Latar Belakang
Proses
Penyusunan Peta Okupasi dimulai dengan menentukan area fungsi suatu
bidang. Sebagai contoh, bidang komunikasi terdapat sepuluh area fungsi,
meliputi Animasi, Desain Komunikasi Visual (DKV), Fotografi, Kehumasan,
Multimedia, Penerbitan, Penyiaran Radio, Penyiaran TV, Periklanan, dan
Perposan. Selanjutnya dilakukan identifikasi okupasi/jabatan/profesi di
setiap area fungsi tersebut.
Contoh praktisnya, di dalam industri multimedia terdapat jabatan Assistant
Multimedia Animator, Junior Multimedia Animator, Senior Multimedia
Animator, Multimedia Graphic Designer, Multimedia Art Director, dan
lainnya. Setiap okupasi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam deskripsi
lebih lanjut, meliputi lingkup pekerjaan, profil beserta employability skills-
nya, tanggung jawab dan wewenang, prasyarat dasar beserta jenjang karir,
tugas utama maupun tugas pilihan. Kemudian pada langkah terakhir, setiap
okupasi dipetakan ke dalam jenjang kualifikasi nasional atau KKNI.
Potensi Replikasi
Selain sebelas bidang strategis, peta okupasi dapat disusun untuk bidang-
bidang industri lain. Proses penyusunan yang lebih mudah dan murah jika
dibandingkan dengan proses sebelumnya membuat Peta Okupasi ini dapat
diwujudkan dalam waktu relatif cepat.
Tantangan/Kendala
Saat ini penyusunan Peta Okupasi masih menghadapi beberapa tantangan.
Supaya peta selalu dalam kondisi mutakhir dan membuahkan manfaat riil
bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, seluruh pemangku
kepentingan harus berpartisipasi aktif dalam menyusun dan memutakhirkan
peta. Tantangan lainnya terletak pada aturan yang menghambat
pengembangan Peta Okupasi di beberapa sektor industri. Selain itu, aturan
tentang Sistem Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional yang berlaku masih
mengatur pengembangan standarisasi berdasarkan kategori lapangan
usaha, bukan berdasarkan jabatan/okupasi.
Analisis Dampak
Sebelum Sesudah
1. Lebih banyak pilihan karir di
1. Kurangnya pengetahuan tentang
berbagai bidang, sehingga investasi
jenjang karir, sehingga banyak bidang
pendidikan dapat dilakukan sejak
pekerjaan yang diminati.
awal sesuai minat.
2. Sulitnya menyusun skema 2. Lulusan pendidikan dan pelatihan
sertifikasi, sehingga banyak skema vokasi akan sesuai dengan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan kebutuhan industri. Pelaku wirausaha
industri dan belum dapat
ada personal branding untuk memiliki personal branding untuk
wirausaha. menambah daya jual.
3. Mempercepat penyusunan SKKNI
3. Kurikulum dan program pelatihan
tidak berbasis kompetensi, sehingga 4. Meningkatkan daya saing tenaga
menghasilkan skill-missmatch. kerja.