Anda di halaman 1dari 24

Penerapan Konsep Etika Bisnis Islam pada Manajemen Perhotelan

di PT. Syari’ah Guest House Malang

Oleh:
Muhammad Fahmul Iltiham & Danif

Abstraks: Penerapan konsep etika bisnis dalam


pengelolaan Hotel dewasa ini menjadi tren menarik di
sektor industri perhotelan di Indonesia, sehingga penting
kiranya menghadirkan penelitian yang mengupas
penerapan konsep etika bisnis Islam, dan sistem
pelaksanaan pada Manajemen Perhotelan di PT. Syari‟ah
Guest House Malang, dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, penelitian mencoba hadir sebagai
pengamat partisipan pada lokasi penelitian untuk
menggali sumber data primer maupun sekunder, melalui
cara observasi, wawancara, dokumentasi, sedangkan
analisis dilaksanakan dengan data interaktif, dengan
pengecekan keabshana data temuan melalui Triangulasi,
dan bertahap, dalam penerapannya konsep etika bisnis
Islam pada manajemen hotel di PT. Syari‟ah Guest House
Malang yang tercermin pada aktifitas bisnisnya,
diantaranya yakni: Tauhid, Adil, Kebebasan, Tanggung
Jawab, Ihsan, artinya tidak semata-mata keuntungan bisnis,
namun nilai-nilai syari‟at dijunjung tinggi.
Kata kunci: Penerapan Konsep Etika Bisnis Islam,
Manajemen Perhotelan

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu diantara sekian banyak
negara berkembang. Negara Indonesia memiliki berbagai macam
potensi pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya,
karena letak geografis negara Indonesia yang dilewati garis
khatulistiwa sebagai negara tropis yang menghasilkan
keindahan alam dan satwa dengan didukung sumber daya alam
yang beraneka ragam sehingga berpotensi untuk diolah dan
dimanfaatkan.
Selain itu negara Indonesia juga kaya akan seni budaya
daerah, peninggalan sejarah terdahulu dan yang tidak kalah
menarik adalah keindahan panorama alamnya yang cukup
potensial untuk dikembangkan dengan baik. Pariwisata tersebut
dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


masyarakat dan pembangunan nasional.1Oleh karena itu,
pariwisata juga merupakan gejala ekonomi karena adanya
permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi
jasa pariwisata (biro perjalanan, penginapan, rumah makan) atas
produk dan berbagai fasilitas terkait.2 Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif RI sejauh ini telah mengembangkan dan
mempromosikan usaha jasa di bidang perhotelan, restoran, biro
perjalanan wisata dan spa di 12 destinasi wisata syari‟ah.
Pengembangan tersebut dilakukan disejumlah kota yakni Aceh,
Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB serta Sulawesi
Selatan.3
Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sehingga
dalam memenuhi kesejahteraan masyarakatnya sudah
seyogyanya menggunakan syari‟ah Islam sebagai dasar dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Dalam praktiknya, syari‟ah
Islam tidak hanya merujuk pada praktik-praktik ibadah saja,
melainkan juga mengacu dan mengatur tentang praktik-praktik
hubungan sesama manusia. Penggunaan istilah syari‟ah
bertujuan untuk menunjukkan penerapan sistem Islami dalam
melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi, yang saat ini menyebar
ke berbagai sektor bisnis. Dimulai dari munculnya industri
perbankan syari‟ah, asuransi syari‟ah, pegadaian syari‟ah dan
yang kini masih hangat diperbincangkan yakni munculnya
pariwisata syari‟ah dan hotel syari‟ah.
Dewasa ini, perkembangan bisnis perhotelan di Indonesia
semakin pesat. Hampir diseluruh kota dibangun hotel-hotel,
mulai dari hotel berbintang satu sampai berbintang lima. Bisnis
hotel merupakan bagian dari usaha kepariwisataan yang
meyediakan pelayanan akomodasi, makanan dan minuman serta
pelayanan-pelayanan pendukung lainnya yang dikelola secara
komersial.4 Sistem pelaksanaan setiap bisnis hotel berbeda-beda
baik hotel konvensional maupun hotel syari‟ah. Sebuah hotel
yang baik adalah hotel yang mampu mendapatkan keuntungan

1
Oka A. Yoeti, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
1997) hlm 4.
2
Agus Sulastiyono, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, (Bandung: Alfabeta, 2004) hlm.
5.
3
Sapudin, A., Adi, F., & Sutomo, Analisis Perbandingan Hotel dan Pariwisata Syariah
dengan Konvensional, (Bogor: Magister Manajemen Syariah IPB, 2014), hlm. 5.
4
Ibid, hlm. 17.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


dengan memberikan kepuasan bagi para tamu atau
pengunjungnya. Kepuasan pengunjung hotel dapat terpenuhi
dengan melihat manajemen pelayanan pada bisnis perhotelan itu
sendiri.
PT. Syari‟ah Guest House Malang merupakan salah satu
contoh bisnis perhotelan yang berbasis syari‟ah dengan konsep
rumah tamu. PT. Syari‟ah Guest House Malang adalah tempat
penginapan yang menyajikan keindahan khas kota Malang.
Dalam pelaksanaannya, guest house ini memiliki keunikan
tersendiri, keunikannya yakni dengan menerapkan konsep
manajemen syari‟ah yang menyeimbangkan tatanan bisnis
perhotelan, etika, moral dan nilai-nilai agama, guna memenuhi
kebutuhan umat sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah Islam.5
Untuk mewujudkan bisnis yang sehat dalam menghadapi
persaingan bisnis, maka perlu adanya penerapan etika bisnis.
Selain itu, pebisnis diharapkan mampu bertindak secara etis
dalam berbagai aktifitasnya, artinya bisnis yang dilakukannya
harus mampu membangun tingkat kepercayaan stakeholders-nya.
Kepercayaan, keadilan dan kejujuran merupakan elemen pokok
dalam mencapai suksesnya bisnis dikemudian hari. Hal ini juga
yang menjadi dasar adanya pemikiran etika bisnis Islam. Dalam
konteks inilah, etika bisnis Islam muncul dengan alasan bahwa
Islam mencakup sekumpulan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang
dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup, baik
di dunia maupun di akhirat. Selain itu, Islam juga merupakan
sistem bagi seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial,
ekonomi, budaya, politik dan lainnya.6 Islam sebagai landasan
nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk
dalam dunia bisnis. Sebagaimana yang terlampir dalam Al-
Qur‟an surat An-Nisa,7

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

5
PT. Syari’ah Guest House Malang, (http://syariah-
guesthouse.com/#sthash.JXkQsOAx.dpuf), di akses pada 31 Maret 2016.
6
Nidal S. Sabri dan M. Hisyam Jabir, Etika Bisnis dan Akuntansi, dalam Sofyan Safri
Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 230.
7
Departemen Agaman, Al-Qur’an dan Terjemah, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm. 83.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.
Dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat: 29 tersebut memberi
pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis,
saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi.
B. Kajian Teori Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethos” yang
berarti adat kebiasaan yang merupakan hasil dari filsafat.
Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip
yang disistematisasi tentang tindakan moral yang benar.
Perbedaan akhlak dan etika ialah bahwa etika merupakan
cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal pikiran,
sedangkan akhlak ialah suatu ilmu pengetahuan yang
mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk,
berdasarkan ajaran Allah SWT. dan Rasulullah SAW.8 Etika
berisi nilai dan norma-norma konkrit yang menjdai kompas
dan pegangan hidup manusia. Tolak ukur etika adalah akal
dan pikiran.
Sedangkan etika bisnis Islam menurut Muhammad
Djakfar adalah norma-norma etika yang berbasiskan Al-
Qur‟an dan Hadits yang harus dijadikan acuan oleh siapapun
dalam aktivitas bisnis. Dengan kata lain bagaimanapun etika
bisnis yang berbasis kitab suci dan sunah Rasulullah SAW,
sebagaimana halnya etika bisnis modern, tidak cukup dilihat
secara partialistik semata, tetapi perlu dilihat juga dalam
fungsinya secara utuh (holistik). Dalam arti etika bisnis Islam
perlu diposisikan sebagai komoditas akademik yang bisa
melahirkan sebuah cabang keilmuan, sekaligus sebagai
tuntunan para pelaku bisnis dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari.9
Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk megambil teori
etika bisnis Islam menurut Issa Rafiq Beekun, yang digunakan
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa etika
bisnis Islam merupakan suatu landasan dalam menjalankan
bisnis yang tidak bertentangan dengan ajaran yang terdapat

8
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Bandung: Alfabeta
CV., 2014), hlm. 377.
9
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 84-85.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


dalam Al-Qur‟an dan sunnah dan untuk membedakan antara
salah dan benar.
2. Aksioma Etika Bisnis Islam
Adapun aksioma atau ketentuan dasar dari etika
bisnis Islam menurut Issa Rafiq Beekun ada 5, diantaranya
yakni:10
1).Tauhid (Unity)
Tauhid adalah asas filsafat ekonomi Islam yang
menjadi dasar ilmu ekonomi dan praktek yang relevan
dengan nilai logik, etik dan estetik yang dapat di
fungsionalisasikan ke dalam ekonomi manusia. Tauhid
dalam bidang ekonomi mengantarkan para pelaku
ekonomi untuk berkeyakinan bahwa harta benda
adalah milik Allah SWT semata.
2) Keadilan
Dalam beraktivitas di dunia bisnis, Islam
mengharuskan untuk berbuat adil, tidak terkecuali
pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam surat Al-Maidah ayat: 8.11

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-


orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Keseimbangan atau keadilan menggambarkan
dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan
dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta.
Dengan demikian keseimbangan, kebersamaan,
kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang
harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas
bisnis.

10
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011),
hlm. 78.
11
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, 2006, hlm. 108

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


2). Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan, berarti manusia sebagai individu dan
kolektivitas, mempunyai kebebasan penuh untuk
melakukan aktivitas bisnis. Manusia yang baik dalam
prespektif ekonomi Islam adalah yang menggunakan
kebebasan dalam kerangka tauhid dan keseimbangan.
Yang berlandaskan pada aturan dari Allah SWT
terutama usaha bebas riba.
3). Tanggang Jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil,
lantaran tidak menuntut tanggung jawab. Untuk
memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, setiap
manusia harus mempertanggung jawabkan
tindakannya. Karena itu menurut Sayyid Qutub prinsip
pertanggung jawaban Islam adalah pertanggung
jawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan
ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara person
dan keluarga, individu dan sosial antara suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
4). Ihsan (Benevolence)
Semua keputusan dan tindakan harus
menguntungkan manusia baik di dunia maupun di
akhirat, selain hal itu seharusnya tidak dilakukan.
Dalam konteks bisnis, ihsan adalah kehendak untuk
melakukan kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada
tujuan berbuat kebaikan.
3. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Prasyarat untuk meraih keberkahan seorang pelaku
bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip etika
bisnis yang telah digariskan dalam Islam, antara lain:12
1. Jujur dalam takaran (quantity)
Kejujuran tidak hanya merupakan kunci sukses
seorang pelaku bisnis menurut Islam. Tapi etika bisnis
modern juga sangat menekankan pada prinsip kejujuran.
William C, Byham menyatakan:
“Business ethics build trust, and trust is the basic of modern
business. If we accept the view, arqued for earlier, that there

12
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan
Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus, 2012), hlm. 34-41.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


are not two moralities-one for individuals and one for
business-but a common moral framework for judging both
individual and corporate activities, then we can gain some
guidance for business behavior by looking at what philosophers
have seen as the morally good life”

Dalam pernyataan di atas William C. Byham


mengatakan bahwa etika bisnis membangun
kepercayaan dan kepercayaan adalah dasar dari pada
bisnis modern.
2. Menjual barang yang baik mutunya (quality)
Dalam hal mutu, pelaku bisnis harus memberikan
barang yang baik mutunya yang berarti tidak
mengabaikan tanggung jawab moral dalam dunia bisnis.
Karena tanggung jawab merupakan keseimbangan
(balance) antara memperoleh keuntungan (profit) dan
memenuhi norma-norma dasar masyarakat baik berupa
hukum, etika ataupun adat.13
3. Dilarang menggunakan sumpah
Seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, terutama dikalangan pedagang dikelas bawah apa
yang dikenal obral sumpah. Dalam Islam perbuatan
semacam itu tidak dibenarkan karena juga akan
menghilangkan keberkahan sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
Dari Abu Hurairah r.a, saya mendengar Rasulullah saw.
Bersabda: “Sumpah itu melariskan dagangan, tetapi
menghapus keberkahan (HR. Abu Dawud).14
4. Ramah dan bermurah hati
Dalam berbisnis, seorang pebisnis diharapkan
bersikap ramah dan bermurah hati kepada setiap client
karena dengan begitu pebisnis akan mendapat berkah.
Wujud refleksi dari sikap ramah yang menyejukkan hati
salah satunya yakni senyum sehingga para client akan
merasa senang.

13
George Chryssiders & John EH Kaler, An Introduction to Business Ethics (London:
Chapman & Hall, 1993), 249, dalam M. Amin Abdullah dan Iwan Triyuwono, Etika
Muamalah (Malang: Program Pascasarjana UMM, 1997), hlm. 80.
14
Al-Azdi, Sulayman ibn al-Ash-‘ashi Abu Daud al-Sajsatani, Sunan Abi Daud, Juz 3,
(Libnan: Dar al-Fikr, tt) hlm. 245.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


5. Membangun hubungan baik antar kolega
Islam menekankan hubungan konstruktif dengan
siapapun, inklud antar sesama pelaku bisnis. Islam tidak
mengehendaki dominasi pelaku yang satu di atas yang
lain, baik dalam bentuk monopoli, oligopoly maupun
bentuk-bentuk lain yang tidak mencerminkan rasa
pemerataan pendapatan. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“Bahwasannya Rasulullah Saw. Bersabda: Barang siapa
mengaharap dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan
sillaturrahim (HR. Imam Buhkari)
6. Menetapkan harga dengan transparan
Harga yang tidak transparan bisa mengandung
penipuan. Untuk itu menetapkan harga dengan terbuka
dan wajar sangat dihormati dalam Islam agar tidak
terjerumus dalam riba. Meskipun dalam dunia bisnis
setiap pelaku bisnis ingin memperoleh keuntungan tapi
harus tetap menghormati hak-hak setiap client.
Rafik Issa Beekun, ia mengemukakan sembilan
pedoman etika umum bagi bisnis kaum muslim,
diantaranya yaitu: jujur, menepati janji, mencintai Allah
SWT, lebih dari mencintai perniagaan, berbisnis dengan
muslim sebelum dengan non-muslim, rendah hati dalam
menjalani hidup, menjalankan musyawarah dalam
semua masalah, tidak terlibat dalam kecurangan, tidak
boleh menyuap dan berbisnis secara adil.15
4. Aspek-aspek Etika Bisnis Islam
Menurut Faisal Badroen ada 4 aspek-aspek etika bisnis
Islam, yaitu:16
1. Kepemilikan dan Kekayaan
Secara etimologis kepemilikan seseorang akan
materi berarti penguasaan terhadap sesuatu (benda),
sedangkan secara terminologis berarti spesialisasi (in
legal term) seseorang terhadap suatu benda yang
memungkinkan untuk melakukan tindakan hukum atas
benda tersebut sesuai dengan keinginannya.

15
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, 2006, hlm: 23
16
Ibid, hlm 105

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


2. Distribusi Kekayaan
Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan
distribusi adalah kepemilikan private (pribadi). Makanya
permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan
mencolok pada kepemilikan, pendapatan dan harta
peninggalan leluhurnya masing-masing.
3. Kerja dan Bisnis
Paradigma yang dikembangkan dalam kerja dan
bisnis mengarah pada pengertian kebaikan (thoyib) yang
meliputi materinya itu sendiri, dari cara memperoleh
dan cara pemanfaatannya.
4. Halal dan Haram
Islam adalah agama universal yang dapat pula
dimengerti sebagai pandangan hidup, ritualitas dan
syari‟ah, agama dan negara intuisi dan aturan main.
Syari‟ah mengandung kaidah-kaidah hukum dan aturan
tentang ritual ibadah dan muamalah untuk membimbing
manusia agar hidup layak, patuh kepada Allah SWT.
5. Ciri-ciri Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam
Berikut ini adalah ciri-ciri antara etika bisnis
konvensional dan etika bisnis Islam:17
No Karakteristik Etika Bisnis Etika Bisnis
Bisnis Islam
1 Asas Sekularisme (nilai- Akidah Islam
nilai materialisme) (nilai-nilai
transendental)
2 Motivasi Dunia Dunia akhirat
3 Orientasi Profit, Profit, zakat, dan
pertumbuhan dan benefit (non
keberlangsungan materi),
pertumbuhan,
keberlangsungan,
serta keberkahan
4 Etos Kerja Tinggi, bisnis Tinggi, bisnis
adalah kebutuhan adalah bagian
duniawi dari ibadah
5 Sikap Mental Maju dan Maju dan

17
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm.
13.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


produktif produktif,
sekaligus konsekuensi
konsumtif, keimanan, dan
konsekuensi, serta manifestasi
aktualisasi diri kemusliman
6 Keahlian Cakap dan ahli Cakap dan ahli
dibidangnya, dibidangnya,
konsekuensi dari konsekuensi dari
motivasi kewajiban
punishment dan seorang muslim
reward
7 Amanah Tergantung Terpercaya dan
kemauan individu bertanggung
(pemilik kapital), jawab, tujuan
tujuan tidak
menghalalkan menghalalkan
segala cara segala cara
8 Modal Halal dan Haram Halal
9 Sumber Daya Sesuai dengan Sesuai dengan
Manusia akad kerjanya akad kerjanya
atau sesuai
dengan keinginan
pemilik modal
10 Sumber Daya Halal dan Haram Halal
Alam
11 Manajemen Visi dan misi Visi dan misi
Strategi organisasi organisasi terkait
ditetapkan erat dengan misi
berdasarkan pada penciptaan
kepentingan manusia didunia
material belaka
12 Manajemen Tidak ada jaminan Jaminan halal
Operasional halal bagi setiap dari setiap
masukan, proses masukan, proses
dan keluaran, dan keluaran,
mengedepankan mengedepankan
produktifitas produktifitas
dalam koridor dalam koridor
manfaat syari‟ah

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


13 Manajemen Tidak ada jaminan Jaminan halal
Keuangan halal bagi setiap bagi setiap
masukan, proses, masukan, proses,
dan keluaran dan keluaran
keuangan, keuangan,
mekanisme mekanisme
keuangan dengan keuangan dengan
bunga bagi hasil
14 Manajemen Pemasaran Pemasaran dalam
Pemasaran mengahalalkan koridor jaminan
segala cara halal
15 Manajemen SDM profesional, SDM profesional
SDM SDM adalah aktor dan
(Sumber produksi, SDM berkepribadian
Daya bertanggungjawab Islam, SDM
Manusia) pada diri dan adalah pengelola
majikan. bisnis, SDM
bertanggung
jawab pada diri
sendiri, majikan
dan Allah SWT.
Tabel 2.1. Ciri-ciri Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam
Berdasaran uraian di atas, peneliti mengambil aspek-
aspek etika bisnis Islam menurut Issa Rafiq Beekun yang
digunakan dalam penelitian ini karena dianggap sudah
mencakup etika bisnis Islam pada umumnya, yaitu aspek-
aspek etika bisnis Islam meliputi tauhid (unity), adil,
berkehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibility),
ihsan (benevolence).
C. Manajemen Perhotelan
1. Pengertian Hotel
Terlepas dari sejarah perhotelan, secara harfiah, kata
hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM (bahasa latin)
artinya ruangan tamu. Dalam beberapa waktu kemudian
kata hospitium mengalami perubahan pengertian untuk
membedakan antara Guest House dengan Mansion House
(rumah besar) yang berkembang pada saat itu, maka
rumah-rumah besar yang disewakan disebut dengan
hostel. Setiap masyarakat yang menginap di koordinir oleh

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


seorang host dan semua tamu yang menginap harus
mematuhi peraturan yang ditentukan oleh host hostel.
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang
yang ingin mendapat kepuasan, tidak suka terlalu banyak
peraturan sebagaimana hostel, sehingga lambat laun huruf
“s” dalam kata hostel dihilangkan dan berubah menjadi
kata hotel seperti apa yang kita kenal saat ini.18
Adapun pengelompokan hotel berdasarkan beberapa hal
diantaranya:19
1) Pengelompokan hotel berdasarkan target pemasaran,
yaitu :Commercial Hotels hotel; Airport Hotels; Suite Hotels;
Extended Stay Hotels; Residential Hotels; Leisure Market
(Resort Hotels); Bed and Breakfast Hotels; Casino Hotels;
Conference Hotels; Convention Hotels
2) Pengelompokan hotel menurut lokasi yaitu: City Hotel
atau Business Hotel; Highway hotel atau motor hotel;
Mountain hotel; Resort hotel atau beach hotel
3) Pengelompokan hotel berdasarkan lamanya hotel
beroprasi, yaitu : Full Lenght Operation Hotel adalah hotel
yang beroperasi 365 hari dalam setahun, 30 hari dalam
sebulan, tujuh hari dalam seminggu, dan 24 jam dalam
sehari. Tidak pernah tutup atau libur; Seasonal hotel
beroperasi hanya pada saat tertentu saja.
Pengelompokan hotel berdasarkan kemewahan, yaitu
:Luxurious ; Boutique hotel; Normal hotel
Penerapan Konsep Etika Bisnis Islam Pada Manajemen Perhotelan
Di PT. Syari’ah Guest House Malang
Adapun aksioma atau ketentuan dasar etika bisnis Islam, di
antaranya yakni:
1. Tauhid
Konsep tauhid juga bisa disebut dengan konsep
integralistik yang berarti semua aspek dalam hidup dan mati
adalah aspek politik, ekonomi, sosial, maupun agama berasal dari
satu sistem yang terintegrasi dan konsisten.20 Hal tersebut
tercermin pada aktifitas bisnis PT. Syari‟ah Guest House Malang
dimana konsep integralistik menjadi acuan dalam berbisnis dalam

18
Richard Sihite, Hotel Management, Cet ke-5, (Surabaya: SIC, 2000), hlm. 44.
19
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/pengantar-perhotelan-definisi-hotel.html di
akses pada 2 Mei 2016
20
Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 24-25.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


hal ini semua aktiftas termasuk perizinan didasarkan pada
intruksi dan arahan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Sebagaimana peryataan dari Direktur PT. Syari‟ah Guest House
Malang, bahwa:
“Dalam pendirian sebuah bisnis, legalitas badan hukum sangat
diperlukan, dan PT. Syari’ah Guest House Malang sudah mendapat
izin serta dukungan kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif
Republik Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, aspek legalitas
merupakan keharusan dalam menjalankan sebuah bisnis atau usaha,
juga untuk kelancaran sebuah bisnis tersebut. Selain perizinan kepada
pihak kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif Republik Indonesia,
sebuah bisnis yang berhubungan dengan syariah juga harus
mendapatkan izin usaha pada MUI selaku dewan syari’ah nasional
yang memiliki tugas sebagai penilai, pengawas serta penyelenggara
aktifitas bisnis yang berkaitan dengan syari’ah Islam sebagaimana PT.
Syari’ah Guest House Malang.”21
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui Adil
Adil adalah konsep keseimbangan, antara kepentingan diri
dan kepentingan orang lain. Islam mengharuskan untuk berbuat
adil, dan melarang berbuat curang atau dzalim tidak terkecuali
pada pihak yang tidak disukai.22 Menjaga dan meningkatkan
mutu produk juga merupakan usaha yang dilakukan dalam
rangka menjalankan prinsip keadilan dalam berbisnis.
Berdasarkan wawancara dari Direktur PT. Syari‟ah Guest House
Malang yang menyatakan bahwa:
“Saat ini, kata syari’ah pada bisnis perhotelan merupakan hal baru
sehingga berpengaruh pada jumlah pengunjung, tetapi hal tersebut
tidak mempengaruhi pihak hotel untuk tetap konsisten dengan
syari’ah, yakni tetap menjaga kualitas dan konsep syari’ah di PT.
Syari’ah Guest House Malang yang dalam pendiriannya tidak hanya
bertujuan untuk mencari profit tetapi juga non profit yakni mencari
Kebebasan
Kebebasan disini berarti manusia sebagai individu dan
kolektivitas, mempunyai kebebasan penuh untuk melakukan
aktivitas bisnis.23 Seperti yang di sampaikan salah satu staff PT.
Syari‟ah Guest House Malang berikut ini:

21
Hasil wawancara dengan Direktur PT. Syari’ah Guest House Malang Bapak Moh. Na’im
tanggal 21 Mei 2016, pukul 13.00 WIB, di lobby PT. Syari’ah Guest House Malang
22
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Prespektif Islam, hlm. 78
23
Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah, 2009, hlm. 24-25.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


“Pada dasarnya kebebasan berinovasi di setiap bisnis itu mutlak
diperlukan. Sebagaimana bisnis pada umumnya, diperkenankan
untuk melakukan improve sesuai kebutuhan tetapi harus sesuai
dengan syari‟ah, baik fasilitas, pelayanan, makanan dan
minuman, dekorasi, SOP dan lain sebagainya.”24

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa komitmen


yang tinggi dari pihak PT. Syari‟ah Guest House Malang
menjadikan kebebasan dalam berinovasi dapat berjalan lurus dan
mampu dijalankan dengan baik.
2. Tanggung Jawab
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil, lantaran
tidak menuntut tanggung jawab. Untuk memenuhi tuntutan
keadilan dan kesatuan, setiap manusia harus mempertanggung
jawabkan setiap tindakannya. diungkapakan oleh Direktur PT.
Syari‟ah Guest House Malang, bahwa:
“Sebagai perusahaan yang pendiriannya disertai dengan perizinan
dari MUI, maka setiap aktifitas yang dilakukan oleh bisnis syari’ah
seperti PT. Syari’ah Guest House Malang akan mendapat penilaian
dan pengawasan dari dewan pengawas syari’ah. Sebagaimana halnya
dengan pengembangan yang telah dilakukan dan dibuat secara berkala
akan diawasi dan diperiksa, apabila suatu ketika pengembangan yang
dilakukan sesuai dengan syari’ah maka akan diperbolehkan untuk terus
beroperasi, begitu juga sebaliknya, apabila pengembangan yang
dilakukan tidak sesuai syari’ah maka perusahaan akan diberhentikan.
Karena hal tersebut merupakan tanggungjawab dari pihak
perusahaan.”25
3. Ihsan
Dalam konteks bisnis, ihsan adalah kehendak untuk
melakukan kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada tujuan
berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Direktur
PT. Syari‟ah Guest House Malang yang menyatakan bahwa:
“PT. Syari‟ah Guest House Malang yang mana dalam
pendiriannya tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan
profit tetapi juga non profit yakni mencari keberkahan.”26

24
Hasil wawancara dengan staff PT. Syari’ah Guest House Malang Bapak Rofi’i tanggal 25
Mei 2016, pukul 10.00 WIB, di lobby PT. Syari’ah Guest House Malang
25
Hasil wawancara dengan Direktur PT. Syari’ah Guest House Malang Bapak Moh. Na’im
tanggal 21 Mei 2016, pukul 13.00 WIB, di lobby PT. Syari’ah Guest House Malang
26
Hasil wawancara dengan Direktur PT. Syari’ah Guest House Malang Bapak Moh. Na’im
tanggal 21 Mei 2016, pukul 13.00 WIB, di lobby PT. Syari’ah Guest House Malang

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa niat yang
kuat untuk berdakwah, beribadah dan menjalankan prinsip-
prinsip syari‟ah merupakan kunci keberhasilan dalam
menjalankan sebuah bisnis.
H. Deskripsi Sistem Pelaksanaan Usaha Hotel Berbasis Syari’ah di
PT. Syari’ah Guest House Malang
Sistem dapat didefinisikan sebagai seperangkat elemen yang
berdiri di interelasi antara diri sendiri dengan lingkungan.27 Sistem
dan bisnis misalnya, dalam pelaksanaannya berbeda-beda antara
bisnis yang satu dengan yang lain. Begitu pula pada bisnis
perhotelan, sistem pelaksanaan setiap bisnis hotel berbeda-beda baik
hotel konvensional maupun hotel syari‟ah. Sebuah hotel yang baik
adalah hotel yang mampu mendapatkan keuntungan dengan
memberikan kepuasan bagi para tamunya. Sebagaimana sistem
pelaksanaan pernyataan staff PT. Syari‟ah Guest House Malang,
bahwa:
“Sistem pelaksanaan sebuah hotel syari‟ah terlihat pada
operasional, fasilitas dan pelayanan hotel. Semua opersional,
fasilitas dan pelayanan pada hotel syari‟ah harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syari‟ah Islam.”28
1. Operasional
Operasional pada PT. Syari‟ah Guest House Malang
terbagi menjadi beberapa aspek, diantaranya yakni:
1) Kebijakan
Kebijakan internal PT. Syari‟ah Guest House Malang
yang berupa kebijakan manajemen dan peraturan hotel,
dibuat dengan berlandaskan nilai-nilai syari‟ah, contohnya
berpakaian dengan menutup aurat.
2) Pengelolaan SDM
Penerimaan dan perekrutan SDM (Sumber Daya
Manusia) di PT. Syari‟ah Guest House Malang tidak
membedakan suku, agama dan ras selama memenuhi
kualifikasi standar yang telah ditentukan dan sanggup untuk
mematuhi aturan-aturan perusahaan yang berlaku.
3) Keuangan
Pengelolaan keuangan PT. Syari‟ah Guest House
Malang disesuaikan dengan sistem syari‟ah Islam. Kemitraan
27
I Gde Pitana, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Yogyakarta: CV. ANDI, 2009), hlm. 56
28
Hasil wawancara dengan staf PT. Syari’ah Guest House Malang Ibu Riska tanggal 25
Mei 2016, pukul 09.00 WIB, di lobby PT. Syari’ah Guest House Malang

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


dengan lembaga keuangan seperti bank dan asuransi
dilakukan dengan lembaga-lembaga keuangan dan asuransi
syari‟ah. Jika perusahaan mempunyai keuntungan yang
mencukupi nishab zakat, maka berkewajiban mengeluarkan
zakat.
4) Pelayanan
Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang
sesuai dengan kaidah Islam yang memenuhi beberapa aspek
penting yakni keramah-tamahan, bersahabat, jujur, amanah,
suka membantu, mengucapkan kata maaf dan terima kasih
serta memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.
Pelayanan yang diberikan juga pada batas-batas yang
dibolehkan syari‟ah, misalnya tidak menjurus kepada
khalwat.
5) SOP (Standar Operasional Prosedur)
Dari SOP pada PT. Syari‟ah Guest House Malang di
atas dapat diketahui perbedaan SOP hotel syari‟ah dan hotel
konvensional, hal tersebut terlihat pada setiap pelayanan
yang diberikan salah satunya yakni setiap karyawan harus
mengucapkan salam pada setiap pengunjung yang
melakukan reservasi baik secara langsung maupun melalui
telepon dan salam diberikan pada setiap tamu yang
melakukan check-in maupun check-out hotel.
2. Fasilitas
Semua fasilitas di PT. Syari‟ah Guest House Malang, baik
fasilitas mendasar yang harus dimiliki sebuah hotel maupun fasilitas
tambahan, merupakan fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan
manfaat positif bagi tamu. Serta tidak menyediakan produk dan
fasilitas yang tidak sesuai syari‟ah seperti bar dengan minuman
alkohol, diskotek, pusat kebugaran dan sebagainya.
3. Tamu
Tamu yang check-in khususnya pasangan lawan jenis,
dilakukan reception policy atau seleksi tamu. Seleksi tersebut
dilakukan apakah pasangan tersebut pasangan suami istri, keluarga,
atau pasangan yang bukan mahram.
Untuk bisa mendapatkan dugaan yang kuat terhadap
suatu pasangan bahwa mereka bukan suami istri, bisa dibuat
beberapa kriteria dasar, antara lain:

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


a) Gelagat yakni sikap, mesra, berjauhan ketika mendatangi
counter front office dsb
b) Penampilan semisal dandanan yang berlebihan,
berpakaian seksi, seragam sekolah, perbedaan usia yang
mencolok dsb
Kalau indikasinya cenderung bukan suami istri, maka
pasangan yang akan menginap tersebut ditolak. Akan tetapi, jika
indikasinya lebih menunjukkan bahwa pasangan suami istri tersebut
suami istri, maka diperbolehkan check-in.
I. Analisis Penerapan Konsep Etika Bisnis Islam pada Manajemen
Perhotelan di PT. Syari’ah Guest House Malang
PT. Syari‟ah Guest House Malang merupakan suatu jasa
akomodasi yang beroperasi dan menganut prinsip-prinsip pedoman
ajaran Islam. Secara operasionalnya, pelayanan yang diberikan
tentunya hampir menyerupai hotel konvensional atau non-syari‟ah
pada umumnya. Namun konsep hotel ini menyeimbangkan aspek-
aspek spiritual Islam yang berlaku didalam pengelolaan dan
pengoperasiannya.
penerapan konsep etika bisnis Islam pada manajemen hotel di
PT. Syari‟ah Guest tersebut tercermin pada aktifitas bisnis PT.
Syari‟ah Guest House Malang, diantaranya yakni:
1. Tauhid
Konsep tauhid atau integralistik menjadi acuan berbisnis dalam hal
ini semua aktiftas termasuk perizinan dan legalitas didasarkan pada
intruksi dan arahan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Aturan ini
merujuk pada seperangkat aktifitas yang diperkenankan dan tidak
diperkenankan bagi para pengunjung atau pengguna jasa PT.
Syari‟ah Guest House Malang, misalnya adanya seleksi tamu khusus
pasangan lawan jenis, seleksi tersebut dilakukan apakah pasangan
tersebut pasangan suami istri, keluarga, atau pasangan yang bukan
mahram.
2. Adil
Keistiqomahan PT. Syari‟ah Guest House Malang dalam mejaga dan
meningkatkan mutu produk serta pelayanan merupakan konsep
yang sesuai dengan konsep keadilan dalam ketentuan dasar etika
bisnis Islam. Penerapan konsep adil pada PT. Syari‟ah Guest House
Malang melalui penjagaan mutu atau kualitas pelayanan akan
ketentuan syari‟ah dibuktikan dengan adanya sertifikat halal pada
makanan dan minuman yang disediakan.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


3. Kebebasan
PT. Syari‟ah Guest House Malang juga menjadikan konsep
kebebasan dalam berbisnis terutama dalam hal pengembangan atau
inovasi agar dalam berbisnis dapat berjalan lurus dan mampu
dijalankan dengan baik. PT. Syari‟ah Guest House Malang
menyediakan fasilitas beribadah seperti musholla yang disediakan
terpisah antara laki-laki dan perempuan, lengkap dengan kamar
mandi dan tempat wudlu yang terpisah pula. Selain itu, musholla
tersebut juga dilengkapi dengan mukenah, sajadah, al-Qur‟an dan
buku do‟a.
4. Tanggung Jawab
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil, lantaran tidak
menuntut tanggung jawab. Untuk memenuhi tuntutan kesatuan dan
keadilan, PT. Syari‟ah Guest House Malang bersedia untuk
mempertanggung jawabkan setiap tindakannya dengan
kepatuhannya terhadap aturan atau standarisasi yang telah
ditetapkan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia).
5. Ihsan
Selanjutnya konsep Ihsan yang tercermin pada tujuan didirikannya
PT. Syari‟ah Guest House Malang tidak hanya mencari profit tapi
juga nonprofit yakni mencari keberkahan. Tujuan atau niat yang
kuat untuk berdakwah, beribadah dan menjalankan prinsip-prinsip
syari‟ah merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan sebuah
bisnis. Realisasi konsep ihsan Misalnya saja, para karyawan dituntut
untuk selalu bertegur sapa dengan mengucapkan salam pada
karyawan lain dan para pengunjung atau pengguna jasa hotel.
J. Analisis Sistem Pelaksanaan Usaha Hotel Berbasis Syari’ah di PT.
Syari’ah Guest House Malang
Kepuasan tamu hotel dapat terpenuhi dengan melihat
manajemen pelayanan pada bisnis perhotelan itu sendiri. Sistem
pelaksanaan sebuah bisnis berupa hotel meliputi kebijakan,
operasional, fasilitas, pelayanan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya hotel syari‟ah dan konvensional adalah sama-
sama sebuah bisnis yang bergerak di bidang properti yang
menyediakan tempat menginap sementara. Perbedaannya adalah
terletak pada cara penyajian dan berbagai layanan yang diberikan.
Standar hotel syari‟ah memang lebih tinggi dibanding hotel
konvensional. Misalnya manajemen hotel harus mampu
memperlihatkan bukti sertifikat halal makanan yang disediakan. Tak

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


hanya itu, tamu lawan jenis pun tidak diperbolehkan menginap
dalam satu kamar tanpa keterangan menikah yang resmi. Namun
demikian, dalam menjalankan bisnis secara syari‟ah, kata syari‟ah
tidak sekedar simbolik semata seperti halnya PT. Syari‟ah Guest
House Malang, di hotel ini tidak banyak memajang kaligrafi di
berbagai ruangan. Sehingga tamu yang datang dari kalangan non
muslim tidak merasa seperti di masjid hotel.
Berikut ini beberapa operasional, fasilitas, pelayanan yang
merupakan sistem pelaksanaan usaha hotel berbasis syari‟ah di PT.
Syari‟ah Guest House Malang yang sesuai dengan konsep etika
bisnis Islam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Operasional
a. Kebijakan
Kebijakan internal PT. Syari‟ah Guest House Malang yang
berupa kebijakan manajemen dan peraturan hotel, dibuat dengan
berlandaskan nilai-nilai syari‟ah, salah satu contoh yakni dalam hal
berpakaian atau seragam karyawan disesuaikan dengan kaidah-
kaidah Islam yakni menutup aurat. Begitu juga dengan kebijakan
eksternal, baik berupa kerjasama, investasi dan pengembangan
usaha, dilakukan dengan mitra yang aktivitas usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syari‟ah.
b. Pengelolaan SDM
Penerimaan SDM (Sumber Daya Manusia) tidak
membedakan suku, agama dan ras selama memenuhi kualifikasi
standar yang telah ditentukan dan sanggup untuk mematuhi
aturan-aturan perusahaan yang berlaku. PT. Syari‟ah Guest House
Malang sangat mengutamakan kejujuran pada karyawan dalam
memberikan hak-hak dengan begitu karyawan juga jujur dan
amanah dalam menjalankan tugasnya. PT. Syari‟ah Guest House
Malang juga memberikan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan
oleh karyawan sesuai kemampuan hotel.
c. Keuangan
Pengelolaan keuangan PT. Syari‟ah Guest House Malang
disesuaikan dengan sistem syari‟ah Islam. Kemitraan dengan
lembaga keuangan seperti bank dan asuransi dilakukan dengan
lembaga-lembaga keuangan dan asuransi syari‟ah. Jika perusahaan
mempunyai keuntungan yang mencukupi nishab zakat, maka
berkewajiban mengeluarkan zakat.
d. Pelayanan

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


Pelayanan yang diberikan PT. Syari‟ah Guest House Malang
adalah pelayanan yang sesuai dengan kaidah Islam yang
memenuhi beberapa aspek penting yakni keramah-tamahan,
bersahabat, jujur, amanah, suka membantu, mengucapkan kata
maaf dan terima kasih serta memberikan pelayanan yang cepat dan
tepat.
C. SOP (Standar Opersional Prosedur)
Dari SOP pada PT. Syari‟ah Guest House Malang yang telah
di uraikan pada bab sebelumnya dapat diketahui perbedaan SOP
hotel syari‟ah dan hotel konvensional, hal tersebut terlihat pada
setiap pelayanan yang diberikan salah satunya yakni setiap
karyawan harus mengucapkan salam pada setiap pengunjung yang
melakukan reservasi baik secara langsung maupun melalui telepon
dan salam diberikan pada setiap tamu yang melakukan check-in
maupun check-out hotel.
e. Fasilitas
Produk maupun fasilitas di PT. Syari‟ah Guest House Malang
sudah disesuaikan dengan tuntutan syari‟ah. PT. Syari‟ah Guest
House Malang tidak menyediakan produk dan fasilitas yang tidak
sesuai syari‟ah seperti bar dengan minuman alkohol, diskotek, pusat
kebugaran dan sebagainya.
Contoh hal khusus lainnya mengenai fasilitas penyediaan
asbak. Meskipun fatwa haram tentang merokok masih kontroversial,
hotel tidak menyediakan asbak. Hal ini akan memberikan pesan kuat
bahwa merokok tidak ada tempatnya di PT. Syari‟ah Guest House
Malang. Produk dan fasilitas wajib di PT. Syari‟ah Guest House
Malang adalah musholla, musholla yang disediakan terpisah antara
laki-laki dan perempuan, lengkap dengan kamar mandi dan tempat
wudlu yang terpisah pula. Selain itu, musholla juga dilengkapi
dengan mukenah, sajadah, al-Qur‟an dan buku do‟a. Toilet di setiap
kamar yang merupakan perlengkapan standar yang memang harus
ada, PT. Syari‟ah Guest House Malang melengkapinya dengan bidet,
shower atau alat semacamnya untuk keperluan istinja’. Dengan
demikian pengguna bisa beristinja’ dengan sempurna.
f. Tamu
Tamu yang check-in khususnya pasangan lawan jenis,
dilakukan reception policy atau seleksi tamu. Seleksi tersebut
dilakukan apakah pasangan tersebut pasangan suami istri, keluarga,
atau pasangan yang bukan mahram. Cara yang paling tepat untuk

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


mengetahui apakah pasangan tersebut pasangan suami istri adalah
dengan merujuk pada surat nikah. Hal ini tidak mudah oleh karena
itu prinsip dalam islam menyatakan mengambil kemudahan dan
meninggalkan hal yang sulit tanpa dibarengi perasaan untuk
memudah-mudahkan strategi lain dilakukan dengan seleksi tamu
bisa dilakukan berdasarkan dugaan yang kuat. Kalau indikasinya
cenderung bukan suami istri, maka pasangan yang akan menginap
tersebut ditolak. Akan tetapi, jika indikasinya lebih menunjukkan
bahwa pasangan suami istri tersebut suami istri, maka
diperbolehkan check-in.
PT. Syari‟ah Guest House Malang juga mempunyai database
tamu sehingga kontrol tamu bisa berjalan secara berkelanjutan.
Dengan demikian penghasilan hotel tetap terjaga dan bersih karena
pendapatan dari pasangan yang bukan mahram tersebut dikeluarkan.
g. Pemasaran
Dalam hal meraih standar hotel syari‟ah yang nyaman dan
bersahabat, PT. Syari‟ah Guest House Malang memiliki prinsip
dalam bersyari‟ah yakni bukan hanya pada strategi marketing, tetapi
semua hal yang dilakukan pengelola hotel merupakan bagian dari
usaha menciptakan karakter hotel termasuk hal-hal yang
menyangkut simbol-simbol di semua lini usaha.
h. Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang disediakan adalah makanan dan
minuman yang memiliki jaminan halal atau tidak dilarang oleh
syari‟ah. Dalam pembuatan makanan dan minuman, baik bahan-
bahan maupun proses produksinya terjamin kehalalannya. Restoran
dibuka setiap saat begitu juga pada bulan Ramadhan bagi tamu-
tamu non muslim, tamu-tamu musafir, wanita-wanita yang
berhalangan untuk berpuasa, dan tamu-tamu yang mempunyai
udzur berdasarkan syari‟ah dengan tidak mengurangi rasa hormat
terhadap orang-orang yang berpuasa.
i. Dekorasi dan Ornamen
Dekorasi dan oranamen disesuaikan dengan nilai-nilai
keindahan dalam Islam serta tidak bertentangan dengan syari‟ah.
Ornamen seperti patung ditiadakan dan menghindari lukisan-
lukisan makhluk hidup lainnya. Meskipun demikian dekorasi di PT.
Syari‟ah Guest House Malang tidak dalam bentuk kaligrafi-kaligrafi
atau nuansa Timur Tengah.

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwasannya sistem
pelaksanaan usaha hotel syari‟ah yang dilakukan PT. Syari‟ah Guest
House Malang meliputi kebijakan, operasional, fasilitas, tamu,
pemasaran, makanan dan minuman serta dekorasi ada pada batas-
batas ketentuan syari‟ah Islam.
Sistem pelaksanaan usaha hotel berbasis syari‟ah di PT.
Syariah Guest House Malang yang sesuai dengan konsep etika bisnis
Islam tentu mendapat nilai plus atau keuntungan tersendiri bagi
hotel, baik dalam jangka waktu yang panjang maupun menengah.
Salah satu keuntungannya yakni dapat mengurangi dana yang
diakibatkan dari pencegahan kemungkinan terjadinya perpecahan,
baik dari intern hotel maupun ekstern. Disamping itu, penerapan
etika bisnis Islam ini juga untuk membangkitkan motivasi para
karyawan hotel dalam bekerja agar terus meningkat dan untuk
melindungi prinsip hotel dalam kebebasan berbisnis, serta dapat
meciptakan keunggulan dalam bersaing dengan hotel lainnya.
2) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah
diuraikan pada bab sebelumya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. PT. Syari‟ah Guest House Malang adalah salah satu contoh
hotel syari‟ah yang sudah menerapkan prinsip etika bisnis
Islam meskipun masih tergolong kecil dan baru akan tetapi
hotel tersebut bisa berkomitmen untuk menjalankan bisnis
secara syari‟ah. Dengan melandaskan diri pada konsep dasar
etika bisnis Islam yakni:konsep tauhid, konsep Adil, Konsep
Kebebasan, konsep Tanggung Jawab, dan konsep Ihsan
2. Sistem pelaksanaan usaha hotel berbasis syari‟ah di PT.
Syari‟ah Guesh House Malang sudah sesuai dengan etika
bisnis Islam. Dalam pelaksanaannya, standar hotel syari‟ah
memang lebih tinggi dibanding hotel konvensional. sudah
memperhitungan resiko yang mungkin terjadi dengan
menerapkan prinsip syari‟ah. Karena mereka yakin bahwa
bisnis yang sesuai dengan aturan Islam akan membawa
kebaikan serta mendatangkan keberkahan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sulastiyono, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, (Bandung:
Alfabeta, 2004)

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


Agus Sulastiyono, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, (Bandung:
Alfabeta, 2004),
Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009),
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2005),
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah,
(Bandung: Alfabeta CV., 2014)
David William dalam buku Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Edisi Revisi, Cet. ke-20, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2006),
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Kudus: Menara
Kudus, 2006)
Faisal Badroen, Suhendra, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006
George Chryssiders & John EH Kaler, An Introduction to Business
Ethics (London: Chapman & Hall, 1993),
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013),
Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah, 2009,
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002),
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2002,
M. Amin Abdullah dan Iwan Triyuwono, Etika Muamalah (Malang:
Program Pascasarja Al-Azdi, Sulayman ibn al-Ash-„ashi
Abu Daud al-Sajsatani, Sunan Abi Daud, Juz 3, (Libnan: Dar
al-Fikr, tt)
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet. ke-5, (Jakarta:Ghalia Indonesia,
2003)
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Menangkap Spirit Ajaran
Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus,
2012),
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008),
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN,2004),
Nidal S. Sabri dan M. Hisyam Jabir, Etika Bisnis dan Akuntansi, dalam
Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997)

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016


Oka A. Yoeti, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1997)
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam teori dan Praktek, Cet. ke-3
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),
Rianto, Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Erlangga, 2003),
Richard Sihite, Hotel Management, Cet ke-5, (Surabaya: SIC, 2000),
Sapudin, A., Adi, F., & Sutomo, Analisis Perbandingan Hotel dan
Pariwisata Syariah dengan Konvensional, (Bogor: Magister
Manajemen Syariah IPB, 2014),
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Prespektif Islam, (Jakarta:
Salemba Empat, 2011),
Sudikin Mundir. Metode Penelitian Membimbing dan Mengantar
Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian,(Surabaya: Insane
Cendekia, 2005),
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung:Alfabeta, 2008),
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, 2009,
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
Veithzal Rivia, dkk., Islamic Business and Economic Ethics, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012),
http://library.binus.ac.id/Bab2/2012-2-01231-AR%20Bab2001.pdf di
akses pada 2 Mei 2016

http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/pengantar-perhotelan-
definisi-hotel.html di akses pada 2 Mei 2016

PT. Syari‟ah Guest House Malang, (http://syariah-


guesthouse.com/#sthash.JXkQsOAx.dpuf), di akses pada 31 Maret
2016

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 2, Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai