Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN HASIL MINI RESEARCH

“Gambaran Gizi Daur Hidup pada Lansia di Wilayah Pesisir Kecamatan Percut”

Oleh:

Kelompok VI

1. Ayu Yuniar (0801173271)


2. Dara Maulidini Akbar (0801172223)
3. Irma Dani Aisyah (0801172235)
4. Muthia Salsabila Lubis (0801173291)
5. Syahbrina Anisa Yusuf P. (0801171063)

DOSEN PENGAMPU : ELISKA, SKM., M.KES

FKM SEM. V – PEMINATAN GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan tidak lupa
pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Hasil
Mini Research Gizi Daur Hidup yang membahas tentang “Gambaran Gizi Daur Hidup pada Lansia
di Wilayah Pesisir Kecamatan Percut“. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibu Eliska, SKM.,
M.Kes. selaku dosen Gizi Daur Hidup di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, yang telah
memberikan tugas kepada kami.

Adapun Laporan Hasil Mini Research Gizi Daur Hidup ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku, jurnal dan website
sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Hasil Mini Research ini. Untuk itu kami, tidak
lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap Laporan Hasil Mini Research ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Gambaran Gizi Daur Hidup
pada Lansia di Wilayah Pesisir Kecamatan Percut khususnya bagi penulis, pembaca maupun
pendengar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan Hasil Mini Research ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini tanpa saran yang membangun.

Semoga Laporan Hasil Mini Research sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Laporan Hasil Mini Research yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Medan, 24 October 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1

1.2 Fokus Penelitian .................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 3

1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 4

2.1 Teori Penelitian ................................................................................................................... 4

2.1.1 Pengertian Lansia ......................................................................................................... 4

2.1.2 Batasan-batasan Usia Lanjut ...................................................................................... 4

2.1.3 Gizi pada Lansia ........................................................................................................... 5

2.1.4 Penilaian Status Gizi Lansia ........................................................................................ 6

2.1.5 Kondisi Fisik pada Lansia ........................................................................................... 7

2.1.6 Masalah Gizi pada Lansia ......................................................................................... 10

2.2 Penelitian Terkait .............................................................................................................. 11

2.2.1 Kerangka Teori ........................................................................................................... 11

2.2.2 Kerangka Konsep ....................................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 13

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................................. 13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................... 13

3.3 Sumber Data ...................................................................................................................... 13

3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................................. 13

3.5 Analisis data ....................................................................................................................... 14

ii
3.6 Pengecekan Keabsahan Temuan ..................................................................................... 15

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 17

4.1 Hasil .................................................................................................................................... 17

4.1.1 Lokasi Observasi ............................................................................................................ 17

4.1.2 Hasil Wawancara Mendalam Pada Beberapa Responden di Desa Percut ............... 18

4.2 Pembahasan ....................................................................................................................... 25

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ....................................... 27

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................... 28

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebudayaan ................................................. 28

BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 30

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 30

5.2 Saran................................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 32

LAMPIRAN................................................................................................................................. 33

HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN ............................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah lanjut usia pada dasarnya akan dihadapi oleh setiap insan dan akan berkembang
menjadi masalah yang lebih kompleks karena usia harapan hidup (life expectancy) kelak akan
berada di atas usia 70 tahun, sehingga populasi lansia di Indonesia tidak saja akan melebihi jumlah
balita, tetapi juga dapat menduduki peringkat keempat di dunia setelah RRC, India, dan Amerika
Serikat. Terberantasnya penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman dan parasite,
berkembangnya ilmu kesehatan lingkungan, serta keberhasilan program keluarga berencana
mengakibatkan meningkatnya angka harapan hidup dan tentunya akan dibarengi konsekuensi
lainnya yang lebih kompleks. Perkembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan lansia juga
tumbuh lebih cepat karena penyakit lanjut usia memiliki karakteristik tertentu yang jarang
didapatkan pada saat masa anak-anak dan dewasa muda (Dr. Fatmah, S.K.M., 2010).

Meningkatnya status kesehatan masyarakat membawa dampak pada menurunnya angka


kematian ibu dan bayi serta meningkatnya usia harapan hidup yang artinya semakin banyak pula
jumlah penduduk yang berusia lanjut. Jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28% pada tahun 2000
dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi sebesar 11,34% (Arisanti, Husin, & Febry, 2014).

Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,


karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar
dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal (Nurhidayati, 2012).

Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang merawat
para lansia merupakan salah satu hal yang penting untuk mencegah terjadinya salah nutrisi yang
bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Masalah gizi yang dihadapi para lansia terkait

1
dengan menurunnya aktifitas fisiologis tubuhnya. Selain itu status kesehatan yang tidak seragam
menyulitkan menetapkan standar kebutuhan zat gizi lansia tersebut (Nurhidayati, 2012).

Gizi memegang peranan sangat penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah kekurangan
gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit
yang dideritanya, kesulitan menelan karena berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena
penyakit pada gigi, gigi yang berkurang, dan mual karena masalah depresi. Selain masalah
kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia lanjut, yang dapat
timbul karena aktivitas pada kelompok ini sudah berkurang sementara asupan makanan tidak
dikurangi atau bahkan berlebihan. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan resiko
penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan penurunan fungsi tubuh (Nurhidayati,
2012).

Keluhan kesehatan yang sering dialami lansia yaitu asam urat, darah tinggi, rematik, darah
rendah dan diabetes (32,99%), keluhan ini merupakan efek dari penyakit kronis. Masyarakat
pesisir wilayah Kecamatan Percut, pada umumnya mempunyai kebiasaan yang tidak baik yaitu
dalam hal mengonsumsi buah dan sayuran. Masyarakat di daerah tersebut diketahui sangat jarang
dalam mengonsumsi buah dan sayuran. Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor, dan salah satu
faktor tersebut merupakan ekonomi.
Penghasilan yang seadanya dianggap membuat mereka sangat terbatas dalam hal
mengonsumsi buah dan sayuran. Mereka menilai bahwa dengan mengonsumsi nasi dan lauk
seadanya sudah mencukupi kebutuhan gizi mereka. Kebiasaan makan yang tidak sehat dapat
menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan dan mempengaruhi status gizi lansia yang
akhirnya berdampak pada penurunan kualitas hidup. Berdasarkan hal yang telah diuraikan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan tentang bagaimana gambaran gizi daur
hidup pada lansia di wilayah pesisir Kecamatan Percut.

1.2 Fokus Penelitian

Peneliti melakukan Penelitian di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, mengenai gambaran gizi daur hidup pada Lanjut Usia, seperti keadaan fisik pada lansia,
asupan gizi pada lansia, serta penyakit yang paling sering diderita oleh para lansia tersebut.

2
1.3 Tujuan Penelitian
1) Agar dapat mengetahui gambaran gizi daur hidup pada lansia di wilayah pesisir
Kecamatan Percut.
2) Untuk mengetahui apa saja zat pangan yang biasa dikonsumsi oleh lansia di wilayah
pesisir Kecamatan Percut tersebut.
3) Untuk mengetahui keadaan fisik pada lansia di wilayah pesisir Kecamatan Percut
tersebut.
4) Untuk mengetahui Penyakit apa saja yang diderita oleh lansia di wilayah pesisir
Kecamatan Percut.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan yang berguna dalam menangani kasus
keadaan gizi pada Lanjut Usia, membantu memberi penjelasan tentang gizi pada lansia di
masyarakat khususnya di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, serta
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan tentang gizi lansia.

3
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Penelitian
2.1.1 Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya (Dr. Fatmah, S.K.M., 2010).

Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh
pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi
dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Dr.
Fatmah, S.K.M., 2010)

2.1.2 Batasan-batasan Usia Lanjut


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organization (WHO) lansia meliputi :

 Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.

 Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.

 Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.

 Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia


menjadi:

4
 Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).

 Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun).

 Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun).

2.1.3 Gizi pada Lansia


1. Kebutuhan Gizi pada Lansia

Diet dan penuaan mempunyai peran besar dalam meningkatkan kualitas hidup dan proses
penuaan. Pada percobaan tikus dengan pembatasan jumlah asupan kalori diet dapat
memperpanjang usia hidup atau penyakit yang bersamaan dengan usia lanjut karena akan
menurunkan produksi radikal beba. Diet juga dapat menurunkan penyakit kronis. Bila adanya
peningkatan asupan protein dan lemak maka insiden kanker (tumor ganas) meningkat dan terjadi
gangguan organ dan mempercepat proses penuaan secara fisik, biokimia dan imunologi
(Trihandini, 2007).

Tabel 1. Kebutuhan kalori berdasarkan usia

Usia Kebutuhan kalori


40-49 tahun (0,95 Berat Badan x 40 kal) x indeks aktivitas
50-59 tahun (0,90 Berat Badan x 40 kal) x indeks aktivitas
60-69 tahun (0,80 Berat Badan x 40 kal) x indeks aktivitas

Dengan nilai indeks aktivitas:

- Aktivitas Ringan =0,90

- Aktivitas Sedang =1,0

- Aktivitas Aktif =1,17 (Oenzil, 2012)

5
2. Masalah Gizi pada Lansia

Masalah gizi pada lansia menurut Beck (2011) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Malnutrisi Umum

Malnutrisi umum dapat diartikan sebagai diet tidak mengandung beberapa nutrien dalam
jumlah yang memadai. Keadaan ini disebabkan oleh ketidakacuhan secara umum yang disebabkan
oleh berbagai keadaan.

b. Defisiensi Nutrien Tertentu

Defisiensi ini terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam
diet, seperti Vitamin C, Vitamin D, asam folat dan besi.

c. Obesitas

Besarnya permasalahan ini akan meningkat bilamana masukan energi tidak dikurangi saat
aktivitas jasmaniah semakin menurun. Obesitas yang ekstrem jarang terjadi begitu seseorang
masuk usia pensiun. Obesitas biasanya disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia
muda.

2.1.4 Penilaian Status Gizi Lansia


Status gizi seseorang dapat ditentukan oleh beberapa pemeriksaan gizi. Pemeriksaan gizi
yang memberikan data paling meyakinkan tentang keadaan aktual gizi seseorang terdiri dari empat
langkah, yaitu pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium, pengkajian fisik atau secara
klinis dan riwayat kebiasaan makanan. (Moore, 2009) The Mini Nutritional Assessment (MNA)
adalah alat penilaian gizi lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko malnutrisi pada
lansia (Ebersole, 2009).

Pemeriksaan status gizi dapat memberikan informasi tentang keadaan gizi seseorang saat
itu dan kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi. The American Society for Parental and Enteral
Nutrition (ASPEN) dalam Meiner (2006) mengidentifikasi tujuan dari pengkajian status gizi
adalah untuk mendirikan parameter gizi secara subjektif dan objektif, mengidentifikasi kekurangan
nutrisi dan menentukan faktor resiko dari masalah gizi seseorang. Selain itu pengkajian status gizi
juga dapat menentukan kebutuhan gizi seseorang dan mengidentifikasi faktor psikososial dan

6
medis yang dapat mempengaruhi dukungan status gizi.Kategori status gizi lansia berdasarkan
Index Massa Tubuh ditampilkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Kategori status gizi lansia berdasarkan IMT

IMT Status Gizi


<18,5 kg/m2 Gizi kurang
18,5-25 kg/m2 Gizi Normal
>25 kg/m2 Obesitas
Sumber : Depkes (2006).

2.1.5 Kondisi Fisik pada Lansia


Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai
perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan ini
menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup
berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis pada
lansia mengakibatkan beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa
penyakit kronik dan infeksi (Adriani & Wiirjatmadi, 2012).

Apa yang terjadi dengan tubuh manusia dalam proses menua ini? Menurut (Hardianto
Wibowo, yang dikutip Fajar) secara ringkas dapat dikatakan:

 Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.

 Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.

 Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan menyusut
dan fungsinya menurun.

 Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran Jantung mengecil, kekuatan


memompa darah berkurang.

 Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).

 Terjadinya degenerasi selaput lender dan bulu getar saluran pemapasan, gelembung'
paniparu menjadi kurang elastis.

7
 Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).

 Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.

 Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal yang bertugas
membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan mengeluarkan sisa
metabolism melalui air seni berkurang pula.

 Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus dialami oleh
semua makluk hidup.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya proses menua. Para pakar
menduga karena adanya senyawa radikal bebas, arteosklerosis dan kurangnya aktifitas fisik, Proses
penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses
kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia
menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak bergantung pada orang lain.
Dengan tetap bekerja dan melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses
kemunduran dan penurunan kapasitas tersebut di atas (Kurnianto et al., 2015). Karena bekerja
maupun olahraga pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot dan
tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru). Kemunduran fungsi organ-organ
akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:

a. Kardiovaskuler( Jantung dan pembuluh darah)

 Volume sedenyut menurun hingga menyebabkan terjadinya penurunan isi


sekuncup(sktroke vollume) dan curah jantung(cardiac outr-put).

 Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan


tahanan periper dan peningkatan tekanan darah.

 Rangsangan simpatis sino atrial node menurun sehingga menyebabkan penurunan


denyut jantung maksimal.

b. Respirasi

8
 Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja lebih keras dan
kembang kempis paru tidak maksimal.

 Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.

 Kemapuan untuk batuk berkurang kekuatan dan menjadi kaku.

 Otot – otot pernapasan ke


c. Otot dan persendian

 Jumlah motorik unit otot menurun

 Jumlah mitokondria menurun sehingga akan menurunkan kapasitas respirasi otot dan
memudahkan terjadinya kelelahan , karena fungsi Mitokondria adalah memproduksi
adenosin triphospat(ATP).

 Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga menyebabkan turunnya


stabilitas dan mobilitas.

d. System Penglihatan
 Menurunnya lapangan pandang
 Berkurangnya daya penglihatan warna
 Kornea lebih berbentuk sefiris ( Bola )
 Lensa lebih suram
e. Sistem Sel
 Jumlah sel otak menurun
 Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrafaskuler.
 Menurunnya proporsi protein di otak ,otot, darah, dan hati
f. sistem Reproduksi
 Menciutnya Ovarium dan Uterus
 Atrofi Payudara
 Pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur- angsur.

9
2.1.6 Masalah Gizi pada Lansia
Masalah kesehatan yang terjadipada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja
yang banyakberhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin. Beberapa masalah kesehatan yang sering
terjadi pada lansia sebagai berikut:
a. Kurang Bergerak
b. Instabilitas
c. Beser
d. Gangguan Intelektual
e. Infeksi
f. Depresi
g. Gangguan Penglihatan
h. Kekurangan Gizi
i. Penyakit Akibat Obat-obatan
j. Jangguan Tidur
k. Daya Tahan tubuh yang menurun
Masalah gizi pada usia lanjut merupakan rangkaian proses masalah gizisejak usia muda
yangmanifestasinya timbul setelah tua dari berbagai penelitian yang dilakukan.oleh pakar, masalah
gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yaitu seperti:
a. Kegemukan atau obesitas
b. Penyakit Jantung Koroner
c. Hipertensi
d. Diabetes Militus
e. Osteoporosis (Keropos Tulang )
f. Sirosis Hepatis
g. Gout ( Asam Urat )
h. Kurang Zat Besi
i. KurangVitamin A
j. Kurang Vitamin B1,Asam Folatdan Vitamin B12
k. Kurang Vitamin C
l. Kurang Kalsium Dan Vitamin D

10
m. Kurang Vitamin E
n. Kurang Magnesium (Mg )
o. Kurang Mineral Seng ( Zn )
p. Kurang Serat

2.2 Penelitian Terkait


2.2.1 Kerangka Teori
Angka kecukupan gizi yang di anjurkan kedalam banyaknya tiap-tiap gizi esensial yang
harus dipenuhi dari makanan sehari-hari untuk mencegah defesiensi zat gizi (Sudiarti dan Urati,
2007). AKG dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, aktifitas fIsik, dan Keadaan
Fisiologis, seperti hamil dan menyusui. Angka Kecupan Gizi Berbeda dengan angka kebutuhan
gizi, AKG adalah banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
status gizi yang kuat (Dr. Fatmah, S.K.M., 2010).

Faktor Indifidu
 Usia
 Jenis Kelamin
 Berat Badan
 Aktifitas Fisik
 Keadaan Biologis

Defesiensi Pengaruh Asupan Gizi


Faktor Lingkungan
 Anggota Keluarga
 Kekuatan Fisik
 Pola Lingkungan
 Asupan Makanan
Kurang
 Media informasi
 Ekonomi Keluarga

11
2.2.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang ada, peneliti memuat sebuah kerangka konsep, dengan
variable dependen dalam penelitian ini yaitu kecenderungan dalam konsumsi makanan pada Lanjut
Usia. Sedangkan, variabel idependennya adalah factor yang mempengaruhi terjadinya
kecenderungan perilaku kesehatan yang diantaranya adalah: Mengonsumsi Buah, Sayuran, Susu,
Malnutrisi, Obesitas, Asam Urat. Adapun beberapa factor yang mempengaruhi dalam kerangka
teori dengan prilaku pengontrolan dalam mengonsumsi makanan yang sehat dan yang baik di
konsumsi. Sehingga faktor penyebab yang terjadi dikarenakan pola hidup yang kurang baik dan
penuaan yang seiring berjalan pasti dirasakan pada umur lanjut usia. Dengan penyakit- penyakit
yang ada.

Asupan Gizi Pada Umur


Usia Lanjut (Lansia) Dependen

Independ
en

Malnutrisi Obesitas Asam Urat

12
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan metode yang digunakan
adalah metode kualitatif, yaitu proses pengumpulan data atau informasi yang bersifat sewajarnya
dengan tidak merubah pada obyeknya serta informasi dapat digali sebanyak mungkin dari suatu
responden dengan lebih mendalam dan terperinci.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2019. Dengan menempuh
jarak ke lokasi penelitian memakan waktu sekitar 1 jam. Dan kemudian pada minggu selanjutnya
tim peneliti memulai menyusun laporan mini riset dari penelitian yang telah dilakukan.

3.3 Sumber Data


Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara mendalam menggunakan
pedoman wawancara dan observasi.

a. Wawancara Mendalam

Pokok-pokok pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu: Gambaran tentang status
gizi pada lansia; seperti mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis konsumsi makanan
dalam sehari, aktifitas fisik, serta penyakit yang sering dialami oleh responden tersebut.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran status
gizi pada masyarakat lansia di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu, suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk mengetahui gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif
tentang gambaran status gizi lansia di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli

13
Serdang. Penelitian ini dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2019. Dengan menempuh
jarak ke lokasi penelitian memakan waktu sekitar 1 jam. Dan kemudian pada minggu selanjutnya
tim peneliti memulai menyusun laporan mini riset dari penelitian yang telah dilakukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Desa Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, berjumlah 3 orang lansia pada tahun 2019. Sampel pada
penelitian ini adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi. Yang artinya sebagian populasi dijadikan
sebagai sampel penelitian ini.

3.5 Analisis data


Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif yang bermaksud
untuk memaparkan atau menggambarkan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam
lokasi penelitian tersebut. Pengumpulan data yang penulis masukan kedalam laporan bersumber
dari masyarakat lansia yang ada di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang.

Metode Deskriptif Analisis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data,
menyusun, mengguanakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara
lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Menurut Nazir (2003), adalah Penelitian
deskriptif suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif
ini adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang di selidiki.

Sanapiah Faisal mengartikan metode deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan


menginterpretasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang
tumbuh, proses yang telah berlangsung dan berkembang. Dengan kata lain metode deskriptif
adalah memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang material/fenomena yang diselidiki.
(Rusiadi, Metode Penelitian, 2017).

14
3.6 Pengecekan Keabsahan Temuan
Istilah kredibilitas dalam penelitian kualitatif merupakan istilah yang menggantikan
konsep validitas dalam penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada
keberhasilannya mencapai maksud mengekplorasi masalah atau mendeskripsikan setting,
kelompok social atau pola interaksi yang kompleks. Konsep kredibilitas juga harus mampu
mendemonstrasikan bahwa untuk memotret kompleksitas hubungan antara aspek tersebut,
penelitian dilakukan dengan cara tertentu yang menjamin bahwa subyek penelitian
diidentifikasikan dan dideskripsikan secara akurat.

Dalam penelitian ini, diperlukan definisi konsep yang tepat dengan menggunakan multi
sumber bukti (wawancara dan observasi) sehingga akan terbentuk rangkaian bukti untuk
memperkuat data yang diperoleh. Sedangkan isitlah untuk menggantikan realibilitas adalah
dependabilitas. Dependabilitas ini berkenan dengan apakah penelitian dapat diulang atau
direplekasi oleh penelitian landasan hasil yang sama bila menggunakan cara-cara yang sama
(konsisten), sehingga doat dipercaya (Nasution, 1996).

Ada beberapa cara yang biasanya digunakan penulis untuk meningkatkan kredibiltas
datanya, salah satunya adalah metode trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkansesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.

1. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat


kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada
dipenelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan prespektif seorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang ebagai rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara denga nisi suatu dokumen yang berkaitan.

15
2. Trianggulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu :
a. Pengecekan drajat kepercayaan penemuan hasil penelotian pengumpulan data.
b. Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Trianggulasi penyidik atau penulis, ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluanpengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatkan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data.
4. Trianggulasi dengan teori, (Lexy, 2008: 331) ialah menggunakan beberapa persepektif
yng berada untuk menginterpretasikan data.

Jadi, trianggulasi berarti cara terbaik untuk mengilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi


pernyataan yang ada dalam konteks suatu study sewaktu mengumpulkan data tentang berbagi
kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa denga trianggulasi,
peneliti dapa me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:

1. Mengajukan berbagai variasi pertanyaan


2. Mengecek dengan berbagai sumber data
3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis trianggulasi sumber data untuk
meningkatkan kredibilitas dalam penulisan ini. Trianggulasi sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah denga melakukan wawancara kehidupan subyek kebeberapa responden lansia
untuk mengetahui mengenai status gizi sebagai subyek penelitian.

16
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Lokasi Observasi

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang yang mempunyai luas 190,79 Km 2 dan terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari
wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar
dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243 %. Desa Percut merupakan salah satu dari 5 desa
yang merupakan desa pantai. Desa Percut memiliki luas wilayah sekitar 10,63 Km 2 atau sekitar
6,22% dari luas kecamatan. Peta wilayah kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat di bawah ini.

Sebagai Kecamatan yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Deliserdang. Kecamatan


Percut Sei Tuan termasuk Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang sangat padat,
menurut data terakhir yang penulis peroleh pada 10 Maret 2011, penduduk Kecamatan Percut Sei
Tuan berjumlah 353.588 jiwa di mana penduduk terbanyak berada di kelurahan Amplas yakni
sebanyak 70.941 jiwa dan jumlah penduduk terkecil di kelurahan Cinta Damai yakni sebanyak
5.022 jiwa. Secara umum penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan terdiri dari berbagai macam suku
dan agama dengan penduduk mayoritas dengan suku Batak Mandailing, Batak Simalungun dan

17
Jawa dan beragama Islam, di samping itu ada juga terdapat suku-suku lain seperti Padang, Melayu,
dan lain-lain.

Pada umumnya masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni oleh masyarakat pendatang
yang merantau ke Medan dan kemudian menikah dan menjadi warga tetap di Kecamatan Percut
Sei Tuan itu sendiri. Para masyarakat yang merantau itu kebanyakan yang datang dari luar
Sumatera Utara. Suku Jawa, Padang, Sunda merupakan para perantau pada mulanya. Sementara
keberadaan suku Melayu dan Batak merupakan penduduk asli yang telah beratus-ratus tahun
bertahan dan melahirkan generasi hingga dengan sampai saat ini.

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan percut Sei Tuan. Pemilihan lokasi penelitian


berdasarkan pertimbangan:

1. Lokasi penelitian merupakan daerah pesisir dan mudah dijangkau.


2. Mendapat ijin untuk penelitian dari instansi terkait, perangkat Desa dan Kecamatan.

Di daerah pesisir termasuk kecamatan Percut Sei Tuan masyarakatnya rata-rata


menggantungkan hidup sebagai seorang nelayan ataupun pedagang ikan yang pendapatannya pun
masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan ekonomi yang rendah kerap kali menjadi
permasalahan yang serius, karena banyaknya kebutuhan yang tidak tercukupi mengakibatkan
permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir serta pemahaman terhadap asupan pangan masih
rendah.

4.1.2 Hasil Wawancara Mendalam Pada Beberapa Responden di Desa


Percut
1. Apakah menurut Bapak /Ibu makan tiga kali sehari itu penting?

Nama : Raudiah Menurut responden pertama mengonsumsi


Jenis kelamin : Perempuan makanan seperti nasi sebanyak tiga kali sehari
Usia : 65 Tahun sangatlah di perlukan dikarenakan nasi
Status perkawinan : Kawin merupakan alat atau energi bagi tubuh untuk
Agama : Islam melakukan suatu aktifitas sehari – hari.
Pendidikan : SD
Suku : Melayu

18
Nama : Anawati harahap Menurut responden kedua mengonsumsi
Jenis kelamin : Perempuan makanan seperti nasi sangatlah diperlukan,
Usia : 60 Tahun walaupun bukan berbentuk nasi, makan itu
Status perkawinan : Kawin perlu dilakukan dalam waktu tiga kali sehari,
Agama : Islam dikarenakan jika tidak makan maka tubuh akan
Pendidikan : SD lemas.
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Menurut responden ketiga mengonsumsi
Jenis kelamin : Laki-laki makanan seperti nasi dan yang lainnya, sangat
Usia : 70 Tahun diperlukan, walaupun bukan di masak sendiri,
Status perkawinan : Kawin makan itu harus tetap di jaga dan dikonsumsi
Agama : Islam sebanyak tiga kali sehari walau kadarnya
Pendidikan : SMP gizinya berbeda- beda.
Suku : Jawa

2. Untuk memenuhi kebutuhan gizi apa sajakah yang Bapak/Ibu konsumsi dalam sehari?

Nama : Raudiah Menurut responden pertama makanan yang


Jenis kelamin : Perempuan memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti :
Usia : 65 Tahun Pagi : sarapan lontong, minum teh manis
Status perkawinan : Kawin Sore : nasi , sayur , dan lauk pauk , minum
Agama : Islam air putih
Pendidikan : SD Malam : nasi, sayur, lauk pauk, dan makanan
Suku : Melayu tambahan lainnya
Nama : Anawati harahap Menurut responden kedua mekanan yang
Jenis kelamin : Perempuan memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti :
Usia : 60 Tahun Pagi : sarapan lontong, minum susu saset
Status perkawinan : Kawin Sore : nasi , sayur , dan lauk pauk , minum
Agama : Islam the manis
Pendidikan : SD Malam : nasi, sayur, lauk pauk, dan makanan
Suku : Mandailing tambahan lainnya

19
Nama : Legiman Menurut responden ketiga makanan yang
Jenis kelamin : Laki-laki memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti :
Usia : 70 Tahun Pagi : sarapan lontong, minum teh manis
Status perkawinan : Kawin Sore : nasi, sayur, dan lauk pauk yang di
Agama : Islam beli dari luar rumah, minum teh manis
Pendidikan : SMP Malam : nasi, sayur, lauk pauk, makanan
Suku : Jawa tambahan lainnya, dan minum kopi

3. Jenis sayuran apa saja yang Bapak / Ibu konsumsi untuk menjaga kesehatan Bapak/Ibu
agar tetap sehat dan bugar?

Nama : Raudiah Menurut responden pertama mengkonsumsi


Jenis kelamin : Perempuan sayuran sangatlah penting bagi kesehatan
Usia : 65 Tahun tubuh, dikarenakan sayur merupakan bahan
Status perkawinan : Kawin selingan dalam makanan agar kadar gizinnya
Agama : Islam menjadi seimbang.
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Menurut responden kedua mengonsumsi
Jenis kelamin : Perempuan sayuran sangatlah penting, karena sayur
Usia : 60 Tahun banyak manfaatnya, dan enak diselingi dalam
Status perkawinan : Kawin nasi, jika tidak adanya sayur maka makanan
Agama : Islam serasa tidak lengkap.
Pendidikan : SD
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Menurut responden ketiga mengonsumsi
Jenis kelamin : Laki-laki sayuran sangatlah penting, sayur punya
Usia : 70 Tahun manfaat yang tinggi, akan tetapi saya jarang
Status perkawinan : Kawin mendapatkannya dan lebih banyak membeli di
Agama : Islam luar daripada membuatnya sendiri.
Pendidikan : SMP

20
Suku : Jawa

4. Jenis buah-buahan apa saja yang Bapak/Ibu konsumsi untuk menjaga kesehatan Bapak/Ibu
agar tetap sehat dan bugar?

Nama : Raudiah Menurut responden yang sering mereka


Jenis kelamin : Perempuan konsumsi buah seperti pisang, jeruk, dll,
Usia : 65 Tahun dikarenakan harga yang murah dan dapat
Status perkawinan : Kawin dijangkau.
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Menurut responden yang sering mereka
Jenis kelamin : Perempuan konsumsi buahan seperti papaya, nanas, pisang
Usia : 60 Tahun , dll, dikarenakan mudah didapat.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Menurut responden yang sering mereka
Jenis kelamin : Laki-laki konsumsi buahan seperti jeruk, pepaya pisang,
Usia : 70 Tahun dikarenakan mudah di dapat dan harga yang
Status perkawinan : Kawin terjangkau.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa

21
5. Berapa gelas air putih yang Bapak/Ibu minum setiap harinya?

Nama : Raudiah Menurut responden minum air putih sebanyak


Jenis kelamin : Perempuan 2 sampai dengan 4 gelas air putih , atau sekitar
Usia : 65 Tahun 1 liter.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Menurut responden minum air putih sebanyak
Jenis kelamin : Perempuan 2 sampai dengan 6 gelas air putih , atau sekitar
Usia : 60 Tahun 2 liter.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Menurut responden minum air putih sebanyak
Jenis kelamin : Laki-laki 2 sampai dengan 6 gelas air putih , atau sekitar
Usia : 70 Tahun 2 liter.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa

6. Apakah pernah Bapak/Ibu mengkonsumsi susu?

Nama : Raudiah Menurut responden minum susu tidak


Jenis kelamin : Perempuan diperlukan dikarenakan susu tidak saya sukai,
Usia : 65 Tahun harganya tidak terjangkau , bisa dimanfaatkan
Status perkawinan : Kawin uangnya dengan membeli yang lain
Agama : Islam
Pendidikan : SD

22
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Menurut responden minum susu sangat di
Jenis kelamin : Perempuan perlukan, dikarenakan sebagai makanan
Usia : 60 Tahun tambahan bagi tubuh agar tubuh tetap sehat ,
Status perkawinan : Kawin dan terhindar dari penyakit, walau susu saset
Agama : Islam atau kaleng.
Pendidikan : SD
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Menurut responden minum susu jarang saya
Jenis kelamin : Laki-laki minum dikarenakan tidak sering dan kurang
Usia : 70 Tahun menyukai susu secara langsung, biasanya di
Status perkawinan : Kawin selingin dengan kopi ataupun teh.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa

7. Aktivitas seperti apa yang sering Bapak/Ibu lakukan?

Nama : Raudiah Aktivitas responden pertama yang sering


Jenis kelamin : Perempuan dilakukan seperti, menyuci piring, menyapu
Usia : 65 Tahun rumah, mengepel, memasak, dll.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Aktivitas responden kedua yang sering
Jenis kelamin : Perempuan dilakukan seperti, menyuci, memasak,
Usia : 60 Tahun menyapu rumah, mengepel, dll.
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD

23
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Aktivitas responden ketiga yang sering
Jenis kelamin : Laki-laki dilakukan seperti mengayuh sepeda di
Usia : 70 Tahun sekitaran tempat tinggal untuk menjual ikan
Status perkawinan : Kawin keliling.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa

8. Penyakit apa saja yang biasanya Bapak/Ibu alami?

Nama : Raudiah Penyakit yang sering dialami oleh responden


Jenis kelamin : Perempuan seperti penyakit kelebihan berat badan, pegal-
Usia : 65 Tahun pegal pada tubuh, susah dalam berjalan, kadar
Status perkawinan : Kawin asam urat yang tinggi, dll.
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Melayu
Nama : Anawati harahap Penyakit yang sering di alami responden
Jenis kelamin : Perempuan seperti kelebihan berat badan, sering
Usia : 60 Tahun mengantuk, masuk angin, dan pegal-pegal
Status perkawinan : Kawin pada tubuh, dll.
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Mandailing
Nama : Legiman Penyakit yang sering di alami responden
Jenis kelamin : Laki-laki seperti penyakit kekurangan mengonsumsi
Usia : 70 Tahun karbohidrat, susah dalam bernafas, dan sering
Status perkawinan : Kawin mengalami lemas.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP

24
Suku : Jawa

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar dari prilaku
responden di daerah pesisir Desa Percut mengenai gizi seimbang masih terlampau baik, hal ini
dibuktikan dengan pola makan yang masih mencukupi taraf yang normal. Banyaknya responden
yang kurang mengetahui minum air putih itu sangatlah penting, sehingga belum bisa dikatakan
baik. Banyak juga responden yang kurang mengetahui pentingnya minum obat ataupun vitamin
dalam menambah energi mereka, sehingga mereka sama sekali tidak pernah mengonsumsinya.

Dan penyakit yang sering dialami pada masyarakat kebanyakan kondisi fisik berkurang,
seperti pegal- pegal, sering mengantuk, badan lemas, mata berkunang- kunang dan hal lainnya
yang dapat memicu berbagai factor risiko penyakit.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh tim peneliti terhadap tiga orang
responden dengan kategori lansia, diketahui bahwa semua responden lansia tersebut setuju bahwa
mengonsumsi makanan dengan frekuensi yaitu tiga kali sehari. Dengan mengatakan jika tidak
makan sebanyak tiga kai sehari yaitu pada pagi hari, siang dan malam hari maka tubuh mereka
akan merasa lemas dan mudah lelah. Walaupun dengan porsi yang sedikit atau hanya sekedar
mengonsumsi roti dan teh manis atau bahkan makanan yang dibeli dari luar, yang terpenting bagi
mereka harus makan dengan frekuensi tersebut. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Nurhidayati, 2012) tentang gambaran status gizi lansia di panti social Tresna
Wardha Kabupaten Bireuen Aceh, dimana konsumsi pangan seperti Karbohidrat, Protein, Serat,
Vitamin dan Mineral yang tidak seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami
memang sudah menurun.

Pada hasil penelitian mengenai perilaku konsumi sayur dan buah, didapatkan bahwa ternyata
semua responden lansia tersebut selalu mengonsumsi sayur serta buah. Karena mereka sendiri
apabila makan nasi, tidak lengkap rasanya jika tidak dibarengi dengan sayur. Cara pengolahan
sayuran yang bermacam-macam bagi mereka dapat meningkatkan nafsu makan mereka sendiri.
Pada umumnya mereka lebih sering mengonsumsi sayur seperti daun ubi, kangkung, dan bayam
serta buah-buahan seperti papaya dan jeruk. Walau terkadang mereka tidak mengolah sayurannya

25
sendiri karena alasan sedang malas, mereka rela membeli sayur yang sudah diolah diluar. Harga
yang terjangkau dan mudah untuk didapat, diduga menjadi alasan utama mereka dalam
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut. Hal ini juga sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Ade Fitria Handayani, 2015) tentang hubungan asupan serat dan konsumsi pangan
dengan status gizi dan kesehatan lansia pada penghuni panti werhda Bogor yang menyatakan
bahwa, konsumsi pangan sumber serat akan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Hasil
penelitian konsumsi serat pada lansia, didapatkan bahwa konsumsi serat yang beragam pada lansia
akan menurunkan terjadinya serangan dari penyakit kronik yang berhubungan dengan proses
penuaan lansia.

Kurangnya perilaku konsumsi minum air putih yang dilakukan oleh responden, diduga dapat
menimbulkan sakit pada pinggang. Hal tersebut dikarenakan semakin bertambahnya usia
seseorang maka otot-otot tubuh tidak akan sama dengan usia-usia produktif sebelumnya. Alasan
hanya karena sedang haus saja, disangka menjadi penyebab kurangnya konsumsi air putih pada
responden lansia tersebut.

Jarang mengonsumsi susu dan olahannya merupakan salah satu factor risiko terjadinya
osteoporosis, serta kadar asam urat yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Novianti, Ulfi, & Hartati, 2019) tentang hubungan jenis kelamin, status gizi, konsumsi susu dan
olahannya dengan kadar asam urat pada lansia, menyatakan bahwa responden yang jarang
mengonsumsi susu dan olahannya memiliki risiko 2,479 kali terhadap kadar asam urat tinggi
dibandingkan dengan responden yang sering mengonsumsi susu dan olahannya. Hal tersebut di
dukung dengan salah satu responden yang telah bersedia untuk diwawancarai, yang mengatakan
bahwa, Beliau tidak suka mengonsumsi susu dan sering megalami penyakit asam urat. Sedangkan
responden lain yang mengonsumsi susu merasa tidak memiliki penyakit asam urat tersebut, hanya
saja factor usia yang sudah cukup banyak yang menyebabkan sulitnya kaki mereka untuk bergerak
atau berjalan.

Asupan makanan yang tidak seimbang menyebabkan konsumsi berlebihan yang berhubungan
dengan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup tersebut akan berpengaruh terhadap
menurunnya berbagai macam penyakit tidak menular pada lansia. Selain pemberian nutrisi yang
baik, aktivitas fisik juga merupakan hal yang perlu diperhatikan pada seorang lansia. Olahraga
teratur dan istirahat yang cukup dapat memperlambat penuaan serta menurunkan risiko penyakit

26
jantung coroner. Hal tersebut diakui oleh salah satu responden yang menyebutkan bahwa dengan
mengayuh sepeda untuk berjualan ikan keliling dapat membuat tubuhnya merasa lebih sehat dan
tidak menimbulkan berbagai macam penyakit yang aneh-aneh, dibandingkan dengan orang-orang
yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti kereta atau mobil. Aktivitas fisik seperti olahraga
merupakan penunjang penting dalam mewujudkan gizi seimbang pada tubuh manusia dimana
dengan olahraga maka gangguan metabolism yang akan terjadi dapat menurun.

Berbagai macam penyakit yang timbul pada lansia, seperti asam urat, obesitas, malnutrisi, dan
lain-lain diduga disebabkan oleh perilaku konsumsi pangan yang tidak seimbang, gaya hidup yang
tidak baik, dan juga kurangnya dalam melakukan aktivitas fisik. Dimana pada usia lanjut tersebut,
sangat rentan terjadinya suatu penyakit, bergantung dengan kebiasaan-kebiasaan terdahulu yang
pernah dilakukan sebelumnya. Studi Epidemiologi menyatakan bahwa sebagian besar gout dialami
oleh mereka yang mengalami kelebihan berat badan. Risiko hiperurisemia meningkat pada
penderita obesitas. Obesitas dikaitkan dengan terjadinya peningkatan kadar asam urat endogen dan
menurunnya eskresi asam urat oleh ginjal. Factor lain yang diduga menghubungkan status gizi
dengan peningkatan kadar asam urat adalah hormone leptin, dimana leptin berfungsi untuk
meregulasi konsentrasi asam urat dalam darah. Tingginya kadar leptin pada orang yang mengalami
obesitas dapat menyebabkan resistensi leptin. Jika resistensi leptin terjadi di ginjal, maka akan
terjadi gangguan diuresis berupa retensi urin. Retensi urin inilah yang dapat menyebabkan
gangguan pengeluaran asam urat melalui urin. Jadi beberapa penyakit yang terjadi pada lansia
umumnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

Masyarakat dan ekonomi adalah ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan
artinya masyarakat dan ekonomi adalah akan selalu berkaitan, hal ini karena kemakmuran atau
maju mundurnya suatu masyarakat dapat diukur salah satunya dari segi taraf perekonomiannya
dan masyarakat adalah kaum pelaku ekonomi artinya perekonomian tidak akan ada bila
masyarakatnya tidak ada.

Tingkat perekonomian masyarakat banyak ditentukan dari segi usaha atau mata
pencahariannya, semakin maju suatu usaha maka akan semakin makmur pulalah para pelaku usaha
tersebut. Dari data yang didapatkan mayoritas penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan memenuhi

27
kebutuhan hidupnya melalui wirausaha (wiraswasta) dan perdagangan yang merupakan mata
pencaharian pokok masyarakat setempat. Namun selain nelayan, bertani dan berdagang,
masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan ada juga yang memiliki mata pencaharian sebagai pegawai
negeri, pegawai swasta, buruh dan lain-lain yang kesemua bentuk usaha tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan buat melangsungkan kehidupan sehari-hari. Secara jelasnya
masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan adalah masyarakat yang mandiri di tengah-tengah jantung
kota Medan.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebab tingkat pendidikan
menjadi satu ukuran maju tidaknya masyarakat tersebut sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat maka akan semakin berkembanglah peradaban sampai pada
perkembangan taraf kehidupan dan gaya hidup. Selain itu pendidikan juga memiliki peran penting
dalam proses pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang handal, sebab dengan SDM yang
handal maka proses pembangunan pun akan lebih bisa berjalan baik dan lancar.

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat lansia Kecamatan Percut Sei Tuan
termasuk masyarakat yang belum maju dalam bidang pendidikan, hal ini dibuktikan dengan rata-
rata anggota masyarakatnya hanya menempuh pendidikan formal sekolah dasar atau sekolah
menengah pertama.

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebudayaan

Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas sosial
ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara
sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi
sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula
didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa
mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi
dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.

Budaya saat penyantapan makanan pada Desa Percut tidak memiliki aturan yang spesifik,
mereka mempunyai kebiasaan bahwa makan sayur hanya pada pagi hari dan waktu makan siang

28
dan malam masyarakat Desa Percut hanya mengkonsumsi pakai lauk ikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dari hasil poin-poin yang diatas di daerah pesisir termasuk kecamatan Percut Sei Tuan
masyarakatnya rata-rata menggantungkan hidup sebagai seorang nelayan yang pendapatannya pun
masih dikatakan jauh dari kata cukup. Pendidikan dan ekonomi yang rendah kerap kali menjadi
permasalahan yang serius, karena banyaknya kebutuhan yang tidak tercukupi mengakibatkan
permasalahan gizi buruk pada daerah pesisir serta pemahaman terhadap asupan pangan masih
rendah.

29
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan
yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiga responden di Desa Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dari
prilaku responden di daerah pesisir Desa Percut mengenai gizi seimbang masih terlampau baik,
hal ini dibuktikan dengan pola makan yang masih mencukupi taraf yang normal. Banyaknya
responden yang kurang mengetahui minum air putih itu sangatlah penting, sehingga belum bisa
dikatakan baik. Banyak juga responden yang kurang mengetahui pentingnya minum obat ataupun
vitamin dalam menambah energi mereka, sehingga mereka sama sekali tidak pernah
mengonsumsinya. Dan penyakit yang sering dialami pada masyarakat kebanyakan kondisi fisik
berkurang, seperti asam urat, reumatik, pegal- pegal, obesitas, sering mengantuk, badan lemas,
mata berkunang- kunang dan hal lainnya yang dapat memicu berbagai factor risiko penyakit.

Hasil penelitian mini research yang dilakukan di Desa Bagan Percut, Sei Tuan, Deli Serdang,
diketahui bahwa asupan makanan yang tidak seimbang menyebabkan konsumsi berlebihan yang
berhubungan dengan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup tersebut akan berpengaruh
terhadap menurunnya berbagai macam penyakit tidak menular pada lansia. Selain pemberian
nutrisi yang baik, aktivitas fisik juga merupakan hal yang perlu diperhatikan pada seorang lansia.
Olahraga teratur dan istirahat yang cukup dapat memperlambat penuaan serta menurunkan risiko
penyakit jantung coroner. Hal tersebut diakui oleh salah satu responden yang menyebutkan bahwa
dengan mengayuh sepeda untuk berjualan ikan keliling dapat membuat tubuhnya merasa lebih

30
sehat dan tidak menimbulkan berbagai macam penyakit yang aneh-aneh, dibandingkan dengan
orang-orang yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti kereta atau mobil. Aktivitas fisik
seperti olahraga merupakan penunjang penting dalam mewujudkan gizi seimbang pada tubuh
manusia dimana dengan olahraga maka gangguan metabolism yang akan terjadi dapat menurun.

5.2 Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan adanya kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi oleh petugas
kesehatan kepada para lansia mengenai pentingnya zat gizi bagi tubuh, terutama energi,
protein, kalsium dan zat besi yang akan berdampak pada kesehatan tubuh lansia itu
sendiri yang bisa dilakukan dua kali dalam sebulan.
2. Kepada masyarakat lansia tersebut diharapkan lebih memperhatikan cara memilih
bahan makanan dan cara mengolah makanan yang baik sehingga dapat meningkatkan
penatalaksanaan gizi yang baik bagi tubuh.
3. Berdasarkan simpulan tersebut maka sebaiknya lansia lebih memperhatikan asupan
makan, terutama asupan lemak dan karbohidrat sesuai dengan kecukupan tubuh
sebagai upaya untuk mendapatkan dan mempertahankan berat badan ideal, serta
melakukan aktivitas olahraga secara teratur minimal 3 kali/minggu sebagai upaya
untuk mengurangi tingkat kecemasan sedang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wiirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenada
Media Group.

Arisanti, M., Husin, S., & Febry, F. (2014). GAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA
TAHUN 2009 DESCRIPTION OF ENERGY INTAKE AND NUTRITION IN ELDERLY AT
TRESNA WERDHA WARGA TAMA SOCIAL INSTITUTION INDRALAYA IN 2009 Jurnal
Ilmu Kesehatan Masy. 5, 25–32.

Dr. Fatmah, S.K.M., M. S. (2010). GIZI USIA LANJUT (R. Astikawati, ed.). Jakarta: PT Penerbit
Erlangga.

Kurnianto, D., Ilmu, P., Pps, K., Makalah, A., Lansia, P., & Apa, P. (2015). Menjaga Kesehatan
Di Usia Lanjut. Jorpres, 11(2), 19–30.

Novianti, A., Ulfi, E., & Hartati, L. S. (2019). Hubungan jenis kelamin, status gizi, konsumsi
susu dan olahannya dengan kadar asam urat pada lansia. Jurnal Gizi Indonesia, 7(2), 133.
https://doi.org/10.14710/jgi.7.2.133-137

Nurhidayati. (2012). GAMBARAN STATUS GIZI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA


WERDHA DESA COT BADA TUNONG KABUPATEN BIREUEN ACEH. (April), 96–100.

Trihandini, I. (2007). Potret Buram Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Kesmas:
National Public Health Journal, 1(5), 226. https://doi.org/10.21109/kesmas.v1i5.295

32
LAMPIRAN
HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN

33

Anda mungkin juga menyukai