Anda di halaman 1dari 51

i

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410
Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033
Laman: www.psma.kemdikbud.go.id

Pengarah

Purwadi Sutanto

Koordinator Program

Suharlan, Suhadi

Koordinator Pengembang Modul

Junus Simangunsong

Koordinator Pelaksana

Heri Fitriono

Penulis Modul

Anik Sulistiowati

Penelaah Modul

Hj. Tri Lestari

Editor

Syamsudin, I Wayan Sumertha

Layout

Arso Agung Dewantoro

i
Kata Pengantar


Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa hendaknya memberikan
pelayanan yang selaras dengan tuntutan zaman. Agar menjadi pribadi yang sukses di abad
ke-21 seseorang yang hidup di abad tersebut dituntut berbagai keterampilan relevan
yang harus dikuasai agar dapat beradaptasi dan berkontribusi. Tuntutan kemampuan
abad 21 yang semakin kompetitif menuntut empat kompetensi yaitu: Critical Thinking
and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication dan Collaboration.
Pendidikan sebagai pengemban peran reformatif dan transformatif harus mampu
mempersiapkan peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut.

Kebutuhan terhadap lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif inilah yang
menjadi kompetensi lulusan utama pada kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum ini
didasarkan prinsip pokok yaitu kompetensi lulusan yang didasarkan atas kebutuhan, isi
kurikulum dan mata pelajaran yang diturunkan secara langsung dari kebutuhan
kompetensi, mata pelajaran yang kontributif pada pembentukan sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penerapan prinsip-prinsip yang esensial ini diharapkan agar implementasi
kurikulum 2013 menghasilkan lulusan yang siap menghadapi abad 21.

Sebagai bagian yang utuh dan selaras dengan komponen kurikulum 2013, penilaian
berperan untuk menstimulus capaian pembelajaran yang salah satunya membangun
sikap kritis. Untuk membangun kemampuan Critical Thinking and Problem Solving,
instrumen penilaian diarahkan pada soal berstandar internasional yaitu Higher Order
Thinking Skills (HOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Buku ini merupakan
panduan penyusunan soal HOTS mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan guru dalam sebuah penilaian yang diharapkan akan
berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik.

Buku ini menjelaskan strategi penyusunan soal HOTS yang secara garis besar memuat
tentang latar belakang, konsep dasar penyusunan soal HOTS, penyusunan soal HOTS mata
pelajaran dan contoh soal HOTS, strategi implementasi penyusunan soal HOTS.
Diharapkan buku ini dapat menjadi referensi agar kegiatan bimbingan teknis penyusunan
soal HOTS berjalan dengan lancar sehingga pada akhirnya mampu mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu lulusan yang krisis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.

Untuk memperbaiki buku ini, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari
Bapak/Ibu.

Jakarta, Juli 2019
Direktur Pembinaan SMA,





Purwadi Sutanto
NIP. 19610404 198503 1 003

ii
Daftar Isi

Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR

v

BAB I PENDAHULUAN
A. Rasional 1
B. Tujuan 2


C. Hasil yang Diharapkan 2

BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR
TINGKAT TINGGI
A. Pengertian 3
B. Karakteristik 4
C. Level Kognitif 7
D. Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat 10
Kesukaran Soal
E. Peran Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam 10
Penilaian Hasil Belajar
F. Langkah-Langkah Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir 11
Tingkat Tinggi


BAB III PENYUSUNAN SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA
A. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Indonesia 13
B. Analisa Kompetensi Dasar 16
C. Contoh Stimulus 18
D. Penjabaran Kompetensi Dasar Menjadi Indikator Soal 20
E. Menyusun Kisi-kisi 21
F. Kartu Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

23

BAB IV STRATEGI IMPLEMENTASI
A. Strategi 35
B. Implementasi

35

DAFTAR PUSTAKA
37
Lampiran 1: Format Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 39
Lampiran 2: Format Kartu Soal Pilihan Ganda 40
Lampiran 3: Format Kartu Soal Pilihan Uraian 41
Lampiran 4: Format Instrumen Telaah Soal Keterampilan Berpikir Tingkat 42
Tinggi Tes Pilihan Ganda
Lampiran 5: Format Instrumen Telaah Soal Keterampilan Berpikir Tingkat 44
Tinggi Tes Uraian





iii
Daftar Tabel


Tabel Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Asesmen Tradisional dan Kontekstual 5
Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir 7
Tabel 3.1 Analisis Kompetensi Dasar (KD) 17
Tabel 3.2 Contoh Stimulus Sejarah Indonesia 19
Tabel 3.3 Penjabaran KD menjadi Indikator Soal 20
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 21

iv
Daftar Gambar


Gambar Halaman
Gambar 2.1 Alur Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 13
Gambar 3.1 Skema Penilaian Pengetahuan 15

v
BAB I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada
lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum adalah
adanya tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif,
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan
kompetensi abad ke-21, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompetensi
berpikir, bertindak, dan hidup di dunia. Komponen berpikir meliputi berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi
komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri (self-direction),
pemahaman global, serta tanggung jawab sosial. Munculnya literasi baru yaitu (1)
literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan
informasi (big data) di dunia digital, (2) literasi teknologi yaitu kemampuan
memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, and
engineering principles), dan (3) literasi manusia terkait dengan humanities,
communication, collaboration, merupakan tantangan tersendiri untuk bisa hidup
pada abad ke-21.

Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum
2013 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Pertama, pada standar isi, yaitu
mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi siswa serta diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis sesuai dengan standar internasional. Kedua, pada standar penilaian, dengan
mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian standar internasional.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena
keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir secara
luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

Kurikulum 2013 lebih diarahkan untuk membekali siswa sejumlah kompetensi yang
dibutuhkan menyongsong abad ke-21. Beberapa kompetensi penting yang
dibutuhkan pada abad ke-21 yaitu 4C meliputi: (1) critical thinking (kemampuan
berpikir kritis) bertujuan agar siswa dapat memecahkan berbagai permasalahan
kontekstual menggunakan logika-logika yang kritis dan rasional; (2) creativity
(kreativitas) mendorong siswa untuk kreatif menemukan beragam solusi, merancang
strategi baru, atau menemukan cara-cara yang tidak lazim digunakan sebelumnya; (3)
collaboration (kerjasama) memfasilitasi siswa untuk memiliki kemampuan bekerja
dalam tim, toleran, memahami perbedaan, mampu untuk hidup bersama untuk
mencapai suatu tujuan; dan (4) communication (kemampuan berkomunikasi)
memfasilitasi siswa untuk mampu berkomunikasi secara luas, kemampuan
menangkap gagasan/informasi, kemampuan menginterpretasikan suatu informasi,
dan kemampuan berargumen dalam arti luas.

1
Hasil telaah butir soal yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA pada
Pendampingan USBN tahun 2018/2019 terhadap 26 mata pelajaran pada 136 SMA
Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi, menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang
dianalisis sebagian besar ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya
27 sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal USBN yang
dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%, dan 25 sekolah menyatakan
tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan
tuntutan penilaian Kurikulum 2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-
model penilaian HOTS.

Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika
(mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai siswa
Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan siswa Indonesia sangat rendah
dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2) menggeneralisasi kasus demi kasus
menjadi suatu solusi yang umum; (3) memformulasikan masalah dunia nyata ke
dalam konsep mata pelajaran; dan (4) melakukan investigasi.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam
pembelajaran dan penilaian. Soal-soal yang dikembangkan oleh guru diharapkan
dapat mendorong peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan
kreativitas, dan membangun kemandirian siswa untuk menyelesaikan masalah. Oleh
karena itu, Direktorat Pembinaan SMA menyusun Panduan Penyusunan Soal HOTS
bagi guru SMA.

B. Tujuan

Panduan Pembelajaran dan Penilaian HOTS disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1. Memberikan pemahaman kepada guru SMA tentang konsep dasar penyusunan
Soal HOTS;
2. Meningkatkan keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3. Memberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat dan daerah
untuk melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang penyusunan Soal HOTS.

C. Hasil yang Diharapkan

Sesuai dengan tujuan penyusunan panduan di atas, maka hasil yang diharapkan
adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya pemahaman guru SMA tentang konsep dasar penyusunan Soal
HOTS;
2. Meningkatnya keterampilan guru SMA untuk menyusun Soal HOTS;
3. Terorganisirnya pola pembinaan dan sosialisasi tentang menyusun Soal HOTS.










2
Konsep Dasar Penyusunan Soal
BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN SOAL
BAB II
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi


A. Pengertian

Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru bukan
hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan juga harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki ketrampilan berpikir tingkat
tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan ketrampilan tingkat tinggi yang
lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.
2. Merencanakan tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan pengetahuan atau
keterampilan yang mereka miliki.
3. Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan
pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah ditunjukan dalam proses.

Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:
1. Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk
pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).
2. Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas, dan bukan
pertanyaan hanya untuk proses mengingat.
3. Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit) dan level
kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).

Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat
(remembering), memahami (understanding), atau menerapkan (applying). Soal-soal
HOTS pada konteks asesmen mengukur ketrampilan: 1) transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2) memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan
dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah (problem solving), dan 5) menelaah ide dan informasi secara
kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji kemampuan berpikir menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah
disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
mengingat (remembering-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
(applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mencipta (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada
ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta
(creating-C6). Kata kerja operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan
Taksonomi Bloom menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja pada soal.
Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan creating) menjadi
penting dalam menyelesaikan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning)
dan kreativitas.

Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal
HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata
kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks
penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5
(mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan keputusan didahului dengan

3
proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu siswa
diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa
digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun
strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat
dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural
saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa
konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru,
berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus
merupakan dasar berpijak untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS,
stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat
bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi,
kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Stimulus juga dapat bersumber
dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah seperti
budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di
daerah tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa informasi/gagasan, yang
dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan mencari hubungan antarinformasi,
transfer informasi, dan terkait langsung dengan pokok pertanyaan.

B. Karakteristik

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian hasil belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat
satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

1. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi,
memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda,
menyusun, dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi
kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi
penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.

Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu agar siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi,
maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada siswa untuk
menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus
dapat mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

4
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending
Topic)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, di mana siswa diharapkan dapat menerapkan konsep-
konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan
kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan
lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial,
penetrasi budaya, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
berbagai aspek kehidupan. Kontekstualisasi masalah pada penilaian
membangkitkan sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan.

Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat
REACT.
a. Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan
(discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa untuk mampu mengomunikasikan
kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi konsep-konsep
pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah
sebagai berikut.
a. Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban
yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya
jawaban benar, namun memungkinkan siswa untuk mengembangkan
gagasan dengan beragam alternative jawaban benar yang berdasar pada
bukti, fakta, dan alasan rasional.
Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan asesmen kontekstual.

Tabel 2.1 Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual
Asesmen Tradisional Asesmen Kontekstual
Siswa cenderung memilih respons Siswa mengekspresikan respons
yang diberikan.
Konteks dunia kelas (buatan) Konteks dunia nyata (realistis)
Umumnya mengukur aspek ingatan Mengukur performansi tugas
(recalling) (berpikir tingkat tinggi)
Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran
Pembuktian tidak langsung, Pembuktian langsung melalui
cenderung teoretis. penerapan pengetahuan dan
keterampilan dengan konteks nyata.
Respon memaparkan Respon disertai alasan yang berbasis
hafalan/pengetahuan teoritis. data dan fakta

5
Stimulus soal-soal HOTS harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi
serta mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah
satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah meningkatkan kemampuan
berkomunikasi siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat

direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari hubungan antar informasi
yang disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi baru yang tidak familier,
kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan
informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru yang
disajikan dalam bacaan.

Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik,
wacana, situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic).
Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang dekat
dengan lingkungan siswa berada, atau bersumber pada permasalahan-
permasalahan global yang sedang mengemuka. Stimulus yang tidak menarik
berdampak pada ketidaksungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca
informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi
karena ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah
sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
kegagalan butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal
dengan stimulus kurang menarik tidak mampu menunjukkan kemampuan siswa
untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan logika-
logika berpikir kritis.

3. Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan
Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun
kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual.
Sikap kreatif erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan.
Soal-soal HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama.
Apabila suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang
pada peserta tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan
mengingat. Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan
sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir tingkat tinggi. Soal-soal tersebut
tidak lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi baru.
Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu menggali ide-ide orisinal yang dimiliki
peserta tes untuk menyelesaikan masalah.

Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan
memvariasikan stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok
pertanyaannya tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk soal dapat divariasikan sesuai
dengan tujuan tes, misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk
menggunakan soal-soal bentuk uraian karena jumlah KD yang diujikan hanya 1
atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian akhir semester atau ujian
sekolah dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik jika
menggunakan soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian mudah dilihat
tahapan-tahapan berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan mentransfer
konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran, serta hal-
hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.

6
Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk
mengembangkan kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif menyusun
soal-soal HOTS. Guru harus memiliki persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan
variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS, agar
karakteristik soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.

C. Level Kognitif

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai
berikut.

Tabel 2.2 Dimensi Proses Berpikir
• Mencipta ide/gagasan sendiri.
• Kata kerja: mengonstruksi, desain, kreasi,
Mencipta
mengembangkan, menulis, menggabungkan,
memformulasikan.
• Mengambil keputusan tentang kualitas suatu
informasi.
HOTS
Mengevaluasi • Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah,
memutuskan, memilih, mendukung, menduga,
memprediksi.
• Menypesifikasi aspek-aspek/elemen.
Menganalisis • Kata kerja: mengurai, membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji.
• Menggunakan informasi pada domain berbeda
Mengaplikasi • Kata kerja: menggunakan, mendemonstrasikan,
mengilustrasikan, mengoperasikan.
• Menjelaskan ide/konsep.

Memahami • Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi, menerima,
LOTS
melaporkan.
• Mengingat kembali fakta, konsep, dan prosedur.
Mengingat • Kata kerja: mengingat, mendaftar, mengulang,
menirukan.
Sumber: Anderson & Krathwohl (2001)

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional
(KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini
sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan digunakan dalam
penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik
(2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1
(pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran).
Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.

1. Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir
mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur
pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1
merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut siswa
harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal
pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering
digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung,
mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.

7

Contoh soal level 1:
Perbedaan antara Imperialisme Kuno dengan Imperialisme modern adalah
sebagai berikut:
A. Imperialisme kuno bertujuan untuk mencari sumber-sumber bahan mentah,
sedangkan imperialisme modern bertujuan untuk menyebarkan paham-
paham baru di daerah baru
B. Imperialisme kuno mempunyai tujuan untuk mewujudkan keterlaksanaan
Gold, Glory dan Gospel Imperialisme mempunyai tujuan untuk mengusai
daerah pemasaran
C. Imperialisme kuno bertujuan untuk menguasai wilayah secara politik dan
untuk menyebarkan agama Nasrani imperialisme modern bertujuan untuk
mencari daerah pemasaran
D. Imperialisme kuno bertujuan untuk mencari wilayah baru dengan semboyan
Gold, Glory dan Gospel imperialisme modern bertujuan menguasai wilayah
tertentu untuk mencari daerah pemasaran industri
E. Imperialisme kuno bertujuan untuk melakukan monopoli perdagangan
imperialisme modern bertujuan untuk menguasai suatu daerah dari segala
aspek kehidupan

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 1 karena peserta didik hanya dituntut untuk
membedakan konsep imperialisme kuno dan modern

2. Level 2 (Aplikasi)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi
dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup
dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal
pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang
sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah rutin. Siswa harus dapat
mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu untuk menjawab
soal level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau
untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2
bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah:
menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-
lain.

Contoh soal level 2:
“Dampunta Hyang melakukan perjalanan suci (Sidhayatra) dengan
menggunakan perahu. Berangkat dari Minangwatamwan dengan tentara
sebanyak dua laksa dan 200 peti perbekalan.” Kesimpulan yang bisa diambil
dari informasi diatas dapat membuktikan bahwa Dampunta Hyang
A. Melakukan peribadatan sekaligus mobilisasi
B. Ekspedisi wilayah
C. Melakukan perjalanan suci
D. Melakukan peribadatan dan melalukan ekspedisi suatu wilayah
E. Penaklukan daerah Minangwatamwan
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 2 karena ada pada level menentukan

8
3. Level 3 (Penalaran)
Level penalaran merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS),
karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus mampu mengingat,
memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-
masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup
dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta
(C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan
siswa untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir,
membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir
mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis,
mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan.
Sedangkan pada dimensi proses berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan
siswa untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit.
Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran
dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi,
serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah
kontekstual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan
antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain,
merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaikan soal-soal level
3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain:
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, dan menggubah.

Contoh soal level 3:
Tahun 1621, Coen ingin merealisasikan monopoli pembelian pala di Banda.
Sebelumnya Belanda tak mampu melakukannya karena harga jual pala yang
ditawarkan kepada belanda lebih mahal ketimbang Inggris, bahkan kepada
penduduk lokal. Coen beranggapan monopoli pala baru bisa dilakukan hanya
dengan mengusir dan melenyapkan penduduk asli Banda. Pada 1621, Coen
memimpin sendiri pendudukan Pulau Banda. Berangkatlah armada berkekuatan
13 kapal besar, sejumlah kapal pengintai, dan 40 jungku dan sekoci. Ia membawa
1.600 orang Belanda, 300 narapidana Jawa, 100 samurai Jepang, serta sejumlah
bekas budak belian. Begitu sampai di Benteng Nassau, Coen dan pasukannya
menyerang Pulau Lontor dan berhasil menguasai seluruh pulau.
https://historia.id/politik/articles/genosida-voc-di-pulau-banda-DE0w6
diunduh pada tanggal 16 Juni 2019
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi Hak oktroi yang
diberikan kepada VOC dapat digunakan sebagai berikut:
A. Menyatakan perang
B. Membentuk pasukan
C. Membuat perjanjian
D. Memonopoli perdagangan
E. Memerintah negara jajahan

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) yang mengukur kemampuan
menyimpulkan dengan tahapan-tahapan berpikir sebagai berikut:
1. Menguraikan perkembangan dari kongsi dagang VOC
2. Menyimpulkan kegunaan hak Oktroi VOC

9
D. Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kesukaran Soal

Banyak yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit
belum tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the
higher order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah
sama dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun HOTS, keduanya
memiliki rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit.
Dengan kata lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal HOTS yang mudah,
demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai
contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word)
mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa
yang mampu menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan
tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang
meminta siswa untuk menganalisis dengan melakukan pengelompokan benda
berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh siswa.

Tingkat kesukaran (mudah v.s. sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingkat
rendah v.s. berpikir tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda.
Kesalahpahaman interpretasi kalau LOTS itu mudah dan HOTS itu sulit dapat
mempengaruhi proses pembelajaran. Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru
menjadi enggan memberikan atau membiasakan siswanya untuk berpikir tingkat
tinggi hanya karena siswanya tidak siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS
dan tugas yang bersifat drill saja.

E. Peran Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Penilaian Hasil Belajar

Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan pada aspek
pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-Soal
HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian
hasil belajar, guru mengujikan butir soal HOTS secara proporsional. Berikut peran
soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.

1. Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad ke-21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh sekolah
diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki sejumlah kompetensi yang
dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi
yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu: a) memiliki karakter
yang baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b)
memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan
communication); serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori.

Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih siswa untuk
mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi
abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri
(learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving).

2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan
situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal
pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan

10
pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah
tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus
yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat
dilihat dan dirasakan secara langsung oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-
soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan
cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya. Sehingga siswa merasa
terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang timbul di daerahnya.

3. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas
hendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat. Dengan
demikian siswa merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas
berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan-
tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus kontekstual dan
menarik dalam penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga munculnya
soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar
siswa. Motivasi inilah yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar
sepanjang hayat

4. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi yang
akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat
meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas
pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting
dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah.

Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis,
mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat menggambarkan
kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, dapat meningkatkan mutu
penilaian hasil belajar.

F. Langkah-Langkah Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan perilaku
yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan
(stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih
materi yang akan ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu
tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan
kreativitas guru dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut
dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pilihlah KD yang
memuat KKO yang pada ranah C4, C5, atau C6. Guru-guru secara mandiri atau
melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.


11

2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis
butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a)
menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS,
(b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c)
merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.

3. Merumuskan Stimulus yang Menarik dan Kontekstual
Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat
mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya
baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka.
Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menyusun stimulus soal HOTS: (1) pilihlah
beberapa informasi dapat berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dll. yang memiliki
keterkaitan dalam sebuah kasus; (2) stimulus hendaknya menuntut kemampuan
menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan, atau
menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan konstektual dan menarik (terkini)
yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa,
Sejarah boleh tidak kontekstual); dan (4) terkait langsung dengan pertanyaan
(pokok soal), dan berfungsi.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, pada dasarnya hampir sama dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi
(harus disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS di atas), sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal,
sesuai format terlampir.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran
atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.
Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian
singkat. Untuk memperjelas langkah-langkah penyusunan soal HOTS, disajikan
dalam gambar 1 di bawah ini


Gambar 2.1 Alur Penyusunan Soal HOTS

12
Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
BAB III BAB III
PENYUSUNAN SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Tingkat Tinggi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA



A. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

1. Pengertian
a. Ilmu tentang asal usul manusia dan perkembangan masyarakat dan bangsa di
masa lalu yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa dimasa
kini dan masa yang akan datang,
b. Pendidikan sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai pengetahuan
dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar peserta didik,
c. Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan kajian mengenai sejarah pada
jenjang pendidikan SMA tentang berbagai peristiwa sejarah dalam masyarakat
dan bangsa Indonesia sejak zaman yang paling tua hingga zaman terkini,
d. Sejarah lokal adalah suatu peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat di
wilayah Nusantara dan memiliki pengaruh hanya di wilayah tersebut,
e. Sejarah nasional memuat berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat
di wilayah Nusantara dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan kebangsaan,
f. Sejarah Dunia memuat peristiwa yang terjadi di wilayah di luar Nusantara

2. Rasional
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan sejarah. Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan mata pelajaran
wajib di jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). Sejarah memiliki
makna dan posisi yang strategis, mengingat:
a. Manusia hidup masa kini sebagai kelanjutan dari masa lampau sehingga pelajaran
sejarah memberikan dasar pengetahuan untuk memahami kehidupan masa kini,
dan membangun kehidupan masa depan.
b. Sejarah mengandung peristiwa kehidupan manusia di masa lampau untuk
dijadikan guru kehidupan: Historia Magistra Vitae.
c. Pelajaran Sejarah adalah untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa
untuk mengenal bangsanya dan membangun rasa persatuan dan kesatuan.
d. Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat serta dalam pembentukan
manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Mata
pelajaran Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar :
1) Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah
Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah;
2) Pemahaman tentang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan
kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan;
3) Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa dan atau tokoh di
tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang sama
penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia;
4) Tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang
penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI serta seluruh periode sejarah
kepada generasi muda bangsa;
5) Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu,
ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam
mempelajari Sejarah Indonesia.
3. Tujuan dari Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

13
Mata pelajaran Sejarah Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati dan
perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat dan bangsa.
b. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat, dan
proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih
berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
c. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang
mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa.
d. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya konsep waktu dan
tempat/ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.
e. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.
f. Mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) yang
menjadi dasar untuk kemampuan berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan inovatif.
g. Menanamkan sikap berorientasi kepada masa kini dan masa depan

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia membahas materi yang meliputi zaman:
a. Prakarsa;
b. Hindu-Buddha;
c. Kerajaan-kerajaan Islam;
d. Penjajahan bangsa Barat;
e. Pergerakan Nasional;
f. Proklamasi dan Perjuangan mempertahankan kemerdekaan;
g. Demokrasi Liberal;
h. Demokrasi Terpimpin;
i. Orde Baru; dan
j. Reformasi

3. Pembelajaran Sejarah Indonesia
Pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Indonesia menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis peserta didik aktif (active learning). Pendekatan
pembelajaran ini lebih memungkinkan memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk melakukan pembelajaran agar lebih bermakna. Pembelajaran akan menjadi
bermakna jika peserta didik mengalami sendiri setiap proses pembelajaran melalui
aktivitas yang aktif. Pengetahuan yang didapatkan peserta didik bukan berasal dari
informasi dari guru, namun berasal dari usaha eksplorasi (menggali) informasi
peserta didik sendiri melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Misalnya
peserta didik diminta untuk melakukan wawancara kepada tokoh atau pelaku
sejarah untuk menyusun kisah sejarah.

Dalam pembelajaran Sejarah Indonesia ini terkait dengan pengembangan nilai-nilai
kebangsaan dan nasionalisme. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran berbasis
nilai penting juga untuk dikembangkan. Bagaimana nilai-nilai kesejarahan atau nilai
kebangsaan itu dapat dihayati dan dapat diamalkan oleh peserta didik pada
kehidupan kesehariannya. Oleh karena itu, pembelajaran dengan materi biografi
tokoh sangat penting dan cocok untuk mendukung pembelajaran ini.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

14
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan. Dalam melakukan pembelajaran, guru perlu memerhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: (1) dari peserta didik diberi tahu
menuju peserta didik mencari tahu; (2) dari guru sebagai satu-satunya sumber
belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) dari pendekatan tekstual
menuju pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4)
dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; (5)
dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; (6) dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; (7) dari pembelajaran verbalisme menuju
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan
fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan
di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.

6. Penilaian dalam Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Penilaian mata pelajaran Sejarah Indonesia seperti halnya mata pelajaran lain pada
Kurikulum 2013 dilakukan melalui penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan

a. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan mengukur kemampuan kognitif dan kecakapan berpikir
tingkat rendah sampai tinggi peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan
untuk mengetahui pencapaian ketuntasan belajar, mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatan penguasaan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Termasuk
penguasaan terhadap kemampuan multi literasi. Oleh karena itu, pemberian
umpan balik kepada peserta didik oleh guru sangat penting sehingga hasil
penilaian dapat digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Skema penilaian
pengetahuan bisa dilihat ada tabel di bawah ini


Gambar 3.1 Skema Penilaian Pengetahuan
Penilaian kompetensi pengetahuan sudah direncanakan dalam RPP. Karena
penilaian kompetensi pengetahuan harus dilaksanakan untuk setiap IPK. IPK

15
tersebut dijabarkan dalam indikator soal yang menggambarkan kemampuan
berpikir tingkat rendah (LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS).

b. Penilaian Keterampilan
Penilaian ketrampilan tidak terlepas dari penilaian pengetahuan dan sikap. Dalam
penilaian keterampilan harus mencakup keterampilan berpikir (abstrak) dan
keterampilan kongkrit untuk mata pelajaran tertentu. Dengan demikian penilaian
keterampilan (abstrak) juga harus mempertimbangkan nilai-nilai karakter
sebagai perubahan atas sikap yang merupakan hasil pembelajaran. Penilaian
keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian
praktik/kinerja, proyek, dan porto folio.

Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain
penilaian praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Teknik penilaian lain dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik kompetensi mata pelajaran yang akan
diukur. Instrumen yang digunakan dapat berupa daftar cek atau skala penilaian
yang dilengkapi rubrik.


B. Analisis KD
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau
program.

Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus
diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dapat
dimaknai suatu proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Adapun tujuan dari analisis KD pada mata pelajaran Sejarah Indonesia sebagai titik
awal perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia karena analisis KD akan berfungsi
dalam menentukan tindakan yang tepat bagi guru dalam melakukan proses
pembelajaran dan penilaian. Dalam konteks penyusunan soal HOTS, analisis KD
menjadi penting terutama pada analisis aspek pengetahuan. Hal ini terkait dengan
dimensi kognitif soal HOTS yang berada pada ranah C4, C5, C6, atau pada level kognitif
L3, sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya. Sehingga analisis KD haruslah
menjadi langkah pertama yang dilakukan oleh guru dalam proses penyusunan soal
HOTS.

Berikut ini disajikan analisis KD mata pelajaran Sejarah Indonesia yang bisa
digunakan oleh guru dalam melatih pembelajaran dan penilaian HOTS.

16

Tabel 3.1 Contoh Tabel Analisis KD Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Level
No. Kompetensi Dasar
Kognitif
Kelas X Semester 1
3.3 menganalisis kehidupan manusia purba dan asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia (melanesoid, proto, dan C4
deutero melayu)
Kelas X Semester 2
3.5 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan
C4
kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia
3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh C4
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
3.7 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya
agama Islam di Indonesia C4

3.8 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
pemerintah, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti C4
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
Kelas XI Semester 1
3.1 Menganalisis proses masuk dan berkembangnya
penjelajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, C4
Inggris) ke Indonesia
3.2 Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia
terhadap penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, C4
Belanda, Inggris,) sampai dengan abad ke 20
3.3 menganalisis dampak politik, budaya, sosial, ekonomi,
dan
pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa C4
(Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) dalam kehidupan
bangsa Indonesia masa kini
Kelas XI Semester 2
3.5 menganalisis sifat pendudukan Jepang dan respons
bangsa C4
Indonesia
3.6 menganalisis peran tokoh-tokoh nasional dan daerah
C4
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
3.7 menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan
maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi C4
politik, dan pendidikan bangsa Indonesia
3.8 menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan
pertama Republik Indonesia pada awal kemerdekaan dan
C4
maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa
kini
3.9 menganalisis peran dan nilai-nilai perjuangan Bung
Karno dan Bung Hatta sebagai proklamator serta tokoh- C4
tokoh lainnya sekitar proklamasi

17
Level
No. Kompetensi Dasar
Kognitif
3.10 menganalisis strategi dan bentuk perjuangan bangsa
Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
C4
dari ancaman Sekutu dan Belanda

Kelas XII Semester 1
3.1 menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi
ancaman disintegrasi bangsa antara lain PKI Madiun
1948, C4
DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-
S/PKI
3.2 mengevaluasi peran dan nilai-nilai perjuangan tokoh
nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan C5
negara dan bangsa Indonesia pada masa 1945–1965
3.3 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan C4
sampai masa Demokrasi Liberal
3.4 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Demokrasi C4
Terpimpin
3.5 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
C4
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru
Kelas XII Semester 2
3.6 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
C4
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal Reformasi
3.7 mengevaluasi peran pelajar, mahasiswa, dan pemuda
C4
dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia
3.8 mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian
dunia antara lain KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda,
C5
Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal
Meeting
3.9 mengevaluasi kehidupan Bangsa Indonesia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
C5
pada era kemerdekaan (sejak proklamasi sampai dengan
Reformasi)


C. Merumuskan Stimulus

Stimulus yang digunakan dalam penyusunan soal HOTS, hendaknya informasi yang
menarik , dan peristiwa-peristiwa yang aktual, yang mendorong peserta didik untuk
membaca. Stimulus merupakan syarat utama dalam menyusun soal HOTS. tujuan
dari penyusunan soal HOTS adalah agar peserta didik mampu mengembangkan
berpikir kritis. Langkah ini menjadi penting karena stimulus yang diberikan akan
menunjukkan karakteristik dari soal tersebut apakah tergolong soal HOTS ataukah
bukan.

18
Tabel 3.2 Contoh Stimulus Sejarah Indonesia
Kompetensi Kemampuan
No. Stimulus Tahapan Berpikir
Dasar yang diuji
3.6. menganalisis Disajikan Menyimpulkan • Menguraikan
perkembangan informasi fakta-fakta kehidupan
kehidupan mengenai yang ada di keagamaan
masyarakat, kompleks Majapahit dan sosial
pemerintahan, makam ketika Islam pada masa
dan budaya Troloyo di datang kerajaan
pada masa Trowulan majapahit
kerajaan- • Menggunakan
kerajaan informasi yang
Hindu dan didapat untuk
1 Buddha di menarik
Indonesia kesimpulan
serta
menunjukkan
contoh bukti-
bukti yang
masih berlaku
pada
kehidupan
masyarakat
Indonesia
2 3.7. menganalisis Disajikan Menyimpulkan • Menguraikan
perkembangan informasi nilai-nilai yang akulturasi
kehidupan tentang ada dalam kehidupan
masyarakat, Tradisi upacara antara budaya
pemerintahan, Grebek Grebek Maulid hindu dan
dan budaya Maulid di Budha serta
pada masa Yogyakarta, merik makna
kerajaan- dari upacara-
kerajaan Islam upacara ritual
di Indonesia yang
serta dilaksanakan
menunjukkan oleh masyarakat
contoh bukti- yogya
bukti yang • Menelaah
masih berlaku informasi
pada secara kritis dan
kehidupan menyimpulkan
masyarakat
Indonesia
masa kini.
3 3.1. menganalisis Disajikan menyimpulkan • Menguraikan isi
upaya bangsa informasi kondisi politik dari dokumen
Indonesia mengenai di Indonesia Gilchrist
dalam Dokumen pada tahun • Mengubungkan
menghadapi Gilchrist 1965 dokumen
ancaman berdasarkan Gilchrist dengan
disintegrasi informasi dari kondisi
bangsa antara dokumen perpolitikan
lain PKI Gilchrist yang
Madiun 1948, disebarkan

19
Kompetensi Kemampuan
No. Stimulus Tahapan Berpikir
Dasar yang diuji
DI/TII, APRA, oleh Indonesia pada
Andi Aziz, RMS, Soebandrio tahun 1965
PRRI, • Menarik
Permesta, G- kesimpulan dari
30-S/PKI tersebarnya
dokumen
Gilchrist

D. Penjabaran KD menjadi Indikator Soal

Pengembangan indikator dan materi pelajaran merupakan kemampuan yang harus
dikuasai seorang guru. Dalam membuat indikator soal harus memuat 4 kriteria,
diantaranya adalah:
1. Memuat ciri-ciri KD yang akan diukur
2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur
3. Berkaitan dengan materi / konsep yang dipilih
4. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan
Komponen-komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku
yang akan diukur, dan kondisi/konteksnya. Berikut adalah penjabaran KD menjadi
indikator soal.

Tabel 3.3 Contoh Penjabaran KD Menjadi Indikator Soal
No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal
1 3.6 menganalisis Disajikan informasi mengenai kompleks
perkembangan kehidupan makam troloyo di Trowulan peserta
masyarakat, didik dapat menyimpulkan kondisi
pemerintahan, dan budaya sosial masyarakat Islam pada masa
pada masa kerajaan- kerajaan Majapahit
kerajaan Hindu dan
Buddha di Indonesia serta
menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia
2 3.7 menganalisis Disajikan informasi tentang Tradisi
perkembangan kehidupan Grebek Maulid di Yogyakarta, peserta
masyarakat, didik mampu menarik nilai-nilai yang
pemerintahan, dan budaya terkandung dalam kegiatan Grebeg
pada masa kerajaan- Maulid
kerajaan Islam di
Indonesia serta
menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia
masa kini.
3 3.1 menganalisis upaya Disajikan informasi mengenai Dokumen
bangsa Indonesia dalam Gilchrist peserta didik mampu
menghadapi ancaman menyimpulkan kondisi politik Indonesia
disintegrasi bangsa antara dan dunia pada tahun 1965
lain PKI Madiun 1948,

20
No. Kompetensi Dasar Contoh Indikator Soal
DI/TII, APRA, Andi Aziz,
RMS, PRRI, Permesta, G-
30-S/PKI

E. Menyusun Kisi-kisi

Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat informasi yang dapat
dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi tes. Penyusunan
kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal.
Dengan adanya kisi-kisi, penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan dan perakit soal akan lebih terarah dalam merakit soal. Berikut adalah contoh
format kisi-kisi.

Tabel 3.4 Contoh Penyusunan Kisi-Kisi
Kompetensi Kelas Indikator Level Bentuk No.
No. Materi
Dasar / SMT Soal Kog Soal Soal
1 3.6 menganalisis Kehidupan X Disajikan C4 PG 1
perkembang agama dan informasi
an sosial pada mengenai
kehidupan masa kompleks
masyarakat, kerajaan makam
pemerintaha majapahit troloyo di
n, dan trowulan
budaya pada peserta
masa didik dapat
kerajaan- menyimpulk
kerajaan an kondisi
Hindu dan sosial
Buddha di masyarakat
Indonesia Islam pada
serta masa
menunjukka kerajaan
n contoh Majapahit
bukti-bukti
yang masih
berlaku pada
kehidupan
masyarakat
Indonesia
2 3.7 menganalisis Disajikan C4 PG
perkembang informasi
an tentang
kehidupan Tradisi
masyarakat, Grebek
pemerintaha Maulid di
n, dan Yogyakarta,
budaya pada peserta
masa didik
kerajaan- mampu
kerajaan menarik
Islam di nilai-nilai
Indonesia yang

21
serta terkandung
menunjukka dalam
n contoh kegiatan
bukti-bukti Grebeg
yang masih Maulid
berlaku pada
kehidupan
masyarakat
Indonesia
masa kini.
3 3.1 menganalisis G-30-S-PKI XII/1 • Disajikan C4 PG
upaya bangsa informasi
Indonesia dalam mengenai
menghadapi Dokumen
ancaman Gilchrist
disintegrasi peserta
bangsa antara didik
lain PKI Madiun mampu
1948, DI/TII, menyimpu
APRA, Andi Aziz, lkan
RMS, PRRI, kondisi
Permesta, G-30- politik
S/PKI Indonesia
dan dunia
pada
tahun
1965

• Disajikan C4 PG
isi
perjanjian
renville
peserta
didik
dapat
menyimpu
lkan
dampak
dari
perjanjian
renville
bagi
bangsa
Indonesia


• Disajikan C2 PG
gambar
Andi Aziz
peserta
didik
dapat
menjelask

22
an
pemberon
takan Andi
Aziz

F. Kartu Soal HOTS
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.6 menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
Dasar pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu
dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa
kini
Materi Kehidupan agama dan sosial pada masa kerajaan Majapahit
Indikator Disajikan informasi mengenai kompleks makam Troloyo di Trowulan
Soal peserta didik dapat menyimpulkan kondisi sosial masyarakat Islam
pada masa kerajaan Majapahit

1. Perhatikan informasi di bawah ini

MAKAM TROLOYO



Gambar Nisan diatas adalah nisan Makam yang berada di kompleks makam Troloyo
yang berangka tahun 1369 (saat pemerintahan Hayam Wuruk). Yang menarik, walau
kuburan Islam tetapi bentuk batu nisannya seperti kurawal yang mengingatkan kala-
makara, berangka tahun huruf Kawi, makam Troloyo ini berada tak jauh dari situs-
situs peninggalan kerajaan Majapahit. Makam Troloyo berkaitan erat dengan Syekh
Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias Sayyid Hussein Jumadil Kubro atau yang biasa
disebut Syekh Jumadil Kubro Sayyid Jumadil Kubro. Menurut cerita rakyat, Troloyo
merupakan tempat peristirahatan bagi kaum niagawan muslim dalam rangka
melakukan kegiatan perdagangan maupun Syair Islam di tanah Jawa. Di hutan
Troloyo tersebut kemudian dibuat petilasan untuk menandai peristiwa itu. Tralaya
berasal dari kata setra dan pralaya. Setra berarti tegal/tanah lapang tempat
pembuangan bangkai (mayat), sedangkan pralaya berarti rusak/mati/kiamat.

Dari fakta di atas dapat disimpulkan bahwa
A. Telah ada komunitas masyarakat muslim di Majapahit
B. Masyarakat Majapahit menjunjung tinggi toleransi beragama
C. Agama Islam diakui sebagai salah satu agama negara
D. Para pedagang muslim bermukim di daerah-daerah pinggiran
E. Kehidupan ekonomi Majapahit sangat tergantung pada pedagang

Kunci Jawaban : A

23


Kategori Soal : HOTS karena
a. Peserta didik menguraikan kehidupan agama, ekonomi dan sosial masyarakat
yang ada di majapahit, menyimpulkan masalah dari informasi yang diperoleh
b. Alur berpikir : menggunakan informasi dari keberadaan kompleks makam
Troloyo dengan informasi mengenai awal kedatangan Islam di Indonesia.
Informasi tersebut digunakan oleh peserta didik Menyimpulkan informasi ada
untuk menyelesaikan masalah

2. Perhatikanlah gambar di bawah ini
Candi Jawi


Candi Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan
merupakan peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari yang terletak di
terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen,
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia, sekitar 31 kilometer dari kota Pasuruan. Dalam
Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja
terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, Raja Kartanegara adalah seorang penganut
ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat
pendarmaan raja Kertanegara
Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan bahwa
A. Candi dibangun untuk menghormati roh nenek moyang
B. Candi merupakan bangunan sakral bagi penganut Hindu Budha
C. Candi merupakan bangunan yang banyak ditinggalkan oleh peradaban Hindu-Budha
di Indonesia
D. Candi merupakan hasil akulturasi kuil di India dan punden perundak
E. Candi selalu dibangun di tempat yang tinggi sesuai konsep meru

Kunci Jawaban : E
Kategori Soal : HOTS karena
a. Menguraikan kehidupan agama di kerajaan Singosari dan menguraikan akulturasi
antara Hindu-Budha di kerajaan Singosari peserta didik harus mampu mengaitkan
antara satu informasi dengan informasi yang lainnya untuk dapat menarik
kesimpulan
b. Alur berpikir : Transfer antar konsep artinya siswa diberikan ketrampilan berpikir
untuk mampu mentransfer konsep Candi pada kepercayaan Hindu-Budha serta
konsep kepercayaan masyarakat asli Indonesia sebelum kedatangan Hindu Budha

24
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.6 menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
Dasar pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu
dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa
kini
Materi Kehidupan agama dan sosial pada masa kerajaan Singasari
Indikator Disajikan informasi kehidupan keagamaan kerajaan Singasari pada
Soal masa kekuasaan Kertanegara peserta didik dapat menyimpulkan
pengaruh sinkretisme terhadap kehidupan masyarakat Indonesia

3. Raja Kertanegera merupakan penganut Sinkretis yang sangat kuat. Muncul
Sinkretisme merupakan dampak dari masuknya pengaruh agama Hindu-Budha di
Indonesia yang akhirnya menyatu padu dengan budaya asli Indonesia
Fakta diatas menunjukkan bahwa singktritime berpengaruh di bidang
A. Agama
B. Sosial
C. Budaya
D. Kepercayaan
E. Ekonomi

Kunci Jawaban : A
Kategori Soal : Tidak HOTS
Stimulus tidak berfungsi





25
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.6 menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
Dasar pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Materi Bukti-bukti kehidupan pengaruh Islam yang masih ada sampai masa
kini
Indikator Disajikan informasi tentang Tradisi Grebek Maulid di Yogyakarta,
Soal peserta didik dapat menarik kesimpulan tentang nilai-nilai yang
dapat diambil dari kegiatan tersebut

GREBEK MAULUD
4. Grebeg Maulud merupakan upacara tradisi peninggalan Kerajaan Demak untuk
memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini memiliki beberapa agenda
yang ditutup dengan pengarakan “gunungan” dari Keraton Yogyakarta ke halaman
Masjid Agung, untuk dibagikan kepada pengunjung yang sudah menunggu sejak
semalaman. Hampir semua orang Jogja tentu sudah tidak asing dengan istilah grebeg.
Kata grebeg sendiri berasal dari Bahasa Jawa ‘Gembrebeg’ yakni suara keras yang
timbul ketika Sultan keluar dari keraton untuk memberikan “gunungan” kepada
masyarakatnya. Gunungan yang berupa tumpukan hasil bumi seperti sayuran, buah-
buahan dan makanan tradisional, dikawal oleh pasukan keraton dengan bunyi
teriakan yang bersahut-sahutan serta diiringi suara tembakan. Seiring perjalanan
waktu, nama gembrebeg berubah menjadi grebeg. acara semakin meriah dan
antusiasme dari masyarakat juga semakin meningkat. Tradisi ini terus dilangsungkan
oleh Keraton hingga sekarang. Meskipun mengalami pergeseran dari segi fungsi dan
tujuan utama, tradisi ini dianggap sebagai salah satu warisan kebudayaan yang terus
dilestarikan oleh pihak keraton dan Pemprov DIY.
https://bonvoyagejogja.com/grebeg-maulud-wujud-keharmonisan-agama-dengan-
budaya-warga-jogja/ diunduh 9 Mei 2019

Berdasarkan ilustrasi di atas nilai-nilai yang bisa diambil adalah
A. Hubungan yang harmonis antara budaya Islam dan budaya asli Indonesia
B. Sebagai wujud syukur masyarakat terhadap hasil panen
C. Sebagai media komunikasi masyarakat Sebagai media komunikasi antara rakyat
dengan pemimpinnya
D. Sebagai media komunikasi antara masyarakat dengan raja
E. Sebagai media untuk melestarikan budaya asli masyarakat Yogyakarta

Kunci Jawaban : A
Kategori Soal : HOTS karena
a. Peserta didik menguraikan akulturasi kehidupan antara budaya Hindu dan Budha
serta Menarik makna dari upacara-upacara ritual yang dilaksanakan oleh
masyarakat Yogyakarta
b. Alur berpikir Memproses informasi artinya peserta didik diminta untuk mampu
memproses informasi terkait dengan upacara Grebek Maulud untuk mampu
menyimpulkan nilai-nilai yang bisa diambil oleh masyarakat pada saat ini


26
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.6 menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat,
Dasar pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Materi Proses perkembangan Islam di Indonesia
Indikator Disajikan informasi tentang Saluran-saluran penyebaran Islam di
Soal Indonesia peserta didik mampu menyimpulkan proses
perkembangan Islam di Indonesia

5. Salah satu saluran penyebaran agama Islam di Indonesia adalah melalui perkawinan
yang terjadi antara mubaligh dengan Putri raja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
perkawinan antara para saudagar Islam dan penduduk Nusantara sangat
memudahkan penyebaran Islam karena
A. Para mubaligh mempunyai kedudukan yang kuat dalam menyebarkan agama
Islam
B. Perekonomian kerajaan dapat berkembang lebih cepat
C. Para mubaligh mewajibkan istri-istri mereka untuk memeluk agama Islam
D. Hubungan luar negeri dengan negara-negara Islam semakin berkembang
E. Keturunan dari hasil perkawinan akan memeluk agama Islam

Kunci Jawaban : E
Kategori Soal : TIDAK HOTS karena
c. Tidak ada stimulus
d. Alur berpikir : menjelaskan

27
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi Dasar 3.1 menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain
PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S/PKI
Materi G-30S-S/PKI
Indikator Soal Disajikan informasi mengenai Dokumen Gilchrist peserta
didik mampu menyimpulkan kondisi politik Indonesia dan
dunia pada tahun 1965

6. Perhatikan Informasi berikut ini

Dokumen Gilchrist (bahasa Inggris: Gilchrist document) adalah sebuah dokumen
yang dahulu banyak dikutip surat kabar pada era tahun 1965 yang sering digunakan
untuk mendukung argumen dalam penggulingan Soekarno di Indonesia. Namun
dokumen tersebut kemungkinan besar palsu atau sebenarnya tidak ada. Dokumen ini
konon sebenarnya berasal dari sebuah telegram dari Duta Besar Inggris di Jakarta yang
bernama Andrew Gilchrist yang ditujukan kepada Kantor Kementerian Luar Negeri
Inggris. Telegram ini mengacu pada rencana gabungan intervensi militer AS-Inggris di
Indonesia.
Pertama kali keberadaan dokumen ini diumumkan oleh Soebandrio, Menteri Luar
Negeri Indonesia masa itu, sewaktu dalam perjalanannya ke Kairo, Mesir. Saat itu,
Soebandrio merangkap jabatan sebagai kepala Biro Pusat Intelijen (BPI), yang
membawahkan kesatuan intel di tiga angkatan, kepolisian negara, kejaksaan serta
intelijen Hankam Setibanya di Kairo, Kedutaan Besar AS berusaha mendapatkan foto
salinan dokumen tersebut, dan akhirnya menyimpulkan bahwa dokumen tersebut adalah
palsu. ps://sejarahhebat.wordpress.com/2016/02/08/konspirasi-barat-dalam-
peristiwa-gerakan-30-september-1965-membedah-peran-central-inggris-dalam-
penggulingan-soekarno-dari-kursi-kepresidenan diunduh pada tanggal 19 Juni 2019

Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa
A. Adanya Persaingan antara kekuatan komunis dan liberalis di Indonesia
B. Kelompok komunis merupakan pemegang mayoritas kekuatan politik di Indonesia
C. Militer merupakan pemegang kekuatan mayoritas di Indonesia
D. Kelompok Nasionalis dan komunis memegang mayoritas kekuatan politik Indonesia
E. Kekuasaan Soekarno terancam dengan kekuatan Militer yang ada di Indonesia

Kunci Jawaban : A
Keterangan : HOTS
a. Tahapan berpikir peserta didik berlatih untuk berpikir kritis dalam menganalisis
(menguraikan) informasi terkait dokumen Gilchrist
b. Kategori : menggunakan Informasi untuk menyelesaikan masalah


28
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi Dasar 3.1 menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain
PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S/PKI
Materi PKI Madiun oleh Muso dan Amir Syarifudiin
Indikator Soal Disajikan informasi mengenai Isi dari perjanjian Renville
peserta didik dapat menjelaskan dampak perundingan
renville bagi bangsa Indonesia

7. Perhatikan informasi di bawah ini
1. Wilayah Republik Indonesia yang diakui oleh Belanda antara lain hanya Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Sumatera.
2. Disetujuinya batas wilayah antara Republik Indonesia dan daerah pendudukan
Belanda
3. Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS)
4. Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya Republik Indonesia Serikat
5. Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan yang sejajar dengan Uni
Indonesia-Belanda
6. Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya ke pemerintah federal sementara,
sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk
7. Akan diadakan pemilihan umum dalam kurun 6 bulan sampai 1 tahun ke depan
dalam pembentukan konstituante Republik Indonesia Serikat

Dampak dari informasi di atas bagi bangsa Indonesia adalah:
A. Indonesia kembali menjadi negara dengan status negara jajahan
B. Turunnya Amir Syarifudin sebagai perdana menteri
C. Adanya perselisihan antara Indonesia dengan Belanda terkait dengan garis
demarkasi
D. Indonesia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan
E. Belanda melancarkan serangan –serangan militer secara sepihak

Kunci Jawaban: B
Jenis/Keterangan soal:
HOTS
a. Tahapan berpikir peserta didik berlatih untuk berpikir kritis dalam menganalisis
(menyimpulkan ) informasi mengenai perjanjian renville seperti yang disajikan
dalam stimulus
b. Kategori : menggunakan Informasi untuk menyelesaikan masalah


29
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi Dasar 3.1 menganalisis upaya bangsa Indonesia dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa antara lain
PKI Madiun 1948, DI/TII, APRA, Andi Aziz, RMS, PRRI,
Permesta, G-30-S/PKI
Materi Andi Aziz
Indikator Soal Disajikan gambar Andi Aziz peserta didik dapat menjelaskan
pemberontakan yang dilakukannya

8. Perhatikan gambar di bawah ini


Tokoh diatas merupakan satu di antara beberapa tokoh yang pernah melakukan
pemberontakan kepada NKRI.
A. Menolak kedatangan APRIS di NIT dan menuntut pemerintah agar hanya
mengakui pasukannya sebagai pasukan pengaman NIT
B. Melakukan Aksi teror dan berencana membunuh Sultan Hamengkubuono ke IX
C. Keinginan untuk mendirikan negara komunis di Indonesia
D. ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dalam membentuk Tentara
Republik dan demobilisasi yang dilakukan di Sulawesi Selatan.
E. Keinginan untuk mendirikan negara Islam Indonesia

Kunci Jawaban: A
Jenis/Keterangan soal:
Tidak HOTS
Tahapan berpikir hanya pada mengingat gambar

30
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi Dasar 3.7 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin
Materi Dekrit presiden
Indikator Soal Disajikan informasi mengenai peristiwa terjadinya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959

8. Perhatikan Informasi berikut ini

Dekrit Presiden dan Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Badan Konstituante yang dibentuk melalui pemilihan umum 1955, dipersiapkan untuk
merumuskan UUD (konstitusi) baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Sejak tahun 1956 konstituante merumuskan UUD yang baru. Akan tetapi hingga tahun
1959 Badan Konstituante tidak pernah dapat merumuskan UUD yang baru. Badan
Konstituante menyatakan masa reses yang tidak menentu, sehingga menyebabkan
Presiden Soekarno mengambil langkah -melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dengan
dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959, maka kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur berdasarkan UUD 1945. UUD 1945 kembali dilaksanakan dengan langkah menuju
suatu bentuk pemerintahan yang dinamakan Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi terpimpin dalam UUD 1945 merupakan pemerintahan rakyat yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

Fakta yang terkait dengan informasi diatas adalah
A. Wujud kegagalan dari sistem demokrasi liberal di Indonesia
B. Terselenggaranya pemilu yang paling demokratis
C. Partai politik tidak mampu menyatukan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa
D. Pemerintah tidak mempunyai kontrol yang cukup kuat terhadap perkembangan
demokrasi
E. Jatuh bangunnya kabinet dalam waktu yang relatif singkat

Kunci Jawaban A
Kategori soal HOTS karena
a. Peserta didik menguraikan perkembangan kehidupan demokrasi liberal,
menyimpulkan kejadian yang terjadi pada kehidupan politik Indonesia
b. Kategori : Menelaah Ide yang disajikan dalam informasi secara kritis

31
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi Dasar 3.5 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal
Materi Pemilu 1955
Indikator Soal Disajikan informasi mengenai hasil pemilu 1955 peserta
didik dapat menyimpulkan perubahan politik di Indonesia


9. Rakyat Indonesia sangat mendambakan hasil pelaksanaan Pemilu 1955, tetapi
harapan rakyat hanya sekedar harapan dan tidak pernah menjadi kenyataan. Hal ini
disebabkan
A. pemenang pemilu terdiri atas PNI, Masyumi, NU dan PKI
B. konstituante gagal menyusun UUD sebagai pengganti UUDS
C. adanya intervensi Presiden Sukarno terhadap kinerja konstituante
D. kondisi ekonomi dan politik tidak menjadi lebih baik
E. Presiden Sukarno mendorong memberlakukan konsepsi presiden

Kunci Jawaban: B
Kategori soal TIDAK HOTS karena
a. Tidak ada stimulus
b. Merupakan soal pemahaman


32
Kartu Soal HOTS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.7 Mengevaluasi peran pelajar, mahasiswa dan pemuda dalam
Dasar perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia.
Kehidupan politik dan ekonomi pada masa reformasi, peran
pelajar mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan
ketatanegaraan Indonesia.
Materi Peran pelajar dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia
Indikator Disajikan informasi mengenai keterlibatan pemuda pada masa
Soal menjelang kemerdekaan dan keterlibatan pemuda pada akhir masa
Orde Baru peserta didik mampu memahami peran pemuda dalam
tata perubahan politik Indonesia

10. Perhatikan informasi berikut ini

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda antara lain Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31"
terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.
Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan
terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan
rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental
karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik
Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal
11 Maret 1966 hingga tahun 1998.

Berdasarkan informasi di atas, dapat diperoleh fakta
A. gerakan perjuangan pelajar dan mahasiswa sebagai kontrol pemerintahan
B. pelajar dan mahasiswa kaum intelektual yang merupakan ujung tombak perubahan
C. perjuangan pemuda, pelajar dan mahasiswa tidak mudah diintervensi kelompok lain
D. pemuda adalah generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui
kerusakan
E. pemuda, pelajar dan mahasiswa memiliki independesi sehingga tidak mudah
terpengaruh

Kunci : B
keterangan:
Kategori soal HOTS karena
a. menguraikan dan menilai pola perilaku yang dilakukan oleh pemuda pelajar dan
mahasiswa dari periode proklamasi kemerdekaan, dan masa reformasi terhadap
perubahan ketatanegaraan Indonesia
b. Kategori : Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda dari masa
menjelang kemerdekaan dan informasi dari masa akhir Orde Baru awal reformasi


33
Kartu Soal

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XI/2
Kurikulum : 2013

Kompetensi 3.8 menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan
Dasar pertama Republik Indonesia pada awal kemerdekaan dan
maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini
Materi Sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia
Indikator Disajikan informasi mengenai pidato presiden Soekarno di lapangan
Soal Ikada pada tanggal 19 September 1945 peserta didik dapat
menyimpulkan makna dari isi pidato tersebut

11. Salah satu Bentuk sambutan pemuda rakyat Indonesia yang tergabung dalam
kesatuan van Aksi Salah satunya adalah rapat raksasa di lapangan Ikatan Atletik
Djakarta atau lebih terkenal dengan nama IKADA (sekarang pojok timur Monas).
Rapat raksasa di Lapangan IKADA terjadi pada tanggal 19 September 1945. Tujuan
dari rapat di lapangan IKADA adalah mempertemukan rakyat dengan pemimpinnya.
Jumlah orang yang hadir pada saat itu diperkirakan antara 200-300 ribu. Rapat
raksasa IKADA berhasil terselenggara atas pelopor Komite Van Aksi. Pada
kesempatan itu presiden Soekarno berpidato “Kita sudah memproklamirkan
Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini tetap kami pertahankan, sepatahpun tidak
kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tenang,
tenteram, tetapi tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau
saudara-saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan
mempertahankan proklamasi kemerdekaan itu walaupun dada kami akan robek
karenanya, maka berikanlah kepercayaan kepada kami dengan tunduk kepada
perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah saudara-saudara “ dijawab
dengan serentak oleh rakyat “Sanguuup”. Lalu Presiden melanjutkan “Perintah kami
hari ini, marilah sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, ikutilah
perintah Presidenmu sendiri tetapi dengan tetap siap sedia sewaktu-waktu. Saya
tutup dengan salam nasional….. MERDEKA…”
http://www.donisetyawan.com/rapat-raksasa-di-lapangan-ikada/ diunduh pada
tanggal 14 Juni 2019

Makna yang dapat kita simpulkan dari pidato tersebut adalah
A. mempersiapkan penyerangan terhadap tentara Jepang
B. mengajak rakyat berperang melawan tentara Jepang
C. mengajak rakyat untuk percaya pada pemimpinnya
D. pidato singkat tentang proses pelaksanaan proklamasi
E. mengajak rakyat Indonesia mengisi kemerdekaan

Kunci : C
keterangan:
Kategori soal Tidak HOTS karena
Jawaban sudah ada dalam stimulus




34
BAB IV BAB IV
Strategi Implementasi


A. Strategi

Strategi pembelajaran dan penilaian HOTS dilakukan dengan melibatkan seluruh
komponen stakeholder di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai ke
daerah, sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan masing-masing.
1. Pusat
Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam pembinaan SMA di
seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi pembelajaran dan penilaian HOTS
dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Merumuskan kebijakan pembelajaran dan penilaian HOTS;
b. Menyiapkan bahan berupa panduan pembelajaran dan penilaian HOTS;
c. Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan
strategi pembelajaran dan penilaian HOTS;
d. Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerja sama dengan dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.

2. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya di daerah,
menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat dengan melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Mensosialisasikan kebijakan pembelajaran dan penilaian HOTS dan
implementasinya dalam penilaian hasil belajar;
b. Memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan penilaian HOTS dalam rangka
persiapan penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar;
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah dengan
melibatkan pengawas sekolah.

3. Sekolah
Sekolah sebagai pelaksana teknis pembelajaran dan penilaian HOTS, merupakan
salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan
penilaian hasil belajar, sekolah menyiapkan bahan-bahan dalam bentuk soal-soal
yang memuat soal-soal HOTS. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
sekolah antara lain sebagai berikut.
a. Meningkatkan pemahaman guru tentang pembelajaran dan penilaian yang
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS).
b. Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian (High
Order Thinking Skills/HOTS) terkait dengan penyiapan bahan penilaian hasil
belajar.

B. Implementasi
Pembelajaran dan penilaian HOTS di tingkat sekolah dapat diimplementasikan dalam
bentuk kegiatan sebagai berikut.
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah
tentang strategi pembelajaran dan penilaian HOTS yang mencakup:
a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
b. Menyusun kisi-kisi soal HOTS;
c. Menulis butir soal HOTS;

35
d. Membuat kunci jawaban atau pedoman penskoran penilaian HOTS;
e. Menelaah dan memperbaiki butir soal HOTS;
f. Menggunakan beberapa soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana
kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian
kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan;
3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana kegiatan;
4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari kepala
sekolah;
5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil
penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah,
sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.




































36
DAFTAR PUSTAKA


Brookhart, Susan M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill In Your Class.
Virginia USA: Alexandria.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan.

Schunk, Dale H., Pintrici, Paul R., & Meece, Judith L. (2008). Motivation in Education:
Theory, Research, and Applications Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Widana, I Wayan. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Journal of
Indonesia Student Assessment and Evaluation (JISAE).
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jisae/article/view/4859, Vol. 3 No. 1
February 2017, pp. 32-44. ISSN: 2442-4919.

Widana, I Wayan, dkk. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Widana, I., Parwata, I., Parmithi, N., Jayantika, I., Sukendra, K., & Sumandya, I. (2018).
Higher Order Thinking Skills Assessment towards Critical Thinking on Mathematics
Lesson. International Journal Of Social Sciences And Humanities (IJSSH), 2(1), 24-32.
doi:10.29332/ijssh.v2n1.74

https://historia.id/politik/articles/genosida-voc-di-pulau-banda-DE0w6 diunduh pada
tanggal 16 Juni 2019

https://bonvoyagejogja.com/grebeg-maulud-wujud-keharmonisan-agama-dengan-
budaya-warga-jogja/ diunduh 9 Mei 2019

http://www.donisetyawan.com/rapat-raksasa-di-lapangan-ikada/diunduh 14 Juni 2019

37
Lampiran 1.
FORMAT KISI-KISI SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Mata Pelajaran : .................................................
Kelas/ Level Bentuk No.
No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Semester Kognitif Soal Soal






..............................., ....................................
Mengetahui Koordinator MGMP .....................................
Kepala SMA .........................................



................................................................ ................................................................
NIP. NIP.

38
Lampiran 2.
FORMAT KARTU SOAL
(PILIHAN GANDA)

Mata Pelajaran : ........................................
Kelas/Semester : ........................................
Kurikulum : ........................................

Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :

Soal:




















Kunci Jawaban:

Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya
transformasi konsep, mencari hubungan antar informasi, menyimpulkan, dan lain-lain.
Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa soal ini
merupakan soal HOTS.












39
Lampiran 3

FORMAT KARTU SOAL NOMOR
(URAIAN)

Mata Pelajaran : ........................................
Kelas/Semester : ........................................
Kurikulum : ........................................
Kompetensi Dasar :
Materi :
Indikator Soal :
Level Kognitif :

Soal:





PEDOMAN PENSKORAN:

No. Uraian Jawaban/Kata Kunci Skor






Total Skor

Keterangan:
Deskripsikan alur berpikir yang diperlukan untuk menjawab soal ini, misalnya
transformasi konsep, mencari hubungan antar informasi, menyimpulkan, dan lain-lain.
Deskripsi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada pembaca, mengapa soal ini
merupakan soal HOTS.

















40
Lampiran 4

FORMAT INSTRUMEN TELAAH SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
BENTUK TES PILIHAN GANDA
Nama Pengembang Soal : ......................
Mata Pelajaran : ......................
Kls/Prog/Peminatan : ......................
Butir Soal**)
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator.
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
mendorong siswa untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta).
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.
7. Pilihan jawaban homogen dan logis.
8. Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.

B. Konstruksi
9. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
10. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
11. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
12. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
13. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
14. Panjang pilihan jawaban relatif sama.
15. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua
jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas
benar" dan sejenisnya.
16. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya.
17. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

C. Bahasa
18. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.
19. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
20. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.
21. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
D. Aturan Tambahan

41
Butir Soal**)
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda,
dan Kekerasan).
*) Khusus mata pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia dan Sejarah dapat menggunakan
teks yang tidak kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila soal sesuai dengan kaidah atau
tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

................., ..............................
Penelaah



...........................................
NIP.



































42
Lampiran 6

FORMAT INSTRUMEN TELAAH SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
BENTUK TES URAIAN
Nama Pengembang Soal : ......................
Mata Pelajaran : ......................
Kls/Prog/Peminatan : ......................

Butir Soal*)
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk Uraian).
2. Soal menggunakan stimulus yang menarik (baru,
mendorong siswa untuk membaca).
3. Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia
nyata)*
4. Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta).
5. Jawaban tidak ditemukan pada stimulus.
6. Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung kebaruan.

B. Konstruksi
7. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.
8. Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal.
9. Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
11. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.

C. Bahasa
12. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.
13. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
14. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.
D. Aturan Tambahan
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama,
Ras, Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda,
dan Kekerasan).

*) Khusus mata pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia dan Sejarah dapat menggunakan
teks yang tidak kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
**) Pada kolom Butir Soal diisikan tanda centang (√) bila soal sesuai dengan kaidah atau
tanda silang (X) bila soal tersebut tidak memenuhi kaidah.

................., ..............................
Penelaah

43

Anda mungkin juga menyukai