Anda di halaman 1dari 42

I.

PENENTUAN STASIUN P ENGAMATAN

1.1. Pendahuluan
Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan air tawar yang memiliki aliran
yang searah dari hulu menuju hilir, setiap sungai dipengaruhi beberapa faktor yaitu
kecuraman sungai, kedalaman sungai, luas sungai, tinggi dan rendah serta halus atau
kasar dasar sungai serta kecepatan aliran sungai bisa berbeda beda dibeberapa titik.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari karakteristik sungai dan faktor-faktor
pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika,
kimia, dan biologi suatu perairan, Parameter yang digunakan praktikum ini yaitu
fisika ( suhu , kecepatan arus, warna, tipe substrat, kecerahan, kedalaman, ), kimia
(pengukuran pH, pengukuran DO (Dissolved Oxygen, pengukuran CO2), biologi
(kelimpahan plankton dan kepadatan benthos). Metode pengukuran suhu
menggunakan termometer, kecepatan arus menggunakan bola yang hanyut terbawa
arus dengan mengambil data jarak yang ditentukan dan waktu yang tercatat . tipe
substrat di ambil dengan menggunakan serokan pada tiap sub stasiun, kecerahan
dengan menggunakan alat secchi disc lalu di masukan kedalam perairan secara
perlahan,kedalaman menggunakan tongkat kayu atau paralon berskala . Metode
pengukuram pH menggunakan kertas indikator pH dengan cara di celupkan ke air dan
dibiarkan beberapa saat kemudian di cocokkan dengan indikator warna, pengukuran
DO menggunakan botol ukuran 30 ml untuk dimasukam di dalam perairan dengan
kemiringan 450 dan ditutup saat masih berada di dalam perairan agar tidak terjadi
gelembung udara (Muhtadi et al., 2014).
Penentuan titik pengambilan sampel menggunakan sistem stasiun. Stasiun
ditentukan dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah salah satu teknik
non random sampling dimana peneliti menentukan titik-titik sampling dengan
memerhatikan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penentuan
stasiun sampling dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang
dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan biota di suatu perairan
seperti adanya kegiatan pertanian di sekitarnya, adanya pelapisan populasi
berdasarkan kedalaman perairan (Muhtadi et al.,2014).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum penentuan stasiun pengamatan adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penentuan titik-titik pengambilan
sampel
1.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan digunakan di praktikum ini untuk mengevaluasi distribusi,
variasi dan kepadatan komunitas bentik.
Tabel 1. Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

No Alat Kegunaan
1. Transek kuadrat 1m2 Untuk mengevaluasi distribusi,
variasi dan kepadatan komunitas
bentik.

1.4. Stasiun pengamatan di sungai

Gambar 1. Penentuan stasiun disungai

Mengapa kami mendapatkan aliran sungai di hilir karena kami di bagi menjadi
tiga kelompok yang dimana setiap kelompok memiliki stasiun yang berbeda. Kami
mendaptkan stasiun pengamatan di hilir karena perairan sungai Batu Mapan bagian
hilir terdapat banyak sekali pepohonan, kami mendapatan sungai yang tidak luas
melainkan mendapati sungai yang kecil yang dimana biota yang hidup di sungai
tersebut sangat banyak. Tidak hanya itu kualitas air yang kami amatin juga masuk
dalam pengamatan dan pengukuran kami, maka dari itu kami mengamatin perairan
sungai bagian hulu dan tidak lupa kami juga melakukan pangujian sampel air dan
pengukuran pada biota sungai seperti ikan, udang dan mengidentifikasi plankton yang
ada pada perairan sungai Batu Mapan.
Air merupakan komponen yang penting bagi manusia dan makhluk lainnya.
Bukan hanya air saja yang menjadi penting bagi kehidupan manusia namun juga
organisme-organisme yang hidup didalamnya. Organisme yang hidup di air biasanya
memiliki sebuah peranan penting bagi manusia, entah itu positif maupun negatif.
Meskipun begitu, organisme-organisme tersebut harus tetap dijaga dan dipertahankan
guna menjaga keseimbangan ekosistem. Keseimbangan tersebut dapat dijaga dengan
tidak mencemari perairan-perairan misalnya saja sungai. Dengan menjaga
keseimbangan ekosistem sungai diharapkan biodeversitas organisme-organisme dapat
berkembang dengan baik dan dapat mendukung kehidupan manusia.
Pada ekosistem ini kecepatan arus merupakan faktor pembatas terpenting
(Probosunu,2011). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai kelompok biota organisme
perairan yaitu : neuston, plankton (fitoplankton,zooplankton), nekton, bentos,
perifiton (Probosunu,2011).
Ekosistem sungai berarti interaksi yang tak terpisahkan antara organisme-
organisme yang hidup di dalamnya. Aliran air dan gelombang secara teratur
memberikan oksigen pada air. Ketinggian daratan memberikan perbedaan suhu pada
air (Krisanti, 2004). Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan
organisme (plankton) untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya
terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar. Jadi tetap
terjadi rantai makanan. Organisme yang dapat bertahan hidup tidak terbawa arus
karena mengalami adaptasi revolusioner, misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan
dapat melekat pada batu (Setyobudiandi, 1997).
Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang
menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di hulu dan kemudian mengalir ke
hilir. Menurut Semartowo (1980) pada habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan
terjadi akan nampak pada bagian atas dari aliran air karena adanya kemiringan,
volume air atau komposisi kimia yang berubah. Sungai yang merupakan ekosistem
lotik termasuk ekosistem terbuka yang mendapat masukan unsur hara dari kikisan
tanah sejak dari bagian huluhingga hilir sungai.
Adapun penentuan stasiun pengamatan di sungai:
a. Pengamatan kondisi perairan sungai mulai dari hulu hingga hilir sungai dengan
memperhatikan kondisi perairan.
b. Kegiatan pengamatan sungai juga perlu diamatin karena apabila kondisi tersebut
dianggap dapat menimbulkan pengaruh terhadap parameter kualitas air, aspek
pengamatan ini juga bisa sebagai dasar pembagian populasi ke beberapa stasiun.
c. Pengamatan dibagi menjadi beberapa stasiun, dengan masing-masing stasiun terdiri
dari beberapa sub stasiun yang di anggap homogen dengan menggunakan transek
kuadrat ukuran 1𝑚2 .

1.5. Stasiun Pengamatan di Waduk

Gambar 2. Penentuan stasiun di waduk


Kami melakukan pengamatan pada kualitas perairan embung binalatung yang
dimana kami mendapatkan pembagian tempat penelitian di hulu, karena hulu adalah
tempat pintu masuknya air embung binalatung. Pengamatan kami bukan hanya
meneliti kualitas pada air embung binalatung saja, tetapi juga mengukur parameter
fisika, kimia, dan biologi. Dari pengamatan yang kami lakukan kami menyimpulkan
bawah Embung Binalatung tersebut tidak dapat digunakan untuk budidaya atau pun
wisata perairan karena embung tersebut mengandung CO₂.
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi
kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan
DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Peningkatan kesuburan yang terus-menerus pada perairan dikhawatirkan akan
mengakibatkan terjadinya dampak yang tidak diinginkan bagi keberlanjutan fungsi
waduk,pendangkalan,penurunan kualitas perairan, dan ancaman terhadap
keberlangsungan hidup biota yang mendiami perairan waduk, oligotrofik hingga
eutrofik ini juga terjadi pada outlet waduk karena penelitian ini berfokus pada daerah
outlet perairan waduk saja (Rahman,2010).
Adapun penentuan stasiun pengamatan di waduk:
a. Pengamatan kondisi perairan waduk dengan memperhatikan kedalaman, bagian
inlet dan outlet,daerah tutupan (kanopi), tanda-tanda visual.
b. Kegiatan pengamatan waduk juga perlu diamati karena apabila kondisi waduk
tersebut dianggap dapat menimbulkan pengaruh terhadap parameter kualitas air,
aspek kondisi tersebut bisa di jadikan dasar untuk membagi populasi ke beberapa
stasiun.
c. Pengamatan dibagi beberapa stasiun, dengan masing-masing stasiun terdiri dari
beberapa sub stasiun yang dianggap homogenn dengan menggunakan transek
kuadrat ukuran 1𝑚2 .
II. TEKNIK SAMPLING

2.1. Pendahuluan
Sampling bukanlah suatu pengembangan modern tetapi pendahuluan metode
statistik dan kontrol kualitas dalam berbagai industri berperan banyak terhadap
kedudukan sekarang ini. Penarikan sample membutuhkan pengalaman. Dalam teknik
sampling terdapat istilah-istilah yang perlu dimengerti secara jelas, misalkan sampel
adalah bagian terpilih dari materi yang memiliki sifat-sifat yang pada dasarnya sama
dengan keseluruhan materi (Khopkar, 2003).
Pada teknik sampling yang di lakukan di suatu perairan perlu di lakukan
pengambilan sampel terlebih dahulu, pengambilan sampel ini di lakukan untuk diteliti
karakter suatu perairan. Teknik sampling merupakan langkah pemeriksaan yang
praktis dan efisien dalam upaya pendugaan karakter suatu populasi. Keakuratan dari
pendugaan ini perlu dijamin sehingga sampel yang diambil dapat merepresentasikan
populasi secara tepat. Adapun langkah-langkah dalam teknik sampling yaitu
penentuan tujuan sampling, penanganan specimen, pengukuran, analisis data dan
interpretasi data (Kusmana et al.,2015).
Ada beberapa macam cara untuk waktu pengamatan secara acak ini, yang
pertama dengan membagi satu hari kerja dalam satuan-satuan waktu yang besarnya
ditentukan oleh peneliti untuk selanjutnya dikalikan dengan angka random yang akan
menunjukan waktu pengamatan, selain itu dapat juga angka random disesuaikan
dengan jam kerja secara langsung (Wignjosoebroto,2003).
2.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum teknik sampling ini adalah untuk memberi pengetahuan
dan keterampilan tentang teknik sampling pada air, plankton, benthos dan nekton di
ekosistem perairan sungai dan waduk.
2.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengukuran parameter fisika,kimia,dan biologi pada suatu perairan.
2.3.1. Alat yang digunakan
Tabel 2. Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
No Nama Alat Kegunaan
1. Plankton net Untuk menyaring sampel air untuk
mendapatkan plankton
2. Ember 10 L Untuk mengambil sampel air
3. Botol film 30ml Untuk menyimpan plankton
4. Mikroskop Untuk meneliti jenis plankton
5. Gelas objek Untuk menepatkan objek yang akan di
lihat
6. Gelas penutup Untuk sebagai penutup objek
7. Pipet tetes Untuk mengambil sampel air dengan
skala kecil
8. Jaring/pungkat 1,5-2 meter Untuk menangkap benthos
9. Serokan Untuk mengambil substrat
10. Buku identifikasi Untuk mengidentifikasi jenis plankton

2.3.2. Bahan yang digunakan


Tabel 3. Bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
No Nama bahan Kegunaan
1. Formalin Untuk mengawetkan benthos/plankton
2. Plastic bening Untuk menyimpan substrat

2.4. Sampling air


Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi
kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan
DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung,Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara,
yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu,
O2 terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas biologi (plankton dan
benthos) (Sihotang, 2006).
Titik pengambilan sampel air pada praktikum ini ditetapkan pada Effendi
(2003), dengan kententuan sebagai berikut :
a. Pada suangai dengan debit kurang 5𝑚3 /detik, sampel air diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,5 x kedalaman sungai.
b. Pada sungai dengan debit antara 5-15𝑚3 /detik, sampel air diambil pada dua titik,
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai 0,5 x kedalaman sungai.
c. Pada sungai dengan debit lebih dari 150𝑚3 /detik, sampel air diambil minimum
pada 6 titik, masing-masing pada jaraj ¼, ½, dan ¾ lebar sungai, pada 0,2 x
kedalaman sungai 0,8 x kedalaman sungai.
d. Pada waduk dengan kedalaman kurang dari 10 m, sampel air diambil pada tiga
titik, yaitu dipermukaan dan di dasar waduk.
e. Pada waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, sampel diambil pada tiga titik,
yaitu dipermukaan, lapisan termoklin dan di dasar waduk.
f. Pada waduk dengan kedalaman 30-100 m, sampel diambil pada 4 ttitk yaitu
permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan hipolimmion dan dasar waduk.

2.5. Sampling Plankton


Keragaman spesies plankton di dalam ekosistem perairan sering digunakan
sebagai tolak ukur untuk mengetahui produktivitas primer perairan dan kondisi
ekosistem perairan tersebut. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi. Plankton menjadi salah satu bioindikator untuk mengetahui
produktivitas ekosistem perairan karena memiliki peran sebagai produsen.
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya
energi dari senyawa-senyawa anorganik. Sedangkan ekosistem dengan keragaman
rendah adalah tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar
dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi. Kondisi suatu
ekosistem tidak stabil dan rentan yang terjadi dapat mempengaruhi produktivitas
primer perairan tersebut sehingga berdampak pada jaring makanan ekosistem.
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
menyerupai tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu
berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang
mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani (Gusrina, 2008).
Plankton sebagai bioindikator kualitas suatu perairan terutama perairan
menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang
mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton
sendiri dipengaruhi terutama perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi populasi plankton adalah ketersediaan nutrisi di suatu
perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu
perairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fioplankton dan proses ini
akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas perairan
Plankton merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut
oleh gerakan massa air. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga merupakan
organisme pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga dapat melawan gerakan
massa air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan bentos yang terdiri dari
organisme yang hidup di dasar perairan (Stewart, 1986).
Sampling plankton dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net. Adapun
langkah-langkah sampling plankton pada praktikum ini sebagai berikut :
a. Sebanyak 10 liter air diambil pada setiap sub stasiun untuk dituangkan kedalam
plankton net. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali pada titik yang sama.
b. Hasil penyaringan kemudian dimasukkan ke dalam botol film 30 ml dan di
awetkan dengan formalin 4%.
c. Pengamatan dan analisa dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 40-400 kali.
d. Sampel air di teteskan pada gelas objek menggunakan pipet tets kemudian di tutup
dengan gelas penutup.
e. Pengamatan dilakukan sebnyak 3 kali pengulanggan. Hasil pengamtan di gambar
dan di indentifikasi.

2.5. Sampling benthos


Bentos adalah hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada pada
dasar perairan baik bersifat sesil maupun motil yang dapat merayap atau menggali
lubang. Bentos juga merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat
dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Hal ini disebabkan
adanya respon yang berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang masuk dalam
perairan sungai dan bersifat immobile.
Struktur komunitas bentos juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik dan
abiotik yaitu keadaan substrat, unsur kimia dalam air, suhu, interaksi jenis serta pola
siklus hidup masing-masing jenis dalam komunitas. Ekosistem adalah kumpulan dari
komunitas beserta faktor biotik (tumbuhan, hewan dan manusia) dan abiotik (suhu,
iklim, senyawa-senyawa organic dan anorganik). Salah satu ekosistem perairan tawar
adalah kolam dan danau. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan
habitatnya yang sering digenangi air taw ar yang kaya akan mineral dengan pH
sekitar 6, kondisi permukaan air tidak selalu tetap, ada kalanya naik turun, bahkan
suatu ketika dapat pula mongering.
Bentos adalah semua organisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar
suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas).
Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos
yang hidupnya di atas substrat dasar perairan dan infauna,yaitu bentos yang hidupnya
tertanam di dalam substrat dasar perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat
dibagi menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya bersifat
bentos dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-
fase tertentu dari siklus hidupnya (Barus, 2004).
Sebagai organisme dasar perairan, bentos memiliki habitat yang relatif tetap.
Dengan sifat yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat
hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kemelimpahannya. Komposisi
maupun kemelimpahan makroinvertebrata tergantung kepada kepekaan/ toleransinya
terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap
perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas.
Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi dan kemelimpahan
makroinvertebrata air relatif tetap ( Effendi, 2003).
Sampling benthos dapat menggunakan beberapa jenis alat disesuaikan dengan
kondisi perairan. Adapun sampling benthos pada praktikum ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai beriku :
a. Substrat dasar perairan deiserok menggunakan serokan pada setiap sub stasiun,
pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.
b. Substart yang terambil di pisahkan dengan benthos.
c. Benthos yang diperoleh kemudian diawetkan dengan formalin 4% untuk
diamatisan di indentifikasi.
2.7. Samping Nekton
Nekton merupakan organisme yang dapat berenang dan bergerak aktif,
misalnya ikan dan udang, termasuk amfibi dan serangga air besar. Walaupun udang
dan kepiting hidupnya umumya di dasar perairan, akan tetapi karena memiliki
kemampuan melawan arus dan berenang bebas sehingga dapat dikategorikan sebagai
nekton(Welch, et al. 1954).
Berbeda dengan plankton, nekton terdiri dari organisme yang mempunyai
kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang
kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angina, mereka dapat bergerak dalam air
menurut kemauannya sendiri bersama dengan plankton sering dikelompokkan dalam
sistem pelagis. Kondisi dan karakteristik habitat perairan termasuk kualitas air sangat
berpengaruhi terhadap pola persebaran, keanekaragaman, kelimpahan ikan, udang
dan kepiting (Simanjuntak et al. 2012).
Menyatakan bahwa kecepatan arus, ketersediaan habitat, dan suhu mepengaruhi
struktur fungsional komunitas ikan, sementara struktur substrat dan lebar sungai
memengaruhi struktur taksonomi ikan (Gordon et al. 2004).
Adapun sampling nekton pada praktikum ini dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Nekton ditangkap dengan jaring/pukat pada setiap sub stasiun dengan pengulangan
sebanyak 3 kali
b. Hasil tangkapan kemudian diawetkan dengan formalin 5% untuk nekton berukuran
kecil dan 10% untuk nekton berukuran besar.
c. Sampel nekton kemudian diamati dan di indentifikasi di laboratorium.
III. PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS PERAIRAN SUNGAI

1.1. Pendahuluan
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi
kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005)
Sungai merupakan perairan terbuka yang mempunya banyak fungsi sebagai
sumber air minum, irigasi, budidaya perikanan dan pariwisata. Namun, air sugai
sangat mudah untuk tercemar akibat berbagai kegiatan manusia di sekitarnya
sehingga mengganggu ekosistem perairan sungai. Pemanfaatan sungai sebagai tempat
Mandi Cuci Kakus ( MCK ). Kegiatan pertanian dan rumah tangga serta limbah
industri menjadi faktor utama penyebab pencemaran dan penurunan kualitas perairan
sungai ( Zammroni et al ,2017 ).
Sungai merupakan ekosistem lotik yang memiliki peran secara biologis,
ekologis maupun ekonomis sangat penting bagi manusia. Air sungai digunakan
sebagai bahan baku air minum, mencuci, irigasi, perikanan, peternakan, pembangkit
listrik dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Masyarakat memanfaatkan keberadaan
sungai sebagai alat transportasi, olah raga, mencari ikan dan berburu biota
(Welcomme, 2001)
Menyatakan bahwa kecepatan arus, ketersediaan habitat, dan suhu
memengaruhi struktur fungsional komunitas ikan, sementara struktur substrat dan
lebar sungai memengaruhi struktur taksonomi ikan (Gordon et al. 2004).
Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan darat yang aliran airnya satu
arah dan akan mengalir dari dataran tinggi menuju ke dataran rendah dan akan
menuju suatu muara sungai. Sungai dapat berperan sebagai sumber air untuk irigasi,
habitat organisme perairan, kegiatan perikanan, perumahan, dan sebagai daerah
tangkapan air. Peran sungai yang beragam seiring dengan berkembangnya aktivitas
manusia di sekitar sungai akan berdampak pada penurunan kualitas air(Agustiningsih
et al. 2012).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang,
2006).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran kualitas air di sungai adalah memberikan
keterampilan tentang pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi pada ekosistem
perairan sungai sehingga dapat menjelaskan kualitas perairan tersebut berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan.
1.3. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengukuran parameter fisika,kimia,dan biologi pada suatu perairan.
3.3.1. Alat
Tabel 4.Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

No Nama alat Kegunaan


1. Thermometer Untuk mengukur suhu perairan
2. Tongkat kayu Untuk mengukur pasang surut
3. pH meter Untuk mengukur kadar pH
4. Erlenmeyer 100 ml Untuk titrasi untuk menampung larutan
yang akan dititrasi
5. Spuit 2 ml Untuk menyuntik/mengambil cairan dengan
skala kecil
6. Buret Untuk meneteskan sejumlah cairan
7. Statif dan klem Untuk menjepit
8. Botol film uk.30 ml Tempat untuk menyimpan plankton
9. Botol semprot Untuk menyimpa Nn plankton
10. Alat tulis Untuk mencatat data
11. Clipboard dan lembar kerja Untuk mencatat hasil
12. Secchi disc Untuk mengukur kecerahan
13. Saringan bertingkat Untuk menyaring sampel
14. Bola pingpong Untuk mengukur kecepatan arus
15. Meteran Untuk mengukur panjang
16. Masker dan sarung tangan Untuk melindungi kulit dari cairan bahaya

3.3.2. Bahan
Tabel 5.Bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
No Nama bahan Kegunaan
1. Aquadest Sebagai bahan uji
2. MnSO4 Sebagai bahan uji
3. NaOH+KI Sebagai bahan uji
4. H2SO4 Sebagai bahan uji
5. Amilum Sebagai bahan uji
6. Na2S2O3 0,025 N Sebagai bahan uji
7. Indikator PP Sebagai bahan uji
8. Na2CO3 0,0454 N Sebagai bahan uji
9. Kertas label Untuk menandai sampel

3.4. Pengukuran Parameter Fisika


Dalam pengukuran parameter fisika, pengamatan ekosistem perairan lontik ini
lebih terkonsentrasi pada suhu,kecerahan,kedalaman,dan kecepatan arus. Pada
parameter suhu digunakan alat ukur termometer. Sementara untuk kecerahan air
digunakan secchi disk. Kecepatan arus dapat diketahui dengan cara sederhana, yaitu
meletakan styrofoom pada arus air dan mengukur pergerakan styrofoom tersebut
hingga jarak yang ditentukan. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme
organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat
(Nybakken, 1988).
3.4.1. Hasil
Tabel 6. Hasil pengukuran fisika yang didapat dari perairan air sungai Batu
Mapan dapat dilihat pada tabel berikut :
No Parameter Satuan Kisaran
1. Warna - Bening atau jernih
2. Tipe Substrat - Pasir kasar dan kerikil
3. Kecerahan Cm Cerah 10 cm, sedang 12
cm, gelap 15 cm.
4. Kedalaman Cm Kedalaman 35 cm.
5. Suhu ºC Suhu 31º
6. Kecepatan Arus M 35,55m/detdengan jarak
4m

3.4.2. Pembahasan
a. Warna Perairan
Warna perairan sungai Batu Mapan berdasarkan hasil pengamatan
menyatakan bawah perairan sungai Batu Mapan berwarna kuning ke oren-orenan.
Dengan material dasar perairan sungai berupa pasir dan sekitaran perairan sungai
hanya ada pepohonan dengan di tambah aliran air sungai melewati bebatuan seperti
air terjun kecil.
Dalam parameter fisika, pengamatan ekosistem perairan lotik ini lebih
terkonsentrasi pada suhu, kecerahan, kedalaman, dan kecepatan arus. Pada parameter
suhu digunakan alat ukur termometer. Sementara untuk kecerahan air digunakan
secchi disk. Secchi disk adalah alat berupa piringan yang mempunyai warna hitam
dan putih dengan tujuan agar mempermudah proses pengamatan di dalam air. Secchi
disk dimodifikasi dengan meletakkan tongkat/tali berskala di bagian tengahnya.
Kecepatan arus dapat diketahui dengan cara sederhana, yaitu meletakakan styrofoom
pada arus air dan mengukur pergerakan styrofoom tersebut hingga jarak yang
ditentukan. Sedangkan kedalaman dapat dihitung dengan penggunaan tongkat/kayu
berskala. Suhu merupakan parameter fisika yang sangat mempengaruhi pola
kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan
mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan,
sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Nybakken, 1988).
Penurunan kualitas air tidak hanya diakibatkan oleh limbah industri,tetapi juga
diakibatkan oleh limbah rumah tangga baik limbah cair maupun limbah padat
(Limbong, et al,2008).
b. Pengamatan Tipe Substrat Dasar Perairan
Substrat asar perairan sungai pada saat pengamatan substrat dasar tiap stasiun
pengamatan selama sampling tidak mengalami perubahan komposisi dan ketebalan.
Material dari hilir yang terbawa aliran air sungai relatif sedikit sehingga penambahan
ketebalann substrat tidak nyata. Ukuran butiran substrat dasar ke arah hilir semakin
mengecil . Substrat dasar pada stasiun pengamatan di dominasi oleh pasir kasar dan
kerikil.
Sampel substrat dasar yang didapat kemudian di lakukan pengujian tekstur
tanah dengan menggunakan metode pengayakan dan pemipetan berdasarkan
(Buchanan et al, 1971).
Adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian
maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu
perairan. Perairan merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen
fisika, kimia dan biologi dalam suatu mediaair pada wilayah tertentu. Ketiga
komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu
komponen maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang lainnya
(Basmi,2000).
Memisahkan tekstur menjadi tiga fraksi yaitu Sand, Silt, dan Clay.Metode
analisa pipet menggunakan pipet dalam pengindentifikasian besar butir dan
penggunaan metode ini biasanya untuk sampel butir sedimen yanglebih halus
ukurannya.Metode ayakan cocok digunakan untuk butiran-butiran yang lebih kasar.
Metode ayakan dapat dibantu dengan menggunakan alat pengayakan seperti shiver
shaker.Pengujian kandungan bahan organik dalam sedimen dengan menggunakan
metode gravimetric berdasarkan (Buchanan et al, 1971).

c. Kecerahan Perairan
Kecerahan perairan yang di peroleh dari daerah Batu Mapan sebesar 10 cm,
kecerahan sedang sebesar 12 cm dan ke gelapan 15 cm. Kecerahan pada perairan
sungai ini dinyatakan kurang sesuai untuk kegiatan wisata air, karena berkaitan
dengan kebersihan pada sungai tersebut. Semakin cerah perairan, semakin baik untuk
kenyamanan wisatawan saat melakukan rekreasi (Putra, 2013).
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya
sinar matahari di dalam air dapat dilakukan dengan menggunakan
lempengan/kepingan Secchi Disk. Alat-alat yang akan digunakan, seperti secchi disk
dan meteran. Lalu tentukan lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi didapatkan,
turunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam
pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau
penggaris panjang.Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat
tersebut adalah satuan meter (Gusrina, 2008).
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur.
Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan
menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
Kecerahan perairan merupakan kebalikan dari kekeruhan. Kecerahan air
memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya ke dalam air
laut.Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan
aktifitas fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting bagi prosesfotosintesis dan
produksi primer dalam suatu perairan (Kamlasi 2008).
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih
banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel
halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan
oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan (Effendi 2003).
d. Kedalaman Perairan
Kedalaman air sungai secara keseluruhan relatif dangkal dengan rerata 35 cm
atau setinggi lutut orang dewasa. Kedalaman air sungai antara stasiun pengamatan
bervariasi dan tidak ada kecendrungan peningkatan kedalaman, meskipun lebar
sungai mengalami peningkatan. Material pasir yang terbawa aliran sungai tersebar
merata sepanjang aliran sungai.
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai,
pelabuhan dan kontraksi pelabuhan, ealuasi, penyimpangan pasang surut, pergerakan
pemeliharaan, rute na:igasi. Pengetahuan ini diperoleh dengan cara mengukur
kedalaman laut dengan teknik yang sangat sederhana yakni dengan mengulurkan tali
atau kabel yang diberi bandul pemberat ke dalam laut hingga menyentuh dasar
wiresounder. Tentu dengan teknik ini banyak kekurangan dan kelemahannya. Dengan
cara ini pengukuran kedalaman laut memerlukan waktu lama,teknik ini baik
digunakan untuk mengukur dasar laut dengan lereng-lereng yang curam. Pengukuran
kedalaman laut yang lebih cepat dapat menggunakan alat-alat pemancar gema suara
echosounder. Dengan teknik ini pengukuran dapat dilakukan dengan cepat, karena
kecepatan merambat suara pada air rata-rata 1.600 meter per detik.Jarak waktu yang
diperlukan untuk perambatan bolak-balik dapat diterjemahkan menjadi kedalaman
laut ditempat itu. Dengan prinsif teknologi inilah pengetahuan tentang topografi dasar
laut (petabatimetri) semakin disempurnakan(Waldopo,2005).
Kedalaman akan mempengaruhi kelimpahan makro zoobenthoss, dan juga
mempengaruhi penyebaran suhu pada perairan. Pengukuran kedalaman perairan
berada pada zona pesisir (littoral zone) atau yang disebut wilayah antara batas air
pasang naik dengan garis pasang surut. Wilayah ini tergenang pada saat pasang
sedangkan pada surut tidak tergenang air Kecerahan perairan adalah suatu kondisi
yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman
tertentu (Sembiring, 2008).
e. Suhu Perairan
Suhu perairan sungai Batu Mapan dalam kisaran 31ºc. Suhu perairan pada
daerah Batu Mapan tidak sesuai dilakukannya kegiatan wisata air. Suhu air sungai
cenderung meningkat kearah hilir sungai yang disebabkan naungan semakin sedikit,
ketinggian lokasi semakin rendah dan lebar sungai semakin meningkat serta
kecepatan aliran semakin menurun. Akibatnya intensitas penerimaan panas matahari
semakin banyak, sehingga suhunya semakin tinggi. Suhu mempunyai peran penting
dalam menentukan pertumbuhan ikan, kisaran yang baik untuk menunjang
pertumbuhan optimal adalah 28-32ºc (Tatangindatu et al, 2013).
Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan jumlah bahan yang
terkandung dalam suatu benda.Suhu merupakan salah satu parameter fisik laut yang
penting.Hal ini disebabkan suhu secara langsung mempengaruhi proses fisiologi dan
siklus reproduksi hewan. Suhu juga mempengaruhi secara tidak langsung daya larut
oksigen yang digunakan dalam proses respirasi organisme laut (Karif 2011).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih
banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya
matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya
tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik
beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan
dangkal (Hutabarat et al, 1986).
Suhu air terutama dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari.Selain itu, suhu
air laut juga di pengaruhi oleh curah hujan, penguapan, suhu udara, kecepatan angin,
kelembaban udara dan keadaan awan. Suhu permukaan laut penting diketahui karena
merupakan indikator penting dalam pemantauan kondisi Oseanografis dan pengaruh
pemanasan global.Pengetahuan tentang variabilitas suhu permukaan laut, dapat
digunakan untuk mengetahui lokasi front, upwelling, potensi distribusi ikan, dan
perubahan suhu yang terjadi pada lautan (Karif, 2011).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat et al, 1986).
f. Kecepatan Arus
Kecepatan arus di tiap stasiun sampling berkisar antara 35,55 m/det dengan
jarak 4 m dan ke arah hilir cenderung semakin lambat. Perbedaan kecepatan pada
masing-masing stasiun dipengaruhi oleh tipe dasar, lebar sungai dan adanya
hambatan aliran. Dasar sungai yang curam memiliki kecepatan air yang lebih tinggi
dari pada yang landai. stasiun 1 memiliki lebar sungai paling sempit dan landai,
sehingga kecepatan arusnya paling tinggi.
Arus air sungai adalah suatu pergerakan massa air yang terjadi secara vertikal
dan horisontal, sehingga menuju keseimbangan pergerakan air yang sangat luas
terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa
air yang dikarenakan perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang.
Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan
tekanan air, perbedaan densitas air, gaya coriolis atau arus ekman, topografi dasar laut
dan arus permukaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sirkulasi dan
arus laut, antara lain angin, pasang surut air sungai, perbedaan kadar garam
(salinitas), perbedaan suhu dan kepekatan air laut (Rambe, 1985).
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai.
Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai
dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai
(Suliati et al, 2006).
Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman dari sungai itu sendiri yang
disebabkan oleh tinggi rendah dan halus kasar dasar sungai, kedalaman serta luas
badan air. Kecepatan arus air juga merupakan salah satu parameter fisika yang mana
dengan mengetahui kecepatan arus air, kita akan dapat mengetahui jenis organisme
yang hidup pada ekosistem sungai tersebut. Pada ekosistem lentik arus dipengaruhi
oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin
kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya
kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk
membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air
sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air
dan kondisi substrat yang ada (Barus 2004).
3.5. Pengukuran Parameter Kimia
Dalam pengukuran parameter kimia perairan ini yang menggunakan adalah pH,
DO dan CO2. Sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas
meperlihatkan penigkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
3.5.1. Hasil
Tabel 7. Hasil pengukuran kimia yang didapat dari perairan air sungai Batu
Mapan dapat dilihat pada tabel berikut :
No Parameter Satuan Kisaran
1. pH Perairan ppt 5 ppt
2. DO (Dissolved Oxygen) Mg/L 6,25 mg/L
3. CO₂ - Tidak Menggandung CO₂

3.5.2. Pembahasan
a. pH
pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup pada suatu
perairan. Hasil pengukuran pH diketahui bahwa kisaran pH pada sungai Batu Mapan
yaitu 5 ppt. Nilai pH ini merupakan kisaran yang mampu mendukung kehidupan
plankton dan benthos. Bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai kisaran ph sekitar 7–8,5 (Effendi, 2003).
Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter paling penting dalam
pemantauan kualitas air. Dengan mengetahui jumlah kadar pH disuatu perairan kita
dapat mengetahui tingkat produktivitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu
perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat proses fotosintesis tumbuhan air.
Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup suatu
organisme perairan (Wlech, 1952).
Jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan suatu tolak ukur
keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan begitupun
sebaliknya. Larutan yang bersifat basa banyak mengandung ion OH- dan sendikit
mengandung ion H+. Keasaman dan kebasaan dihitung dalam skala logaritma antara
1 sampai 14 satuan. Satuan inilah yang disebut dengan pH (Nybakken, 1988).
Manfaat pengetahuan tentang pH adalah kita dapat menyatakan suatu perairan
itu layak sebagai tempat hidup ikan atau sebaliknya. Karena pH pada perairan yang
berlebih maka ikan akan mudah terserang panyakit dan mati (Nontji, 1993).
Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran
kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan
pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologisnya, suatu perairan dapat berubah
pH dari unit penanganan limbahnya. Tetapi umumnya batas toleransi ikan adalah
berkisar pada pH 6,5 – 8,5 (Mahida, 1984).

b. DO (Dissolved Oxygen)
Berdasarkan hasil pengukuran DO diketahui bawah nilai DO di Sungai Batu
Mapan yaitu berkisar 6,25 mg/L Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah
dan jenis plankton. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air lain yang membutuhkan oksigen akan mati.
Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan
proses korosi yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang
melapisi permukaan logam (Supriharjono et al,1987).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin, 2000).
Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut,karena proses fotosintesis semakin berkurangdan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantungpada jenis,
stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif
lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah.
Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dar iudara bebas, memiliki
daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo,
1978).
c. CO₂
Berdasarkan hasil pengukuran CO₂ diketahu bawah perairan sungai Batu
Mapan tidak mengandung CO₂ bebas, di karenakan perairan tersebut sebagian besar
biota hidup di sungai tersebut seperti udang, ikan dan plankton. Sumber karbon utama
di perairan pesisir berasal dari atmosfer, selain itu juga dapat berasal dari perubahan
sedimen secara terus-menerus dan kandungan nutrisi berupa transpor sumber energi
dan materi karbonat ke perairan pesisir baik melalui aliran sungai maupun interaksi
dengan laut lepas (Milliman et al, 1992).
Dalam banyak sistem, perairan estuari adalah heterotrofik karena besarnya
pasokan partikel organic karbon (POC) yang berasal dari daratan. Dalam sistem
ini,air selalu sangat jenuh terhadap CO₂ di mana tekanan parsial CO₂ (pCO₂) sering
lebih tinggi dari 1500 μatm dan bahkan melebihi 4000 μatm di sungai tercemar (Chen
et al,2006).
Beberapa penelitian lain juga mencatat adanya perairan pesisir di daerah tropis
yang berperan sebagai sink CO₂ dari atmosfir, bahwa muara Sungai adalah sink CO₂
dari atmosfir. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekosistem perairan pesisir berperan
penting dalam menentukan apakah perairan laut berperan sebagai source atau sink
CO₂. Untuk menentukan peran perairan sebagai sourceatau sinkdapat diamati melalui
tekanan parsial CO₂ antara perairan dan atmosfer.
Tekanan parsial CO₂ di perairan dapat diperoleh melalui pengukuran system
CO₂. Parameter yang diperlukan dalam pengukuran sistem CO₂ adalahkonsentrasi
carbon an organic total (DIC), pH dan alkalinitas. Data DIC diperlukan dalam
perhitungan pCO₂ (tekanan parsial) dan selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan fluks karbon. Tujuandari penelitian ini adalah mengkaji distribusi
spasialkarbon anorganik terlarutdi Perairan Jepara dan hubungannya dengan faktor-
faktor fisika-kimia perairan yang meliputi suhu, pH, alkalinitas, salinitas dan DO.
(Cai et al. 2006).
3.6.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Hasil pengukuran biologi yang didapat dari perairan air sungai Batu Mapan
dapat dilihat pada tabel berikut :
No Nama Latin Gambar
1. Plankton (Oilhona davisae Fer).

2. Ikan Nila (Oreochromis


niloticus)
3. Udang (Pasiphaeidae)

3.6.2. Pembahasan
a. Kelimpahan Plankton
Pada saat kami melakukan identifikasi sampel air perairan sungai batu
mapan, kami telah mengidentifikasi sampel perairan tersebut menggunakan
mikroskop untuk mengetahui jenis plankton, tetapi saat melakukan identifikasi
plankton kami tidak dapat menemukan plankton dari perairan sungai batu mapan.
Maka dari itu untuk hasil kelimpahan plankton di perairan sungai batu mapan
tidak dapat ditemukan.
Untuk perairan sungai dan pantai, diatom yang terpenting adalah dari
Chaetoceros sp, Coscinodiscus sp dan Rhizosolenia sp. Sedangkan dinoflagellata
yang utama antara lain Ceratium sp,Dhynophysis sp dan Noctiluca sp (Rimper
2001).
Jenis plankton yang ditemukan pada setiap stasiun menunjukkan bahwa
hampir semua daur hidupnya adalah holoplankton, plankton dari jenis diatom
adalah yang banyakditemukan (Lunde et al, 2012).
Keberadaan plankton pada suatu perairan, dipengaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh di antaranya adalah produsen, yang
merupakan sumber makanan bagi plankton dan adanya interaksi spesies serta
pola siklus hidup pada setiap spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik
ialah fisika kimia air yang di antaranya suhu, kecepatan arus, kecerahan, pH,
Dissolved Oxygen (DO), karbondioksida (CO2), dan Biological Oxygen Demand
(BOD) (Hakim, 2011).
Fitoplankton laut merupakan organisme mikroskopis di laut yang bersifat
autotrof atau mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik melalui
proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Fitoplankton memiliki peran
sebagai produser primer padasemua ekosistem laut di dunia. Diperkirakan 95%
produksi primer di laut berasal dari fitoplankton (Nielsen et al, 1975).
Bahwa fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya tertangkap oleh
jaring plankton terdiri dari dua kelas yaitu Diatom dan Dinoflagellata. Diatom
paling sering ditemukan di perairan Indonesia, baru kemudian Dinoflagellata
(Wulandari, 2009).
Keberadaan plankton pada suatu perairan, dipengaruhi oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh di antaranya adalah produsen, yang
merupakan sumber makanan bagi plankton dan adanya interaksi spesies serta
pola siklus hidup pada setiap spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik
ialah fisika kimia air yang di antaranya suhu, kecepatan arus, kecerahan, pH,
Dissolved Oxygen (DO), karbondioksida (CO2), dan Biological Oxygen Demand
(BOD) (Hakim, 2011).
b. Kepadatan Benthos
Hasil dari penelitian menunjukkan bawah benthos yang ditemukan di
perairan sungai Batu Mapan yaitu ikan Gabus (Rasbora brigittae, male below),
dengan panjang total 6,5 cm, panjang kepala 2,2 cm, sirip punggung kasar 18,
sirip punggung halus 12, sirip ekor 16, panjang badan 2,8 cm, panjang ekor 1,9
cm, tinggi badan 2,4 cm, sirip dubur 10, tinggi ekor 0,8, tinggi sirip punggung
0,9 cm, tinggi sirip dada 1 cm, tinggi kepala 1,8 cm, lebar badan 0,5 cm, panjang
mata 0,6 cm, bentuk mulut terminal, bentuk ekor cagak, bentuk tubuh
compressed (pipi). Adapun gambar ikan Rasbora brigittae dapat dilihat pada
gambar 3.
Perairan sungai Batu Mapan bukan ikan saja tetapi juga ada udang sungai
dengan panjang total 3,5 cm, panjang kepala 0,9 cm, panjang badan 1,29 cm,
panjang ekor 0,3 cm, tinggi badan 0,6 cm, tinggi ekor 0,3 cm, tinggi kepala 0,5
cm, lebar badan 0,4 cm, jumlah kaki 12. Adapun gambar udang sungai dapat di
lihat pada gambar 4.
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di
dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya
benthos dapat dibagi atas makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran
>2 mm, meiobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2–2 mm, dan
mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2 mm (Barus,2004).
Makrobenthos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada
dasar atau hidup pada sedimen dasar. Perairan yang tercemar akan
mempengaruhi kelangsungan hidup makrobenthos karena makrobenthos
merupakan organisme air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar,
baik pencemar fisik maupun kimia (Hariyanto et al., 2008).
Makrozoobentos lebih banyak digunakan karena keanekaragaman
makrozoobentos akan dapat mempresentasikan kualitas air suatu tempat dengan
lebih spesifik. Setiap spesies makrozoobentos akan memiliki sensitifitas yang
berbeda pada perubahan lingkungan. Makrozoobentos sebagai organisme
dasarperairan, mempunyai habitat yang relatif tetap (Hariyanto et al., 2008).
Berubahnya kualitas suatu perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota
yang hidup di dasar perairan tesebut, diantaranya adalah makrozoobentos
(Romimohtarto 2001).
IV. PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS PERAIRAN WADUK

4.1. Pendahuluan
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi
kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang,
2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan
DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi
disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
4.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran kualitas air di waduk adalah memberikan
keterampilan tentang parameter fisika, kimia dan biologi pada ekosistem perairan
waduk sehingga dapat menjelaskan kualitas perairan tersebut berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan.

2.3. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengukuran parameter fisika,kimia,dan biologi pada suatu perairan.
4.3.1. Alat
Table 6. Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
No Nama Alat Kegunaan
1. Termometer Untuk mengukur suhu
2. Tongkat kayu/paralon berskala Untuk mengukur pasang surut
3. pH meter Untuk mengukur kadar pH
4. Erlenmeyer 100 ml Untuk titrasi untuk menampung larutan yang
akan dititrasi
5. Spuit 2 ml Untuk menyuntik/mengambil cairan dengan
skala kecil
6. Buret Untuk meneteskan sejumlah cairan
7. Statif dan klem Untuk menjepit
8. Botol film uk.30 ml Tempat untuk menyimpan plankton
9. Botol semprot Untuk menyimpa Nn plankton
10. Alat tulis Untuk mencatat data
11. Clipboard dan lembar kerja Untuk mencatat hasil
12. Secchi disc Untuk mengukur kecerahan
13. Saringan bertingkat Untuk menyaring sampel
14. Meteran Untuk mengukur panjang
15. Masker dan sarung tangan Untuk melindungi kulit dari cairan berbahaya
4.3.2. Bahan
Tabel 7. Bahan yang akan digunukan dalam praktikum ini sebagai berikut :
No Alat yang digunakan Kegunaan

1. Aquadest Sebagai bahan uji

2. MnSO₄ Sebagai bahan uji

3. NaOH+KI Sebagai bahan uji

4. H₂SO₄ Sebagai bahan uji

5. Amilum Sebagai bahan uji

6. Na₂S₂O₃ 0,025 N Sebagai bahan uji

7. Indikator pp Sebagai bahan uji

8. Na₂CO₃0, 0,0454 N Sebagai bahan uji

9. Kertas label Untuk menandai sampel

4.4. Pengukuran Parameter Fisika


Dalam pengukuran parameter fisika di perairan waduk untuk mengetahui suhu
perairan waduk,tipe substrat,kecerahan,kedalaman,warna,dan kecepatan arus Di
dalam aliran air yang besar atau sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa
sehingga menyerupai kondisi air tergenang. Tetapi, arus adalah faktor utama yang
paling penting yang membuat kehidupan kolam dan air deras amat berbeda dan
mengatur perbedaan dibeberapa tempat dari suatu aliran air. Kecepatan arus
ditentukan oleh kemiringan, kekasaran dan kelebaran dasarnya (Odum, 1993).
4.4.1. Hasil
Tabel 10. Hasil pengukuran fisika yang didapat dari perairan air sungai Embung
Binalatung dapat dilihat pada tabel berikut :
No Parameter Satuan Kisaran
1. Warna - Kuning ke oren-orenan
2. Tipe Substrat - Pasir kasat dan lumpur
3. Kecerahan Cm Cerah 9 cm, sedang 12
cm, gelap 1,4 m.
4. Kedalaman Cm 50 m.
5. Suhu ºC 33º
6. Kecepatan Arus M 0,22,10m/detdengan
jarak 5,93 m
4.4.2. Pembahasan
a. Warna
Warna perairan Embung Binalatung berdasarkan hasil pengamatan
menyatakan bawah perairan Embung Binalatung berwarna kuning ke oren-orenan.
Dengan material dasar perairan sungai berupa pasir dan lumpur, sekitaran perairan
Embung Binalatung hanya ada pepohonan dengan di tambah siringan beton yang
mengelilingi luasnya Embung Binalatung.
Data hasil tentang warna pada saat praktikum adalah keruh antara lain
disebabkan oleh lumpur dan jasad renik.Kandungan padatan tersuspensi dalam air
juga dapat mengakibatkan panyakit pada ikan, menyebabkan terganggunya
pertumbuhan ikan. kekeruhan juga berpengaruh terhadap daya pandang ikan,
sehingga menyebabkan pakan tidak termakan. Kekeruhan dibawah 100 mg/l dapat
ditolerir oleh sebagian besar spesies ikan (Rejeki, 2001).
Kekeruhan disebabkan oleh padatan organik atau anorganik yang terlarut
dalam air, sebagai akibat erosi dari tanah, limbah pertambangan, buangan limbah
rumah tangga, serta berbagai limbah industri lainnya. Beberapa padatan terlarut
tersebut dapat bersifat racun, misalnya garam-garam logam. Limbah organik juga
mengakibatkan penurunan oksigen (Susanto, 1986).
b. Tipe Substrat Dasar Perairan
Substrat dasar perairan Embung Binalatung pada saat pengamatan substrat
dasar tiap stasiun pengamatan selama sampling mengalami perubahan komposisi dan
ketebalan. Material yang terbawa saat Embung Binalatung meluap ketika hujan akan
membawa banyak substrat sehingga penambahan ketebalann substrat kelihatan nyata.
Ukuran subtrat ada yan butiran dan ada juga yang besar seperti lumpur . Substarat
dasar pada stasiun pengamatan di dominasi oleh pasir kasar dan lumpur.
Adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian
maupun limbah domestik dari suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu
perairan. Perairan merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen
fisika, kimia dan biologi dalam suatu mediaair pada wilayah tertentu. Ketiga
komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu
komponen maka akan berpengaruh pulaterhadap komponen yang lainnya
(Basmi,2000).

c. Kecerahan Perairan
Kecerahan perairan yang di peroleh dari daerah Embung Binalatung sebesar 9
cm, kecerahan sedang 12 cm dan ke gelapan 1,4 m. Kecerahan pada perairan Embung
Binalatung ini dinyatakan kurang sesuai untuk kegiatan wisata air, karena berkaitan
dengan kebersihan pada sungai tersebut. Semakin cerah perairan, semakin baik untuk
kenyamanan wisatawan saat melakukan rekreasi (Putra, 2013).
Kecerahan merupakan tingkat penetrasi cahaya matahari yang
dinyatakandengan satuan panjang. Alat yang bias digunakan untuk mengukur
tingkatkecerahan air adalah sechi disk, yaitu berupa piringan yang diberi warna hitam
putih dan dihubungkan dengan tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala. Pada
perairan tambak, kecerahan erat dikaittanya dan berbanding terbalikdengan jumlah
fitoplankton didalamnya ( Morindro, 2008).
Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya bila kekeruhan
disebabkan oleh mikroorganisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
prokdutivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang sangat sederhana yang
disebut cakram secchi. Fotosintesis masih dapat terjadi pada intensitas rendah,
tingkatan 5% menandai batas bawah kebanyakan zona fotosintesis (Odum, 1993:
370-71).

a. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan Embung Binalatung secara keseluruhan relatif dalam
dengan rerata 50 cm atau sedalam pingang orang dewasa. Kedalaman Perairan
Embung Binalatung antara stasiun pengamatan bervariasi dan tidak ada kecendrungan
peningkatan kedalaman, meskipun lebar sungai mengalami peningkatan. Material
pasir dan lumpur yang terbawa saat Embung Binalatung meluap karna hujan tersebar
merata sepanjang Embung.
Pengukuran kedalaman laut yang lebih cepat dapat menggunakan alat-alat
pemancar gema suara echosounder. Dengan teknik ini pengukuran dapat dilakukan
dengan cepat, karena kecepatan merambat suara pada air rata-rata 1.600 meter per
detik.Jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan bolak-balik dapat diterjemahkan
menjadi kedalaman laut ditempat itu. Dengan prinsif teknologi inilah pengetahuan
tentang topografi dasar laut (petabatimetri) semakin disempurnakan(Waldopo,2005).
b. Suhu Perairan
Suhu perairan sungai Batu Mapan dalam kisaran 33ºc. Suhu perairan pada
daerah Embung Binalatung tidak sesuai dilakukannya kegiatan wisata air. Suhu air
Embung Binalataung cenderung meningkat kearah hilir Embung yang disebabkan
naungan semakin meluas, ketinggian lokasi semakin dalam dan lebar Embung
semakin meningkat serta kecepatan aliran semakin menurun. Akibatnya intensitas
penerimaan panas matahari semakin banyak, sehingga suhunya semakin tinggi. Suhu
mempunyai peran penting dalam menentukan pertumbuhan ikan, kisaran yang baik
untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah 28-32ºc (Tatangindatu et al, 2013).
Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan jumlah bahan yang
terkandung dalam suatu benda.Suhu merupakan salah satu parameter fisik laut yang
penting.Hal ini disebabkan suhu secara langsung mempengaruhi proses fisiologi dan
siklus reproduksi hewan. Suhu juga mempengaruhi secara tidak langsung daya larut
oksigen yang digunakan dalam proses respirasi organisme laut (Karif 2011).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat et al, 1986).

4.5. Pengukuran Parameter Kimia


4.5.1. Hasil
Tabel 11. Hasil pengukuran kimia yang didapat dari perairan air sungai Batu Mapan
dapat dilihat pada tabel berikut :

No Parameter Satuan Kisaran


1. pH Perairan ppt 5 ppt
2. DO (Dissolved Oxygen) mg/L 5,2 mg/L
3. CO₂ mg/L Tidak mengandung CO2

4.5.2. Pembahasan
a. Ph
pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup pada suatu
perairan. Hasil pengukuran pH diketahui bahwa kisaran pH pada Embung Binalatung
yaitu 5 ppt. Nilai pH ini merupakan kisaran yang mampu mendukung kehidupan
plankton dan benthos. Bawah sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai kisaran ph sekitar 7–8,5 (Effendi, 2003).
Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kalorimeter, dengan kertas
pH, dan dengan pH meter. Pengukuran tidak terlalu berbeda dengan pengukuran pH
tanah. yang perlu diperhatikan adalah cara pengambilan sampelnya yang benar
sehingga nilai pH yang diperoleh benar (Suin, 2005 : 54). Nilai pH air yang normal
adalah netral antar 6 sampai 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnnya limbah
cair berbeda – beda nilainya tergantung jenis limbahnya dan pengolahannya sebelum
dibuang (Kristanto, 2002 :73).
b. Do (Dissolved Oxygen)
Berdasarkan hasil pengukuran DO diketahui bawah nilai DO di Embung
Binalatung yaitu berkisar 6,25 mg/L Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi
jumlah dan jenis plankton. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan-ikan dan biota air lain yang membutuhkan oksigen akan mati.
Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan
proses korosi yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang
melapisi permukaan logam (Supriharjono et al,1987).
Oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting karena
nilaioksigen terlarut dapat menunjukan tingkat pencemaran atau tingkat pengelolaan
limbah. Oksigen terlarut akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagaisumber
kehidupan biota di suatu daerah. Pengukuran oksigen terlarut dankarbondioksida
lebih baik diterapkan dalam mengkaji masalah polusi air daripadadalam menentukan
mutu sanitasi karena parameter DO dapat dengan cepatmenentukan tingkat polusi air
( Sunu, 2001).
Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air yang
berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya ataupun
difusi dari udara.

c. Co2 Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran CO₂ diketahu bawah perairan waduk tidak
mengandung CO₂ bebas, di karenakan perairan tersebut sebagian besar biota hidup di
sungai tersebut seperti udang, ikan dan plankton. Sumber karbon utama di perairan
pesisir berasal dari atmosfer, selain itu juga dapat berasal dari perubahan sedimen
secara terus-menerus dan kandungan nutrisi berupa transpor sumber energi dan
materi karbonat ke perairan pesisir baik melalui aliran sungai maupun interaksi
dengan laut lepas (Milliman et al, 1992).
Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2) atau disebut asam
arang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan alami
mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/ L. Karbondioksida (CO2)merupakan gas
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk
melakukan fotosintesis.
Tekanan parsial CO₂ di perairan dapat diperoleh melalui pengukuran system
CO₂. Parameter yang diperlukan dalam pengukuran sistem CO₂ adalahkonsentrasi
carbon an organic total (DIC), pH dan alkalinitas. Data DIC diperlukan dalam
perhitungan pCO₂ (tekanan parsial) dan selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan fluks karbon. Tujuandari penelitian ini adalah mengkaji distribusi
spasialkarbon anorganik terlarutdi Perairan Jepara dan hubungannya dengan faktor-
faktor fisika-kimia perairan yang meliputi suhu, pH, alkalinitas, salinitas dan DO.
(Cai et al. 2006).

4.6. Pengukuran Parameter Biologi

4.6.1. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Hasil pengukuran biologi yang didapat dari perairan air Embung
Binalatung dapat dilihat pada tabel berikut :

No Nama Latin Gambar


1. Plankton (Oilhona davisae Fer).

2. Ikan Nila (Oreochromis


niloticus)
3. Udang (Pasiphaeidae)

4.6.2. Pembahasan
a. Kelimpahan Plankton
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan di
perairan Embung Binalatung yaitu Oilhona davisae Fer. Adapun gambar dari
Oilhona davisae Fer dapat dilihat pada gambar 5.
Untuk perairan waduk dan pantai, diatom yang terpenting adalah dari
Chaetoceros sp, Coscinodiscus sp dan Rhizosolenia sp. sedangkan dinoflagellata
yang utama antara lain Ceratium sp,Dhynophysis sp dan Noctiluca sp (Rimper 2001).
Jenis plankton yang ditemukan pada setiap stasiun menunjukkan bahwa
hampir semua daur hidupnya adalah holoplankton, plankton dari jenis diatom adalah
yang banyak ditemukan (Lunde et al, 2012).
Plankton merupakan organisme mikroskopis yang melayang-layang dalam air
dan mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah serta pergerakannya selalu
dipengaruhi oleh arus air. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton.
Plankton adalah sebagai kajian untuk mengetahui kualitas kesuburan suatu perairan
yang sangat diperlukan untuk mendukung produktivitas perairan.Komunitas
fitoplankton di perairan Waduk biasanya didominasi oleh jenis jenis dari Class
Chorophyceae, Cyanophyceaea dan Bacillariophyceae (Hariyanto et al., 2008).
Dominansi suatu jenis fitoplankton pada perairan ditentukan oleh
perbandingan jenis nutrien yang terlarut pada perairan tersebut. Hal ini disebabkan
oleh setiap jenis fitoplankton mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan
jenis nutrien yang ada terutama nitrogen dan fosfor di dalam perairan (Barus, 2004).
b. Kepadatan Benthos
Hasil dari penelitian menunjukkan bawah benthos yang ditemukan di perairan
Embung Binalatung yaitu ikan Nila Oreochromis niloticus, dengan panjang total 6,1
cm, panjang kepala 2 cm, sirip punggung kasar 17, sirip punggung halus 12, sirip
ekor 16, panjang badan 2,6 cm, panjang ekor 1,9 cm, tinggi badan 2,2 cm, sirip dubur
10, tinggi ekor 0,6, tinggi sirip punggung 0,9 cm, tinggi sirip dada 1 cm, tinggi kepala
1,6 cm, lebar badan 0,4 cm, panjang mata 0,6 cm, bentuk mulut terminal, bentuk ekor
berpinggiran tegak (bersegi), bentuk tubuh compressed (pipi), bentuk punggung
gabungan antara duri dan jari-jari oada sirip punggung dan bentuk sisik sikloid.
Adapun gambar ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada gambar 6.
Perairan Embung Binalatung bukan ikan saja yang terdapat di perairan
tersebut, tetapi juga ada udang dengan panjang total 2,5 cm, panjang kepala 0,8 cm,
panjang badan 1,25 cm, panjang ekor 0,5 cm, tinggi badan 0,4 cm, tinggi ekor 0,1
cm, tinggi kepala 0,4 cm, lebar badan 0,2 cm, jumlah kaki 10. Adapun gambar udang
Embung Binalatung dapat di lihat pada gambar 7
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di
dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya
benthos dapat dibagi atas makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran >2
mm, meiobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2–2 mm, dan
mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2 mm (Barus,2004).
Makrozoobentos lebih banyak digunakan karena keanekaragaman
makrozoobentos akan dapat mempresentasikan kualitas air suatu tempat dengan lebih
spesifik. Setiap spesies makrozoobentos akan memiliki sensitifitas yang berbeda pada
perubahan lingkungan. Makrozoobentos sebagai organisme dasarperairan,
mempunyai habitat yang relatif tetap (Hariyanto et al., 2008).
V. PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Pentuan stasiun pengamatan dapat dilihat dari titik pengambilan sampel
menggunakan sistem stasiun. Stasiun ditentukan dengan purposive sampling.
Purposisive sampling adalah salah satu teknik non random sampling dimana peneliti
menentukan titik-titik sampling dengan memerhatikan ciri-ciri khusus. Dalam stasiun
pengamatan kualitas perairan juga masuk dalam penelitian karena kualitas perairan
akan di jadikan sampel uji untuk mengetahu kulitas perairan yang akan di teliti,
perairan yang mememiliki kualitas yang bagus bisa di jadikan sebagai tempat wisata
atau pun pembudidayaan biota yang bisa di kembangkan dalam perairan tersebut.
Teknik sampling merupakan suatu teknik sampling secara statistik yang
didasarkan pada teori sampling. Dengan cara ini kita dapat menaksir suatu besaran
tertentu, misalnya proporsi kegiatan produktif melalui pengambilan sample. Teknik
sampling juga digunakan sebagai langkah pemeriksaan yang efisien dalam upaya
pendugaan karakter suatu populasi, pendugaan ini perlu dijamin sehingga sampel
yang di ambil dapat mengetahui populasi secara tepat. Teknik sampling dalam
beberapa situasi lebih dipilih karena sering kali objek yang akan di teliti tidak di
ketahui secara menyeleruh.
Pengukuran parameter kualitas perairan sungai dilakukan untuk mendeteksi
dan mengukur pengaruh yang di timbulkan dari suatu pencemaran perairan yang di
akibatkan oleh bahan organik maupun bahan kimia lainnya, pengukuran parameter
perairan pada sungai dapat menjadi suatu langkah pengendalian terhadap senyawa
pencemaran pada perairan bisa berkurang dan dapat dihindari.Sungai mudah
mengalami pencemaran akibat berbagai kegiatan manusia yang menggangu
ekosistem perairan. Kegiatan pertanian dan rumah tangga sangat mempengaruhi
perairan sungai yang dimana biota yang hidup dan mencari makannya akan terganggu
karena keberadaan limbah.
Pengukuran parameter kualitas perairan waduk dilakukan dengan dua cara,
yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia
sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi,.
Pengukuran ini dilakukan karena untuk menggetahu kulitas air yang mengandung
CO₂, perairan yang mengandung CO₂ yang tinggi sangat mempengaruhi ekosistem
biota yang hidup di dalam perairan tersebut. Penguran pH, suhu dan DO juga
dilakukan dalam penelitian ini karena sangat mempengaruhi dalam kehidupan dan
jumlah populasi biota dalam perairan waduk. Penelitian ini juga melakukan
pengamatan dalam jumlah pelankton yan terdapat dalam perairan waduk tersebut.
1.2. Saran
Saran saya sebaiknya sebelum praktikum format laporan yang dibagi harus
benar-benar betul, karena dalam menyusun laporan ini yang di butuhkan adalah
format yang baik dan benar, dan sebaiknya format yang telah dibagi sebaiknya jangan
diubah-ubah lagi.

Anda mungkin juga menyukai