ABSTRAK
1
pidana yang dijatuhkan kepada anak adalah ½ dari maksimum ancaman pidana bagi
orang dewasa.
2
ABSTRACT
The abuse of narcotics by children is now the concern of many people who
are constantly being discussed and published, and even become the attention of
various groups. Narcotics abuse by children is a deviation from behavior or
unlawful conduct, it is unfortunate if a child has experienced repetition of a crime
of narcotics abuse can even become an addict. The problems that become a
reference in writing this paper are whether the factors that cause the repetition of
criminal acts of narcotics abuse by children and how to prevent the repetition of
narcotics abuse by children. This research was conducted using a problem approach
through a normative juridical approach with primary data and secondary data where
each data was obtained from library research. Data analysis is described in the form
of sentence descriptions and analyzed qualitatively, then to draw a conclusion.
Based on the results of the study and discussion, it was concluded: (1) the factors
that cause repetition of narcotics abuse by children are internal factors that come
from within the individual and external factors that come from outside the
individual. (2) Countermeasures taken against the repetition of criminal acts of
narcotics abuse by children are carried out in a preventive and repressive manner.
Criminal sanctions given in accordance with the applicable laws and criminal
calculations imposed on children are ½ of the maximum criminal threat for adults.
3
A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan sosial
yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai generasi
penerus perjuangan bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban ikut
serta dalam membangun negara dan bangsa Indonesia, generasi muda dalam hal ini
anak merupakan subyek dan obyek pembangunan nasional dalam usaha mencapai
tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Pada prinsipnya anak merupakan pilar
terpenting yang akan menentukan nasib peradaban masyarakat di masa yang akan
datang dan anak juga mempunyai ciri dan sifat khusus yang memerlukan
pembinaan yang bertujuan menjamin pertumbuhan fisik dan mentalnya secara utuh,
selaras dan seimbang. Namun yang menjadi suatu permasalahan serius yang
sedang dihadapi adalah masalah kenakalan anak dan remaja yang merupakan
persoalan yang aktual dihampir setiap negara di dunia termasuk Indonesia. Saat ini
sebagai gambaran maraknya kasus-kasus pelanggaran hukum yang dilakukan anak
dan remaja dapat berupa perkelahian, penodongan, perampokan, pencurian,
pemilikan senjata tajam bahkan penyalahgunaan narkotika atau berbagai
pelanggaran hukum lainnya.
Penyalahgunaan narkotika saat ini menjadi perhatian banyak orang dan
terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Ironisnya, tidak hanya dikalangan
dewasa saja narkotika begitu dikenal dan dikonsumsi, tetapi dikalangan remaja dan
anak dibawah umur pun juga sudah mengenal barang haram tersebut. Fakta yang
disaksikan hampir setiap hari baik melalui media cetak maupun elektronik, ternyata
peredaran narkotika telah merebak kemana-mana tanpa pandang usia. Narkotika
merupakan bagian dari narkoba yaitu segolongan obat, bahan atau zat yang jika
masuk ke dalam tubuh berpengaruh terutama pada fungsi otak (susunan araf pusat)
dan sering menimbulkan ketergantungan. Terjadi perubahan dalam kesadaran,
pikiran, perasaan, dan perilaku pemakainya1.
1
Ahmadi Sofyan. Narkoba Mengincar Anak Muda. Jakarta. Prestasi Pustaka. 2007. hlm. 12.
4
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
pada Pasal 1 Ayat (1) bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam undang-
undang ini2.
Masa remaja seorang anak dalam suasana atau keadaan peka, karena
kehidupan emosionalnya yang sering berganti-ganti. Rasa ingin tahu yang lebih
dalam lagi terhadap sesuatu yang baru, kadangkala membawa mereka kepada hal-
hal yang bersifat negatif. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak
merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum,
sangat disayangkan apabila anak telah mengalami pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika bahkan dapat menjadi. Pengulangan tindak pidana,
dalam pergaulan sehari-hari, khususnya diantara para penjahat/preman dikenal
dengan “residivis” (seharusnya recidive). Menurut Sudarsono, seseorang yang
menderita ketagihan atau ketergantungan pada narkotika akan merugikan dirinya
sendiri, juga merusak kehidupan masyarakat4.
II. Permasalahan
2
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.
4
Sudarsono. Kenakalan Remaja. Jakarta. PT. Rineka Cipta. 1995. hlm. 68.
5
1. Apa Faktor Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak?
2. Bagaimana Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Pencegahan Terhadap
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak?
3. Bagaimana Upaya Penanggulangan terhadap Pengulangan Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak?
B. METODOLOGI
Upaya perlindungan hukum anak pada prinsipnya sudah lama diupayakan oleh
pemerintah, hal ini terbukti dari berbagai peraturan perundang-undangan yang
diundangkan oleh pemerintah. Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut
6
antara lain adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yang mengatur
perlindungan hukum terhadap setiap orang yang terlibat dalam tindak pidana
termasuk juga bagi anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 jo UU No. 11
Tahun 2012 tentang Pengadilan Anak yang memuat ketentuan hukum pidana formil
dan ketentuan hukum pidana materiil terhadap anak, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 59 sampai Pasal 66 dan secara khusus
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak5.
5
Lilik Mulyadi. 2004. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi. Djambatan.
Jakarta
6
Muladi (editor). 2005. Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep & Implikasinya Dalam Perspektitf
Hukum & Masyarakat. Refika Aditama. Bandung. hlm 232-233
7
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-
haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.
Menurut penuturan Hakim Achmad Semma, SH yang bertugas sebagai hakim anak
di Pengadilan Negeri Medan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba adalah bersifat kasuistis, yaitu antara
8
satu kasus dengan kasus yang lainnya berbeda karena perbedaan latar belakang
sianak tersebut. Namun dari kebanyakan kasus yang terjadi yang pernah ditangani
bahwa penyebab anak terlibat dalam narkoba karena ingin coba-coba yang mana
anak tersebut sebelumnya sudah merokok. M. Taufik Makarao dkk dalam bukunya
menyatakan pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan penyalahgunaan narkoba dapat dibedakan atas faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar dirinya 7.
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat
mempengaruhi terhadap apa yang kemudian akan dilakakukannya dalam
penyalahgunaan narkoba. Faktor individu ini yang menjadi bagian faktor internal.
Faktor individu terdiri dari aspek kepribadian, dan kecemasan / depresi. Hal ini
termasuk dalam aspek kepribadian antara lain kepribadian yang ingin tahu, mudah
kecewa, sifat tidak sabar dan rendah diri. Adapun yang termasuk dalam kecemasan
/ depresi adalah karena tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup sehingga
melarikan diri dalam penggunaan narkoba.8
Menurut Dwi Yani L, sudah merupakan suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari
roh, jiwa, dan raga. Idealnya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang.
Jiwa manusia terdiri atas tiga aspek, yaitu kognisi (pikiran), afeksi (emosi,
perasaan), konasi (kehendak, kemauan, psikomotor). Selain mengalami
pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya, menurut
Dwi Yani L, dalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan
7
M. Taufik Makarao, Suhasril dan H.M Zakky A.S.2005. Tindak Pidana Narkotika, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm 53-56
8
Badan Narkotika Nasional. Buku Bacaan Bagi Pelajar SMA- Kampanye Anti Narkoba, hlm 16
9
sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan
ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Karenanya,
tidak aka nada orang-orang yang persis sama, sifat bawaan lahir berpengaruh
besar.9 Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkotika, factor-faktor individu
yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus antara lain:
1. Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadia terdiri dari:
a. Gangguan cara berpikir
Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain
pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum
yang terjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar oleh
komunitasnya. Membuat alasanalasan yang dianggap benar menurut penalarannya
sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-norma yang
berlaku. Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan, termasuk
tindakan menyalahgunakan narkotika.
b. Gangguan emosi
Dengan adanya gangguan emosi, antara lain: labil, mudah marah, mudah sedih,
seringkali mudah putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan
engontrolan atau penguasaan dirinya akan terhambat. Gangguan emosi juga dapat
terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak dapat mencintai diri sendiri maupun
orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa
kesepian dan merasa terbuang. Pengalaman yang menyakitkan hati yang
berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan gangguan
emosi. Misalnya, luka hati karena perlakuan orang tua yang terlalu keras atau tidak
adanya perhatian dari orang tua yang terlalu keras atau tidak adanya perhatian dari
orang tua, diringgalkan orang yang dikasihinya atau karena pertengkaran dalam
rumah tangga bagi yang telah berkeluarga. Hal tersebutlah yang mempengaruhi
seseorang tidak mampu mengontrol perbuatannya menyalahgunakan narkotika.
9
Dwy Yan L, Narkoba, Pencegahan dan Penanganan, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001, hal.
35.
10
c. Gangguan kehendak dan perilaku
Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik,
juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya
sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya
juga akan mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya. Sikap dan
perilakunya akan terpengaruh dan biasanya dapat terjadi kehilangan control
sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak tidak sesuai dengan norma yang
ada dalam lingkungannya, salah satunya adalah penyalahgunaan narkotika.
2. Faktor usia
Dengan mendekati masa usia remaja misalnya, maka kelenjar kelamin mulai
menghasilkan hormone yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
seksual anak yang meningkat remaja. Dalam masa aqil baligh ini banyak perubahan
terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dan diikuti oleh perubahan emosi,
minat, sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anak
remaja itu. Pada saatsaat itu remaja mengalami perasaan ketidakpastian, di satu sisi
merasa sudah bukan anak-anak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima
tanggung jawab sebagai orang dewasa memang masih sangat muda dan kurang
pengalaman. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba, kurang mengerti resiko
disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian ini,
biasanya remaja mudah terjebak dalam kenakalan remaja atau penyalahgunaan
narkotika.
3. Pandangan atau keyakinan yang keliru
Ada orang-orang yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap enteng
hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat orang lain,
menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya tersebut, atau merasa yakin
bahwa pendapatnya sendiri yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke
dalam tindakan penyalahgunaan narkotika.
4. Religious yang rendah
11
tidak ada patokan untuk mengontrol perilakunya, sehingga perilakunya sesuka
hatinya, tidak tahu masalh mana yang baik mana yang buruk dan tidak takut berbuat
dosa. Salah satu perbuatan dosa/negative yang tidak sungkan-sungkan dikerjakan
adalah perbuatan kejahatan penyalahgunaan narkotika.10
2. Faktor Eksternal
Selain faktor internal adapula faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prilaku
remaja dalam tindak penyalah gunaan narkoba. Faktor eksternal yaitu halhal yang
mendorong timbulnya kenakalan remaja dalam tindak penyalahgunaan narkoba
yang bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan yaitu lingkungan
sekitar, keluarga atau keadaan masyarakat11.
a. Faktor Lingkungan
b. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan wadah utama dalam pendidikan. Kebiasaan orang tua sehari-
hari sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental anak. Anak yang hidup
pada keluarga yang damai maka mereka akan berperilaku yang positif, sedangkan
anak yang hidup pada keluarga yang kurang baik maka hal itu dapat menyebabkan
kenakalan.
10
Jurnal Mercatoria, Vol. 3 No. 2 Tahun 2010, halaman 121.
11
Abdul Syani. Sosiologis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya. 1987. hlm. 37.
12
Ligkungan tempat anak berpijak adalah masyarakat. Tidah jauh juga dengan
lingkungan keluarga, apabila anak hidup dalam masyarakat yang baik maka
perilaku anak akan menjadi baik begitu juga sebaliknya, anak yang hidup di
lingkungan masyarakat yang kurang baik juga akan berpengaruh buruk pada
pribadi anak. Oleh sebab itu sangat diperlukannya pengawasan dari orang tua
kepada anak-anaknya yang mulai mengalami perubahan beranjak kearah remaja.
Mengingat faktor eksternal juga tidak kalah berpengaruh terhadap psikologi
maupun tingkah laku anak12.
12
Romli Atmasasmita. Problema Kenakalan Remaja. Bandung. Armico. 1997. hlm.51.
13
penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat
“repressive” (penindasan / pemberantasan / penumpasan) sesudah terjadi kejahatan.
14
sengaja tidak melaporkannya maka sanksi yang dikenakan juga kepada orang tua si
pecandu narkotika. Pasal 133 lebih menekankan anak sebagai korban13.
Dalam upaya ini diperlukan adanya kerja sama yang baik dari aparat
pemerintah, penegak hukum, dan juga masyarakat dalam mencegah terjadinya
kejahatan, dalam hal ini kejahatan Pencurian dengan Kekerasan. Pendekatan non-
penal yaitu pendekatan pencegahan kejahatan tanpa menggunakan sarana
pemidanaan yaitu dapat dilakukan dengan berbagai pencegahan dibidang ekonomi,
pendidikan, desain lingkungan ataupun strateg-strategi lain yang dapat membatasi
ruang gerak pelaku kejahatan .
13
JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2 Oktober 2014
15
Upaya untuk mengalihkan penanganan anak dari jalur yustisial menuju jalur
non-yustisial (diversi) dianggap penting. Di dalam kasus tindak pidana narkotika
ini, khususnya bagi pelaku tingkat pemula, diversi merupakan langkah kebijakan
non-penal penanganan anak pelaku kejahatan, karena penanganan dialihkan di luar
jalur system peradilan anak, melalui cara-cara pembinaan jangka pendek atau cara-
cara lain bersifat keperdataan atau administrative. Diversi berangkat dari asumsi
bahwa proses penanganan anak lewat sistem peradilan lebih besar kemungkinan
negatifnya, daripada positifnya bagi perkembangan anak.
Selain itu ternyata upaya untuk menghindarkan anak dari sistem peradilan
ternyata tidak hanya melalui upaya diversi saja namun terdapat pula upaya diskresi.
Selain dari penanggulangan tindak pidana narkotika yang dilakukan melalui
langkah non-yudisial, dalam undang-undang narkotika juga diberikan upaya non-
penal lainnya yaitu pelaksanaan rehabilitasi yang diberikan kepada pecandu
narkotika. Pasal 1 angka 16-17 menyatakan bahwa rehabilitasi terbagi atas 2 yaitu
Rehabilitasi Medis yang adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika dan Rehabilitasi
Sosial yang adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,
mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan
fungsi sosial dala kehidupan masyarakat14.
14
Reh Bunga BR PA. 2002. Skripsi: Perspektif Krimiologi Tentang Penyalahgunaan Narkotika di
Kotamadya Binjai, Fakultas Hukum USU, Medan, hlm 1
16
sedangkan pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa disebut juga sebagai upaya
non penal yang lebih menitikberatkan pada tindakan preventif (pencegahan)15.
1. Upaya preventif
15
Soerjono Soekanto. Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. 2010.
hlm.126.
16
Firganefi dan Deni Achmad. Hukum Kriminologi. Bandar Lampung. PKKPUU FH UNILA.2013.
hlm. 34.
17
penanggulangan, membekali anakanaknya dengan agama, kesehatan, kegiatan-
kegiatan positif, memberi motivasi kepada anak, dan memberi contoh yang baik
agar si anak dapat terhindar dari narkotika.
2. Upaya represif
18
ialah dilakukan dengan tujuan agar narapidana memiliki fisik yang sehat dan tidak
ada tekanan kejiwaan (stress) selama menjalani masa hukum di dalam lapas17.
D. KESIMPULAN
- Undang-Undang Narkotika tidak mengatur secara khusus tentang sanksi bagi anak
yang terlibat penyalahgunaan narkotika melainkan mengatur sanksi bagi anak
sebagai korban dalam suatu tindak pidana yaitu tindak pidana narkotika yang
berkaitan dengan pemanfaatan anak (Pasal 133 Undang-undang Nomor 35 Tahun
2009), dalam merumuskan berlakunya sanksi dalam Undang-Undang Narkotika
penegak hukum juga harus memberlakukan Undang- Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak sebagai ketentuan khusus
17
Sudarsono. 1995, Kenakalan Remaja, PT Rineka Cipta: Jakarta.
19
remaja ingin mengetahui apa yang belum pernah ia lakukan, perasaan ingin tahu,
ingin tampil beda, melarikan diri dari kenyataan dan rasa kesetia kawanan. Dengan
didasari proses coba-coba karena ingin tahu dan iseng kemudian menjadi pemakai
tetap dan lalu menjadi pemakai yang ketergantungan.
20
3. Kebijakan hukum pidana dalam upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan narkotika oleh anak:
ada 2 kebijakan hukum pidana yang dapat digunakan yaitu kebijakan penal atau
penal policy yaitu upaya penanggulangan Kejahatan dengan menggunakan sanksi
(hukum) pidana, dan kebijakan non-penal atau non penal policy yaitu pencegahan
kejahatan tanpa menggunakan sarana pemidanaan yaitu dapat dilakukan dengan
berbagai pencegahan dibidang ekonomi, pendidikan, desain lingkungan ataupun
strategi-strategi lain yang dapat membatasi ruang gerak pelaku kejahatan.
21
sosial. Upaya represif dalam penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak dilakukan dengan cara penerapan pidana
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Selain
upaya diatas, bahwa upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah rehabilitasi yang bertujuan untuk
mengobati dan memulihkan kondisi fisik, psikis, mental, moral dan sosial anak
bekas korban penyalahgunaan narkotika serta untuk mencegah agar jangan sampai
mereka kambuh dan terjerumus kembali kedalam penyalahgunaan narkotika.
22
DAFTAR PUSTAKA
23