Anda di halaman 1dari 49

PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK


( Kelas X Materi Kisah Keteladanan Nabi Yusuf As. Di MA As-Syamsuriyyah )

Penulisan PTK ini Sebagai Pemenuhan Tugas PPG Daljab 2021

Oleh :

TARNUZI FARICHIN, S.Pd.I


B2MAD-INNOVATIVE-1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON


PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN

TAHUN 2021
AD
RA
S A H A LI
Y
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AS-SYAMSURIYAH

A
M

H
MADRASAH ALIYAH AS-SYAMSURIYYAH

JAGALEMPENI WANASARI BREBES


Alamat: : Jl Ponpes As Syamsuriyyah Ds. Jagalempeni Kec. Wanasari Kab. Brebes 52252 No. Hp 08 1294326236

LEMBAR PENGESAHAN
Setelah membaca dan mencermati Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan hasil karya dari:
1. Identitas Penulis :
Nama : Tarnuzi Farichin, S.Pd.I
NIM : 2108112430
Unit Kerja : MA AS SYAMSURIYYAH
2. Jenis Karya : Laporan PTK

3. Judul : Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak ( Kelas X Materi Kisah Keteladanan Nabi Yusuf As. Di Ma As-
Syamsuriyyah )

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan sebagai syarat pemenuhan tugas PPG
DalJab 2021

Mengetahui
Kepala Madrasah

NAFISATUL KHOIRIYYAH, S.H.I

ii
KAKA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini
dengan sebaik-baiknya. Penyusunan laporan ini didasarkan pada Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas PPG (Pendidikan
Profesi Guru DalJab 2021) harapan peneliti semoga penelitian ini dapat membantu mengatasi
masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran di MA As-syamsuriyyah jagalempeni,
wanasari brebes
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
penelitian ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
tidak lepas dari bantuan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu
demi kelancaran penelitian ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya dan peneliti mengharap
kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapat ridho Alloh SWT, amin.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.

Brebes , 20 oktober 2021

Peneliti

ii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan penelitian 3
D. Manfaat penelitian 4
BAB II 6
KAJIAN TEORI 6
A. Deskripsi teoritik 6
B. Hepotesis tindakan 6
C. Kerangka berpikir 6
BAB III .................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN 21
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 21
B. Persiapan PTK 21
C. Subyek Penelitian 22
D. Prosedur Tindakan 22
E. Teknik Pengumpulan Data 22
F. Indikator Keberhasilan 22
BAB IV 25
HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN 25
A. Hasil Penelitian Dan Tindakan 25
B. Penilaian Pra Siklus 24
C. Deskripsi siklus l 27
D. Deskripsi siklus ll 28
BAB V
PENUTUP 32
KESIMPULAN DAN SARAN 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN RPP 37
DOKUMENTASI 44

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dewasa ini mendapat perhatian secara komprehensif dalam upaya


meningkatkan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Untuk itu perlu dilakukan upaya pembaruan dalam bidang
pendidikan dari waktu ke waktu secara berkesinambungan khususnya dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa yang harus dikembangkan terletak dalam proses belajar
mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan


merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan disegala aspek
kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun
global.

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan sekolah, tolak ukur keberhasilan


pendidikan di sekolah adalah selain guru yang profesional juga ditentukan oleh metode atau
strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Dengan metode
yang tepat guna, yang digunakan dalam proses pembelajaran akan membantu guru dalam
proses pembelajaran dalam menerapkan dan menyampaikan materi ajar yang akan diajarkan
dan lebih memudahkan guru sekaligus mudah diterima oleh peserta didiknya sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai seperti yang kita harapkan.
Tujuan yang akan dicapai dijelaskan dalam Undang-Undang Pendidikan, Undang-
Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan
Pendidikan Nasional yaitu:
Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.(
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Dep-Diknas, 2003), h.5)

Selanjutnya Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab
II Pasal 3 berbunyi :

Pendidikan Nasional berfungsi menembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.( UU Guru dan Dosen, UU No. 14 Tahun 2005, (Jakarta : Cemerlang,
2005), h.70)

ii
Dari kedua Undang-Undang tersebut tujuan pendidikan tidak berubah, yang artinya
masih tertuju pada pencapaian kedewasaan baik kedewasaan jasmani maupun kedewasaan
rohani.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar
mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan
demikain, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi keberhasilan proses
belajar mengajar.

Pada dasarnya tingkat keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor


diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode pembelajaran, materi,
sarana prasarana, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta lingkungan sekitar yang
kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik,
Materi yang telah dipilih sudah tepat, Jika metode pembelajaran yang digunakan kurang
memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Jadi, metode
pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dan sangat menguntungkan
dalam keberhasilan proses pendidikan.( Sudrajad, Model Pembelajaran, (online)
(http://gudangmakalahblogspot.com, diakses 20 juli 2011) 2011)

Model yang harus dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran diantaranya
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan model pembelajaran ini, guru akan
mudah menjalankan tugas mengajarnya di sekolah karena dengan kooperatif tipe jigsaw
siswa akan mencari dan menemukan sendiri problem atau masalah yang diberikan oleh
gurunya. Tugas guru hanya sebagai fasilitator sekaligus menjadi mediator serta
mengarahkan peserta didiknya.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menurut pengamatan awal


peneliti telah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga peneliti akan
melakukan penelitian tindakan kelas sekaligus menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw pada siswa kelas X Ma As- syamsuriyyh khususnya pada mata pelajaran aqidah
akhlak.

Masalah dalam pembelajaran aqidah akhlak di Ma As- syamsuriyyh saat ini adalah
kurang tepatnya metode atau strategi pembelajaran yang digunakan guru dan masih
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pemahaman pokok bahasan tertentu.

Fenomena ini juga terjadi di Ma As- syamsuriyyh. Pada studi awal yang dilakukan
di sekolah tersebut tepatnya tanggal 01 oktober 2021, diperoleh informasi dari guru aqidah
akhlak bahwa dalam proses pembelajaran aqidah akhlak masih banyak ditemui
permasalahan. Diantaranya guru mengalami kesulitan dalam menerapkan model
pembelajaran yang tepat, sehingga mengakibatkan siswa kurang mampu menerima
pengetahuan aqidah akhlak dengan baik. Guru masih cenderung mengajar dengan model

2
pembelajaran yang monoton, tidak memiliki variasi mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan realitas di lapangan, maka perlu ditemukan solusi yang tepat sehingga
oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) atau
classroom action research. Tujuannya adalah untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran yang bermanfaat bagi guru sebagai pengalaman
mengajar, guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, melibatkan siswa secara
aktif dalam pembelajaran dan mendorong pembelajaran mandiri siswa.

Untuk memecahkan permasalahan di atas, maka disepakati untuk menggunakan


model pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) tipe jigsaw sebagai salah satu
alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
pemahaman suatu pokok bahasan aqidah akhlak dan akan dilakukan melalui model PTK
dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas X MA As- syamsuriyyh”
.
B. Identifikasi Masalah
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas X MA
As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas X MA As-
syamsuriyyh jagalempeni brebes .
3. Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar Aqidah Akhlak kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak
kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak
kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini
adalah hasil belajar aqidah akhlak siswa kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes
dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe
jigsaw.

E. Definisi Operasional
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan maka yang menjadi definisi
operasionalnya adalah :
1. Strategi jigsaw merupakan model pembelajaran dengan melatih siswa dalam
membaca dengan baik, berdiskusi, bercakap, bekerjasama, bertanggung jawab dan

3
melatih kepemimpinan siswa dalam kelompoknya yang terdiri dari 4 - 5 orang yang
telah ditentukan oleh guru tanpa membedakan ras, suku, sosial dan budaya.
2. Hasil belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah nilai akhir atau hasil akhir
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran aqidah akhlak dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada
mata pelajaran aqidah akhlak adalah suatu proses pembelajaran atau metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak dan memperoleh nilai
akhir atau evaluasi (nilai rapor atau nilai harian).

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas
X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
melalui metode atau strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas X
MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes . melalui metode atau strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a. Bagi siswa
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa dalam proses belajar
mengajar.

b. Bagi guru :
1. Guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovatif
sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran
serta bahan ajar yang dipakainya.
2. Dapat meningkatkan kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan
yang muncul dari siswa.
3. Dapat membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa.
4. Dapat meningkatkan pemahaman guru kolaborasi PTK.
5. Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas.

c. Bagi sekolah yaitu melalui penelitian ini prestasi belajar aqidah akhlak dapat
ditingkatkan. Selain itu, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada
sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran aqidah akhlak.

4
Bagi peneliti yaitu melalui penelitian tindakan kelas ini dapat diketahui secara langsung
permasalahan pembelajaran aqidah akhlak yang ada di kelas, khususnya dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar aqidah akhlak siswa. Selain itu, dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian tindakan kelas.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Hasil Belajar


1. Definisi Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang menghendaki adanya perubahan dalam diri
seseorang, apakah itu perubahan kebiasaan, perubahan pengetahuan maupun perubahan
sikap atau kepribadian. “Keberhasilan belajar peserta didik tidak semata-mata ditentukan
oleh kemampuan yang dimilikinya, tetapi juga ditentukan oleh minat, perhatian dan
motivasi belajarnya”.( Ahmad Rohani, H.M. Pengelolaan pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), h. 170)
Belajar adalah proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri
dari informasi, tranformasi dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan,
transformasi berkenaan dengan proses memindahankan materi dan evaluasi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang dilakukan
oleh pembelajar dan pengajar.( (http://hemow.wordpress.com).)
Surapranata mengemukakan bahwa perubahan individu setelah belajar meliputi:
1. Sifat intensional yang merupakan perubahan karena pengalaman yang dilakukan
peserta didik.
2. Sifat positif aktif dimana positif pada perubahan yang bermanfaat dan aktif yang
berarti kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa sendiri.
Sifat efektif fungsional yang berarti memberikan pengaruh dan manfaat bagi peserta
didik secara pribadi dan dapat dimanfaatkan kapan pun manakala dibutuhkan.( Masrun dan
Sri Mulyani Martinah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UGM, t.th), h. 12

Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar,
suasana belajar merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar peserta didik. Kebiasan
itu perlu diketahui oleh guru, bukan hanya menyelesaikan masalah pengajaran dengan
kebiasaan yang menunjang prestasi atau sebaliknya. Kebiasaan belajar yang salah harus
diperbaiki dan ditinggalkan serta guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru
yang lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar peserta
didik, guru harus menggunakan tekhnik observasi atau pengamatan terhadap cara belajar
misalnya cara membaca buku, cara mengerjakan tugas, cara menjawab pertanyaan, cara
memecahkan suatu masalah, cara berdiskusi dan sebagainya.

Menurut Masrun dan Sri Mulyani Martinah bahwa hasil belajar adalah “Penilaian
atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan pelajaran telah
berhasil dengan baik, disamping itu juga untuk mengukur seberapa jauh siswa menangkap
dan mengerti yang telah dipelajari”1 . Kemudian dikemukakan pula bahwa:
Hasil belajar juga dapat diartikan “sebagai suatu kemampuan internal (capability)
ditunjukkan pada tercapainya tujuan belajar yang telah dimiliki seseorang dan

6
memungkinkannya untuk melakukan sesustu atau memberikan hasil tertentu
(performance)”.( W.S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1996),
h. 97)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh melalui kegiatan belajar yang menggunakan alat ukur untuk menilainya baik
berupa angka maupun yang bukan angka. Untuk mengetahui tingkat prestasi siswa di
sekolah biasa diadakan evaluasi belajar baik yang sifatnya harian yang dilakukan setiap
selesai penyajian materi pelajaran, maupun melalui ulangan mid semester atau ulangan
semester. Dengan diadakannya ulangan atau evaluasi tersebut, maka tingkat prestasi siswa
dapat tergambar dan kita dapat mengetahui apakah siswa memperoleh prestasi atau hasil
yang memuaskan atau tidak.
Sudah merupakan rutinitas bagi para guru, bahwa untuk mengetahui hasil belajar
dari sebuah pelajaran yang telah diberikan, diukur dengan memberikan tes atau evaluasi.
Dengan evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program pengajaran dalam lingkungan
pendidikan atau biasa disebut juga dengan ulangan atau ujian.

2. Jenis-jenis Hasil Belajar


Dalam sistem pendidikan Nasional atau rumusan pendidikan mempunyai beberapa
tujuan, baik itu tujuan kurikulumnya maupun Tujuan instruksional, pada penelitian ini
menggunakan klasifikasi hasil belajar (prestasi belajar).
Hasil belajar menurut Benyamin Bloom secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Pada ranah ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge).
2. Pemahaman (comprehension).
3. Penerapan (aplication).
4. Penguraian (analysis).
5. Pemanduan (syntesys).
Penilaian (evaluative).( Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Hasil Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1990), h. 22-23
6. )

Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif ini tergantung pada tingkat kedalaman
belajar yang dialami oleh siswa. Dengan pengertian bahwa perubahan yang terjadi pada
ranah diharapkan seorang siswa mampu melakukan pemecahan terhadap masalah yang
dihadapinya.
b. Ranah afektif
Adapun jenis kategori dalam ranah ini adalah sebagai hasil dari belajar yang mulai
dari tingkat dasar maupun yang kompleks, yaitu:
1. Menerima rangsangan (receving)
2. Merespon rangsangan (responding).
7
Menilai sesuatu (valuing).
3. Mengorganisasi nilai (organization).
Menginternalisasikan (mewujudkan) nilai- nilai (characterazion by value or value
compleks).( Muhibin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996),
h. 71-72
4. )
Pada ranah afektif ini diharapkan siswa mampu lebih peka terhadap nilai dan etika
yang berlaku, dalam bidang ilmunya perubahan yang terjadi cukup mendasar, maka siswa
tidak hanya menerimanya dan memperhatikan saja, melainkan mampu melakukan satu
sistem nilai yang berlaku dalam bidang ilmunya.
Pada tipe belajar ini tampak pada siswa, berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai teman di kelas dan kebiasaan di
lingkungan yang baik.
c. Ranah psikomotorik
Dalam ranah psikomotorik ini erat sekali dengan keterampilan yang bersifat konkret,
walaupun demikian tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat mental (pengetahuan
dan sikap). Dalam hal ini belajar merupakan tingkah laku yang nyata dan dapat dialami.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar aqidah akhlak
adalah proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa, dimana perubahan tingkah
laku siswa di arahkan pada pemahaman materi aqidah akhlak yang mengantarkan siswa
berpikir secara sistematis dan berakhlak mulia sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Baik
yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, maupun aspek- aspek yang lain
sehingga perubahan sifat yang terjadi pada masing- masing aspek tersebut tergantung pada
tingkat kedalaman belajar.

3. Kriteria Penilaian Pembelajaran


Menurut Nana Sudjana, bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria,
yaitu :
1. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.
2. Keterlaksanaannya oleh guru.
3. Keterlaksanaannya oleh siswa.
4. Motivasi belajar siswa.
5. Kearifan para siswa dalam kegiatan belajar.
6. Interaksi guru dengan siswa.
7. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar.
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.( Op. Cit, h. 60-62)

a. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.


Kurikulum merupakan program belajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa
yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat sejauh mana
acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek- aspek : 1). tujuan- tujuan
pengajaran, 2). Bahan pengajaran yang diberikan, 3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan, 4).
8
Cara melaksanakan jenis kegiatan, 5). Peralatan atau media yang digunakan untuk masing-
masing kegiatan, dan 6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan pembelajaran.

b. Keterlaksanaannya oleh guru.


Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh
guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan
dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal : 1).
Mengkondisikan kegiatan belajar siswa, 2). Menyiapkan alat, 3). Waktu yang disediakan
untuk waktu belajar, 4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, 5).
Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa, 6). Menggenerasikan hasil belajar saat itu dan
tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya.

c. Keterlaksanaannya oleh siswa.


Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan belajar mengajar dengan
program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti,
keterlaksanaan siswa dapat dilihat dalam hal : 1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh guru, 2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar mengajar, 3). Tugas-
tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, 4). Manfaat sumber belajar yang
disediakan guru, 5). Menguasai tujuan- tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.

d. Motivasi belajar siswa.


Keberhasilan dalam belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditunjukkan siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat
dalam hal : 1). Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, 2). Semangat siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas belajarnya, 3). Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas belajarnya, 4). Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru,
5). Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

e. Kearifan para siswa dalam kegiatan belajar.


Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
1). Turut dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah, 3)
Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Interaksi guru dengan siswa.


Interaksi guru dengan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal
balik atau hubungan dua arah antara guru dengan siswa dan atau antar siswa dengan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat dalam hal: 1) Tanya jawab
atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. 2) Bantuan guru
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. 3) Senantiasa berada dalam situasi belajar
mengajar sebagai fasilitator belajar.

9
g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar.
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak guru yang
profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah diikutinya dalam hal
bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar dan lain- lain, beberapa
indikator dalam menilai kemampuan ini antara adalah: 1) Menguasai bahan pengajaran yang
disampaikan kepada siswa. 2) Terampil berkomunikasi dengan siswa. 3) Menguasai kelas
sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa. 4) Terampil menggunakan berbagai alat dan
sumber belajar. 5) Terampil menggunakan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.

h. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.


Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain: 1) Perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. 2) Kualitas dan
kuantitas penguasan tujuan instruksional oleh para siwa, 3) Jumlah siswa yang dapat
mencapai tujuan instruksional minimal 75% dari jumlah instruksional yang harus dicapai.
4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya. 5) Evaluasi belajar. Evaluasi belajar adalah suatu tindakan yang
digunakan untuk menentukan suatu nilai. Jenis evaluasi ada 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Evaluasi harian yaitu kegiatan evaluasi setiap hari pada saat sebelum atau sesudah
materi pelajaran disampakan.
2. Ulangan yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan setiap selesai materi satu atau dua
bab yang disampaikan.
3. Ulangan akhir semestar yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
semester yang ditandai dengan pembagian rapor.( Ibid, h.62.)

Sebagai ciri dilakukan aktivitas belajar adalah adanya peruahan, baik perubahan
dalam pengetahuan, kecakapan atau tingkah laku yang menuju tercapainya tujuan
pendidikan agama Islam yang dicita-citakan, karena prestasi belajar merupakan
keberhasilan seseorang dalam belajar. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan
berpengaruh juga terhadap prestasi belajar seseorang.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:
a. Faktor dari dalam pelajar (internal) diri siswa.
1). Faktor jasmani.
Kondisi fisik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam proses
belajar mengajar, siswa yang dalam kondisi sehat jasmaninya akan berbeda dengan siswa
yang tidak sehat jasmaninya, karena belajar memerlukan kecakapan, keterampilan dan
kemampuan berpikir. Selain itu, ketidaksempurnaan panca indra juga dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, misalnya; cacat mata, telinga dan lain sebagainya. Karena kualitas
panca indra merupakan syarat bagi suatu proses pembelajaran adalah pendengaran dan
penglihatan.

2). Faktor psikologis.


10
a). Bakat.
Bakat juga merupakan faktor internal yang banyak mempengaruhi prestasi belajar
siswa, setiap bakat inilah yang memungkinkan siswa berkembang sesuai dengan
keinginannya, setiap manusia memiliki bakat yang berbeda- beda, untuk mengembangkan
bakat yang dimiliki, seorang harus mendapatkan bimbingan dan arahan yang efektif sebab
kalau tidak, maka bakat tersebut tidak dapat berkembang.
b). Kecerdasan.
Setiap individu yang lahir memiliki kecerdasan yang berbeda- beda, kecerdasan
dapat mempengaruhi cara berpikir dan kemampuan beradaptasi dengan berbagai masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu, siswa akan berhasil jika dalam dirinya ada dorongan untuk
belajar.
c. Minat.
Minat adalah suatu gejala psikis yang ada pada seseorang yang direalisasikan
dengan senang dan menunjukkan perhatian dengan perasaan dan perhatian yang berpusat
pada suatu obyek. Sehingga seseorang tersebut mempunyai kecenderungan untuk
melakukannya dan belajar dapat berjalan dengan baik bila disertai oleh minat.
d. Motivasi.
Motivasi adalah dorongan dari dalam yang menimbulkan kekuatan individu untuk
bertingkah laku guna memenuhi kebutuhan seseorang (siswa) akan berhasil dalam belajar
jika pada dirinya terdapat dorongan atau keinginan untuk belajar.

b. Faktor dari luar pelajar (eksternal).


1). Keluarga.
Keluarga adalah ayah, ibu dan anak serta famili yang menjadi penghuni rumah,
semua kondisi yang ada di dalam keluarga seperti tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya penghasilan, cukup kurangnya perhatian orang tua kepada anak, akrab
tidaknya hubungan orang tua kepada anak atau antara ayah dan ibu dan lain sebagainya.
Semua itu dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak, begitu juga dengan keadaan
rumah dan keadaan cuaca.
2). Sekolah.
Keadaan sekolah seperti tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar seperti kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian kurikulum, keadaan sarana dan
prasarana dan sebagainya.
3). Masyarakat.
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar jika kondisi masyarakat tidak
mendukung pendidikan maka prestasi belajar akan menurun. Contohnya jika di sekitar
tempat tinggalnya terdiri dari orang- orang yang mendukung pendidikan yang rata- rata
anaknya bersekolah dan baik moralnya, hal ini dapat memotivasi anak- anak untuk lebih
giat belajar. Dan sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak yang tidak baik
moralnya jarang yang bersekolah serta banyaknya pengangguran. Hal ini akan mengurangi
semangat belajar atau masyarakat yang tidak menunjang sehingga motivasi belajar
berkurang.
4). Lingkungan sekitar.

11
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi
prestasi belajar, keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas,
iklim dan sekitarnya.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


1. Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategis
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

“Pembelajan kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran


yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.( Umarr Khalid, Pembelajaran
yang Inovatif, (online) (http://tjiptosubadi.blogspot.com, diakses, 21 Juni 2011) 2011
) Salah satu tujuan pengadaan metode pembelajaran adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa selama mengajar dan kemampuan dalam berprestasi. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen- elemen yang saling
terkait.
Adapun elemen- elemen tersebut yaitu: “1) saling ketergantungan positif;
2) Interaksi tatap muka; 3) Akuntabilitas individual; 4) Keterampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi atau keterampilan sosisl yang secara sengaja dianjurkan”.( Nurdin,
et.al, Konstektual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UN Malang, t.th), h.8)
Sejalan dengan itu, salah satu tujuan model pembelajaran kooperatif adalah “Hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan siswa”.( Kooperatif, (online)
(www.ppp.pembelajaran .co.id: 3, diakses, 21 Juni 2011) 2011) Juga mempunyai prinsip dalam
pembelajar kooperatif menurut Nurdin sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagai kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajaar bersama selama proses belajarnya.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.( Kooperatif, (online) (www.ppp.pembelajaran
.co.id: 3, diakses, 21 Juni 2011) 2011

12
Berdasarkan hal tersebut, bahwa pembelajaran kooperatif memberikan nuansa
kepercayaan pada para siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka,
dan dilatih untuk sosok seorang pemimpin dalam kelompok sekaligus bekerjasama yang
positif dalam kelompok mereka dan menghilangkan rasa ego, suku ras, status sosial dan
budaya. Metode pembelajaran ini dapat mengajarkan kepada siswa untuk selalu berbuat dan
bertindak secara bersama atau secara berkelompok untuk memecahkan suatu masalah tanpa
ada perbedaan.
Berdasarkan hal tersebut Stahl mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7. Keputusan tergantung pada siswa itu sendari
8. Siswa aktif.( Akhmad Sukardi, Makalah Jigsaw, (online) (http://www.unila.ac.id/, diakses, 21
Juni 2011) 2011)

Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Hilke mempertegas bahwa ciri- ciri
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Terdapat saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok
2. Dapat dipertanggung jawabkan secara individu
3. Heterogen
4. Berbagi kepemimpinan
5. Berbagi tanggung jawab
6. Menekankan pada tugas dan kebersaman
7. Membentuk keterampilan sosial
8. Peran guru mengamati proses belajar siswa

Efektifitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam


kelompok- kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa perbedaan
kemampuan akademik, gender, suku maupun lainya.( Akhmad Sukardi, Makalah Jigsaw, (online)
(http://www.unila.ac.id/, diakses, 21 Juni 2011) 2011

Sedangkan kelebihan-kelebihan metode pembelajaran kooperatif yaitu:


1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar
3. Konflik antar pribadi berkurang
4. Sikap apatis berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Retensi atau penyimpanan lebih lama
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

13
8. Model pembelajaran kooperatif dapat memecah keagresifan dalam sistem kompetisi
dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
9. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)
10.Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
11.Menambah motivasi dan percaya diri
12.Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya
13.Mudah diterapkan dan tidak mahal.( Muhammad Faiq Dzaki, Kelebihan Model Pembeelajaran
Kooperatif, (online) (http://,www.sd-binatalenta.com, diakses, 21 Juni 2011)

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa kelebihan-kelebihan metode pembelajaran


kooperatif sangat banyak mudah diterapkan dan terjangkau sehingga siswa dapat dengan
mudah pula mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga dapat memberikan hasil
belajar yang memuaskan.

2.Deskripsi Kooperatif Tipe Jigsaw


Teknik jigsaw tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi
akademik. Dalam pembelajaran kooperatif juga melatih siswa dalam mencapai tujuan
hubungan sosial dan manusia, yang mana pada akhirnya hal ini berpengaruh terhadap
prestasi akademik siswa. Kooperatif dalam kamus ilmiah berarti “secara bersama-sama
atau bersifat kerja sama”.( Puis Abdullah, Kamus Ilmiah (popular Lengkap), Surabaya: Arkola, tt.h.,306)
Sedangkan tehnik jigsaw adalah:

Teknik jigsaw dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif,
yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif diantara sesama siswa, penerimaan
terhadap perbedaan individu dan mengembangkan keterampilan bekerjasama dan
kolaborasi. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk
membantu siswa yang kurang pintar dalam mempelajari konsep- konsep yang dirasa sulit
dalam matematika. Pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar
yang maksimal dan sejajar.( http://trisnimath.blogspot.com, diakses, 20 Juni 2011)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-


elemen tersebut yaitu: “1) Saling ketergantungan positif; 2) Interaksi tatap muka; 3)
Akuntabilitas individual; 4) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
keterampilan sosial yang secara sengaja dianjurkan”. Jigsaw adalah “siswa bekerjasama
dalam anggota kelompok yang sama yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda”.(
Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa M eedia, 2005), h.14)

Sedangkan jigsaw menurut Masitoh dan Laksmi Dewi adalah:


Jigsaw adalah sebuah teknik mengajar yang dikembangkan oleh Aronson Et Al. Sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan pengajaran membaca,
menulis,mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca,
menulis, mendengarkan dan berbicara.( M asitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen RI, 2009 )

14
Jadi, kooperatif tipe jigsaw merupakan metode atau model pembelajaran yang sangat
penting dalam proses pembelajaran karena dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
siswa dituntut untuk kreatif, bertanggung jawab dan bekerjasama antar siswa baik secara
kelompok maupun secara individual. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupakan model pembelajran kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab
untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Kooperatif Tehnik jigsaw ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini dapat melibatkan seluruh peserta
didik dalam dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.( Zaini, Hisyam, Strategi
Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: PT Pustaka Intan Madani, 2008)

Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa


terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain dan meningkatkan
kerjasama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Dalam pembelajaran kooperatif tehnik jigsaw tersebut terdapat 2 kelompok yaitu


“kelompok asal dan kelompok ahli”.( http://id.wordpress.com/tag/kelompok-asal/, diakses 20
Juni 2011) Dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok
ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Lebih
jelasnya sebagai berikut :
Dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-
beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota
dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.
Kelompok ini disebut kelompok asal.( www.ppp.pembelajaran kooperatif.co.id:6,
diakses, 20 Juni 2011)

2. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri anggota kelompok lain (kelompok
asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Lebih jelasnya sebagai berikut:
Setiap siswa diberikan tugas mempelajari salah satu materi pelajaran tersebut.
Semua siswa dangan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart group). Dalam kelompok ahli
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal.( www.ppp.pembelajaran kooperatif.co.id:6: diakses, 20Juni 2011)

15
Berdasarkan hal tersebut betapa penting pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diterapkan dalam proses pembelajaran, yang mana siswa diberikan kebebasan dalam
berpikir dan memecahkan permasalahan yang ada sehingga mereka dituntut untuk
berinteraksi dan bekerjasama dengan teman-teman serta bertanggung jawab dengan apa
yang mereka dapatkan untuk diberikan kepada kelompok, sehingga mereka mampu meraih
prestasi secara akademik maupun sosial.
Sejalan dengan itu salah satu model pembelajaran kooperatif adalah “hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,
serta pengembangan keterampilan siswa”.( www. ppp. Pembelajaran. Kooperatif.co.id:3,
diakses, 20 Juni 2011) Selain tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mempunyai
prinsip dalam pembelajaran kooperatif menurut Nurdin sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunya tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.( www. ppp. Pembelajaran.
Kooperatif.co.id:3, diakses, 20 Juni 2011)

Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pembelajaran kooperatif memberikan


nuansa kepercayaan kepada para siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemauan
dan keterampilan mereka, dan dilatih untuk sosok seorang pemimpin dalam kelompok
sekaligus kerjasama yang positif dalam kelompok mereka dan menghilangkan perasaan ego,
suku, ras, status sosial dan budaya. Metode pembelajaran ini dapat mengajarkan kepada
para siswa untuk selalu berbuat dan bertindak secara bersama atau secara berkelompok
untuk memecahkan masalah tanpa ada pebedaan.

3. Ciri-ciri Kooperatif Tipe Jigsaw


Dalam aplikasinya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak hanya
menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dari sisi akademik. Dalam pembelajaran
kooperatif juga melatih siswa dalam mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial dan manusia,
yang mana pada akhirnya hal ini berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif, yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif diantara
sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang sangat
berarti untuk membantu siswa dalam mempelajari konsep-konsep yang dirasa sulit dalam

16
mata pelajaran khusus misalnya matematika. Pada akhirnya setiap siswa dalam kelas
medapat hasil belajar yang maksimal dan sejajar.

Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar lebih banyak berpusat
pada siswa. Dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai
fasilitator, konsultan dan manager yang mengkoordinir proses pembelajaran. Suasana
belajar dan interaksi yang santai antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat
proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi sendiri ilmu yang
dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya
untuk periode waktu yang lama. Hal ini bisa memupuk minat dan perhatian siswa dalam
mempelajari mata pelajaran yang dianggap sulit sehingga dapat berpengaruh baik terhadap
prestasi belajar siswa atau hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut Stahl mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran


kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
7. Keputusan tergantung pada siswa itu sendari
8. Siswa aktif.( Ima Desulatra, Jigsaw, (online) (http://www.unila.ac.id/, diakses, 20 Juni 2011)
20011)

Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Hilke mempertegas bahwa ciri- ciri
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Terdapat saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok
2. Dapat dipertanggung jawabkan secara individu
3. Heterogen
4. Berbagi kepemimpinan
5. Berbagi tanggung jawab
6. Menekankan pada tugas dan kebersaman
7. Membentuk keterampilan sosial
8. Peran guru mengamati proses belajar siswa
Efektifitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam
kelompok- kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa perbedaan
kemampuan akademik, gender, suku maupun lainya.( Ima Desulatra, Jigsaw, (online)
(http://www.unila.ac.id/, diakses, 20 Juni 2011) 20011

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa metode atau strategi pembelajaran kooperatif


tipe jigsaw dalam proses pembelajaran dimana siswa diberi kemandirian dalam belajar
sendiri serta bekerjasama dengan kelompoknya tanpa memandang sosial budaya atau latar

17
belakang mereka masing-masing tetapi ditekankan bahwa dalam satu kelompok adalah satu
tujuan sehingga tercipta suasana damai dan mampu meraih hasil belajar yang diinginkan
secara bersama dalam kelompok.
Selain ciri- ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masih banyak lagi ciri- ciri
yang lain diantaranya:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi pelajaran sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda- beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, suku, sosial dan budaya yang berbeda serta memperhatiakan
kesetaraan gender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing- masing
individu.( www.ppp.pembelajaran kooperatif.co.id:3, Op.Cit )

Berdasarkan ciri- ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut dapat kita
simpulkan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran
yang harus diterapkan dalam setiap pembelajaran atau mata pelajaran yang dianggap susah
karena dengan metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk memecahkan masalahnya
dengan kelompoknya masing- masing agar masalah yang besar sekalipun dapat dipecahkan
(dicarikan solusi) dengan baik. Selain itu siswa dalam menerima materi akan lebih mudah
karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk membahas materi yang diajarkan, baik
secara kelompok maupun individu. Oleh karena itu, seorang guru haruslah pintar- pintar
dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran karena dengan metode pembelajaran
yang sesuai akan memberikan hasil atau dampak yang positif bagi siswa.

4. Langkah-langkah Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw


Penerapan metode pembelajara kooperatif tipe jigsaw ini dapat tercapai secara
maksimal apabila setiap siswa mampu memberikan informasi yang akurat kepada
anggotanya. “Kunci tipe jigsaw ini adalah interpendence setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan”.( Ziddu, Kooperatif Tipe Jigsaw, (online)
(http://www.ziddu.com/, diakses, 21 Juni 2011) 2011) Artinya para siswa harus memiliki tanggung
jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi
dan memecahkan masalah yang diberikan.
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah sebagai berikut:
1. Membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok. Dengan setiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda- beda baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota dari kelompok
berasal dari ras, suku dan budaya yang berbeda serta kesetaraan gender, kelompok
ini disebut kelompok asal. Setiap siswa diberikan tugas mempelajari salah satu
bagian materi pelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang
sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart
group). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran
yang sama, serta menyusun bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
18
kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aroson disebut kelompok jigsaw
(gigi gergaji).
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentase masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
3. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
4. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi bagian materi pembelajaran.
5. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individu dari skor dasar ke
skor kuis berikutnya (terkini).
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru, maka
perlu dipersiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang beruntut serta cukup, sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai( www.ppp.pembelajaran kooperatif.co.id:6, 0p. Cit)

4. SKEMA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW

A B A B A
C B

C D C D C D

E E E

A B A B A B

D C D C D
C

E E E

Gambar 1: Skema Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dengan penerapan metode pembelajaran tipe jigsaw dapat memberikan proses


pembelajaran bagi siswa ke arah yang lebih baik, dalam hal ini siswa akan lebih
bertanggung jawab dengan apa yang telah diberikan berupa materi yang dibahasnya dan
dapat diberikan oleh kelompoknya untuk dipresentasekan sehingga siswa yang lain dapat
menerima seperti yang didapatkannya. Dalam penerapan ini, guru memperhatikan skema
atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema tersebut
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengelolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, karena dengan metode
19
pembelajaran ini siswa dapat mengaktifkan berbagai alat indera yang digunakan dalam
proses pembelajaran diantaranya seperti; membaca, menulis , mendengar atau pun
berbicara.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan judul penelitian, informasi dan penelitian yang relevan yang
dikemukakan sebelumnya, peneliti membuat skema yang akan dijadikan sebagai
kerangka berpikir dalam penelitian ini, sebagaimana yang tertera pada gambar berikut:

GURU AQIDAH PENERAPAN MODEL


AKHLAK PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE JIGSAW
HASIL BELAJAR MENINGKATKAN

SISWA KELAS X MA AS-


SYAMSURIYYH
JAGALEMPENI brebes .
Gambar 2: Skema kerangka berpikir meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran aqidah akhlak melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
siswa kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
.
Berdasarkan skema di atas, dalam proses pembelajaran guru aqidah akhlak
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi pelajaran aqidah
akhlak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari materi yang disajikan sehingga
setelah proses pembelajaran berlangsung akan diperoleh peningkatan hasil belajar yang
maksimal dan berkualitas dengan menggunakan metode pembelajaran koopertif tipe
jigsaw sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
sebelumya.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action
research yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana
tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dan keaktifan siswa. Oleh karena
itu, Penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan guru dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

B. Setting dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 01 oktober 2021 di MA As- syamsuriyyh
jagalempeni brebes . dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X dengan jumlah siswa
18 orang terdiri 3 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

C. Faktor yang Diselidiki


Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Faktor siswa yaitu dengan melihat apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Faktor guru yaitu dengan melihat persiapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan guru dalam kelas.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus yang didasarkan pada silabus
pengajaran aqidah akhlak kelas X tiap siklus dilaksakan sesuai dengan perubahan yang ingin
dicapai. Sebelum dilaksanakan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dengan maksud
untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang berkaitan dengan topik yang akan
diajarkan.
Adapun desain rancangan penelitian tindakan kelas 2 , dapat dilihat pada gambar
berikut:
Alternatif Pemecahan Pelaksanaan
Permasalahan
(Rencana Tindakan I) Tindakan I
Siklus I

Analisis Data I Observasi I


Terselesaikan Refleksi I
(monitoring)
)

Belum Alternatif pemecahan Pelaksanaan


Terselesaikan (Rencana Tindakan II) Tindakan II

Siklus II
2 (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 27)
21
Refleksi II Analisis Data II Observasi II
Terselesaikan
(monitoring )

Belum Siklus Selanjutnya


Terselesaikan
Gambar 3: Alur PTK Untuk 2 Siklus
Setiap siklus dalam penelitian ini meliputi prosedur berikut; (1) perencanaan; (2)
pelaksnaan tindakan; (3) observasi dan evaluasi; (4) refleksi.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a. Membuat skenario pembelajaran.
b. Membuat lembar observasi.
c. Membuat alat bantu pembelajaran yang diperlukan dalam rangka membantu siswa
memahami materi aqidah akhlak dengan baik.
d. Medesain alat evaluasi, untuk melihat apakah materi aqidah akhlak telah dikuasai
oleh siswa
e. Membuat jurnal, untuk mengetahui refleksi diri.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
yaitu 3 (tiga) kali pertemuan untuk setiap siklus.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan sebagai acuan penyusunan skenario
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Memotivasi siswa
Memberikan apersepsi
2. Kegiatan Inti
a. Guru melaksanakan apersepsi, motivasi dan mengarahkan siswa untuk memasuki
kompetensi dasar yang akan dibahas
b. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
c. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menjelaskan langkah kerja kooperatif
tipe jigsaw.
d. Guru membagi dalam 6 kelompok dengan anggota 5 orang siswa dalam masing-
masing kelompok dan memotivasi seluruh kelompok untuk berpartisipasi dalam
diskusi.
e. Guru memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk
mempresentasekan hasil kerja kelompok dengan memberikan kesempatan pada 1
(satu) anggota kelompok untuk berkunjung pada kelompok lain dan selebihnya
menunggu di stand kelompok masing- masing.
22
f. Guru sambil berkeliling memberikan penghargaan pada setiap kelompok. Selesai
berkunjung siswa dipersilahkan kembali pada kelompoknya untuk melihat
kekurang masing- masing.
g. Guru menanyakan pada setiap kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil
diskusimya
h. guru memberikan penghargaan.
i. Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh siswa, bila perlu mengembangkan
materi.
j. Guru mengadakan tes/ ulangan.

3. Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan materi.
b. Guru bersama siswa melakukan refleksi.
c. Guru memberikan tugas sebagai bahan evaluasi seperti PR atau tugas lain untuk
dikerjakan di rumah.

C. Observasi dan Evaluasi


Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan
tindakan, yaitu melihat apakah pelaksanaan tindakan sudah sesuai skenario pembelajaran
yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan evaluasi, yaitu untuk melihat keberhasilan
pelaksanaan tindakan.
D. Refleksi
Pada tahap ini hasil yang diperoleh setelah pelaksaan tindakan, observasi dan
evaluasi, didiskusikan, dianalisis dan dilihat kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus
sebelumnya dan akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
E. Data dan Teknik Pengambilan Data
a. Sumber data yaitu personil penelitian yang terdiri dari guru dan siswa.
b. Jenis data yaitu data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh melalui lembar
obsevasi, tes hasil belajar dan jurnal.
F. Tekhnik Pengumpulan Data:
a. Data tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diambil dengan menggunakan lembar obsevasi
meliputi observasi terhadap guru dan siswa.
b. Data tentang hasil belajar diambil dengan menggunakan tes meliputi tes awal, tes
siklus I dan tes siklus II.
c. Data tentang refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
G. Tehknik Analisis Data
Untuk menganalisis data digunakan analisis deskriptif yang disajikan secara naratif
dan dilanjutkan dengan menggunakan interpretasi hasil analisis. Analisis berkaitan dengan
pemberian makna kepada apa yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
H. Indikator Kinerja
Keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu dari segi proses dan hasil
atau nilai yang diperoleh siswa.

23
Pertama, dari segi proses dikategorikan berhasil apabila minimal 85% proses
pelaksanaan tindakan kelas telah sesuai dengan skenario pembelajaran.
Kedua, dari segi hasilnya tindakan dikategorikan berhasil apabila minimal 85%
siswa telah memperoleh nilai minimal 65 ke atas secara perorangan. Hal ini merupakan
ketentuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Aqidah Akhlak yang diterapkan di
MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
.

24
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Hasil Belajar Siswa di Tahap Pra Siklus


a. Paparan Hasil Belajar Siswa di Tahap Pra Siklus

Pada tahap awal atau Pra Siklus di kelas X MA As- syamsuriyyh jagalempeni brebes .
. dengan pembelajaran klasikal menunjukan hasil belajar siswa masih banyak yang dibawah
KKM dan memiliki rata- rata ketentutasan hasil belajar dibawah 50%. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini.

Tabel. 1
Hasil Belajar Siswa pada Tahap Pra Siklus

Ketuntasan
No Nama Siswa KKM Nilai Tuntas Tidak

1 Diana N 70 100 tuntas


2 Ida April 70 70 tuntas

3 Ina Nurtiya 70 70 tuntas


4 Hawadatun 70 80 tuntas
5 M Ruston 70 80 tuntas
6 M Tedi 70 80 tuntas

7 Sugeng Prayugo 70 70 tuntas


8 Nabila Salsabila 70 70 tidak

9 Nadivatun 70 100 tuntas


10 Nawa Hamidah 70 30 tidak
11 Nasywa Desta 70 20 tidak
12 Nurul Alifah 70 30 tidak
13 Rekhan 70 100 tuntas
14 Riska Ramadani 70 100 tuntas
15 Sadiyah 70 40 tidak
16 Sukma Harum 70 50 tidak
17 Tessa Eliya 70 70 tuntas
18 Winda Ayu 70 50 tidak

25
Tabel. 2
Prosentase Ketuntasan
Hasil Belajar pada Tahap Pra Siklus
Pra Siklus
No Nilai
Jumlah Peserta Didik %
1 >70 6 33,33
2 < 70 12 66.67
Jumlah 18 100 %

Grafik. 1
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa tahap Pra Siklus

66,67

33,33

PRA SIKLUS

TUNTAS TIDAK TUNTAS

Dari tabel 1 dan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari jumlah keseluruhan
18 Siswa hanya ada 6 siswa (33,33%) yang telah mencapai KKM dan
sebanyak 12 siswa (66,66%) yang belum mencapai KKM.

b. Refleksi tahap Pra Siklus

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan refleksi pembelajaran yang


telah dilakukan berdasarkan pada data hasil belajar yang telah diperoleh.
Dari data yang ada dapat diketahui beberapa hal terkait pembelajaran pada
tahap Pra Siklus antara lain :
1. Kegiatan pembelajaran secara klasikal masih belum maksimal
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
data diatas hanya ada 6 siswa (33,33%) yang telah mencapai
KKM dan sebanyak 12 siswa (66,66%) yang belum mencapai KKM dari
total 18 siswa.
2. Perlu adanya penggunaan model/ metode yang variatif sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini penelit i
26
akan menggunakan metode jigsaw sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran berikutnya.

2. Deskripsi Penelitian Siklus I


a. Paparan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I

Siklus I merupakan upaya perbaikan pembelajaran pertama yang dilakukan


berdasarkan hasil refleksi dari tahap Pra Sikus. Setelah diadakan penelitan perbaikan
pembelajaran pada tahap Siklus I pada kelas kelas X MA As Syamsuriyyah
menggunakan metode jigsaw menunjukan adanyapeningkatan hasil belajar siswa
dari tahap Pra Siklus. Hal ini dapat dilihat pada data tabel berikut.

Tabel . 3
Hasil Belajar Siswa tahap Pra Siklus dan Siklus I
Nama Siswa Nilai Pra Nilai
No KKM
Siklus Siklus I
1 Diana N 70 100 100
2 Dewi safitri 70 70 90
3 Ina Nurtiya 70 70 80
4 Hawadatun 70 80 100
5 M Ruston 70 80 90
6 M Tedi 70 80 80
7 Sugeng prayugo 70 70 80
8 Nabila Salsabila 70 40 90
9 Nadivatun 70 100 90
10 Nawa Hamidah 70 30 40
11 Nasywa Desta 70 20 40
12 Nurul Alifah 70 30 80
13 Rekhan 70 100 100
14 Riska Ramadani 70 100 90
15 Sadiyah 70 40 40
16 Sukma Harum 70 50 100
17 Tessa Eliya 70 70 100
18 Winda Ayu 70 50 40
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 20 40
Nilai Rata-rata 66 79

27
Tabel. 4
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar
Tahap Pra Siklus dan Siklus I

Pra Siklus Siklus I


Jumlah Jumlah
Nilai
Peserta % Peserta %
Didik Didik
1 >70 6 33,33 14 77,77
2 < 70 12 66.67 4 22,23
Jumlah 18 100 18 100

Grafik 2
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa tahap Pra Siklus dan Siklus I

77,77

66,67

33,33

22,23

PRA SIKLUS SIKLUS I


TUNTAS 33,33 77,77
TIDAK TUNTAS 66,67 22,23

Dari data-data di atas dapat kita ketahui bahwa setelah dilakukan


tindakan perbaikan dengan menggunakan metode jigsaw hasil
belajar siswa dapat mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel. 4 tahap Pra Siklus prosentase ketuntasan hanya mencapai 22,23%
namun setelah diberi tindakan perbaikan tahap awal (Siklus I) mencapai
77,77%.

b. Refleksi Tahap Siklus I

Setelah tahap perbaikan pembelajaran pertama (Siklus I) peneliti


melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
berdasarkan pada data hasil belajar yang telah diperoleh. Dari data yang
ada dapat diketahui beberapa hal terkait pembelajaran pada tahap Siklus I
antara lain :
1. Kegiatan perbaikan pembelajaran pertama (Siklus I) ini masih
belum maksimal walaupun sudah menunjukan peningkatan. Hal
28
ini dapat dilihat dari data tabel. 4 dimana prosentase ketuntasan
tahap Pra Siklus hanya 33,33% sedangkan pada tahap Siklus I
meningkat menjadi 66,67%.
2. Perlu adanya penggunaan media belajar sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa agar mencapai hasil yang
maksimal. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan media PPT
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada perbaikan
pembelajaran berikutnya

3. Penelitian Siklus II
a. Paparan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II

Siklus II merupakan upaya perbaikan pembelajaran kedua dalam kegiatan


penelitian ini yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari tahap Sikus I.
Setelah diadakan penelitan perbaikan pembelajaran pada tahap Siklus II
pada kelas kelas X MA As Syamsuriyyah jagalempeni menggunakan
metode jigsaw menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa
dibanding tahap Siklus I. Hal ini dapat dilihat pada data-data berikut.

Tabel. 5
Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Nilai
Nilai Pra Nilai
Na KKM Siklus
No Siklus Siklus I
ma II
Diana N 70 100 100 100
1
2 Ida April 70 70 90 80
Ina Nurtiya 70 70 80 80
3
Hawadatun 70 80 100 90
4
5 M Ruston 70 80 90 100
6 M Tedi 70 80 80 90
Sugeng Prayugo 70 70 80 80
7
Nabila Salsabila 70 40 90 90
8
Nadivatun 70 100 90 100
9
10 Nawa Hamidah 70 30 40 80

11 Nasywa Desta 70 20 40 90
12 Nurul Alifah 70 30 80 80
13 Rekhan 70 100 100 100
14 Riska Ramadani 70 100 90 90

15 Sadiyah 70 40 40 80

Sukma Harum 70 50 100 70


16
Tessa Eliya 70 70 100 100
17
18 Winda Ayu 70 50 40 60

Nilai Tertinggi 100 100 100

Nilai Terendah
20 40 30
66 79 85
Nilai Rata-rata

29
Tabel. 6
Prosentase HasilBelajar
Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Juml Jumlah
Nilai
Peserta % siswa % Peserta %
Didik Didik
1 >70 6 33,33 14 77,77 17 94,45
2 < 70 12 66.67 4 22,23 1 5,55
Jumlah 18 100 18 100 18 100

Grafik.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

95,44
77,77
66,67

33,33
22,23 5,55

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II


TUNTAS 33,33 77,77 95,44
TIDAK TUNTAS 66,67 22,23 5,55

TUNTAS TIDAK TUNTAS

Dari data-data diatas dapat kita ketahui bahwa setelah dilakukan tindakan
perbaikan dengan menggunakan metode talking stick sebagai alat bantu
proses pembelajaran hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat pada tabel. 6 tahap Pra Siklus prosentase ketuntasan
hanya mencapai 33,33% , tahap Siklus I mencapaik 77,77%, dan tahap
Siklus II mengalami peningkatan hasil belajar siswa sebesar 94,44%.

b. Refleksi Tahap Siklus II


s…
Setelah diadakannya perbaikan pembelajaran ke dua (Siklus II) peneliti
C… 5
1
3
2
4
melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
berdasarkan pada data hasil belajar yang telah diperoleh. Dari data yang
30
ada dapat diketahui beberapa hal terkait pembelajaran pada tahap Siklus
II antara lain :
1. Kegiatan perbaikan pembelajaran kedua (Siklus II) yang
menggunakan metode sudah berhasil walaupun belum 100%.
Hal ini dapat dilihat dari data tabel. 6 dimana sebanyak 17 siswa
(94,44%) telah mencapai KKM dan hanya 1 siswa (5,55%) yang
masih dibawa KKM.
2. Bagi peserta didik yang masih di bawah KKM maka akan
dilakukan kegiatan remidial.
3. Perbaikan pembelajaran tidak dilakukan lagi, mengingat hasil
belajar siswa sudah maksimal dengan predikat sangat baik

Brebes, Oktober 2021


Mengetahui
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

NAFISATUL KHOIRIYYAH S.H.I TARNUZI FARICHIN, S.Pd,I

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Penggunaaan media pembelajaran AUDIO VIDEO yang diterapkan di kelas X


MA As Syamsuriyyah dapat meningkatkan Hasil belajar siswa yang sangat baik
b. Metode pembelajaran dengan menggunakan model kooperatife type jigsaw dapat
meningkatkan Hasil belajar siswa kelas X MA As Syamsuriyyah dengan hasil
yang sangat baik

B. Saran

Untuk meningkatkan Hasil belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
a. Guru dapat menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kesenangan anak
dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan
b. Guru dapat menggunakan pencampuran metode seperti metode pendekatan model
kooperatife jigsaw agar penyampian materi dapat berjalan dengan baik

32
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B.Uno,Nina Lamatenggo,Satria,Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (PT.Bumi


Aksara.2011),Hal 90.
36 Syaiful Bahri Djamarah dan. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 1
35Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), hlm. 64-65
37 Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pembelajaran, (Jakarta, UI
Press, 2004), hlm. 160
Ditjen Bimas islam dan penyelenggaraan Haji
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. Qualitative research in education, Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi
Kerja, Wineka Media, Malang
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective Evaluation, Jossey-Bass Publishers,
Sanfransisco
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi
Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo,
Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil Belajarnya Siswa,Tabularasa,
Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep
Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung


Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas Negeri Malang, Malang
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, Ayu
Media Publishing, Malang

33
LAMPIRAN RPP SIKLUS 1, SIKLUS II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS I

Nama Sekolah/Madrasah : MA As- Syamsuriyyah


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Smt : Sepuluh (X) / Ganjil
Tema : Kisah Teladan Nabi Yusuf a.s.
Sub tema : 1. Nabi Yusuf Dimasukan Kedalam Sumur
2. Nabi Yusuf Di Goda Zulaikha
Pertemuan : ke2 (siklus 1)
Alokasi Waktu : 2x45 Menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI-1 : menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan pro aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

KI-3: memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konsepteptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena kejadian memecahan serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah

KI-4: mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampumenggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
1.8. : Menghayati kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
2.8. : Meneladani sifat-sifat utama Nabi Yusuf a.s.

C. Indikator Pembelajaran
1.8.1 Siswa dapat menghayati kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
2.8.2 Siswa dapat meneladani sifat-sifat utama Nabi Yusuf a.s.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, siswa dapat
menganalisis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
2. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, siswa dapat
menyajikan sinopsis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
I. Materi Ajar
34
1. Saudara –saudara nabi yusuf melakukan rencana jahat
2. Nabi yusuf bermimpi
3. Nabi yusuf dimasukan kedalam sumur
II. Model dan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : cooperatife type jigsaw
Metode : diskusi, presentasi , Tanya jawab, Latihan dan Tugas.
lll. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

Pendahuluan 10’
1. Guru memberi salam, dan membimbing siswa berdoa
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi
motivasi (yel-yel/ice breaking)
3. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran
tentang topik yang akan diajarkan
4. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah
pembelajaran
Kegiatan Inti 65’

KEGIATAN LITERASI
 Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat,
mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi
tayangan dan bahan bacaan terkait materi Kisah Teladan Nabi
Yusuf a.s.
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
 Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan
ini harus tetap berkaitan dengan materi Kisah Teladan Nabi
Yusuf a.s.
COLLABORATION (KERJASAMA)
 Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan
ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Kisah Teladan
Nabi Yusuf a.s.
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
 Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau
individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi
yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau
individu yang mempresentasikan
CREATIVITY (KREATIVITAS)
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang
telah dipelajari terkait Kisah Teladan Nabi Yusuf a.s.
 Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan
kembali hal-hal yang belum dipahami
Kegiatan Menutup 15’

35
Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar

Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat

Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan


berikutnya

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam

IV. Penilaian
Prosedur : Tes proses, Tes akhir
Jenis tes : Tes tertulis
Bentuk tes : Uraian
Alat tes : 1. Lembar soal 3. Skor penilaian
2. Kunci jawaban 4. Lembar pengamatan
V. Sumber Belajar dan Media
Sumber belajar :
a. Buku pelajaran Akidah Akhlak Kelas X
b. Buku lain yang relevan.
Instrument : Terlampir

Brebes, 15 Juli 2021

Mengetahui

Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

NAFISATUL KHOIRIYYAH S.H.I TARNUZI FARICHIN S.Pd I

36
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa Siklus I

LEMBAR KERJA
SISWA SIKLUS I
Sekolah : MA As Syamsuriyyah
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Tema : Kisah Keteladanan Nabi Yusuf As
Sub tema : - Saudara nabi yusuf melakukakn pertemuan rahasia
- Nabi yusuf bermimpi
- Nabi yusuf dimasukan kedalam sumur

Kelas / Semester : X /1
Alokasi Waktu : 45 menit

Petunjuk :
1. Kerjakan lembar kerja ini secara kelompok !
2. Diskusikan bersama kelompokmu !
3. Mintalah penjelasan pada guru jika ada hal-hal yang kurang jelas !
4. Kemudian presentasikan di depan kelompok lain!

Tugas
1. Nabi yusuf punya ayah yang sangat menyayanginya. Siapakah namanya!
2. Nabi yusuf punya beberapa saudara, sebutkan nama saudara nabi yusuf yang palng kecil !
3. jelaskan Mengapa sauadara-saudara Nabi Yusuf iri hati kepada Nabi Yusuf !
4. Apa yang sauadara-saudara Nabi Yusuf lakukan untuk melampiaskan kekesalannya
terhadap Nabi Yusuf?
5. Ceritakanlah dihadapan kelompok lain kisah nabi yusuf as sesuai dengan tayangan vdeo
yang telah ditayangkan !

37
KUNCI
JAWABAN

Sekolah : MA As
Syamsuriyyah Mata Pelajaran :
akidah akhlak
Materi Pokok : kisah keteladanan nabi yusuf as
Kelas / Semester : IV / 1

1. nabi ayub as 3. Mereka menganggap nabi ayub pilih kasih


2. bunyamin 4. Memasukkan nabi yusuf kedalam sumur

Brebes, 15 Juli 2021


Mengetahui
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

NAFISATUL KHOIRIYYAH S.H.I TARNUZI FARICHIN S.Pd I

38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II

Nama Sekolah : MA As- Syamsuriyyah


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Smt : Sepuluh (X) / Ganjil
Tema : Kisah Teladan Nabi Yusuf a.s.
Sub tema : 1. Nabi Yusuf Di Goda Zulaikha
2. Nabi Yusuf Di Penjara
Pertemuan : ke2 (siklus 2)
Alokasi Waktu : 2x45 Menit

Kompetensi Inti (KI)


KI-1 : menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2: mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah


lingkungan, gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan pro aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

KI-3: memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konsepteptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena kejadian memecahan serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI-4: mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan
mampumenggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar
3.8. : Menganalisis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
4.8. : Menyajikan sinopsis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.

Indikator Pembelajaran
3.8.3 Siswa dapat menganalisis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
4.8.4 Siswa dapat menyajikan sinopsis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.

Tujuan Pembelajaran
3. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat menganalisis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.

39
4. Setelah mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat menyajikan sinopsis kisah keteladanan Nabi Yusuf a.s.
I. Materi Ajar
1. Nabi Yusuf Di Goda Zulaikha
2. Nabi Yusuf Di Penjara

II. Model dan Metode Pembelajaran


Model pembelajaran : koopertife type jigsaw
Metode : Diskusi kelompok presentasi , Tanya jawab, Latihan dan Tugas.

III. Kegiatan pembelajran


Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

Pendahuluan 10’
1. Guru memberi salam, dan membimbing siswa berdoa
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi
motivasi (yel-yel/ice breaking)
3. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran
tentang topik yang akan diajarkan
4. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan
langkah pembelajaran
Kegiatan Inti 65’

KEGIATAN LITERASI
 Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat,
mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi
tayangan dan bahan bacaan terkait materi Kisah Teladan Nabi
Yusuf a.s.
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
 Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan
ini harus tetap berkaitan dengan materi Kisah Teladan Nabi
Yusuf a.s.
COLLABORATION (KERJASAMA)
 Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan
ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Kisah Teladan
Nabi Yusuf a.s.
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
 Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau
individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi
yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau
individu yang mempresentasikan
CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang
telah dipelajari terkait Kisah Teladan Nabi Yusuf a.s.
40
 Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan
kembali hal-hal yang belum dipahami
Kegiatan Menutup 15’

1. Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman


belajar
2. Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat
3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam

IV. Penilaian
Prosedur : Tes proses, Tes akhir
Jenis tes : Tes tertulis
Bentuk tes : Uraian
Alat tes : 1. Lembar soal 3. Skor penilaian
2. Kunci jawaban 4. Lembar pengamatan
V. Sumber Belajar dan Media
Sumber belajar :
1. Buku akidah akhlak kelas X
2. Buku lain yang relevan.
Media : AUDIO VIDEO
Instrument : Terlampir

Brebes, 15 Juli 2021

Mengetahui

Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

NAFISATUL KHOIRIYYAH S.H.I TARNUZI FARICHIN S.Pd I

41
LEMBAR KERJA SISWA
SIKLUS II
Sekolah : MA As Syamsuriyyah
Mata : Akidah Akhlak
Pelajaran : Kisah Keteladanan Nabi Yusuf As
Tema : - Nabi yusuf digoda zulaikha
Sub tema - Nabi yusuf di penjara

Kelas / :X /1
Semester
Alokasi Waktu : 45 menit

Petunjuk :
1. Kerjakan lembar kerja ini secara kelompok diskusi kalian !
2. Diskusikan bersama kelompokmu !
3. Mintalah penjelasan pada guru jika ada hal-hal yang kurang jelas !
4. Presentasikan dihadapan kelompok lain!

1. Ketika dalam penjara Nabi Yusuf berteman dengan siapa!


2. Nabi Yusuf mempunyai kelebihan, jelaskan kemampuan nabiyusuf !
3. Apa yang dilakukan nabi yusuf ketika digoda oleh zulaikha!
4. Ceritakan kisah teladan nabi yusuf as sesuai dengan video yang
telah ditayangkan !

42
KUNCI JAWABAN

Sekolah : MA As Syamsuriyyah
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Tema : Kisah Keteladanan Nabi Yusuf As
Sub tema : - Nabi yusuf digoda zulaikha
- Nabi yusuf di penjara

Kelas / Semester :X /1
Alokasi Waktu : 45 menit

1. Dengan Seorang Penjaga Gudang Istana Makanan Dan Yang Seorang Lagi Bekerja
Sebagai Pelayan Meja Istana
2. Menafsirkan mimpi
Berbagai cara Zulaikha coba untuk menggoda Nabi Yusuf namun tidak berhasil. Kemudian dia menuduh
Yusuf dan memenjarakannya.Nabi Yusuf berusaha untuk sabar dan menyerahkan diri pada Allah dengan
semua cobaan ini. Di sisi lain, ia juga bersyukur karena hal ini akan menjauhkan dirinya dari godaan
Zulaikha.Dia tidak pernah dendam dan telah memaafkan kesalahan saudara-saudaranya yang
menzaliminya dahulu. Kemudian, ia membawa seluruh keluarganya ke Mesir untuk tinggal bersamanya

43
DOKUMETASI

44
45

45

Anda mungkin juga menyukai