DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS III-B
BAB IV PENUTUP........................................................................................................18
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
4.2. Saran ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................19
Puji syukur kami hanturkan pada Allah SWT atas rahmat dan kemudahan yang diberi-
Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Arsitektur Nusantara dan Aceh
tentang Rumah Adat Cut Meutia ini dengan baik..
Laporan ini disusun sebagai pelengkap tugas akhir semester mata kuliah Arsitektur
Nusantara dan Aceh dan mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis dan pembaca. Pada kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terimaksih
kepada rekan-rekan dan berbagai sumber yang berperan membantu kami dalam pembuatan
laporan ini.
Penulis memohon maaf apabila dalam laporan yang telah kami selesaikan terdapat
kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat dibutuhkan agar dimasa
yang akan datang dapat menyempurnakan laporan yang akan dibuat agar dapat menjadikannya
lebih baik dari sekarang.
Penulis
1.1.Latar Belakang
Rumah adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat
hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat merupakan salah satu representasi
kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah
adat di Indonesia sangat beragam dan mempunyai arti yang penting dalam perspektif sejarah,
warisan, dan kemajuan masyarakat dalam sebuah peradaban. Rumah-rumah adat di Indonesia
memiliki bentuk dan arsitektur masing-masing daerah sesuai dengan budaya adat lokal. Banyak
rumah-rumah adat yang saat ini masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan
sebagai simbol budaya Indonesia. Nilai-nilai yang cocok dan dapat memenuhi kebutuhan
dipertahankandan menjadi tradisi yang diturunkan dari ayah ke anak.
Saat ini banyak skali arsitektur tradisional yang seiring perkembangan jaman mengalami
perubahan-perubahan dikarenakan sudah mulai berkembangnya teknologi dan bahan yang
mempermudah suatu pembangunan. Perubahan yang sering terjadi yaitu dari segi fungsi
maupun bentuk arsitektur bangunan tersebut. Hal ini di karenakan keinginan seseorang
mengikuti perkembangan jaman dan ingin mengikuti masa kekinian. Maka dari itu masyarakat
ingin memberikan sentuhan atau suasana baru di dalam rumahnya tersebut. Karena itu mulai
bermunculan gaya/bentuk-bentuk rumah tradisional yang mengambil gaya kekinian namun
tidak merubah struktur awal yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
1.4.Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang Rumah Adat Aceh khususnya Rumah Adat Cut
Meutia
2. Mahasiswa dapat melengkapi tugas akhir semester mata kuliah Arsitektur Nusantara dan
Aceh
1.5.Metode Penelitian
1. Observasi (pengamatan)
Metode observasi adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan penulis dengan cara survey langsung ke tempat penelitian (Rumah Adat Cut
Meutia) dan juga dengan mewawancarai seseorang.
2. Studi Pustaka
Metode studi pustaka yaitu metode yang dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi-
informasi yang dibutuhkan dengan cara mencari di buku, jurnal, ataupun dari situs resmi pada
internet.
1.6.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang terdapat pada laporan ini yaitu, pada bagian bab I berisi tentang
pendahuluan laporan, dengan sub bab latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab II berisi tentang kajian
pustaka, dan pada bab III berisi tentang pembahasan yang akan menjawab pertanyaan pada sub
bab rumusan masalah.
Rumah adat Aceh merupakan rumah berstruktur panggung dengan ruangan-ruangan yang
mempunyai sebutan dan fungsi tertentu. Arsitektur rumah adat Aceh memiliki desain arsitektur
tradisional dengan ciri umumnya denah berbentuk bujur sangkar (persagi), berbahan baku kayu,
atap terbuat dari daun rumbia, lantai yang dinaikan (panggung), dan memiliki tangga masuk ke
rumah. Konstruksi rumah sengaja dibuat berbentuk panggung dengan maksud untuk
menghindari serangan hewan buas dan menghindari bahaya banjir. Sedangkan bahan kayu
dimaksudkan agar rumah lebih kokoh saat terjadi gempa bumi.
Aceh adalah daerah gempa karena terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia. Pada
bagian belakang rumah biasanya terdapat lumbung padi. Pada saat ini rumah adat Aceh sudah
banyak yang hilang, runtuh, atau ditinggalkan seiring dengan perkembangan zaman. Rumah
adat Aceh sekarang hanya terdapat pada daerah-daerah tertentu saja yang masih terletak di
pedalaman Provinsi Aceh. Beberapa keluarga kerajaan di Aceh yang masih eksis pada saat ini
masih mampu untuk menjaga kelestarian rumah adat Aceh di daerahnya masing-masing.
Denah Rumah Adat Cut Meutia berbentuk persegi panjang dan terdiri dari tiga jalur
lantai memanjang sejajar dengan bubungan atapnya. jalur lantai yang tengah sengaja
ditinggikan 25 sampai 40 cm. Denah Rumah Adat Cut Meutia terdiri dari beberapa ruang
dengan 36 tiang/kolom seperti gambar diatas. Jalur lantai terdepan dipakai sebagai serambi
suami untuk menerima tamu-tamu laki-laki, sedangkan jalur lantai belakang adalah untuk ibu
dan keluarga dan bersifat pribadi (skaral). Keduanya diantarai oleh dinding seketeng, yang
maksudnya untuk memisahkan serambi depan yang bersifat umum dengan serambi belakang
yang bersifat pribadi.
PEMBAHASAN
3.2.1. Konstruksi
Rumah tradisional Aceh terbukti mampu bertahan dari gempa karena struktur utama
yang kokoh dan elastis. Kunci kekokohan dan keelastisan ini ada pada hubungan antar
struktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak dan bajoe, tanpa paku, serta
membentuk kotak tiga dimensional yang utuh (rigid). Keelastisan ini menyebabkan
struktur bangunan tidak mudah patah, namun hanya terombang-ambing ke kanan kiri
yang kemudian kembali tegak atau pun bangunan terlikuifaksi (terangkat ke atas) yang
kemudian mampu jatuh kembali ke tempat semula. Jika bangunan bergeser pun hanya
beberapa centimeter saja dan dalam keadaan utuh.
Tiga komponen struktur utama yang menjadi pusat kekokohan bangunan meliputi
pondasi (komponen kaki) sebagai pusat beban bangunan terbesar, kemudian tiang dan
balok antar tiang (komponen badan) sebagai penyalur beban dari atas dan dari samping,
serta rangka atap (komponen kepala) sebagai penyangga beban elemen paling atas
bangunan dan dari samping atas.
Penutup atap pada rumoh aceh menggunakan material daun rumbia yang dipilin rapat-
rapat, kemudian disusun untuk digabungkan secara berlapis-lapis. Lapisan kesatuan
rumbia ini digabungkan dengan bamboo yang disulam dengan rotan. Kemudian
dikuatkan lagi dengan kayu sebagai reng.
Terlihat pada gambar di atas yang menggambarkan bentuk rangka atap dan juga kuda-
kudanya. Struktur rangka atap berfungsi untuk menerima beban dari atap seperti air hujan,
angin, penutup atap, dan beban dari kuda-kuda maupun rangka itu sendiri. Untuk material
dari konstruksi rangka atap ini menggunakan kayu yang kuat, seperti kayu merbau, dsb.
Penggabung disini berupa bubungan ataupun balok nok dan juga tali itu sendiri. Tali
ini apabila diputus maka dapat merobohkan penutup atap
b. Dinding
c. Bukaan
Pintu masuk Rumah Adat Cut Meutia terdapat pada dinding sebelah kanan ruangan
serambi depan, berwarna senad dengan bangunan dan tidak terdapat hiasan yag mencolok atau
ornamen pada pintu.
Terdapat beberapa jendela di Rumah Adat Cut Meutia ini, pada bagian dinding kanan dan
kiri bangunan terdapat 3 jendela, sedangkan pada bagian depan dan belakang bangunan terdapat
4 jendela. Berbeda dengan pintu, jendela-jendela ini memiliki ukiran atau motif-motif yang
menghiasi jendela tersebut.
Terdapat 36 buah kolom/tiang pada Rumah Adat Cut Meutia yang masing-masing
kolomnya berjarak sejauh 2,15 meter pada kolom bagian depan dan belakang,
sedangkan pada bagian kiri dan kanan sejauh 2,90 meter. Ukuran kolom/tiang ini sekitar
25 centimeter dengan jenis umpak/pondasi yang terbilang cukup sederhana, yang mana
jenis umpak/pondasi tersebut biasa digunakan pad rumah-rumah adat yang terdapat di
Provinsi Aceh.
3.2.2. Bentuk/Simbol
Warna Kesan
Putih Bersifat netral, tanpa perasaan dan memliki
kesan suci
Hitam Melambangkan perlindungan
Merah Emosi yang berubah-ubah, naik turun, hidup
menggairahkan dan menyenangkan,
menumbuhkan semangat
Kesan pada Pewarnaan
Pada bangunan Cut Meutia banyak dijumpai ukiran- ukiran, karena masyarakat Aceh
pada hakekatnya termasuk suku bangsa yang berjiwa seni. Ukiran-ukiran itu terutama
dijumpai pada bangunan- bangunan rumah tempat tinggal dan bangunan-bangunan rumah
ibadat seperti pada Meuseujid (mesjid) dan meunasah (surau). Ukiran-ukiran yang
terdapat pada bangunan tradisional seperti tersebut di atas mempunyai berbagai motif
atau ragam hias. Motif-motif tersebut adalah motif yang berhubungan dengan lingkungan
alam seperti : flora, awan, bintang dan bulan. Fungsi utama dari berbagai jenis motif dan
ragam hias itu adalah sebagai hiasan semata-mata, sehingga dari ukiran tersebut tidak
mengandung arti dak maksud-maksud tertentu.
Motif bintang dan bulan yang menunjukkan simbul ke-Islaman terdapat pada bagian
sisi kiri kanan bangunan.
Motif Flora
Motif Fauna
Motif Fauna
Motif fauna yang biasanya digunakan adalah binatangbinatang yang sering dilihat dan
disukai, umumnya bermotifkan binatang unggas seperti merpati, balam, perkutut. Sedangan
pada Rumah Adat Cut Meutia motif fauna yang digunakan adalah burung merak.
Ruang Depan
Ruangan ini disebut juga Seuramou-keu (serambi depan). Disebut ruang atau serambi
depan karena di sini terdapat bungeun atau tangga untuk masuk ke rumah. Ruangan ini
berbentuk polos, artinya pada ruangan ini tidak dibuat lagi dinding penyekat atau pemisah
menjadi bilik-bilik yang lebih kecil. Pintu juga dibangun pada Bahagian mi yang ukuran
luasnya sekitar 0,8 meter dan tingginya 1.8 meter. Pada sisi dinding depan sebelah kiri dan
kanan pintu dibuat jendela (tingkap).
Ruang Tengah
Ruangan ini (jure) terletak antara serambi muka dan serambi belakang. Di ruangan ini pula
dibangun dua buah bilik sebagai tempat tidur. Kedua kamar ini masing-masing terletak di
sebelah kanan atau kiri (timur atau barat) ruangan tengah (jute) antar bilik kamar ini dipisahkan
oleh gang (rambat) yang berfungsi sebagai jalan antara serambi depan dan serambi belakang.
Kamar sebelah barat (rumoeh inoeng) ditempati oleh kepala keluarga, dan di sebelah timur
(rumoeh anjoeng) ditempati oleh anak perempuan. Lantai kamar terbuat dari papan agar mudah
untuk di buka bila sewaktu-waktu dipergunakan untuk memandikan anggota keluarga yang
meninggal. Dengan demikian ruangan ini bersifat tertutup sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
tempat tidur.
Sebagaimana halnya dengan ruangan depan maka ruangan belakang ini tidak dibagi lagi
menjadi ruangan yang lebih kecil. Ruang berfungsi sebagai dapur yang terletak di sebelah
Timur dari seramoe likoet. Di atas dinding depan di bawah bara bagian luar biasanya tempat
perkakas dapur yang disebut sanding (sandeng).
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Rumah Adat Cut Meutia terlihat sangat sederhana. Karena terbuat dari bahan-bahan yang
juga tergolong sederhana. Bahan-bahan Rumah Adat Cut Meutia terdiri dari kayu, pohon
kelapa, dan atapnya terbuat dari daun rumbia (on meuria) atau daun kelapa yang biasa diikat
dengan rotan. Meskipun Rumah Adat Cut Meutia terlihat sederhana, namun semua satuan-
satuan yang terdapat didalamnya mempunyai arti khusus bagi Adat dan Kebudayaan Aceh.
Adat dan Kebudayaan suatu masyarakat sangat di pengaruhi oleh kondisi geografis di
mana masyarakat itu berada. Bahkan juga di pengaruhi oleh sistem kepercayaan yang di
anutnya. Begitu jg halnya tentang Rumah Adat Cut Meutia banyak di pengaruhi oleh faktor
geografis.
4.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa laporan ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis
bisa lebih baik lagi dalam pembuatan laporan.
https://maniksatriya.files.wordpress.com/2015/06/arsitektur-masa-kini-di-aceh-dan-sumatra-
barat.pdf
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/view/16253
https://media.neliti.com/media/publications/265311-kajian-kearifan-lokal-pada-arsitektur-tr-
9a637c6d.pdf