Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM PEMERINTAHAN


DAERAH DI INDONESIA”

Disusun oleh:
Aris Maulana (29.0663)

Program Studi Manajemen Kependudukan dan Catatan Sipil


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Kata Pengantar

Segala puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Perkembangan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia”
ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu saya haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena saya sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah saya buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya makalah yang
telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jatinangor, 05 Mei 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Sejarah ................................................................................................................... 2
B. Hukum ................................................................................................................... 2
C. Sejarah Hukum ..................................................................................................... 3
D. Lembaga Pemerintah Daerah .............................................................................. 4
E. Sejarah Hukum Lembaga Pemerintahan Daerah ............................................. 5
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
memberikan amanat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat daerah yang akan diwujudkan dengan


terbentuknya pemerintahan daerah juga dapat digunakan sebagai peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah sebagaimana tercantum dalam
konsideran menimbang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia dilaksanakan dalam rangka


desentralisasi di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu mempunyai tiga tujuan
(Sadu Wasisitiono; 2003), yaitu :

1. Tujuan politik, yakni demikratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara


pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik.
2. Tujuan administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses
administrasi pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat
menjadi lebih cepat, tepat, transparan serta murah.
3. Tujuan sosial ekonomi, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
 Bagaimana Perkembangan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah di
Indonesia?
C. Tujuan
 Mengetahui Perkembangan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah di
Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
Pengertian sejarah secara umum diambil dari bahasa Yunani historia yang
memiliki arti pengetahuan atau penyelidikan yang didapatkan dari suatu proses
penelitian. Sedangkan pengertian sejarah lain juga didapatkan dari bahasa Arab
syajaratun yang berarti pohon yang bercabang. Pengertian ini menunjukkan jika
sejarah itu bercabang-cabang dan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Aristoteles mendefinisikan sejarah sebagai sebuah sistem yang meneliti


tetang satu kejadian dan disusun secara kronologis. Peristiwa atau kejadian yang
disusun itu harus mempunyai catatan atau bentuk lainnya sebagai bukti kebenaran
kejadian yang disusun tersebut.
Kuntowijoyo menjabarkan sejarah sebagai fakta yang disuguhkan secara
ideografis, empris, diakronis dan unik. Sejarah bersifat ideografis karena
menggambarkan tentang sesuatu, sedangkan diakronis karena disuguhkan
berdasarkan waktu dan empiris artinya sejarah itu bersandar pada sebuah
pengalaman manusia yang benar-benar terjadi.

Jadi, Sejarah merupakan asal-usul tentang suatu kejadian atau peristiwa


yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

B. Hukum
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam negara
hukum. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum selain untuk melindungi kita dari
penyalahgunaan kekuasaan, hukum juga digunakan untuk menegakkan keadilan.

Secara umum, di Indonesia mengenal adanya 2 hukum yaitu : Hukum Publik dan
Hukum Privat.

1. Hukum Publik

Pengertian Hukum Publik adalah peraturan hukum yang mengatur


tentang hubungan hukum antara warga Negara dengan Negara yang
menyangkut kepentingan umum. Hukum publik merupakan hukum yang
mengatur masyarakat

Hukum Pidana termasuk hukum Publik. Hukum pidana ini mengatur


hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan
kalau masyarakat memang memerlukan.

2
3

Contoh hukum publik :

 Hukum tata Negara


 Hukum administrasi Negara
 Hukum pidana

2. Hukum Privat

Hukum Privat merupakan hubungan yang mengatur hubungan antara sesama


manusia, antara satu orang dengan orang yang lainnya dengan menitik beratkan
kepentingan perorangan.

Hukum Perdata merupakan Hukum Privat. Hukum Perdata ini merupakan


rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur satu degan lainnya. Dalam hukum
ini, asas pokok otonomi warga negara merupakan milik dirinya sendiri jadi mereka
berhak mempertahankan kehendak mereka sendiri. Namun hal tersebut masih
terikat pada prosedur yang ditetapkan pemerintah (pemerintah sebagai pengawas).

Contoh hukum privat :

 Hukum sipil
 Hukum perdata
 Hukum dagang

C. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah studi tentang bagaimana hukum berkembang dan
mengapa hal itu berubah. Sejarah hukum berhubungan erat dengan perkembangan
peradaban dan diatur dalam konteks sejarah sosial yang lebih luas. Di antara para
ahli hukum dan ahli sejarah proses hukum tertentu, telah dilihat sebagai rekaman
evolusi undang-undang dan penjelasan teknis tentang bagaimana undang-undang
ini telah berevolusi dengan pandangan untuk memahami asal-usul berbagai konsep
hukum; Beberapa menganggapnya sebagai cabang sejarah intelektual. Ahli sejarah
abad ke-20 telah melihat sejarah hukum dengan cara yang lebih kontekstualisasi
lebih sesuai dengan pemikiran sejarawan sosial. Mereka telah melihat institusi
hukum sebagai sistem peraturan, pemain dan simbol yang kompleks dan telah
melihat elemen-elemen ini berinteraksi dengan masyarakat untuk mengubah,
menyesuaikan, menolak atau mempromosikan aspek-aspek tertentu dari
masyarakat sipil. Sejarawan hukum semacam itu cenderung menganalisis sejarah
kasus dari parameter penyelidikan sains sosial, dengan menggunakan metode
statistik, menganalisis perbedaan kelas antara para pemohon, pemohon dan pemain
lain dalam berbagai proses hukum. Dengan menganalisis hasil kasus, biaya
transaksi, jumlah kasus yang diselesaikan, mereka telah memulai analisis terhadap
institusi, praktik, prosedur dan briefing hukum yang memberi kita gambaran hukum
dan masyarakat yang lebih kompleks daripada studi yurisprudensi, perkara kasus
dan kode sipil yang dapat dicapai.
4

D. Lembaga Pemerintah Daerah


Pemerintahan daerah menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa komponen dari suatu
pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Pemerintah daerah yang dimaksud adalah Gubernur, Bupati atau Walikota
dan perangkat daerah sebagi unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sedangkan
yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah yang juga merupakan unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi yang
kemudian dibagi juga atas kabupaten-kabupaten dan kota-kota dimana masing-
masing mempunyai pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintahan daerah baik di provinsi maupun di kabupaten/kota menjalankan
otonomi dengan seluas-luasnya kecuali pada urusan pemerintahan yang telah
ditetapkan menjadi urusan Pemerintah Pusat. Otonomi daerah yang dijalankan oleh
pemerintahan daerah mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah sebagaimana tercantum dalam
ketentuan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur ketentuan
mengenai urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat, meliputi :
1. politik luar negeri;
2. pertahanan;
3. keamanan;
4. yustisi;
5. moneter dan fiskal nasional; dan
6. agama.

Pemerintahan daerah mempunyai urusan di luar urusan tersebut di atas


sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1)
yang meliputi :

1. perencanaan dan pengendalian pembangunan;


5

2. perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;


3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
4. penyediaan sarana dan prasarana umum;
5. penanganan bidang kesehatan;
6. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
poetensial;
7. penanggulangan masalah sosial;
8. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
10. pengendalian lingkungan hidup;
11. pelayanan pertanahan;
12. pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
13. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. pelayanan administrasi penanaman modal;
15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
16. urusan lain yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Selain urusan-urusan yang telah disebutkan di atas, pemerintahan daerah juga


mempunyai urusan pilihan yang merupakan urusan pemerintahan yang secara nyata
ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

E. Sejarah Hukum Lembaga Pemerintahan Daerah


Pemerintahan daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia dari waktu ke
waktu mengalami banyak perubahan. Pada tiap tahapan periode, pemerintahan
daerah mempunyai bentuk dan susunan yang berbeda-beda berdasar pada aturan
umum yang ditetapkan melalui Undang-Undang.
1. Periode Tahun 1945-1948

Aturan umum yang berlaku pada periode tahun 1945 sampai dengan
tahun 1948 adalah aturan yang ditetapkan oleh PPKI. Pada tanggal 19 Agustus
1945, PPKI menetapkan pembagian daerah dan pelaksanaan pemerintahan
secara umum dengan melanjutkan pelaksanaan yang sudah ada. PPKI hanya
6

menetapkan adanya Komite Nasional Daerah untuk membantu pekerjaan


kepala daerah.

Wilayah Indonesia dibagi menjadi provinsi-provinsi yang dikepalai


oleh Gubernur. Tiap-tiap provinsi dibagi lagi menjadi karesidenan yang
dikepalai oleh Residen. Gubernur dan Residen dalam melaksanakan
pemerintahan dibantu oleh Komite Nasional Daerah. Provinsi dan karesidenan
hanya merupakan daerah administrasi dan belum mendapat otonomi.

2. Periode Tahun 1948-1957

Periode tahun 1948 sampai dengan tahun 1957 telah berlaku Undang-
Undang Pokok Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Secara
umum, Indonesia memiliki dua jenis daerah otonomi, yaitu daerah otonom
biasa dan daerah otonom khusus. Masing-masing daerah otonomi tersebut
memiliki tiga tingkatan pemerintahan meliputi :

a. Tingkat I : Provinsi;
b. Tingkat II : Kabupaten/Kota Besar; dan
c. Tingkat III : Desa.
3. Periode Tahun 1957-1965

Periode ini berlaku Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang


Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1948. Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah
otonomi yaitu daerah otonomi biasa yang disebut daerah swatantra dan daerah
otonomi khusus yang disebut dengan daerah istimewa yang masing-masing
memiliki tingkatan sebagai berikut :

a. Tingkat I : Daerah Swatantra Tingkat ke I;


b. Tingkat II : Daerah Swatantra Tingkat ke II; dan
c. Tingkat III : Daerah Swatantra Tingkat ke III.
4. Periode Tahun 1965-1974

Periode tahun 1965 sampai dengan tahun 1974 berlaku Undang-


Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah
yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Menurut Undang-
7

Undang tersebut, secara umum Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah
otonomi. Daerah otonomi tersebut kemudian dibagi menjadi tiga tingkatan
daerah, yaitu :

a. Provinsi/Kotaraya;
b. Kabupaten/Kotamadya; dan
c. Kecamatan/Kotapraja.
5. Periode Tahun 1974-1999

Periode ini berlaku Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang


Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah yang menggantikan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1965. Indonesia dibagi menjadi satu macam daerah otonom
sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dan wilayah administratif sebagai
pelaksanaan asas dekonsentrasi.

Daerah otonom terdiri atas :

a. Daerah Tingkat I; dan


b. Daerah Tingkat II.

Wilayah administrasi terdiri atas :

a. Provinsi/Ibukota Negara;
b. Kabupaten/Kotamadya;
c. Kota Administratis; dan
d. Kecamatan.
6. Periode Tahun 1999-2004

Periode ini berlaku Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974. Dalam Undang-Undang ini, Indonesia dibagi menjadi satu macam
daerah otonom dengan mengakui kekhususan pada daerah Aceh, Jakarta dan
Yogyakarta serta satu tingkat wilayah administratif.

Tiga jenis daerah otonom adalah daerah provinsi, daerah kabupaten dan
daerah kota. Ketiga jenis daerah tersebut berkedudukan setara, dalam artian
8

tidak ada hierarki daerah otonom. Daerah provinsi berkedudukan juga sebagai
wilayah administratif.

7. Periode Tahun 2004

Periode sejak tahun 2004 berlaku Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti dari Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999. Menurut Undang-Undang ini, Indonesia dibagi
menjadi satu jenis daerah otonom dengan perincian Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas
daerah kabupaten dan daerah kota.

8. Periode Tahun 2008

Dalam UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No.


32 Tahun 2004 tentang Pemda, Pasal 58 huruf q, memuat aturan bahwa calon
kepala daerah atau wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatan harus
mengundurkan diri sejak pendaftaran calon. Meski MK akhirnya membatalkan
aturan tersebut, dipandang masih perlu dipertegas melalui revisi. Dalam revisi
nantinya, ditegaskan berkaitan dengan incumbent tidak perlu mundur.

Oleh karena itu, baik Pemerintah, DPR maupun DPD dapat mengambil
langkah yang strategis. Salah satu pihak yang dapat mengambil langkah
strategis untuk melakukan revisi UU No. 32 Tahun 2004 secara komprehensif
adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), mengingat otonomi daerah
merupakan ranah wewenangnya. Langkah tersebut juga akan menunjukkan
relevansi DPD dengan kepentingan konstituennya di daerah (dibandingkan
upaya DPD untuk menuntut amandemen kelima Undang- Undang Dasar 1945).
Dengan demikian, DPD dapat menunjukkan posisi dan upayanya berkaitan
dengan konsistensi penerapan good governance di daerah. Lebih jauh lagi,
revisi UU No. 32 Tahun 2004 secara komprehensif juga mendesak untuk
mencegah otonomi daerah yang kebablasan dan semakin menjauh dari
desentralisasi sebagai bagian dari agenda demokratisasi dan pembangunan.
Belajar dari pengalaman tersebut, maka diharapkan ada penelitian
komprehensif mengenai revisi UU No. 32 Tahun 2004, khususnya yang
9

berkaitan dengan pilkada dari segala sisi, termasuk dari segi anggaran. Dari sisi
substansi, gubernur adalah jabatan administratif dan penekanan otonomi
daerah pada kabupaten/kota. Oleh karena itu, bisa saja apabila pemilihan
gubernur dan wakil gubernur tak dilakukan secara langsung. Hal tersebut untuk
memastikan penerapan otonomi daerah dapat memenuhi tujuan mendasarnya,
yaitu mendekatkan pemerintah kepada masyarakat dan memberikan pelayanan
publik yang lebih baik, selain mendorong partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah terkait dengan perubahan


undang-undang tentang Pemerintahan Daerah selalu mengalami perubahan sesuai
dengan Sistem Pemerintahan yang diterapkan pada saat undang-undang
bersangkutan diberlakukan.

B. Saran
Kepada Para pengambil kebijakan pemerintahan khususnya dalam hal
pembuatan undang-undang yaitu legislatif hendaknya dalam melakukan perubahan
terhadap suatu produk perundang-undangan memperhatikan faktor-faktor yuridis,
filosofis dan sosiologis dari tujuan perubahan itu, agar produk berikutnya dapat
bertahan lebih lama.

10
Daftar Pustaka

https://www.eduspensa.id/hukum/#a
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hukum
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_pemerintahan_daerah_di_Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai