnisnya, maka loyalitas

79
Moh Idil Ghufron, Konsep Maslahah Maximizer Pada Hotel
Syariah Perspektif Etika Bisnis Islam. Jurnal Islam Nusantara. Vol. 01 No. 02.
2017, h. 131-143. | 74
konsumen akan tetap terjaga dengan sendirinya, bahkan
konsumen dapat menjadi akses dalam mempertahankan
dan meningkatkan citra perusahaan. Implementasi nilai
tanggung jawab dapat meningkatkan kepuasan dan
kepercayaan konsumen.80
Prinsip tanggung jawab pada Hotel Latansa
dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan, dengan
begitu tamu hotel akan nyaman ketika berada di Hotel
Latansa. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang
artinya bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu.
Sesungguhnya Allah SWT membangun Islam ini atas
dasar kebersihan dan tidak masuk surga kecuali setiap
yang bersih. Selain itu juga Hotel Latansa mewajibkan
karyawannya untuk melaksanakan sholat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Bayu Kurniawan dan
Dwiatma yang menyatakan memberikan layanan yang
optimal, hal ini adalah kewajiban setiap perusahaan
penyedia layanan atau jasa, yang dalam aktivitas layanan
tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia
jasa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S: Al- Isra
ayat 36.

80
Dwiatma dan Bayu Kurniawan, Etika Bisnis Islam dalam
Pelayanan Haji dan Umroh. Jurnal Ilmu Dakwah dan Pembangunan. Vol XIV
No. 1. 2019, h. 59-70. | 75
        
     
      
   

Artinya : dan janganlah kamu mengikuti apa yang


kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya" (Q.S.
Al- Isra:36).
Dari arti ayat di atas menjelaskan bahwa apapun
yang dilakukan manusia akan dipertanggungjawabkan di
hari kiamat nanti. Oleh karena itu sudah sepatutnya
manusia yang melakukan kesalahan memohon ampunan
kepada Allah SWT. dan terus memperbaiki diri untuk
menjadi lebih baik lagi. Hal ini juga diterapkan pada
Hotel Latansa jika terdapat keluhan dan saran dari tamu
dijadikan sebagai acuan untuk hotel menjadi lebih baik
lagi.
Prinsip tanggung jawab lainnya dapat dilihat dari
adanya jaminan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
kepada karyawan yang bekerja di hotel. Berdasarkan hasil
wawancara dengan karyawan terdapat pengunjung hotel
yang telah berulang kali berkunjung di Hotel Latansa. Hal
ini menunjukkan bahwa pengunjung Hotel Latansa

| 76
merasa puas terhadap layanan dan fasilitas yang diberikan
oleh pihak hotel.
4. Prinsip Kehendak Bebas
Dilakukan seseorang yang pada dasarnya memiliki
kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi dan tentu saja
kebebasan tersebut tidak menyimpang dari aturan-aturan Islam.
Kebebasan adalah bagian penting dari etika bisnis Islam,
namun kebebasan tersebut tidak merugikan kepentingan
banyak orang. 81
Berdasarkan teori tersebut telah sesuai dengan
penelitian yang dilakukan peneliti pada Hotel Latansa
dimana telah menerapkan prinsip kehendak bebas dapat
dilihat dari kebebasan tamu dalam menyampaikan saran
dan keluhannya melalui media yang telah disediakan oleh
pihak hotel. Pada teori dijelaskan bahwa setiap orang
memiliki kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi tanpa
menyimpang dari aturan Islam, dimana para tamu bebas
menyampaikan saran dan keluhannya melalui media yang
tersedia dihotel, dari saran-saran tersebut dapat
menjadikan hotel menjadi lebih baik lagi.
Agama yang menjaga nilai kebebasan manusia.
Islam memberikan kebebasan dalam hidup, melakukan
tujuan mulia, mencintai dan dicintai, kebebasan untuk
bekerja, bahkan kesempatan untuk berpendapat,

81
Badroen dkk, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2006), h. 96. | 77
kebebasan ini bukanlah kebebasan yang tidak terbatas,
namun kebebasan yang dapat diandalkan dan tidak
terbatas serta tidak menyimpang dari pedoman Islam.Hal
ini sesuai dengan hadis yang mengatakan bahwa telah
datang kepadaku Malaikat Jibril, dan Ia berkata:'Wahai
Muhammad, hiduplah sesukamu (tapi ingatlah)
sesungguhnya engkau akan mati. Berbuatlah sesukamu
(tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan diberi balasan
karenanya. Cintailah siapa yang kamu suka (tapi ingatlah)
sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin terletak pada
shalat malamnya dan kehormatannya adalah orang yang
tidak meminta-minta kepada orang lain.
Prinsip kehendak bebas lainnya dapat dilihat dari
pihak hotel dalam mempromosikan hotel melalui online
dan offline maupun menjalin kerja sama bisnis dengan
pemasaran online seperti traveloka dll, agar dapat
menarik minat tamu menggunakan jasa dan pelayanan
hotel.
Maka pada hasil dari penelitian ini telah sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titis
Alfianto dan Fikriyah menyatakan bahwa ajaran Islam
sangat mendukung nilai kebebasan, sehingga wajar bagi
umat beriman untuk menerapkannya dalam segala
aktivitas sehari-hari, terutama ketika berusaha mencari
| 78
nafkah dengan berbisnis. Pelaku bisnis dapat memperoleh
keuntungan karena bebas menggunakan strategi
pemasaran untuk menghasilkan keuntungan. Pada
penelitian terdahulu ini media yang digunakan untuk
mempromosikan layanannya melalui iklan radio, sosial
media, youtube, baliho, dan sebagainya.82

82
Alfianto dkk, Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi
Pemasaran Travel Umrah (Studi Pada PT Ebad Al-Rahman Wisata Sidoarjo).
Jurnal Ekonomika dan Bisnis Islam. Vol 4 (1). 2021, h. 65-77. | 79
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan
prinsip etika bisnis islam di hotel Latansa dilakukan dengan
menggunakan 4 prinsip yaitu prinsip kesatuan yaitu berkaitan
dengan keesaan Allah SWT atau bertakwa dengan cara
penyediaan perlengkapan ibadah, tempat ibadah dan
pengelolaan hotel, walaupun penyediaan perlengkapan sholat
tidak begitu lengkap. Prinsip keseimbangan yaitu berkaitan
dengan keadilan dengan cara pemberian upah karyawan,
BPJS, biaya penginapan dan kepuasan pelayanan. Prinsip
tanggungjawab yang berkaitan dengan tugas atau
tanggungjawab dengan cara waktu pengingat sholat,
pelayanan yang sesuai SOP, dan yang terakhir prinsip
kehendak bebas yaitu berkaitan dengan peningkatan jasa
hotel yang berkaitan dengan promosi, dan cara mengahadapi
keluhan pengunjung.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis dari hasil yang
didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya penelitian ini di harapkan hotel syariah
dapat terus berkembang di masyarakat yang mayoritas

| 80
islam hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan
promosi-promosi.
2. Hotel syariah diharapkan selalu meningkatkan pelayanan
yang prima baik layanan kebersihan, kerapian, dan
pelayanan lainnya
3. Dengan adanya penelitin ini hotel syariah harus berusaha
meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah atau
pariwisata sehingga dapat terus maju dan berkembang
hotel syariah.

| 81
L

N
| 82
Foto Wawancara

Wawancara dengan Bapak Deki

Wawancara dengan Bapak Nazardi


| 83
Wawancara dengan Bapak Suharno

Wawancara dengan Bapak Mustapa

| 84
Kondisi Hotel Latansa

Gambar 3.1 Pos satpam hotel Latansa

Halaman parkir hotel Latansa

| 85
Ruang tunggu hotel Latansa

Resepsionis

| 86
Kondisi lemari hotel Latansa

Kondisi kamar tidur hotel Latansa

| 87
Ruangan dengan full AC

Ruang Pertemuan

| 88
Kotak saran hotel Latansa

| 89
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Etika Bisnis Islami, Semarang: Walisongo Press, 2009.

Eko Susanto, “Hotel Syariah di Surakarta”, Skripsi: Universitas


Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Fadhlan Mudhafier, Makanan Halal, Jakarta: Zakia Press, 2004.

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang


Sosial,Yogyakarta: Press, 1987.

Hanik Fitriani, Proyeksi Potensi Pengembangan Pariwisata


Perhotelan Dengan Konsep Syariah Muslim. Jurnal:
Heritage, Vol. 3, No.1,2018.

Hidayatul Istiqomah, “Budaya Organisasi Pada Sofyan Inn Grand


Kalimas Hotel Moh. Nizar, Metode Penelitian, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005.

Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung:


Angkasa, 1993.

Porter, Keunggulan Bersaing, Jakarta: PT Gelora Aksara


Pratama, 1993.

Rambat Lupiyadi, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba: Jakarta,


2008.

Rezeki, S., & Irwansyah, R. (2011). Strategi Komunikasi Change


Management, Studi Kasus Perubahan Konsep Bisnis dari
Hotel Konvensional ke Hotel Syariah. Jurnal Semai
Komunikasi,Vol. II No.1.

Riyanto Sofyan, Bisnis Syariah Mengapa Tidak? Penerapan pada


Bisnis Hotel, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2011 ,Skripsi Universitas Islam Sunan Ampel, Surabaya,
2016. | 90
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.

Syari’ah Surabaya”, Skripsi: Universitas Islam Negeri Sunan


Ampel Surabaya, 2017.

Saiful Bahri, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Konsumen dalam Memilih Hotel Syariah: Studi Pada
Hotel Syariah Walisongo”, Skripsi: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, 2015.

Sofyan, Penerapan Hotel Berbasis Syariah Dalam Menekan


Perilaku Disasosiatif Masyarakat Melalui Pemenuhan
Syariah, Skripsi: Unisi Yogyakarta, 2017

Yusanto & Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta:


Gema Insani Press, 2002

Syari’ah Surabaya”, Skripsi:Universitas Islam Negeri Sunan


Ampel Surabaya,2017.

Widyarini, “Pengelolaan Hotel Syariah di Yogyakarta”, Jurnal


Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. VIII. 2013.

| 91

Anda mungkin juga menyukai