Anda di halaman 1dari 4

Bentuk

Peta Okupasi Nasional disusun dalam Kerangka Kualifikasi Nasional


Indonesia (KKNI). Peta tersebut memetakan berbagai jenis jabatan,
okupasi, dan profesi yang terdapat di berbagai sektor/sub-sektor bidang
industri. Peta ini bermanfaat bagi pekerja atau pencari kerja karena
memberikan informasi tentang jenjang karir pada industri tertentu.
Sementara bagi pewirausaha, peta tersebut bisa menjadi personal
branding. Peta Okupasi Nasional juga menjadi dasar bagi pengembangan
SKKNI sesuai dengan model Regional Model Competency
Standards (RMCS) keluaran International Labour Organisation (ILO).

Latar Belakang

Salah satu pemicu kesenjangan keterampilan (skill-mismatch) di Indonesia


adalah belum efektifnya pelatihan berbasis kompetensi. Dalam Sistem
Pelatihan Kerja Nasional, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) menjadi salah satu pilar penting untuk menciptakan link and match
antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Selain menjadi acuan
pengembangan kurikulum, SKKNI dapat digunakan untuk mengembangkan
program pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan serta pengembangan karir
dan profesionalisme di lingkungan kerja. Alhasil, pendidikan, pelatihan kerja,
dan pengembangan karir dapat berperan sebagai pemacu kompetensi
tenaga kerja yang berkesinambungan demi meningkatkan daya saing
bangsa.

SKKNI telah menjadi perhatian pemerintah, sesuai dengan Instruksi


Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber
Daya Manusia Indonesia. Inpres tersebut menegaskan perlunya percepatan
penyelesaian SKKNI agar kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi
Indonesia memiliki acuan yang selaras dengan kebutuhan industri. Selama
ini SKKNI masih bersifat umum tanpa kemasan KKNI/Okupasi. Akibatnya
SKKNI tidak mengandung skills for employability, yang berakibat tidak
terpenuhinya tuntutan kompetensi dunia industri. Untuk itulah pada tahun
2016 Kementerian PPN/Bappenas bersama pemangku kepentingan terkait
mengembangkan Peta Okupasi di 11 bidang strategis.
Pihak Terlibat
Peta Okupasi dikembangkan dengan melibatkan seluruh sektor. Tidak
hanya pemerintah, namun juga kalangan industri dan masyarakat sipil,
termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan. Tercatat
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, dan
Kementerian teknis lainnya turut berperan serta. Bisa disebutkan juga peran
serta Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP), Program KOMPAK, Kamar Dagang dan Industri (KADIN),
asosiasi-asosiasi industri, dan perguruan tinggi. Sebagai dokumen yang
dinamis (living document), para pemangku kepentingan seperti yang disebut
di atas dituntut untuk selalu menyempurnakan dan memutakhirkan peta ini
seiring dengan laju dinamika perindustrian.

Proses
Penyusunan Peta Okupasi dimulai dengan menentukan area fungsi suatu
bidang. Sebagai contoh, bidang komunikasi terdapat sepuluh area fungsi,
meliputi Animasi, Desain Komunikasi Visual (DKV), Fotografi, Kehumasan,
Multimedia, Penerbitan, Penyiaran Radio, Penyiaran TV, Periklanan, dan
Perposan. Selanjutnya dilakukan identifikasi okupasi/jabatan/profesi di
setiap area fungsi tersebut.
Contoh praktisnya, di dalam industri multimedia terdapat jabatan Assistant
Multimedia Animator, Junior Multimedia Animator, Senior Multimedia
Animator, Multimedia Graphic Designer, Multimedia Art Director, dan
lainnya. Setiap okupasi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam deskripsi
lebih lanjut, meliputi lingkup pekerjaan, profil beserta employability skills-
nya, tanggung jawab dan wewenang, prasyarat dasar beserta jenjang karir,
tugas utama maupun tugas pilihan. Kemudian pada langkah terakhir, setiap
okupasi dipetakan ke dalam jenjang kualifikasi nasional atau KKNI.

Tahapan Penyusunan Peta Okupasi


Perkembangan Terkini
Sampai dengan April 2018 Peta Okupasi telah selesai disusun untuk
setidaknya tujuh bidang, antara lain telekomunikasi, teknologi informasi,
komunikasi, perikanan, konstruksi, otomotif roda 4, dan ketenagalistrikan.
Empat bidang sisanya masih dalam tahap penyusunan dan finalisasi, yaitu
pertanian, destinasi pariwisata, logistik, dan perhubungan.

Potensi Replikasi
Selain sebelas bidang strategis, peta okupasi dapat disusun untuk bidang-
bidang industri lain. Proses penyusunan yang lebih mudah dan murah jika
dibandingkan dengan proses sebelumnya membuat Peta Okupasi ini dapat
diwujudkan dalam waktu relatif cepat.

Tantangan/Kendala
Saat ini penyusunan Peta Okupasi masih menghadapi beberapa tantangan.
Supaya peta selalu dalam kondisi mutakhir dan membuahkan manfaat riil
bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, seluruh pemangku
kepentingan harus berpartisipasi aktif dalam menyusun dan memutakhirkan
peta. Tantangan lainnya terletak pada aturan yang menghambat
pengembangan Peta Okupasi di beberapa sektor industri. Selain itu, aturan
tentang Sistem Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional yang berlaku masih
mengatur pengembangan standarisasi berdasarkan kategori lapangan
usaha, bukan berdasarkan jabatan/okupasi.

Analisis Dampak
Sebelum Sesudah
1. Lebih banyak pilihan karir di
1. Kurangnya pengetahuan tentang
berbagai bidang, sehingga investasi
jenjang karir, sehingga banyak bidang
pendidikan dapat dilakukan sejak
pekerjaan yang diminati.
awal sesuai minat.
2. Sulitnya menyusun skema 2. Lulusan pendidikan dan pelatihan
sertifikasi, sehingga banyak skema vokasi akan sesuai dengan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan kebutuhan industri. Pelaku wirausaha
industri dan belum dapat
ada personal branding untuk memiliki personal branding untuk
wirausaha. menambah daya jual.
3. Mempercepat penyusunan SKKNI
3. Kurikulum dan program pelatihan
tidak berbasis kompetensi, sehingga 4. Meningkatkan daya saing tenaga
menghasilkan skill-missmatch. kerja.

Anda mungkin juga menyukai